3. SOSIAL MEDIA MENGANCAM JURNALIS
KALAU SEMUA ORANG BISA JADI WARTAWAN, MASIHKAH DIPERLUKAN PROFESI INI?
Technology is shifting the power away
from the editors, the publishers,
the establishment, the media elite.
Now it’s the people who are in control.”
Rupert Murdoch, Global Media Entrepreneur
4. Sosial media adalah “sebuah istilah payung untuk mendefinisikan beragam
kegiatan yang mengintegrasikan teknologi, interaksi sosial, dan konstruksi
dari kata-kata, gambar, video dan suara.”
Sebelumnya, semua itu menjadi domain jurnalisme.
6. SOSIAL MEDIA ADALAH
TEMPAT MILIARAN ORANG
NGERUMPI DI DUNIA MAYA
24/7 NONSTOP.
IA MENGAMBIL PERHATIAN
ORANG DARI MEDIA
TRADISIONAL
7. HARD TRUTH
51% of 18 to 24 year-olds with a social networking profile agreed
that they often find out about breaking news stories first via a
social networking website
8. SEBANYAK 2/3
PENGGUNA INTERNET
DUNIA MENGUNJUNGI
SOSIAL MEDIA
(DAN MELUPAKAN MEDIA
TRADISIONAL)
3 OUT OF 4 AMERICANS USE SOCIAL TECHNOLOGY
9. VISITING SOCIAL SITES IS NOW THE MOST
POPULAR ONLINE ACTIVITY—AHEAD OF PERSONAL EMAIL
23. Voice adalah social media, sedangkan
news adalah traditional media.
News adalah informasi yang diolah dengan semangat dan
keterampilan profesionalisme wartawan. Tujuannya mengabdi
ke publik dan kemanusiaan.
Voice bukan news. Voice hanyalah suara-suara yang bisa
ditulis oleh siapa saja, untuk apa saja, dengan standar yang
tidak terjaga.
Beda dari news, voice tidak disortir untuk tujuan publik dan
kemanusiaan. Voice bisa saja hanya informasi iseng,
menyebarkan informasi menyesatkan, fitnah dan
pembunuhan karakter.
Daniele Paola Viglione, Presiden dan CEO AGI (kantor berita Italia), membedakan informasi sebagai news dan voice.
24. Bisnis utama media tradisional adalah
news, bukan voice.
Bayangkanlah informasi sebagai bermain bola.
Semua orang bisa bermain bola tapi tidak semua
pemain bola bisa menjadi pemain profesional.
Semua orang bisa menghasilkan informasi, tapi
tidak semua informasi itu lahir dari wartawan.
Informasi dicari oleh wartawan dengan standar
etik profesinya yang diatur sebegitu rupa agar
melindungi publik.
25. PERLU ATURAN
Oleh karena sosial media mencuri public space, maka
harus diatur karena ruang publik itu adalah wilayah
orang banyak.
Tidak boleh sembarang gelandangan "berkicau" di
sana, apalagi menyebarluaskan informasi yang belum
dikonfirmasi kebenarannya.
Aturan biasa dibuat dan diawasi oleh komunitas pers,
seperti Dewan Pers dan organisasi profesi seperti AJI
dan PWI