SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  138
Télécharger pour lire hors ligne
bukudiktathamadanpenyakittan
    aman-130302221720-
        phpapp02.doc




   Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc.




        Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
               Fakultas Pertanian UGM
                     Yogyakarta



                      2010




                        1
bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc.
                                          Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc.



                            Deskripsi Mata Kuliah

       Mata kuliah ini menguraikan Interaksi Tanaman dan Hama; Pendugaan Kehilangan
Hasil dan Ambang Pengendalian; Landasan Ekologi Pengelolaan Hama; Pengamatan dan
Pengambilan Sampel; Unsur dan Komponen Dasar PHT; Pengendalian dengan Varietas
Resisten, Pengembangan Tanaman Transgenik, Karantina Tumbuhan; Pengendalian
Hayati; Pengendalian Kimiawi; Pengelolaan Hama Tanaman Pangan, Hortikultura,
Perkebunan dan Pasca Panen; Kebijakan Perlindungan Tanaman.

Tujuan Instruksional Khusus:

Agar mahasiswa dapat:
1. Memahami dan menjelaskan pengertian + batasan hama tanaman, klasifikasi,
   identifikasi, taksonomi dan sistematikanya.
2. Memahami dan menjelaskan gejala serangan, mengukur berat serangan dan tingkat
   kerugian hasil yang diakibatkan oleh hama.
3. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis hama dan gejala serangan hama tanaman
   pangan, hortikultura, perkebunan, dan hama pasca panen.
4. Memahami dan menjelaskan sifat dan kemampuan beradaptasi hama pada tingkat
   individu.
5. Memahami dan menjelaskan faktor-faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi
   populasi hama dan kerusakan yang diakibatkannya.
6. Memahami dan menjelaskan cara penentuan dan penggunaan Ambang Pengendalian
   sebagai dasar rekomendasi pengendalian hama.
7. Memahami dan menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip PHT dan penerapannya untuk
   berbagai jenis dan kelompok hama di pertanaman pangan, hortikultura, perkebunan
   dan pasca panen.
8. Memahami dan menjelaskan beberapa kasus aktual lapangan yang berkaitan dengan
   pengendalian hama-hama utama di Indonesia.




                                         2
bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                             Materi 1
                               HAMA TANAMAN

Pokok Bahasan:
1. Beberapa batasan dan pengertian.
2. Arti penting hama tanaman untuk program pembangunan pertanian.
3. Data kerusakan dan sebaran beberapa hama utama di Indonesia.
4. Sebab-sebab muncul dan berkembangnya masalah hama tanaman.
5. Tujuan pengendalian hama dan pongelolaan hama.

Materi:

   PERISTILAHAN

• Hama Tanaman
   Merujuk pada binatang yang menjadi HAMA yakni merusak tanaman dan merugikan
    petani
   Selama binatang tersebut (serangga, tikus, nematoda, tungau, dll) mendatangkan
    kerugian disebut HAMA TANAMAN
   Tetapi keberadaan binatang di tanaman tidak selalu mendatangkan
    kerugian/kerusakan tanaman
   Banyak jenis binatang herbivora ada di pertanaman tetapi tidak semuanya menjadi
    hama
   Di samping itu di ekosistem banyak sekali jenis binatang yang tidak merugikan
    malahan menguntungkan seperti MUSUH ALAMI (parasitoid, predator), serangga
    PENYERBUK TANAMAN (lebah, tawon) serangga-serangga netral seperti SEMUT,
    dll.


   Istilah HAMA merupakan istilah yang
 ANTROPOSENTRIS artinya lebih berpusat
         pada kepentingan manusia.
       Bagaimana dengan istilah HAMA TUMBUHAN? Sebetulnya kurang tepat karena
TUMBUHAN adalah semua jenis tetumbuhan yang hidup di biosfir termasuk tumbuhan di
ekosistem alami atau tumbuhan yang tidak dibudidayakan manusia.
       TANAMAN adalah tumbuhan yang diusahakan manusia untuk diambil manfaatnnya
bagi kehidupan manusia. Karena istilah HAMA pada dasarnya antropogenik, yang paling
tepat kita gabungkan istilahnya adalah HAMA TANAMAN, istilah HAMA TUMBUHAN
dapat juga dipakai meskipun kurang pas kombinasinya.

                                         3
Kalau istilah PENYAKIT TUMBUHAN memang lebih tepat, karena PENYAKIT lebih
merujuk pada GEJALANYA. Tumbuhan sedang sakit, kondisi yang secara fisiologi tidak
normal, tidak sehat. Setiap jenis tumbuhan termasuk TANAMAN dapat sakit. Sakitnya
tumbuhan dapat disebabkan oleh karena infeksi jasad renik seperti virus, jamur, bakteri,
dll, tetapi sakitnya mungkin juga karena kondisi fisik/abiotik yang tak sesuai seperti suhu,
kering, basah, dll. Karena itu di Ilmu Penyakit Tumbuhan kita kenal Organisme Penyebab
Penyakit. Kalau hama merujuk pada binatang yang merugikan, penyakit merujuk pada
gejala tumbuhan yang SAKIT.
        OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) merupakan istilah “formal/hukum
nasional” yang digunakan oleh Pemerintah berdasarkan UU No. 12/1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman dan PP 6/1995 tentang Perlindungan Tanaman. Menurut UU tersebut:

“OPT adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian tumbuhan”.

      Digunakannya istilah OPT untuk mencakup semua kelompok pengganggu
tumbuhan termasuk HAMA, PENYAKIT dan GULMA. Tiga kelompok pengganggu
tumbuhan ini yang pengendalian atau pengelolaannya dicakup dalam bidang
PERLINDUNGAN TANAMAN. Namun harap diperhatikan bahwa definisi OPT menurut
UU ada perbedaannya dengan pengertian Hama Tanaman dan Penyakit Tumbuhan yang
sudah dijelaskan di depan. Teman-teman Fitopatologi banyak yang tidak sependapat
dengan istilah OPT.

      Dilihat dari sisi ilmu-ilmu dasar pendukung Perlindungan Tanaman sbb:

HAMA TANAMAN :
- Entomologi (ilmu serangga)
- Nematologi (ilmu nematoda)
- Rodentologi (Ilmu rodent/tikus)
- Akarologi (ilmu akarina)
- dll
Karena sebagian besar hama termasuk kelompok serangga seringkali Ilmu Hama
diartikan entomologi.

PENYAKIT TUMBUHAN :
-              Fitopatologi
-              Virologi
-              Mikologi
-              dst

GULMA :
- Ilmu gulma

Dalam bahasa inggris Istilah PEST sebenarnya digunakan untuk seluruh kelompok OPT,
namun secara khusus sering diartikan untuk pengertian HAMA

HAMA TANAMAN SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PROGRAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN

                                             4
Program Pembangunan Pertanian Nasional apakah dengan pola Pembangunan
Pertanian AGRIBISNIS atau program KETAHANAN PANGAN sangat ditentukan oleh
keberhasilan kita dalam mengendalikan, mengelola HAMA TANAMAN. Hal ini disebabkan
karena berbagai jenis HAMA dan atau OPT lainnya dapat menurunkan KUANTITAS dan
KUALITAS hasil-hasil pertanian, dan sangat sering MENGGAGALKAN PANEN,
menyebabkan PUSO, artinya 100% GAGAL. Serangan HAMA mengakibatkan:
1. Produksi TURUN (nasional, propinsi, lokal, tingkat petani)
2. Kualitas ANJLOK (mutu rendah-sulit dipasarkan-diekspor)
3. Harga produk MEROSOT
4. Biaya produksi NAIK
5. RUGI secara ekonomik (biaya lebih besar daripada pendapatan)
6. PENGHASILAN NEGARA/DAERAH (PAD) TURUN
7. PENGHASILAN TURUN ---- KESEJAHTERAAN PETANI MENURUN ----
   KEMISKINAN MENINGKAT


       Taksiran KASAR/KONSERVATIF. Rata-rata kehilangan hasil Produksi Pertanian
karena serangan OPT ± 30% dari potensi hasil --- kehilangan hasil karena HAMA sekitar
20 – 25%. HITUNG SENDIRI secara finansial berapa kerugian yang kita derita setiap
tahun karena hama-hama padi, bila produksi tahun 2003 itu diperkirakan 53 juta ton padi
kering panen. Jumlah itu setelah dikurangi 25% kehilangan hasil oleh OPT padi.
       Menurut catatan DEPTAN 1997-2001, serangan OPT padi, jagung, kedelai sebesar
Rp 463 milyar /tahun. Tahun 1999 serangan OPT Perkebunan merugikan sebesar Rp 340
milyar. Serangan OPT Hortikultura (mangga, jeruk, pisang, bawang merah, cabai,
kentang, kubis, tomat) diasumsikan rata-rata Rp 1,7 trilyun/tahun. Lihat juga tabel
keadaan serangan OPT di Indonesia pada tahun 2001-2002 (jenis dan luas serangan)
       Mengingat potensi penurunan hasil akibat HAMA yang sangat besar kegiatan
Pengelolaan Hama menjadi BAGIAN PENTING - INTEGRAL dari setiap USAHA TANI
atau BUDIDAYA TANAMAN agar diperoleh Tingkat PRODUKSI dan KUALITAS produksi
yang DIINGINKAN baik oleh PEMERINTAH maupun PETANI – KELOMPOK TANI

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENINGKATAN SERANGAN DAN KERUSAKAN
OLEH HAMA

       Masalah hama di suatu lokasi pada saat/musim tertentu tidak muncul begitu saja
tanpa penyebab atau faktor-faktor pendorong. Banyak faktor yang mendorong terus ada
dan meningkatnya masalah hama. Hampir seluruh faktor pendorong tersebut adalah
karena ulah/perbuatan/tindakan MANUSIA sehingga ekosistem pertanian menjadi sangat
sesuai bagi pertumbuhan, pembiakan dan kehidupan hama tanaman. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Penanaman monokultur (jenis tanaman atau varietas tanaman yang sama) sepanjang
    waktu dan tempat, contoh padi
2. Penanaman jenis tanaman atau varietas tanaman yang peka hama tetapi unggul
    produksi
3. Penanaman jenis tanaman baru di suatu daerah sehingga belum ada musuh alami di
    lokasi baru ---- KARANTINA gagal
4. Penggunaan masukan produksi yang berkelebihan seperti pupuk buatan, pestisida,
    hormon tumbuh, pengairan dll.

                                          5
5. Penggunaan pestisida kimia berspektrum lebar yang dilakukan secara tidak bijaksana,
   terus-menerus dan berlebihan. Pestisida membunuh musuh alami, resistensi dan
   resurjensi hama.
6. dll, termasuk terjadinya penyimpangan cuaca dan iklim

KESIMPULANNYA: Masalah timbul, muncul dan terus ada karena manusia, jadi sering
disebutkan bahwa hama saat ini adalah “MAN-MADE PEST” (Hama buatan MANUSIA).
Tanpa ada kegiatan manusia tidak ada masalah hama.

TUJUAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENGELOLAAN HAMA

        Pada saat ini di kalangan petani, pejabat dan petugas pemerintah akademisi dan
masyarakat dikenal 3 istilah pemberantasan hama, pengendalian hama dan pengelolaan
hama.
        Pemberantasan hama: adalah usaha memusnahkan, membunuh hama yang
umumnya dilakukan dengan pestisida kimia secara preventif, tidak memperhitungkan
keadaan hama di lapangan apakah sedang dalam kondisi populasi rendah atau tinggi,
pokoknya disemprot habis-habisan sampai petani merasa puas. Pemberantasan hama
yang mengakibatkan munculnya resisitensi hama dan letusan hama yang berkelanjutan
        Pengendalian hama: lebih hati-hati daripada pemberantasan hama. Penggunaan
pestisida hanya dilakukan bila populasi hama telah membahayakan atau melampaui
ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Bila populasi hama tidak membahayakan
tidak perlu dikendalikan dengan pestisida.
        Pengelolaan hama: Lebih menekankan aspek pengelolaan ekosistem (tanaman,
tanah, mikroklimat, budidaya dll) sedemikian rupa sehingga populasi hama tetap berada
dalam keseimbangan dengan musuh alaminya sehingga hama tidak membahayakan, tak
perlu dilakukan pengendalian dengan pestisida tetapi produksi tanaman tetap tinggi,
kualitas produksi baik
        PHT (Pengendalian Hama Terpadu) merupakan kebijakan Perlintan di Indonesia
berdasarkan UU No 12/1992 dan PP 6/1995. PHT adalah usaha pengelolaan
agroekosistem dengan memadukan berbagai teknik pengendalian hama (bercocok tanam,
fisik, mekanik, varietas resisten, pengendalian hayati, pengendalian kimia, dll) sedemikian
rupa sehingga populasi hama tetap berada di bawah Ambang Pengendalian.




                                            6
bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                            Materi 2
                        INTERAKSI TANAMAN DAN HAMA

       Interaksi antara tanaman dan hama dapat dilihat dari aspek EKOLOGIS dan
EKONOMIS. Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman dan hama merupakan interaksi
yang saling mengendalikan antara tanaman yang autotroph dengan binatang
HERBIVORA yang heterotroph dalam suatu sistem trofi yang berjalan secara EFISIEN
dan berkesinambungan. Karena kemampuannya mengubah energi surya menjadi energi
biokimia melalui proses fotosistesis tanaman menempati aras trofi pertama sebagai
PRODUSEN. Energi pada tanaman digunakan oleh binatang yang memakan tanaman
(HERBIVORA) yang menempati aras trofi kedua sebagai KONSUMEN PERTAMA.
Binatang karnivora memperoleh energinya dengan memangsa herbivora sehingga
menempati aras trofi ketiga sebagai KONSUMEN KEDUA, demikian seterusnya. Aliran
energi di ekosistem melalui sistem trofi dapat dilihat pada gambar berikut:


                                   Energi memasuki ekosistem sebagai
                                             radiasi surya


                  EKOSISTEM
                                               Produsen


                                              Konsumen 1


                                              Konsumen 2


                                              Dekomposer


                    Energi keluar ekosistem
                         sebagai panas

            Gambar 1. Aliran Energi dalam Ekosistem melalui Sistem Trofi

                Aras              Istilah
                trofi   Ekosistem        Antroposentris
                  1     Tumbuhan         Tanaman
                  2     Herbivora        Hama tanaman
                  3     Karnivora 1      Predator, parasitoid (musuh alami)
                                                7
4   Karnivora 2     Predator, hiperparasitoid

      Perlu diperhatikan bahwa di ekosistem termasuk ekosistem persaingan interaksi
antara organisme yang menempati aras trofi yang sama atau antar aras trofi sangat
kompleks, dan dinamis melalui proses evolusi dan koevolusi. Tujuan interaksi sebenarnya
adalah terjadinya keseimbangan dan kestabilan ekosistem. Masalah ini akan dibahas
pada kuliah dua minggu lagi.
Aspek EKONOMIS

         Adanya populasi serangga/hama di suatu tanaman akan menimbulkan LUKA
(“injury”) pada tanaman. Luka adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman
sebagai akibat aktivitas serangga hama yang hidup, berada dan makan pada tanaman
tersebut.
         Luka tanaman dapat mengakibatkan terjadinya KERUSAKAN (“damage”).
Kerusakan adalah kehilangan hasil yang dirasakan oleh tanaman (petani) akibat adanya
populasi hama atau serangan hama antara lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan
kualitas hasil.
         Pengertian dan istilah LUKA lebih terpusat pada HAMA dan AKTIVITASNYA,
sedangkan KERUSAKAN lebih terpusat pada TANAMAN dan respon tanaman terhadap
pelukaan oleh hama.
         Istilah-istilah lain berkaitan dengan hama dan tanaman yang saat ini digunakan
dalam kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh para petugas pengamat lapangan ( dulu
namanya PHP- Pengamat Hama dan Penyakit, sekarang namanya POPT- Pengendali
OPT).
1. Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai tempat hidup dan
     berkembang biak OPT dan atau mengalami kerusakan karena serangan OPT pada
     tingkat populasi OPT atau intensitas kerusakan tertentu sesuai dengan jenis OPT nya
2. Luas serangan: adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalam hektar atau
     rumpun atau pohon
3. Intensitas serangan: adalah derajat serangan OPT atau derajat kerusakan tanaman
     yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.
     a. Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam % (persen) bagian
         tanaman/tanaman atau persen kelompok tanaman terserang. Intensitas serangan
         dalam % dilaporkan oleh PHP
     b. Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi 4 kategori serangan yaitu:
         ringan, sedang, berat dan puso. Kategori serangan dilaporkan oleh koordinator
         PHP, BPTPH.
        Adapun kategori intensitas serangan serangga hama secara umum dapat digunakan
pedoman sbb:
    a. Serangan ringan bila derajat serangan <25%
    b. Serangan sedang bila derajat serangan 25-50%
    c. Serangan berat bila derajat serangan 50-90%
    d. Serangan puso bila derajat serangan >90 %

CARA PELUKAAN TANAMAN OLEH SERANGGA

A. Luka Oleh Serangga Pada Tanaman Yang Sedang Tumbuh
   1. Luka oleh serangga penggigit
   2. Luka oleh serangga pencucuk pengisap
                                           8
3. Luka oleh serangga yang makan di dalam jaringan tanaman (internal feeders)
      termasuk penggerek, pengorok dan pembuat puru
   4. Luka oleh serangga-serangga tanah
   5. Luka oleh serangga yang sedang meletakkan telur dan membuat sarang
   6. Luka oleh serangga-serangga yang “memperhatikan” serangga-serangga lain
   7. Luka oleh serangga sebagai vektor/pengantar penyakit tumbuhan

     Berbagai bentuk luka oleh serangga pada tanaman yang biasa kita catat sebagai
GEJALA SERANGAN hama.




                                        9
FAKTOR-FAKTOR
                  BIOTIK DAN ABIOTIK



                 Populasi             Populasi                                                      KEHILANGAN            KERUGIAN
                                                              LUKA           KERUSAKAN               HASIL DAN            EKONOMIK
                  Hama                Tanama
                                                                                                     KUALITAS              PETANI
                                         n




                  TINDAKAN MANUSIA

Keterangan :
Hasil interaksi antara populasi hama dan tanaman mengakibatkan luka pada tanaman, luka mengakibatkan kerusakan dan kerusakan tanaman
karena hama menyebabkan terjadinya kehilangan atau penurunan hasil tanaman dan kualitas produk/hasil. Kehilangan hasil dapat berakibat
pada kerugian ekonomi (biaya lebih besar daripada nilai produksi) yang dialami petani atau pengusaha pertanian. Hasil interaksi populasi hama
dan populasi tanmaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biotik lainnya dan faktor-faktor abiotik dan terutama oleh tindakan manusia terhadap
ekosistem



                                     Gambar 2. Interaksi antara Populasi Hama dan Tanaman




                                                                                                                                            10
B. Luka Oleh Serangga Pada Manusia Dan Binatang Lain

C. Serangga Sebagai Perusak Produk Di Gudang Dan Bahan-Bahan Lain

D. Metode Pendugaan Kerusakan Tanaman Oleh Hama
    Pendugaan atau penghitungan pengaruh hama terhadap kerusakan tanaman
dan kehilangan hasil karena serangan hama dapat dilakukan dengan menghitung
atau mengukur luka atau gejala yang ditinggalkan atau diakibatkan oleh hama.
Beberapa pengukuran yang sering digunakan adalah terhadap tanaman atau
bagian tanaman antara lain seperti:
1. Keseluruhan tanaman
   Jumlah atau % tanaman mati/busuk atau yang menunjukkan gejala serangan
   hama tertentu
2. Daun
   Adanya kerusakan daun, lubang gerekan dan gejala daun lainnya diukur dengan
   menggunakan luas defoliasi, pengurangan berat kering daun
3. Batang
   • Jumlah atau % puru, sundep, beluk
   • Jumlah lubang keluar
   • Panjang lubang gerekan
   • Luka potongan batang oleh ulat
4. Buah dan benih
   • Jumlah lubang atau luka di buah
   • Jumlah atau % buah rusak seperti terserang PBK (Penggerek Buah Kakao)
       dan PBKo (Penggerek Buah Kopi)
5. Akar
   • Panjang, berat kering atau volume perakaran yang terserang hama
   • Luas kerusakan umbi seperti pada tanaman kentang.




   bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                      Materi 3
                                      9
PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL

Pokok Bahasan:
A. Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama (Crop Loss Assesment)
B. Penggunaan Ambang Pengendalian sebagai tingkat pengambilan keputusan
   penggunaan PESTISIDA

Materi:
        Pendugaan kehilangan hasil adalah usaha untuk menduga, menaksir bahkan
meramal tentang kerugian ekonomi yang mungkin akan dialami oleh petani,
perusahaan pertanian, pemerintah atau pengusaha agribisnis karena adanya
serangan hama pada pertanaman yang mereka budidayakan. Dengan melakukan
pendugaan kehilangan hasil para produsen pertanian dapat menentukan beberapa
hal:
 Apakah keberadaan populasi hama di lahannya akan merugikan atau
    menurunkan hasil usahanya dalam kisaran toleransi ekonominya. Bila masih
    berada pada kisaran toleransi petani tidak perlu melakukan tindakan
    pengendalian atau mengeluarkan biaya untuk pengendalain.
 Apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau pencegahan hama. Apabila
    perlu berapa besar biaya pengendalian yang harus dikeluarkan. Tentunya petani
    tidak akan mengeluarkan biaya pengendalian sampai melebihi nilai kehilangan
    hasil
 Bila petani sudah memutuskan perlu dilakukan tindakan pengendalian, teknik
    pengendalian mana yang akan digunakan apakah dengan cara kimiawi dengan
    pestisida kimia atau dengan secara hayati menggunakan musuh alami, atau
    menggunakaan varietas tanaman tahan hama dan seterusnya. Dalam
    menetapkan teknik pengendalian hama yang akan dilakukan petani/produsen
    adalah mempertimbangkan beberapa faktor yaitu a) efektivitas pengendalian, b)
    biaya pengendalian, dan c) risiko bahaya bagi kesehatan manusia dan
    lingkungan hidup.
        Pendugaan kehilangan hasil juga akan digunakan untuk menentukan berapa
nilai Ambang Pengendalian atau Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi yang
akan kita bahas pada akhir kuliah ini.

