SlideShare a Scribd company logo
1 of 170
Download to read offline
Masih Bertumpu Pada
   Sang Pelopor
Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media




      Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

                                                    1
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




KETERANGAN UMUM SURVEI


    Metode riset              Survei

    Wilayah survei            Jakarta, Aceh, Medan, Bandung, Surakarta, Lampung, dan Palu

                               192 responden survei
    Total responden
                               27 responden indepth interview

    Teknik sampling            Cluster random samping

    Error sampling             +/- 6,62% pada interval kepercayaan 95,0%

    Pengambilan data           Februari-Maret 2010

    Desain riset &
                               Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
    kuesioner

    Analisa data               Sigma Research Indonesia

    Laporan akhir              Sigma Research Indonesia


Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor: Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media

Editor: Winuranto Adhi
Tim Penyusun: Jajang Jamaludin, Asep Komarudin, Winuranto Adhi
Tim Survei: Sigma Reseach Indonesia
Desain: Robby Eebor
Ilustrator Cover dan Isi: Imam Yunianto
Cetakan Pertama: Mei 2010

Penerbit:
                   Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia
                   Jl. Kembang Raya No.6 Kwitang-Senen
                   Jakarta Pusat 10420 – Indonesia
                   Tel. +62 21 3151214, Fax. +62 21 3151261
                   www.ajiindonesia.org

Didukung oleh:




@Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia - 2010


2
KATA PENGANTAR




 Konsolidasi Serikat Pekerja Media:
   “Too little, but not too late”
          SELAMA satu dekade ini, kita menyimak ironi dari pertumbuhan
serikat pekerja media di Indonesia. Dari segi jumlah, tak ada pertumbuhan
dramatis, meskipun pertumbuhan industri media di Indoensia mengalami
booming setelah reformasi. Secara kualitatif, kita belum menemukan serikat
pekerja media yang punya posisi tawar kuat di hadapan pengusaha media.
            Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyimak sejumlah serikat
pekerja media masih kehilangan arah perjuangan, meskipun keberadaannya
sudah dicatatkan pada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).  Kita kerap menemukan
serikat pekerja tidak dibangun dengan sistem manajemen yang baik. Misalnya,
mengakomodir keanggotaan dengan sistem stelsel pasif (seluruh karyawan
otomatis menjadi anggota),  tidak mampu menghimpun iuran anggota, hingga
tidak bisa menunjukkan kemampuannya dalam bernegosiasi.
          Serikat seperti tidak tahu apa yang harus diperbuat, bahkan untuk
mempertahankan keberadaannya pun sulit. Akibatnya, konsolidasi serikat
pekerja media kerap  berjalan di tempat, involutif, dan perlahan digerus oleh
agresifitas modal pemilik media.
          Mungkin karena terlalu lama kata “buruh” absen pada Indonesia
di bawah rezim Suharto, maka kesadaran berserikat bagi buruh dan rakyat


                                                                           3
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




pekerja pun seperti enggan muncul  kendati kesempatan secara legal sudah
terbuka. Misalkan, untuk soal penamaan, ada kecenderungan memakai
nama lebih “akomodatif ”.
           Ini sekedar contoh, barangkali menghindari kecurigaan dari
manajemen, para aktivis serikat pekerja media “melembutkan” nama
organisasinya agar terdengar lebih “bersahabat”.   Para pekerja Tempo,
misalnya, memilih nama Dewan Karyawan Tempo (DeKaT), pekerja di
Kompas menggunakan nama Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK),
pekerja Indosiar memakai nama Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar,
pekerja majalah Swa memakai nama Forum Karyawan Swa (FKS),
pekerja Hukumonline.com memilih nama WorkerHOLic, pekerja di Solo
Pos menggunakan Ikatan Karyawan Solo Pos (Ikaso), atau pekerja Bisnis
Indonesia memakai nama Kerukunan Warga Karyawan Bisnis Indonesia.
          Tak ada yang salah memang, isi dan semangat tentu jauh lebih
penting dari sekedar nama.
          Tapi, ada yang harus dicermati selaku organisasi berwatak ”serikat
pekerja”, bahwa   jurnalis dan pekerja media harus mau mengevaluasi
diri.  Perjuangan pekerja media di tahun 2010 ini kian terasa berat.
          Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal
bermunculan di sejumlah media.  Jika pada kurun November 2008-April
2009, AJI mencatat hanya ada 100 pekerja media yang dipecat, di tahun ini
data tersebut kian melonjak tajam.
          Berdasarkan data AJI Indonesia, PHK massal dan skorsing
bernuansa union busting melanda sedikitnya 200 pekerja stasiun teve
Indosiar, PHK massal juga dialami 144 pekerja koran Berita Kota pasca
diakuisisi Kelompok Kompas Gramedia (KKG), PHK massal terhadap 50-
an pekerja Suara Pembaruan dan grup media kelompok Lippo lainnya, juga
PHK massal atas 40-an pekerja stasiun teve Antv.

4
Kata Pengantar



           Konflik ketenagakerjaan sebagai imbas dari ketidakjelasan aturan
kerja hingga masalah kesejahteraan juga mulai bermunculan. Hal ini,
misalnya, terjadi di Koran Jakarta—hingga berujung pada pemogokan kerja
sebagian kecil wartawannya. 
           Di sejumlah daerah kasus seperti ini juga terjadi. Mei 2009 silam,
60 pekerja harian Aceh Independen juga menjadi korban PHK massal. Di
Kendari, sejumlah wartawan Kendari TV juga mengalami nasib serupa. 
           Untuk itulah, melaui Survei Serikat Pekerja di Perusahan Media
berjudul ”Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor” ini, AJI Indonesia ingin
memberikan gambaran terbaru kondisi serikat pekerja media di Indonesia.  
           Survei ini dilakukan di tujuh kota Jakarta, Aceh, Medan, Lampung,
Bandung, Surakarta, dan Palu dengan melibatkan 192 responden dan
27 responden indepth interview, berhasil mengungkap sejumlah hal yang
harus diperhatikan oleh serikat pekerja media. Hasilnya, antara lain, cukup
kondusif:       


             “Sebagian besar (83.7%) responden, misalnya, menegaskan
              perlunya serikat pekerja di media mereka. Dukungan
              atas pembentukan serikat pekerja media juga dinyatakan
              mayoritas responden (97.1%), dan sebanyak 82.8% responden
              mengatakan tertarik untuk bergabung menjadi anggota serikat
              pekerja. Hanya 3.25% responden saja yang menyatakan tidak
              tertarik bergabung dalam serikat pekerja. Bahkan, banyak pula
              responden yang menegaskan keinginannya untuk bisa menjadi
              pelopor (organisatoris) dalam pendirian serikat pekerja di
              perusahan media yang belum memiliki serikat”. 

                                                                             5
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




           Survei ini juga menelaah tingkat keaktifan serikat, efektivitas penyelesaian
masalah yang ditanganinya, serta berbagai aspek yang mestinya diperjuangkan
oleh serikat pekerja media. Termasuk tentang Perjanjian Kerja Bersama, hingga
kepemilikan saham kolektif.  Tak hanya itu, survei pun berusaha memotret besaran
upah yang diterima jurnalis, kondisi kerja, hingga kondisi di ruang redaksi.  
            Mencermati kian intensifnya industri pers, termasuk kemajuan
teknologi informasi yang bisa mengubah relasi industrial antara pemodal dan
pekerja, maka serikat pekerja media harus segera berbenah diri.  Pada soal
konvergensi media misalnya, serikat pekerja media semestinya telah bersiap
dengan konsep baru hubungan industrial, dengan mempertimbangkan
kesejahteraan pekerja tak dirugikan.
          Memang masih banyak soal internal maupun eksternal yang harus
segera diperbaiki. Butuh usaha ekstra, tapi belum telat memperbaiki dan
membangun kekuatan yang masih terserak di dalam.  Banyak pencapaian bisa
kita lakukan dengan memperbaiki  berbagai kelemahan.  Kita tak ingin semakin
tertinggal ketika mesin kapitalisme media bergerak, dan serikat pekerja menjadi
“too little, and too late” dalam menanggapi problem hubungan industrial.
          Semoga hasil survei ini menjadi suatu alat kita ke arah konsolidasi
baru guna memperbaiki kondisi serikat pekerja.
           
          Jakarta, April 2010
            
          Nezar Patria
          Ketua Umum AJI Indonesia



6
RINGKASAN EKSEKUTIF

1.	 Latar belakang
        Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis
terhadap kehadiran serikat pekerja di perusahaan media. Survei menyertakan
jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja dan jurnalis dari media
yang tidak memiliki serikat pekerja. Dari survei ini akan didapatkan data
bagaimana pandangan jurnalis terhadap kehadiran serikat pekerja. Untuk
jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja akan ditanyakan tingkat
kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja, termasuk harapan
dan peran apa saja yang diharapkan dapat dilakukan oleh serikat pekerja di
medianya. Sementara untuk jurnalis dari media tidak atau belum memiliki
serikat pekerja akan ditanyakan apakah mereka juga mempunyai keinginan
membentuk serikat pekerja, termasuk hambatan apa saja yang dihadapi
sehingga serikat pekerja belum terbentuk, dan lain sebagainya.


2.	 Tujuan penelitian
        Secara umum, tujuan dari survei ini adalah ingin mendapatkan data
mengenai penilaian jurnalis terhadap serikat pekerja, baik di media yang
sudah memiliki serikat pekerja maupun di media yang tidak atau belum
memiliki serikat pekerja. Selanjutnya, ingin diketahui pula penilaian umum
dari kalangan jurnalis terhadap serikat pekerja, peran yang harus diemban
di dalamnya, kepuasan terhadap manajemen perusahaan dan serikat pekerja
media terkait.




                                                                        7
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




3.	 Metode penelitian
          Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur
(kuesioner). Survei bersifat eksploratif, artinya berusaha menggambarkan
sebanyak mungkin pendapat jurnalis atas berbagai isu yang terkait dengan
serikat pekerja. Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja
di tujuh kota di Indonesia. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai
individu yang bekerja mencari, mengolah, dan mempublikasikan berita
di suatu media. Ketujuh kota tersebut adalah Jakarta, Aceh, Medan,
Lampung, Bandung, Surakarta, dan Palu. Adapun teknik penarikan
sampel yang digunakan dalam survei ini adalah teknik acak klaster (cluster
random sampling). Jumlah sampel dalam survei sebanyak 192 responden
survei dan 27 responden indepth interview. Wawancara secara mendalam
dilakukan secara langsung (face to face interviews), dengan cara pewawancara
mendatangi langsung responden yang terpilih.


4.	 Temuan penelitian
          Temuan penelitian yang diperoleh dirangkum dalam poin-poin
berikut ini:
     1. 	 Keberadaan serikat pekerja
          a.	 Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja di
               perusahaan media sebagian besar menilai sangat penting.
          b.	 Sebagian besar responden dari media yang memiliki serikat
               pekerja menjawab, manajemen mendukung keberadaan
               serikat pekerja di perusahaan media.
     2.	 Pembentukan serikat pekerja
          a.	 Sebagian besar (83.7%) responden menjawab perlu hadirnya

8
Ringkasan Eksekutif



        serikat pekerja di media tempat mereka bekerja selama ini.
    b.	 Selain mengatakan perlu membentuk serikat pekerja, sebagian
        besar responden (97.1%) juga menyatakan mendukung
        terhadap pembentukan serikat pekerja di media tempat
        mereka bekerja.
    c.	 Banyak responden yang menyatakan bersedia menjadi pelopor
        (organisatoris) pembentukan serikat pekerja.
    d.	 Sebagian besar responden (82.8%) mengatakan tertarik untuk
        masuk dan bergabung menjadi anggota serikat pekerja. Hanya
        3.25% responden yang tidak tertarik.
3.	 Permasalahan pekerja dan penyelesaiannya oleh serikat pekerja
    a.	 Sebagian besar responden (80% lebih) tidak pernah
        mempunyai masalah, baik itu yang disampaikan ke serikat
        pekerja atau ke pihak manajemen.
    b.	 Masalah yang sering dialami oleh pekerja media adalah
        masalah upah dan asuransi.
    c.	 Bagi mereka yang pernah mempunyai masalah dan meminta
        serikat pekerja untuk membantu mengatasi masalah, sebagian
        besar merasa puas (58.3%) dengan kerja advokasi yang
        dilakukan serikat pekerja.
4.	 Perjuangan serikat pekerja
    a.	 Dari media yang memiliki serikat pekerja, 60% responden
        melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif dalam
        memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja.
    b.	 Sebanyak 36.0% responden menyatakan merasa tidak puas
        dan sangat tidak puas dengan kerja serikat pekerja di tempat

                                                                        9
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




               mereka bekerja. Sedangkan yang menjawab puas atau sangat
               puas tidak ada separuhnya atau hanya 49.0% responden.
          c.	 Sebanyak 31% responden menilai perjuangan serikat pekerja
               dirasakan manfaatnya oleh semua pekerja media. Lalu 24%
               responden menilai manfaatnya dirasakan sebagian besar
               pekerja dan 15% dirasakan hanya sebagian kecil pekerja
               media.
          d.	 Aspek yang perlu diperjuangkan serikat pekerja menurut
               sebagian besar responden adalah masalah upah atau
               kesejahteraan (63%), lalu masalah pemutusan hubungan kerja
               (57%), disusul asuransi dan tunjangan kesehatan (47%), dan
               status kerja (44%).
     5.	 Aktivitas serikat pekerja
          a.	 Sebesar 51.5% responden melihat serikat pekerja di tempat
               mereka bekerja aktif mengadakan kegiatan. Sementara yang
               menjawab seriklat pekerja tidak aktif sebesar 31.3%.
          b.	 Serikat pekerja paling banyak mengadakan kegiatan kurang
               dari sekali setiap bulan (28.3%).
          c.	 Hanya 26.3% responden yang menyatakan serikat pekerja di
               tempat mereka bekerja pernah mengadakan pelatihan internal
               untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan anggotanya.
          d.	 Sebagian besar responden (68.8%) menjawab tidak ada iuran
               bulanan, hanya 31.3% responden yang menjawab ada iuran
               bulanan untuk serikat pekerja di tempat mereka bekerja.
     6.	 Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
          a.	 Sebagian besar responden, baik dari kelompok yang memiliki

10
Ringkasan Eksekutif



        serikat pekerja maupun yang tidak memiliki serikat pekerja
        menilai, kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif
        dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
    b.	 Gaji adalah hal yang dianggap paling perlu diatur dalam PKB
        (91.9%), sedangkan masalah panjangnya durasi jam kerja
        adalah hal yang paling tinggi diabaikan responden (9.1%).
7.	 Kepemilikan saham bersama
    a.	 Sebagian besar responden, baik dari kelompok responden dari
        media yang memiliki serikat maupun responden dari media
        yang tidak mempunyai serikat pekerja menganggap perlu
        serikat pekerja memperjuangkan kepemilikan saham secara
        kolektif di perusahaan media.
    b.	 Ada sejumlah isu berkaitan dengan saham kolektif ini. Pertama,
        soal saham minimum bagi pekerja sebesar 20%. Kedua, adanya
        wakil pekerja dalam jajaran direksi di perusahaan media.
8.	 Upah dan fasilitas kerja
    a.	 Di media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar
        reponden (71.7%) mengatakan, mereka mendapatkan honor
        di luar upah bulanan. Namun di media yang tidak memiliki
        serikat pekerja lebih banyak responden (58.1%) yang mengaku
        tidak mendapatkan honor di luar upah.
    b.	 Terkait upah, meski semua responden menerimanya setiap
        bulan namun hanya sekitar 30% responden saja yang menilai
        upah tersebut baik atau sangat baik. Sekitar separuh responden
        menilai upah yang mereka terima setiap bulannya biasa saja.
    c.	 Temuan yang juga cukup mengagetkan, ternyata separuh lebih

                                                                      11
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




               responden (60%) menilai upah yang mereka dapatkan dari
               perusahaan tempatnya bekerja tidak cukup untuk memenuhi
               kebutuhan sehari-hari.
     9.	 Kondisi kerja dan beban kerja
          a.	 Di atas 40% kelompok responden dari media yang memiliki
               serikat menilai aturan-aturan seperti status pekerja, cuti, PHK
               dan hak cipta sudah baik. Kecuali aturan mengenai jenjang
               karier yang lebih banyak dinilai biasa saja oleh responden
               (47.4%).
          b.	 Yang menarik dari riset ini, ternyata tidak ada perbedaan beban
               kerja di perusahaan responden dari media yang memiliki
               serikat dengan perusahaan responden dari media yang tidak
               mempunyai serikat pekerja.




12
DAFTAR ISI


Ringkasan Eksekutif                                            7
Daftar Isi                                                    13
Daftar Grafik                                                 17
Daftar Tabel                                                  21
Bab 1	 Pendahuluan                                            25
         A. 	 Latar belakang penelitian                       25
         B. 	 Tujuan penelitian                               37
         C. 	 Metode penelitian                               39
         D. 	 Sampel dan responden                            39
Bab 2	 Profil Responden                                       45
         A. 	 Usia dan jenis kelamin                          45
         B. 	 Bidang pekerjaan                                47
         C. 	 Pendidikan                                      48
         D. 	 Lama bekerja                                    48
         E. 	 Keanggotaan di organisasi jurnalis              49
Bab 3 	 Keberadaan Serikat Pekerja di Perusahaan Media        51
         A.	 Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja       51
         B.	 Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja     55
         C.	 Keanggotaan serikat pekerja                      57
         D.	 Dukungan direksi/manajemen terhadap keberadaan
               serikat pekerja                                63
         E.	 Hubungan serikat pekerja dengan manajemen        66
Bab 4 	 Pembentukan Serikat Pekerja                           71
         A.	 Persepsi terhadap pembentukan serikat pekerja    71

                                                              13
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          B.	 Dukungan terhadap pembentukan serikat pekerja             72
Bab 5 	 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaiannya oleh Serikat 	
	         Pekerja                                                       77
          A.	 Permasalahan/keluhan pekerja di tempat kerja              77
          B.	 Cara penyelesaian masalah                                 79
          C.	 Serikat pekerja sebagai tempat menyampaikan keluhan       80
          D.	 Kepuasan terhadap tindakan yang dilakukan serikat         80
               pekerja                                                  80
          E.	 Kecepatan respons serikat pekerja terhadap keluhan
               pekerja                                                  81
          F.	 Keberhasilan serikat pekerja dalam menyeleasikan
               masalah                                                  82
          G.	 Penilaian terhadap penyelesaian masalah oleh serikat
               pekerja                                                  85
Bab 6 	 Perjuangan Serikat Pekerja                                      85
          A 	 Keaktifan perjuangan serikat pekerja                      85
          B. 	 Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja             86
          C. 	 Penilaian terhadap manfaat perjuangan serikat pekerja    88
          D. 	 Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja                 89
          E. 	 Penilaian terhadap efektivitas perjuangan serikat
               pekerja                                                  95
Bab 7 	 Aktivitas Serikat Pekerja                                       97
          A.	 Penilaian terhadap keaktifan serikat pekerja              97
          B.	 Aktivitas serikat pekerja                                 99
          C.	 Pertemuan serikat pekerja                                105
          D.	 Iuran dalam serikat pekerja                              107

14
Daftar Isi



        E.	 Frekuensi pertemuan serikat pekerja                    108
        F.	 Persepsi terhadap aktivitas serikat pekerja            110
        G.	 Keaktifan pekerja dalam aktivitas serikat pekerja      112
Bab 8 	 Perjanjian Kerja Bersama                                   115
        A.	 Penilaian terhadap Perjanjian Kerja Bersama            115
        B.	 Aspek dalam Perjanjian Kerja Bersama                   118
Bab 9 	 Kepemilikan Saham Kolektif                                 121
        A.	 Penilaian terhadap kepemilikan saham kolektif          122
        B.	 Aspek yang perlu diperjuangkan pada kepemilikan
            saham kolektif                                         125
Bab 10	 Pendapatan dan Fasilitas Kerja                             129
        A.	 Upah                                                   130
        B.	 Upah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari               139
        C.	 Pendapatan sampingan                                   145
Bab 11	 Kondisi Kerja dan Beban Kerja                              147
        A.	 Aturan kerja                                           147
        B.	 Beban kerja                                            150
        C.	 Berita yang tidak dimuat                               157
        D.	 Kondisi ruang redaksi                                  160
Bab 12	 Kesimpulan Dan Rekomendasi                                 163
        A.	 Kesimpulan                                             163
        B.	 Rekomendasi                                            167
	




