SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
MAKALAH
"PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN PENDIDIKAN
SEPANJANG HAYAT"
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
OLEH:
KELOMPOK 2 / KM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2011
Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan memang harus mendapatkan
prioritas. Pendidikan sangatlah penting untuk masa depan anak bangsa. Dengan
adanya perhatian yang serius pada pendidikan, tentu saja sebuah bangsa akan naik
derajatnya. Hal itu karena pembangunan suatu bangsa akan ditentukan oleh
pendidikan. Tunas-tunas bangsalah yang akan membangun sebuah negeri.
Dampak pendidikan yang matang tentu saja membawa hasil kemajuan seperti
yang disebutkan di atas.
Pemerintah dalam hal ini tentu saja harus benar-benar memperhatikan
secara serius persoalan pendidikan. Bangsa yang maju, tidak terlepas dari
kemajuan pendidikannya. Sistem pendidikan yang masih amburadul patut
dibenahi oleh semua pihak yang berwenang tentu saja. Pendidikan untuk
kemajuan, itulah yang harus dicanangkan. Pendidikan untuk kemajuan dalam hal
ini tentu saja bukan untuk golongan atau etnis tertentu, tetapi pendidikan untuk
kemajuan bersama, yaitu kemajuan bangsa dan kemajuan pendidikan itu sendiri.
Pendidikan tak cukup diemban dalam waktu singkat, artinya dalam pendidikan
memerlukan proses, tentu saja proses yang panjang. Proses yang panjang dalam
hal ini bukan berarti sepanjang-panjangnya. Namun, pendidikan disini
memerlukan suatu proses kesabaran, kesadaran. Dalam artian kesabaran,
pendidikan yang memerlukan waktu, hasilnya dapat dirasakan setelah beberapa
tahun. Pendidikan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, yaitu bahwa pendidikan
haruslah mendapat ruang kesadaran dari peserta pendidikan itu sendiri. Dalam hal
ini, artinya kesadaran yang tinggi untuk mengenyam pendidikan tentu harus
ditanamkan. Karena hal itu akan menjadi motivasi yang tinggi secara sadar untuk
meningkatkan kualitas kehidupan peserta didik itu sendiri, selain untuk kemajuan
bangsa. Karena selama kita hidup, tentu saja dituntut agar terus belajar.
A. Pendidikan Untuk Semua
Pendidikan Untuk Semua : CIVIL SOCIETY OGANIZATIONS initiative
EDUCATION for ALL (CSOiEFA) adalah konsorsium organisasi sipil yang
peduli akan pentingnya pendidikan untuk semua, terutama untuk perempuan dan
anak-anak perempuan. Lebih dari 40 tahun yang lalu, bangsa-bangsa di dunia,
berbicara melalui Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, menegaskan bahwa:
"Setiap orang memiliki hak untuk pendidikan". Meskipun negara-negara di
seluruh dunia mengupayakan untuk menjamin hak pendidikan untuk semua, tetapi
masih saja ditemukan kendala.
Pada saat yang sama, dunia menghadapi masalah yang menakutkan
seperti, beban utang, ancaman stagnasi dan kemunduran ekonomi, pertumbuhan
penduduk yang cepat, pelebaran kesenjangan ekonomi antar bangsa, perang,
pendudukan, perang saudara, kejahatan, kekerasan, kematian yang dapat dicegah
jutaan anak-anak dan meluas ke kerusakan lingkungan. Masalah ini menghambat
upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar. Masalah-masalah ini telah
menyebabkan kemunduran besar dalam pendidikan dasar pada 1980-an di banyak
negara sedang berkembang. Di beberapa negara lain, pertumbuhan ekonomi telah
tersedia untuk membiayai perluasan pendidikan, namun meskipun demikian,
banyak jutaan tetap dalam kemiskinan, tidak mampu bersekolah atau buta huruf.
Di negara-negara industri tertentu juga, penghematan dalam pengeluaran
pemerintah selama tahun 1980-an telah menyebabkan kemerosotan pendidikan.
Akhirnya pada tanggal 5-9 Maret 1990 di Jomtien, Thailand, 115 negara
dan 150 oragnisasi saling bertemu dan mengadakan Konferensi Dunia
membahas Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS). Dalam
rangka mewujudkan tujuan tersebut, perlu koalisi yang luas dari pemerintah
nasional, masyarakat sipil kelompok, dan lembaga pembangunan seperti
UNESCO dan Bank Dunia. Mereka berkomitmen untuk mencapai enam tujuan
pendidikan yaitu:
1. Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif
dan pendidikan, terutama bagi yang paling rentan dan anak-anak yang
kurang beruntung.
2. Memastikan bahwa pada 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, yang
dalam keadaan sulit, dan mereka yang termasuk etnik minoritas, memiliki
akses lengkap dan bebas ke wajib pendidikan dasar yang berkualitas baik.
3. Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi
melalui akses yang adil untuk pembelajaran yang tepat dan program
ketrampilan hidup.
4. Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun
2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan
pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.
5. Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada
tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan
tahun 2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan
mendapat akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas
yang baik.
6. Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan
semua sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang dicapai oleh
semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan hidup yang
esensial.
Setelah satu dekade, karena lambatnya kemajuan dan banyaknya negara
yang jauh dari keharusan untuk mencapai tujuan tersebut, masyarakat
internasional menegaskan kembali komitmennya terhadap Pendidikan Untuk
Semua di Dakar, Senegal, pada 26-28 April 2000 dan sekali lagi pada bulan
September tahun itu. Pada pertemuan terakhir, 189 negara dan mitra mereka
mengadopsi dua dari delapan tujuan Pendidikan Untuk Semua yang dikenal
dengan nama Millenium Development Goals (MDG) yaitu MDG 2 mengenai
pendidikan dasar dan universal serta MDG 3 mengenai kesetaraan jender dalam
pendidikan pada tahun 2015.
Dalam konferensi tersebut mereka berjanji untuk mencapai "Pendidikan
untuk Semua" pada 2015. Dan untuk memenuhi tujuan tersebut perlu usaha antara
lain:
Menyediakan $11 miliar per tahun untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan menyekolahkan 72 juta anak.
Meningkatkan kualitas pendidikan dengan pelatihan dan merekrut 18 juta
guru antara sekarang dan 2015, sehingga semua anak memiliki kesempatan
untuk belajar di kelas yang lebih kecil (di bawah 40 anak per guru).
Mendorong pemerintah untuk mendefinisikan dan mengukur standar
minimal pembelajaran, sebagai tonggak utama terhadap peningkatan hasil
pembelajaran dan strategi yang lebih luas untuk menjamin kualitas
pendidikan di sekolah-sekolah, sehingga peserta didik terus
mengembangkan keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan dan kontribusi
untuk ekonomi produktif.
Menjangkau semua anak dengan mengembangkan strategi-strategi baru
untuk mencapai sulit dijangkau anak-anak dalam konflik, di daerah
terpencil, dan dari kelompok-kelompok didiskriminasi.
Memperluas kesempatan pendidikan pada semua tingkatan, termasuk
investasi dalam perawatan anak usia dini dan pengembangan, pendidikan
menengah dan penyediaan kesempatan kedua belajar bagi mereka melalui
pendidikan non-formal dan program keaksaraan orang dewasa (gabungan
pendanaan eksternal membutuhkan $ 5 Milyar per tahun).
Menjamin bahwa anak-anak memiliki cukup untuk makan untuk belajar
dan mengembangkan kesehatan melalui penyediaan makanan sekolah atau
program transfer tunai kepada keluarga.
Mendorong pemerintah nasional untuk mempersembahkan paling sedikit
20% dari anggaran nasional untuk pendidikan dan untuk menghapuskan