Siapa yang memerlukan Kehilangan Hasil?
Banyak pihak yang memerlukan data pendugaan kehilangan hasil, diantaranya:
1. Petani secara perseorangan (untuk petak dan lahan miliknya sendiri) atau
   secara berkelompok (untuk hamparan sawah/lahan). Satu kelompok hamparan
   besarnya terdiri dari 20-30 petani.
2. Pemeriantah Daerah dan Pemerintah Pusat, biasaya melalui Dinas Pertanian
   Kabupaten dan Departemen Pertanian melalui Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen
   Tanaman Hortikultura dan Ditjen Perkebunan.
3. Pengusaha Pertanian misal PT Perkebunan milik Pemerintah, PT Pagilaran
   milik Fak. Pertanian UGM, dst.




                                       10
CARA PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL

       Untuk menghitung kehilangan hasil dalam bentuk satuan berat (ton/ha) atau
satuan rupiah (Rp/ha) secara TEPAT jelas sangat sulit dan tidak mungkin, karena
tidak mungkin kita mengukur dan menghitung semua lahan yang ada baik milik
petani dan kelompok tani maupun lahan pertanaman tertentu di suatu daerah
(desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional). Yang dapat kita lakukan adalah
melakukan PENDUGAAN, kata-kata lain ESTIMASI, PENAKSIRAN, berdasarkan
data      hasil     pengamatan           yang        dilakukan pada   lahan/petak
sawah/tanaman/pohon/rumpun yang digunakan sebagai SAMPEL, CONTOH yang
mewakili.
       Untuk memperoleh taksiran kehilangan hasil untuk suatu petak atau
hamparan/sawah atau suatu daerah kita harus mempunyai data seperti:
1.        Luas serangan – LSR (dalam ha)
2.        Intensitas serangan – ISR (dalam % rumpun/tanaman terserang)
                                     a
                     ISR = --------------------- x 100%
                                a + b

   a: jumlah rumpun/batang terserang
   b: jumlah rumpun/batang tak terserang
3. Hubungan antara intensitas serangan dengan hasil tanaman yang diperoleh dari
   pengalaman petani atau dari hasil penelitian.
   Suatu contoh:
                        Hasil Tanaman (ton/ha)




                                                 10




                                                 6


                                                 5

   Gambar 3. Hubungan antara Intensitas Serangan Hama dengan Hasil Tanaman
                                                 2
   Dari fungsi ini kita mengetahui dugaan hasil tanaman atau produksi tanaman
   dalam kondisi intensitas serangan (%) tertentu, katakan 50% intensitas
   serangan, produksi atau hasil tanaman adalah 6 ton/ha. Kita sebut Produksi
                                      20       50         80    100
   Tanaman Terserang (PTT)                        Intensitas serangan (%)
4. Dari fungsi ini kita ketahui bahwa hasil tanaman yang tidak terserang hama atau
   produksi tanaman sehat (PTS) adalah 9,5 ton/ha.
5. Harga dari produk/hasil tanaman pada tingkat petani katakan Rp 1000/kg atau
   Rp 1 juta/ton (HG)

                                                      11
6. Kehilangan hasil (KH) dalam satuan berat (ton) = Luas serangan (LSR) x
   Produksi Tanaman Sehat (PTS) --- Luas serangan (LSR) x Produksi Tanaman
   Terserang (PTT)
7. Nilai kehilangan hasil (NKH) dalam rupiah = Harga produk (HG) x KH
Suatu contoh: Untuk hama padi di suatu kecamatan ternyata LSR 500 ha. PTT= 6
ton/ha. PTS = 9,5 ton/ha dan harga padi kering panen (HG) Rp 1500/kg.

KH      = (LSR x PTS) – (LSR x PTT)
        = (500 x 9,5) – (500 x 6)
        = 4750 – 3000 ton
        = Rp 2.625.000.000
        = Rp 2,625 milyar
        Dengan perhitungan tersebut secara kasar kita dapat mengetahui seberapa
besar kerugian yang dialami oleh petani, masyarakat dan pemerintah akibat
terjadinya serangan hama tertentu.
        Dari cara penghitungan tersebut di atas dapat dimengerti bahwa untuk
menduga kehilangan hasil kita memerlukan hubungan fungsional antara populasi
hama atau intensitas serangan (%) dengan hasil. Tanpa informasi tentang
hubungan ini kita tidak dapat menduga/menaksir berapa hasil tanaman yang akan
diperoleh bila terserang hama pada intensitas serangan atau populasi hama
tertentu. Untuk memperoleh fungsi tersebut perlu dilakukan percobaan pengamatan
langsung di lapangan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain:
1. Cara pertama adalah dengan cara ALAMI yaitu dengan:
    Mengamati beberapa petak sawah dengan menghitung berapa populasi hama
    atau intensitas serangan hama tertentu. Misal pada petak pertama intensitas
    serangan 5%, petak kedua 20%, petak ketiga 40%, petak keempat 60%, petak
    kelima 80%, dan petak keenam puso atau 95%. Pada waktu panen kita lakukan
    ubinan hasil pada semua 6 petak tersebut. Dari langkah pertama dan kedua
    tersebut kita dapat memperoleh fungsi hubungan intensitas serangan dan hasil.
2. Namun seringkali di lapangan kita mengalami kesulitan dalam mendapatkan
    petak-petak sawah yang memiliki kisaran lebar dalam kepadatan populasi hama
    atau intensitas serangan seperti contoh di atas. Untuk memperoleh intensitas
    serangan atau populasi hama yang berbeda seringkali kita lakukan secara
    BUATAN yaitu dengan menginfestasikan hama dalam pertanaman yang
    dikurung dalam suatu kasa yang selebar petak sawah. Dengan melakukan
    infestasi hama kita dapat mengatur berapa kepadatan populasi atau intensitas
    serangan yang kita inginkan.
3. Cara ketiga merupakan cara yang paling murah tetapi tidak teliti yaitu dari data
    EMPIRIK atau pengalaman dari petani kita lakukan wawancara pada petani
    yang sudah lama berpengalaman menghadapi masalah hama tertentu yang
    menyerang tanaman atau komoditas pertanian yang mereka usahakan. Kita
    tanyakan pada para petani berapa produksi tanaman yang mereka dapatkan
    dalam kondisi intensitas serangan hama rendah, sedang, tinggi dan puso, serta
    berapa produksi tanaman dalam kondisi sehat atau tidak terserang hama. Dari
    data empirik petani akhirnya kita dapat memperoleh hubungan fungsional antara
    intensitas serangan dan hasil. Cara ini mudah kita lakukan, tetapi sulitnya tidak
    semua petani ingat apalagi menyimpan data serangan hama dan kerusakan
    yang pernah mereka alami.
                                          12
PENETAPAN AMBANG PENGENDALIAN

Dalam konsep PHT kita kenal beberapa istilah yang arti dan fungsinya sama yaitu:
1.        Ambang Ekonomi (AE) “Economic Threshold”
2.        Ambang Kendali (AK) “Economic Threshold” atau Ambang Pengendalian
   “Control Threshold”
3.        Ambang Tindakan (AT) “Action Threshold”
      Artinya adalah suatu aras (tingkat) kepadatan populasi hama atau intensitas
serangan hama yang membenarkan dimulainya penggunaan PESTISIDA untuk
pengendalian hama. Tujuan penggunaan pestisida adalah menurunkan populasi
hama sampai di bawah AE agar
       Populasi Hama atau Intensitas Serangan




                                                          PESTISIDA             ARAS LUKA EKONOMI



                                                                                AMBANG EKONOMI



                                                                           ARAS KESEIMBANGAN UMUM




                                                20   40               60   80           100
                                                                                              WAKTU (hari)




Gambar 4. Populasi Hama dan letak Aras Luka Ekonomi, Ambang Ekonomi dan
           Aras Keseimbangan Umum pada Keadaan Normal

dapat dikendalikan secara alami oleh kompleks musuh alami sehingga populasi
hama tetap berkisar sekitar aras keseimbangan umum (Gambar 4).
      Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam keadaan gejolak populasi
hama sepanjang musim tanam pestisida hanya diaplikasikan satu kali yaitu pada
waktu populasi melampaui AE. Dengan demikian penggunaan pestisida dapat

                                                                  13
dihemat, petani tak perlu menggunakan pestisida secara berjadwal seperti
seminggu sekali, atau pada umur 15, 20, 45, 60 HST (hari setelah tanam). Namun
untuk melaksanakan prinsip tersebut ada dua syarat penting yaitu:
1. Harus dilakukan pengamatan secara berkala (katakan seminggu sekali)
2. Harus ada ketentuan mengenai berapa besar nilai AE/AK/AT tersebut
         Dengan demikian untuk setiap jenis hama yang menyerang komoditas
tertentu harus mempunyai nilai AEnya masing-masing bahkan pada prinsipnya nilai
AE suatu jenis hama tidak tetap, tidak sama dari satu tempat/lokasi ke tempat lain
dari waktu ke waktu lain. Artinya nilai AE dinamis, tidak seragam. Yang menetapkan
nilai AE yang paling baik adalah petani/kelompok tani sendiri yang berlaku untuk
spesifik lahannya masing-masing. Saat ini karena petani banyak yang belum
mampu nilai AE lebih sering mengikuti ketetapan atau rekomendasi pemerintah
atau rekomendasi peneliti sehingga nilai AE cenderung seragam. Mungkin untuk
sementara keadaan tersebut dapat berjalan tetapi harus diikuti dengan melakukan
pelatihan pada petani untuk mengembangkan dan menetapkan AE nya sendiri.
Biasanya petani menerima rekomendasi AE dari para PPL atau PHP (Pengamat
Hama dan Penyakit).
Suatu contoh untuk tanaman padi:
AE wereng coklat      : 5 nimfa + dewasa/rumpun padi pada fase vegetatif
                        10 nimfa + dewasa /rumpun pada fase generatif
AE penggerek batang: 30% intensitas serangan pada fase vegetatif
                        10% intensitas serangan pada fase generatif
(lihat lampiran)

CARA PENETAPAN/PENGHITUNGAN AE

Ada beberapa cara penentuan AE yang dapat kita lakukan:
1. Cara empirik atau berdasar pengalaman dari petani, peneliti atau petugas
   lapangan yang sudah lama menekuni dan merasakan tentang kerusakan atau
   kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama tertentu pada komoditas yang
   diusahakan. Berdasarkan data empirik/pengalaman selama bertahun-tahun
   dapat diperoleh informasi tentang pada aras populasi atau intensitas serangan
   berapa hama tersebut mulai dirasakan merugikan secara ekonomi. Pada aras
   populasi mulai merugikan tersebut. AE/AK/AT hama berbeda. Karena itu
   AE/AK/AT ini dapat kita namakan sebagai AE petani atau Ambang Petani saja.
        Untuk lebih jelasnya secara grafik data empirik tentang aras
   populasi/intensitas serangan dan hasil dapat dilihat pada gambar 5. Perhatikan
   sampai populasi 5 larva belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih
   bisa mentoleransikan tetapi pada populasi 7 petani sudah mulai merasakan
   kerugian ekonomi. Pada keadaan kurve pengalaman petani demikian, maka
   AE/AK/AT petani adalah 7 larva/rumpun.
          Karena pengalaman dan perasaan petani berbeda-beda kita akan
   memperoleh AE yang sangat khas/spesifik lokasi, spesifik petani sehingga
   menjadi variatif dan tidak seragam. Dengan pengalaman yang bertambah dan
   tingkat toleransi yang semakin baik, petani akan selalu menyesuaikan atau
   memperbarui nilai AE nya!


                                       14
Hasil (kuintal/ha)
                                                           Mulai terjadi
                                                           kerugian ekonomik




                                                           AE
                                                           petani

       Gambar 5.                                   5   7   10        20        30
 Hubungan Populasi                                                Populasi hama larva/rumpun
 Hama dengan Hasil

2. Cara Penelitian
   Penetapan AE melalui penelitian dilakukan oleh para peneliti yang khusus ingin
   mengetahui berapa AE pada suatu jenis hama pada komoditas tertentu.
   Biasanya sasaran kegiatan penelitian adalah memperoleh nilai ALE (Aras Luka
   Ekonomi) dan dari nilai ALE dihitung AE yang besarnya ¾ atau 2/3 ALE. ALE
   dihitung dengan menggunakan titik impas/BEP (Break Even Point). ALE adalah
   suatu populasi atau intensitas serangan dimana nilai kehilangan hasil (dalam
   Rp) yang dapat diselamatkan oleh tindakan pengendalian hama dengan
   pestisida sama dengan total baya pengendalian (dalam Rp).
                                         BP
                          ALE = ------------------
                                  HG x LT x BK
   dimana
   BP = Biaya pengendalian (Rp/ha)
   HG= Harga produk (Rp/kg)
   LT = Luka tanaman yang diakibatkan oleh satu individu hama
   BK = Berat kerusakan tanaman per unit luka tanaman

Untuk memperoleh LT dan BK perlu dilakukan serangkaian percobaan di lapangan,
di rumah kasa atau di laboratorium.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALE DAN AE

       Banyak faktor yang mempengaruhi nilai ALE dan AE termasuk jenis varietas
tanaman, fase tumbuh tanaman, instar hama, lokasi pertanaman, dll.
Dari sekian banyak faktor, 4 faktor yang paling penting yaitu:
1. Harga produk
2. Biaya pengendalian
3. Derajat luka yang diakibatkan oleh individu hama
4. Kepekaan tanaman terhadap serangan hama
Perhatikan Gambar 6 di bawah. Apa artinya?
                                         15
ALE/AE




                                                    ALE/AE
                                     Harga Produk                  Biaya Pengendalian




       Gambar 6. Hubungan antara Harga Produk dan Biaya Pengendalian dengan
                                  ALE/AE

       Kita harus mengetahui bahwa semakin tinggi ALE/AE penggunaan pestisida
menjadi semakin jarang atau semakin sedikit, semakin rendah ALE/AE semakin
sering/banyak penyemprotan pestisida dilakukan.
       Bagan alir sistem keputusan pengelolaan hama yang menunjukkan letak
pendugaan populasi hama atau infestasi serangan hama dan pendugaan
kehilangan hasil serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar
7.
       Dari ketetapan-ketetapan pada gambar dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan pendugaan kehilangan hasil serta menetapkan dan menerapkan
AE/AK/AT diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu (misal ilmu-ilmu perlintan,
ekonomi, sosiologi, agronomi, statistis, dll) dan lintas sektor. Tidak dapat dilakukan
oleh orang-orang/pakar perlintan.




                                          16
Pendugaan

                        Infestasi                              Pengamatan                  hama




             Pengaruh (i) pada hasil (y)                  Percobaan         Pendugaan
                                                                            kehilangan
                                                                              hasil               Pengaruh
                                                                                                pengendalian
                                                                                                 terhadap (i)
                        Hasil (y)



                   AE /AT / AK




                                    ? Apa lebih
                                     besar dari
                                       AE?
                tidak                                     ya




                Tak perlu                           Kendalikan
              dikendalikan                        dengan pestisida



           Gambar 7. Bagan Alir Sistem Keputusan Pengelolaan Hama

    bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                       Materi 4
             LANDASAN EKOLOGI PENGELOLAAN HAMA

Tujuan:
1. Mengetahui dua model pertumbuhan populasi organisme
2. Mengetahui model dinamika populasi hama
3. Mengetahui mekanisme pengendalian alami dan pengaruh faktor abiotik dan
   biotik
4. Mempelajari pengaruh kegiatan manusia terhadap dinamika populasi hama

Materi:
       Dari kuliah sebelumnya kita mengetahui bahwa keberadaan populasi hama
di pertanaman dan di ekosistem menentukan seberapa besar kerusakan tanaman
dan kerugian ekonomi yang dialami oleh petani atau pengusaha pertanian lainnya.
Juga kita ketahui bahwa populasi hama sepanjang musim tanam dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat tidak tetap tetapi DINAMIS, naik turun, berfluktuasi
sekitar suatu garis atau posisi keseimbangan umum (General Equilibrium Position).

                                                     17
Banyak faktor abiotik dan biotik yang mempengaruhi dinamika populasi hama.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut kita dapat melakukan pengelolaan hama
yang efektif dan efisien. Perlu ditekankan di sini bahwa tujuan pengelolaan hama
bukan untuk membasmi hama, memberantas hama sampai habis tetapi
mempertahankan populasi hama di pertanaman tetap berada di bawah AE/AK/AT
atau pada aras yang secara ekonomi tidak merugikan. Perhatikan gambar tentang
posisi AE, ALE dan Garis keseimbangan pada kuliah minggu yang lalu.
       Diharapkan para mahasiswa setelah kuliah ini dapat menjawab pertanyaan:
Apa sebabnya kita tidak mungkin melakukan pembasmian atau pemusnahan hama
seperti banyak orang harapkan?
       Pada prinsipnya keberadaan dan perkembangan populasi hama dan
populasi organisme lainnya ditentukan oleh dua kekuatan yaitu:
1. POTENSI BIOTIK atau "Biotic Potential" dan
2. PERLAWANAN LINGKUNGAN atau "Environmental Resistance"
       Yang disebut POTENSI BIOTIK adalah kemampuan suatu organisme untuk
tetap hidup dan berkembang biak. Kalau kita perhatikan kelompok serangga,
organisme ini mempunyai potensi biotik yang sangat besar dan kemampuan
berbiak sangat cepat. Dengan siklus hidup pendek, ukuran tubuh kecil dan
kemampuan bertahan hidup yang tinggi maka populasi serangga sangat cepat
meningkat sehingga dalam waktu sebentar saja dapat memenuhi permukaan bumi
ini. Apabila suatu organisme berkembang sepenuhnya sesuai dengan kemampuan
hayati (potensi biotik)nya, maka pertumbuhan populasi organisme tersebut akan
mengikuti model pertumbuhan ekponensial atau pertumbuhan geometrik seperti
Gambar 8.
                                                      dN
                            --- = r N = ( b – d ) N
                            dt
N      = populasi
r      = laju pertumbuhan populasi intrinsik
b      = laju kelahiran
d      = laju kematian
t      = waktu
                                   Populasi
                                              (N)




                                               18
                                                            Waktu (t)
Gambar 8. Pertumbuhan Populasi Organisme Mengikuti Model Pertumbuhan
                Ekponensial atau Geometrik

      Di dunia saat ini satu-satunya organisme yang populasinya tumbuh secara
eksponensial adalah MANUSIA. Di alam populasi organisme tidak dapat meningkat
secara eksponensial karena adanya kekuatan lain yang me"lawan" atau
meng"hambat" yang kita namakan Perlawanan Lingkungan atau Hambatan
Lingkungan. Kekuatan ini yang akan menghambat populasi suatu organisme untuk
bertambah dan meningkat sesuai dengan kemampuan biotiknya. Karena itu model
pertumbuhan populasi yang lebih cocok adalah model pertumbuhan logistik seperti
Gambar 9.               Populasi
                        (N)



                             K




                                                       Waktu
                                                       (t)



                    Gambar 9. Model Pertumbuhan Populasi Logistik

                           dN         K-N
                           --- = r N ( ----- )
                           dt           K
N     = populasi
t     = waktu
r     = laju pertumbuhan populasi
K     = asimtot atas atau nilai N maksimum

       Kurve tersebut menunjukkan model pertumbuhan secara matematik. Kalau
kita bandingkan dengan data lapangan populasi suatu organisme, kita memperoleh
gambaran dinamika populasi yang mirip dengan pertumbuhan logistik terutama
pada daerah I dan II seperti Gambar 10.
       Menurut gambar tersebut pertumbuhan populasi organisme dapat kita bagi
menjadi 5 daerah. Daerah I merupakan periode peningkatan populasi yang tumbuh
secara sigmoid. Periode ini terdiri dari tahap pembentukan populasi (A),
pertumbuhan cepat secara eksponensial (B) serta tahap menuju keseimbangan (C).
Daerah II merupakan pencapaian aras keseimbangan yang merupakan garis
asimtot kurve sigmoid. Pada tahap ini populasi telah mencapai stabilitas numerik.
                                        19
Setelah daerah II tercapai kemudian populasi bergejolak sekitar aras keseimbangan
yaitu pada daerah III. Daerah III merupakan tahap oskilasi dan fluktuasi populasi.
Oskilasi populasi adalah penyimpangan populasi sekitar aras keseimbangan secara
simetris, sedangkan fluktuasi populasi merupakan penyimpangan populasi yang
tidak simetris. Daerah III berjalan dalam waktu cukup lama tergantung pada
berfungsinya mekanisme umpan balik negatif yang bekerja pada populasi
organisme tersebut. Apabila mekanisme ini oleh sebab-sebab tertentu menjadi tidak
berfungsi lagi, terjadilah daerah IV yang merupakan periode penurunan populasi
atau periode pertumbuhan negatif. Kalau periode ini terus berlanjut kemudian akan
terjadi tingkat terakhir pertumbuhan populasi yaitu daerah V yang merupakan
periode kepunahan populasi.
         Populasi
         (N)




                A   B   C                Waktu (t)

                    I       II              III               IV    V
  Gambar 10. Pertumbuhan Populasi Organisme yang Terbagi menjadi 5 Tingkat

       Adanya kekuatan Hambatan Lingkungan terhadap pertumbuhan populasi
organisme dalam kondisi oskilasi dan fluktuasi di sekitar aras keseimbangan umum
seperti yang terjadi di daerah III. Di daerah III terjadi mekanisme keseimbangan
populasi oleh bekerjanya berbagai faktor abiotik dan biotik yang secara bersama
kita sebut sebagai faktor PENGENDALI ALAMI.
FAKTOR TERGANTUNG KEPADATAN DAN FAKTOR BEBAS KEPADATAN

      Dilihat dari proses pengendalian dan pengaturan populasi organisme, maka
berbagai faktor hambatan lingkungan dapat dikelompokkan menjadi Faktor
Tergantung Kepadatan Populasi (FTK) atau "Density Dependent Factors" dan
Faktor Bebas Kepadatan Populasi (FBK) atau "Density Independent Factors".
Pengelompokan ini lebih sering digunakan bila dibandingkan dengan cara
pengelompokan lainnya. Bagan berikut menunjukkan faktor-faktor yang termasuk
dalam FTK dan FBK.

