SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I
                                 PENDAHULUAN

A.Latar belakang

         Pada zaman sekarang perencanaan kehamilan bisa di lakukan dengan berbagai
cara berupa cara alami dengan menggunakan alat dan sebagainya. Dalam makalah ini,
kelompok akan lebih memperjelas pengetahuan tentang metode sederhana dengan alat
berupa kondom dan barier intra vagina. Hal ini karena kondom lebih sering di
gunakan pada kalangan masyarakat yang kurang pengetahuan tentang macam-macam
metode KB.




B.Tujuan Pembuatan Makalah

    1.     Untuk mengetahui      metode    KB    sederhana   dengan   alat   secara
         mekanisme/barier.

    2. Untuk mengetahui metode KB secara Barier dengan metode kondom.

    3.    Untuk memgetahui metode KB secara barier dengan metode barier intra
         vagina.

    4. Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah KB.
BAB II

                                       PEMBAHASAN

                METODE KB SEDERHANA DENGAN ALAT SECARA
                                  MEKANISME/BARIER

   Pengertian Metode Barier

           Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel
   telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina
   sampai kanalis servikalis.

   Metode yang akan dibahas antara lain :

A. Kondom bagi pria



B. Barier intra vagina :

              1. Diafragma

              2. Kap serviks

              3. Spons

              4. Kondom bagi wanita




   A. Kondom

   Kondom bagi pria

           Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks,
   berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
   dandilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari
   karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing)
   atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 : 74)

           Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke-
   18 di inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844
Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai
ialah kondom dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 :
539).




             Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu
berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm
dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai
sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).

Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom :

1.   Test elektronik

        a.     Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom

        b. Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik

2.   Test pengisian air (water volume test)

        a.     Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom

        b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada diletakkan pada
           kertas absorbent atau kain

3.   Kekuatan kondom

        a.     Ini merupakan factor terpenting dari kondom

        b. Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan :

                   Test pengisian udara (air bust test) :

                              Kondom diisi dengan 20-25 liter udara

                              Test ini menguji kekuatan seluruh kondom

                   Tensile test :
Sebagian kecil dari kondom diregangkan dan diukur
                            kekuatannya sampai bagian tersebut pecah. (minimal : 200
                            kg/cm2)

                               Test ini hanya menguji sebagian dari kondom

     4.   “Umur” kondom (aging)

          a.    Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70 ± 2 c selama 166 ± 2 jam, lalu
               didiamkan pada suhu 23 ± 5 C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan
               diperiksa ada tidaknya kerusakan.

     5.   Kemasan kondom

          a.   Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet.

          b.    Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara
               (O2) dapat mempercepat kerusakan karet

     6.   Ukuran kondom

          a.   Ada 2 kelas ukuran kondom :

               Kelas I :    panjang 160 mm. lebar 52 ± 2 mm

               Kelas II :   panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm

          b. Umumnya ukuran standar kondom adalah :

               Panjang :    minimal 160 mm

               Lebar    :   45-55 mm

               Tebal    :   maksimal 0.07-0.16 mm

     (Hartanto,Hanafi, 2004 : 62-63)

     Tipe kondom terdiri dari :

a.   Kondom Biasa

b. Kondom Berkontur (bergerigi)

c.   Kondom Beraroma

d. Kondom tidak beraroma

     (Bari Saifuddin,Abdul, 2006 : MK 17)
Macam-macam kondom :

     1. Kulit

a.   Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)

b. Tidak meregang atau mengkerut

c.    Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
     sanggama

d. Lebih mahal

e.   Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom

     2.   Lateks

a.   Paling banyak dipakai

b. Murah

c.   Elastic

     3.   Plastik

a.   Sangat tipis (0.025-0.035 mm)

b. Juga menghantarkan panas tubuh

c.   Lebih mahal dari kondom lateks


      Keuntungan Kondom : (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)

     1. Mencegah kehamilan

     2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks)

     3. Dapat diandalkan
4. relatif murah

5. Sederhana, ringan, disposable, reversible

6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up

7. Reversibel

8. Pria ikut secara aktif dalam program KB

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 62)




Kerugian Kondom :

1) Angka kegagalan realtif tinggi

2)    Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
     memasang kondom

3)    Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama
     (kurang praktis)

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)



       Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan
untuk membuat karet. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).