biaya yang mencegah begitu banyak anak-anak pergi ke sekolah.
Menganjurkan bahwa pemerintah memiliki strategi untuk menjangkau
anak-anak yang paling terpinggirkan, dan bahwa mereka menghadapi
diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok dikecualikan
lainnya.
Selain konferensi tersebut, ada kegiatan penunjang yang mendukung
Pendidikan Untuk Semua. Kegiatan tersebut antara lain:
1. Global Coordination (Koordinasi Global)
Pada tingkat global, regional dan tingkat nasional, UNESCO memperdalam
kemitraan dan aliansi, membangun konsensus dan menyelaraskan mitra kontribusi
dan partisipasi. Mitra PUS dalam upaya terkoordinasi ini termasuk pemerintah,
organisasi internasional, donor bilateral dan multilateral, masyarakat sipil dan
sektor swasta.
2. The High-Level Group (Perkumpulan Tingkat Tinggi )
Diselenggarakan setiap tahun oleh Direktur Jenderal UNESCO, dengan
diikuti oleh sekitar tiga puluh Menteri Pendidikan dan Kerjasama Internasional,
kepala badan-badan pembangunan dan perwakilan dari masyarakat sipil maupun
sektor swasta. Perannya adalah untuk mempertahankan dan mempercepat
momentum politik yang diciptakan pada Forum Pendidikan Dunia dan berfungsi
sebagai tuas untuk mobilisasi sumberdaya.
3. The Working Group on Education for All (Kelompok Kerja PUS)
Kelompok Kerja Pendidikan Untuk Semua memberikan bimbingan teknis
dan mempromosikan pertukaran informasi antara semua mitra dalam Pendidikan
Untuk Semua. Kelompok ini terdiri dari wakil-wakil dari semua pemangku
kepentingan kunci PUS.
4. The Global Action Plan (Rencana Aksi Global)
Rencana Aksi Global adalah strategi global yang dikembangkan untuk
memperbaiki koordinasi tingkat negara yang menuju Pendidikan Untuk Semua.
Rencana ini bertujuan untuk menjelaskan peran dari lima lembaga internasional
menjadi ujung tombak gerakan EFA global (UNDP, UNESCO, UNFPA, UNICEF
dan Bank Dunia) dan memastikan mereka terkoordinasi pada aksi bersama di
tingkat global. Pada akhirnya, hal itu bertujuan untuk mencapai lebih baik dan
lebih bertarget di lapangan maupun di tingkat negara.
5. The EFA Global Monitoring Report (Laporan Pengawasan Global PUS)
Laporan Pengawasan Global tahunan adalah laporan mengenai kemajuan
negara-negara dan lembaga membuat arah tujuan PUS dengan cara menyediakan
data terbaru yang tersedia bersama dengan analisis mendalam. Laporan ini
mencakup Indeks Pembangunan PUS yang mengukur sejauh mana pertemuan
negara-negara tujuan PUS khususnya di pendidikan dasar, keaksaraan dewasa,
paritas gender dan kualitas.
6. EFA Global Action Week (Minggu Aksi Global PUS)
Sebuah kampanye advokasi di seluruh dunia yang diselenggarakan setiap
tahun pada akhir April untuk merayakan ulang tahun Forum Pendidikan Dunia
yang diselenggarakan pada tahun 2000 di Dakar. Ini bertujuan untuk memobilisasi
pemerintah dan masyarakat internasional untuk memenuhi janji mereka untuk
mencapai Pendidikan Untuk Semua pada tahun 2015.
Pendidikan Untuk Semua di Indonesia
Indonesia telah mengalami kemajuan di bidang pendidikan dasar dalam 20
tahun terakhir ini. Terbukti rasio bersih anak usia 7-12 tahun yang bersekolah
mencapai 94 persen. Tapi Indonesia tetap belum berhasil memberikan jaminan
hak atas pendidikan bagi semua anak. Apalagi, masih banyak masalah yang harus
dihadapi, masalah tersebut antara lain:
- Anak yang putus sekolah diperkirakan masih ada dua juta anak.
- Kualifikasi guru yang masih kurang.
- Metode pengajaran yang tidak efektif. Yaitu masih berorientasi kepada
guru dan anak didik tidak diberi kesempatan memahami sendiri.
- Manajemen sekolah yang buruk
- Kurangnya keterlibatan masyarakat.
- Kurangnya akses pengembangan dan pembelajaran usia dini bagi sebagian
besar anak usia 3 sampai 6 tahun terutama anak-anak yang tinggal di
pedalaman dan pedesaan.
- Alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pusat yang tidak memadai.
- Biaya pendidikan yang tinggi.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Untuk Semua, pemerintah Indonesia
dibantu oleh UNICEF dan UNESCO melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat
UNICEF mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan akses pendidikan dasar melalui Sistem Informasi Pendidikan
Berbasis Masyarakat. Sistem ini memungkinkan penelusuran semua anak usia di
bawah 18 tahun yang tidak bersekolah.
2. Program Wajib Belajar 9 tahun
Dalam upayanya mencapai tujuan “Pendidikan untuk Semua” pada 2015,
pemerintah Indonesia saat ini menekankan pelaksanaan program wajib belajar
sembilan tahun bagi seluruh anak Indonesia usia 6 sampai 15 tahun. Dalam hal
ini, UNICEF dan UNESCO memberi dukungan teknis dan dana.
3. Program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC).
Bersama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan anak-anak di delapan
propinsi di Indonesia, UNICEF mendukung program Menciptakan Masyarakat
Peduli Pendidikan Anak (CLCC). Proyek ini berkembang pesat dari 1.326
sekolah pada 2004 menjadi 1.496 pada 2005. Kondisi ini membantu 45.454 guru
dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menantang bagi sekitar 275.078
siswa.
B. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat mulai aktual saat topik itu dilontarkan oleh
UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang mengantisipasi perubahan-
perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang,
UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem-problem
ketertinggalan, kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam format
yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pada berbagai kelompok umur
termasuk orang dewasa.
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu
definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
1)Meliputi seluruh hidup setiap individu
2)Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3)Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.
4)Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
5)Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasuk yang formal, non-formal dan informal.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah
seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan
peserta didik dengan efisien dan efektif, dan serantak dengan itu, meningkatkan
kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang
hayat.
Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat
harus dirancang dan diimplementasi dengan memperhatikan dua dimensi
(Hameyer, 1979:67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990:28-30) sebagai berikut:
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi: Di samping
keterkaitan dan kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula
terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Termasuk dalam
dimensi vertikal itu antara lain pengkajian tentang:
1) Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik ,
termasuk relevansi bahan ajaran dengan masa depan dan pengintegrasian
masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum.
2) Kurikulum dan perubahan sosial-kebudayaan: kurikulum seyogyanya
memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial-kebudayaan itu
karena peserta didik justru akan hidup dalam sosial-kebudayaan yang
telah berubah setelah menamatkan sekolahnya.
3) “The forecasting curriculum” yakni perangcangan kurikulum berdasarka
suatu prognosi, baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan
sekolahnya, pada saat hidup ia dalam sistem yang sedang berlaku,
maupun pada saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di masa
depan.
4) Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan, terutama
dalam kaitannya dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari
dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide
bidang studi itu.
5) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri
maupun dalam bidang sosial/pekerjaan, agar kelak dapat membangun
dirinya sendiri dan bersama-sama membangun masyarakatnya.
6) Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik,
yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar, dan demikian
seterusnya.
7) Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik
harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap
mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka baginya,
mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadian, dan sebagainya.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Termasuk
dalam dimensi horizontal antara lain:
1) Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di
luar sekolah menjadi obyek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran di
sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan
pokok yang terdapat di luar sekolah.
2) Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah
dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar-mengajar
terjadi di dalam dan di luar sekolah.
3) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar-mengajar,
baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun
dalam kegiatan belajar di luar sekolah.
Saat negara-negara berkembang mulai menerapkan pendidikan dasar
(basic education) yang perwujudannya adalah wajib belajar, maka mulai terasa
bahwa untuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung perlu dibantu dengan
format pendidikan sepanjang hayat.
Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut
sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi
urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri
supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang
selalu berubah.
Di Indonesia perwujudan belajar sepanjang hayat telah dijamin dalam
undang-undang. Hal tersebut tertuang pada pasal 4 UU No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan dan nilai kultural
dan kemajemukan bangsa (ayat 1), pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna (ayat 2),
pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (pasal 3).
Sekolah Sebagai Pusat Belajar Sepanjang Hayat Untuk Semua
Peran sekolah dalam mewujudkan belajar sepanjang hayat. Hal ini
dilakukan melalui pengembangan kerja sama antara sekolah dengan lembaga
keluarga, lembaga bisnis, lembaga lain dalam masyarakat dan masyarakat itu
sendiri. Kaitannya belajar sepanjang hayat, wajib belajar harus ditujukan pada
provisi berbasis pengetahuan, dan pengembangan meta skill untuk belajar. Oleh
karena itu wajib belajar harus memberikan pengetahuan umum untuk
pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan perolehan keterampilan belajar
yang diperlukan untuk belajar sepanjang hayat. Sementara itu lembaga keluarga
dapat berfungsi sebagai dukungan dan stimulus untuk meningkatkan pemahaman
makna dan nilai belajar sepanjang hayat. Sebagai contoh, mengembangkan
harapan tinggi pada anak, impian masa depan, penghargaan terhadap kerja keras
sebagai kunci keberhasilan, ketaatan pada aturan rumah tangga, menjalin
komunikasi dengan sekolah. Selain itu sekolah dapat menumbuhkan kesempatan
belajar sepanjang hayat melalui kerja sama dengan keluarga. Hal lain yang
dipandang penting untuk dikembangkan adalah kerjasama dengan dunia bisnis.
Kerjasama ini dapat dikembangkan pada tingkat pengambilan kebijakan,
managemen sekolah, pelatihan para guru, pengiriman anak pada lembaga kerja,
dan pembelajaran di kelas. Untuk lebih mengoptimalkan perwujudan belajar
sepanjang hayat, disamping kerjasama seperti dikemukakan di atas, lembaga
sekolah juga perlu membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan berbagai
potensi budaya masyarakat yang sangat beragam, dan lembaga-lembaga lain yang
ada dimasyarakat untuk secara bersama-sama memberi kesempatan belajar bagi
semua peserta didik dan masyarakat.
Kontribusi SMP Terbuka terhadap belajar sepanjang hayat Di Indonesia
SMP Terbuka merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang
ditujukan bagi anak didik usia sekolah SMP yang oleh karena sesuatu hal tidak
dapat menempuh pendidikannya. Penyelenggaraan program ini didasarkan pada
satu premise bahwa untuk mencapai hasil yang sama pada peserta didik yang
kondisi berbeda maka diperlukan perlakuan yang berbeda pula. SMP Terbuka ini
memiliki beberapa keuntungan :
a. Mengatasi hambatan geografis
b. Mengoptimalkan sumber belajar lokal
c. Mengatasi kekurangan ruang kelas dan guru
d. Inklusif
e. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri
f. Mengembangkan konsep belajar sepanjang hayat
Perkembangan belajar sepanjang hayat tidak terlepas dari perkembangan
masyarakat. Oleh karena itu, untuk memahami dinamika belajar sepanjang hayat
harus diletakkan dalam konteks sosio-kultural-ekonomi-politik dan demogratif.
Dilihat dari segi sosio-ekonomi, secara kasar negara anggota APEC dapat kita
klasifikasi menjadi 3, yaitu negara maju (Amerika, Kanada, dan Australia), negara
maju baru (Taiwan, Hongkong, Korea, Singapura, Malaysia, Cina, New Zealand),
dan negara sedang berkembang (Indonesia, Philipina, Thailand).
Terlepas dari perbedaan yang ada, negara-negara APEC memiliki visi, dan
komitmen yang sama. Mereka berupaya untuk mewujudkan belajar sepanjang
hayat. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang ditempuh, walaupun dengan
kondisi yang berbeda, semua negara berupaya untuk mewujudkan pendidikan
yang demokratis, terbuka, untuk memenuhi kebutuhan belajar bagi siapa saja,
kapan saja dan dimana saja.
Secara interpretatif, melihat bahwa kebijakan atau program belajar
sepanjang hayat belum memadai mengingat tantangan ke depan yang semakin
kompleks. Untuk mewujudkan belajar sepanjang hayat, secara spekulatif ada
beberapa pemikiran yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
a. Pengakuan pengalaman belajar melalui proses akreditasi dan transfer.
Sebagaimana bahwa hasil belajar tidak terbatasi oleh tempat dan waktu
kegiatan belajar dilaksanakan. Di samping itu pengakuan terhadap
pengalaman belajar akan dapat meningkatkan harga dan kepercayaan diri,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar. Cara ini nampaknya
patut dipertimbangkan bahkan mungkin segera untuk ditindaklanjuti.
b. Penyelenggaraan program belajar sepanjang hayat secara regional. Bahwa
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengembangan sumber
daya manusianya, perusahaan multinasional sebaiknya melakukannya secara
regional. Walaupun ide dasarnya adalah untuk memberikan pelatihan tenaga
kerja di sektor industri, hal ini dapat dikembangkan untuk pemenuhan
kebutuhan belajar secara luas. Cara ini nampaknya perlu mendapat perhatian.
Di samping aspek ekonomis, asebilitas, fleksibilitas, avaliabilitas adalah
aspek lain yang patut dipertimbangkan.
c. Pengembangan kerjasama sekolah-masyarakat dan keluarga. Perlunya
sekolah menjadi pusat pengembangan. Walaupun dengan dimensi yang
berbeda memandang perlu adanya keterpaduan antara lembaga sekolah,
keluarga dan masyarakat.
d. Penggunaan teknologi informasi dan multimedia. Seiring dengan kemajuan
IPTEKS, berkembangnya kebutuhan dan motivasi belajar, dan
keterjangkauan geografis, media ini dipandang sangat relevan. Media ini akan
semakin membuka kesempatan dan askes belajar bagi semua lapisan
masyarakat.