                                                                      15
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




16
DAFTAR GRAFIK


Grafik 	 2.1	    Jenis kelamin                                      46
Grafik 	 2.2	    Usia responden                                     47
Grafik 	 2.3	    Posisi/jabatan di media                            47
Grafik 	 2.4	    Pendidikan                                         48
Grafik 	 2.5	    Lama bekerja                                       49
Grafik 	 2.6	    Keanggotaan di organisasi jurnalis                 50
Grafik 	 2.7	    Keanggotaan di organisasi jurnalis                 50
Grafik 	 3.1	    Keberadaan serikat pekerja                         52
Grafik 	 3.2	    Alasan serikat pekerja ada di perusahaan media     52
Grafik 	 3.3	    Alasan serikat pekerja tidak ada di perusahaan 	
		               media                                              53
Grafik 	 3.4	    Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja       54
Grafik 	 3.5	    Alasan serikat pekerja penting                     56
Grafik 	 3.6	    Alasan serikat pekerja tidak penting               57
Grafik 	 3.7	    Keanggotaan di serikat pekerja                     57
Grafik 	 3.8	    Alasan masuk serikat pekerja                       58
Grafik 	 3.9	    Lama keanggotaan di serikat pekerja                59
Grafik 	 3.10	   Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja           60
Grafik 	 3.11	   Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja           61
Grafik 	 3.12	   Keharusan menjadi anggota serikat pekerja          62
Grafik 	 3.13	   Alasan setuju                                      62
Grafik 	 3.14	   Alasan tidak setuju                                63
Grafik 	 3.15	   Dukungan direksi/manajemen                         64


                                                                    17
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




Grafik 	 3.16	       Bentuk dukungan direksi/manajemen terhadap 	
		                   serikat pekerja                                   65
Grafik 	 3.17	       Direksi/manajemen tidak mendukung serikat 	
		                   pekerja                                           66
Grafik 	 3.18	       Mendukung serikat pekerja atau direksi            69
Grafik 	 4.1	        Pembentukan serikat pekerja                       72
Grafik 	 4.2	        Dukungan pembentukan serikat pekerja              72
Grafik 	 4.3	        Kesediaan menjadi pelopor                         73
Grafik 	 4.4	        Minat menjadi anggota serikat pekerja             74
Grafik 	 4.5	        Alasan berminat menjadi anggota                   74
Grafik 	 4.6	        Alasan tidak berminat menjadi anggota serikat 	
		                   pekerja                                           75
Grafik 	 4.7	        Dukungan pekerja                                  76
Grafik 	 5.1	        Permasalahan pekerja media                        78
Grafik 	 5.2	        Permasalahan pekerja media                        78
Grafik 	 5.3	        Permasalahan pekerja media                        79
Grafik 	 5.4	        Cara menyelesaikan masalah                        79
Grafik 	 5.5	        Apakah disampaikan ke serikat pekerja             80
Grafik 	 5.6	        Penilaian kepuasan terhadap tindakan serikat 	
		                   pekerja                                           81
Grafik 	 5.7	        Kecepatan respons serikat pekerja                 82
Grafik 	 5.8	        Keberhasilan serikat pekerja                      83
Grafik 	 6.1	        Keaktifan perjuangan serikat pekerja              86
Grafik 	 6.2	        Keanggotaan di organisasi jurnalis                87
Grafik 	 6.3	        Manfaat perjuangan serikat pekerja                89
Grafik 	 6.4	        Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja          90

18
Daftar Grafik



Grafik 	 6.5	    Aspek yang menjadi prioritas perjuangan serikat 	
		               pekerja                                                   94
Grafik 	 6.6	    Efektivitas perjuangan serikat pekerja                    95
Grafik 	 6.7	    Alasan perjuangan serikat pekerja tidak efektif           96
Grafik 	 7.1	    Keaktifan serikat pekerja                                 98
Grafik 	 7.2	    Alasan serikat pekerja tidak aktif                        98
Grafik 	 7.3	    Frekuensi aktivitas serikat pekerja                       99
Grafik 	 7.4	    Iuran serikat pekerja                                    108
Grafik 	 7.5	    Persepsi terhadap kegiatan serikat pekerja               111
Grafik 	 7.6	    Keaktifan pekerja pada kegiatan serikat pekerja          113
Grafik 	 8.1	    Penilaian terhadap kesepakatan kerja                     116
Grafik 	 8.2	    Alasan kesepakatan kerja dibuat individual               117
Grafik 	 8.3	    Alasan kesepakatan kerja dibuat kolektif                 118
Grafik 	 9.1	    Apakah perlu saham kolektif                              123
Grafik 	 9.2	    Alasan tidak perlu saham kolektif                        124
Grafik 	 9.3	    Keanggotaan di organisasi jurnalis                       125
Grafik 	 10.1	   Upah                                                     133
Grafik 	 10.2	   Apakah upah yang diterima sesuai dengan beban 	
		               kerja                                                    137
Grafik 	 10.3	   Apakah upah mencukupi kebutuhan hidup sehari-	
		               hari                                                     140
Grafik 	 10.4	   Apakah mempunyai pekerjaan sampingan                     145
Grafik 	 10.5	   Lebih besar upah atau pendapatan hasil pekerjaan 	
		               sampingan 	                                              146
Grafik 	 11.1	   Rata-rata jam kerja dalam sehari                         152
Grafik 	 11.2	   Rata-rata hari kerja dalam seminggu                      153

                                                                            19
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




Grafik 	 11.3	       Penilaian jam kerja ideal dalam sehari              154
Grafik 	 11.4	       Penilaian rata-rata hari kerja ideal dalam seminggu 155
Grafik 	 11.5	       Penilaian atas beban kerja                          155
Grafik 	 11.6	       Apakah punya kesempatan beraktivitas di luar 	
		                   pekerjaan                                       156
Grafik 	 11.7	       Apakah pernah membuat berita yang tidak disukai 157
Grafik 	 11.8	       Apakah pernah membuat berita dan tidak dimuat 158
Grafik 	 11.9	       Alasan berita yang tidak dimuat                 158




20
DAFTAR TABEL


Tabel 	 1.1	   Komposisi media dan responden survei 		
		             kuantitatif                                           40
Tabel 	 1.2	   Komposisi media dan responden indepth interview       41
Tabel 	 3.1	   Hal yang terdapat di perusahaan media                 67
Tabel 	 3.2	   Hal yang terdapat di perusahaan media                 67
Tabel 	 5.1	   Penyelesaian masalah oleh serikat pekerja             84
Tabel 	 6.1	   Keberhasilan perjuangan serikat pekerja               91
Tabel 	 6.2	   Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja 	
		             atas aspek kesejahteraan pekerja                      93
Tabel 	 7.1	   Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja             100
Tabel 	 7.2	   Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja             101
Tabel 	 7.3	   Penilaian aktivitas yang dilakukan serikat pekerja   102
Tabel 	 7.4	   Pernah mengikuti aktivitas serikat pekerja           103
Tabel 	 7.5	   Penilaian manfaat mengikuti aktivitas serikat 	
		             pekerja                                              104
Tabel 	 7.6	   Pertemuan yang dilakukan serikat pekerja             106
Tabel 	 7.7	   Keikutsertaan pekerja dalam pertemuan serikat 	
		             pekerja                                              107
Tabel 	 7.8	   Frekuensi pertemuan serikat pekerja membahas 	
		             masalah 	pekerja                                     110
Tabel 	 7.9	   Frekuensi keikutsertaan dalam pertemuan tentang 	
		             masalah pekerja                                      109
Tabel 	 8.1	   Aspek dalam kesepakatan bersama (ada serikat)        118


                                                                     21
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




Tabel 	 8.2	         Aspek dalam kesepakatan bersama (tidak ada 	
		                   serikat)                                           119
Tabel 	 9.1	         Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan 	
		                   saham (ada serikat)                                126
Tabel 	 9.2	         Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan 	
		                   saham (tidak ada serikat)                          128
Tabel 	 10.1	        Upah                                               130
Tabel 	 10.2	        Penilaian atas upah (ada serikat)                  132
Tabel 	 10.3	        Penilaian atas upah (tidak ada serikat)            132
Tabel 	 10.4	        Rata-rata upah berdasarkan posisi/jabatan          133
Tabel 	 10.5	        Upah berdasarkan wilayah                           134
Tabel 	 10.6	        Upah berdasarkan posisi/jabatan                    134
Tabel 	 10.7	        Upah berdasarkan kelompok umur                     135
Tabel 	 10.8	        Upah berdasarkan pendidikan terakhir               135
Tabel 	 10.9	        Upah berdasarkan lama bekerja                      136
Tabel 	 10.10 	 Penilaian kesesuian gaji dengan beban kerja 		
		                   berdasarkan jenis kelamin, umur, jabatan, lama 	
		                   bekerja dan wilayah                                137
Tabel 	 10.11	 Penilaian apakah upah mencukupi                          142
Tabel 	 10.12	 Penilaian apakah upah mencukupi berdasarkan 	
		                   jenis kelamin, umur, jabatan, lama bekerja dan 	
		                   wilayah                                            142
Tabel 	 10.13	 Tunjangan kerja                                          142
Tabel 	 10.14	 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (ada 	
		                   serikat)                                           143


22
Daftar Tabel



Tabel 	 10.15	 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (tidak 	
		               ada serikat)                                          144
Tabel 	 11.1	    Aturan kerja (ada serikat)                            148
Tabel 	 11.2	    Penilaian aturan kerja (ada serikat)                  153
Tabel 	 11.3	    Aturan kerja (tidak ada serikat)                      154
Tabel 	 11.4	    Beban kerja (ada serikat)                             153
Tabel 	 11.5	    Beban kerja (tidak ada serikat)                       154
Tabel 	 11.6	    Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat 	
		               (ada serikat)                                         159
Tabel 	 11.7	    Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat 	
		               (tidak ada serikat)                                   160
Tabel 	 11.8	    Kondisi ruang redaksi (ada serikat)                   161
Tabel 	 11.9	    Kondisi ruang redaksi (tidak ada serikat)             162




                                                                         23
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




24
Bab 1
                       Pendahuluan




A. Latar belakang penelitian
        Siang itu, Kamis, 13 Maret 2010, mestinya menjadi titik balik
yang memberi harapan bagi Budi Laksono, Ketua Serikat Pekerja Suara
Pembaruan.  Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta memutuskan
kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh PT Media Interaksi Utama
(MIU) terhadap Budi tidak sah dan batal demi hukum.
        Budi, yang sudah mengabdi selama 18 tahun di Suara Pembaruan,
dipecat tak lama setelah mendirikan serikat pekerja di kantornya. Sejumlah
pekerja Suara Pembaruan sepakat membentuk serikat pekerja untuk
mengantisipasi berbagai rencana manajemen, setelah terjadi perubahan
status kepemilikan perusahaan tersebut.

                                                                       25
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          Reaksi manajemen seperti perkiraan Budi dan kawan-kawan.
Manajemen meminta pekerja yang menjadi pengurus serikat untuk
memilih, bergabung dengan serikat pekerja atau tetap dengan perusahaan.
Tak ayal, mereka yang memilih aktif di serikat pekerja mendapat sanksi.
Ada yang diturunkan jabatannya dari redaktur menjadi reporter, ada pula
yang diturunkan gajinya. Yang paling sial, ya, Budi. Ia dipecat dari Suara
Pembaruan.
          Budi     dan     kawan-kawan   sempat    mengadukan     perlakuan
manajemen kepada Dinas Tenaga Kerja Jakarta Timur. Mediasi di Dinas
memenangkan Budi dan rekan-rekannya, serta meminta perusahaan kembali
mempekerjakan Budi. Namun, perusahaan tidak mematuhi rekomendasi
Dinas Tenaga Kerja, sampai akhirnya kasus ini bergulir masuk ke Pengadilan
Hubungan Industrial.
          Saat membacakan putusannya, Ketua Majelis Hakim PHI Jakarta,
Sapawi, menyatakan,  hubungan kerja antara PT MIU dengan Budi belum
putus. Budi harus dipekerjakan kembali seperti semula sebagai wartawan
harian sore Suara Pembaruan.“Tindakan PHK tidak sah secara hukum,” ujar
Sapawi yang didampingi dua hakim anggota, Juanda Pangaribuan dan M.
Sinufa Zebua.
          Menurut hakim, pemecatan sepihak Budi bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Selain meminta Budi dipekerjakan kembali, Majelis
Hakim menghukum PT MIU agar membayar gaji Budi sejak Maret 2009
dan membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 200 ribu per hari jika
manajemen Suara Pembaruan melalaikan putusan tersebut.
          Menanggapi         putusan   Majelis    Hakim,   Budi    Laksono

26
Bab 1 Pendahuluan



mengaku lega. Selama ini, pimpinan PT MIU selalu sesumbar
bahwa perusahaan tidak bisa dikalahkan karena memiliki banyak
uang. “Ternyata masih ada keadilan di negeri ini yang tidak
bisa dibeli. Putusan ini mematahkan arogansi perusahaan,” ujar Budi.
        Perjuangan panjang Budi di jalur hukum memang telah
membuahkan hasil. Tapi, upaya Budi untuk memperoleh haknya tampaknya
masih harus memakan waktu panjang. Pasalnya, perusahaan tempat dia
bekerja berkukuh bahwa pemberhentian itu sudah sesuai peraturan.
“Kami akan mengajukan kasasi,” kata pengacara Suara Pembaruan, Andi
Simangunsong seperti dikutip majalah Tempo edisi 29 Maret-4 April 2010.
        Kasus serupa juga terjadi di stasiun televisi Indosiar. Dengan
alasan perusahaan terus merugi, manajemen memecat sepihak sekitar
200 pekerjanya. Manajemen juga menskorsing pekerja yang berunjuk rasa
saat Indosiar merayakan ulang tahun pada Januari lalu. Saat itu, mereka
memprotes kebijakan perusahaan yang tidak menaikkan gaji pekerja sejak
2004. Juru bicara perusahaan, Gufron Sakaril, mengatakan perusahaannya
tengah melakukan efisiensi dengan restrukturisasi usaha dan bisnis.
        Untuk menuntut hak dan merespons kebijakan perusahaan, pada
21 April 2008, sekitar 750 orang karyawan Indosiar mendeklarasikan
berdirinya Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar. Tapi, tak lama setelah Sekar
berdiri, perusahaan menyokong pendirian serikat pekerja tandingan, Serikat
Karyawan (Sekawan) Indosiar.
        Sejak saat itu pula, upaya pengembosan atas serikat pekerja versi
pekerja terus terjadi. Manajer bidang pengamanan (security), misalnya,
secara terang-terangan meminta anak buahnya tidak bergabung dengan
Sekar. Pada saat hampir bersamaan, pimpinan unit pemeliharaan memanggil

                                                                         27
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




satu per satu bawahannya. Hal yang sama dilakukan pimpinan unit art
(seni) di Indosiar. Pesannya sama: agar pekerja bergabung dengan serikat
yang disokong perusahaan. Akibatnya bisa ditebak. Satu per satu anggota
Sekar mundur teratur. Terakhir, pekerja Indosiar yang bertahan di Sekar
tingal 300-an orang.
          Namun, semua itu tak menyurutkan langkah aktivis Sekar
untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Berkali-kali mereka
mengajukan permohonan agar perusahaan menyesuaikan gaji karyawan,
paling tidak sesuai laju inflasi tahunan yang jika diakumulasi dari 2004
hingga 2008 saja sudah mencapai 52,82 persen. Namun, semua itu tak
membuahkan hasil.
          Pada 7 Januari 2010, aktivis Sekar mengadukan kasusnya
kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar.
Setelah itu, mereka mengadukan kasusnya ke Komisi Nasional
Hak Asasi  Manusia dan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat.
Selain menolak pemecatan sepihak, mereka pun kembali menyuarakan
pentingnya peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kondisi kerja.
Dari lembaga negara dan lembaga kuasi negara itulah para aktivis Sekar
mendapatkan dukungan. Meskipun, perkembangan terakhir sampai laporan
ini ditulis, Ketua Sekar, Dicky Irawan; Sekretaris Sekar , Yanri Silitonga, dan
seluruh pengurus Sekar menerima skorsing dari manajemen. Dalihnya, para
aktivis Sekar tidak mau menandatangani surat pemutusan hubungan kerja.
          Dua kasus paling anyar ini menunjukkan betapa upaya pekerja
memperjuangkan hak-haknya melalui serikat pekerja tidaklah mudah. Pihak
perusahaan umumnya masih alergi dengan keberadaan serikat pekerja, tak
terkecuali di perusahaan media. Perusahaan kebanyakan belum menganggap

28
Bab 1 Pendahuluan



serikat pekerja sebagai salah satu pemangku kepentingan yang mestinya bisa
diajak bersama-sama membangun perusahaan demi kesejahteraan bersama.
Akibatnya, pintu untuk dialog, berunding, atau berembuk kerap dikunci
sebelum pernah dibuka.
        Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia
mencatat sejumlah pola bagaimana perusahaan mencoba mematahkan
perjuangan pekerja media melalui serikat pekerja:


    1.	 Menghalang-halangi pekerja untuk bergabung di dalam serikat
    	   Sering ditemui manajemen melarang pekerjanya untuk bergabung
        di dalam serikat. Selalu dipropagandakan, serikat pekerja tukang
        menuntut, membuat hubungan kerja tidak harmonis, dan lain
        sebagianya. Intinya, ada upaya untuk memberi stigma bahwa
        serikat pekerja adalah perongrong perusahaan.
    2.	 Mengintimidasi
    	   Jika penghalang-halangan tidak berhasil, upaya lanjutan yang
        sering dilakukan adalah mengintimidasi pekerja. Saat bergabung
        dalam serikat, pekerja diancam tidak mendapatkan kenaikan gaji,
        tidak mendapatkan bonus, tunjangan, tidak naik pangkat, diputus
        kontrak kerjanya, dan lain sebagainya. Bahkan dijumpai pula ada
        perusahaan yang menggunakan aparat kepolisian untuk menakut-
        nakuti agar pekerjanya di bagian security tidak bergabung menjadi
        anggota serikat. 
    3.	 Memutasi pengurus atau anggota serikat
    	   Untuk memecah kekuatan serikat, sering pula dilakukan tindakan
        mutasi atau pemindahan kerja secara sepihak. Kasus semacam ini

                                                                        29
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          umumnya dilakukan ketika serikat pekerja sedang memperjuangkan
          hak-hak pekerja. Tak tanggung-tanggung, kadang mutasi dilakukan
          hingga ke luar pulau. Tujuannya jelas, selain untuk melemahkan
          serikat juga untuk menghancurkan mental pekerja-karena ia juga
          akan jauh dengan keluarganya.
     4.    Memutus hubungan kerja
     	    Ini cara lama tapi masih menjadi tren hingga sekarang. Anggota
          serikat yang sering menjadi korban dari modus ini adalah yang
          berstatus karyawan kontrak. Dengan risiko hukum kecil dan biaya
          murah (tidak perlu mengeluarkan pesangon gede), tindakan ini
          kerap dijadikan pilihan favorit pihak manajemen. Dampaknya,
          pekerja tidak berani lagi untuk bergabung dalam serikat pekerja
          dan lambat-laun serikat pun menjadi gembos.
     5.	 Membentuk serikat boneka
     	    Upaya ini dilakukan untuk menandingi keberadaan serikat pekerja
          sejati. Tujuannya agar pekerja menjadi bingung, mau memilih
          serikat yang mana. Serikat boneka ini umumnya dikendalikan
          penuh oleh manajemen, termasuk orang-orang yang menjadi
          pengurusnya. Cara mengenali serikat model ini sangat gampang.
          Biasanya mereka mendapatkan kemudahan dalam menjalankan
          aktivitasnya, sementara serikat sejati selalu dihambat saat akan
          melakukan aktivitas. Tak terkecuali tidak mendapatkan izin untuk
          melakukan rapat di kantor.
     6.	 Menolak diajak berunding PKB
     	    Saat diajak berunding dalihnya macam-macam. Kadang manajemen
          beralasan mau mengecek dulu apakah anggota serikat sudah

30
Bab 1 Pendahuluan



         memenuhi syarat 50%+1 dari total pekerja, kadang malah tidak
         mau berunding karena di dalam perusahaan terdapat dua serikat
         pekerja. Padahal kita tahu serikat yang satu adalah serikat boneka
         yang selalu membeo kepada perusahan. Semua itu bertujuan agar
         pekerja tidak memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
    7.	 Membuat peraturan perusahaan sepihak
    	    Walaupun sudah ada serikat pekerja tapi tetap tidak diakui
         keberadaannya. Bahkan, kalau perlu manajemen membuat
         pernyataan palsu kepada Dinas atau Kementerian Tenaga Kerja
         bahwa di perusahaannya tidak terdapat serikat pekerja. Sehingga
         dengan demikian peraturan perusahaan pun langsung disahkan
         dan diberlakukan.
                  Berbagai tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai
         union busting (pemberangusan serikat pekerja). Menurut pasal 43
         ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
         Pekerja/Buruh, “Barang siapa menghalang-halangi aktivitas yang
         terkait dengan serikat pekerja, dapat dikenai sanksi pidana penjara
         paling singkat satu tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100
         juta, dan paling banyak Rp 500 juta.”
          