Kontra Indikasi Kondom :

  1. Absolut

a) Pria dengan ereksi yang tidak baik

b) Riwayat syok septik

c) Tidak bertanggung jawab secara sexual

d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual

         2. Relatif

      a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual

      (Hartanto,Hanafi, 2004 : 65)




      Indikasi:

      I.Pria :

1.     Penyakit genitalia

2.     Sensitivitas penis terhadap secret vagina

3.     Ejakulasi premature

      II.Wanita :

1.     Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.

 2.      Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan
      diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.

3.     Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.

4.     Metode temporer :

                    a.   Belum mengadakan sanggama secara teratur

                    b. Selama haid

                    c.   Selama mid-siklus pada pemakaian IUD

                    d. Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
e.   Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat

                f.   Selama periode awal post-partum

                g. Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen

                h.    Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu
                     kontraseptivum

     III.Pasangan pria dan wanita :

1.   Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan

2.   Sanggama yang jarang

3.   Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)

4.   Herpes genitalis atau kondiloma akuminata

5.   Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi

6.   Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan

7.   Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD

     (Hartanto,Hanafi, 2004 : 61)




     Cara Penggunaan Kondom Pria :

1) Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari
     ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya.
     Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
2) Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom
     dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar.

3) pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang masuk
     dan letakkan pada kepala penis.

4)   pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah
     kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom
     hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek).

5) Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di
     pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di
     vagina.

6) Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas
     langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi
     orang lain, terutama anak-anak.

     (Niken,dkk, 2010 : 77)




     Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
     penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539)




     B.Barier Intra-vaginal

         Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita
     dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto, Hanafi, 2004
     : 57)




     Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :

1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks

  (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)




  Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :

1) Angka kegagalan relatif tinggi

2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya

3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.

  (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)




  Macam-macam Barier Intra-Vaginal :

1) Diafragma (Diaphragma)

2) Kap Serviks (Cervical cap)

3) Spons (Sponge)

4) Kondom Wanita




       Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal
  harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas
   metode ini, antara lain:

   a) Paritas

   b) Frekuensi sanggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar

    d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor

    e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan

  (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67)




       Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang
  menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom
  SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.
  Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus
  aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-
  vaginal) selama haid. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67-68)




       Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk
  mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :

1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya

2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam

3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan
  per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)

4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
  Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)

5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :

              a.   Demam

              b. muntah
c.   Diarrhoe

             d. Nyeri otot tubuh

             e.   rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)

6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis

7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.

  (Hartanto, Hanafi, 2004 : 68)




  I. Diafragma (Diaphragma)

          Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
  pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya,
  diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
  selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji
  ; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). (Prawirohardjo,
  Sarwono, 2009 : 541).




          Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
  yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
  serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)




          Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila
  sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan
selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan,
diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai,
lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73)




       Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter
antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-
masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan
secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541).




Cara Kerja sebagai berikut :

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Bari
Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)




Manfaat nya ada 2 yaitu :

1.   Manfaat kontrasepsi

           a.   Efektif bila digunakan dengan benar


           b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien

           c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6
           jam sebelumnya

           d. Tidak menggangu kesehatan klien

           e.   Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2.   Manfaat non kontrasepsi

                   a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila
                   digunakan dengan spermisida.

                   b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.