Contenu connexe

Tendances

Rph kemahiran membaca & menulis
Rph kemahiran membaca & menulisRph kemahiran membaca & menulis
Rph kemahiran membaca & menulisRanjini Valauthan
 
Tranformatif generatif
Tranformatif generatifTranformatif generatif
Tranformatif generatifNadwah Khalid
 
Pandangan tokoh terhadap pendidikan
Pandangan tokoh terhadap pendidikanPandangan tokoh terhadap pendidikan
Pandangan tokoh terhadap pendidikanffyue
 
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1Muhammad Fadzli
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan muhammad
 
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)firo HAR
 
falsafah pendidikan barat moden
falsafah pendidikan barat modenfalsafah pendidikan barat moden
falsafah pendidikan barat modenRasikha Hansi
 
Teori pembelajaran kognitif KOHLER
Teori pembelajaran kognitif KOHLERTeori pembelajaran kognitif KOHLER
Teori pembelajaran kognitif KOHLERWany Hardy
 
Rancangan pengajaran harian bahasa melayu
Rancangan pengajaran harian bahasa melayuRancangan pengajaran harian bahasa melayu
Rancangan pengajaran harian bahasa melayunoorabib
 
Kumpulan 2 teori huraian bahasa
Kumpulan 2 teori huraian bahasaKumpulan 2 teori huraian bahasa
Kumpulan 2 teori huraian bahasapikaosman
 
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
Tajuk 5   implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysiaTajuk 5   implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysiashaatis
 
Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu
 Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu
Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayuAhmad NazRi
 
Sastera melayu sebagai pendidikan
Sastera melayu sebagai pendidikanSastera melayu sebagai pendidikan
Sastera melayu sebagai pendidikanAin Ainnia
 
Model assure dan rph
Model assure dan rphModel assure dan rph
Model assure dan rphRyabbi Imp
 
Akta pendidikan 1996
Akta pendidikan 1996Akta pendidikan 1996
Akta pendidikan 1996yim96kim
 
contoh rph kssr bm tahun 5
contoh rph kssr bm tahun 5contoh rph kssr bm tahun 5
contoh rph kssr bm tahun 5NuurHafiza Saad
 
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1shafiqa azlin
 
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)FaFai S.
 

Tendances (20)

Rph kemahiran membaca & menulis
Rph kemahiran membaca & menulisRph kemahiran membaca & menulis
Rph kemahiran membaca & menulis
 
Tranformatif generatif
Tranformatif generatifTranformatif generatif
Tranformatif generatif
 
Pandangan tokoh terhadap pendidikan
Pandangan tokoh terhadap pendidikanPandangan tokoh terhadap pendidikan
Pandangan tokoh terhadap pendidikan
 
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1
Bab 8-Konsep Pendidikan Islam 1
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)
Konsep penggabungjalinan dan penyerapan (5P)
 
falsafah pendidikan barat moden
falsafah pendidikan barat modenfalsafah pendidikan barat moden
falsafah pendidikan barat moden
 
Teori pembelajaran kognitif KOHLER
Teori pembelajaran kognitif KOHLERTeori pembelajaran kognitif KOHLER
Teori pembelajaran kognitif KOHLER
 
tugasan morfologi
tugasan morfologi  tugasan morfologi
tugasan morfologi
 
Rancangan pengajaran harian bahasa melayu
Rancangan pengajaran harian bahasa melayuRancangan pengajaran harian bahasa melayu
Rancangan pengajaran harian bahasa melayu
 
Kumpulan 2 teori huraian bahasa
Kumpulan 2 teori huraian bahasaKumpulan 2 teori huraian bahasa
Kumpulan 2 teori huraian bahasa
 