         Bayangkan saja, jika berjuang secara kolektif lewat serikat pekerja
saja menemui banyak kendala, apalagi jika pekerja berjuang secara individual.
Manajemen akan dengan mudah mematahkan dan menyingkirkan individu-
individu yang mereka anggap rewel dan tidak memiliki basis dukungan.
         Betapapun banyak kendalanya, upaya meningkatkan kesejahteraan
pekerja secara keseluruhan akan lebih efektif dilakukan secara kolektif

                                                                           31
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




melalui serikat pekerja. Lewat serikat pekerja dukungan internal bisa
digalang sehingga posisi tawar pun bisa terkerek lebih tinggi.
          Hal lain yang perlu dicatat, perjuangan lewat serikat pekerja bukan
perjuangan liar.Undang-undang menjamin ruang perjuangan tersebut.
Karena itu, sepanjang berada dalam koridor undang-undang, upaya para
aktivis serikat pekerja kerap mendapat dukungan dari pihak luar, seperti
parlemen dan Komnas HAM.
          Perkembangan positif lain, saat ini di Indonesia sudah berdiri
Federasi Serikat Pekerja Media Independen, wadah yang secara khusus
menghimpun serikat pekerja di sektor media massa. Keberadaan federasi
yang pendiriannya difasilitasi AJI ini mestinya bisa menambah daya ungkit
perjuangan serikat pekerja serta memperkuat solidaritas kepada sesama
pekerja media. Dalam kasus Indosiar dan Suara Pembaruan, misalnya,
Federasi ini memberi dukungan penuh kepada serikat pekerja.
          Namun, harus diakui, pertumbuhan serikat pekerja media di
Indonesia masih sangat lamban, bahkan jika dibandingkan serikat pekerja
di sektor industri lainnya. Hingga saat ini, tercatat hanya 27 media yang
mempunyai serikat pekerja. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan
jumlah media cetak dan elektronik di seluruh Indonesia yang berjumlah
2.314. Rinciannya sebanyak 1.008 media cetak, 1.297 radio, 79 stasiun
televisi, dan belum lagi belasan media online yang terus bertumbuh.
          Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia juga mengidentifikasi sejumlah
faktor yang menyebabkan lambannya pertumbuhan serikat pekerja sektor
media tersebut, yakni:




32
Bab 1 Pendahuluan



1.	 Problem ”kelas” yang belum tuntas
	   Selama ini mayoritas jurnalis masih mengidentifikasikan dirinya
    sebagai kelompok profesional dan eksklusif. Mereka merasa enggan
    untuk dikelompokkan menjadi bagian dari kelas buruh. Latar
    belakang pendidikan tinggi, kemudahan akses dalam kerja-kerja
    jurnalistik, penampilan yang keren dan mentereng adalah beberapa
    faktor yang membuat kalangan jurnalis makin membenamkan
    dirinya sebagai kelas white collar.
2.	 Masih bertumpu pada jurnalis
	   Dalam kepengurusan sebuah serikat pekerja media, jurnalis masih
    dianggap sebagai kelompok “kasta brahmana”. Poros sebuah
    serikat kerap ditumpukan sepenuhnya kepada kelompok ini.
    Sementera pekerja pada bagian lain (administrasi, percetakan,
    sirkulasi, marketing, sopir, dll) kerap menempatkan dirinya
    sebagai kelompok kasta di bawahnya.  Karena itu, dalam pemilihan
    pengurus, mayoritas anggota kerap terilusi untuk menempatkan
    jurnalis sebagai tumpuan kekuatan di dalam serikat. Mereka
    menunggu kepemimpinan dari divisi redaksi atau jurnalis. Padahal,
    idealnya, komposisi kepengurusan serikat pekerja media berasal
    dari semua lini produksi sehingga kekuatan solidaritasnya bisa
    lebih maksimal dan merata.
3. 	 Stigma negatif serikat pekerja
	   Kerap dilekatkan cap: serikat pekerja-termasuk aktivisnya-adalah
    tukang bikin kisruh di perusahaan, suka menuntut dan membuat
    disharmoni hubungan kerja. Kerap digambarkan aktivis serikat
    juga cenderung jeblok di dalam pekerjaannya. Di samping itu

                                                                   33
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          belum banyaknya contoh kemenangan yang berhasil diraih serikat
          pekerja media membuat mayoritas pekerja media enggan untuk
          bergabung dalam sebuah serikat. Mereka menganggap belum ada
          manfaat konkret berjuang melalui serikat.
     4.	 Lemah secara manajemen dan organisasional
     	    Tak adanya rapat reguler, minimnya perumusan agenda dan
          program, hingga lemahnya administrasi keuangan serikat pekerja
          media membuat mayoritas anggota mengalami demoralisasi.
          Mereka merasa tidak memperoleh keuntungan bergabung dalam
          sebuah serikat pekerja. Hal ini tak hanya menyebabkan matinya
          serikat, tapi juga merontokkan mental pekerja media.
     5. 	 Sanksi dari manajemen
     	    Sanksi yang kerap terjadi pada aktivis maupun anggota serikat
          pekerja media adalah mutasi dan penghambatan jenjang karier.
          Terkadang manajemen juga memutus kontrak kerja orang-orang
          yang teridentifikasi menjadi anggota serikat. Hal ini kian membuat
          pekerja media menjadi takut untuk bergabung dalam sebuah
          serikat.
     6. 	 Rendahnya pembelaan dan solidaritas di dalam serikat
     	    Minimnya pengalaman dan kemampuan bernegosiasi sering
          membuat pengurus serikat pekerja media menghindari terlibat
          konflik secara langsung dengan manajemen. Akibatnya ketika ada
          anggota yang mengadukan masalah, pengurus serikat tak mampu
          membantu dan mengadvokasi anggotanya.
     7. 	 Terpisah dalam teritori tertentu
     	    Hal ini sering dijumpai pada perusahaan media yang sukses

34
Bab 1 Pendahuluan



    mengembangkan ekspansi bisnis. Contohnya, selain menerbitkan
    media, perusahaan tersebut juga memiliki percetakan sendiri.
    Lokasi unit usaha pun dibuat berjauhan. Pemisahan teritori unit
    usaha ini menyebabkan pekerja di bagian redaksi dan percetakan
    tidak mampu bersatu dan cenderung memilih mendirikan serikat
    sendiri-sendiri. Padahal jika kedua basis ini disatukan dalam sebuah
    serikat, tentunya akan melahirkan kekuatan besar.  Apalagi unit
    percetakan media adalah jantung produksi dari perusahaan media
    (cetak).
8. 	 Tuntutan kerja tinggi
	   Tuntutan ekspansi perusahaan sering berimbas pada tuntutan
    kerja yang semakin tinggi. Situasi seperti ini membuat lemahnya
    konsolidasi dan kerja-kerja organisasi. Tanpa militansi yang tinggi
    dari para aktivisnya, kisah sukses serikat pekerja media hanya akan
    menjadi tinggal cerita.
9. 	 Bimbang atas pilihan loyalitas
	   Pekerja media sering merasa bimbang: harus loyal kepada
    perusahaan atau kepada serikat pekerja. Jika organisasi serikat kuat
    memegang teguh fungsinya, tentu kebimbangan seperti ini akan
    dengan mudah bisa dijawab.  Sebaliknya bila organisasinya lemah
    maka dengan sedikit propaganda hitam saja bisa dipastikan pekerja
    media akan menjauhi bahkan meninggalkan serikat.
10.	 Lemahnya kaderisasi
	   Ini problem usang yang tak kunjung terpecahkan penyelesaiannya.
    Tidak banyak muncul kader-kader baru. Dapat dipastikan, dalam
    forum-forum serikat pekerja media, yang sering muncul adalah

                                                                      35
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          wajah-wajah lama. Tanpa adanya kaderisasi, cepat atau lambat akan
          membuat serikat pekerja mati.
           
          Dari pemetaan problem di atas terlihat bahwa di luar sikap
manajemen media yang masih kurang terbuka dengan serikat pekerja,
kehadiran dan keaktifan serikat pekerja juga ditentukan oleh kalangan jurnalis
dan pekerja media sendiri. Apakah serikat pekerja memang dianggap sebagai
kebutuhan oleh jurnalis atau tidak. Hingga saat ini, belum ada penelitian
yang secara empiris menunjukkan bagaimana jurnalis menilai kehadiran
serikat pekerja. Apakah jurnalis menganggap serikat pekerja penting. Jika
penting, apa harapan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Dan
apabila dirasakan tidak penting, apa alasannya, dan sebagainya.
          Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis
terhadap kehadiran serikat pekerja. Agar ada perbandingan, survei ini
menyertakan jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja juga jurnalis
di media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja. Dari survei ini
akan didapatkan data bagaimana pandangan jurnalis terhadap serikat pekerja.
Untuk jurnalis di media yang memiliki serikat pekerja, akan ditanyakan
kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Harapan dan peran
apa yang diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja. Sementara untuk
jurnalis di media yang tidak terdapat serikat pekerja akan ditanyakan apakah
mereka mempunyai keinginan membentuk serikat pekerja di medianya. Dari
dua sisi sudut pandang ini setidaknya akan semakin memperluas penelitian
tentang survei pekerja media ini.




36
Bab 1 Pendahuluan




B. Tujuan penelitian
         Survei ini ingin mendapatkan data mengenai penilaian jurnalis
terhadap serikat pekerja, baik dari jurnalis yang medianya memiliki serikat
pekerja maupun yang belum atau tidak terdapat serikat pekerja. Detail
informasi yang digali dalam survei ini adalah sebagai berikut:


1.	 Media yang mempunyai serikat pekerja
    a.	 Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat
         jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang
         dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media
         seharusnya mempunyai serikat pekerja.
    b.	 Peran serikat pekerja. Bagaimana pendapat jurnalis mengenai
         peran yang sebaiknya dijalankan oleh serikat pekerja; apakah
         sebaiknya serikat pekerja hanya memperjuangkan kesejahteraan
         jurnalis atau juga memperjuangkan hal lain, misalnya melakukan
         advokasi terhadap pekerja, peningkatan profesionalisme pekerja
         dan sebagainya; setuju atau tidak menjalin hubungan dengan
         serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja
         media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi
         masalah internal di medianya masing-masing.
    c.	 Penilaian terhadap serikat pekerja media di tempat kerja.
         Apakah responden mengetahui adanya serikat pekerja; apakah
         mengetahui kegiatan-kegiatan serikat pekerja; bagaimana penilaian
         terhadap serikat pekerja di media masing-masing; apakah serikat
         pekerja sudah menjalankan peran sesuai dengan harapan; apa
         harapan terhadap peran serikat pekerja media; peran apa yang

                                                                           37
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja media.
     d.	 Kepuasan terhadap serikat pekerja media di tempat kerja.
          Seberapa puas dengan kinerja serikat pekerja di media masing-
          masing; bagaimana kepuasan jurnalis dengan perjuangan yang
          telah dilakukan oleh serikat pekerja; dan sebagainya.
2.	 Media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja
     a.	 Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat
          jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang
          dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media
          seharusnya mempunyai serikat pekerja.
     b.	 Hambatan membentuk serikat pekerja. Apakah jurnalis
          menginginkan adanya serikat pekerja di media tempat mereka
          bekerja; mengapa hingga saat ini belum ada serikat pekerja
          media di tempat mereka bekerja; apakah pernah ada upaya untuk
          membentuk serikat pekerja; apakah ada hambatan dari manajemen
          yang membatasi pembentukan serikat pekerja.
     c.	 Kepentingan jurnalis. Jika saat ini belum ada serikat pekerja,
          bagaimana kepentingan jurnalis dan pekerja lainnya selama ini
          diperjuangkan; bagaimana mekanisme yang biasa dilakukan
          jika terjadi konflik antara jurnalis dengan manajemen media;
          bagaimana konflik itu selama ini diselesaikan; misalnya apakah ada
          forum antara pekerja dan manajemen untuk menyelesaikan konflik
          yang mungkin terjadi.
     d.	 Peran serikat pekerja. Jika nantinya terdapat serikat pekerja di
          tempat mereka bekerja, peran apa yang diharapkan dijalankan
          oleh serikat pekerja; apakah sebaiknya serikat pekerja

38
Bab 1 Pendahuluan



        hanya memperjuangkan kesejahteraan jurnalis ataukah juga
        memperjuangkan hal lain misalnya melakukan advokasi terhadap
        semua pekerja, peningkatan profesionalisme jurnalis dan
        sebagainya; apakah setuju atau tidak menjalin hubungan dengan
        serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja
        media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi
        internal di media masing-masing.


C.	 Metode penelitian
        Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur
(kuesioner). Survei ini bersifat eksploratif, berusaha menggambarkan
sebanyak mungkin berbagai masalah berdasarkan pendapat jurnalis.
Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja di tujuh kota di
Indonesia, yakni Jakarta, Aceh, Medan, Lampung, Bandung, Surakarta, dan
Palu. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai individu yang bekerja
mencari, mengolah dan mempublikasikan berita di suatu media. Pekerja
administrasi atau staf keuangan di satu media tidak dimasukkan dalam
survei ini. Seorang jurnalis freelance juga tidak dimasukkan dalam survei.
Wawancara dilakukan secara langsung (face to face interviews), di mana
pewawancara mendatangi langsung responden terpilih. Untuk menjamin
wawancara dilakukan secara benar, dilakukan spot check, sebanyak 20% dari
jumlah sampel.


D.	 Sampel dan responden
        Teknik penarikan sampel yang dipakai dalam survei ini adalah
teknik acak klaster (cluster random sampling). Teknik penarikan sampel acak

                                                                          39
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




klaster ini dipakai karena dua kondisi. Pertama, tidak tersedia kerangka
sampel (sampling frame) yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam penarikan
sampel acak (random). Kerangka sampel yang dimaksud adalah sebuah
daftar yang memuat nama-nama jurnalis di semua media yang ada di tujuh
kota yang menjadi wilayah survei ini. Jumlah sampel dalam survei ini adalah
sebanyak 192 responden survei dan 27 responden indepth interview. Dengan
jumlah sampel sebesar ini, tingkat kesalahan (sampling error) dalam survei ini
adalah ± 6,62% pada interval kepercayaan 95,0%. Artinya derajat perbedaan
antara 95,0% hasil survei dengan populasi diperkirakan plus minus 6,62%.


        Tabel 1.1 Komposisi Media dan Responden Survei Kuantitatif
     Media Memiliki Serikat Pekerja              Media Tanpa Serikat Pekerja
                        Wilayah Dki Jakarta (= 124 Responden)
  1.     Kompas                       4    19.     Rakyat Merdeka              4
  2.     Republika                    4    20.     Indo Pos                    4
  3.     Bisnis Indonesia             4    21.     Sinar Harapan               4
  4.     Jakarta Post                 4    22.     Pos Metro*                  -
  5.     Warta Kota                   4    23.     Pos Kota                    4
  6.     Kontan                       4    24.     Media Indonesia             4
  7.     Koran Tempo                  4    25.     Berita Kota                 4
  8.     Swa Sembada                  4    26.     Gatra                       4
  9.     Suara Pembaruan              4    27.     Sctv                        4
  10.    Antv                         4    28.     Trans Tv                    4
  11.    Tpi                          4    29.     Metro Tv                    4
  12.    Rcti                         4    30.     Tv One                      4
  13.    Indosiar                     4    31.     Delta Fm                    4
  14.    Detik.Com                    4    32.     Sonora Fm                   4
  15.    Hukumonline.Com              4
  16.    Kantor Berita Antara         4


40
Bab 1 Pendahuluan




  17.     Kantor Berita Radio 68 H        4
  18.     Smart FM Jakarta                4
                              Wilayah Bandung (= 8 Responden)
  1.      Pikiran Rakyat Bandung          4    2.       Tribun Jabar                    4
                              Wilayah Surakarta (= 8 Responden)
  1.      Solo Pos                        4    2.       Radar Surakarta                 4
                              Wilayah Medan (= 28 Responden)
  1.      Sumut Post                      4    5.       Waspada                         4
  2.      Medan Bisnis                    4    6.       Sinar Indonesia Baru            4
  3.      Analisa                         4    7.       Medan Pos                       4
  4.      Smart FM Medan                  4
                              Wilayah Lampung (= 8 Responden)
  1.      Lampung TV                      4    2.       Lampung Pos                     4
                                Wilayah Palu (= 8 Responden)
  1.      Harian Mercusuar Palu           4    2.       Radar Sulteng                   4
                              Wilayah Aceh (= 8 Responden)
  1.      Harian Aceh Independen          4    2.       Serambi Indonesia               4
                              Total 7 Kota (= 192 Responden)
   Media Memiliki SP (= 108 Reponden)               Media Tidak Ada SP (= 84 Reponden)

*Harian Pos Metro yang awalnya ditargetkan disurvei ternyata sudah tidak terbit lagi.
        Tabel 1.2 Komposisi Media dan Responden “Indepth Interview”
  No.            Kota Wilayah           Media Memiliki SP           Media Tidak Ada SP
  1.      DKI Jakarta                               8                          5
  2.      Banda Aceh                                2                          2
  3.      Medan                                     1                          1
  4.      Lampung                                   1                          1
  5.      Bandung                                   1                          1
  6.      Surakarta                                 1                          1
  7.      Palu                                      1                          1
                      Total                     15                             12



                                                                                            41
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          Karena daftar nama tidak tersedia, penarikan sampel acak sederhana
(simple random sampling) tidak bisa dipakai. Kedua, kalaupun daftar nama
jurnalis itu tersedia masih diragukan akurasinya. Di samping tidak memuat
nama semua jurnalis, daftar itu acapkali tidak up to date. Karena tiadanya
daftar nama jurnalis tersebut, maka penarikan sampel klaster adalah
alternatif penarikan sampel yang mungkin dilakukan.


                        MEDIA X




                        $    $




                                       $   $        $   $




                                      MEDIA Z
                        $    $




                            MEDIA Y




          Sesuai dengan namanya, penarikan sampel ini didasarkan pada
gugus (klaster). Asumsinya, individu adalah bagian dari gugus atau klaster
tertentu. Kerangka sampel berupa daftar nama individu memang tidak
tersedia, tetapi daftar kelompok (gugus) itu pasti tersedia. Karena itu yang
dilakukan oleh peneliti adalah menarik sampel dari gugus atau klaster itu.
Kemudian dari gugus itu ditarik individu. Dalam survei ini, gugus yang
dimaksud adalah media tempat jurnalis bekerja. Dan daftar nama media di
tujuh kota pasti tersedia. Adapun tahapan penarikan sampel klaster adalah
sebagai berikut:


     1.	 Memilih Primary Sampling Unit (PSU) media
     	    Peneliti memilih media di masing-masing kota. Media yang

42
Bab 1 Pendahuluan



    diambil diklasifikasikan ke dalam media yang mempunyai serikat
    pekerja dan media yang tidak mempunyai serikat pekerja. Dengan
    cara ini diharapkan bisa dibuat perbandingan penilaian jurnalis
    yang bekerja di media yang terdapat serikat pekerja dan yang tidak
    mempunyai serikat pekerja. Untuk media yang mempunyai serikat
    pekerja diambil semua sebagai sampel. Total terdapat 27 media
    di tujuh kota yang mempunyai serikat pekerja. Sementara untuk
    media yang tidak mempunyai serikat pekerja diambil sampel 23
    media. Sehingga total ada 50 media di tujuh kota yang diambil
    sebagai sampel. Media yang terpilih itu ditempatkan sebagai
    Primary Sampling Unit (PSU).
2.	 Mendata jurnalis di PSU terpilih dan memilih secara acak (random)
    wartawan yang akan menjadi sampel
	   Setelah PSU terpilih, pewawancara (interviewer) mendatangi
    masing-masing PSU tersebut. Pewawancara mendata nama semua
    jurnalis yang ada di media terpilih.


3.	 Mengambil secara acak (random) jurnalis di media sampel
	   Dengan menggunakan lembar yang telah disediakan, pewawancara
    memilih secara random (acak) jurnalis yang terpilih sebagai
    sampel. Jumlah responden yang diambil di masing-masing media
    ditetapkan sebanyak empat orang jurnalis.