       (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21,22)




       Kerugian Diafragma :

  1.    Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai

       Posted 17th April 2012 by taman baca nya bidan

       0

       Add a comment




Loading
Send feedback

More Related Content

What's hot

Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Epidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananEpidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananHayar Laode
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Power point seminar BBL
Power point seminar BBLPower point seminar BBL
Power point seminar BBL021112
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan KebidananAjeng Hayuningtyas
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptmartaagustinasirait
 
Kebutuhan dalam persalinan
Kebutuhan dalam persalinanKebutuhan dalam persalinan
Kebutuhan dalam persalinancahyatoshi
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisneng elis
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Gita Kostania
 
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama  Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama Asih Astuti
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASpjj_kemenkes
 
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASI
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASIDukungan Bidan dalam Pemberisn ASI
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASIbintang anggun
 
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanapelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanamartaagustinasirait
 
Makalah etika kebidanan
Makalah etika kebidananMakalah etika kebidanan
Makalah etika kebidananasep nababan
 

What's hot (20)

Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
 
Soal etikolegal
Soal etikolegalSoal etikolegal
Soal etikolegal
 
Epidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananEpidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidanan
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.pptKode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
 
Power point seminar BBL
Power point seminar BBLPower point seminar BBL
Power point seminar BBL
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
 
Kebutuhan dalam persalinan
Kebutuhan dalam persalinanKebutuhan dalam persalinan
Kebutuhan dalam persalinan
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
kebutuhan ibu kala III
kebutuhan ibu kala IIIkebutuhan ibu kala III
kebutuhan ibu kala III
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
 
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama  Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
 
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASI
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASIDukungan Bidan dalam Pemberisn ASI
Dukungan Bidan dalam Pemberisn ASI
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifasKebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanapelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
 
Makalah etika kebidanan
Makalah etika kebidananMakalah etika kebidanan
Makalah etika kebidanan
 

Viewers also liked

Lector rss por mayerly baez herrera
Lector rss por mayerly baez herreraLector rss por mayerly baez herrera
Lector rss por mayerly baez herrerabaezmaye
 
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01Lito Amor
 
Metabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhMetabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhAftina Eka R
 
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCw
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCwIfes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCw
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCwKéliton Ferreira
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anakpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (9)

Mappemonde
MappemondeMappemonde
Mappemonde
 
LECTORES RSS
LECTORES RSSLECTORES RSS
LECTORES RSS
 
Lector rss por mayerly baez herrera
Lector rss por mayerly baez herreraLector rss por mayerly baez herrera
Lector rss por mayerly baez herrera
 
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01
Metodologiadeentrenamientoenfunciondelmodelotactico 130922194416-phpapp01
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Metabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhMetabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu Tubuh
 
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCw
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCwIfes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCw
Ifes aula 15-a-formação_do_território_brasileiro https://youtu.be/VTZ69N1AqCw
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
 

Similar to Barierintra vagina

Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudWarung Bidan
 
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh Kudus
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh KudusAlat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh Kudus
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh KudusYani Manyoen
 
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.ppt
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.pptEPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.ppt
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.pptLusianaKhadijah
 
Modul 8 pacaran & senggama
Modul 8 pacaran & senggamaModul 8 pacaran & senggama
Modul 8 pacaran & senggamaAang Sutrisna
 
Examination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureExamination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureyetiindrawati3
 
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermanto
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermantoSirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermanto
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermantotata mahyuvi
 
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptx
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptxNEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptx
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptxNataliaPasaribu8
 
Sirkumsisi
SirkumsisiSirkumsisi
Sirkumsisiprofzi
 
Sirkumsisi
SirkumsisiSirkumsisi
Sirkumsisiprofzi
 
PEMAKAIAN KONDOM
PEMAKAIAN KONDOMPEMAKAIAN KONDOM
PEMAKAIAN KONDOMIndah Jhe
 
Laporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriLaporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriSujana Pkm
 
Mengenal 7 metode sunat
Mengenal 7 metode sunatMengenal 7 metode sunat
Mengenal 7 metode sunatbanjoemas
 
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidanan
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidananKelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidanan
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidananNgadirahBunga
 

Similar to Barierintra vagina (20)

Alat kontrasepsi Kondom
Alat kontrasepsi KondomAlat kontrasepsi Kondom
Alat kontrasepsi Kondom
 