Faktor Tergantung Kepadatan


                                       20
Faktor tergantung kepadatan adalah faktor pengendali alami yang
mempunyai sifat penekanan terhadap populasi organisme yang semakin meningkat
pada waktu populasi semakin tinggi, dan sebaliknya penekanan lebih longgar pada
waktu populasi semakin rendah. Kalau dihubungkan antara mortalitas yang
disebabkan oleh faktor FTK dengan populasi hama misalnya dapat diperoleh garis
regresi (Gambar 11).
         Mortalitas
         Mortalitas
         Laju




                                                 Populasi

      Gambar 11. Hubungan antara populasi dan mortalitas yang disebabkan oleh
                Faktor Tergantung Kepadatan

        Faktor tergantung kepadatan terbagi menjadi faktor yang timbal balik dan
tidak timbal balik. FTK yang timbal balik terutama adalah musuh alami hama seperti
predator, parasitoid, dan patogen. Timbal balik di sini berarti bahwa hubungan
antara populasi dan mortalitas oleh FTK dapat berjalan dari kedua arah. Apabila
populasi spesies A meningkat, maka mortalitas yang disebabkan oleh predator B
akan semakin meningkat, antara lain dengan meningkatnya predasi dan jumlah
predator B. Sebaliknya apabila populasi spesies A menurun mortalitas oleh
predator dan jumlah predator juga menurun. Dengan demikian perubahan populasi
spesies A akan selalu diikuti dengan perubahan kepadatan populasi predator B
(Gambar 12).
        FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnya
terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk
makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini dapat dijelaskan sebagai
berikut: Bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar
        FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnya
terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk
makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini dapat dijelaskan sebagai
berikut: Bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar individu untuk memperoleh
makanan dan ruang semakin kuat sehingga mortalitas A menjadi meningkat, dan
demikian juga sebaliknya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa apabila populasi A
meningkat kemudian jumlah makanan menjadi meningkat, atau jumlah pouplasi A
menurun dan jumlah makanan menurun. Berbeda dengan kelompok musuh alami,
hambatan lingkungan berupa makanan, ruangan, dan teritorialitas termasuk dalam
FTK yang tidak timbal balik.

                                        21
PENGENDALIAN
                                        ALAMI




              FAKTOR BEBAS                                  FAKTOR
               KEPADATAN                                 TERGANTUNG
                                                          KEPADATAN




             FISIK            BIOLOGI               TIDAK             TIMBAL
                                                   TIMBAL              BALIK
           Tanah              Ketersediaan          BALIK            Musuh
           Suhu                                                      alami
                                 inang                               -Parasitoid
           Kebasahan                              Makanan
           Pergerakan           Kualitas          Ruang              -Predator
           air                 makanan            Teritorial         -Patogen
                                                                     -Herbivora
Populasi




                                                             FTK
Gambar 12. Komponen Pengendalian Alami yang Tergantung Kepadatan dan
                        Bebas Kepadatan
                                                                                           Aras Keseimbangan




                                                               FBK



                        FBK



                                     FTK

                                             22
                                                                                   Waktu
Gambar 13. Gejolak populasi sekitar aras keseimbangan umum, dan bekerjanya
FTK dan FBK.

                                                                                     Persediaan Makanan              Jumlah Predator
                                                                                     Predator Meningkat                 Meningkat




                                                Jumlah Inang                            Jumlah Inang
                                                 Meningkat                               Meningkat




                     Jumlah Inang Termakan                           Titik Imbang                         Jumlah Inang Termakan
                                                                    Predator-Inang
                            Berkurang                                                                         Meningkat




                                               Jumalah Inang                           Jumalah Inang
                                                 Berkurang                               Berkurang




                     Jumlah Predator         Persediaan Makanan
                       Berkurang             Predator Berkurang




Gambar 14. Mekanisme Umpan Balik pada Pengaturan Populasi Spesies A oleh
           Predator
        Mortalitas




                                                                                                          FBK




                                                                                                           POPULASI


                                                                  23
Gambar 15. Hubungan antara populasi organisme dan mortalitas akibat Faktor
           Bebas Kepadatan.


Faktor Bebas Kepadatan
        Faktor Bebas dari Kepadatan (FBK) atau "Density Independent Factor"
merupakan faktor mortalitas yang daya penekanannya terhadap populasi
organisme tidak tergantung pada kepadatan populasi organisme tersebut. Faktor
abiotik seperti suhu, kebasahan, angin merupakan FBK yang penting.
        FBK kadang kala dapat membawa populasi semakin menjauh (lebih atau
kurang) dari aras keseimbangan. Misal bila keadaan suhu tidak sesuai bagi
kehidupan serangga dapat mengakibatkan populasi serangga menurun menjauhi
garis keseimbangannya. Setelah hal itu terjadi faktor FBK akan bekerja
mengangkat kembali populasi ke aras keseimbangannya. Bila keadaan cuaca
sangat menguntungkan bagi kehidupan dan perkembanganbiakan suatu hama,
dapat mendorong populasi hama tersebut meningkat cepat menjauhi aras
keseimbangannya. Namun, peningkatan populasi tersebut juga tidak akan berjalan
terus, karena FTK seperti musuh alami akan mengencangkan penekanannya
sehingga populasi kembali lagi ke aras keseimbangannya.
        Dr. CLARK mengelompokkan beberapa penyebab mortalitas (kematian)
serangga menjadi 7 kelompok yaitu:
1. Umur: menjadi tua atau "aging"
2. Vitalitas rendah: kemampuan serangga dalam menghadapi faktor-faktor
    lingkungan yang jelek seperti cuaca ekstrim
3. Kecelakaan: adanya peristiwa-peristiwa yang tidak normal (fisiologi dan ekologi)
    yang dapat mengakibatkan kematian
4. Kondisi fisiko kimia: terkait dengan kondisi fisika dan kimia di tempat serangga
    hidup termasuk kondisi cuaca, kondisi tanah, kondisi air, udara, dll.
5. Musuh alami: sebagai faktor pengendali alami serangga yang bersifat
    tergantung kepadatan seperti yang telah dijelaskan
6. Kekurangan pakan: serangga hama sangat ditentukan survival dan
    perkembangannya oleh ketersediaan pangan yang disediakan manusia. Tetapi
    untuk serangga musuh alami bila tidak tersedia pakan yang sesuai yang
    menjadi inang atau mangsa akan sangat mempengaruhi survivalnya.
7. Kekurangan tempat berlindung/bernaung: mempengaruhi mortalitas secara tidak
    langsung
Berikut diagram yang menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung faktor-
faktor cuaca.




                                        24
Pengaruh Faktor-faktor Cuaca bagi Kehidupan Serangga




                              Langsung                 Tak Langsung




                   Individu          Populasi               Habitat
                                                           Parasitoid
                                                            Predator
                                                            Patogen
                                     Fenologi              Makanan
                  Aktivitas         Mortalitas
                Perkembangan         Natalitas
                   Perilaku         Pergerakan

                                                           Natalitas
                                                          Mortalitas
                                                          Pergerakan

       Dengan demikian dalam jangka waktu panjang di dalam setiap ekosistem,
selalu terjadi keseimbangan populasi organisme termasuk populasi hama, yang
secara dinamik bergejolak di sekitar aras keseimbangan populasinya masing-
masing. Setiap organisme dalam kondisi ekosistem tertentu memiliki aras
keseimbangannya sendiri-sendiri. Aras populasi tersebut dapat tinggi, tetapi juga
dapat rendah seperti yang kita harapkan.




                                         25
Populasi


                                                                           Mangsa (A)




                                                                              Predator




                                                                          Waktu



 Gambar 16. Hubungan antara kepadatan serangga A dan kepadatan predator B

Pengaruh Tindakan Manusia terhadap Populasi Hama
        Faktor-faktor alami seperti suhu, curah hujan sebagai faktor abiotik serta
faktor biotik seperti parasitoid, predator, patogen hama, pesaing, dll bekerja secara
interaktif yang membawa populasi hama berada di sekitar aras keseimbangannya.
Justru faktor MANUSIA dengan segala tindakannya sangat mempengaruhi
dinamika populasi hama sehingga dapat sangat menjauhi aras keseimbangan.
Manusia dapat mempengaruhi letak aras keseimbangan melalui mekanisme sbb:
        Dalam mengelola agroekosistem, manusia dapat mempengaruhi atau
mengubah letak aras keseimbangan umum suatu spesies hama melalui kegiatan
pengelolaan agroekosistem. Aras keseimbangan populasi hama dapat meningkat
antara lain dengan penggunaan pestisida yang berlebihan dan kurang tepat,
sehingga dapat membunuh musuh alami. Penggunaan pestisida yang dilakukan
terus-menerus dapat mengakibatkan aras keseimbangan hama tersebut akan
meningkat melebihi aras keseimbangan sebelumnya (Gambar 17).
        Peningkatan aras keseimbangan populasi hama dapat juga terjadi sebagai
akibat tersedianya makanan hama secara luas dan terus menerus. Demikian juga
jika varietas tanaman yang ditanam adalah varietas peka, lambat laun aras
keseimbangan populasi hama akan meningkat.
        Bila aras keseimbangan meningkat maka dapat mengakibatkan populasi
hama melebihi AE/AT/AK yang ditetapkan. Dalam keadaan demikian petani
terpaksa menggunakan pestisida lebih sering lagi sehingga dapat meningkatkan
kerugian, tidak hanya bagi petani tetapi juga bagi konsumen dan kualitas
lingkungan hidup.
        Aras keseimbangan populasi hama dapat juga diturunkan apabila yang
terjadi sebaliknya yaitu dengan memasukkan atau melakukan konservasi musuh
alami. Tindakan manusia demikian ini akan mendorong bekerjanya pengendali
                                            26
alami di daerah tersebut, yang dalam jangka panjang dapat menurunkan aras
keseimbangan populasi hama. Salah satu sasaran PHT adalah menurunkan aras
keseimbangan populasi hama sehingga berada di bawah ambang pengendalian.
          Populasi




                                                                             Aras Keseimbangan 2
                         Pestisida




                                               Aras Keseimbangan 1



                                                                     Waktu


Gambar 17. Peningkatan aras keseimbangan akibat perlakuan pestisida secara
            terus menerus.




   bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                      Materi 5

                     FUNGSI PENGAMATAN DALAM SISTEM PHT

Tujuan:
A. Mempelajari fungsi pengamatan dalam sistem PHT
B. Mempelajari prinsip-prinsip pengambilan sampel dan pengamatan
C. Mempelajari praktek pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman oleh
   petugas pengamat hama
D. Pengamatan oleh petani

Materi:

HUBUNGAN PENGAMATAN, PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMANTAUAN


                                     27
Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang
sesuatu obyek yang diamati/dikaji/diteliti. Pengamatan bisa dilakukan secara
berkala maupun insidentil. Ada beberapa maksud atau tujuan pengamatan yaitu
pengamatan untuk pengumpulan data penelitian, pengamatan untuk penyusunan
lapangan dan pengamatan untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pengamatan
yang dilakukan secara berkala pada suatu obyek pengamatan tertentu untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan disebut PEMANTAUAN.
       Kegiatan pemantauan dalam PHT merupakan kegiatan utama yang
membedakan sistem PHT dengan sistem pengendalian hama secara konvensional.
Peranan pengamatan dan pemantauan hama dan ekosistem dalam penerapan
sistem PHT adalah seperti bagan berikut:

              Analisis Ekosistem                              Pengambil Keputusan




                Pemantauan                                    Tindakan Pengelolaan




                             EKOSISTEM          PERTANIAN


Gambar 18. Hubungan antara pemantauan, pengambilan keputusan dan tindakan
           pengelolaan dalam sistem pelaksanaan PHT

       Dari gambar tersebut, kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemantauan
ekosistem. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengikuti perkembangan
keadaan ekosistem pada suatu saat yang meliputi perkembangan komponen
ekosistem, baik komponen biotik seperti keadaan tanaman, tingkat kerusakan
tanaman oleh hama, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami dan lain-
lain. Juga komponen abiotik seperti suhu, curah hujan, kebasahan, dll. Hasil
pemantauan atau data hasil pemantauan dianalisis antara lain dengan
membandingkan data ekosistem dengan nilai AE atau Ambang Kendali. Dari hasil
analisis ekosistem dapat diambil keputusan mengenai tindakan pengendalian atau
pengelolaan yang perlu diterapkan pada ekosistem. Hasil pengambilan keputusan
segera diterapkan ke lapangan mengenai tindakan pengelolaan atau pengendalian
seperti perbaikan budidaya tanaman, introduksi musuh alami, mengubah
habitatnya, pengendalian dengan pestisida, dll. Pengambil keputusan semakin ke
bawah yaitu pada pihak pengelola dari ekosistem pertanian, seperti petani atau
kelompok tani.




                                      28
MEMPELAJARI PRINSIP-PRINSIP PENGAMBILAN SAMPEL DAN
PENGAMATAN

       Sampel atau contoh merupakan bagian dari suatu populasi yang diamati.
Dalam praktek pengamatan tidak mungkin bagi pengamat mengamati seluruh
individu dalam populasi tetapi pengamatan dilakukan pada sebagian kecil populasi
yang kita sebut sampel. Dari informasi yang diperoleh pada sampel kita ingin
menduga sifat populasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, sampel yang diambil
harus dapat mewakili. Populasi sampel terdiri dari beberapa unit sampel. Jumlah
unit sampel sering kita namakan sebagai ukuran sampel. Misalkan kita ingin
mengetahui populasi hama atau kerusakan tanaman dalam satu daerah/lahan yang
luasnya 1 hektar, sebagai unit sampel ditetapkan rumpun padi. Jumlah rumpun padi
yang diamati 30. Hal ini berarti unit sampel adalah rumpun dan ukuran sampel 30.
       Proses pengambilan sampel dan monitoring memerlukan teknik yang
beragam tergantung pada jenis tanaman, jenis hama, atau organisme lain yang
diamati. Ada dua syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik
pengamatan dan pengambilan sampel yang dilakukan yaitu praktis, dan dapat
dipercaya. Praktis berarti metode pengamatan yang dilakukan sederhana, mudah
dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal, dan sedapat
mungkin tidak mengambil waktu lama. Hasil pengamatan harus dapat dipercaya
berarti metode tersebut akan menghasilkan data yang dapat mewakili atau
menggambarkan secara benar tentang sifat populasi sesungguhnya. Faktor yang
mempengaruhi pengambilan sampel:
1. Sifat dan ketrampilan petugas pengamat
2. Keadaan lingkungan setempat
3. Sifat sebaran spasial serangga

PENYUSUNAN PROGRAM PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAMATAN
       Dalam menyusun secara lengkap program pengambilan sampel pada suatu
wilayah pengamatan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menetapkan beberapa kriteria atau ketentuan tentang pengambilan sampel.
Ketentuan-ketentuan tersebut meliputi penetapan tentang:
1. Unit Sampel
2. Interval Pengambilan Sampel
3. Banyak atau Ukuran Sampel
4. Desain Pengambilan Sampel
5. Mekanik Pengambilan Sampel

1. Unit sampel
       Unit sampel merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit tersebut
diadakan pengukuran dan penghitungan oleh pengamat terhadap individu serangga
yang ada, dan apa yang ditinggalkan oleh serangga yang menjadi obyek
pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapa variabel pengamatan yang dapat
diperoleh dari unit sampel dapat berupa kepadatan atau populasi hama, populasi
musuh alami, intensitas kerusakan, dll.
       Ada berbagai jenis unit sampel yang saat ini digunakan dalam praktek
pengamatan baik untuk program penelitian atau untuk pengambilan keputusan

                                      29
pengendalian hama. Biasanya unit sampel dikembangkan berdasarkan sifat biologi
serangga dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Unit sampel dapat berupa:
a. Unit luas permukaan tanah 1 x 1 m2
b. Unit volume tanah
c. Bagian tanaman seperti rumpun, batang, daun, pelepah daun
d. Dalam bentuk stadia hamanya sendiri. Sering digunakan untuk evaluasi dalam
   musuh alami seperti jumlah larva parasit atau larva inang, dst.



2. Penentuan interval pengambilan sampel
       Interval pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu
dengan waktu pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan interval pengamatan
antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yang diamati, tujuan
pengambilan sampel, faktor cuaca, dll. Untuk serangga yang mempunyai siklus
pendek dan kapasitas reproduksi tinggi, interval pengamatan harus pendek agar
tidak kehilangan informasi dari lapangan. Demikian juga keadaan ini berlaku bagi
komoditas tanaman yang peka terhadap serangan hama seperti kapas, dan juga
untuk jenis hama yang peningkatan kerusakannya berjalan cepat.

3. Penentuan ukuran sampel
        Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran
sampel atau jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan
sangat menentukan kualitas hasil pengamatan.
        Ukuran sampel dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu varians (s 2)
yang menjelaskan distribusi data sampel, dan biaya pengambilan sampel yang
terdiri atas ongkos tenaga dan alat-alat pengambilan sampel. Secara umum dapat
dikatakan semakin besar ukuran sampel (n) semakin dapat dipercaya harga
penduga parameter populasi. Tetapi apabila ukuran sampel besar maka biaya
pengambilan sampel juga semakin besar. Sebaliknya bila unit sampel terlalu
sedikit, analisa statistik akan menghasilkan keputusan yang memiliki ketepatan dan
ketelitian rendah, sehingga kualitas dan kegunaan hasil pengamatan diragukan.

4. Desain atau pola pengambilan sampel
      Ada beberapa pola yang dapat digunakan untuk menetapkan unit sampel
yang mana dari keseluruhan populasi yang harus diamati yang menjadi anggota
sampel. Pola yang paling ideal adalah secara acak (random sampling), kemudian
dikenal:
a. Pola acak berlapis
b. Pola pengambilan sampel sistematik
c. Pola pengambilan sampel purposive atau yang sudah ditentukan

Beberapa pola pengambilan sampel yang sering digunakan adalah bentuk:




                                       30
A                         B                         C
Gambar 19. Pola pengambilan sampel A. Pola Diagonal, B. Pola Zigzag, C. Pola
           Lajur tanaman

5. Mekanik Pengambilan Sampel
       Mekanik pengambilan sampel serangga adalah segala teknik memperoleh,
mengumpulkan serta menghitung individu serangga yang diamati atau bahan yang
ditinggalkan oleh serangga pada unit sampel yang telah ditentukan.
       Mekanik sampel yang sering dilakukan oleh para pengamat kita adalah
pengamatan langsung di lapangan. Tidak semua serangga dapat dihitung secara
langsung sehingga masih diperlukan peralatan atau alat khusus yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan individu serangga dan kemudian dihitung
jumlahnnya.

PRAKTEK PENGAMATAN DAN PELAPORAN PETUGAS PENGAMAT
       Di organisasi Departemen Pertanian saat ini ada 3 Direktorat Jenderal yang
mempunyai tugas untuk mengumpulkan pelaporan data populasi dan kerusakan
OPT di seluruh propinsi. Tiga Direktorat Jenderal itu adalah Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura, Direktorat Jenderal
Tanaman Perkebunan. Pada tiga Direktorat Jenderal tersebut terdapat Direktorat
Perlindungan Tanaman seperti Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan.
       Kebijakan dan rekomendasi pelaksanaan dan pelaporan perlindungan
tanaman disusun dan dikeluarkan oleh 3 direktorat tersebut, sedangkan
pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh para Petugas Pengamat Hama (PHP) dan
penyakit yang ada di daerah yang dikoordinasikan oleh BPTPH yang ada di setiap
propinsi. Untuk tanaman pangan dan hortikultura, BPTPH secara struktural berada
di bawah Pemerintah Daerah Tingkat I/Propinsi. Sedangkan untuk perkebunan,
BPTP masih berada di bawah Direktorat Jenderal Perkebunan atau masih di bawah
Pemerintah Pusat. Secara fungsional, PHP saat ini termasuk dalam kelompok
POPT (Pengendali OPT).

1. Pengamatan
       Pengamatan dilakukan oleh PHP dan petani dengan dua cara yaitu
pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Pengamatan bertujuan
untuk mengetahui atau mendeteksi jenis dan kepadatan OPT, intensitas serangan
OPT, daerah penyebaran, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
OPT serta intensitas kerusakan bencana alam. Dengan informasi tersebut
diharapkan petani/kelompok tani bersama petugas dapat mengetahui dan
menganalisis secara dini untuk menentukan langkah-langkah penanganan usaha
tani, sehingga produksi tanaman yang sudah diusahakan tetap pada taraf tinggi,
menguntungkan dan aman bagi lingkungan.