                                                                    43
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




44
Bab 2
                  Profil Responden




RESPONDEN yang menjadi sampel dalam survei ini didesain menjadi dua
kelompok responden. Pertama, kelompok yang memiliki serikat pekerja,
yakni responden yang bekerja sebagai pekerja tetap di perusahaan media
yang terdapat serikat pekerja. Kedua, kelompok yang tidak memiliki
serikat pekerja, yaitu mereka yang bekerja sebagai pekerja tetap di
perusahaan media yang tidak memiliki serikat pekerja.


A. Usia dan jenis kelamin
        Secara keseluruhan, responden dalam survei ini lebih banyak laki-
laki (85%) dibandingkan dengan perempuan (15%). Tidak ada perbedaan
signifikan perbandingan jenis kelamin responden di media yang memiliki

                                                                      45
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




serikat pekerja dengan media yang tidak memiliki serikat pekerja.


                               Grafik 2.1 Jenis Kelamin
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)


                                                             Perempuan
                                                               , 15.0%




                                        Laki-laki,
                                         85.0%




                                    Ada Serikat Pekerja   Tidak Ada Serikat Pekerja


                            86.0%      83.9%




                                                              14.0%      16.1%



                              Laki-laki                        Perempuan



“Jenis kelamin responden”



          Terkait usia, sebagian besar responden berada dalam rentang usia
antara 26-35 tahun, baik di media yang memiliki serikat pekerja maupun
yang tidak memiliki serikat pekerja. Hanya sebagian kecil responden yang
tergolong berusia tua maupun di bawah 25 tahun.




46
Bab 2 Profil Responden




                                    Grafik 2.2 Usia Responden
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                          Ada Serikat Pekerja           Tidak Ada Serikat Pekerja
                            57.1%

                       44.0%
                                        34.0%

                                             22.0%
                                                           12.0%11.0%        10.0%8.8%
                                                                                             0.0% 1.1%


                     26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 17-25 tahun 56-65 tahun




“Usia responden”



B. Bidang pekerjaan
          Responden dalam survei ini sebagian besar bekerja sebagai
reporter/fotografer. Posisi atau jabatan responden yang juga cukup banyak
dalam survei ini adalah redaktur. Paling sedikit adalah sebagai koordinator
reportase.


                            Grafik 2.3 Posisi/Jabatan di Media
             Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja

                               Ada Serikat Pekerja              Tidak Ada Serikat Pekerja

                                                                                     59.8%
                            Reporter/fotografer                                               76.3%

                   Penanganggung jawab rubrik            10.3%
                                                  1.1%

                                                    4.6%
                         Koordinator reportase    1.1%

                                                              23.0%
                                      Redaktur           11.8%

                                                     2.3%
                           Redaktur pelaksana            9.7%


“Jabatan/posisi Anda di media?”


                                                                                                                           47
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




C. Pendidikan
          Sementara untuk tingkat pendidikan, sebagian besar responden
(80%) adalah sarjana. Selebihnya, rata di antara mereka yang lulusan SLTA,
akademi dan pascasarjana.


                                     Grafik 2.4 Pendidikan
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                     Ada Serikat Pekerja    Tidak Ada Serikat Pekerja
                        80.0%82.8%




                                         7.0% 7.5%         7.0% 8.6%          6.0%
                                                                                     1.1%


                   Tamat Sarjana Tamat SLTA                 Tamat          Tamat Pasca
                                                           Akademi         Sarjana ( S2)

“Pendidikan terakhir”



D. Lama kerja
          Di media yang memiliki serikat pekerja, responden dalam survei
ini paling banyak (27%) telah bekerja lebih dari 10 tahun. Sementara
di media yang tidak memiliki serikat pekerja, responden paling banyak
(22.8%) adalah mereka yang bekerja 3-4 tahun. Responden paling sedikit
adalah responden yang bekerja kurang dari satu tahun. Artinya sebagian
besar responden sudah cukup lama bekerja di media tempat mereka bekerja
sekarang ini.




48
Bab 2 Profil Responden




                                   Grafik 2.5 Lama Bekerja
     Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                              Ada Serikat Pekerja          Tidak Ada Serikat Pekerja


                    Lebih dari 10 tahun                                                        27.0%
                                                                                    21.7%

                             3-4 tahun                                      19.0%
                                                                                       22.8%

                             5-6 tahun                              15.0%
                                                               12.0%

                             1-2 tahun                             14.0%
                                                                   14.1%

                            9-10 tahun                           13.0%
                                                    5.4%

                             7-8 tahun                         12.0%
                                                                            18.5%

                    Kurang dari 1 tahun   0.0%
                                                    5.4%

“Lama kerja”



E. Keanggotaan di organisasi jurnalis
            Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari profil responden
dalam survei ini adalah apakah mereka juga menjadi anggota di organisasi
jurnalis. Apakah ada perbedaan antara mereka yang bekerja di media yang
memiliki serikat pekerja dengan mereka yang bekerja di media yang tidak
memiliki serikat pekerja. Ternyata di media yang ada serikat pekerja lebih
banyak yang menjadi anggota organisasi jurnalis, meskipun separuh dari
mereka menyatakan tidak aktif. Sementara di media yang tidak ada serikat
pekerja sebagian besar (55.4%) jurnalis tidak menjadi anggota organisasi
jurnalis.




                                                                                                                         49
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




                 Grafik 2.6 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                                   Ada Serikat Pekerja                     Tidak Ada Serikat Pekerja
                               55.4%


                      39.0%
                                                                  31.5%
                                                       28.0%                             28.0%


                                                                                                    9.8%
                                                                                                                 5.0% 3.3%



                    Tidak menjadi                    Ya, anggota                    Anggota, tidak            Tidak tahu /
                       anggota                           aktif                          aktif                 tidak jawab

“Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“



          Responden di media yang memiliki serikat pekerja yang menjadi
anggota organisasi jurnalis, sebagian besar (52.7%) adalah anggota dari
Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Sementara responden di media yang
tidak memiliki serikat pekerja, yang menjadi anggota organisasi jurnalis
sebagian besar (54.8%) dari mereka adalah anggota Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI).


                 Grafik 2.7 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                                  Ada Serikat Pekerja             Tidak Ada Serikat Pekerja

                                      Aliansi Jurnalis Independen (AJI)                                       52.7%
                                                                                          19.0%
                                 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)                               27.3%
                                                                                                               54.8%
                                Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)      3.6%
                                                                                  7.1%
                                    Karyawan Jurnalis Indonesia (KJI)          3.6%
                                                                                4.8%
                                                       PWI Reformasi         1.8%
                                                                              2.4%
                     Forum Komunikasi Serikat Pekerja Media Indonesia        1.8%
                                       (FKSPMI)                             0.0%
                                   Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI)        1.8%
                                                                              2.4%
                                         Pewarta Foto Indonesia (PFI)        1.8%
                                                                            0.0%
                                            Asosiasi Jurnalis Asia (AJA)     1.8%
                                                                            0.0%
                                Forum Wartawan Pertanian (Forwatan)          1.8%
                                                                            0.0%
                                                                   Siwo     0.0%
                                                                              2.4%
                                                                PRSSNI      0.0%
                                                                                4.8%
                                                    Lainnya, (sebutkan)          5.5%
                                                                                  7.1%




“Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“


50
Bab 3
      Keberadaan Serikat Pekerja




A. Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja
        Seluruh responden dalam survei ini mengetahui keberadaan serikat
pekerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Dalam penelitian ini, 51.8%
responden bekerja di perusahaan media yang terdapat serikat pekerja.
Selebihnya (48.2%) bekerja di media yang tidak memiliki serikat pekerja.

                                                                       51
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




                        Grafik 3.1 Keberadaan Serikat Pekerja
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)




                                                Ada, 51.8%         Tidak ada,
                                                                     48.2%




“Sepengetahuan Anda, apakah ada serikat pekerja di tempat Anda bekerja?”



          Keberadaan serikat pekerja di perusahaan tempat responden
bekerja, menurut mereka, karena merupakan aspirasi dari pekerja. Hanya
3.2% responden yang menyatakan bahwa keberadaan serikat pekerja karena
dibentuk oleh manajemen/direksi perusahaan.


        Grafik 3.2 Alasan Serikat Pekerja Ada di Perusahaan Media
                                      Base: Ada Serikat Pekerja

                                           Aspirasi dari pekerja                        60.0%



                     Aspirasi pekerja tapi didukung oleh direksi                30.5%



                  Dibentuk oleh direksi atau pemilik perusahaan    3.2%



                                         Tidak tahu/tidak jawab     6.3%




“Menurut Anda, apa alasan serikat pekerja didirikan di media Anda?”

          	



52
Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja



          Sementara media yang belum terdapat serikat pekerja, menurut
responden, karena tidak ada orang atau pelopor yang menggerakkan
(38.1%). Alasan kedua adalah tidak diperbolehkan oleh manajemen/
direksi (26.2%). Dan alasan lain menurut mereka adalah tidak ada pekerja
yang berminat.


     Grafik 3.3 Alasan Serikat Pekerja Tidak Ada di Perusahaan Media
                                   Base: Ada Serikat Pekerja

                 Tidak ada orang yang
                                                                           38.1%
                     menggerakkan

                  Tidak diperbolehkan
                                                           26.2%
                      oleh direksi

                     Tidak ada pekerja
                                           3.6%
                       yang berminat

                   Lainnya (sebutkan)     2.4%


                 Tidak tahu/tidak jawab                            31.0%



”Mengapa dimedia tempat Anda bekerja tidak ada serikat pekerja?


           Alasan Tidak Ada Serikat Pekerja di Perusahaan Media

             Dari hasil wawancara mendalam terhadap sejumlah jurnalis di media
   yang tidak memiliki serikat pekerja, diketahui beberapa alasan mengapa di
   media mereka tidak ada serikat pekerja. Hal itu, mulai karena ditentang oleh
   pihak manajemen hingga tidak ada karyawan yang menggerakkan. Meskipun
   ide untuk membentuk serikat pekerja selalu ada, hal itu sulit terealisasi karena
   sering berbenturan dengan pihak manajemen yang menentang pembentukan
   serikat pekerja.
   ”Selama ini hubungan manajemen dengan pekerja cukup harmonis, kalau ada
   masalah pasti bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Karyawan–
   terutama bagian redaksi–memang pernah memiliki pemikiran untuk membentuk
   serikat pekerja. Tapi sampai sekarang, ya, begini-begini saja, belum tercapai
   program itu. Persoalannya, membentuk serikat kerja enggak gampang. Perlu
   koordinasi, diskusi, dan harus menyusun rencana-rencana program. Dan, untuk


                                                                                       53
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




     memulainya sampai sekarang belum ada yang menggerakkan. Apalagi, membentuk
     serikat pekerja ditentang manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

     ”Usia koran ini memang sudah lama, sekitar 35 tahun. Tapi selama itu pula tidak
     pernah ada serikat pekerja. Masalahnya perusahaan memang sama sekali tidak
     menginginkan adanya serikat pekerja. Dari sisi bisnis, keberadaan serikat pekerja
     dianggap merugikan perusahaan karena seluruh karyawan akan memperoleh
     20% saham perusahaan. Ini yang tidak diinginkan manajemen.” (Laki-laki,
     Redaktur, Jakarta)

     ”Dari awal memang tidak ada serikat pekerja. Ada pertentangan antara
     kepentingan manajemen dan karyawan. Di satu sisi, manajemen sangat tidak
     berkenan atas hadirnya serikat pekerja, sementara di sisi karyawan, pembentukan
     serikat pekerja mengundang perlawanan terhadap manajemen. Pasti akan
     berhadapan dengan manajemen. Dan rencana pendirian serikat pekerja ditolak
     manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

     ”Enggak ada serikat pekerja. Banyak alasannya. Pertama, dari pihak manajemen
     memang tidak menginginkan ada serikat pekerja. Jauh-jauh hari, karyawan
     pernah berencana untuk membentuk serikat pekerja, namun hal ini ditentang
     keras oleh manajemen. Bentuk reaksi manajemen adalah dengan memanggil
     karyawan yang akan membentuk serikat pekerja. Jelas, ada intimidasi dari
     manajemen agar tidak membentuk serikat pekerja. Akhirnya enggak jadi. Kedua,
     kekompakan antar karyawan kurang. Kita semua tahu, kalau membentuk
     serikat pekerja akan berbenturan dengan manajemen. Karyawan juga takut akan
     mendapatkan sanksi dari manajemen jika membentuk serikat pekerja. Karena
     kondisi ini, sampai sekarang media ini enggak pernah punya serikat pekerja.”
     (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

     ”Sejak awal berdiri, media ini memang tidak memiliki serikat pekerja. Karena
     karyawannya tidak punya niat untuk membentuk serikat pekerja.” (Laki-laki,
     Redaktur, Jakarta)

     ”Sepertinya semua karyawan tahu kalau serikat pekerja adalah sesuatu yang
     ’tabu’ bagi manajemen. Karyawan akan dicap oposisi oleh manajemen. Karena
     itu, media ini tidak punya serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)




54
Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja




B. Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja
         Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja sebagian
besar menilai sangat penting. Responden dari media yang tidak memiliki
serikat pekerja sebagian besar (54.8%) tetap menilai keberadaan serikat
pekerja sangatlah penting. Tidak ada responden yang menilai keberadaan
serikat pekerja tidak penting sama sekali. Meskipun kecil, ada 9.7% responden
dari media yang tidak memiliki serikat pekerja menilai keberadaan serikat
pekerja kurang penting.


         Grafik 3.4 Persepsi terhadap Keberadaan Serikat Pekerja
     Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                               Ada Serikat Pekerja       Tidak Ada Serikat Pekerja


                                                                                     86.0%
                              Sangat penting                           54.8%

                                                     11.0%
                               Cukup penting                  33.3%

                                                 2.0%
                              Kurang penting        9.7%

                                                 0.0%
                                Tidak penting
                                                 0.0%

                                                 1.0%
                        Tidak tahu/tidak jawab    2.2%



”Menurut penailaian Anda, apakah serikat pekerja di perusahaan media sangat penting,
cukup penting, kurang penting atau tidak penting sama sekali?”



         Alasan mereka menganggap penting keberadaan serikat pekerja
media sebagian besar karena serikat pekerja memperjuangkan hak dan
kesejahteraan pekerja. Alasan lain yang cukup banyak dikemukakan
responden adalah dengan adanya serikat pekerja, para pekerja memiliki
posisi tawar dengan perusahaan dan ketika mengalami sengketa ada yang
melindungi.

                                                                                                           55
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




                         Grafik 3.5 Alasan Serikat Pekerja Penting
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)
                                                          Ada Serikat Pekerja            Tidak Ada Serikat Pekerja

                                                                                                                     40.8%
                          Memperjuangkan hak-hak pekerja                                                                42.7%
                                                                                                          28.6%
                     Memperjuangkan kesejahteraan pekerja                                         24.4%
                                                                                        16.3%
              Memiliki posisi tawar dengan perusahaan media                     11.0%
                                                                          9.2%
            Mendapat perlindungan saat mengalami sengketa                           14.6%
                                                                    4.1%
                           Solidaritas sesama pekerja media             7.3%
                                                                 1.0%
                                      Tidak tahu/tidak jawab   0.0%




“Mengapa serikat pekerja sangat penting atau cukup penting di perusahaan media?”



           Separuh responden (50%) dari media yang memiliki serikat pekerja
yang menjawab keberadaan serikat pekerja kurang penting beralasan, serikat
pekerja tidak efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja, dan
separuh lagi beranggapan kondisi kesejahteraan sudah baik sehingga tidak
perlu diperjuangkan oleh serikat pekerja. Sementara responden dari media
yang tidak memiliki serikat pekerja sebagian besar (72.7%) menganggap,
serikat pekerja kurang penting karena kepentingan mereka sudah diurus oleh
bagian umum atau personalia di perusahaan media. Alasan kedua (27.3%),
serikat pekerja tidak akan efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan
pekerja.




56
Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja




               Grafik 3.6 Alasan Serikat Pekerja Tidak Penting
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                                    Ada Serikat Pekerja       Tidak Ada Serikat Pekerja




                     Tidak akan efektif dalam memperjuangkan                           50.0%
                              kesejahteraan pekerja                         27.3%



                       Kondisi kesejehtaraan sudah baik, tidak                         50.0%
                                perlu diperjuangkan              0.0%



                         Sudah diurus oleh bagian umum atau      0.0%
                              personalia di perusahaan                                            72.7%




“ Mengapa keberadaan serikat pekerja kurang penting atau tidak penting sama sekali                                      di
perusahaan media?”



C. Keanggotaan serikat pekerja
          Mereka yang bekerja di media yang memiliki serikat pekerja
ditanyakan apakah menjadi anggota serikat pekerja. Sebagian besar (83.%)
responden menjadi anggota serikat pekerja di tempat mereka bekerja.
Hanya 17% responden saja yang menyatakan tidak menjadi anggota serikat
pekerja di tempat mereka bekerja.


                  Grafik 3.7 Keanggotaan di Serikat Pekerja
                                   Base: Ada Serikat Pekerja
                                                                          Tidak,
                                                                          17.0%




                                                       Ya, 83.0%




“Apakah Anda menjadi anggota serikat pekerja di media Anda?”


                                                                                                                      57
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




          Lebih jauh ditanyakan pula kepada mereka yang menjadi anggota
serikat pekerja, mengapa bergabung dalam serikat pekerja. Sebagian besar
responden (51.0%) mengatakan, mereka masuk dan bergabung dengan
serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Selebihnya karena diajak oleh
teman (17.8%) dan diwajibkan oleh perusahaan (14.6%). Fakta ini tentunya
cukup menarik. Berkesadaran sendiri bergabung dalam serikat bisa diartikan
sebagai bentuk dukungan langsung terhadap keberadaan serikat pekerja.


                    Grafik 3.8 Alasan Masuk Serikat Pekerja
                             Base: Ada Serikat Pekerja

                                                       Diwajibkan
                             Diajak oleh                  oleh
                               teman,                  perusahaan,
                               17.8%                     14.6%

                                                            Lainnya,
                                                              4.2%

                                           Kesadaran
                                            sendiri,
                                            51.0%




“Alasan Anda bergabung serikat pekerja?”



          Dari pertanyaan berapa lama bergabung menjadi anggota serikat
pekerja, ternyata paling banyak adalah mereka yang belum lama menjadi
anggota serikat pekerja. Jika dihubungkan dengan profil lama mereka
bekerja di perusahaan media saat ini, paling banyak kedua adalah mereka
yang bekerja 3-4 tahun. Hal ini berarti sesuai antara berapa lama mereka
bekerja dengan berapa lama mereka menjadi anggota serikat pekerja.
Responden yang menjadi anggota serikat pekerja lebih dari 10 tahun berarti
mereka juga sudah bekerja di perusahaan itu lebih dari 10 tahun.

58
Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja




              Grafik 3.9 Lama Menjadi Anggota Serikat Pekerja
                                   Base: Ada Serikat Pekerja

                                  L ama menjadi anggota s erikat pekerja (tahun)


                                 22.2%


                         14.8%
                 13.6%
                                         11.1%
                                                                                                9.9%
                                                        6.2%                             6.2%
                                                               4.9%
                                                                      3.7%
                                                 2.5%                        2.5% 2.5%


                  <1       1       2      3       4      5      6      7      8    9     10     > 10



“Sudah berapa tahun Anda menjadi anggota serikat pekerja di media sekarang?”



          Dilihat dari sistem keanggotaan dalam serikat pekerja tempat
responden bekerja, 41.8% responden menjawab berdasarkan sistem stelsel
aktif. Artinya anggota serikat pekerja adalah mereka yang mendaftar menjadi
anggota, pekerja tidak otomatis menjadi anggota serikat pekerja media. Hal
ini berkaitan dari hasil sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar
jurnalis menjadi anggota serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Artinya,
serikat pekerja memang tidak memaksakan kepada pekerja untuk menjadi
anggota serikat pekerja. Hanya mereka yang tertarik dan mau mendaftar
sajalah yang menjadi anggota serikat pekerja.
          Sebesar 30.1% responden menjawab sistem keanggotaan serikat
pekerja di tempat mereka bekerja adalah stelsel pasif, yaitu setiap pekerja yang
bekerja di media itu akan secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja.
Sistem ini bisa jadi berkaitan dengan cara jurnalis menjadi anggota serikat
pekerja, yakni karena diwajibkan. Jadi tanpa mendaftar, ketika mereka bekerja
di media itu, mereka secara otomatis akan menjadi anggota serikat pekerja.


