Bab 5 membahas hukum Islam tentang muamalah atau transaksi ekonomi. Terdapat penjelasan mengenai asas-asas transaksi ekonomi seperti kewajiban memenuhi perjanjian, sukarela, dan tidak menyimpang dari syara'. Jenis transaksi yang dijelaskan meliputi jual beli, syarikat, utang piutang, wadi'ah, dan wakalah. Riba dilarang karena dapat menimbulkan eksploitasi dan jurang pemisah antara kaya dan
1. Bab 5
Aspek Fiqih
Hukum Islam tentang
Muamalah
Oleh :
Dewi Cahyaning Purnamasari
X-B / 05
2. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah bagian dari hukum
Islam yang berkaitan dengan hak atau
harta yang muncul dari transaksi antara
seseorang dengan orang lain, baik
secara pribadi maupun berbentuk badan
hukum.
Transakasi Ekonomi adalah perjanjian
atau akad dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup manusia untuk
mencapai kemakmuran.
3. Asas-Asas Transaksi Ekonomi dalam
Islam
1. Pihak-pihak yang bertransaksi harus
memenuhi kewajiban yang telah
disepakati.
2. Syarat-syarat transaksi dirancang dan
dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab, tidak menyimpang
dari hukum syara’ dan adab sopan
santun.
3. Transaksi dilakukan secara sukarela.
4. Asas-Asas Transaksi Ekonomi
dalam Islam
4. Setiap transaksi dilandasi niat yang
baik dan ikhlas karena Allah,
sehingga terhindar dari penipuan,
kecurangan, dan penyelewengan.
5. Adat kebiasaan (‘urf) yang tidak
menyimpang dari syara’, boleh
digunakan untuk menentukan
batasan dalam transaksi.
5. Riba
Riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-
meminjam secara bathil atau bertentangan
dengan prinsip muamalat dalam Islam.
6. Hukum Riba
Riba hukumnya haram dan dilarang oleh Allah swt.
Dasar hukumnya:
QS. Al-Baqoroh : 276 & 278 ; Ar-Rum : 39 ; Ali-Imron :
130
Hadis Rasulullah SAW:
Artinya : " Rasulullah melaknat orang yang memakan
riba, yang mewakilinya, penulisnya, dan kedua
saksinya dan Rasul berkata : mereka semua berdosa".
(HR. Muslim)
7. Sebab-Sebab Diharamkannya
Riba
Dapat menimbulkan eksploitasi (pemerasan)
oleh pemegang modal besar (kaya) kepada
orang yang terdesak ekonominya.
Dapat menciptakan dan mempertajam
jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Dapat menimbulkan sifat rakus dan tamak
yang mengakibatkan orang tidak mampu
bertambah berat bebannya.
Dapat memutuskan tali persaudaraan
terhadap sesama muslim karena
menghilangkan rasa tolong-menolong
8. Macam-Macam Riba
Riba Fadli, yaitu tukar menukar dua barang
sejenis tetapi tidak sama ukurannya.
Riba Qordli, yaitu meminjamkan barang dengan
syarat ada keuntungan bagi yang meminjamkan
Riba Nasi'ah, yaitu tambahan yang disyaratkan
dari 2 orang yang mengutangi sebagai imbalan
atas penangguhan (penundaan) utangnya.
Riba Yad, yaitu riba dengan sebab perpisah dari
tempat aqad jual beli sebelum serah terima
antara penjual dan pembeli.
9. Penerapan Transaksi Ekonomi
Islam
Jual Beli
Perkongsian
(Syarikat)
Transaksi Pemberian
Kepercayaan
Utang Piutang
Titipan (Wadi’ah)
Transaksi Pemberian
Izin (Wakalah)
10. Jual Beli (Bai’u)
Jual beli ialah persetujuan saling
mengikat antara penjual (pihak yang
menyerahkan barang) dan pembeli
(pihak yang membayar barang yang
dijual).