                                       31
Metode Pengamatan
        Pengamatan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan dengan
dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Secara rinci
pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatan keliling adalah sbb:
a. Pengamatan tetap
        Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petak contoh
tetap yang mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap lampu,
curah hujan, stasiun meteorologi pertanian khusus.
    1). Pengamatan petak tetap
        Pengamatan pada petak contoh tetap bertujuan untuk mengetahui
perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas serangan.
Petak contoh tetap ditempatkan pada lima jenis tanaman dominan. Untuk
komoditas terluas diamati empat petak contoh tetap sedangkan empat komoditas
lainnya masing-masing diamati satu petak contoh. Dengan demikian pada setiap
wilayah pengamatan terdapat delapan petak contoh pengamatan tetap.
        Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagian
terbesar wilayah pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocok tanam, dan
varietasnya. Pada masa peralihan antara dua musim tanam, pengamatan
diteruskan pada petak-petak contoh yang dapat mewakili wilayah pengamatan
dalam waktu tersebut. Karena itu petak contoh pada masa antara dua musim tanam
dapat berpindah sesuai dengan keadaan tanaman yang dapat mewakili wilayah
pengamatan.

   2). Pengamatan Perangkap lampu
       Kepadatan populasi OPT dan musuh alami yang efektif yang tertarik cahaya
diamati pada satu atau lebih perangkap lampu yang mewakili wilayah pengamatan.
Perangkap lampu ditempatkan jauh dari faktor-faktor yang akan mempengaruhi
banyaknya serangga pengganggu tanaman atau musuh alaminya tertarik cahaya.
Lampu dinyalakan dari senja sampai fajar. Serangga yang tertangkap diidentifikasi
dan dihitung. Pengamatan dilakukan setiap hari serta dilaporkan setiap dua minggu.

b. Pengamatan Keliling atau Patroli
       Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman
terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari informasi
tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida.
       Pengamatan keliling atau patroli dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah
pengamatan. Sebelum melaksanakan pengamatan, PHP disarankan menemui
petani/kelompok tani pemandu, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya;
untuk memperoleh informasi tentang adanya serangan OPT dan kegiatan
pengendalian di wilayah kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan
daerah yang dicurigai dan mengkonsentrasikan pengamatannya. Penentuan
daerah yang dicurigai didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap
OPT utama di daerah tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya
terhadap sumber serangan.
       Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati lima petak contoh yang
terletak pada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan
garis diagonal tersebut (B, C, D dan E) seperti terlihat pada Gambar 20. Jumlah
                                        32
rumpun yang diamati tiap unit contoh adalah 10 rumpun/batang. Komponen-
komponen yang diamati adalah luas tanaman terserang, intensitas serangan,
kepadatan populasi OPT, stadia/umur tanaman, varietas dan tindakan
pengendalian yang pernah dilakukan petani.




   Gambar 20. penyebaran petak contoh pada daerah yang dicurigai terserang.

        Dalam tiap petak contoh diamati 5 unit contoh seperti pada gambar 20.
Jumlah rumpun contoh yang diamati dalam tiap unit contoh adalah sepuluh
rumpun/tanaman.
Cara pelaksanaan:
        Untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan keliling dilakukan sesudah
pengamatan petak tetap pada subwilayah pengamatan dimana petak tetap itu
berada. Apabila ada informasi bahwa di subwilayah lainnya terjadi serangan OPT
maka harus dilakukan pengamatan keliling tambahan. Adapun pembagian
subwilayah adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula bagilah wilayah pengamatan menjadi 4 strata berdasarkan waktu
    tanamannya (lihat Gambar 21)
2. Bagilah masing-masing strata menjadi 2 subwilayah, sehingga satu wilayah
    akan terbagi menjadi 8 subwilayah (lihat Gambar 21).
        Untuk pengamatan tetap, tempatkan satu petak contoh pengamatan pada
masing-masing strata di lokasi yang selalu dilewati saat mengadakan pengamatan
keliling di strata tersebut, sehingga setiap petak contoh pengamatan tetap dapat
diamati dengan interval waktu satu minggu, sedangkan interval pengamatan keliling
dua minggu.
        Waktu pengamatan OPT dilakukan 4 (empat) hari setiap minggu kecuali
untuk tangkapan perangkap lampu dan penakar curah hujan dilakukan setiap hari.
Pelaksanaan pengamatan OPT dimulai dari hari senin sampai dengan hari kamis.
        Hasil pengamatan dan kejadian yang ditemukan pada saat pengamatan
keliling dan pengamatan tetap dilaporkan secara rutin pada setiap akhir periode
pengamatan. Laporan pengamatan tetap pada periode pelaporan tengah bulan
pertama berisi hasil pengamatan minggu ke 1 dan ke 2, sedang pada periode
pelaporan tengah bulan kedua berisi hasil pengamatan minggu ke 3 dan ke-4.


          A 1               B      2             C 3                 D 4
         Senin 1            Selasa 1            Rabu 1              Kamis 1


            5                   6                  7                   8
         Senin 2            Selasa 2             Rabu 2             Kamis 2
                                       33
Keterangan:
A, B, C, D …… pembagian menurut strata 1, 2, 3 … dst … subwilayah

      Gambar 21. Pembagian subwilayah pengamatan di wilayah kerja PHP




Metode Pengambilan Contoh
a. Tanaman Pangan
        Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman pangan (padi dan
palawija) dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan tetap tiap petak
contoh ditentukan tiga unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis diagonal
petak contoh (A) dan di pertengahan potongan-potongan garis diagonal yang
terpanjang (B dan C), seperti terlihat pada Gambar 22. Tiap unit contoh diamati 10
rumpun contoh. Dari petak contoh itu diamati intensitas serangan OPT, kepadatan
populasi OPT dan kepadatan populasi musuh alami yang efektif.




Gambar 22. Penyebaran Unit Contoh dalam Petak Contoh. Dalam Tiap Unit
           Contoh Diamati 10 Rumpun Contoh.

b. Tanaman Sayuran
       Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman sayur-sayuran
dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap 0,1 ha atau 50 tanaman contoh per
hektar. Pengambilan tanaman contoh ditentukan secara acak (random).

c. Tanaman Buah-buahan, hias, Obat-obatan dan Rempah-rempah
       Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman buah-buahan, hias
dan obat-obatan dan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan petak
contoh, yaitu kecamatan. Tanaman yang diamati dibagi 3 kriteria seperti berikut:
a. Tanaman dominan (terbanyak)       : 15 tanaman/rumpun
b. Tanaman dengan jumlah sedang      : 10 tanaman/rumpun
c. Tanaman dengan jumlah sedikit     : 5 tanaman/rumpun
       Tanaman contoh ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu random (acak) dan
diagonal. Cara random dilakukan pada perkebunan rakyat/pekarangan rumah,
sedangkan cara diagonal dilakukan (seperti pengambilan contoh pada tanaman
padi) pada perkebunan besar.



                                        34
Penilaian Serangan OPT
      Penilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala
serangan OPT yang sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan
OPT dapat berupa kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak.
Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap
mutlak digunakan rumus sebgai berikut:
                                   a
                          I = ----------- X 100%
                                a+b
Keterangan:
I     : Intensitas serangan (%)
A     : Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun
        tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.
B     : Banyaknya contoh yang tidak terserang (tidak menunjukkkan gejala
        serangan).

2. Laporan
       Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura diperlukan untuk
menyusun perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian, menyusun
rencana perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian, menyusun
bantuan pengendalian, merencanakan bimbingan pengendalian, melaksanakan
pengamatan lebih intensif, dan merencanakan penyediaan sarana pengendalian.
Oleh karena itu, Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura perlu
dibuat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan segera dikirim ke instansi
yang memerlukannya. Sesuai dengan kebijaksanaan dibidang perlindungan
tanaman pangan dan hortikultura dan pembagian wewenang dalam struktur
organisasi berlaku, Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
disampaikan oleh PHP kepada Mantri Tani (Mantan) dan instansi vertikal di
atasnya. Mantri Tani dan Penyuluh menyuluhkan dan menyebarluaskan kepada
petani sebagai dasar pengambilan keputusan kelompok tani, dan bila perlu
bersama-sama dengan PHP membina petani melaksanakan pengendalian. Instansi
vertikal di atasnya menggunakan laporan tersebut sebagai bahan mengevaluasi
keadaan serangan, kemampuan petugas membimbing petani dalam pengendalian,
merencanakan bimbingan dan bantuan, serta menyusun Laporan Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura di wilayah kerjanya.
       Laporan PHP yang diterima oleh Mantan diteruskan kepada Camat dan
Dinas       Pertanian    (Diperta)     Kabupaten/Kotamadya,     dan      Diperta
Kabupaten/Kotamadya meneruskan laporan tersebut ke Diperta Propinsi. Oleh
Camat sebagai Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan, laporan tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk menyusun kampanye pengendalian secara massal
oleh petani dan bila dibutuhkan/diperlukan bantuan pemerintah berupa pestisida
dapat dikeluarkan. Sedangkan oleh Diperta Kabupaten/Kotamadya, digunakan
untuk membina pengendalian OPT dan mempertimbangkan bantuan pengendalian
kepada petani apabila dinilai sebagai serangan eksplosi.
       Koordinator PHP mengkoordinasikan laporan PHP, laporan serangan OPT
yang dilaporkan PHP dari seluruh wilayah pengamatan kabupaten diteruskan ke
Diperta Kabupaten/Kotamadya serta laporan lainnya diteruskan ke Laboratorium
                                         35
Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) dan (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH)/Loka Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(LPTPH)/Satgas BPTPH/LPTPH.

PENGAMATAN OLEH PETANI
         Karena jumlah PHP dan petugas pengamat atau penyuluh di daerah
sangat terbatas maka yang paling baik kegiatan pengamatan dilakukan sendiri oleh
petani pemilik/penggarap. Petani sendiri yang melakukan kegiatan pemantauan,
pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian. Dengan demikian petani tidak
lagi tergantung pada petugas, pemerintah. Petani dapat melakukan pengamatan
secara perseorangan/individual, namun yang paling baik secara berkelompok atau
merupakan kegiatan kelompok tani. Agar petani dapat melakukan kegiatan
pemantauan ekosistem, mereka perlu mengikuti pelatihan khusus yang
dilaksanakan secara intensif, setiap 1 minggu sekali di dalam kegiatan yang disebut
SLPHT. Dengan demikian tujuan pelaksanaan kegiatan pengamatan oleh para
petugas PHP hanya terbatas pada penyusunan laporan bagi pemda maupun
pemerintah pusat tetapi tidak untuk pengambilan keputusan untuk lahan petani
dalam menerapkan PHT.




                                        36
bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                       Materi 6


   PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN/VARIETAS TAHAN HAMA

   Tujuan:
1. Mengenal dan mempelajari komponen PHT - Pengendalian dengan Tanaman
   Tahan Hama
2. Mengenal dan mempelajari pengembangan tanaman transgenik tahan hama
3. Mengenal dan mempelajari prinsip-prinsip karantina tumbuhan dan sistem
   karantina pertanian di Indonesia

Materi:
        Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman yang tahan terhadap
serangan hama telah lama dilakukan dan merupakan cara pengendalian yang
efektif, murah, dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan berbagai
varietas padi tahan hama wereng coklat berhasil mengendalikan hama wereng
coklat padi di Indonesia yang sejak tahun 1970 menjadi hama padi yang paling
penting. Saat ini petani telah mengenal banyak VUTW (Varietas Unggul Tahan
Wereng) yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti dari IRRI (Filipina) dan dari
Indonesia sendiri. Di luar tanaman padi penggunaan varietas tahan hama masih
terbatas karena belum banyak tersedia varietas atau jenis tanaman yang memiliki
ketahanan tinggi terhadap hama-hama tertentu.
        Pada tahun 1984 Indonesia telah berhasil berswasembada beras. Kontribusi
varietas unggul tahan hama bagi keberhasilan Indonesia berswasembada beras
sangat besar. Hal ini berkat kerja keras para ahli hama, pemulia tanaman,
agronomi, dll yang telah berhasil menemukan dan mengembangkan VUTW. Namun
sayangnya karena berbagai faktor, sampai saat ini status swasembada beras
semakin sulit dipertahankan.

1. Mekanisme Ketahanan Tanaman
         Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat
relatif. Untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman sifat tanaman, yang tahan
harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau yang peka.
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang
sama dan keadaan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang tahan, kehidupan
dan perkembangbiakan serangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan
dengan perkembangbiakan sejumlah populasi hama tersebut apabila berada pada
tanaman yang tidak atau kurang tahan.
                                        37
Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli
(terbawa keturunan faktor genetik) tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan
yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan terhadap serangan hama.
Beberapa ahli membedakan ketahanan tanaman dalam dua kelompok yaitu
ketahanan ekologi dan ketahanan genetik (Kogan, 1982). Ahli lain menganggap
ketahanan ekologi bukan merupakan ketahanan sebenarnya dan disebut
ketahanan palsu atau pseudo resistance sedangkan yang disebut sifat ketahanan
tanaman adalah ketahanan genetik. Hal ini disebabkan sifat ketahanan ekologi
tidak tetap dan mudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya,
sedangkan sifat ketahanan genetik relatif stabil dan sedikit dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan.



2. Ketahanan Genetik
        Sampai saat ini klasifikasi resistensi genetik menurut Painter yang banyak
diikuti oleh para pakar. Menurut Painter (1951) terdapat 3 mekanisme resistensi
tanaman terhadap serangga hama yaitu 1) ketidaksukaan, 2) antibiosis dan 3)
toleran.

   a.         Ketidaksukaan/antixenosis
       Nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu
serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai pakan atau
sebagai tempat peletakan telur. Menurut Kogan (1982) istilah yang lebih tepat
digunakan untuk sifat ini adalah antixenosis yang berarti menolak tamu (xenosis =
tamu). Antixenosis dapat dikelompokkan menjadi penolakan kimiawi atau
antixenosis kimiawi dan penolakan morfologi atau antixenosis morfologik.

     b. Antibiosis
        Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang merugikan,
bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat kegiatan serangga memakan dan
mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala penyimpangan fisiologi
terlihat apabila suatu serangga dipindahkan dari tanaman tidak memiliki sifat
antibiosis ke tanaman yang memiliki sifat tersebut. Penyimpangan fisiologi tersebut
berkisar mulai dari penyimpangan yang sedikit sampai penyimpangan terberat yaitu
terjadinya kematian serangga.

    c. Toleran
       Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman
tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau mampu
tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi hasil,
dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka.

3. Ketahanan Ekologi
      Ketahanan Ekologi atau dengan istilah lain ketahanan yang kelihatan
(apparent resistance) atau ketahanan palsu (pseudo resistance) merupakan sifat
ketahanan tanaman yang tidak dikendalikan oleh faktor genetik tetapi sepenuhnya
disebabkan oleh faktor lingkungan yang memungkinkan kenampakan sifat
                                      38
ketahanan tanaman terhadap hama tertentu. Oleh karena sifatnya yang tidak tetap,
ahli pemulia tanaman tidak mengakui sifat ini sebagai sifat ketahanan tanaman
yang sesungguhnya. Sifat ketahanan ini biasanya merupakan sifat sementara dan
dapat terjadi pada tanaman yang sebenarnya peka terhadap serangan hama
tertentu.

      Ada 3 bentuk ketahanan ekologi yaitu pengelakan inang (host evasion),
ketahanan dorongan (induced resistance) dan inang luput dari serangan (host
escape).

a. Pengelakan Inang
   Pengelakan inang terjadi bila waktu pemunculan fase tumbuh tanaman tertentu
   tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yang aktif
   mengkonsumsikan tanaman.

b. Ketahanan Dorongan
   Sifat ketahanan ini timbul dan didorong oleh adanya keadaan lingkungan
   tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangan hama.
   Ketahanan dorongan ini terjadi antara lain akibat adanya pemupukan dan irigasi
   serta teknik budidaya yang lain.

c. Inang Luput dari Serangan
   Sering dialami pada suatu tempat tertentu ada suatu kelompok tanaman yang
   sebenarnya memiliki sifat peka terhadap suatu jenis hama, tetapi pada suatu
   saat tanaman tersebut tidak terserang meskipun populasi hama di sekitarnya
   pada waktu itu cukup tinggi. Hal tersebut tidak berarti bahwa tanaman tersebut
   tahan terhadap serangan hama tetapi tanaman tersebut sedang dalam keadaan
   luput dari serangan hama.

4. Langkah Pengembangan Varietas Tahan
       Pengembangan varietas tahan hama secara konvensional dilakukan melalui
penerapan teknologi pemuliaan tanaman tradisional dengan melakukan persilangan
tanaman. Beberapa kegiatan utama dalam melakukan perolehan dan
pengembangan guna memperoleh varietas tahan hama yang baru adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi sumber ketahanan.
b. Penetapan mekanisme ketahanan.
c. Penyilangan sifat ketahanan dengan sifat agronomi lainnya sehingga dapat
    diperoleh varietas yang lebih unggul.
d. Analisis genetik terhadap sifat ketahanan.
e. Identifikasi dasar-dasar kimia dan fisika sifat ketahanan.
f. Pengujian lapangan multi lokasi.
g. Pelepasan varietas tahan hama yang baru.

PENGEMBANGAN VARIETAS TAHAN DENGAN BIOTEKNOLOGI
       Pengembangan varietas tahan hama secara konvensional banyak dikaji dan
telah diperoleh hasil yang menggembirakan. Penggunaan varietas tahan terbukti
mampu mengurangi tingkat serangan hama sehingga hasil panen dapat meningkat.
                                     39
Sebagian besar varietas tahan hama yang dilepaskan, diperbanyak dan digunakan
di Indonesia saat ini masih merupakan hasil teknologi pemuliaan tanaman secara
tradisional yang telah diuraikan sebelumnya.
        Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi akhir-akhir ini tidak
menutup kemungkinan penerapan bioteknologi modern dalam bidang pertanian
untuk dapat menghasilkan varietas tahan hama. Aplikasi bioteknologi pertanian
memberikan peluang yang sangat baik terhadap perkembangan kualitas maupun
kuantitas produk-produk pertanian. Beberapa bioteknologi yang telah
dikembangkan diantaranya rekayasa genetika yang mencakup rekombinasi DNA,
pemindahan gen, manipulasi dan pemindahan embrio, kultur sel dan jaringan,
regenerasi tanaman dan antibodi monoklonal.
        Tanaman hasil rekayasa genetika yang selanjutnya disebut tanaman
transgenik dapat direkayasa memiliki sifat ketahanan terhadap jenis hama tertentu.
Salah satu sifat unggul tanaman transgenik adalah ketahanan terhadap hama
setelah tanaman tersebut disisipi dengan gen toksik yang berasal dari Bacillus
thuringiensis (Bt). Sampai akhir tahun 2003 di Indonesia hanya satu varietas kapas
Bt yang telah diijinkan dan dilepaskan secara terbatas di Sulawesi Selatan. Di dunia
Internasional tanaman transgenik tahan hama yang telah dikembangkan meliputi
tanaman kapas, jagung, kentang. Berbagai tanaman tersebut telah disisipi gen
yang berasal dari bakteri Bt sehingga tahan terhadap jenis hama tertentu.
        Aplikasi pemindahan gen dengan teknik biologi molekuler dengan sasaran
memperoleh sifat-sifat tertentu dapat dilakukan lebih cepat, dengan ketepatan yang
tinggi serta perolehan spektrum sifat yang jauh lebih lebar daripada hasil pemuliaan
tanaman konvensional. Perkembangan bioteknologi telah memungkinkan ilmuwan
untuk mentransformasikan gen Bt yang dikehendaki ke dalam genom berbagai
jenis tanaman pertanian. Gen Bt yang menyandi protein delta-endotoksin telah
dapat disisipkan ke dalam tanaman untuk pengendalian hama tertentu. Misal
tanaman kapas Bt telah disisipi dengan gen cry1Ac untuk mengendalikan hama
penggerek buah kapas Helicoverpa virescens. Tanaman kapas Bt memproduksi
toksin secara terus-menerus sehingga serangga peka yang hidup dalam jaringan
tanaman akan mati kalau memakan jaringan tersebut.
        Tanaman transgenik akan terlindung dari serangan hama selama racun
protein masih terus diproduksi. Karena racun protein yang dihasilkan hanya aktif
bagi beberapa jenis serangga tertentu, suatu jenis tanaman transgenik tahan hama
hanya dapat mengendalikan jenis-jenis hama tertentu.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN VARIETAS TAHAN HAMA KONVENSIONAL

Kelebihan
a. Penggunaannya praktis dan secara ekonomi menguntungkan
b. Sasaran pengendalian yang spesifik
c. Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten
d. Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya
e. Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas

Kekurangan
Beberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui antara lain:
                                        40
a.   Waktu dan Biaya Pengembangan
b.   Keterbatasan Sumber Ketahanan
c.   Timbulnya Biotipe hama
d.   Sifat Ketahanan yang Berlawanan

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA

Kelebihan
1. Efektif mengendalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil
2. Penurunan penggunaan pestisida kimia
3. Penurunan biaya pengendalian
4. Pengendalian hama secara selektif
5. Penurunan populasi hama dalam areal yang luas

Keterbatasan Tanaman Transgenik
1. Resistensi hama terhadap toksin
2. Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran
3. Pengurangan keanekaragaman hayati
4. Variasi hasil
5. Kepekaan terhadap jenis hama lain
6. Pengembalian investasi tidak terjamin
7. Risiko bagi kesehatan
8. Ketergantungan pada industri benih transgenik

KARANTINA PERTANIAN
      Tujuan karantina pertanian adalah mencegah masuknya hama dan penyakit
hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan ke
wilayah negara RI, mencegah tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan
mencegah keluarnya dari wilayah negara RI.
      Karantina Pertanian terdiri dari:
1. Karantina Hewan
2. Karantina Ikan
3. Karantina Tumbuhan
      Kita memiliki dasar hukum untuk karantina yaitu:
1. UU RI No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
2. PP No 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan

KARANTINA TUMBUHAN

Pengertian penting:
1. Organisme Pengganggu Tumbuhan karantina (OPTK) yang terdiri dari OPTK
   Golongan I, OPTK Golongan II
   a. OPTK adalah semua organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan
      oleh Menteri Pertanian untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya
      di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

                                       41
b. OPTK Golongan I yaitu OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari media
       pembawanya dengan cara perlakuan. Tidak dapat dibebaskannya OPT
       tersebut karena sifatnya memang tidak dapat dibebaskan, atau belum
       diketahui cara untuk membebaskannya, atau cara untuk membebaskannya
       belum dapat dilakukan di Indonesia.
   c. OPTK Golongan II yaitu semua OPTK yang dapat dibebaskan dari media
       pembawanya dengan cara perlakuan.
2. Kawasan Karantina adalah kawasan yang semula diketahui bebas dari hama
   dan penyakit tumbuhan karantina, sekarang telah ditemukan adanya organisme
   tertentu yang dahulunya tidak ada.
3. Sertifikat Kesehatan Karantina (Phytosanitary Certificate) adalah surat
   keterangan yang dibuat oleh pejabat berwenang di negara atau area
   asal/pengirim/transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian
   tumbuhan yang tercantum di dalamnya bebas dari OPT, OPTK, OPTK golongan
   I, OPTK golongan II, dan atau OPT Penting.
4. Analisis Risiko Hama dan Penyakit Tumbuhan (Pest Risk Analysis/PRA) adalah
   suatu proses untuk menetapkan bahwa suatu OPT merupakan OPTK, atau OPT
   Penting, serta menentukan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan yang
   sesuai guna mencegah masuk dan tersebarnya OPT tersebut.