                                                                                                               59
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor




           Grafik 3.10 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja
                             Base: Ada Serikat Pekerja


                                        Stelsel
                                         Aktif,
                                        41.8%
                          Stelsel                        Tidak
                          Pasif,                      tahu/tidak
                          30.1%                         jawab,
                                                        28.1%




“Bagaimana sistem keanggotaan serikat pekerja di media Anda, stelsel pasif atau stelsel
aktif?”



          Responden dari media yang memiliki serikat pekerja sebagian
besar (59%) menilai, sebaiknya sistem keanggotaan serikat adalah stelsel
aktif. Sementara responden (21.3%) dari media yang tidak memiliki serikat
pekerja menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya juga
stelsel aktif. Sebesar 29% responden dari media yang memiliki serikat
pekerja dan 19.1% responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja
menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya stelsel pasif.




60
Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja




          Grafik 3.11 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja
      Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

                                       Ada Serikat Pekerja                   Tidak Ada Serikat Pekerja



                                                                                               59.0%
                       Stelsel Aktif
                                                             21.3%


                                                                     29.0%
                      Stelsel Pasif
                                                          19.1%


                   Tidak tahu/tidak               12.0%
                        jawab                                                                   59.6%




“Menurut Anda, sebaiknya sistem keanggotaan serikat pekerja media berupa stelsel pasif
atau stelsel aktif?”



          Menyambung pertanyaan sebelumnya menarik untuk diketahui
bagaimana penilaian responden jika di tempat mereka bekerja setiap pekerja
secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja. Ternyata lebih banyak yang
setuju jika setiap pekerja secara otomatis atau diwajibkan menjadi anggota
serikat pekerja. Hal ini tentunya berlawanan jika dibandingkan dengan
hasil sebelumnya di mana lebih banyak responden yang menilai sistem
keanggotaan serikat pekerja sebaiknya adalah stelsel aktif, bukan stelsel
pasif. Artinya meskipun lebih banyak mereka yang menilai sebaiknya sistem
keangotaan stelsel aktif, namun jika diharuskan menjadi anggota serikat
mereka setuju dengan cara tersebut.
          Sebesar 35% responden dari media yang memiliki serikat pekerja
dan 33.3% responden dari media tidak memiliki serikat pekerja menyatakan,
tidak setuju jika setiap pekerja diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja.




                                                                                                                      61
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor
Masih bertumpu pada sang pelopor

More Related Content

Similar to Masih bertumpu pada sang pelopor

Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014BPJS Kesehatan RI
 
Management Human Resource
Management Human ResourceManagement Human Resource
Management Human ResourceFarrow Richie
 
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm Xyz )
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm  Xyz )Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm  Xyz )
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm Xyz )Jim Jimenez
 
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...triadimurwanto
 
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...Ari Iriawan Ilham
 
Organisasi profesional
Organisasi profesionalOrganisasi profesional
Organisasi profesionalAuliadinaPutri
 
Organisasi profesional
Organisasi profesionalOrganisasi profesional
Organisasi profesionalmunillaadibah
 
ORGANISASI PROFESIONAL
ORGANISASI PROFESIONALORGANISASI PROFESIONAL
ORGANISASI PROFESIONALyunasprakoso
 
Artikel publikasi bo2
Artikel publikasi bo2Artikel publikasi bo2
Artikel publikasi bo2Rio Nugroho
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...Siti Maesaroh
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...Siti Maesaroh
 
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...Siti Maesaroh
 
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"Jumadi Subur
 
kasus pepsi & coca cola.pdf
kasus pepsi & coca cola.pdfkasus pepsi & coca cola.pdf
kasus pepsi & coca cola.pdfRianty3
 
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...RavenaZahran
 
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERPENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERWindaAmalia9
 

Similar to Masih bertumpu pada sang pelopor (20)

Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 5, Tahun 2014
 
Management Human Resource
Management Human ResourceManagement Human Resource
Management Human Resource
 
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm Xyz )
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm  Xyz )Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm  Xyz )
Analisis Strategi Implementasi Media Sosial (Studi Kasus Ukm Xyz )
 
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok refPotret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok ref
 
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, AnalisisFaktor, Univ...
 
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...
Be &amp; gg, ari ilham, hapzi ali, penerapan prinsip prinsip good corporate g...
 
Organisasi profesional
Organisasi profesionalOrganisasi profesional
Organisasi profesional
 
Organisasi profesional
Organisasi profesionalOrganisasi profesional
Organisasi profesional
 
ORGANISASI PROFESIONAL
ORGANISASI PROFESIONALORGANISASI PROFESIONAL
ORGANISASI PROFESIONAL
 
Artikel publikasi bo2
Artikel publikasi bo2Artikel publikasi bo2
Artikel publikasi bo2
 
D006462595
D006462595D006462595
D006462595
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi, Un...
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi 03,...
 
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...
03 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Sistem Informasi Organisasi Dan Strategi,...
 
Analisis Swot Gojek
Analisis Swot GojekAnalisis Swot Gojek
Analisis Swot Gojek
 
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"
Makalah Seminar "Membangun SDM Koperasi"
 
kasus pepsi & coca cola.pdf
kasus pepsi & coca cola.pdfkasus pepsi & coca cola.pdf
kasus pepsi & coca cola.pdf
 
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...
TB 2 SIM_RAVENA ZAHRAN, HAPZI ALI, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM INFORMASI,...
 
Budaya Kerja.ppt
Budaya Kerja.pptBudaya Kerja.ppt
Budaya Kerja.ppt
 
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBERPENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN - UBER
 

More from Asep Saefullah

Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...
Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...
Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...Asep Saefullah
 
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesia
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesiaIndeks kebebasan pers 2012 di indonesia
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesiaAsep Saefullah
 
Kompetensi kunci ukj aji
Kompetensi kunci ukj ajiKompetensi kunci ukj aji
Kompetensi kunci ukj ajiAsep Saefullah
 
Daftar peserta workshop perempuan
Daftar peserta workshop perempuanDaftar peserta workshop perempuan
Daftar peserta workshop perempuanAsep Saefullah
 
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012Formulir beasiswa banking journalist academy 2012
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012Asep Saefullah
 
Surat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNISurat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNIAsep Saefullah
 
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifis
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifisKebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifis
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifisAsep Saefullah
 
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJI
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJIRefleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJI
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJIAsep Saefullah
 
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompas
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompasSesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompas
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompasAsep Saefullah
 
Sesi 1 seminar aji_2012_enda
Sesi 1 seminar aji_2012_endaSesi 1 seminar aji_2012_enda
Sesi 1 seminar aji_2012_endaAsep Saefullah
 
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverick
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverickSesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverick
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverickAsep Saefullah
 
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraSesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraAsep Saefullah
 
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraSesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraAsep Saefullah
 

More from Asep Saefullah (14)

Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...
Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...
Manifestasi Pengarusutamaan Gender dalam Tata Kelola dan Tata Guna Sumber Day...
 
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesia
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesiaIndeks kebebasan pers 2012 di indonesia
Indeks kebebasan pers 2012 di indonesia
 
Kompetensi kunci ukj aji
Kompetensi kunci ukj ajiKompetensi kunci ukj aji
Kompetensi kunci ukj aji
 
Daftar peserta workshop perempuan
Daftar peserta workshop perempuanDaftar peserta workshop perempuan
Daftar peserta workshop perempuan
 
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012Formulir beasiswa banking journalist academy 2012
Formulir beasiswa banking journalist academy 2012
 
Surat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNISurat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNI
 
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifis
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifisKebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifis
Kebebasan berekspresi panduan bagi jurnalis dan aktifis
 
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJI
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJIRefleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJI
Refleksi Yanuar Nugroho pada 18 Tahun AJI
 
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompas
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompasSesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompas
Sesi 2 seminar aji_2012_agung_adi_kompas
 
Sesi 1 seminar aji_2012_enda
Sesi 1 seminar aji_2012_endaSesi 1 seminar aji_2012_enda
Sesi 1 seminar aji_2012_enda
 
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverick
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverickSesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverick
Sesi 1 seminar aji_2012_hanny_maverick
 
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraSesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
 
Sesi 1 akhmad kusaeni
Sesi 1 akhmad kusaeniSesi 1 akhmad kusaeni
Sesi 1 akhmad kusaeni
 
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antaraSesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
Sesi 1 seminar aji_2012_akhmad_kusaeni_antara
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 