Dasar Hukum: Al Qur’an Surah Al-Baqarah, 2: 198
& 275 serta Surah An-Nisa, 4: 29 dan Hadis.
11. Hukum Jual Beli
Mubah (boleh), yaitu hukum asal
jual beli
Wajib, misalnya wali menjual harta
anak yatim jika terpaksa
Sunnah, misalnya menjual kepada
kerabat yang sangat membutuhkan
Haram, yaitu jual beli yang terlarang
12. Rukun dan Syarat Jual Beli
1. Orang yang melakukan akad jual beli
(penjual dan pembeli). Syaratnya:
Berakal
Balig
Berhak menggunakan hartanya.
2. Barang yang diperjualbelikan. Syaratnya:
Barang halal
Ada manfaatnya.
Barang sudah tersedia
Milik si penjual
Zat, bentuk, kadar dan sifatnya diketahui kedua
pihak
13. Rukun dan Syarat Jual Beli
3. Nilai barang yang dijual. Syaratnya:
Harga jual harus jelas jumlahnya
Nilai tukar barang dapat diserahkan pada saat
transaksi.
Apabila transaksi dengan barter (Al-
Muqayadah), maka tidak boleh dengan
barang yang haram.
4. Sighat atau Ucapan Ijab dan Kabul
Ijab ialah perkataan penjual.
Kabul ialah perkataan pembeli.
14. Jual Beli yang Tidak Sah
(Tidak terpenuhi rukun dan syaratnya)
Menjual air mani hewan jantan
Menjual barang yang baru dibeli
sebelum barangnya diterima
Menjual buah sebelum dipetik
Menjual anak hewan yang masih
berada dalam kandungan
15. Jual beli yang
Contoh:
sah tetapi
• Membeli barang untuk ditimbun
terlarang (fasid) • Jual beli dengan menipu orang
lain
• Jual beli Najsyi, yaitu menawar
Terlarang karena: barang untuk mempengaruhi
orang lain agar mau
membelinya
• Merugikan penjual,
• Menjual barang yang sudah
pembeli, dan orang dibeli orang lain yang masih
lain memilih.
• Mempersulit • Menghambat orang dari luar
peredaran barang kota beserta barangnya
• Merugikan sebelum tiba di pasar dan
kepentingan umum. mereka belum mengetahui
harga pasar.
16. Khiyar
Khiyar adalah hak memilih bagi penjual dan
pembeli untuk meneruskan atau membatalkan jual
belinya karena sesuatu hal, misal cacat pada
barang, agar tidak ada penyesalan.
Jika ada penyesalan dalam jual beli, maka sunah
untuk membatalkan, dengan cara mengembalikan
barang kepada penjual.
Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang rela mencabut jual beli terhadap
saudaranya, maka Allah pun akan mencabut
kerugiannya di hari kiamat (HR. Thabrani)
17. Istisna, yaitu jual beli
Macam-Macam barang dengan
Jual Beli pemesanan dan
pembayarannya pada
waktu pengambilan
Murabahah, yaitu jual beli barang.
barang seharga modal
Isti’jar, yaitu jual beli
ditambah untung sesuai
antara pembeli dengan
kesepakatan.
penyuplai barang.
Bissamanil Ajil, yaitu jual
beli barang dengan harga Ijarah, yaitu jual beli jasa
yang berbeda antara dari benda (sewa) atau
kontan dan angsuran. tenaga/keahlian (upah).
Salam, yaitu jual beli
barang secara tunai
dengan penyerahan barang Sarf, yaitu jual beli
ditunda sesuai pertukaran mata uang
kesepakatan. antar negara
18. Perkongsian (Syarikat)
Syarikat adalah persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bersepakat untuk
bekerja sama dalam suatu usaha, yang
keuntungannya untuk mereka bersama.
Syarikat merupakan salah satu bentuk
ta’awun (tolong menolong).