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
Tajuk 5   implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysiaTajuk 5   implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
 
Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu
 Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu
Perubahan-makna-dalam-bahasa-melayu
 
Sastera melayu sebagai pendidikan
Sastera melayu sebagai pendidikanSastera melayu sebagai pendidikan
Sastera melayu sebagai pendidikan
 
Model assure dan rph
Model assure dan rphModel assure dan rph
Model assure dan rph
 
Akta pendidikan 1996
Akta pendidikan 1996Akta pendidikan 1996
Akta pendidikan 1996
 
contoh rph kssr bm tahun 5
contoh rph kssr bm tahun 5contoh rph kssr bm tahun 5
contoh rph kssr bm tahun 5
 
Kata ganda penuh
Kata ganda penuhKata ganda penuh
Kata ganda penuh
 
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1
Jsu bahasa arab tingkatan 1 kertas 1 1
 
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)
Peta I-think (Pembelajaran abad ke-21)
 

En vedette

Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterQoimah Adielah
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinyaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanAli Rohman
 
Contoh Presentasi Power Point Tentang Pendidikan
Contoh Presentasi Power Point Tentang PendidikanContoh Presentasi Power Point Tentang Pendidikan
Contoh Presentasi Power Point Tentang PendidikanMustofa Thovids
 
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidup
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidupPendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidup
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidupAdhi Panjie Gumilang
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for alliwan Alit
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiasuyono fis
 
operasi bilangan bulat
operasi bilangan bulatoperasi bilangan bulat
operasi bilangan bulatRatih31
 
Tips menjadi guru yang disenangi murid
Tips menjadi guru yang disenangi muridTips menjadi guru yang disenangi murid
Tips menjadi guru yang disenangi muridSabil Tulen
 
Akar pangkat tiga
Akar pangkat tigaAkar pangkat tiga
Akar pangkat tigaSabil Tulen
 
Sejarah Perkembangan Bilangan
Sejarah Perkembangan BilanganSejarah Perkembangan Bilangan
Sejarah Perkembangan BilanganRatih31
 
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'anPendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'aniqbalmayzun
 
Mendidik anak ala rasulullah saw...
Mendidik anak ala rasulullah saw...Mendidik anak ala rasulullah saw...
Mendidik anak ala rasulullah saw...sulaiman musa
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusifrisa zakiatul
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugipipit rantika
 
Seminar Pendidikan Inklusif
Seminar Pendidikan InklusifSeminar Pendidikan Inklusif
Seminar Pendidikan InklusifMuhammad Surya
 
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganResume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganAndriani Widi Astuti
 
Angka dan bilangan
Angka dan bilanganAngka dan bilangan
Angka dan bilanganMhartono
 

En vedette (20)

Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakter
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikan
 
Contoh Presentasi Power Point Tentang Pendidikan
Contoh Presentasi Power Point Tentang PendidikanContoh Presentasi Power Point Tentang Pendidikan
Contoh Presentasi Power Point Tentang Pendidikan
 
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidup
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidupPendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidup
Pendidikan ham, pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan seumur hidup
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for all
 
Makalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikanMakalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikan
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
 
operasi bilangan bulat
operasi bilangan bulatoperasi bilangan bulat
operasi bilangan bulat
 
Tips menjadi guru yang disenangi murid
Tips menjadi guru yang disenangi muridTips menjadi guru yang disenangi murid
Tips menjadi guru yang disenangi murid
 
Akar pangkat tiga
Akar pangkat tigaAkar pangkat tiga
Akar pangkat tiga
 
BILANGAN
BILANGANBILANGAN
BILANGAN
 
Sejarah Perkembangan Bilangan
Sejarah Perkembangan BilanganSejarah Perkembangan Bilangan
Sejarah Perkembangan Bilangan
 
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'anPendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an
Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an
 
Mendidik anak ala rasulullah saw...
Mendidik anak ala rasulullah saw...Mendidik anak ala rasulullah saw...
Mendidik anak ala rasulullah saw...
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 
Seminar Pendidikan Inklusif
Seminar Pendidikan InklusifSeminar Pendidikan Inklusif
Seminar Pendidikan Inklusif
 
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganResume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
 
Angka dan bilangan
Angka dan bilanganAngka dan bilangan
Angka dan bilangan
 

Similaire à Pendidikan untuk semua

SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANIDadang DjokoKaryanto
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANharjunode
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Ismail Abdul Wahid
 
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhPendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhSiti Hardiyanti
 
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_maGlobalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_mamandina
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for alliwan Alit
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesiaWarnet Raha
 
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxMAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxam7946604
 
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)Rahma Mahmudah
 

Similaire à Pendidikan untuk semua (20)

Pendidikan Untuk Semua
Pendidikan Untuk SemuaPendidikan Untuk Semua
Pendidikan Untuk Semua
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANISOSIOLOGI PENDIDIKAN;  MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN ; WORO HANDAYANI
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
 
Peran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraanPeran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraan
 
jajal
jajaljajal
jajal
 
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhPendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
 
Pendemokrasian
PendemokrasianPendemokrasian
Pendemokrasian
 
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_maGlobalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for all
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxMAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
 
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)
Karya Tulis Ilmiah (Rahma Mahmudah)
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Tik tugas 4
Tik tugas 4Tik tugas 4
Tik tugas 4
 