Masih bertumpu pada sang pelopor

  • 1. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia 1
  • 2. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor KETERANGAN UMUM SURVEI Metode riset Survei Wilayah survei Jakarta, Aceh, Medan, Bandung, Surakarta, Lampung, dan Palu 192 responden survei Total responden 27 responden indepth interview Teknik sampling Cluster random samping Error sampling +/- 6,62% pada interval kepercayaan 95,0% Pengambilan data Februari-Maret 2010 Desain riset & Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kuesioner Analisa data Sigma Research Indonesia Laporan akhir Sigma Research Indonesia Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor: Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media Editor: Winuranto Adhi Tim Penyusun: Jajang Jamaludin, Asep Komarudin, Winuranto Adhi Tim Survei: Sigma Reseach Indonesia Desain: Robby Eebor Ilustrator Cover dan Isi: Imam Yunianto Cetakan Pertama: Mei 2010 Penerbit: Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Jl. Kembang Raya No.6 Kwitang-Senen Jakarta Pusat 10420 – Indonesia Tel. +62 21 3151214, Fax. +62 21 3151261 www.ajiindonesia.org Didukung oleh: @Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia - 2010 2
  • 3. KATA PENGANTAR Konsolidasi Serikat Pekerja Media: “Too little, but not too late” SELAMA satu dekade ini, kita menyimak ironi dari pertumbuhan serikat pekerja media di Indonesia. Dari segi jumlah, tak ada pertumbuhan dramatis, meskipun pertumbuhan industri media di Indoensia mengalami booming setelah reformasi. Secara kualitatif, kita belum menemukan serikat pekerja media yang punya posisi tawar kuat di hadapan pengusaha media.   Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyimak sejumlah serikat pekerja media masih kehilangan arah perjuangan, meskipun keberadaannya sudah dicatatkan pada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker).  Kita kerap menemukan serikat pekerja tidak dibangun dengan sistem manajemen yang baik. Misalnya, mengakomodir keanggotaan dengan sistem stelsel pasif (seluruh karyawan otomatis menjadi anggota),  tidak mampu menghimpun iuran anggota, hingga tidak bisa menunjukkan kemampuannya dalam bernegosiasi.  Serikat seperti tidak tahu apa yang harus diperbuat, bahkan untuk mempertahankan keberadaannya pun sulit. Akibatnya, konsolidasi serikat pekerja media kerap  berjalan di tempat, involutif, dan perlahan digerus oleh agresifitas modal pemilik media.  Mungkin karena terlalu lama kata “buruh” absen pada Indonesia di bawah rezim Suharto, maka kesadaran berserikat bagi buruh dan rakyat 3
  • 4. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor pekerja pun seperti enggan muncul  kendati kesempatan secara legal sudah terbuka. Misalkan, untuk soal penamaan, ada kecenderungan memakai nama lebih “akomodatif ”.   Ini sekedar contoh, barangkali menghindari kecurigaan dari manajemen, para aktivis serikat pekerja media “melembutkan” nama organisasinya agar terdengar lebih “bersahabat”.   Para pekerja Tempo, misalnya, memilih nama Dewan Karyawan Tempo (DeKaT), pekerja di Kompas menggunakan nama Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK), pekerja Indosiar memakai nama Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar, pekerja majalah Swa memakai nama Forum Karyawan Swa (FKS), pekerja Hukumonline.com memilih nama WorkerHOLic, pekerja di Solo Pos menggunakan Ikatan Karyawan Solo Pos (Ikaso), atau pekerja Bisnis Indonesia memakai nama Kerukunan Warga Karyawan Bisnis Indonesia. Tak ada yang salah memang, isi dan semangat tentu jauh lebih penting dari sekedar nama. Tapi, ada yang harus dicermati selaku organisasi berwatak ”serikat pekerja”, bahwa   jurnalis dan pekerja media harus mau mengevaluasi diri.  Perjuangan pekerja media di tahun 2010 ini kian terasa berat. Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal bermunculan di sejumlah media.  Jika pada kurun November 2008-April 2009, AJI mencatat hanya ada 100 pekerja media yang dipecat, di tahun ini data tersebut kian melonjak tajam. Berdasarkan data AJI Indonesia, PHK massal dan skorsing bernuansa union busting melanda sedikitnya 200 pekerja stasiun teve Indosiar, PHK massal juga dialami 144 pekerja koran Berita Kota pasca diakuisisi Kelompok Kompas Gramedia (KKG), PHK massal terhadap 50- an pekerja Suara Pembaruan dan grup media kelompok Lippo lainnya, juga PHK massal atas 40-an pekerja stasiun teve Antv. 4
  • 5. Kata Pengantar Konflik ketenagakerjaan sebagai imbas dari ketidakjelasan aturan kerja hingga masalah kesejahteraan juga mulai bermunculan. Hal ini, misalnya, terjadi di Koran Jakarta—hingga berujung pada pemogokan kerja sebagian kecil wartawannya.  Di sejumlah daerah kasus seperti ini juga terjadi. Mei 2009 silam, 60 pekerja harian Aceh Independen juga menjadi korban PHK massal. Di Kendari, sejumlah wartawan Kendari TV juga mengalami nasib serupa.  Untuk itulah, melaui Survei Serikat Pekerja di Perusahan Media berjudul ”Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor” ini, AJI Indonesia ingin memberikan gambaran terbaru kondisi serikat pekerja media di Indonesia.   Survei ini dilakukan di tujuh kota Jakarta, Aceh, Medan, Lampung, Bandung, Surakarta, dan Palu dengan melibatkan 192 responden dan 27 responden indepth interview, berhasil mengungkap sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh serikat pekerja media. Hasilnya, antara lain, cukup kondusif:        “Sebagian besar (83.7%) responden, misalnya, menegaskan perlunya serikat pekerja di media mereka. Dukungan atas pembentukan serikat pekerja media juga dinyatakan mayoritas responden (97.1%), dan sebanyak 82.8% responden mengatakan tertarik untuk bergabung menjadi anggota serikat pekerja. Hanya 3.25% responden saja yang menyatakan tidak tertarik bergabung dalam serikat pekerja. Bahkan, banyak pula responden yang menegaskan keinginannya untuk bisa menjadi pelopor (organisatoris) dalam pendirian serikat pekerja di perusahan media yang belum memiliki serikat”.  5
  • 6. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor  Survei ini juga menelaah tingkat keaktifan serikat, efektivitas penyelesaian masalah yang ditanganinya, serta berbagai aspek yang mestinya diperjuangkan oleh serikat pekerja media. Termasuk tentang Perjanjian Kerja Bersama, hingga kepemilikan saham kolektif.  Tak hanya itu, survei pun berusaha memotret besaran upah yang diterima jurnalis, kondisi kerja, hingga kondisi di ruang redaksi.     Mencermati kian intensifnya industri pers, termasuk kemajuan teknologi informasi yang bisa mengubah relasi industrial antara pemodal dan pekerja, maka serikat pekerja media harus segera berbenah diri.  Pada soal konvergensi media misalnya, serikat pekerja media semestinya telah bersiap dengan konsep baru hubungan industrial, dengan mempertimbangkan kesejahteraan pekerja tak dirugikan. Memang masih banyak soal internal maupun eksternal yang harus segera diperbaiki. Butuh usaha ekstra, tapi belum telat memperbaiki dan membangun kekuatan yang masih terserak di dalam.  Banyak pencapaian bisa kita lakukan dengan memperbaiki  berbagai kelemahan.  Kita tak ingin semakin tertinggal ketika mesin kapitalisme media bergerak, dan serikat pekerja menjadi “too little, and too late” dalam menanggapi problem hubungan industrial. Semoga hasil survei ini menjadi suatu alat kita ke arah konsolidasi baru guna memperbaiki kondisi serikat pekerja.   Jakarta, April 2010    Nezar Patria Ketua Umum AJI Indonesia 6
  • 7. RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Latar belakang Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis terhadap kehadiran serikat pekerja di perusahaan media. Survei menyertakan jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja dan jurnalis dari media yang tidak memiliki serikat pekerja. Dari survei ini akan didapatkan data bagaimana pandangan jurnalis terhadap kehadiran serikat pekerja. Untuk jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja akan ditanyakan tingkat kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja, termasuk harapan dan peran apa saja yang diharapkan dapat dilakukan oleh serikat pekerja di medianya. Sementara untuk jurnalis dari media tidak atau belum memiliki serikat pekerja akan ditanyakan apakah mereka juga mempunyai keinginan membentuk serikat pekerja, termasuk hambatan apa saja yang dihadapi sehingga serikat pekerja belum terbentuk, dan lain sebagainya. 2. Tujuan penelitian Secara umum, tujuan dari survei ini adalah ingin mendapatkan data mengenai penilaian jurnalis terhadap serikat pekerja, baik di media yang sudah memiliki serikat pekerja maupun di media yang tidak atau belum memiliki serikat pekerja. Selanjutnya, ingin diketahui pula penilaian umum dari kalangan jurnalis terhadap serikat pekerja, peran yang harus diemban di dalamnya, kepuasan terhadap manajemen perusahaan dan serikat pekerja media terkait. 7
  • 8. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor 3. Metode penelitian Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur (kuesioner). Survei bersifat eksploratif, artinya berusaha menggambarkan sebanyak mungkin pendapat jurnalis atas berbagai isu yang terkait dengan serikat pekerja. Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja di tujuh kota di Indonesia. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai individu yang bekerja mencari, mengolah, dan mempublikasikan berita di suatu media. Ketujuh kota tersebut adalah Jakarta, Aceh, Medan, Lampung, Bandung, Surakarta, dan Palu. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam survei ini adalah teknik acak klaster (cluster random sampling). Jumlah sampel dalam survei sebanyak 192 responden survei dan 27 responden indepth interview. Wawancara secara mendalam dilakukan secara langsung (face to face interviews), dengan cara pewawancara mendatangi langsung responden yang terpilih. 4. Temuan penelitian Temuan penelitian yang diperoleh dirangkum dalam poin-poin berikut ini: 1. Keberadaan serikat pekerja a. Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja di perusahaan media sebagian besar menilai sangat penting. b. Sebagian besar responden dari media yang memiliki serikat pekerja menjawab, manajemen mendukung keberadaan serikat pekerja di perusahaan media. 2. Pembentukan serikat pekerja a. Sebagian besar (83.7%) responden menjawab perlu hadirnya 8
  • 9. Ringkasan Eksekutif serikat pekerja di media tempat mereka bekerja selama ini. b. Selain mengatakan perlu membentuk serikat pekerja, sebagian besar responden (97.1%) juga menyatakan mendukung terhadap pembentukan serikat pekerja di media tempat mereka bekerja. c. Banyak responden yang menyatakan bersedia menjadi pelopor (organisatoris) pembentukan serikat pekerja. d. Sebagian besar responden (82.8%) mengatakan tertarik untuk masuk dan bergabung menjadi anggota serikat pekerja. Hanya 3.25% responden yang tidak tertarik. 3. Permasalahan pekerja dan penyelesaiannya oleh serikat pekerja a. Sebagian besar responden (80% lebih) tidak pernah mempunyai masalah, baik itu yang disampaikan ke serikat pekerja atau ke pihak manajemen. b. Masalah yang sering dialami oleh pekerja media adalah masalah upah dan asuransi. c. Bagi mereka yang pernah mempunyai masalah dan meminta serikat pekerja untuk membantu mengatasi masalah, sebagian besar merasa puas (58.3%) dengan kerja advokasi yang dilakukan serikat pekerja. 4. Perjuangan serikat pekerja a. Dari media yang memiliki serikat pekerja, 60% responden melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif dalam memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja. b. Sebanyak 36.0% responden menyatakan merasa tidak puas dan sangat tidak puas dengan kerja serikat pekerja di tempat 9
  • 10. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor mereka bekerja. Sedangkan yang menjawab puas atau sangat puas tidak ada separuhnya atau hanya 49.0% responden. c. Sebanyak 31% responden menilai perjuangan serikat pekerja dirasakan manfaatnya oleh semua pekerja media. Lalu 24% responden menilai manfaatnya dirasakan sebagian besar pekerja dan 15% dirasakan hanya sebagian kecil pekerja media. d. Aspek yang perlu diperjuangkan serikat pekerja menurut sebagian besar responden adalah masalah upah atau kesejahteraan (63%), lalu masalah pemutusan hubungan kerja (57%), disusul asuransi dan tunjangan kesehatan (47%), dan status kerja (44%). 5. Aktivitas serikat pekerja a. Sebesar 51.5% responden melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif mengadakan kegiatan. Sementara yang menjawab seriklat pekerja tidak aktif sebesar 31.3%. b. Serikat pekerja paling banyak mengadakan kegiatan kurang dari sekali setiap bulan (28.3%). c. Hanya 26.3% responden yang menyatakan serikat pekerja di tempat mereka bekerja pernah mengadakan pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan anggotanya. d. Sebagian besar responden (68.8%) menjawab tidak ada iuran bulanan, hanya 31.3% responden yang menjawab ada iuran bulanan untuk serikat pekerja di tempat mereka bekerja. 6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) a. Sebagian besar responden, baik dari kelompok yang memiliki 10
  • 11. Ringkasan Eksekutif serikat pekerja maupun yang tidak memiliki serikat pekerja menilai, kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). b. Gaji adalah hal yang dianggap paling perlu diatur dalam PKB (91.9%), sedangkan masalah panjangnya durasi jam kerja adalah hal yang paling tinggi diabaikan responden (9.1%). 7. Kepemilikan saham bersama a. Sebagian besar responden, baik dari kelompok responden dari media yang memiliki serikat maupun responden dari media yang tidak mempunyai serikat pekerja menganggap perlu serikat pekerja memperjuangkan kepemilikan saham secara kolektif di perusahaan media. b. Ada sejumlah isu berkaitan dengan saham kolektif ini. Pertama, soal saham minimum bagi pekerja sebesar 20%. Kedua, adanya wakil pekerja dalam jajaran direksi di perusahaan media. 8. Upah dan fasilitas kerja a. Di media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar reponden (71.7%) mengatakan, mereka mendapatkan honor di luar upah bulanan. Namun di media yang tidak memiliki serikat pekerja lebih banyak responden (58.1%) yang mengaku tidak mendapatkan honor di luar upah. b. Terkait upah, meski semua responden menerimanya setiap bulan namun hanya sekitar 30% responden saja yang menilai upah tersebut baik atau sangat baik. Sekitar separuh responden menilai upah yang mereka terima setiap bulannya biasa saja. c. Temuan yang juga cukup mengagetkan, ternyata separuh lebih 11
  • 12. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor responden (60%) menilai upah yang mereka dapatkan dari perusahaan tempatnya bekerja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 9. Kondisi kerja dan beban kerja a. Di atas 40% kelompok responden dari media yang memiliki serikat menilai aturan-aturan seperti status pekerja, cuti, PHK dan hak cipta sudah baik. Kecuali aturan mengenai jenjang karier yang lebih banyak dinilai biasa saja oleh responden (47.4%). b. Yang menarik dari riset ini, ternyata tidak ada perbedaan beban kerja di perusahaan responden dari media yang memiliki serikat dengan perusahaan responden dari media yang tidak mempunyai serikat pekerja. 12
  • 13. DAFTAR ISI Ringkasan Eksekutif 7 Daftar Isi 13 Daftar Grafik 17 Daftar Tabel 21 Bab 1 Pendahuluan 25 A. Latar belakang penelitian 25 B. Tujuan penelitian 37 C. Metode penelitian 39 D. Sampel dan responden 39 Bab 2 Profil Responden 45 A. Usia dan jenis kelamin 45 B. Bidang pekerjaan 47 C. Pendidikan 48 D. Lama bekerja 48 E. Keanggotaan di organisasi jurnalis 49 Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja di Perusahaan Media 51 A. Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja 51 B. Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja 55 C. Keanggotaan serikat pekerja 57 D. Dukungan direksi/manajemen terhadap keberadaan serikat pekerja 63 E. Hubungan serikat pekerja dengan manajemen 66 Bab 4 Pembentukan Serikat Pekerja 71 A. Persepsi terhadap pembentukan serikat pekerja 71 13
  • 14. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor B. Dukungan terhadap pembentukan serikat pekerja 72 Bab 5 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaiannya oleh Serikat Pekerja 77 A. Permasalahan/keluhan pekerja di tempat kerja 77 B. Cara penyelesaian masalah 79 C. Serikat pekerja sebagai tempat menyampaikan keluhan 80 D. Kepuasan terhadap tindakan yang dilakukan serikat 80 pekerja 80 E. Kecepatan respons serikat pekerja terhadap keluhan pekerja 81 F. Keberhasilan serikat pekerja dalam menyeleasikan masalah 82 G. Penilaian terhadap penyelesaian masalah oleh serikat pekerja 85 Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja 85 A Keaktifan perjuangan serikat pekerja 85 B. Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja 86 C. Penilaian terhadap manfaat perjuangan serikat pekerja 88 D. Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja 89 E. Penilaian terhadap efektivitas perjuangan serikat pekerja 95 Bab 7 Aktivitas Serikat Pekerja 97 A. Penilaian terhadap keaktifan serikat pekerja 97 B. Aktivitas serikat pekerja 99 C. Pertemuan serikat pekerja 105 D. Iuran dalam serikat pekerja 107 14
  • 15. Daftar Isi E. Frekuensi pertemuan serikat pekerja 108 F. Persepsi terhadap aktivitas serikat pekerja 110 G. Keaktifan pekerja dalam aktivitas serikat pekerja 112 Bab 8 Perjanjian Kerja Bersama 115 A. Penilaian terhadap Perjanjian Kerja Bersama 115 B. Aspek dalam Perjanjian Kerja Bersama 118 Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif 121 A. Penilaian terhadap kepemilikan saham kolektif 122 B. Aspek yang perlu diperjuangkan pada kepemilikan saham kolektif 125 Bab 10 Pendapatan dan Fasilitas Kerja 129 A. Upah 130 B. Upah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari 139 C. Pendapatan sampingan 145 Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja 147 A. Aturan kerja 147 B. Beban kerja 150 C. Berita yang tidak dimuat 157 D. Kondisi ruang redaksi 160 Bab 12 Kesimpulan Dan Rekomendasi 163 A. Kesimpulan 163 B. Rekomendasi 167 15
  • 16. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor 16
  • 17. DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Jenis kelamin 46 Grafik 2.2 Usia responden 47 Grafik 2.3 Posisi/jabatan di media 47 Grafik 2.4 Pendidikan 48 Grafik 2.5 Lama bekerja 49 Grafik 2.6 Keanggotaan di organisasi jurnalis 50 Grafik 2.7 Keanggotaan di organisasi jurnalis 50 Grafik 3.1 Keberadaan serikat pekerja 52 Grafik 3.2 Alasan serikat pekerja ada di perusahaan media 52 Grafik 3.3 Alasan serikat pekerja tidak ada di perusahaan media 53 Grafik 3.4 Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja 54 Grafik 3.5 Alasan serikat pekerja penting 56 Grafik 3.6 Alasan serikat pekerja tidak penting 57 Grafik 3.7 Keanggotaan di serikat pekerja 57 Grafik 3.8 Alasan masuk serikat pekerja 58 Grafik 3.9 Lama keanggotaan di serikat pekerja 59 Grafik 3.10 Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja 60 Grafik 3.11 Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja 61 Grafik 3.12 Keharusan menjadi anggota serikat pekerja 62 Grafik 3.13 Alasan setuju 62 Grafik 3.14 Alasan tidak setuju 63 Grafik 3.15 Dukungan direksi/manajemen 64 17
  • 18. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 3.16 Bentuk dukungan direksi/manajemen terhadap serikat pekerja 65 Grafik 3.17 Direksi/manajemen tidak mendukung serikat pekerja 66 Grafik 3.18 Mendukung serikat pekerja atau direksi 69 Grafik 4.1 Pembentukan serikat pekerja 72 Grafik 4.2 Dukungan pembentukan serikat pekerja 72 Grafik 4.3 Kesediaan menjadi pelopor 73 Grafik 4.4 Minat menjadi anggota serikat pekerja 74 Grafik 4.5 Alasan berminat menjadi anggota 74 Grafik 4.6 Alasan tidak berminat menjadi anggota serikat pekerja 75 Grafik 4.7 Dukungan pekerja 76 Grafik 5.1 Permasalahan pekerja media 78 Grafik 5.2 Permasalahan pekerja media 78 Grafik 5.3 Permasalahan pekerja media 79 Grafik 5.4 Cara menyelesaikan masalah 79 Grafik 5.5 Apakah disampaikan ke serikat pekerja 80 Grafik 5.6 Penilaian kepuasan terhadap tindakan serikat pekerja 81 Grafik 5.7 Kecepatan respons serikat pekerja 82 Grafik 5.8 Keberhasilan serikat pekerja 83 Grafik 6.1 Keaktifan perjuangan serikat pekerja 86 Grafik 6.2 Keanggotaan di organisasi jurnalis 87 Grafik 6.3 Manfaat perjuangan serikat pekerja 89 Grafik 6.4 Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja 90 18
  • 19. Daftar Grafik Grafik 6.5 Aspek yang menjadi prioritas perjuangan serikat pekerja 94 Grafik 6.6 Efektivitas perjuangan serikat pekerja 95 Grafik 6.7 Alasan perjuangan serikat pekerja tidak efektif 96 Grafik 7.1 Keaktifan serikat pekerja 98 Grafik 7.2 Alasan serikat pekerja tidak aktif 98 Grafik 7.3 Frekuensi aktivitas serikat pekerja 99 Grafik 7.4 Iuran serikat pekerja 108 Grafik 7.5 Persepsi terhadap kegiatan serikat pekerja 111 Grafik 7.6 Keaktifan pekerja pada kegiatan serikat pekerja 113 Grafik 8.1 Penilaian terhadap kesepakatan kerja 116 Grafik 8.2 Alasan kesepakatan kerja dibuat individual 117 Grafik 8.3 Alasan kesepakatan kerja dibuat kolektif 118 Grafik 9.1 Apakah perlu saham kolektif 123 Grafik 9.2 Alasan tidak perlu saham kolektif 124 Grafik 9.3 Keanggotaan di organisasi jurnalis 125 Grafik 10.1 Upah 133 Grafik 10.2 Apakah upah yang diterima sesuai dengan beban kerja 137 Grafik 10.3 Apakah upah mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari 140 Grafik 10.4 Apakah mempunyai pekerjaan sampingan 145 Grafik 10.5 Lebih besar upah atau pendapatan hasil pekerjaan sampingan 146 Grafik 11.1 Rata-rata jam kerja dalam sehari 152 Grafik 11.2 Rata-rata hari kerja dalam seminggu 153 19
  • 20. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 11.3 Penilaian jam kerja ideal dalam sehari 154 Grafik 11.4 Penilaian rata-rata hari kerja ideal dalam seminggu 155 Grafik 11.5 Penilaian atas beban kerja 155 Grafik 11.6 Apakah punya kesempatan beraktivitas di luar pekerjaan 156 Grafik 11.7 Apakah pernah membuat berita yang tidak disukai 157 Grafik 11.8 Apakah pernah membuat berita dan tidak dimuat 158 Grafik 11.9 Alasan berita yang tidak dimuat 158 20
  • 21. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Komposisi media dan responden survei kuantitatif 40 Tabel 1.2 Komposisi media dan responden indepth interview 41 Tabel 3.1 Hal yang terdapat di perusahaan media 67 Tabel 3.2 Hal yang terdapat di perusahaan media 67 Tabel 5.1 Penyelesaian masalah oleh serikat pekerja 84 Tabel 6.1 Keberhasilan perjuangan serikat pekerja 91 Tabel 6.2 Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja atas aspek kesejahteraan pekerja 93 Tabel 7.1 Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja 100 Tabel 7.2 Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja 101 Tabel 7.3 Penilaian aktivitas yang dilakukan serikat pekerja 102 Tabel 7.4 Pernah mengikuti aktivitas serikat pekerja 103 Tabel 7.5 Penilaian manfaat mengikuti aktivitas serikat pekerja 104 Tabel 7.6 Pertemuan yang dilakukan serikat pekerja 106 Tabel 7.7 Keikutsertaan pekerja dalam pertemuan serikat pekerja 107 Tabel 7.8 Frekuensi pertemuan serikat pekerja membahas masalah pekerja 110 Tabel 7.9 Frekuensi keikutsertaan dalam pertemuan tentang masalah pekerja 109 Tabel 8.1 Aspek dalam kesepakatan bersama (ada serikat) 118 21