Tindakan Karantina:
1. Pemeriksaan
2. Pengasingan
3. Pengamatan
4. Perlakuan
5. Penahanan
6. Penolakan
7. Pemusnahan
8. Pembebasan

Kasus “kebobolan” masuknya hama baru di Indonesia:
1. Keong/siput mas
2. Pengorok daun kentang
3. Nematoda Sista Kuning




                                      42
bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc
                                                      Materi 7

                         PENGENDALIAN HAYATI

A. Parasitoid dan Predator

Tujuan:
1. Mempelajari prinsip dan teknik pengendalian hayati sebagai salah satu
   komponen dalam sistem PHT
2. Mempelajari agens pengendalian hayati yang berupa parasitoid dan predator
3. Mempelajari manfaat dan masalah yang dihadapi dalam penerapan
   pengendalian hayati

Materi:

LATAR BELAKANG

        Pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT pada dasarnya adalah
pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama
yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai
pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh
pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas
parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama hama yang
bekerja secara "terkait kepadatan populasi" sehingga tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat
sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan karena
keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk
menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alami kita berikan kesempatan
berfungsi antara lain dengan introduksi musuh alami, memperbanyak dan
melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami,
musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
        Meskipun praktek pengendalian hayati telah dilakukan ratusan tahun yang
lalu di daratan Cina, pengendalian hayati yang pertama kali didokumentasikan ialah
pada tahun 1762, ketika burung Mynah dibawa dari India ke Mauritius untuk
memangsa hama belalang. Secara ilmiah keberhasilan pengendalian hayati
pertama yang tercatat adalah pengendalian hama kutu berbantal pada kapas
Icerya purchasi di California, Amerika Serikat dengan mengintroduksikan predator
dari Australia yaitu kumbang vedalia, Rodolia cardinalis pada tahun 1888. Setelah
keberhasilan tersebut kemudian ratusan jenis hama telah berhasil dikendalikan
dengan cara hayati. Banyak hama di Indonesia berhasil dikendalikan dengan
memasukkan musuh alami terutama sebelum tahun 1950-an sewaktu pestisida
belum banyak digunakan oleh petani. Salah satu jenis hama adalah hama belalang
pedang Sexava sp yang menyerang kelapa yang dapat berhasil dikendalikan oleh
parasitoid telur Leefmansia bicolor di Sulawesi Utara. Juga hama ulat daun kubis
                                         43
(Plutella xylostella) di Jawa Barat berhasil dikendalikan oleh parasitoid Diadegma
sp. Introduksi parasitoid telur Chelonus sp dari wilayah Bogor ke Flores untuk
mengendalikan ngengat mayang kelapa (Batracedra spp). Pembiakan massal
parasitoid telur Trichogramma spp dan lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis)
sangat membantu mengendalikan serangan penggerek batang tebu pada tahun
1972. Selanjutnya pada 1975 telah diintoduksikan kumbang moncong Neochetina
eichhorniae dari Flores ke Bogor untuk pengendalian eceng gondok. Introduksi
kumbang Curinus coreolius dari Hawai dilakukan untuk mengendalikan hama kutu
loncat lamtoro Heteropsylla sp tahun 1986. Dari tahun 1950 sampai 1970an
pengendalian hayati pamornya berkurang akibat penggunaan pestisida kimia yang
sangat dominan di seluruh dunia. Dengan munculnya konsepsi PHT pengendalian
hayati kembali diharapkan menjadi tumpuan teknologi pengendalian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ekologi maupun ekonomi.

BEBERAPA PENGERTIAN

       Agar tidak timbul kerancuan lebih dahulu perlu dibedakan pengertian tentang
pengendalian hayati (biological control) dan pengendalian alami (natural control)
yang seringkali dibicarakan bersama.
       Pengendalian Hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan
secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk
menurunkan atau mengendalikan populasi hama. De Bach tahun 1979
mendefinisikan Pengendalian Hayati sebagai pengaturan populasi organisme
dengan musuh-musuh alami sehingga kepadatan populasi organisme tersebut
berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian.
Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia. Pengendalian alami terjadi tidak
hanya oleh karena bekerjanya musuh alami, tetapi juga oleh komponen ekosistem
lainnya seperti makanan, dan cuaca.
       Ada beberapa ahli yang meluaskan pengertian pengendalian hayati sebagai
usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup. Varietas tahan
hama, manipulasi genetik, dan penggunaan serangga mandul dimasukkan sebagai
bagian teknik pengendalian hayati. Untuk selanjutnya dalam kuliah kita gunakan
pengertian pengendalian hayati yang pertama.

AGENS PENGENDALIAN HAYATI

       Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap spesies
serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau menyerang
organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut "musuh
alami". Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena adanya musuh alami
tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok
organisme dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk
kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata di luar serangga.
Kelompok musuh alami yang paling penting adalah dari golongan serangga sendiri.
Dilihat dari fungsinya musuh alami atau agens pengendalian hayati dapat kita
kelompokkan menjadi parasitoid, predator, dan patogen.
                                         44
1. Parasitoid

       Perlu sedikit penjelasan antara istilah parasitoid dan parasit. Parasitisme
adalah hubungan antara dua spesies yang satu yaitu parasit, memperoleh
keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain, yaitu inang. Parasit hidup
pada atau di dalam tubuh inang. Inang tidak menerima faedah apapun dari
hubungan ini, meskipun biasanya tidak dibinasakan. Misalnya kasus cacing pita
pada manusia dan caplak pada binatang. Istilah parasit lebih sering digunakan
dalam entomologi kesehatan. Serangga yang bersifat parasit yang pada akhirnya
menyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan ke dalam definisi
parasit. Karena itu kemudian diberikan istilah baru yaitu parasitoid yang lebih
banyak digunakan dalam entomologi pertanian.
       Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh binatang
lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Serangan parasit dapat
melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh inangnya karena parasitoid
makan atau mengisap cairan tubuh inangnya. Untuk dapat mencapai fase dewasa
suatu parasitoid hanya memerlukan satu inang. Dengan demikian parasitoid adalah
serangga yang hidup dan makan pada atau dalam serangga hidup lainnya sebagai
inang. Inang akan mati jika perkembangan hidup parasitoid telah lengkap.
       Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang
artropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasanya
sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya.
Umumnya parasitoid akhirnya dapat membunuh inangnya meskipun ada inang
yang mampu melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid dapat
menyerang setiap instar serangga. Instar dewasa merupakan instar serangga yang
paling jarang terparasit.
       Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit inang atau
dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalam tubuh inang. Larva
yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya dan menyelesaikan
perkembangannya dapat berada di luar tubuh inang (sebagai ektoparasitoid) atau
sebagian besar dalam tubuh inang (sebagai endoparasitoid). Contoh ektoparasit
adalah Campsomeris sp yang menyerang uret sedangkan Trichogramma sp yang
memarasit telur penggerek batang tebu dan padi merupakan jenis endoparasit.
Fase inang yang diserang pada umumnya adalah telur dan larva, beberapa
parasitoid menyerang pupa dan sangat jarang yang menyerang imago. Larva
parasitoid yang sudah siap menjadi pupa keluar dari tubuh larva inang yang sudah
mati kemudian memintal kokon untuk memasuki fase pupa parasitoid. Imago
parasitoid muncul dari kokon pada waktu yang tepat untuk kemudian meletakkan
telur pada tubuh inang bagi perkembangan generasi berikutnya.
       Ada spesies parasitoid yang dapat melengkapi siklus hidupnya sampai fase
dewasa pada satu inang. Parasitoid semacam ini disebut parasitoid soliter
merupakan suatu spesies parasitoid yang perkembangan hidupnya terjadi pada
satu tubuh inang. Satu inang diparasit oleh satu individu parasitoid. Contoh
parasitoid soliter antara lain Charops sp (famili Ichneumonidae). Parasitoid
gregarius adalah jenis parasitoid yang beberapa individu dapat hidup bersama-
sama dalam tubuh satu inang. Contoh parasitoid gregarious adalah Tetrastichus
schoenobii. Jumlah imago yang keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali.
                                          45
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman

Contenu connexe

Tendances

V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanHario Sadewo
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptx
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptxGANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptx
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptxBagusDhanys
 
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama Daslintan
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama DaslintanIi. pengenalan tentang kelompok jenis hama Daslintan
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama DaslintanHario Sadewo
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahFeisal Rachman Soedibja
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN Repository Ipb
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
Biologi benih
Biologi benihBiologi benih
Biologi benihBP4K
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANdilaaasf
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikulturaAndrew Hutabarat
 

Tendances (20)

V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptx
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptxGANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptx
GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA.pptx
 
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama Daslintan
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama DaslintanIi. pengenalan tentang kelompok jenis hama Daslintan
Ii. pengenalan tentang kelompok jenis hama Daslintan
 
Dasar Dasar Agronomi
Dasar Dasar AgronomiDasar Dasar Agronomi
Dasar Dasar Agronomi
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Biologi benih
Biologi benihBiologi benih
Biologi benih
 
Mpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossedMpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossed
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 

En vedette

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanamanAlfie Kesturi
 
Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan
Iv. bioekologi hama tanaman DaslintanIv. bioekologi hama tanaman Daslintan
Iv. bioekologi hama tanaman DaslintanHario Sadewo
 
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)Fadloli Akhmad
 
Biologi hama dan penyakit tumbuhan
Biologi hama dan penyakit tumbuhanBiologi hama dan penyakit tumbuhan
Biologi hama dan penyakit tumbuhanFerlinda Feliana
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiSupianto Anto
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianHerry Mulyadie
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat dihtedikaputra
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitDadan Kartiwa
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianNestri Yuniardi
 
Biologi gulma gulma kiambang
Biologi gulma   gulma kiambangBiologi gulma   gulma kiambang
Biologi gulma gulma kiambangRaden Angga
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulmamamad9009
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Irt Elims
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Askar Sohoku
 
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...Nita Komala
 
tugas dasar perlindungan tanaman
tugas dasar perlindungan tanamantugas dasar perlindungan tanaman
tugas dasar perlindungan tanamandian lestari
 
Esprito santo (com_som)
Esprito santo (com_som)Esprito santo (com_som)
Esprito santo (com_som)beatrizmaria
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanamanKustam Ktm
 

En vedette (20)

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
 
Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan
Iv. bioekologi hama tanaman DaslintanIv. bioekologi hama tanaman Daslintan
Iv. bioekologi hama tanaman Daslintan
 
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
Dasar dasar perlindungan tanaman - penyakit tanaman ( virus,bakteri,jamur)
 
Biologi hama dan penyakit tumbuhan
Biologi hama dan penyakit tumbuhanBiologi hama dan penyakit tumbuhan
Biologi hama dan penyakit tumbuhan
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman Padi
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakit
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
 
Biologi gulma gulma kiambang
Biologi gulma   gulma kiambangBiologi gulma   gulma kiambang
Biologi gulma gulma kiambang
 
Buku pedoman insinas 2013
Buku pedoman insinas 2013Buku pedoman insinas 2013
Buku pedoman insinas 2013
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
Laporan pengamatan hama dan penyakit ulat sutera dan murbei tahun 2012
 
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
 
tugas dasar perlindungan tanaman
tugas dasar perlindungan tanamantugas dasar perlindungan tanaman
tugas dasar perlindungan tanaman
 
Esprito santo (com_som)
Esprito santo (com_som)Esprito santo (com_som)
Esprito santo (com_som)
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 

Similaire à Buku diktat hama dan penyakit tanaman

5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Moh Masnur
 
pestisida.pptx
pestisida.pptxpestisida.pptx
pestisida.pptxTokoRazaq
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjieArta Adjie
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanModul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanmuditateach
 
73991624 pengendalian-hayati-gulma
73991624 pengendalian-hayati-gulma73991624 pengendalian-hayati-gulma
73991624 pengendalian-hayati-gulmaEfri Yadi
 
Modul1 kb2, konsep perlintan_opt
Modul1 kb2, konsep perlintan_optModul1 kb2, konsep perlintan_opt
Modul1 kb2, konsep perlintan_optmuditateach
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfMngtad
 
Insektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaInsektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaNurma Fauzaniar
 

Similaire à Buku diktat hama dan penyakit tanaman (20)

5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
pestisida.pptx
pestisida.pptxpestisida.pptx
pestisida.pptx
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanModul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
73991624 pengendalian-hayati-gulma
73991624 pengendalian-hayati-gulma73991624 pengendalian-hayati-gulma
73991624 pengendalian-hayati-gulma
 
Modul1 kb2, konsep perlintan_opt
Modul1 kb2, konsep perlintan_optModul1 kb2, konsep perlintan_opt
Modul1 kb2, konsep perlintan_opt
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
Bahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptxBahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptx
 
Insektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaInsektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisida
 

Plus de Ir. Zakaria, M.M

Presentasi kandidat jpt dinas komunikasi dan informatika
Presentasi kandidat jpt  dinas komunikasi dan informatikaPresentasi kandidat jpt  dinas komunikasi dan informatika
Presentasi kandidat jpt dinas komunikasi dan informatikaIr. Zakaria, M.M
 
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhan
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhanPresentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhan
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhanIr. Zakaria, M.M
 
Makalah ketahanan pangan pdf
Makalah ketahanan pangan pdfMakalah ketahanan pangan pdf
Makalah ketahanan pangan pdfIr. Zakaria, M.M
 
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfoPerbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfoIr. Zakaria, M.M
 
Makalah jpt pratama 2018 kominfo
Makalah jpt pratama 2018 kominfoMakalah jpt pratama 2018 kominfo
Makalah jpt pratama 2018 kominfoIr. Zakaria, M.M
 
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Ir. Zakaria, M.M
 
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhan
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhanDaftar isi ketahanan pangan dan penyuluhan
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhanIr. Zakaria, M.M
 
Cover ketahanan pangan dan penyuluhan
Cover ketahanan pangan dan penyuluhanCover ketahanan pangan dan penyuluhan
Cover ketahanan pangan dan penyuluhanIr. Zakaria, M.M
 
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. Aceh
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. AcehBahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. Aceh
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. AcehIr. Zakaria, M.M
 
Kuliah ke 3 program linear iain zck langsa
Kuliah ke   3 program linear iain zck langsaKuliah ke   3 program linear iain zck langsa
Kuliah ke 3 program linear iain zck langsaIr. Zakaria, M.M
 
Kuliah ke 2 program linear iain zck langsa
Kuliah ke   2 program linear iain zck langsaKuliah ke   2 program linear iain zck langsa
Kuliah ke 2 program linear iain zck langsaIr. Zakaria, M.M
 
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015Ir. Zakaria, M.M
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empat
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empatStain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empat
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empatIr. Zakaria, M.M
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10 lingkaran dan persam...
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10  lingkaran dan persam...Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10  lingkaran dan persam...
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10 lingkaran dan persam...Ir. Zakaria, M.M
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanyaStain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanyaIr. Zakaria, M.M
 

Plus de Ir. Zakaria, M.M (20)

Presentasi kandidat jpt dinas komunikasi dan informatika
Presentasi kandidat jpt  dinas komunikasi dan informatikaPresentasi kandidat jpt  dinas komunikasi dan informatika
Presentasi kandidat jpt dinas komunikasi dan informatika
 
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhan
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhanPresentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhan
Presentasi kandidat jpt dinas ketahanan pangan dan penyuluhan
 
Makalah kominfo
Makalah kominfoMakalah kominfo
Makalah kominfo
 
Makalah ketahanan pangan pdf
Makalah ketahanan pangan pdfMakalah ketahanan pangan pdf
Makalah ketahanan pangan pdf
 
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfoPerbub aceh timur no 11 tahun 2017  kominfo
Perbub aceh timur no 11 tahun 2017 kominfo
 
Cover kominfo
Cover kominfoCover kominfo
Cover kominfo
 
Daftar isi kominfo
Daftar isi kominfoDaftar isi kominfo
Daftar isi kominfo
 
Makalah jpt pratama 2018 kominfo
Makalah jpt pratama 2018 kominfoMakalah jpt pratama 2018 kominfo
Makalah jpt pratama 2018 kominfo
 
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
Makalah jpt pratama 2018 ketahanan pangan dan penyuluhan 2018
 
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhan
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhanDaftar isi ketahanan pangan dan penyuluhan
Daftar isi ketahanan pangan dan penyuluhan
 
Cover ketahanan pangan dan penyuluhan
Cover ketahanan pangan dan penyuluhanCover ketahanan pangan dan penyuluhan
Cover ketahanan pangan dan penyuluhan
 
Moralitas karya tulis
Moralitas karya tulisMoralitas karya tulis
Moralitas karya tulis
 
Moralitas
MoralitasMoralitas
Moralitas
 
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. Aceh
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. AcehBahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. Aceh
Bahan Administrasi Calon JPT Pratama Prov. Aceh
 
Kuliah ke 3 program linear iain zck langsa
Kuliah ke   3 program linear iain zck langsaKuliah ke   3 program linear iain zck langsa
Kuliah ke 3 program linear iain zck langsa
 
Kuliah ke 2 program linear iain zck langsa
Kuliah ke   2 program linear iain zck langsaKuliah ke   2 program linear iain zck langsa
Kuliah ke 2 program linear iain zck langsa
 
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
UTS BUDIDAYA PETERNAKAN 2015
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empat
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empatStain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empat
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 12 &16 segi empat
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10 lingkaran dan persam...
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10  lingkaran dan persam...Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10  lingkaran dan persam...
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 8 s.d 10 lingkaran dan persam...
 