Pendidikan untuk semua

  • 1. MAKALAH "PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT" Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan OLEH: KELOMPOK 2 / KM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Oktober 2011
  • 2. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan memang harus mendapatkan prioritas. Pendidikan sangatlah penting untuk masa depan anak bangsa. Dengan adanya perhatian yang serius pada pendidikan, tentu saja sebuah bangsa akan naik derajatnya. Hal itu karena pembangunan suatu bangsa akan ditentukan oleh pendidikan. Tunas-tunas bangsalah yang akan membangun sebuah negeri. Dampak pendidikan yang matang tentu saja membawa hasil kemajuan seperti yang disebutkan di atas. Pemerintah dalam hal ini tentu saja harus benar-benar memperhatikan secara serius persoalan pendidikan. Bangsa yang maju, tidak terlepas dari kemajuan pendidikannya. Sistem pendidikan yang masih amburadul patut dibenahi oleh semua pihak yang berwenang tentu saja. Pendidikan untuk kemajuan, itulah yang harus dicanangkan. Pendidikan untuk kemajuan dalam hal ini tentu saja bukan untuk golongan atau etnis tertentu, tetapi pendidikan untuk kemajuan bersama, yaitu kemajuan bangsa dan kemajuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan tak cukup diemban dalam waktu singkat, artinya dalam pendidikan memerlukan proses, tentu saja proses yang panjang. Proses yang panjang dalam hal ini bukan berarti sepanjang-panjangnya. Namun, pendidikan disini memerlukan suatu proses kesabaran, kesadaran. Dalam artian kesabaran, pendidikan yang memerlukan waktu, hasilnya dapat dirasakan setelah beberapa tahun. Pendidikan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, yaitu bahwa pendidikan haruslah mendapat ruang kesadaran dari peserta pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, artinya kesadaran yang tinggi untuk mengenyam pendidikan tentu harus ditanamkan. Karena hal itu akan menjadi motivasi yang tinggi secara sadar untuk meningkatkan kualitas kehidupan peserta didik itu sendiri, selain untuk kemajuan bangsa. Karena selama kita hidup, tentu saja dituntut agar terus belajar. A. Pendidikan Untuk Semua Pendidikan Untuk Semua : CIVIL SOCIETY OGANIZATIONS initiative EDUCATION for ALL (CSOiEFA) adalah konsorsium organisasi sipil yang peduli akan pentingnya pendidikan untuk semua, terutama untuk perempuan dan anak-anak perempuan. Lebih dari 40 tahun yang lalu, bangsa-bangsa di dunia, berbicara melalui Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, menegaskan bahwa: "Setiap orang memiliki hak untuk pendidikan". Meskipun negara-negara di
  • 3. seluruh dunia mengupayakan untuk menjamin hak pendidikan untuk semua, tetapi masih saja ditemukan kendala. Pada saat yang sama, dunia menghadapi masalah yang menakutkan seperti, beban utang, ancaman stagnasi dan kemunduran ekonomi, pertumbuhan penduduk yang cepat, pelebaran kesenjangan ekonomi antar bangsa, perang, pendudukan, perang saudara, kejahatan, kekerasan, kematian yang dapat dicegah jutaan anak-anak dan meluas ke kerusakan lingkungan. Masalah ini menghambat upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar. Masalah-masalah ini telah menyebabkan kemunduran besar dalam pendidikan dasar pada 1980-an di banyak negara sedang berkembang. Di beberapa negara lain, pertumbuhan ekonomi telah tersedia untuk membiayai perluasan pendidikan, namun meskipun demikian, banyak jutaan tetap dalam kemiskinan, tidak mampu bersekolah atau buta huruf. Di negara-negara industri tertentu juga, penghematan dalam pengeluaran pemerintah selama tahun 1980-an telah menyebabkan kemerosotan pendidikan. Akhirnya pada tanggal 5-9 Maret 1990 di Jomtien, Thailand, 115 negara dan 150 oragnisasi saling bertemu dan mengadakan Konferensi Dunia membahas Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS). Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, perlu koalisi yang luas dari pemerintah nasional, masyarakat sipil kelompok, dan lembaga pembangunan seperti UNESCO dan Bank Dunia. Mereka berkomitmen untuk mencapai enam tujuan pendidikan yaitu: 1. Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif dan pendidikan, terutama bagi yang paling rentan dan anak-anak yang kurang beruntung. 2. Memastikan bahwa pada 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, yang dalam keadaan sulit, dan mereka yang termasuk etnik minoritas, memiliki akses lengkap dan bebas ke wajib pendidikan dasar yang berkualitas baik. 3. Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi melalui akses yang adil untuk pembelajaran yang tepat dan program ketrampilan hidup.
  • 4. 4. Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil. 5. Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan tahun 2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan mendapat akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik. 6. Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan semua sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan hidup yang esensial. Setelah satu dekade, karena lambatnya kemajuan dan banyaknya negara yang jauh dari keharusan untuk mencapai tujuan tersebut, masyarakat internasional menegaskan kembali komitmennya terhadap Pendidikan Untuk Semua di Dakar, Senegal, pada 26-28 April 2000 dan sekali lagi pada bulan September tahun itu. Pada pertemuan terakhir, 189 negara dan mitra mereka mengadopsi dua dari delapan tujuan Pendidikan Untuk Semua yang dikenal dengan nama Millenium Development Goals (MDG) yaitu MDG 2 mengenai pendidikan dasar dan universal serta MDG 3 mengenai kesetaraan jender dalam pendidikan pada tahun 2015. Dalam konferensi tersebut mereka berjanji untuk mencapai "Pendidikan untuk Semua" pada 2015. Dan untuk memenuhi tujuan tersebut perlu usaha antara lain: Menyediakan $11 miliar per tahun untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyekolahkan 72 juta anak. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan pelatihan dan merekrut 18 juta guru antara sekarang dan 2015, sehingga semua anak memiliki kesempatan untuk belajar di kelas yang lebih kecil (di bawah 40 anak per guru). Mendorong pemerintah untuk mendefinisikan dan mengukur standar minimal pembelajaran, sebagai tonggak utama terhadap peningkatan hasil pembelajaran dan strategi yang lebih luas untuk menjamin kualitas