  • 22. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Tabel 8.2 Aspek dalam kesepakatan bersama (tidak ada serikat) 119 Tabel 9.1 Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan saham (ada serikat) 126 Tabel 9.2 Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan saham (tidak ada serikat) 128 Tabel 10.1 Upah 130 Tabel 10.2 Penilaian atas upah (ada serikat) 132 Tabel 10.3 Penilaian atas upah (tidak ada serikat) 132 Tabel 10.4 Rata-rata upah berdasarkan posisi/jabatan 133 Tabel 10.5 Upah berdasarkan wilayah 134 Tabel 10.6 Upah berdasarkan posisi/jabatan 134 Tabel 10.7 Upah berdasarkan kelompok umur 135 Tabel 10.8 Upah berdasarkan pendidikan terakhir 135 Tabel 10.9 Upah berdasarkan lama bekerja 136 Tabel 10.10 Penilaian kesesuian gaji dengan beban kerja berdasarkan jenis kelamin, umur, jabatan, lama bekerja dan wilayah 137 Tabel 10.11 Penilaian apakah upah mencukupi 142 Tabel 10.12 Penilaian apakah upah mencukupi berdasarkan jenis kelamin, umur, jabatan, lama bekerja dan wilayah 142 Tabel 10.13 Tunjangan kerja 142 Tabel 10.14 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (ada serikat) 143 22
  • 23. Daftar Tabel Tabel 10.15 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (tidak ada serikat) 144 Tabel 11.1 Aturan kerja (ada serikat) 148 Tabel 11.2 Penilaian aturan kerja (ada serikat) 153 Tabel 11.3 Aturan kerja (tidak ada serikat) 154 Tabel 11.4 Beban kerja (ada serikat) 153 Tabel 11.5 Beban kerja (tidak ada serikat) 154 Tabel 11.6 Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat (ada serikat) 159 Tabel 11.7 Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat (tidak ada serikat) 160 Tabel 11.8 Kondisi ruang redaksi (ada serikat) 161 Tabel 11.9 Kondisi ruang redaksi (tidak ada serikat) 162 23
  • 24. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor 24
  • 25. Bab 1 Pendahuluan A. Latar belakang penelitian Siang itu, Kamis, 13 Maret 2010, mestinya menjadi titik balik yang memberi harapan bagi Budi Laksono, Ketua Serikat Pekerja Suara Pembaruan.  Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta memutuskan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh PT Media Interaksi Utama (MIU) terhadap Budi tidak sah dan batal demi hukum. Budi, yang sudah mengabdi selama 18 tahun di Suara Pembaruan, dipecat tak lama setelah mendirikan serikat pekerja di kantornya. Sejumlah pekerja Suara Pembaruan sepakat membentuk serikat pekerja untuk mengantisipasi berbagai rencana manajemen, setelah terjadi perubahan status kepemilikan perusahaan tersebut. 25
  • 26. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Reaksi manajemen seperti perkiraan Budi dan kawan-kawan. Manajemen meminta pekerja yang menjadi pengurus serikat untuk memilih, bergabung dengan serikat pekerja atau tetap dengan perusahaan. Tak ayal, mereka yang memilih aktif di serikat pekerja mendapat sanksi. Ada yang diturunkan jabatannya dari redaktur menjadi reporter, ada pula yang diturunkan gajinya. Yang paling sial, ya, Budi. Ia dipecat dari Suara Pembaruan. Budi dan kawan-kawan sempat mengadukan perlakuan manajemen kepada Dinas Tenaga Kerja Jakarta Timur. Mediasi di Dinas memenangkan Budi dan rekan-rekannya, serta meminta perusahaan kembali mempekerjakan Budi. Namun, perusahaan tidak mematuhi rekomendasi Dinas Tenaga Kerja, sampai akhirnya kasus ini bergulir masuk ke Pengadilan Hubungan Industrial. Saat membacakan putusannya, Ketua Majelis Hakim PHI Jakarta, Sapawi, menyatakan,  hubungan kerja antara PT MIU dengan Budi belum putus. Budi harus dipekerjakan kembali seperti semula sebagai wartawan harian sore Suara Pembaruan.“Tindakan PHK tidak sah secara hukum,” ujar Sapawi yang didampingi dua hakim anggota, Juanda Pangaribuan dan M. Sinufa Zebua. Menurut hakim, pemecatan sepihak Budi bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain meminta Budi dipekerjakan kembali, Majelis Hakim menghukum PT MIU agar membayar gaji Budi sejak Maret 2009 dan membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 200 ribu per hari jika manajemen Suara Pembaruan melalaikan putusan tersebut. Menanggapi putusan Majelis Hakim, Budi Laksono 26
  • 27. Bab 1 Pendahuluan mengaku lega. Selama ini, pimpinan PT MIU selalu sesumbar bahwa perusahaan tidak bisa dikalahkan karena memiliki banyak uang. “Ternyata masih ada keadilan di negeri ini yang tidak bisa dibeli. Putusan ini mematahkan arogansi perusahaan,” ujar Budi. Perjuangan panjang Budi di jalur hukum memang telah membuahkan hasil. Tapi, upaya Budi untuk memperoleh haknya tampaknya masih harus memakan waktu panjang. Pasalnya, perusahaan tempat dia bekerja berkukuh bahwa pemberhentian itu sudah sesuai peraturan. “Kami akan mengajukan kasasi,” kata pengacara Suara Pembaruan, Andi Simangunsong seperti dikutip majalah Tempo edisi 29 Maret-4 April 2010. Kasus serupa juga terjadi di stasiun televisi Indosiar. Dengan alasan perusahaan terus merugi, manajemen memecat sepihak sekitar 200 pekerjanya. Manajemen juga menskorsing pekerja yang berunjuk rasa saat Indosiar merayakan ulang tahun pada Januari lalu. Saat itu, mereka memprotes kebijakan perusahaan yang tidak menaikkan gaji pekerja sejak 2004. Juru bicara perusahaan, Gufron Sakaril, mengatakan perusahaannya tengah melakukan efisiensi dengan restrukturisasi usaha dan bisnis. Untuk menuntut hak dan merespons kebijakan perusahaan, pada 21 April 2008, sekitar 750 orang karyawan Indosiar mendeklarasikan berdirinya Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar. Tapi, tak lama setelah Sekar berdiri, perusahaan menyokong pendirian serikat pekerja tandingan, Serikat Karyawan (Sekawan) Indosiar. Sejak saat itu pula, upaya pengembosan atas serikat pekerja versi pekerja terus terjadi. Manajer bidang pengamanan (security), misalnya, secara terang-terangan meminta anak buahnya tidak bergabung dengan Sekar. Pada saat hampir bersamaan, pimpinan unit pemeliharaan memanggil 27
  • 28. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor satu per satu bawahannya. Hal yang sama dilakukan pimpinan unit art (seni) di Indosiar. Pesannya sama: agar pekerja bergabung dengan serikat yang disokong perusahaan. Akibatnya bisa ditebak. Satu per satu anggota Sekar mundur teratur. Terakhir, pekerja Indosiar yang bertahan di Sekar tingal 300-an orang. Namun, semua itu tak menyurutkan langkah aktivis Sekar untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Berkali-kali mereka mengajukan permohonan agar perusahaan menyesuaikan gaji karyawan, paling tidak sesuai laju inflasi tahunan yang jika diakumulasi dari 2004 hingga 2008 saja sudah mencapai 52,82 persen. Namun, semua itu tak membuahkan hasil. Pada 7 Januari 2010, aktivis Sekar mengadukan kasusnya kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Setelah itu, mereka mengadukan kasusnya ke Komisi Nasional Hak Asasi  Manusia dan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat. Selain menolak pemecatan sepihak, mereka pun kembali menyuarakan pentingnya peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kondisi kerja. Dari lembaga negara dan lembaga kuasi negara itulah para aktivis Sekar mendapatkan dukungan. Meskipun, perkembangan terakhir sampai laporan ini ditulis, Ketua Sekar, Dicky Irawan; Sekretaris Sekar , Yanri Silitonga, dan seluruh pengurus Sekar menerima skorsing dari manajemen. Dalihnya, para aktivis Sekar tidak mau menandatangani surat pemutusan hubungan kerja. Dua kasus paling anyar ini menunjukkan betapa upaya pekerja memperjuangkan hak-haknya melalui serikat pekerja tidaklah mudah. Pihak perusahaan umumnya masih alergi dengan keberadaan serikat pekerja, tak terkecuali di perusahaan media. Perusahaan kebanyakan belum menganggap 28
  • 29. Bab 1 Pendahuluan serikat pekerja sebagai salah satu pemangku kepentingan yang mestinya bisa diajak bersama-sama membangun perusahaan demi kesejahteraan bersama. Akibatnya, pintu untuk dialog, berunding, atau berembuk kerap dikunci sebelum pernah dibuka. Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mencatat sejumlah pola bagaimana perusahaan mencoba mematahkan perjuangan pekerja media melalui serikat pekerja: 1. Menghalang-halangi pekerja untuk bergabung di dalam serikat Sering ditemui manajemen melarang pekerjanya untuk bergabung di dalam serikat. Selalu dipropagandakan, serikat pekerja tukang menuntut, membuat hubungan kerja tidak harmonis, dan lain sebagianya. Intinya, ada upaya untuk memberi stigma bahwa serikat pekerja adalah perongrong perusahaan. 2. Mengintimidasi Jika penghalang-halangan tidak berhasil, upaya lanjutan yang sering dilakukan adalah mengintimidasi pekerja. Saat bergabung dalam serikat, pekerja diancam tidak mendapatkan kenaikan gaji, tidak mendapatkan bonus, tunjangan, tidak naik pangkat, diputus kontrak kerjanya, dan lain sebagainya. Bahkan dijumpai pula ada perusahaan yang menggunakan aparat kepolisian untuk menakut- nakuti agar pekerjanya di bagian security tidak bergabung menjadi anggota serikat.  3. Memutasi pengurus atau anggota serikat Untuk memecah kekuatan serikat, sering pula dilakukan tindakan mutasi atau pemindahan kerja secara sepihak. Kasus semacam ini 29
  • 30. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor umumnya dilakukan ketika serikat pekerja sedang memperjuangkan hak-hak pekerja. Tak tanggung-tanggung, kadang mutasi dilakukan hingga ke luar pulau. Tujuannya jelas, selain untuk melemahkan serikat juga untuk menghancurkan mental pekerja-karena ia juga akan jauh dengan keluarganya. 4.    Memutus hubungan kerja Ini cara lama tapi masih menjadi tren hingga sekarang. Anggota serikat yang sering menjadi korban dari modus ini adalah yang berstatus karyawan kontrak. Dengan risiko hukum kecil dan biaya murah (tidak perlu mengeluarkan pesangon gede), tindakan ini kerap dijadikan pilihan favorit pihak manajemen. Dampaknya, pekerja tidak berani lagi untuk bergabung dalam serikat pekerja dan lambat-laun serikat pun menjadi gembos. 5. Membentuk serikat boneka Upaya ini dilakukan untuk menandingi keberadaan serikat pekerja sejati. Tujuannya agar pekerja menjadi bingung, mau memilih serikat yang mana. Serikat boneka ini umumnya dikendalikan penuh oleh manajemen, termasuk orang-orang yang menjadi pengurusnya. Cara mengenali serikat model ini sangat gampang. Biasanya mereka mendapatkan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya, sementara serikat sejati selalu dihambat saat akan melakukan aktivitas. Tak terkecuali tidak mendapatkan izin untuk melakukan rapat di kantor. 6. Menolak diajak berunding PKB Saat diajak berunding dalihnya macam-macam. Kadang manajemen beralasan mau mengecek dulu apakah anggota serikat sudah 30
  • 31. Bab 1 Pendahuluan memenuhi syarat 50%+1 dari total pekerja, kadang malah tidak mau berunding karena di dalam perusahaan terdapat dua serikat pekerja. Padahal kita tahu serikat yang satu adalah serikat boneka yang selalu membeo kepada perusahan. Semua itu bertujuan agar pekerja tidak memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 7. Membuat peraturan perusahaan sepihak Walaupun sudah ada serikat pekerja tapi tetap tidak diakui keberadaannya. Bahkan, kalau perlu manajemen membuat pernyataan palsu kepada Dinas atau Kementerian Tenaga Kerja bahwa di perusahaannya tidak terdapat serikat pekerja. Sehingga dengan demikian peraturan perusahaan pun langsung disahkan dan diberlakukan. Berbagai tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai union busting (pemberangusan serikat pekerja). Menurut pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh, “Barang siapa menghalang-halangi aktivitas yang terkait dengan serikat pekerja, dapat dikenai sanksi pidana penjara paling singkat satu tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta, dan paling banyak Rp 500 juta.”   Bayangkan saja, jika berjuang secara kolektif lewat serikat pekerja saja menemui banyak kendala, apalagi jika pekerja berjuang secara individual. Manajemen akan dengan mudah mematahkan dan menyingkirkan individu- individu yang mereka anggap rewel dan tidak memiliki basis dukungan. Betapapun banyak kendalanya, upaya meningkatkan kesejahteraan pekerja secara keseluruhan akan lebih efektif dilakukan secara kolektif 31
  • 32. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor melalui serikat pekerja. Lewat serikat pekerja dukungan internal bisa digalang sehingga posisi tawar pun bisa terkerek lebih tinggi. Hal lain yang perlu dicatat, perjuangan lewat serikat pekerja bukan perjuangan liar.Undang-undang menjamin ruang perjuangan tersebut. Karena itu, sepanjang berada dalam koridor undang-undang, upaya para aktivis serikat pekerja kerap mendapat dukungan dari pihak luar, seperti parlemen dan Komnas HAM. Perkembangan positif lain, saat ini di Indonesia sudah berdiri Federasi Serikat Pekerja Media Independen, wadah yang secara khusus menghimpun serikat pekerja di sektor media massa. Keberadaan federasi yang pendiriannya difasilitasi AJI ini mestinya bisa menambah daya ungkit perjuangan serikat pekerja serta memperkuat solidaritas kepada sesama pekerja media. Dalam kasus Indosiar dan Suara Pembaruan, misalnya, Federasi ini memberi dukungan penuh kepada serikat pekerja. Namun, harus diakui, pertumbuhan serikat pekerja media di Indonesia masih sangat lamban, bahkan jika dibandingkan serikat pekerja di sektor industri lainnya. Hingga saat ini, tercatat hanya 27 media yang mempunyai serikat pekerja. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah media cetak dan elektronik di seluruh Indonesia yang berjumlah 2.314. Rinciannya sebanyak 1.008 media cetak, 1.297 radio, 79 stasiun televisi, dan belum lagi belasan media online yang terus bertumbuh. Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia juga mengidentifikasi sejumlah faktor yang menyebabkan lambannya pertumbuhan serikat pekerja sektor media tersebut, yakni: 32
  • 33. Bab 1 Pendahuluan 1. Problem ”kelas” yang belum tuntas Selama ini mayoritas jurnalis masih mengidentifikasikan dirinya sebagai kelompok profesional dan eksklusif. Mereka merasa enggan untuk dikelompokkan menjadi bagian dari kelas buruh. Latar belakang pendidikan tinggi, kemudahan akses dalam kerja-kerja jurnalistik, penampilan yang keren dan mentereng adalah beberapa faktor yang membuat kalangan jurnalis makin membenamkan dirinya sebagai kelas white collar. 2. Masih bertumpu pada jurnalis Dalam kepengurusan sebuah serikat pekerja media, jurnalis masih dianggap sebagai kelompok “kasta brahmana”. Poros sebuah serikat kerap ditumpukan sepenuhnya kepada kelompok ini. Sementera pekerja pada bagian lain (administrasi, percetakan, sirkulasi, marketing, sopir, dll) kerap menempatkan dirinya sebagai kelompok kasta di bawahnya.  Karena itu, dalam pemilihan pengurus, mayoritas anggota kerap terilusi untuk menempatkan jurnalis sebagai tumpuan kekuatan di dalam serikat. Mereka menunggu kepemimpinan dari divisi redaksi atau jurnalis. Padahal, idealnya, komposisi kepengurusan serikat pekerja media berasal dari semua lini produksi sehingga kekuatan solidaritasnya bisa lebih maksimal dan merata. 3. Stigma negatif serikat pekerja Kerap dilekatkan cap: serikat pekerja-termasuk aktivisnya-adalah tukang bikin kisruh di perusahaan, suka menuntut dan membuat disharmoni hubungan kerja. Kerap digambarkan aktivis serikat juga cenderung jeblok di dalam pekerjaannya. Di samping itu 33
  • 34. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor belum banyaknya contoh kemenangan yang berhasil diraih serikat pekerja media membuat mayoritas pekerja media enggan untuk bergabung dalam sebuah serikat. Mereka menganggap belum ada manfaat konkret berjuang melalui serikat. 4. Lemah secara manajemen dan organisasional Tak adanya rapat reguler, minimnya perumusan agenda dan program, hingga lemahnya administrasi keuangan serikat pekerja media membuat mayoritas anggota mengalami demoralisasi. Mereka merasa tidak memperoleh keuntungan bergabung dalam sebuah serikat pekerja. Hal ini tak hanya menyebabkan matinya serikat, tapi juga merontokkan mental pekerja media. 5. Sanksi dari manajemen Sanksi yang kerap terjadi pada aktivis maupun anggota serikat pekerja media adalah mutasi dan penghambatan jenjang karier. Terkadang manajemen juga memutus kontrak kerja orang-orang yang teridentifikasi menjadi anggota serikat. Hal ini kian membuat pekerja media menjadi takut untuk bergabung dalam sebuah serikat. 6.  Rendahnya pembelaan dan solidaritas di dalam serikat Minimnya pengalaman dan kemampuan bernegosiasi sering membuat pengurus serikat pekerja media menghindari terlibat konflik secara langsung dengan manajemen. Akibatnya ketika ada anggota yang mengadukan masalah, pengurus serikat tak mampu membantu dan mengadvokasi anggotanya. 7. Terpisah dalam teritori tertentu Hal ini sering dijumpai pada perusahaan media yang sukses 34
  • 35. Bab 1 Pendahuluan mengembangkan ekspansi bisnis. Contohnya, selain menerbitkan media, perusahaan tersebut juga memiliki percetakan sendiri. Lokasi unit usaha pun dibuat berjauhan. Pemisahan teritori unit usaha ini menyebabkan pekerja di bagian redaksi dan percetakan tidak mampu bersatu dan cenderung memilih mendirikan serikat sendiri-sendiri. Padahal jika kedua basis ini disatukan dalam sebuah serikat, tentunya akan melahirkan kekuatan besar.  Apalagi unit percetakan media adalah jantung produksi dari perusahaan media (cetak). 8. Tuntutan kerja tinggi Tuntutan ekspansi perusahaan sering berimbas pada tuntutan kerja yang semakin tinggi. Situasi seperti ini membuat lemahnya konsolidasi dan kerja-kerja organisasi. Tanpa militansi yang tinggi dari para aktivisnya, kisah sukses serikat pekerja media hanya akan menjadi tinggal cerita. 9. Bimbang atas pilihan loyalitas Pekerja media sering merasa bimbang: harus loyal kepada perusahaan atau kepada serikat pekerja. Jika organisasi serikat kuat memegang teguh fungsinya, tentu kebimbangan seperti ini akan dengan mudah bisa dijawab.  Sebaliknya bila organisasinya lemah maka dengan sedikit propaganda hitam saja bisa dipastikan pekerja media akan menjauhi bahkan meninggalkan serikat. 10. Lemahnya kaderisasi Ini problem usang yang tak kunjung terpecahkan penyelesaiannya. Tidak banyak muncul kader-kader baru. Dapat dipastikan, dalam forum-forum serikat pekerja media, yang sering muncul adalah 35
  • 36. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor wajah-wajah lama. Tanpa adanya kaderisasi, cepat atau lambat akan membuat serikat pekerja mati.   Dari pemetaan problem di atas terlihat bahwa di luar sikap manajemen media yang masih kurang terbuka dengan serikat pekerja, kehadiran dan keaktifan serikat pekerja juga ditentukan oleh kalangan jurnalis dan pekerja media sendiri. Apakah serikat pekerja memang dianggap sebagai kebutuhan oleh jurnalis atau tidak. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang secara empiris menunjukkan bagaimana jurnalis menilai kehadiran serikat pekerja. Apakah jurnalis menganggap serikat pekerja penting. Jika penting, apa harapan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Dan apabila dirasakan tidak penting, apa alasannya, dan sebagainya. Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis terhadap kehadiran serikat pekerja. Agar ada perbandingan, survei ini menyertakan jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja juga jurnalis di media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja. Dari survei ini akan didapatkan data bagaimana pandangan jurnalis terhadap serikat pekerja. Untuk jurnalis di media yang memiliki serikat pekerja, akan ditanyakan kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Harapan dan peran apa yang diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja. Sementara untuk jurnalis di media yang tidak terdapat serikat pekerja akan ditanyakan apakah mereka mempunyai keinginan membentuk serikat pekerja di medianya. Dari dua sisi sudut pandang ini setidaknya akan semakin memperluas penelitian tentang survei pekerja media ini. 36
  • 37. Bab 1 Pendahuluan B. Tujuan penelitian Survei ini ingin mendapatkan data mengenai penilaian jurnalis terhadap serikat pekerja, baik dari jurnalis yang medianya memiliki serikat pekerja maupun yang belum atau tidak terdapat serikat pekerja. Detail informasi yang digali dalam survei ini adalah sebagai berikut: 1. Media yang mempunyai serikat pekerja a. Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media seharusnya mempunyai serikat pekerja. b. Peran serikat pekerja. Bagaimana pendapat jurnalis mengenai peran yang sebaiknya dijalankan oleh serikat pekerja; apakah sebaiknya serikat pekerja hanya memperjuangkan kesejahteraan jurnalis atau juga memperjuangkan hal lain, misalnya melakukan advokasi terhadap pekerja, peningkatan profesionalisme pekerja dan sebagainya; setuju atau tidak menjalin hubungan dengan serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi masalah internal di medianya masing-masing. c. Penilaian terhadap serikat pekerja media di tempat kerja. Apakah responden mengetahui adanya serikat pekerja; apakah mengetahui kegiatan-kegiatan serikat pekerja; bagaimana penilaian terhadap serikat pekerja di media masing-masing; apakah serikat pekerja sudah menjalankan peran sesuai dengan harapan; apa harapan terhadap peran serikat pekerja media; peran apa yang 37
  • 38. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja media. d. Kepuasan terhadap serikat pekerja media di tempat kerja. Seberapa puas dengan kinerja serikat pekerja di media masing- masing; bagaimana kepuasan jurnalis dengan perjuangan yang telah dilakukan oleh serikat pekerja; dan sebagainya. 2. Media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja a. Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media seharusnya mempunyai serikat pekerja. b. Hambatan membentuk serikat pekerja. Apakah jurnalis menginginkan adanya serikat pekerja di media tempat mereka bekerja; mengapa hingga saat ini belum ada serikat pekerja media di tempat mereka bekerja; apakah pernah ada upaya untuk membentuk serikat pekerja; apakah ada hambatan dari manajemen yang membatasi pembentukan serikat pekerja. c. Kepentingan jurnalis. Jika saat ini belum ada serikat pekerja, bagaimana kepentingan jurnalis dan pekerja lainnya selama ini diperjuangkan; bagaimana mekanisme yang biasa dilakukan jika terjadi konflik antara jurnalis dengan manajemen media; bagaimana konflik itu selama ini diselesaikan; misalnya apakah ada forum antara pekerja dan manajemen untuk menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi. d. Peran serikat pekerja. Jika nantinya terdapat serikat pekerja di tempat mereka bekerja, peran apa yang diharapkan dijalankan oleh serikat pekerja; apakah sebaiknya serikat pekerja 38
  • 39. Bab 1 Pendahuluan hanya memperjuangkan kesejahteraan jurnalis ataukah juga memperjuangkan hal lain misalnya melakukan advokasi terhadap semua pekerja, peningkatan profesionalisme jurnalis dan sebagainya; apakah setuju atau tidak menjalin hubungan dengan serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi internal di media masing-masing. C. Metode penelitian Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur (kuesioner). Survei ini bersifat eksploratif, berusaha menggambarkan sebanyak mungkin berbagai masalah berdasarkan pendapat jurnalis. Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja di tujuh kota di Indonesia, yakni Jakarta, Aceh, Medan, Lampung, Bandung, Surakarta, dan Palu. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai individu yang bekerja mencari, mengolah dan mempublikasikan berita di suatu media. Pekerja administrasi atau staf keuangan di satu media tidak dimasukkan dalam survei ini. Seorang jurnalis freelance juga tidak dimasukkan dalam survei. Wawancara dilakukan secara langsung (face to face interviews), di mana pewawancara mendatangi langsung responden terpilih. Untuk menjamin wawancara dilakukan secara benar, dilakukan spot check, sebanyak 20% dari jumlah sampel. D. Sampel dan responden Teknik penarikan sampel yang dipakai dalam survei ini adalah teknik acak klaster (cluster random sampling). Teknik penarikan sampel acak 39