Alat Kontrasepsi Alamiah dengan Alat
Alat Kontrasepsi Alamiah dengan AlatAlat Kontrasepsi Alamiah dengan Alat
Alat Kontrasepsi Alamiah dengan Alat
 
Http akdr
Http akdrHttp akdr
Http akdr
 
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
 
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh Kudus
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh KudusAlat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh Kudus
Alat Kontrasepsi Kondom_STIKES Muh Kudus
 
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.ppt
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.pptEPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.ppt
EPISIOTOMI_and_AMNIOTOMI.ppt
 
Modul 8 pacaran & senggama
Modul 8 pacaran & senggamaModul 8 pacaran & senggama
Modul 8 pacaran & senggama
 
Examination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureExamination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedure
 
Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsiAlat kontrasepsi
Alat kontrasepsi
 
Niar refreshing
Niar refreshingNiar refreshing
Niar refreshing
 
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermanto
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermantoSirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermanto
Sirkumsisi konvensional &amp; alisklamp kediri hermanto
 
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptx
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptxNEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptx
NEW terapi kontrasepsi non hormonal.pptx
 
Sirkumsisi
SirkumsisiSirkumsisi
Sirkumsisi
 
Sirkumsisi
SirkumsisiSirkumsisi
Sirkumsisi
 
PEMAKAIAN KONDOM
PEMAKAIAN KONDOMPEMAKAIAN KONDOM
PEMAKAIAN KONDOM
 
Pembalut
PembalutPembalut
Pembalut
 
Kuret
KuretKuret
Kuret
 
Laporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriLaporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteri
 
Mengenal 7 metode sunat
Mengenal 7 metode sunatMengenal 7 metode sunat
Mengenal 7 metode sunat
 
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidanan
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidananKelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidanan
Kelompok 4 tugas teknologi tepat guna dalam kebidanan
 