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanyaStain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
 

Buku diktat hama dan penyakit tanaman

  • 1. bukudiktathamadanpenyakittan aman-130302221720- phpapp02.doc Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 2010 1
  • 2. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc. Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini menguraikan Interaksi Tanaman dan Hama; Pendugaan Kehilangan Hasil dan Ambang Pengendalian; Landasan Ekologi Pengelolaan Hama; Pengamatan dan Pengambilan Sampel; Unsur dan Komponen Dasar PHT; Pengendalian dengan Varietas Resisten, Pengembangan Tanaman Transgenik, Karantina Tumbuhan; Pengendalian Hayati; Pengendalian Kimiawi; Pengelolaan Hama Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Pasca Panen; Kebijakan Perlindungan Tanaman. Tujuan Instruksional Khusus: Agar mahasiswa dapat: 1. Memahami dan menjelaskan pengertian + batasan hama tanaman, klasifikasi, identifikasi, taksonomi dan sistematikanya. 2. Memahami dan menjelaskan gejala serangan, mengukur berat serangan dan tingkat kerugian hasil yang diakibatkan oleh hama. 3. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis hama dan gejala serangan hama tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan hama pasca panen. 4. Memahami dan menjelaskan sifat dan kemampuan beradaptasi hama pada tingkat individu. 5. Memahami dan menjelaskan faktor-faktor biotik dan abiotik yang mempengaruhi populasi hama dan kerusakan yang diakibatkannya. 6. Memahami dan menjelaskan cara penentuan dan penggunaan Ambang Pengendalian sebagai dasar rekomendasi pengendalian hama. 7. Memahami dan menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip PHT dan penerapannya untuk berbagai jenis dan kelompok hama di pertanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan pasca panen. 8. Memahami dan menjelaskan beberapa kasus aktual lapangan yang berkaitan dengan pengendalian hama-hama utama di Indonesia. 2
  • 3. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 1 HAMA TANAMAN Pokok Bahasan: 1. Beberapa batasan dan pengertian. 2. Arti penting hama tanaman untuk program pembangunan pertanian. 3. Data kerusakan dan sebaran beberapa hama utama di Indonesia. 4. Sebab-sebab muncul dan berkembangnya masalah hama tanaman. 5. Tujuan pengendalian hama dan pongelolaan hama. Materi: PERISTILAHAN • Hama Tanaman  Merujuk pada binatang yang menjadi HAMA yakni merusak tanaman dan merugikan petani  Selama binatang tersebut (serangga, tikus, nematoda, tungau, dll) mendatangkan kerugian disebut HAMA TANAMAN  Tetapi keberadaan binatang di tanaman tidak selalu mendatangkan kerugian/kerusakan tanaman  Banyak jenis binatang herbivora ada di pertanaman tetapi tidak semuanya menjadi hama  Di samping itu di ekosistem banyak sekali jenis binatang yang tidak merugikan malahan menguntungkan seperti MUSUH ALAMI (parasitoid, predator), serangga PENYERBUK TANAMAN (lebah, tawon) serangga-serangga netral seperti SEMUT, dll. Istilah HAMA merupakan istilah yang ANTROPOSENTRIS artinya lebih berpusat pada kepentingan manusia. Bagaimana dengan istilah HAMA TUMBUHAN? Sebetulnya kurang tepat karena TUMBUHAN adalah semua jenis tetumbuhan yang hidup di biosfir termasuk tumbuhan di ekosistem alami atau tumbuhan yang tidak dibudidayakan manusia. TANAMAN adalah tumbuhan yang diusahakan manusia untuk diambil manfaatnnya bagi kehidupan manusia. Karena istilah HAMA pada dasarnya antropogenik, yang paling tepat kita gabungkan istilahnya adalah HAMA TANAMAN, istilah HAMA TUMBUHAN dapat juga dipakai meskipun kurang pas kombinasinya. 3
  • 4. Kalau istilah PENYAKIT TUMBUHAN memang lebih tepat, karena PENYAKIT lebih merujuk pada GEJALANYA. Tumbuhan sedang sakit, kondisi yang secara fisiologi tidak normal, tidak sehat. Setiap jenis tumbuhan termasuk TANAMAN dapat sakit. Sakitnya tumbuhan dapat disebabkan oleh karena infeksi jasad renik seperti virus, jamur, bakteri, dll, tetapi sakitnya mungkin juga karena kondisi fisik/abiotik yang tak sesuai seperti suhu, kering, basah, dll. Karena itu di Ilmu Penyakit Tumbuhan kita kenal Organisme Penyebab Penyakit. Kalau hama merujuk pada binatang yang merugikan, penyakit merujuk pada gejala tumbuhan yang SAKIT. OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) merupakan istilah “formal/hukum nasional” yang digunakan oleh Pemerintah berdasarkan UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan PP 6/1995 tentang Perlindungan Tanaman. Menurut UU tersebut: “OPT adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan”. Digunakannya istilah OPT untuk mencakup semua kelompok pengganggu tumbuhan termasuk HAMA, PENYAKIT dan GULMA. Tiga kelompok pengganggu tumbuhan ini yang pengendalian atau pengelolaannya dicakup dalam bidang PERLINDUNGAN TANAMAN. Namun harap diperhatikan bahwa definisi OPT menurut UU ada perbedaannya dengan pengertian Hama Tanaman dan Penyakit Tumbuhan yang sudah dijelaskan di depan. Teman-teman Fitopatologi banyak yang tidak sependapat dengan istilah OPT. Dilihat dari sisi ilmu-ilmu dasar pendukung Perlindungan Tanaman sbb: HAMA TANAMAN : - Entomologi (ilmu serangga) - Nematologi (ilmu nematoda) - Rodentologi (Ilmu rodent/tikus) - Akarologi (ilmu akarina) - dll Karena sebagian besar hama termasuk kelompok serangga seringkali Ilmu Hama diartikan entomologi. PENYAKIT TUMBUHAN : - Fitopatologi - Virologi - Mikologi - dst GULMA : - Ilmu gulma Dalam bahasa inggris Istilah PEST sebenarnya digunakan untuk seluruh kelompok OPT, namun secara khusus sering diartikan untuk pengertian HAMA HAMA TANAMAN SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 4
  • 5. Program Pembangunan Pertanian Nasional apakah dengan pola Pembangunan Pertanian AGRIBISNIS atau program KETAHANAN PANGAN sangat ditentukan oleh keberhasilan kita dalam mengendalikan, mengelola HAMA TANAMAN. Hal ini disebabkan karena berbagai jenis HAMA dan atau OPT lainnya dapat menurunkan KUANTITAS dan KUALITAS hasil-hasil pertanian, dan sangat sering MENGGAGALKAN PANEN, menyebabkan PUSO, artinya 100% GAGAL. Serangan HAMA mengakibatkan: 1. Produksi TURUN (nasional, propinsi, lokal, tingkat petani) 2. Kualitas ANJLOK (mutu rendah-sulit dipasarkan-diekspor) 3. Harga produk MEROSOT 4. Biaya produksi NAIK 5. RUGI secara ekonomik (biaya lebih besar daripada pendapatan) 6. PENGHASILAN NEGARA/DAERAH (PAD) TURUN 7. PENGHASILAN TURUN ---- KESEJAHTERAAN PETANI MENURUN ---- KEMISKINAN MENINGKAT Taksiran KASAR/KONSERVATIF. Rata-rata kehilangan hasil Produksi Pertanian karena serangan OPT ± 30% dari potensi hasil --- kehilangan hasil karena HAMA sekitar 20 – 25%. HITUNG SENDIRI secara finansial berapa kerugian yang kita derita setiap tahun karena hama-hama padi, bila produksi tahun 2003 itu diperkirakan 53 juta ton padi kering panen. Jumlah itu setelah dikurangi 25% kehilangan hasil oleh OPT padi. Menurut catatan DEPTAN 1997-2001, serangan OPT padi, jagung, kedelai sebesar Rp 463 milyar /tahun. Tahun 1999 serangan OPT Perkebunan merugikan sebesar Rp 340 milyar. Serangan OPT Hortikultura (mangga, jeruk, pisang, bawang merah, cabai, kentang, kubis, tomat) diasumsikan rata-rata Rp 1,7 trilyun/tahun. Lihat juga tabel keadaan serangan OPT di Indonesia pada tahun 2001-2002 (jenis dan luas serangan) Mengingat potensi penurunan hasil akibat HAMA yang sangat besar kegiatan Pengelolaan Hama menjadi BAGIAN PENTING - INTEGRAL dari setiap USAHA TANI atau BUDIDAYA TANAMAN agar diperoleh Tingkat PRODUKSI dan KUALITAS produksi yang DIINGINKAN baik oleh PEMERINTAH maupun PETANI – KELOMPOK TANI FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENINGKATAN SERANGAN DAN KERUSAKAN OLEH HAMA Masalah hama di suatu lokasi pada saat/musim tertentu tidak muncul begitu saja tanpa penyebab atau faktor-faktor pendorong. Banyak faktor yang mendorong terus ada dan meningkatnya masalah hama. Hampir seluruh faktor pendorong tersebut adalah karena ulah/perbuatan/tindakan MANUSIA sehingga ekosistem pertanian menjadi sangat sesuai bagi pertumbuhan, pembiakan dan kehidupan hama tanaman. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Penanaman monokultur (jenis tanaman atau varietas tanaman yang sama) sepanjang waktu dan tempat, contoh padi 2. Penanaman jenis tanaman atau varietas tanaman yang peka hama tetapi unggul produksi 3. Penanaman jenis tanaman baru di suatu daerah sehingga belum ada musuh alami di lokasi baru ---- KARANTINA gagal 4. Penggunaan masukan produksi yang berkelebihan seperti pupuk buatan, pestisida, hormon tumbuh, pengairan dll. 5
  • 6. 5. Penggunaan pestisida kimia berspektrum lebar yang dilakukan secara tidak bijaksana, terus-menerus dan berlebihan. Pestisida membunuh musuh alami, resistensi dan resurjensi hama. 6. dll, termasuk terjadinya penyimpangan cuaca dan iklim KESIMPULANNYA: Masalah timbul, muncul dan terus ada karena manusia, jadi sering disebutkan bahwa hama saat ini adalah “MAN-MADE PEST” (Hama buatan MANUSIA). Tanpa ada kegiatan manusia tidak ada masalah hama. TUJUAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENGELOLAAN HAMA Pada saat ini di kalangan petani, pejabat dan petugas pemerintah akademisi dan masyarakat dikenal 3 istilah pemberantasan hama, pengendalian hama dan pengelolaan hama. Pemberantasan hama: adalah usaha memusnahkan, membunuh hama yang umumnya dilakukan dengan pestisida kimia secara preventif, tidak memperhitungkan keadaan hama di lapangan apakah sedang dalam kondisi populasi rendah atau tinggi, pokoknya disemprot habis-habisan sampai petani merasa puas. Pemberantasan hama yang mengakibatkan munculnya resisitensi hama dan letusan hama yang berkelanjutan Pengendalian hama: lebih hati-hati daripada pemberantasan hama. Penggunaan pestisida hanya dilakukan bila populasi hama telah membahayakan atau melampaui ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Bila populasi hama tidak membahayakan tidak perlu dikendalikan dengan pestisida. Pengelolaan hama: Lebih menekankan aspek pengelolaan ekosistem (tanaman, tanah, mikroklimat, budidaya dll) sedemikian rupa sehingga populasi hama tetap berada dalam keseimbangan dengan musuh alaminya sehingga hama tidak membahayakan, tak perlu dilakukan pengendalian dengan pestisida tetapi produksi tanaman tetap tinggi, kualitas produksi baik PHT (Pengendalian Hama Terpadu) merupakan kebijakan Perlintan di Indonesia berdasarkan UU No 12/1992 dan PP 6/1995. PHT adalah usaha pengelolaan agroekosistem dengan memadukan berbagai teknik pengendalian hama (bercocok tanam, fisik, mekanik, varietas resisten, pengendalian hayati, pengendalian kimia, dll) sedemikian rupa sehingga populasi hama tetap berada di bawah Ambang Pengendalian. 6
  • 7. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 2 INTERAKSI TANAMAN DAN HAMA Interaksi antara tanaman dan hama dapat dilihat dari aspek EKOLOGIS dan EKONOMIS. Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman dan hama merupakan interaksi yang saling mengendalikan antara tanaman yang autotroph dengan binatang HERBIVORA yang heterotroph dalam suatu sistem trofi yang berjalan secara EFISIEN dan berkesinambungan. Karena kemampuannya mengubah energi surya menjadi energi biokimia melalui proses fotosistesis tanaman menempati aras trofi pertama sebagai PRODUSEN. Energi pada tanaman digunakan oleh binatang yang memakan tanaman (HERBIVORA) yang menempati aras trofi kedua sebagai KONSUMEN PERTAMA. Binatang karnivora memperoleh energinya dengan memangsa herbivora sehingga menempati aras trofi ketiga sebagai KONSUMEN KEDUA, demikian seterusnya. Aliran energi di ekosistem melalui sistem trofi dapat dilihat pada gambar berikut: Energi memasuki ekosistem sebagai radiasi surya EKOSISTEM Produsen Konsumen 1 Konsumen 2 Dekomposer Energi keluar ekosistem sebagai panas Gambar 1. Aliran Energi dalam Ekosistem melalui Sistem Trofi Aras Istilah trofi Ekosistem Antroposentris 1 Tumbuhan Tanaman 2 Herbivora Hama tanaman 3 Karnivora 1 Predator, parasitoid (musuh alami) 7
  • 8. 4 Karnivora 2 Predator, hiperparasitoid Perlu diperhatikan bahwa di ekosistem termasuk ekosistem persaingan interaksi antara organisme yang menempati aras trofi yang sama atau antar aras trofi sangat kompleks, dan dinamis melalui proses evolusi dan koevolusi. Tujuan interaksi sebenarnya adalah terjadinya keseimbangan dan kestabilan ekosistem. Masalah ini akan dibahas pada kuliah dua minggu lagi. Aspek EKONOMIS Adanya populasi serangga/hama di suatu tanaman akan menimbulkan LUKA (“injury”) pada tanaman. Luka adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas serangga hama yang hidup, berada dan makan pada tanaman tersebut. Luka tanaman dapat mengakibatkan terjadinya KERUSAKAN (“damage”). Kerusakan adalah kehilangan hasil yang dirasakan oleh tanaman (petani) akibat adanya populasi hama atau serangan hama antara lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Pengertian dan istilah LUKA lebih terpusat pada HAMA dan AKTIVITASNYA, sedangkan KERUSAKAN lebih terpusat pada TANAMAN dan respon tanaman terhadap pelukaan oleh hama. Istilah-istilah lain berkaitan dengan hama dan tanaman yang saat ini digunakan dalam kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh para petugas pengamat lapangan ( dulu namanya PHP- Pengamat Hama dan Penyakit, sekarang namanya POPT- Pengendali OPT). 1. Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biak OPT dan atau mengalami kerusakan karena serangan OPT pada tingkat populasi OPT atau intensitas kerusakan tertentu sesuai dengan jenis OPT nya 2. Luas serangan: adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalam hektar atau rumpun atau pohon 3. Intensitas serangan: adalah derajat serangan OPT atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif. a. Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam % (persen) bagian tanaman/tanaman atau persen kelompok tanaman terserang. Intensitas serangan dalam % dilaporkan oleh PHP b. Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi 4 kategori serangan yaitu: ringan, sedang, berat dan puso. Kategori serangan dilaporkan oleh koordinator PHP, BPTPH. Adapun kategori intensitas serangan serangga hama secara umum dapat digunakan pedoman sbb: a. Serangan ringan bila derajat serangan <25% b. Serangan sedang bila derajat serangan 25-50% c. Serangan berat bila derajat serangan 50-90% d. Serangan puso bila derajat serangan >90 % CARA PELUKAAN TANAMAN OLEH SERANGGA A. Luka Oleh Serangga Pada Tanaman Yang Sedang Tumbuh 1. Luka oleh serangga penggigit 2. Luka oleh serangga pencucuk pengisap 8
  • 9. 3. Luka oleh serangga yang makan di dalam jaringan tanaman (internal feeders) termasuk penggerek, pengorok dan pembuat puru 4. Luka oleh serangga-serangga tanah 5. Luka oleh serangga yang sedang meletakkan telur dan membuat sarang 6. Luka oleh serangga-serangga yang “memperhatikan” serangga-serangga lain 7. Luka oleh serangga sebagai vektor/pengantar penyakit tumbuhan Berbagai bentuk luka oleh serangga pada tanaman yang biasa kita catat sebagai GEJALA SERANGAN hama. 9
  • 10. FAKTOR-FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK Populasi Populasi KEHILANGAN KERUGIAN LUKA KERUSAKAN HASIL DAN EKONOMIK Hama Tanama KUALITAS PETANI n TINDAKAN MANUSIA Keterangan : Hasil interaksi antara populasi hama dan tanaman mengakibatkan luka pada tanaman, luka mengakibatkan kerusakan dan kerusakan tanaman karena hama menyebabkan terjadinya kehilangan atau penurunan hasil tanaman dan kualitas produk/hasil. Kehilangan hasil dapat berakibat pada kerugian ekonomi (biaya lebih besar daripada nilai produksi) yang dialami petani atau pengusaha pertanian. Hasil interaksi populasi hama dan populasi tanmaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biotik lainnya dan faktor-faktor abiotik dan terutama oleh tindakan manusia terhadap ekosistem Gambar 2. Interaksi antara Populasi Hama dan Tanaman 10
  • 11. B. Luka Oleh Serangga Pada Manusia Dan Binatang Lain C. Serangga Sebagai Perusak Produk Di Gudang Dan Bahan-Bahan Lain D. Metode Pendugaan Kerusakan Tanaman Oleh Hama Pendugaan atau penghitungan pengaruh hama terhadap kerusakan tanaman dan kehilangan hasil karena serangan hama dapat dilakukan dengan menghitung atau mengukur luka atau gejala yang ditinggalkan atau diakibatkan oleh hama. Beberapa pengukuran yang sering digunakan adalah terhadap tanaman atau bagian tanaman antara lain seperti: 1. Keseluruhan tanaman Jumlah atau % tanaman mati/busuk atau yang menunjukkan gejala serangan hama tertentu 2. Daun Adanya kerusakan daun, lubang gerekan dan gejala daun lainnya diukur dengan menggunakan luas defoliasi, pengurangan berat kering daun 3. Batang • Jumlah atau % puru, sundep, beluk • Jumlah lubang keluar • Panjang lubang gerekan • Luka potongan batang oleh ulat 4. Buah dan benih • Jumlah lubang atau luka di buah • Jumlah atau % buah rusak seperti terserang PBK (Penggerek Buah Kakao) dan PBKo (Penggerek Buah Kopi) 5. Akar • Panjang, berat kering atau volume perakaran yang terserang hama • Luas kerusakan umbi seperti pada tanaman kentang. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 3 9
  • 12. PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL Pokok Bahasan: A. Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama (Crop Loss Assesment) B. Penggunaan Ambang Pengendalian sebagai tingkat pengambilan keputusan penggunaan PESTISIDA Materi: Pendugaan kehilangan hasil adalah usaha untuk menduga, menaksir bahkan meramal tentang kerugian ekonomi yang mungkin akan dialami oleh petani, perusahaan pertanian, pemerintah atau pengusaha agribisnis karena adanya serangan hama pada pertanaman yang mereka budidayakan. Dengan melakukan pendugaan kehilangan hasil para produsen pertanian dapat menentukan beberapa hal:  Apakah keberadaan populasi hama di lahannya akan merugikan atau menurunkan hasil usahanya dalam kisaran toleransi ekonominya. Bila masih berada pada kisaran toleransi petani tidak perlu melakukan tindakan pengendalian atau mengeluarkan biaya untuk pengendalain.  Apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau pencegahan hama. Apabila perlu berapa besar biaya pengendalian yang harus dikeluarkan. Tentunya petani tidak akan mengeluarkan biaya pengendalian sampai melebihi nilai kehilangan hasil  Bila petani sudah memutuskan perlu dilakukan tindakan pengendalian, teknik pengendalian mana yang akan digunakan apakah dengan cara kimiawi dengan pestisida kimia atau dengan secara hayati menggunakan musuh alami, atau menggunakaan varietas tanaman tahan hama dan seterusnya. Dalam menetapkan teknik pengendalian hama yang akan dilakukan petani/produsen adalah mempertimbangkan beberapa faktor yaitu a) efektivitas pengendalian, b) biaya pengendalian, dan c) risiko bahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Pendugaan kehilangan hasil juga akan digunakan untuk menentukan berapa nilai Ambang Pengendalian atau Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi yang akan kita bahas pada akhir kuliah ini. Siapa yang memerlukan Kehilangan Hasil? Banyak pihak yang memerlukan data pendugaan kehilangan hasil, diantaranya: 1. Petani secara perseorangan (untuk petak dan lahan miliknya sendiri) atau secara berkelompok (untuk hamparan sawah/lahan). Satu kelompok hamparan besarnya terdiri dari 20-30 petani. 2. Pemeriantah Daerah dan Pemerintah Pusat, biasaya melalui Dinas Pertanian Kabupaten dan Departemen Pertanian melalui Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Hortikultura dan Ditjen Perkebunan. 3. Pengusaha Pertanian misal PT Perkebunan milik Pemerintah, PT Pagilaran milik Fak. Pertanian UGM, dst. 10
  • 13. CARA PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL Untuk menghitung kehilangan hasil dalam bentuk satuan berat (ton/ha) atau satuan rupiah (Rp/ha) secara TEPAT jelas sangat sulit dan tidak mungkin, karena tidak mungkin kita mengukur dan menghitung semua lahan yang ada baik milik petani dan kelompok tani maupun lahan pertanaman tertentu di suatu daerah (desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional). Yang dapat kita lakukan adalah melakukan PENDUGAAN, kata-kata lain ESTIMASI, PENAKSIRAN, berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan pada lahan/petak sawah/tanaman/pohon/rumpun yang digunakan sebagai SAMPEL, CONTOH yang mewakili. Untuk memperoleh taksiran kehilangan hasil untuk suatu petak atau hamparan/sawah atau suatu daerah kita harus mempunyai data seperti: 1. Luas serangan – LSR (dalam ha) 2. Intensitas serangan – ISR (dalam % rumpun/tanaman terserang) a ISR = --------------------- x 100% a + b a: jumlah rumpun/batang terserang b: jumlah rumpun/batang tak terserang 3. Hubungan antara intensitas serangan dengan hasil tanaman yang diperoleh dari pengalaman petani atau dari hasil penelitian. Suatu contoh: Hasil Tanaman (ton/ha) 10 6 5 Gambar 3. Hubungan antara Intensitas Serangan Hama dengan Hasil Tanaman 2 Dari fungsi ini kita mengetahui dugaan hasil tanaman atau produksi tanaman dalam kondisi intensitas serangan (%) tertentu, katakan 50% intensitas serangan, produksi atau hasil tanaman adalah 6 ton/ha. Kita sebut Produksi 20 50 80 100 Tanaman Terserang (PTT) Intensitas serangan (%) 4. Dari fungsi ini kita ketahui bahwa hasil tanaman yang tidak terserang hama atau produksi tanaman sehat (PTS) adalah 9,5 ton/ha. 5. Harga dari produk/hasil tanaman pada tingkat petani katakan Rp 1000/kg atau Rp 1 juta/ton (HG) 11