  • 40. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor klaster ini dipakai karena dua kondisi. Pertama, tidak tersedia kerangka sampel (sampling frame) yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam penarikan sampel acak (random). Kerangka sampel yang dimaksud adalah sebuah daftar yang memuat nama-nama jurnalis di semua media yang ada di tujuh kota yang menjadi wilayah survei ini. Jumlah sampel dalam survei ini adalah sebanyak 192 responden survei dan 27 responden indepth interview. Dengan jumlah sampel sebesar ini, tingkat kesalahan (sampling error) dalam survei ini adalah ± 6,62% pada interval kepercayaan 95,0%. Artinya derajat perbedaan antara 95,0% hasil survei dengan populasi diperkirakan plus minus 6,62%. Tabel 1.1 Komposisi Media dan Responden Survei Kuantitatif Media Memiliki Serikat Pekerja Media Tanpa Serikat Pekerja Wilayah Dki Jakarta (= 124 Responden) 1. Kompas 4 19. Rakyat Merdeka 4 2. Republika 4 20. Indo Pos 4 3. Bisnis Indonesia 4 21. Sinar Harapan 4 4. Jakarta Post 4 22. Pos Metro* - 5. Warta Kota 4 23. Pos Kota 4 6. Kontan 4 24. Media Indonesia 4 7. Koran Tempo 4 25. Berita Kota 4 8. Swa Sembada 4 26. Gatra 4 9. Suara Pembaruan 4 27. Sctv 4 10. Antv 4 28. Trans Tv 4 11. Tpi 4 29. Metro Tv 4 12. Rcti 4 30. Tv One 4 13. Indosiar 4 31. Delta Fm 4 14. Detik.Com 4 32. Sonora Fm 4 15. Hukumonline.Com 4 16. Kantor Berita Antara 4 40
  • 41. Bab 1 Pendahuluan 17. Kantor Berita Radio 68 H 4 18. Smart FM Jakarta 4 Wilayah Bandung (= 8 Responden) 1. Pikiran Rakyat Bandung 4 2. Tribun Jabar 4 Wilayah Surakarta (= 8 Responden) 1. Solo Pos 4 2. Radar Surakarta 4 Wilayah Medan (= 28 Responden) 1. Sumut Post 4 5. Waspada 4 2. Medan Bisnis 4 6. Sinar Indonesia Baru 4 3. Analisa 4 7. Medan Pos 4 4. Smart FM Medan 4 Wilayah Lampung (= 8 Responden) 1. Lampung TV 4 2. Lampung Pos 4 Wilayah Palu (= 8 Responden) 1. Harian Mercusuar Palu 4 2. Radar Sulteng 4 Wilayah Aceh (= 8 Responden) 1. Harian Aceh Independen 4 2. Serambi Indonesia 4 Total 7 Kota (= 192 Responden) Media Memiliki SP (= 108 Reponden) Media Tidak Ada SP (= 84 Reponden) *Harian Pos Metro yang awalnya ditargetkan disurvei ternyata sudah tidak terbit lagi. Tabel 1.2 Komposisi Media dan Responden “Indepth Interview” No. Kota Wilayah Media Memiliki SP Media Tidak Ada SP 1. DKI Jakarta 8 5 2. Banda Aceh 2 2 3. Medan 1 1 4. Lampung 1 1 5. Bandung 1 1 6. Surakarta 1 1 7. Palu 1 1 Total 15 12 41
  • 42. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Karena daftar nama tidak tersedia, penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) tidak bisa dipakai. Kedua, kalaupun daftar nama jurnalis itu tersedia masih diragukan akurasinya. Di samping tidak memuat nama semua jurnalis, daftar itu acapkali tidak up to date. Karena tiadanya daftar nama jurnalis tersebut, maka penarikan sampel klaster adalah alternatif penarikan sampel yang mungkin dilakukan. MEDIA X $ $ $ $ $ $ MEDIA Z $ $ MEDIA Y Sesuai dengan namanya, penarikan sampel ini didasarkan pada gugus (klaster). Asumsinya, individu adalah bagian dari gugus atau klaster tertentu. Kerangka sampel berupa daftar nama individu memang tidak tersedia, tetapi daftar kelompok (gugus) itu pasti tersedia. Karena itu yang dilakukan oleh peneliti adalah menarik sampel dari gugus atau klaster itu. Kemudian dari gugus itu ditarik individu. Dalam survei ini, gugus yang dimaksud adalah media tempat jurnalis bekerja. Dan daftar nama media di tujuh kota pasti tersedia. Adapun tahapan penarikan sampel klaster adalah sebagai berikut: 1. Memilih Primary Sampling Unit (PSU) media Peneliti memilih media di masing-masing kota. Media yang 42
  • 43. Bab 1 Pendahuluan diambil diklasifikasikan ke dalam media yang mempunyai serikat pekerja dan media yang tidak mempunyai serikat pekerja. Dengan cara ini diharapkan bisa dibuat perbandingan penilaian jurnalis yang bekerja di media yang terdapat serikat pekerja dan yang tidak mempunyai serikat pekerja. Untuk media yang mempunyai serikat pekerja diambil semua sebagai sampel. Total terdapat 27 media di tujuh kota yang mempunyai serikat pekerja. Sementara untuk media yang tidak mempunyai serikat pekerja diambil sampel 23 media. Sehingga total ada 50 media di tujuh kota yang diambil sebagai sampel. Media yang terpilih itu ditempatkan sebagai Primary Sampling Unit (PSU). 2. Mendata jurnalis di PSU terpilih dan memilih secara acak (random) wartawan yang akan menjadi sampel Setelah PSU terpilih, pewawancara (interviewer) mendatangi masing-masing PSU tersebut. Pewawancara mendata nama semua jurnalis yang ada di media terpilih. 3. Mengambil secara acak (random) jurnalis di media sampel Dengan menggunakan lembar yang telah disediakan, pewawancara memilih secara random (acak) jurnalis yang terpilih sebagai sampel. Jumlah responden yang diambil di masing-masing media ditetapkan sebanyak empat orang jurnalis. 43
  • 44. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor 44
  • 45. Bab 2 Profil Responden RESPONDEN yang menjadi sampel dalam survei ini didesain menjadi dua kelompok responden. Pertama, kelompok yang memiliki serikat pekerja, yakni responden yang bekerja sebagai pekerja tetap di perusahaan media yang terdapat serikat pekerja. Kedua, kelompok yang tidak memiliki serikat pekerja, yaitu mereka yang bekerja sebagai pekerja tetap di perusahaan media yang tidak memiliki serikat pekerja. A. Usia dan jenis kelamin Secara keseluruhan, responden dalam survei ini lebih banyak laki- laki (85%) dibandingkan dengan perempuan (15%). Tidak ada perbedaan signifikan perbandingan jenis kelamin responden di media yang memiliki 45
  • 46. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor serikat pekerja dengan media yang tidak memiliki serikat pekerja. Grafik 2.1 Jenis Kelamin Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Perempuan , 15.0% Laki-laki, 85.0% Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 86.0% 83.9% 14.0% 16.1% Laki-laki Perempuan “Jenis kelamin responden” Terkait usia, sebagian besar responden berada dalam rentang usia antara 26-35 tahun, baik di media yang memiliki serikat pekerja maupun yang tidak memiliki serikat pekerja. Hanya sebagian kecil responden yang tergolong berusia tua maupun di bawah 25 tahun. 46
  • 47. Bab 2 Profil Responden Grafik 2.2 Usia Responden Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 57.1% 44.0% 34.0% 22.0% 12.0%11.0% 10.0%8.8% 0.0% 1.1% 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 17-25 tahun 56-65 tahun “Usia responden” B. Bidang pekerjaan Responden dalam survei ini sebagian besar bekerja sebagai reporter/fotografer. Posisi atau jabatan responden yang juga cukup banyak dalam survei ini adalah redaktur. Paling sedikit adalah sebagai koordinator reportase. Grafik 2.3 Posisi/Jabatan di Media Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 59.8% Reporter/fotografer 76.3% Penanganggung jawab rubrik 10.3% 1.1% 4.6% Koordinator reportase 1.1% 23.0% Redaktur 11.8% 2.3% Redaktur pelaksana 9.7% “Jabatan/posisi Anda di media?” 47
  • 48. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor C. Pendidikan Sementara untuk tingkat pendidikan, sebagian besar responden (80%) adalah sarjana. Selebihnya, rata di antara mereka yang lulusan SLTA, akademi dan pascasarjana. Grafik 2.4 Pendidikan Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 80.0%82.8% 7.0% 7.5% 7.0% 8.6% 6.0% 1.1% Tamat Sarjana Tamat SLTA Tamat Tamat Pasca Akademi Sarjana ( S2) “Pendidikan terakhir” D. Lama kerja Di media yang memiliki serikat pekerja, responden dalam survei ini paling banyak (27%) telah bekerja lebih dari 10 tahun. Sementara di media yang tidak memiliki serikat pekerja, responden paling banyak (22.8%) adalah mereka yang bekerja 3-4 tahun. Responden paling sedikit adalah responden yang bekerja kurang dari satu tahun. Artinya sebagian besar responden sudah cukup lama bekerja di media tempat mereka bekerja sekarang ini. 48
  • 49. Bab 2 Profil Responden Grafik 2.5 Lama Bekerja Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja Lebih dari 10 tahun 27.0% 21.7% 3-4 tahun 19.0% 22.8% 5-6 tahun 15.0% 12.0% 1-2 tahun 14.0% 14.1% 9-10 tahun 13.0% 5.4% 7-8 tahun 12.0% 18.5% Kurang dari 1 tahun 0.0% 5.4% “Lama kerja” E. Keanggotaan di organisasi jurnalis Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari profil responden dalam survei ini adalah apakah mereka juga menjadi anggota di organisasi jurnalis. Apakah ada perbedaan antara mereka yang bekerja di media yang memiliki serikat pekerja dengan mereka yang bekerja di media yang tidak memiliki serikat pekerja. Ternyata di media yang ada serikat pekerja lebih banyak yang menjadi anggota organisasi jurnalis, meskipun separuh dari mereka menyatakan tidak aktif. Sementara di media yang tidak ada serikat pekerja sebagian besar (55.4%) jurnalis tidak menjadi anggota organisasi jurnalis. 49
  • 50. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 2.6 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 55.4% 39.0% 31.5% 28.0% 28.0% 9.8% 5.0% 3.3% Tidak menjadi Ya, anggota Anggota, tidak Tidak tahu / anggota aktif aktif tidak jawab “Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“ Responden di media yang memiliki serikat pekerja yang menjadi anggota organisasi jurnalis, sebagian besar (52.7%) adalah anggota dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Sementara responden di media yang tidak memiliki serikat pekerja, yang menjadi anggota organisasi jurnalis sebagian besar (54.8%) dari mereka adalah anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Grafik 2.7 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 52.7% 19.0% Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) 27.3% 54.8% Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) 3.6% 7.1% Karyawan Jurnalis Indonesia (KJI) 3.6% 4.8% PWI Reformasi 1.8% 2.4% Forum Komunikasi Serikat Pekerja Media Indonesia 1.8% (FKSPMI) 0.0% Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI) 1.8% 2.4% Pewarta Foto Indonesia (PFI) 1.8% 0.0% Asosiasi Jurnalis Asia (AJA) 1.8% 0.0% Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) 1.8% 0.0% Siwo 0.0% 2.4% PRSSNI 0.0% 4.8% Lainnya, (sebutkan) 5.5% 7.1% “Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“ 50
  • 51. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja A. Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja Seluruh responden dalam survei ini mengetahui keberadaan serikat pekerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Dalam penelitian ini, 51.8% responden bekerja di perusahaan media yang terdapat serikat pekerja. Selebihnya (48.2%) bekerja di media yang tidak memiliki serikat pekerja. 51
  • 52. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 3.1 Keberadaan Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada, 51.8% Tidak ada, 48.2% “Sepengetahuan Anda, apakah ada serikat pekerja di tempat Anda bekerja?” Keberadaan serikat pekerja di perusahaan tempat responden bekerja, menurut mereka, karena merupakan aspirasi dari pekerja. Hanya 3.2% responden yang menyatakan bahwa keberadaan serikat pekerja karena dibentuk oleh manajemen/direksi perusahaan. Grafik 3.2 Alasan Serikat Pekerja Ada di Perusahaan Media Base: Ada Serikat Pekerja Aspirasi dari pekerja 60.0% Aspirasi pekerja tapi didukung oleh direksi 30.5% Dibentuk oleh direksi atau pemilik perusahaan 3.2% Tidak tahu/tidak jawab 6.3% “Menurut Anda, apa alasan serikat pekerja didirikan di media Anda?” 52
  • 53. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja Sementara media yang belum terdapat serikat pekerja, menurut responden, karena tidak ada orang atau pelopor yang menggerakkan (38.1%). Alasan kedua adalah tidak diperbolehkan oleh manajemen/ direksi (26.2%). Dan alasan lain menurut mereka adalah tidak ada pekerja yang berminat. Grafik 3.3 Alasan Serikat Pekerja Tidak Ada di Perusahaan Media Base: Ada Serikat Pekerja Tidak ada orang yang 38.1% menggerakkan Tidak diperbolehkan 26.2% oleh direksi Tidak ada pekerja 3.6% yang berminat Lainnya (sebutkan) 2.4% Tidak tahu/tidak jawab 31.0% ”Mengapa dimedia tempat Anda bekerja tidak ada serikat pekerja? Alasan Tidak Ada Serikat Pekerja di Perusahaan Media Dari hasil wawancara mendalam terhadap sejumlah jurnalis di media yang tidak memiliki serikat pekerja, diketahui beberapa alasan mengapa di media mereka tidak ada serikat pekerja. Hal itu, mulai karena ditentang oleh pihak manajemen hingga tidak ada karyawan yang menggerakkan. Meskipun ide untuk membentuk serikat pekerja selalu ada, hal itu sulit terealisasi karena sering berbenturan dengan pihak manajemen yang menentang pembentukan serikat pekerja. ”Selama ini hubungan manajemen dengan pekerja cukup harmonis, kalau ada masalah pasti bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Karyawan– terutama bagian redaksi–memang pernah memiliki pemikiran untuk membentuk serikat pekerja. Tapi sampai sekarang, ya, begini-begini saja, belum tercapai program itu. Persoalannya, membentuk serikat kerja enggak gampang. Perlu koordinasi, diskusi, dan harus menyusun rencana-rencana program. Dan, untuk 53
  • 54. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor memulainya sampai sekarang belum ada yang menggerakkan. Apalagi, membentuk serikat pekerja ditentang manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) ”Usia koran ini memang sudah lama, sekitar 35 tahun. Tapi selama itu pula tidak pernah ada serikat pekerja. Masalahnya perusahaan memang sama sekali tidak menginginkan adanya serikat pekerja. Dari sisi bisnis, keberadaan serikat pekerja dianggap merugikan perusahaan karena seluruh karyawan akan memperoleh 20% saham perusahaan. Ini yang tidak diinginkan manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) ”Dari awal memang tidak ada serikat pekerja. Ada pertentangan antara kepentingan manajemen dan karyawan. Di satu sisi, manajemen sangat tidak berkenan atas hadirnya serikat pekerja, sementara di sisi karyawan, pembentukan serikat pekerja mengundang perlawanan terhadap manajemen. Pasti akan berhadapan dengan manajemen. Dan rencana pendirian serikat pekerja ditolak manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) ”Enggak ada serikat pekerja. Banyak alasannya. Pertama, dari pihak manajemen memang tidak menginginkan ada serikat pekerja. Jauh-jauh hari, karyawan pernah berencana untuk membentuk serikat pekerja, namun hal ini ditentang keras oleh manajemen. Bentuk reaksi manajemen adalah dengan memanggil karyawan yang akan membentuk serikat pekerja. Jelas, ada intimidasi dari manajemen agar tidak membentuk serikat pekerja. Akhirnya enggak jadi. Kedua, kekompakan antar karyawan kurang. Kita semua tahu, kalau membentuk serikat pekerja akan berbenturan dengan manajemen. Karyawan juga takut akan mendapatkan sanksi dari manajemen jika membentuk serikat pekerja. Karena kondisi ini, sampai sekarang media ini enggak pernah punya serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) ”Sejak awal berdiri, media ini memang tidak memiliki serikat pekerja. Karena karyawannya tidak punya niat untuk membentuk serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) ”Sepertinya semua karyawan tahu kalau serikat pekerja adalah sesuatu yang ’tabu’ bagi manajemen. Karyawan akan dicap oposisi oleh manajemen. Karena itu, media ini tidak punya serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta) 54
  • 55. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja B. Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja sebagian besar menilai sangat penting. Responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja sebagian besar (54.8%) tetap menilai keberadaan serikat pekerja sangatlah penting. Tidak ada responden yang menilai keberadaan serikat pekerja tidak penting sama sekali. Meskipun kecil, ada 9.7% responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja menilai keberadaan serikat pekerja kurang penting. Grafik 3.4 Persepsi terhadap Keberadaan Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 86.0% Sangat penting 54.8% 11.0% Cukup penting 33.3% 2.0% Kurang penting 9.7% 0.0% Tidak penting 0.0% 1.0% Tidak tahu/tidak jawab 2.2% ”Menurut penailaian Anda, apakah serikat pekerja di perusahaan media sangat penting, cukup penting, kurang penting atau tidak penting sama sekali?” Alasan mereka menganggap penting keberadaan serikat pekerja media sebagian besar karena serikat pekerja memperjuangkan hak dan kesejahteraan pekerja. Alasan lain yang cukup banyak dikemukakan responden adalah dengan adanya serikat pekerja, para pekerja memiliki posisi tawar dengan perusahaan dan ketika mengalami sengketa ada yang melindungi. 55
  • 56. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 3.5 Alasan Serikat Pekerja Penting Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 40.8% Memperjuangkan hak-hak pekerja 42.7% 28.6% Memperjuangkan kesejahteraan pekerja 24.4% 16.3% Memiliki posisi tawar dengan perusahaan media 11.0% 9.2% Mendapat perlindungan saat mengalami sengketa 14.6% 4.1% Solidaritas sesama pekerja media 7.3% 1.0% Tidak tahu/tidak jawab 0.0% “Mengapa serikat pekerja sangat penting atau cukup penting di perusahaan media?” Separuh responden (50%) dari media yang memiliki serikat pekerja yang menjawab keberadaan serikat pekerja kurang penting beralasan, serikat pekerja tidak efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja, dan separuh lagi beranggapan kondisi kesejahteraan sudah baik sehingga tidak perlu diperjuangkan oleh serikat pekerja. Sementara responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja sebagian besar (72.7%) menganggap, serikat pekerja kurang penting karena kepentingan mereka sudah diurus oleh bagian umum atau personalia di perusahaan media. Alasan kedua (27.3%), serikat pekerja tidak akan efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja. 56
  • 57. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja Grafik 3.6 Alasan Serikat Pekerja Tidak Penting Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja Tidak akan efektif dalam memperjuangkan 50.0% kesejahteraan pekerja 27.3% Kondisi kesejehtaraan sudah baik, tidak 50.0% perlu diperjuangkan 0.0% Sudah diurus oleh bagian umum atau 0.0% personalia di perusahaan 72.7% “ Mengapa keberadaan serikat pekerja kurang penting atau tidak penting sama sekali di perusahaan media?” C. Keanggotaan serikat pekerja Mereka yang bekerja di media yang memiliki serikat pekerja ditanyakan apakah menjadi anggota serikat pekerja. Sebagian besar (83.%) responden menjadi anggota serikat pekerja di tempat mereka bekerja. Hanya 17% responden saja yang menyatakan tidak menjadi anggota serikat pekerja di tempat mereka bekerja. Grafik 3.7 Keanggotaan di Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja Tidak, 17.0% Ya, 83.0% “Apakah Anda menjadi anggota serikat pekerja di media Anda?” 57
  • 58. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Lebih jauh ditanyakan pula kepada mereka yang menjadi anggota serikat pekerja, mengapa bergabung dalam serikat pekerja. Sebagian besar responden (51.0%) mengatakan, mereka masuk dan bergabung dengan serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Selebihnya karena diajak oleh teman (17.8%) dan diwajibkan oleh perusahaan (14.6%). Fakta ini tentunya cukup menarik. Berkesadaran sendiri bergabung dalam serikat bisa diartikan sebagai bentuk dukungan langsung terhadap keberadaan serikat pekerja. Grafik 3.8 Alasan Masuk Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja Diwajibkan Diajak oleh oleh teman, perusahaan, 17.8% 14.6% Lainnya, 4.2% Kesadaran sendiri, 51.0% “Alasan Anda bergabung serikat pekerja?” Dari pertanyaan berapa lama bergabung menjadi anggota serikat pekerja, ternyata paling banyak adalah mereka yang belum lama menjadi anggota serikat pekerja. Jika dihubungkan dengan profil lama mereka bekerja di perusahaan media saat ini, paling banyak kedua adalah mereka yang bekerja 3-4 tahun. Hal ini berarti sesuai antara berapa lama mereka bekerja dengan berapa lama mereka menjadi anggota serikat pekerja. Responden yang menjadi anggota serikat pekerja lebih dari 10 tahun berarti mereka juga sudah bekerja di perusahaan itu lebih dari 10 tahun. 58
  • 59. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja Grafik 3.9 Lama Menjadi Anggota Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja L ama menjadi anggota s erikat pekerja (tahun) 22.2% 14.8% 13.6% 11.1% 9.9% 6.2% 6.2% 4.9% 3.7% 2.5% 2.5% 2.5% <1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > 10 “Sudah berapa tahun Anda menjadi anggota serikat pekerja di media sekarang?” Dilihat dari sistem keanggotaan dalam serikat pekerja tempat responden bekerja, 41.8% responden menjawab berdasarkan sistem stelsel aktif. Artinya anggota serikat pekerja adalah mereka yang mendaftar menjadi anggota, pekerja tidak otomatis menjadi anggota serikat pekerja media. Hal ini berkaitan dari hasil sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar jurnalis menjadi anggota serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Artinya, serikat pekerja memang tidak memaksakan kepada pekerja untuk menjadi anggota serikat pekerja. Hanya mereka yang tertarik dan mau mendaftar sajalah yang menjadi anggota serikat pekerja. Sebesar 30.1% responden menjawab sistem keanggotaan serikat pekerja di tempat mereka bekerja adalah stelsel pasif, yaitu setiap pekerja yang bekerja di media itu akan secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja. Sistem ini bisa jadi berkaitan dengan cara jurnalis menjadi anggota serikat pekerja, yakni karena diwajibkan. Jadi tanpa mendaftar, ketika mereka bekerja di media itu, mereka secara otomatis akan menjadi anggota serikat pekerja. 59
  • 60. Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Grafik 3.10 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja Stelsel Aktif, 41.8% Stelsel Tidak Pasif, tahu/tidak 30.1% jawab, 28.1% “Bagaimana sistem keanggotaan serikat pekerja di media Anda, stelsel pasif atau stelsel aktif?” Responden dari media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar (59%) menilai, sebaiknya sistem keanggotaan serikat adalah stelsel aktif. Sementara responden (21.3%) dari media yang tidak memiliki serikat pekerja menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya juga stelsel aktif. Sebesar 29% responden dari media yang memiliki serikat pekerja dan 19.1% responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya stelsel pasif. 60
  • 61. Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja Grafik 3.11 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192) Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja 59.0% Stelsel Aktif 21.3% 29.0% Stelsel Pasif 19.1% Tidak tahu/tidak 12.0% jawab 59.6% “Menurut Anda, sebaiknya sistem keanggotaan serikat pekerja media berupa stelsel pasif atau stelsel aktif?” Menyambung pertanyaan sebelumnya menarik untuk diketahui bagaimana penilaian responden jika di tempat mereka bekerja setiap pekerja secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja. Ternyata lebih banyak yang setuju jika setiap pekerja secara otomatis atau diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja. Hal ini tentunya berlawanan jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya di mana lebih banyak responden yang menilai sistem keanggotaan serikat pekerja sebaiknya adalah stelsel aktif, bukan stelsel pasif. Artinya meskipun lebih banyak mereka yang menilai sebaiknya sistem keangotaan stelsel aktif, namun jika diharuskan menjadi anggota serikat mereka setuju dengan cara tersebut. Sebesar 35% responden dari media yang memiliki serikat pekerja dan 33.3% responden dari media tidak memiliki serikat pekerja menyatakan, tidak setuju jika setiap pekerja diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja. 61