Barierintra vagina

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Pada zaman sekarang perencanaan kehamilan bisa di lakukan dengan berbagai cara berupa cara alami dengan menggunakan alat dan sebagainya. Dalam makalah ini, kelompok akan lebih memperjelas pengetahuan tentang metode sederhana dengan alat berupa kondom dan barier intra vagina. Hal ini karena kondom lebih sering di gunakan pada kalangan masyarakat yang kurang pengetahuan tentang macam-macam metode KB. B.Tujuan Pembuatan Makalah 1. Untuk mengetahui metode KB sederhana dengan alat secara mekanisme/barier. 2. Untuk mengetahui metode KB secara Barier dengan metode kondom. 3. Untuk memgetahui metode KB secara barier dengan metode barier intra vagina. 4. Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah KB.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN METODE KB SEDERHANA DENGAN ALAT SECARA MEKANISME/BARIER Pengertian Metode Barier Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis. Metode yang akan dibahas antara lain : A. Kondom bagi pria B. Barier intra vagina : 1. Diafragma 2. Kap serviks 3. Spons 4. Kondom bagi wanita A. Kondom Kondom bagi pria Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dandilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 : 74) Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke- 18 di inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844
  • 3. Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom : 1. Test elektronik a. Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom b. Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik 2. Test pengisian air (water volume test) a. Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada diletakkan pada kertas absorbent atau kain 3. Kekuatan kondom a. Ini merupakan factor terpenting dari kondom b. Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan : Test pengisian udara (air bust test) : Kondom diisi dengan 20-25 liter udara Test ini menguji kekuatan seluruh kondom Tensile test :
  • 4. Sebagian kecil dari kondom diregangkan dan diukur kekuatannya sampai bagian tersebut pecah. (minimal : 200 kg/cm2) Test ini hanya menguji sebagian dari kondom 4. “Umur” kondom (aging) a. Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70 ± 2 c selama 166 ± 2 jam, lalu didiamkan pada suhu 23 ± 5 C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan diperiksa ada tidaknya kerusakan. 5. Kemasan kondom a. Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet. b. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat kerusakan karet 6. Ukuran kondom a. Ada 2 kelas ukuran kondom : Kelas I : panjang 160 mm. lebar 52 ± 2 mm Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm b. Umumnya ukuran standar kondom adalah : Panjang : minimal 160 mm Lebar : 45-55 mm Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm (Hartanto,Hanafi, 2004 : 62-63) Tipe kondom terdiri dari : a. Kondom Biasa b. Kondom Berkontur (bergerigi) c. Kondom Beraroma d. Kondom tidak beraroma (Bari Saifuddin,Abdul, 2006 : MK 17)
  • 5. Macam-macam kondom : 1. Kulit a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum) b. Tidak meregang atau mengkerut c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama sanggama d. Lebih mahal e. Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom 2. Lateks a. Paling banyak dipakai b. Murah c. Elastic 3. Plastik a. Sangat tipis (0.025-0.035 mm) b. Juga menghantarkan panas tubuh c. Lebih mahal dari kondom lateks Keuntungan Kondom : (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60) 1. Mencegah kehamilan 2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks) 3. Dapat diandalkan
  • 6. 4. relatif murah 5. Sederhana, ringan, disposable, reversible 6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up 7. Reversibel 8. Pria ikut secara aktif dalam program KB (Hartanto,Hanafi, 2004 : 62) Kerugian Kondom : 1) Angka kegagalan realtif tinggi 2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom 3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama (kurang praktis) (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60) Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Kontra Indikasi Kondom : 1. Absolut a) Pria dengan ereksi yang tidak baik b) Riwayat syok septik c) Tidak bertanggung jawab secara sexual d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
  • 7. e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual 2. Relatif a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual (Hartanto,Hanafi, 2004 : 65) Indikasi: I.Pria : 1. Penyakit genitalia 2. Sensitivitas penis terhadap secret vagina 3. Ejakulasi premature II.Wanita : 1. Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan. 2. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan. 3. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina. 4. Metode temporer : a. Belum mengadakan sanggama secara teratur b. Selama haid c. Selama mid-siklus pada pemakaian IUD d. Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
  • 8. e. Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat f. Selama periode awal post-partum g. Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen h. Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu kontraseptivum III.Pasangan pria dan wanita : 1. Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan 2. Sanggama yang jarang 3. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka) 4. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata 5. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi 6. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan 7. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD (Hartanto,Hanafi, 2004 : 61) Cara Penggunaan Kondom Pria : 1) Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya. Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
  • 9. 2) Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar. 3) pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis. 4) pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek). 5) Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina. 6) Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang lain, terutama anak-anak. (Niken,dkk, 2010 : 77) Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539) B.Barier Intra-vaginal Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57) Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal : 1) Mencegah kehamilan
  • 10. 2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57) Kerugian Metode Barier Intra-vaginal : 1) Angka kegagalan relatif tinggi 2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya 3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57) Macam-macam Barier Intra-Vaginal : 1) Diafragma (Diaphragma) 2) Kap Serviks (Cervical cap) 3) Spons (Sponge) 4) Kondom Wanita Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain: a) Paritas b) Frekuensi sanggama
  • 11. c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67) Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya. Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra- vaginal) selama haid. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67-68) Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik : 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya 2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam 3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom) 4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom) 5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS : a. Demam b. muntah
  • 12. c. Diarrhoe d. Nyeri otot tubuh e. rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari) 6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis 7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 68) I. Diafragma (Diaphragma) Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya, diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji ; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541). Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21) Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan
  • 13. spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73) Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing- masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541). Cara Kerja sebagai berikut : Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21) Manfaat nya ada 2 yaitu : 1. Manfaat kontrasepsi a. Efektif bila digunakan dengan benar b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya d. Tidak menggangu kesehatan klien e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
  • 14. 2. Manfaat non kontrasepsi a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida. b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21,22) Kerugian Diafragma : 1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai Posted 17th April 2012 by taman baca nya bidan 0 Add a comment Loading Send feedback