  • 14. 6. Kehilangan hasil (KH) dalam satuan berat (ton) = Luas serangan (LSR) x Produksi Tanaman Sehat (PTS) --- Luas serangan (LSR) x Produksi Tanaman Terserang (PTT) 7. Nilai kehilangan hasil (NKH) dalam rupiah = Harga produk (HG) x KH Suatu contoh: Untuk hama padi di suatu kecamatan ternyata LSR 500 ha. PTT= 6 ton/ha. PTS = 9,5 ton/ha dan harga padi kering panen (HG) Rp 1500/kg. KH = (LSR x PTS) – (LSR x PTT) = (500 x 9,5) – (500 x 6) = 4750 – 3000 ton = Rp 2.625.000.000 = Rp 2,625 milyar Dengan perhitungan tersebut secara kasar kita dapat mengetahui seberapa besar kerugian yang dialami oleh petani, masyarakat dan pemerintah akibat terjadinya serangan hama tertentu. Dari cara penghitungan tersebut di atas dapat dimengerti bahwa untuk menduga kehilangan hasil kita memerlukan hubungan fungsional antara populasi hama atau intensitas serangan (%) dengan hasil. Tanpa informasi tentang hubungan ini kita tidak dapat menduga/menaksir berapa hasil tanaman yang akan diperoleh bila terserang hama pada intensitas serangan atau populasi hama tertentu. Untuk memperoleh fungsi tersebut perlu dilakukan percobaan pengamatan langsung di lapangan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain: 1. Cara pertama adalah dengan cara ALAMI yaitu dengan: Mengamati beberapa petak sawah dengan menghitung berapa populasi hama atau intensitas serangan hama tertentu. Misal pada petak pertama intensitas serangan 5%, petak kedua 20%, petak ketiga 40%, petak keempat 60%, petak kelima 80%, dan petak keenam puso atau 95%. Pada waktu panen kita lakukan ubinan hasil pada semua 6 petak tersebut. Dari langkah pertama dan kedua tersebut kita dapat memperoleh fungsi hubungan intensitas serangan dan hasil. 2. Namun seringkali di lapangan kita mengalami kesulitan dalam mendapatkan petak-petak sawah yang memiliki kisaran lebar dalam kepadatan populasi hama atau intensitas serangan seperti contoh di atas. Untuk memperoleh intensitas serangan atau populasi hama yang berbeda seringkali kita lakukan secara BUATAN yaitu dengan menginfestasikan hama dalam pertanaman yang dikurung dalam suatu kasa yang selebar petak sawah. Dengan melakukan infestasi hama kita dapat mengatur berapa kepadatan populasi atau intensitas serangan yang kita inginkan. 3. Cara ketiga merupakan cara yang paling murah tetapi tidak teliti yaitu dari data EMPIRIK atau pengalaman dari petani kita lakukan wawancara pada petani yang sudah lama berpengalaman menghadapi masalah hama tertentu yang menyerang tanaman atau komoditas pertanian yang mereka usahakan. Kita tanyakan pada para petani berapa produksi tanaman yang mereka dapatkan dalam kondisi intensitas serangan hama rendah, sedang, tinggi dan puso, serta berapa produksi tanaman dalam kondisi sehat atau tidak terserang hama. Dari data empirik petani akhirnya kita dapat memperoleh hubungan fungsional antara intensitas serangan dan hasil. Cara ini mudah kita lakukan, tetapi sulitnya tidak semua petani ingat apalagi menyimpan data serangan hama dan kerusakan yang pernah mereka alami. 12
  • 15. PENETAPAN AMBANG PENGENDALIAN Dalam konsep PHT kita kenal beberapa istilah yang arti dan fungsinya sama yaitu: 1. Ambang Ekonomi (AE) “Economic Threshold” 2. Ambang Kendali (AK) “Economic Threshold” atau Ambang Pengendalian “Control Threshold” 3. Ambang Tindakan (AT) “Action Threshold” Artinya adalah suatu aras (tingkat) kepadatan populasi hama atau intensitas serangan hama yang membenarkan dimulainya penggunaan PESTISIDA untuk pengendalian hama. Tujuan penggunaan pestisida adalah menurunkan populasi hama sampai di bawah AE agar Populasi Hama atau Intensitas Serangan PESTISIDA ARAS LUKA EKONOMI AMBANG EKONOMI ARAS KESEIMBANGAN UMUM 20 40 60 80 100 WAKTU (hari) Gambar 4. Populasi Hama dan letak Aras Luka Ekonomi, Ambang Ekonomi dan Aras Keseimbangan Umum pada Keadaan Normal dapat dikendalikan secara alami oleh kompleks musuh alami sehingga populasi hama tetap berkisar sekitar aras keseimbangan umum (Gambar 4). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam keadaan gejolak populasi hama sepanjang musim tanam pestisida hanya diaplikasikan satu kali yaitu pada waktu populasi melampaui AE. Dengan demikian penggunaan pestisida dapat 13
  • 16. dihemat, petani tak perlu menggunakan pestisida secara berjadwal seperti seminggu sekali, atau pada umur 15, 20, 45, 60 HST (hari setelah tanam). Namun untuk melaksanakan prinsip tersebut ada dua syarat penting yaitu: 1. Harus dilakukan pengamatan secara berkala (katakan seminggu sekali) 2. Harus ada ketentuan mengenai berapa besar nilai AE/AK/AT tersebut Dengan demikian untuk setiap jenis hama yang menyerang komoditas tertentu harus mempunyai nilai AEnya masing-masing bahkan pada prinsipnya nilai AE suatu jenis hama tidak tetap, tidak sama dari satu tempat/lokasi ke tempat lain dari waktu ke waktu lain. Artinya nilai AE dinamis, tidak seragam. Yang menetapkan nilai AE yang paling baik adalah petani/kelompok tani sendiri yang berlaku untuk spesifik lahannya masing-masing. Saat ini karena petani banyak yang belum mampu nilai AE lebih sering mengikuti ketetapan atau rekomendasi pemerintah atau rekomendasi peneliti sehingga nilai AE cenderung seragam. Mungkin untuk sementara keadaan tersebut dapat berjalan tetapi harus diikuti dengan melakukan pelatihan pada petani untuk mengembangkan dan menetapkan AE nya sendiri. Biasanya petani menerima rekomendasi AE dari para PPL atau PHP (Pengamat Hama dan Penyakit). Suatu contoh untuk tanaman padi: AE wereng coklat : 5 nimfa + dewasa/rumpun padi pada fase vegetatif 10 nimfa + dewasa /rumpun pada fase generatif AE penggerek batang: 30% intensitas serangan pada fase vegetatif 10% intensitas serangan pada fase generatif (lihat lampiran) CARA PENETAPAN/PENGHITUNGAN AE Ada beberapa cara penentuan AE yang dapat kita lakukan: 1. Cara empirik atau berdasar pengalaman dari petani, peneliti atau petugas lapangan yang sudah lama menekuni dan merasakan tentang kerusakan atau kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama tertentu pada komoditas yang diusahakan. Berdasarkan data empirik/pengalaman selama bertahun-tahun dapat diperoleh informasi tentang pada aras populasi atau intensitas serangan berapa hama tersebut mulai dirasakan merugikan secara ekonomi. Pada aras populasi mulai merugikan tersebut. AE/AK/AT hama berbeda. Karena itu AE/AK/AT ini dapat kita namakan sebagai AE petani atau Ambang Petani saja. Untuk lebih jelasnya secara grafik data empirik tentang aras populasi/intensitas serangan dan hasil dapat dilihat pada gambar 5. Perhatikan sampai populasi 5 larva belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih bisa mentoleransikan tetapi pada populasi 7 petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi. Pada keadaan kurve pengalaman petani demikian, maka AE/AK/AT petani adalah 7 larva/rumpun. Karena pengalaman dan perasaan petani berbeda-beda kita akan memperoleh AE yang sangat khas/spesifik lokasi, spesifik petani sehingga menjadi variatif dan tidak seragam. Dengan pengalaman yang bertambah dan tingkat toleransi yang semakin baik, petani akan selalu menyesuaikan atau memperbarui nilai AE nya! 14
  • 17. Hasil (kuintal/ha) Mulai terjadi kerugian ekonomik AE petani Gambar 5. 5 7 10 20 30 Hubungan Populasi Populasi hama larva/rumpun Hama dengan Hasil 2. Cara Penelitian Penetapan AE melalui penelitian dilakukan oleh para peneliti yang khusus ingin mengetahui berapa AE pada suatu jenis hama pada komoditas tertentu. Biasanya sasaran kegiatan penelitian adalah memperoleh nilai ALE (Aras Luka Ekonomi) dan dari nilai ALE dihitung AE yang besarnya ¾ atau 2/3 ALE. ALE dihitung dengan menggunakan titik impas/BEP (Break Even Point). ALE adalah suatu populasi atau intensitas serangan dimana nilai kehilangan hasil (dalam Rp) yang dapat diselamatkan oleh tindakan pengendalian hama dengan pestisida sama dengan total baya pengendalian (dalam Rp). BP ALE = ------------------ HG x LT x BK dimana BP = Biaya pengendalian (Rp/ha) HG= Harga produk (Rp/kg) LT = Luka tanaman yang diakibatkan oleh satu individu hama BK = Berat kerusakan tanaman per unit luka tanaman Untuk memperoleh LT dan BK perlu dilakukan serangkaian percobaan di lapangan, di rumah kasa atau di laboratorium. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALE DAN AE Banyak faktor yang mempengaruhi nilai ALE dan AE termasuk jenis varietas tanaman, fase tumbuh tanaman, instar hama, lokasi pertanaman, dll. Dari sekian banyak faktor, 4 faktor yang paling penting yaitu: 1. Harga produk 2. Biaya pengendalian 3. Derajat luka yang diakibatkan oleh individu hama 4. Kepekaan tanaman terhadap serangan hama Perhatikan Gambar 6 di bawah. Apa artinya? 15
  • 18. ALE/AE ALE/AE Harga Produk Biaya Pengendalian Gambar 6. Hubungan antara Harga Produk dan Biaya Pengendalian dengan ALE/AE Kita harus mengetahui bahwa semakin tinggi ALE/AE penggunaan pestisida menjadi semakin jarang atau semakin sedikit, semakin rendah ALE/AE semakin sering/banyak penyemprotan pestisida dilakukan. Bagan alir sistem keputusan pengelolaan hama yang menunjukkan letak pendugaan populasi hama atau infestasi serangan hama dan pendugaan kehilangan hasil serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 7. Dari ketetapan-ketetapan pada gambar dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pendugaan kehilangan hasil serta menetapkan dan menerapkan AE/AK/AT diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu (misal ilmu-ilmu perlintan, ekonomi, sosiologi, agronomi, statistis, dll) dan lintas sektor. Tidak dapat dilakukan oleh orang-orang/pakar perlintan. 16
  • 19. Pendugaan Infestasi Pengamatan hama Pengaruh (i) pada hasil (y) Percobaan Pendugaan kehilangan hasil Pengaruh pengendalian terhadap (i) Hasil (y) AE /AT / AK ? Apa lebih besar dari AE? tidak ya Tak perlu Kendalikan dikendalikan dengan pestisida Gambar 7. Bagan Alir Sistem Keputusan Pengelolaan Hama bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 4 LANDASAN EKOLOGI PENGELOLAAN HAMA Tujuan: 1. Mengetahui dua model pertumbuhan populasi organisme 2. Mengetahui model dinamika populasi hama 3. Mengetahui mekanisme pengendalian alami dan pengaruh faktor abiotik dan biotik 4. Mempelajari pengaruh kegiatan manusia terhadap dinamika populasi hama Materi: Dari kuliah sebelumnya kita mengetahui bahwa keberadaan populasi hama di pertanaman dan di ekosistem menentukan seberapa besar kerusakan tanaman dan kerugian ekonomi yang dialami oleh petani atau pengusaha pertanian lainnya. Juga kita ketahui bahwa populasi hama sepanjang musim tanam dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat tidak tetap tetapi DINAMIS, naik turun, berfluktuasi sekitar suatu garis atau posisi keseimbangan umum (General Equilibrium Position). 17
  • 20. Banyak faktor abiotik dan biotik yang mempengaruhi dinamika populasi hama. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut kita dapat melakukan pengelolaan hama yang efektif dan efisien. Perlu ditekankan di sini bahwa tujuan pengelolaan hama bukan untuk membasmi hama, memberantas hama sampai habis tetapi mempertahankan populasi hama di pertanaman tetap berada di bawah AE/AK/AT atau pada aras yang secara ekonomi tidak merugikan. Perhatikan gambar tentang posisi AE, ALE dan Garis keseimbangan pada kuliah minggu yang lalu. Diharapkan para mahasiswa setelah kuliah ini dapat menjawab pertanyaan: Apa sebabnya kita tidak mungkin melakukan pembasmian atau pemusnahan hama seperti banyak orang harapkan? Pada prinsipnya keberadaan dan perkembangan populasi hama dan populasi organisme lainnya ditentukan oleh dua kekuatan yaitu: 1. POTENSI BIOTIK atau "Biotic Potential" dan 2. PERLAWANAN LINGKUNGAN atau "Environmental Resistance" Yang disebut POTENSI BIOTIK adalah kemampuan suatu organisme untuk tetap hidup dan berkembang biak. Kalau kita perhatikan kelompok serangga, organisme ini mempunyai potensi biotik yang sangat besar dan kemampuan berbiak sangat cepat. Dengan siklus hidup pendek, ukuran tubuh kecil dan kemampuan bertahan hidup yang tinggi maka populasi serangga sangat cepat meningkat sehingga dalam waktu sebentar saja dapat memenuhi permukaan bumi ini. Apabila suatu organisme berkembang sepenuhnya sesuai dengan kemampuan hayati (potensi biotik)nya, maka pertumbuhan populasi organisme tersebut akan mengikuti model pertumbuhan ekponensial atau pertumbuhan geometrik seperti Gambar 8. dN --- = r N = ( b – d ) N dt N = populasi r = laju pertumbuhan populasi intrinsik b = laju kelahiran d = laju kematian t = waktu Populasi (N) 18 Waktu (t)
  • 21. Gambar 8. Pertumbuhan Populasi Organisme Mengikuti Model Pertumbuhan Ekponensial atau Geometrik Di dunia saat ini satu-satunya organisme yang populasinya tumbuh secara eksponensial adalah MANUSIA. Di alam populasi organisme tidak dapat meningkat secara eksponensial karena adanya kekuatan lain yang me"lawan" atau meng"hambat" yang kita namakan Perlawanan Lingkungan atau Hambatan Lingkungan. Kekuatan ini yang akan menghambat populasi suatu organisme untuk bertambah dan meningkat sesuai dengan kemampuan biotiknya. Karena itu model pertumbuhan populasi yang lebih cocok adalah model pertumbuhan logistik seperti Gambar 9. Populasi (N) K Waktu (t) Gambar 9. Model Pertumbuhan Populasi Logistik dN K-N --- = r N ( ----- ) dt K N = populasi t = waktu r = laju pertumbuhan populasi K = asimtot atas atau nilai N maksimum Kurve tersebut menunjukkan model pertumbuhan secara matematik. Kalau kita bandingkan dengan data lapangan populasi suatu organisme, kita memperoleh gambaran dinamika populasi yang mirip dengan pertumbuhan logistik terutama pada daerah I dan II seperti Gambar 10. Menurut gambar tersebut pertumbuhan populasi organisme dapat kita bagi menjadi 5 daerah. Daerah I merupakan periode peningkatan populasi yang tumbuh secara sigmoid. Periode ini terdiri dari tahap pembentukan populasi (A), pertumbuhan cepat secara eksponensial (B) serta tahap menuju keseimbangan (C). Daerah II merupakan pencapaian aras keseimbangan yang merupakan garis asimtot kurve sigmoid. Pada tahap ini populasi telah mencapai stabilitas numerik. 19
  • 22. Setelah daerah II tercapai kemudian populasi bergejolak sekitar aras keseimbangan yaitu pada daerah III. Daerah III merupakan tahap oskilasi dan fluktuasi populasi. Oskilasi populasi adalah penyimpangan populasi sekitar aras keseimbangan secara simetris, sedangkan fluktuasi populasi merupakan penyimpangan populasi yang tidak simetris. Daerah III berjalan dalam waktu cukup lama tergantung pada berfungsinya mekanisme umpan balik negatif yang bekerja pada populasi organisme tersebut. Apabila mekanisme ini oleh sebab-sebab tertentu menjadi tidak berfungsi lagi, terjadilah daerah IV yang merupakan periode penurunan populasi atau periode pertumbuhan negatif. Kalau periode ini terus berlanjut kemudian akan terjadi tingkat terakhir pertumbuhan populasi yaitu daerah V yang merupakan periode kepunahan populasi. Populasi (N) A B C Waktu (t) I II III IV V Gambar 10. Pertumbuhan Populasi Organisme yang Terbagi menjadi 5 Tingkat Adanya kekuatan Hambatan Lingkungan terhadap pertumbuhan populasi organisme dalam kondisi oskilasi dan fluktuasi di sekitar aras keseimbangan umum seperti yang terjadi di daerah III. Di daerah III terjadi mekanisme keseimbangan populasi oleh bekerjanya berbagai faktor abiotik dan biotik yang secara bersama kita sebut sebagai faktor PENGENDALI ALAMI. FAKTOR TERGANTUNG KEPADATAN DAN FAKTOR BEBAS KEPADATAN Dilihat dari proses pengendalian dan pengaturan populasi organisme, maka berbagai faktor hambatan lingkungan dapat dikelompokkan menjadi Faktor Tergantung Kepadatan Populasi (FTK) atau "Density Dependent Factors" dan Faktor Bebas Kepadatan Populasi (FBK) atau "Density Independent Factors". Pengelompokan ini lebih sering digunakan bila dibandingkan dengan cara pengelompokan lainnya. Bagan berikut menunjukkan faktor-faktor yang termasuk dalam FTK dan FBK. Faktor Tergantung Kepadatan 20
  • 23. Faktor tergantung kepadatan adalah faktor pengendali alami yang mempunyai sifat penekanan terhadap populasi organisme yang semakin meningkat pada waktu populasi semakin tinggi, dan sebaliknya penekanan lebih longgar pada waktu populasi semakin rendah. Kalau dihubungkan antara mortalitas yang disebabkan oleh faktor FTK dengan populasi hama misalnya dapat diperoleh garis regresi (Gambar 11). Mortalitas Mortalitas Laju Populasi Gambar 11. Hubungan antara populasi dan mortalitas yang disebabkan oleh Faktor Tergantung Kepadatan Faktor tergantung kepadatan terbagi menjadi faktor yang timbal balik dan tidak timbal balik. FTK yang timbal balik terutama adalah musuh alami hama seperti predator, parasitoid, dan patogen. Timbal balik di sini berarti bahwa hubungan antara populasi dan mortalitas oleh FTK dapat berjalan dari kedua arah. Apabila populasi spesies A meningkat, maka mortalitas yang disebabkan oleh predator B akan semakin meningkat, antara lain dengan meningkatnya predasi dan jumlah predator B. Sebaliknya apabila populasi spesies A menurun mortalitas oleh predator dan jumlah predator juga menurun. Dengan demikian perubahan populasi spesies A akan selalu diikuti dengan perubahan kepadatan populasi predator B (Gambar 12). FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnya terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnya terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar individu untuk memperoleh makanan dan ruang semakin kuat sehingga mortalitas A menjadi meningkat, dan demikian juga sebaliknya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa apabila populasi A meningkat kemudian jumlah makanan menjadi meningkat, atau jumlah pouplasi A menurun dan jumlah makanan menurun. Berbeda dengan kelompok musuh alami, hambatan lingkungan berupa makanan, ruangan, dan teritorialitas termasuk dalam FTK yang tidak timbal balik. 21
  • 24. PENGENDALIAN ALAMI FAKTOR BEBAS FAKTOR KEPADATAN TERGANTUNG KEPADATAN FISIK BIOLOGI TIDAK TIMBAL TIMBAL BALIK Tanah Ketersediaan BALIK Musuh Suhu alami inang -Parasitoid Kebasahan Makanan Pergerakan Kualitas Ruang -Predator air makanan Teritorial -Patogen -Herbivora Populasi FTK Gambar 12. Komponen Pengendalian Alami yang Tergantung Kepadatan dan Bebas Kepadatan Aras Keseimbangan FBK FBK FTK 22 Waktu
  • 25. Gambar 13. Gejolak populasi sekitar aras keseimbangan umum, dan bekerjanya FTK dan FBK. Persediaan Makanan Jumlah Predator Predator Meningkat Meningkat Jumlah Inang Jumlah Inang Meningkat Meningkat Jumlah Inang Termakan Titik Imbang Jumlah Inang Termakan Predator-Inang Berkurang Meningkat Jumalah Inang Jumalah Inang Berkurang Berkurang Jumlah Predator Persediaan Makanan Berkurang Predator Berkurang Gambar 14. Mekanisme Umpan Balik pada Pengaturan Populasi Spesies A oleh Predator Mortalitas FBK POPULASI 23
  • 26. Gambar 15. Hubungan antara populasi organisme dan mortalitas akibat Faktor Bebas Kepadatan. Faktor Bebas Kepadatan Faktor Bebas dari Kepadatan (FBK) atau "Density Independent Factor" merupakan faktor mortalitas yang daya penekanannya terhadap populasi organisme tidak tergantung pada kepadatan populasi organisme tersebut. Faktor abiotik seperti suhu, kebasahan, angin merupakan FBK yang penting. FBK kadang kala dapat membawa populasi semakin menjauh (lebih atau kurang) dari aras keseimbangan. Misal bila keadaan suhu tidak sesuai bagi kehidupan serangga dapat mengakibatkan populasi serangga menurun menjauhi garis keseimbangannya. Setelah hal itu terjadi faktor FBK akan bekerja mengangkat kembali populasi ke aras keseimbangannya. Bila keadaan cuaca sangat menguntungkan bagi kehidupan dan perkembanganbiakan suatu hama, dapat mendorong populasi hama tersebut meningkat cepat menjauhi aras keseimbangannya. Namun, peningkatan populasi tersebut juga tidak akan berjalan terus, karena FTK seperti musuh alami akan mengencangkan penekanannya sehingga populasi kembali lagi ke aras keseimbangannya. Dr. CLARK mengelompokkan beberapa penyebab mortalitas (kematian) serangga menjadi 7 kelompok yaitu: 1. Umur: menjadi tua atau "aging" 2. Vitalitas rendah: kemampuan serangga dalam menghadapi faktor-faktor lingkungan yang jelek seperti cuaca ekstrim 3. Kecelakaan: adanya peristiwa-peristiwa yang tidak normal (fisiologi dan ekologi) yang dapat mengakibatkan kematian 4. Kondisi fisiko kimia: terkait dengan kondisi fisika dan kimia di tempat serangga hidup termasuk kondisi cuaca, kondisi tanah, kondisi air, udara, dll. 5. Musuh alami: sebagai faktor pengendali alami serangga yang bersifat tergantung kepadatan seperti yang telah dijelaskan 6. Kekurangan pakan: serangga hama sangat ditentukan survival dan perkembangannya oleh ketersediaan pangan yang disediakan manusia. Tetapi untuk serangga musuh alami bila tidak tersedia pakan yang sesuai yang menjadi inang atau mangsa akan sangat mempengaruhi survivalnya. 7. Kekurangan tempat berlindung/bernaung: mempengaruhi mortalitas secara tidak langsung Berikut diagram yang menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung faktor- faktor cuaca. 24
  • 27. Pengaruh Faktor-faktor Cuaca bagi Kehidupan Serangga Langsung Tak Langsung Individu Populasi Habitat Parasitoid Predator Patogen Fenologi Makanan Aktivitas Mortalitas Perkembangan Natalitas Perilaku Pergerakan Natalitas Mortalitas Pergerakan Dengan demikian dalam jangka waktu panjang di dalam setiap ekosistem, selalu terjadi keseimbangan populasi organisme termasuk populasi hama, yang secara dinamik bergejolak di sekitar aras keseimbangan populasinya masing- masing. Setiap organisme dalam kondisi ekosistem tertentu memiliki aras keseimbangannya sendiri-sendiri. Aras populasi tersebut dapat tinggi, tetapi juga dapat rendah seperti yang kita harapkan. 25