19. Syarikat yang sesuai
dengan Syara‘
Niat ikhlas karena Allah,
Sabar,
Tawakal,
Jujur,
Saling percaya antara sesama anggota
syarikat,
Bersih dari unsur-unsur kecurangan atau
penipuan.
20. Macam-macam Syarikat
Musyarakah, yaitu menggabungkan modal dalam suatu
usaha yang hasil keuntungannya dibagi berdasarkan
proporsi modal yang ditanam.
Mudarabah, yaitu pemberian modal dari pemilik modal
(Muqrid) kepada seseorang yang menjalankan modal
(Muqtarid) dengan ketentuan bahwa untung rugi
ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian.
Muzara’ah dan Mukhabarah. Muzara’ah ialah paruhan
hasil sawah antara pemilik dan penggarap, benihnya
berasal dari pemilik sawah. Jika benihnya dari penggarap
disebut Mukhabarah.
Musaqah, yaitu paruhan hasil kebun antara pemilik dan
penggarap, besar bagian masing-masing sesuai dengan
perjanjian pada waktu akad.
21. Hikmah Syarikat
Menjalin persaudaraan Menyelesaikan
dan persatuan pekerjaan besar
bersama untuk
Mewujudkan tolong kepentingan umat
menolong antar sesama manusia
manusia
Memelihara dan
Memenuhi kebutuhan meningkatkan kesuburan
dan meningkatkan tanah pertanian.
kesejahteraan
Mencegahan terjadinya
Mengurangi lahan-lahan kritis.
pengangguran
Memelihara dan
Melahirkan kemajuan melestarikan sumber
dalam berbagai bidang. daya alam.
22. Transaksi Pemberian
Kepercayaan
Transaksi Pemberian Kepercayaan adalah
akad atau perjanjian mengenai
penjaminan hutang dengan pemberian
kepercayaan.
23. Macam-Macam Transaksi Pemberian
Kepercayaan
Jaminan (Kafalah / Damanah), yaitu
mengalihkan tanggung jawab seseorang (yang
dijamin) kepada orang lain (penjamin).
Gadaian (Rahan), yaitu menjadikan barang
berharga sebagai jaminan yang mengikat
dengan hutang dan dapat dijadikan sebagai
bayaran hutang jika yang berhutang tidak
mampu melunasi hutangnya.
Pemindahan Hutang (Hiwalah), yaitu
memindahkan kewajiban membayar hutang
kepada orang lain yang memiliki sangkutan
hutang.
24. Utang Piutang
Transaksi utang piutang adalah akad atau
perjanjian antara pihak yang berutang
(peminjam) dan pihak yang berpiutang (yang
meminjami).
25. Syarat Utang-Piutang
Yang berpiutang tidak meminta pembayaran
melebihi pokok piutang (bunga).
Peminjam tidak boleh menunda-nunda
pembayaran utangnya.
Barang (uang) yang diutangkan atau
dipinjamkan adalah milik sah dari yang
meminjamkan.
Pengembalian utang tidak boleh kurang
nilainya.
Disunahkan mengembalikan lebih dari pokok
utangnya.
26. Wadi’ah (Titipan)
Wadi’ah adalah transaksi dimana suatu
barang ditinggalkan oleh pemiliknya untuk
dijaga oleh orang lain yang sanggup
menjaga barang tersebut.
27. Syarat Wadi’ah
Barang yang dititipkan dapat dikenakan biaya
penitipan sesuai dengan nilai barang dan lamanya
waktu penitipan.
Barang yang dititipkan tidak boleh barang yang
diharamkan dan/atau diperoleh dengan cara yang
haram.
Barang titipan menjadi tanggung jawab penuh
pihak penyedia jasa titipan
Penyedia jasa titipan tidak boleh memanfaatkan
barang.
Barang titipan dapat dikembalikan kapan saja
pemilik barang menghendakinya.
28. Transaksi Pemberian Izin
(Wakalah)
Wakalah adalah pemberian kuasa
(mewakilkan) kepada pihak lain untuk
melakukan sebuah transaksi.