  • 5. pendidikan di sekolah-sekolah, sehingga peserta didik terus mengembangkan keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan dan kontribusi untuk ekonomi produktif. Menjangkau semua anak dengan mengembangkan strategi-strategi baru untuk mencapai sulit dijangkau anak-anak dalam konflik, di daerah terpencil, dan dari kelompok-kelompok didiskriminasi. Memperluas kesempatan pendidikan pada semua tingkatan, termasuk investasi dalam perawatan anak usia dini dan pengembangan, pendidikan menengah dan penyediaan kesempatan kedua belajar bagi mereka melalui pendidikan non-formal dan program keaksaraan orang dewasa (gabungan pendanaan eksternal membutuhkan $ 5 Milyar per tahun). Menjamin bahwa anak-anak memiliki cukup untuk makan untuk belajar dan mengembangkan kesehatan melalui penyediaan makanan sekolah atau program transfer tunai kepada keluarga. Mendorong pemerintah nasional untuk mempersembahkan paling sedikit 20% dari anggaran nasional untuk pendidikan dan untuk menghapuskan biaya yang mencegah begitu banyak anak-anak pergi ke sekolah. Menganjurkan bahwa pemerintah memiliki strategi untuk menjangkau anak-anak yang paling terpinggirkan, dan bahwa mereka menghadapi diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok dikecualikan lainnya. Selain konferensi tersebut, ada kegiatan penunjang yang mendukung Pendidikan Untuk Semua. Kegiatan tersebut antara lain: 1. Global Coordination (Koordinasi Global) Pada tingkat global, regional dan tingkat nasional, UNESCO memperdalam kemitraan dan aliansi, membangun konsensus dan menyelaraskan mitra kontribusi dan partisipasi. Mitra PUS dalam upaya terkoordinasi ini termasuk pemerintah, organisasi internasional, donor bilateral dan multilateral, masyarakat sipil dan sektor swasta. 2. The High-Level Group (Perkumpulan Tingkat Tinggi ) Diselenggarakan setiap tahun oleh Direktur Jenderal UNESCO, dengan diikuti oleh sekitar tiga puluh Menteri Pendidikan dan Kerjasama Internasional,
  • 6. kepala badan-badan pembangunan dan perwakilan dari masyarakat sipil maupun sektor swasta. Perannya adalah untuk mempertahankan dan mempercepat momentum politik yang diciptakan pada Forum Pendidikan Dunia dan berfungsi sebagai tuas untuk mobilisasi sumberdaya. 3. The Working Group on Education for All (Kelompok Kerja PUS) Kelompok Kerja Pendidikan Untuk Semua memberikan bimbingan teknis dan mempromosikan pertukaran informasi antara semua mitra dalam Pendidikan Untuk Semua. Kelompok ini terdiri dari wakil-wakil dari semua pemangku kepentingan kunci PUS. 4. The Global Action Plan (Rencana Aksi Global) Rencana Aksi Global adalah strategi global yang dikembangkan untuk memperbaiki koordinasi tingkat negara yang menuju Pendidikan Untuk Semua. Rencana ini bertujuan untuk menjelaskan peran dari lima lembaga internasional menjadi ujung tombak gerakan EFA global (UNDP, UNESCO, UNFPA, UNICEF dan Bank Dunia) dan memastikan mereka terkoordinasi pada aksi bersama di tingkat global. Pada akhirnya, hal itu bertujuan untuk mencapai lebih baik dan lebih bertarget di lapangan maupun di tingkat negara. 5. The EFA Global Monitoring Report (Laporan Pengawasan Global PUS) Laporan Pengawasan Global tahunan adalah laporan mengenai kemajuan negara-negara dan lembaga membuat arah tujuan PUS dengan cara menyediakan data terbaru yang tersedia bersama dengan analisis mendalam. Laporan ini mencakup Indeks Pembangunan PUS yang mengukur sejauh mana pertemuan negara-negara tujuan PUS khususnya di pendidikan dasar, keaksaraan dewasa, paritas gender dan kualitas. 6. EFA Global Action Week (Minggu Aksi Global PUS) Sebuah kampanye advokasi di seluruh dunia yang diselenggarakan setiap tahun pada akhir April untuk merayakan ulang tahun Forum Pendidikan Dunia yang diselenggarakan pada tahun 2000 di Dakar. Ini bertujuan untuk memobilisasi pemerintah dan masyarakat internasional untuk memenuhi janji mereka untuk mencapai Pendidikan Untuk Semua pada tahun 2015.
  • 7. Pendidikan Untuk Semua di Indonesia Indonesia telah mengalami kemajuan di bidang pendidikan dasar dalam 20 tahun terakhir ini. Terbukti rasio bersih anak usia 7-12 tahun yang bersekolah mencapai 94 persen. Tapi Indonesia tetap belum berhasil memberikan jaminan hak atas pendidikan bagi semua anak. Apalagi, masih banyak masalah yang harus dihadapi, masalah tersebut antara lain: - Anak yang putus sekolah diperkirakan masih ada dua juta anak. - Kualifikasi guru yang masih kurang. - Metode pengajaran yang tidak efektif. Yaitu masih berorientasi kepada guru dan anak didik tidak diberi kesempatan memahami sendiri. - Manajemen sekolah yang buruk - Kurangnya keterlibatan masyarakat. - Kurangnya akses pengembangan dan pembelajaran usia dini bagi sebagian besar anak usia 3 sampai 6 tahun terutama anak-anak yang tinggal di pedalaman dan pedesaan. - Alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pusat yang tidak memadai. - Biaya pendidikan yang tinggi. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Untuk Semua, pemerintah Indonesia dibantu oleh UNICEF dan UNESCO melakukan kegiatan-kegiatan antara lain: 1. Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat UNICEF mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar melalui Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat. Sistem ini memungkinkan penelusuran semua anak usia di bawah 18 tahun yang tidak bersekolah. 2. Program Wajib Belajar 9 tahun Dalam upayanya mencapai tujuan “Pendidikan untuk Semua” pada 2015, pemerintah Indonesia saat ini menekankan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh anak Indonesia usia 6 sampai 15 tahun. Dalam hal ini, UNICEF dan UNESCO memberi dukungan teknis dan dana. 3. Program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC). Bersama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan anak-anak di delapan propinsi di Indonesia, UNICEF mendukung program Menciptakan Masyarakat
  • 8. Peduli Pendidikan Anak (CLCC). Proyek ini berkembang pesat dari 1.326 sekolah pada 2004 menjadi 1.496 pada 2005. Kondisi ini membantu 45.454 guru dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menantang bagi sekitar 275.078 siswa. B. Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat mulai aktual saat topik itu dilontarkan oleh UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang mengantisipasi perubahan- perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang, UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem-problem ketertinggalan, kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam format yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pada berbagai kelompok umur termasuk orang dewasa. UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus: 1)Meliputi seluruh hidup setiap individu 2)Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya. 3)Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu. 4)Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri. 5)Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non-formal dan informal. Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif, dan serantak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasi dengan memperhatikan dua dimensi (Hameyer, 1979:67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990:28-30) sebagai berikut:
  • 9. a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi: Di samping keterkaitan dan kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Termasuk dalam dimensi vertikal itu antara lain pengkajian tentang: 1) Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik , termasuk relevansi bahan ajaran dengan masa depan dan pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum. 2) Kurikulum dan perubahan sosial-kebudayaan: kurikulum seyogyanya memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial-kebudayaan itu karena peserta didik justru akan hidup dalam sosial-kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya. 3) “The forecasting curriculum” yakni perangcangan kurikulum berdasarka suatu prognosi, baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia dalam sistem yang sedang berlaku, maupun pada saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di masa depan. 4) Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu. 5) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam bidang sosial/pekerjaan, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun masyarakatnya. 6) Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar, dan demikian seterusnya. 7) Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadian, dan sebagainya.
  • 10. b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain: 1) Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi obyek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran di sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah. 2) Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar-mengajar terjadi di dalam dan di luar sekolah. 3) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar-mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah. Saat negara-negara berkembang mulai menerapkan pendidikan dasar (basic education) yang perwujudannya adalah wajib belajar, maka mulai terasa bahwa untuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung perlu dibantu dengan format pendidikan sepanjang hayat. Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Di Indonesia perwujudan belajar sepanjang hayat telah dijamin dalam undang-undang. Hal tersebut tertuang pada pasal 4 UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan dan nilai kultural dan kemajemukan bangsa (ayat 1), pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna (ayat 2), pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (pasal 3).
  • 11. Sekolah Sebagai Pusat Belajar Sepanjang Hayat Untuk Semua Peran sekolah dalam mewujudkan belajar sepanjang hayat. Hal ini dilakukan melalui pengembangan kerja sama antara sekolah dengan lembaga keluarga, lembaga bisnis, lembaga lain dalam masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Kaitannya belajar sepanjang hayat, wajib belajar harus ditujukan pada provisi berbasis pengetahuan, dan pengembangan meta skill untuk belajar. Oleh karena itu wajib belajar harus memberikan pengetahuan umum untuk pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan perolehan keterampilan belajar yang diperlukan untuk belajar sepanjang hayat. Sementara itu lembaga keluarga dapat berfungsi sebagai dukungan dan stimulus untuk meningkatkan pemahaman makna dan nilai belajar sepanjang hayat. Sebagai contoh, mengembangkan harapan tinggi pada anak, impian masa depan, penghargaan terhadap kerja keras sebagai kunci keberhasilan, ketaatan pada aturan rumah tangga, menjalin komunikasi dengan sekolah. Selain itu sekolah dapat menumbuhkan kesempatan belajar sepanjang hayat melalui kerja sama dengan keluarga. Hal lain yang dipandang penting untuk dikembangkan adalah kerjasama dengan dunia bisnis. Kerjasama ini dapat dikembangkan pada tingkat pengambilan kebijakan, managemen sekolah, pelatihan para guru, pengiriman anak pada lembaga kerja, dan pembelajaran di kelas. Untuk lebih mengoptimalkan perwujudan belajar sepanjang hayat, disamping kerjasama seperti dikemukakan di atas, lembaga sekolah juga perlu membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan berbagai potensi budaya masyarakat yang sangat beragam, dan lembaga-lembaga lain yang ada dimasyarakat untuk secara bersama-sama memberi kesempatan belajar bagi semua peserta didik dan masyarakat. Kontribusi SMP Terbuka terhadap belajar sepanjang hayat Di Indonesia SMP Terbuka merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang ditujukan bagi anak didik usia sekolah SMP yang oleh karena sesuatu hal tidak dapat menempuh pendidikannya. Penyelenggaraan program ini didasarkan pada satu premise bahwa untuk mencapai hasil yang sama pada peserta didik yang kondisi berbeda maka diperlukan perlakuan yang berbeda pula. SMP Terbuka ini memiliki beberapa keuntungan :
  • 12. a. Mengatasi hambatan geografis b. Mengoptimalkan sumber belajar lokal c. Mengatasi kekurangan ruang kelas dan guru d. Inklusif e. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri f. Mengembangkan konsep belajar sepanjang hayat Perkembangan belajar sepanjang hayat tidak terlepas dari perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, untuk memahami dinamika belajar sepanjang hayat harus diletakkan dalam konteks sosio-kultural-ekonomi-politik dan demogratif. Dilihat dari segi sosio-ekonomi, secara kasar negara anggota APEC dapat kita klasifikasi menjadi 3, yaitu negara maju (Amerika, Kanada, dan Australia), negara maju baru (Taiwan, Hongkong, Korea, Singapura, Malaysia, Cina, New Zealand), dan negara sedang berkembang (Indonesia, Philipina, Thailand). Terlepas dari perbedaan yang ada, negara-negara APEC memiliki visi, dan komitmen yang sama. Mereka berupaya untuk mewujudkan belajar sepanjang hayat. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang ditempuh, walaupun dengan kondisi yang berbeda, semua negara berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang demokratis, terbuka, untuk memenuhi kebutuhan belajar bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Secara interpretatif, melihat bahwa kebijakan atau program belajar sepanjang hayat belum memadai mengingat tantangan ke depan yang semakin kompleks. Untuk mewujudkan belajar sepanjang hayat, secara spekulatif ada beberapa pemikiran yang harus diperhatikan diantaranya adalah : a. Pengakuan pengalaman belajar melalui proses akreditasi dan transfer. Sebagaimana bahwa hasil belajar tidak terbatasi oleh tempat dan waktu kegiatan belajar dilaksanakan. Di samping itu pengakuan terhadap pengalaman belajar akan dapat meningkatkan harga dan kepercayaan diri, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar. Cara ini nampaknya patut dipertimbangkan bahkan mungkin segera untuk ditindaklanjuti. b. Penyelenggaraan program belajar sepanjang hayat secara regional. Bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengembangan sumber daya manusianya, perusahaan multinasional sebaiknya melakukannya secara
  • 13. regional. Walaupun ide dasarnya adalah untuk memberikan pelatihan tenaga kerja di sektor industri, hal ini dapat dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan belajar secara luas. Cara ini nampaknya perlu mendapat perhatian. Di samping aspek ekonomis, asebilitas, fleksibilitas, avaliabilitas adalah aspek lain yang patut dipertimbangkan. c. Pengembangan kerjasama sekolah-masyarakat dan keluarga. Perlunya sekolah menjadi pusat pengembangan. Walaupun dengan dimensi yang berbeda memandang perlu adanya keterpaduan antara lembaga sekolah, keluarga dan masyarakat. d. Penggunaan teknologi informasi dan multimedia. Seiring dengan kemajuan IPTEKS, berkembangnya kebutuhan dan motivasi belajar, dan keterjangkauan geografis, media ini dipandang sangat relevan. Media ini akan semakin membuka kesempatan dan askes belajar bagi semua lapisan masyarakat.