  • 28. Populasi Mangsa (A) Predator Waktu Gambar 16. Hubungan antara kepadatan serangga A dan kepadatan predator B Pengaruh Tindakan Manusia terhadap Populasi Hama Faktor-faktor alami seperti suhu, curah hujan sebagai faktor abiotik serta faktor biotik seperti parasitoid, predator, patogen hama, pesaing, dll bekerja secara interaktif yang membawa populasi hama berada di sekitar aras keseimbangannya. Justru faktor MANUSIA dengan segala tindakannya sangat mempengaruhi dinamika populasi hama sehingga dapat sangat menjauhi aras keseimbangan. Manusia dapat mempengaruhi letak aras keseimbangan melalui mekanisme sbb: Dalam mengelola agroekosistem, manusia dapat mempengaruhi atau mengubah letak aras keseimbangan umum suatu spesies hama melalui kegiatan pengelolaan agroekosistem. Aras keseimbangan populasi hama dapat meningkat antara lain dengan penggunaan pestisida yang berlebihan dan kurang tepat, sehingga dapat membunuh musuh alami. Penggunaan pestisida yang dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan aras keseimbangan hama tersebut akan meningkat melebihi aras keseimbangan sebelumnya (Gambar 17). Peningkatan aras keseimbangan populasi hama dapat juga terjadi sebagai akibat tersedianya makanan hama secara luas dan terus menerus. Demikian juga jika varietas tanaman yang ditanam adalah varietas peka, lambat laun aras keseimbangan populasi hama akan meningkat. Bila aras keseimbangan meningkat maka dapat mengakibatkan populasi hama melebihi AE/AT/AK yang ditetapkan. Dalam keadaan demikian petani terpaksa menggunakan pestisida lebih sering lagi sehingga dapat meningkatkan kerugian, tidak hanya bagi petani tetapi juga bagi konsumen dan kualitas lingkungan hidup. Aras keseimbangan populasi hama dapat juga diturunkan apabila yang terjadi sebaliknya yaitu dengan memasukkan atau melakukan konservasi musuh alami. Tindakan manusia demikian ini akan mendorong bekerjanya pengendali 26
  • 29. alami di daerah tersebut, yang dalam jangka panjang dapat menurunkan aras keseimbangan populasi hama. Salah satu sasaran PHT adalah menurunkan aras keseimbangan populasi hama sehingga berada di bawah ambang pengendalian. Populasi Aras Keseimbangan 2 Pestisida Aras Keseimbangan 1 Waktu Gambar 17. Peningkatan aras keseimbangan akibat perlakuan pestisida secara terus menerus. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 5 FUNGSI PENGAMATAN DALAM SISTEM PHT Tujuan: A. Mempelajari fungsi pengamatan dalam sistem PHT B. Mempelajari prinsip-prinsip pengambilan sampel dan pengamatan C. Mempelajari praktek pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman oleh petugas pengamat hama D. Pengamatan oleh petani Materi: HUBUNGAN PENGAMATAN, PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMANTAUAN 27
  • 30. Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang sesuatu obyek yang diamati/dikaji/diteliti. Pengamatan bisa dilakukan secara berkala maupun insidentil. Ada beberapa maksud atau tujuan pengamatan yaitu pengamatan untuk pengumpulan data penelitian, pengamatan untuk penyusunan lapangan dan pengamatan untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pengamatan yang dilakukan secara berkala pada suatu obyek pengamatan tertentu untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan disebut PEMANTAUAN. Kegiatan pemantauan dalam PHT merupakan kegiatan utama yang membedakan sistem PHT dengan sistem pengendalian hama secara konvensional. Peranan pengamatan dan pemantauan hama dan ekosistem dalam penerapan sistem PHT adalah seperti bagan berikut: Analisis Ekosistem Pengambil Keputusan Pemantauan Tindakan Pengelolaan EKOSISTEM PERTANIAN Gambar 18. Hubungan antara pemantauan, pengambilan keputusan dan tindakan pengelolaan dalam sistem pelaksanaan PHT Dari gambar tersebut, kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemantauan ekosistem. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengikuti perkembangan keadaan ekosistem pada suatu saat yang meliputi perkembangan komponen ekosistem, baik komponen biotik seperti keadaan tanaman, tingkat kerusakan tanaman oleh hama, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami dan lain- lain. Juga komponen abiotik seperti suhu, curah hujan, kebasahan, dll. Hasil pemantauan atau data hasil pemantauan dianalisis antara lain dengan membandingkan data ekosistem dengan nilai AE atau Ambang Kendali. Dari hasil analisis ekosistem dapat diambil keputusan mengenai tindakan pengendalian atau pengelolaan yang perlu diterapkan pada ekosistem. Hasil pengambilan keputusan segera diterapkan ke lapangan mengenai tindakan pengelolaan atau pengendalian seperti perbaikan budidaya tanaman, introduksi musuh alami, mengubah habitatnya, pengendalian dengan pestisida, dll. Pengambil keputusan semakin ke bawah yaitu pada pihak pengelola dari ekosistem pertanian, seperti petani atau kelompok tani. 28
  • 31. MEMPELAJARI PRINSIP-PRINSIP PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAMATAN Sampel atau contoh merupakan bagian dari suatu populasi yang diamati. Dalam praktek pengamatan tidak mungkin bagi pengamat mengamati seluruh individu dalam populasi tetapi pengamatan dilakukan pada sebagian kecil populasi yang kita sebut sampel. Dari informasi yang diperoleh pada sampel kita ingin menduga sifat populasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus dapat mewakili. Populasi sampel terdiri dari beberapa unit sampel. Jumlah unit sampel sering kita namakan sebagai ukuran sampel. Misalkan kita ingin mengetahui populasi hama atau kerusakan tanaman dalam satu daerah/lahan yang luasnya 1 hektar, sebagai unit sampel ditetapkan rumpun padi. Jumlah rumpun padi yang diamati 30. Hal ini berarti unit sampel adalah rumpun dan ukuran sampel 30. Proses pengambilan sampel dan monitoring memerlukan teknik yang beragam tergantung pada jenis tanaman, jenis hama, atau organisme lain yang diamati. Ada dua syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik pengamatan dan pengambilan sampel yang dilakukan yaitu praktis, dan dapat dipercaya. Praktis berarti metode pengamatan yang dilakukan sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal, dan sedapat mungkin tidak mengambil waktu lama. Hasil pengamatan harus dapat dipercaya berarti metode tersebut akan menghasilkan data yang dapat mewakili atau menggambarkan secara benar tentang sifat populasi sesungguhnya. Faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel: 1. Sifat dan ketrampilan petugas pengamat 2. Keadaan lingkungan setempat 3. Sifat sebaran spasial serangga PENYUSUNAN PROGRAM PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAMATAN Dalam menyusun secara lengkap program pengambilan sampel pada suatu wilayah pengamatan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan beberapa kriteria atau ketentuan tentang pengambilan sampel. Ketentuan-ketentuan tersebut meliputi penetapan tentang: 1. Unit Sampel 2. Interval Pengambilan Sampel 3. Banyak atau Ukuran Sampel 4. Desain Pengambilan Sampel 5. Mekanik Pengambilan Sampel 1. Unit sampel Unit sampel merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit tersebut diadakan pengukuran dan penghitungan oleh pengamat terhadap individu serangga yang ada, dan apa yang ditinggalkan oleh serangga yang menjadi obyek pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapa variabel pengamatan yang dapat diperoleh dari unit sampel dapat berupa kepadatan atau populasi hama, populasi musuh alami, intensitas kerusakan, dll. Ada berbagai jenis unit sampel yang saat ini digunakan dalam praktek pengamatan baik untuk program penelitian atau untuk pengambilan keputusan 29
  • 32. pengendalian hama. Biasanya unit sampel dikembangkan berdasarkan sifat biologi serangga dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Unit sampel dapat berupa: a. Unit luas permukaan tanah 1 x 1 m2 b. Unit volume tanah c. Bagian tanaman seperti rumpun, batang, daun, pelepah daun d. Dalam bentuk stadia hamanya sendiri. Sering digunakan untuk evaluasi dalam musuh alami seperti jumlah larva parasit atau larva inang, dst. 2. Penentuan interval pengambilan sampel Interval pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan interval pengamatan antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yang diamati, tujuan pengambilan sampel, faktor cuaca, dll. Untuk serangga yang mempunyai siklus pendek dan kapasitas reproduksi tinggi, interval pengamatan harus pendek agar tidak kehilangan informasi dari lapangan. Demikian juga keadaan ini berlaku bagi komoditas tanaman yang peka terhadap serangan hama seperti kapas, dan juga untuk jenis hama yang peningkatan kerusakannya berjalan cepat. 3. Penentuan ukuran sampel Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran sampel atau jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan sangat menentukan kualitas hasil pengamatan. Ukuran sampel dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu varians (s 2) yang menjelaskan distribusi data sampel, dan biaya pengambilan sampel yang terdiri atas ongkos tenaga dan alat-alat pengambilan sampel. Secara umum dapat dikatakan semakin besar ukuran sampel (n) semakin dapat dipercaya harga penduga parameter populasi. Tetapi apabila ukuran sampel besar maka biaya pengambilan sampel juga semakin besar. Sebaliknya bila unit sampel terlalu sedikit, analisa statistik akan menghasilkan keputusan yang memiliki ketepatan dan ketelitian rendah, sehingga kualitas dan kegunaan hasil pengamatan diragukan. 4. Desain atau pola pengambilan sampel Ada beberapa pola yang dapat digunakan untuk menetapkan unit sampel yang mana dari keseluruhan populasi yang harus diamati yang menjadi anggota sampel. Pola yang paling ideal adalah secara acak (random sampling), kemudian dikenal: a. Pola acak berlapis b. Pola pengambilan sampel sistematik c. Pola pengambilan sampel purposive atau yang sudah ditentukan Beberapa pola pengambilan sampel yang sering digunakan adalah bentuk: 30
  • 33. A B C Gambar 19. Pola pengambilan sampel A. Pola Diagonal, B. Pola Zigzag, C. Pola Lajur tanaman 5. Mekanik Pengambilan Sampel Mekanik pengambilan sampel serangga adalah segala teknik memperoleh, mengumpulkan serta menghitung individu serangga yang diamati atau bahan yang ditinggalkan oleh serangga pada unit sampel yang telah ditentukan. Mekanik sampel yang sering dilakukan oleh para pengamat kita adalah pengamatan langsung di lapangan. Tidak semua serangga dapat dihitung secara langsung sehingga masih diperlukan peralatan atau alat khusus yang dapat digunakan untuk mengumpulkan individu serangga dan kemudian dihitung jumlahnnya. PRAKTEK PENGAMATAN DAN PELAPORAN PETUGAS PENGAMAT Di organisasi Departemen Pertanian saat ini ada 3 Direktorat Jenderal yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan pelaporan data populasi dan kerusakan OPT di seluruh propinsi. Tiga Direktorat Jenderal itu adalah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Perkebunan. Pada tiga Direktorat Jenderal tersebut terdapat Direktorat Perlindungan Tanaman seperti Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Kebijakan dan rekomendasi pelaksanaan dan pelaporan perlindungan tanaman disusun dan dikeluarkan oleh 3 direktorat tersebut, sedangkan pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh para Petugas Pengamat Hama (PHP) dan penyakit yang ada di daerah yang dikoordinasikan oleh BPTPH yang ada di setiap propinsi. Untuk tanaman pangan dan hortikultura, BPTPH secara struktural berada di bawah Pemerintah Daerah Tingkat I/Propinsi. Sedangkan untuk perkebunan, BPTP masih berada di bawah Direktorat Jenderal Perkebunan atau masih di bawah Pemerintah Pusat. Secara fungsional, PHP saat ini termasuk dalam kelompok POPT (Pengendali OPT). 1. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh PHP dan petani dengan dua cara yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui atau mendeteksi jenis dan kepadatan OPT, intensitas serangan OPT, daerah penyebaran, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT serta intensitas kerusakan bencana alam. Dengan informasi tersebut diharapkan petani/kelompok tani bersama petugas dapat mengetahui dan menganalisis secara dini untuk menentukan langkah-langkah penanganan usaha tani, sehingga produksi tanaman yang sudah diusahakan tetap pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman bagi lingkungan. 31
  • 34. Metode Pengamatan Pengamatan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Secara rinci pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatan keliling adalah sbb: a. Pengamatan tetap Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petak contoh tetap yang mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap lampu, curah hujan, stasiun meteorologi pertanian khusus. 1). Pengamatan petak tetap Pengamatan pada petak contoh tetap bertujuan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas serangan. Petak contoh tetap ditempatkan pada lima jenis tanaman dominan. Untuk komoditas terluas diamati empat petak contoh tetap sedangkan empat komoditas lainnya masing-masing diamati satu petak contoh. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat delapan petak contoh pengamatan tetap. Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocok tanam, dan varietasnya. Pada masa peralihan antara dua musim tanam, pengamatan diteruskan pada petak-petak contoh yang dapat mewakili wilayah pengamatan dalam waktu tersebut. Karena itu petak contoh pada masa antara dua musim tanam dapat berpindah sesuai dengan keadaan tanaman yang dapat mewakili wilayah pengamatan. 2). Pengamatan Perangkap lampu Kepadatan populasi OPT dan musuh alami yang efektif yang tertarik cahaya diamati pada satu atau lebih perangkap lampu yang mewakili wilayah pengamatan. Perangkap lampu ditempatkan jauh dari faktor-faktor yang akan mempengaruhi banyaknya serangga pengganggu tanaman atau musuh alaminya tertarik cahaya. Lampu dinyalakan dari senja sampai fajar. Serangga yang tertangkap diidentifikasi dan dihitung. Pengamatan dilakukan setiap hari serta dilaporkan setiap dua minggu. b. Pengamatan Keliling atau Patroli Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling atau patroli dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah pengamatan. Sebelum melaksanakan pengamatan, PHP disarankan menemui petani/kelompok tani pemandu, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya; untuk memperoleh informasi tentang adanya serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayah kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan mengkonsentrasikan pengamatannya. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan. Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati lima petak contoh yang terletak pada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan garis diagonal tersebut (B, C, D dan E) seperti terlihat pada Gambar 20. Jumlah 32
  • 35. rumpun yang diamati tiap unit contoh adalah 10 rumpun/batang. Komponen- komponen yang diamati adalah luas tanaman terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, stadia/umur tanaman, varietas dan tindakan pengendalian yang pernah dilakukan petani. Gambar 20. penyebaran petak contoh pada daerah yang dicurigai terserang. Dalam tiap petak contoh diamati 5 unit contoh seperti pada gambar 20. Jumlah rumpun contoh yang diamati dalam tiap unit contoh adalah sepuluh rumpun/tanaman. Cara pelaksanaan: Untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan keliling dilakukan sesudah pengamatan petak tetap pada subwilayah pengamatan dimana petak tetap itu berada. Apabila ada informasi bahwa di subwilayah lainnya terjadi serangan OPT maka harus dilakukan pengamatan keliling tambahan. Adapun pembagian subwilayah adalah sebagai berikut: 1. Mula-mula bagilah wilayah pengamatan menjadi 4 strata berdasarkan waktu tanamannya (lihat Gambar 21) 2. Bagilah masing-masing strata menjadi 2 subwilayah, sehingga satu wilayah akan terbagi menjadi 8 subwilayah (lihat Gambar 21). Untuk pengamatan tetap, tempatkan satu petak contoh pengamatan pada masing-masing strata di lokasi yang selalu dilewati saat mengadakan pengamatan keliling di strata tersebut, sehingga setiap petak contoh pengamatan tetap dapat diamati dengan interval waktu satu minggu, sedangkan interval pengamatan keliling dua minggu. Waktu pengamatan OPT dilakukan 4 (empat) hari setiap minggu kecuali untuk tangkapan perangkap lampu dan penakar curah hujan dilakukan setiap hari. Pelaksanaan pengamatan OPT dimulai dari hari senin sampai dengan hari kamis. Hasil pengamatan dan kejadian yang ditemukan pada saat pengamatan keliling dan pengamatan tetap dilaporkan secara rutin pada setiap akhir periode pengamatan. Laporan pengamatan tetap pada periode pelaporan tengah bulan pertama berisi hasil pengamatan minggu ke 1 dan ke 2, sedang pada periode pelaporan tengah bulan kedua berisi hasil pengamatan minggu ke 3 dan ke-4. A 1 B 2 C 3 D 4 Senin 1 Selasa 1 Rabu 1 Kamis 1 5 6 7 8 Senin 2 Selasa 2 Rabu 2 Kamis 2 33
  • 36. Keterangan: A, B, C, D …… pembagian menurut strata 1, 2, 3 … dst … subwilayah Gambar 21. Pembagian subwilayah pengamatan di wilayah kerja PHP Metode Pengambilan Contoh a. Tanaman Pangan Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman pangan (padi dan palawija) dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan tetap tiap petak contoh ditentukan tiga unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis diagonal petak contoh (A) dan di pertengahan potongan-potongan garis diagonal yang terpanjang (B dan C), seperti terlihat pada Gambar 22. Tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh. Dari petak contoh itu diamati intensitas serangan OPT, kepadatan populasi OPT dan kepadatan populasi musuh alami yang efektif. Gambar 22. Penyebaran Unit Contoh dalam Petak Contoh. Dalam Tiap Unit Contoh Diamati 10 Rumpun Contoh. b. Tanaman Sayuran Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman sayur-sayuran dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap 0,1 ha atau 50 tanaman contoh per hektar. Pengambilan tanaman contoh ditentukan secara acak (random). c. Tanaman Buah-buahan, hias, Obat-obatan dan Rempah-rempah Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman buah-buahan, hias dan obat-obatan dan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan petak contoh, yaitu kecamatan. Tanaman yang diamati dibagi 3 kriteria seperti berikut: a. Tanaman dominan (terbanyak) : 15 tanaman/rumpun b. Tanaman dengan jumlah sedang : 10 tanaman/rumpun c. Tanaman dengan jumlah sedikit : 5 tanaman/rumpun Tanaman contoh ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu random (acak) dan diagonal. Cara random dilakukan pada perkebunan rakyat/pekarangan rumah, sedangkan cara diagonal dilakukan (seperti pengambilan contoh pada tanaman padi) pada perkebunan besar. 34
  • 37. Penilaian Serangan OPT Penilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan OPT yang sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan OPT dapat berupa kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak. Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak digunakan rumus sebgai berikut: a I = ----------- X 100% a+b Keterangan: I : Intensitas serangan (%) A : Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak. B : Banyaknya contoh yang tidak terserang (tidak menunjukkkan gejala serangan). 2. Laporan Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura diperlukan untuk menyusun perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian, menyusun rencana perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian, menyusun bantuan pengendalian, merencanakan bimbingan pengendalian, melaksanakan pengamatan lebih intensif, dan merencanakan penyediaan sarana pengendalian. Oleh karena itu, Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura perlu dibuat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan segera dikirim ke instansi yang memerlukannya. Sesuai dengan kebijaksanaan dibidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura dan pembagian wewenang dalam struktur organisasi berlaku, Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura disampaikan oleh PHP kepada Mantri Tani (Mantan) dan instansi vertikal di atasnya. Mantri Tani dan Penyuluh menyuluhkan dan menyebarluaskan kepada petani sebagai dasar pengambilan keputusan kelompok tani, dan bila perlu bersama-sama dengan PHP membina petani melaksanakan pengendalian. Instansi vertikal di atasnya menggunakan laporan tersebut sebagai bahan mengevaluasi keadaan serangan, kemampuan petugas membimbing petani dalam pengendalian, merencanakan bimbingan dan bantuan, serta menyusun Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura di wilayah kerjanya. Laporan PHP yang diterima oleh Mantan diteruskan kepada Camat dan Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten/Kotamadya, dan Diperta Kabupaten/Kotamadya meneruskan laporan tersebut ke Diperta Propinsi. Oleh Camat sebagai Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan, laporan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kampanye pengendalian secara massal oleh petani dan bila dibutuhkan/diperlukan bantuan pemerintah berupa pestisida dapat dikeluarkan. Sedangkan oleh Diperta Kabupaten/Kotamadya, digunakan untuk membina pengendalian OPT dan mempertimbangkan bantuan pengendalian kepada petani apabila dinilai sebagai serangan eksplosi. Koordinator PHP mengkoordinasikan laporan PHP, laporan serangan OPT yang dilaporkan PHP dari seluruh wilayah pengamatan kabupaten diteruskan ke Diperta Kabupaten/Kotamadya serta laporan lainnya diteruskan ke Laboratorium 35
  • 38. Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) dan (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)/Loka Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (LPTPH)/Satgas BPTPH/LPTPH. PENGAMATAN OLEH PETANI Karena jumlah PHP dan petugas pengamat atau penyuluh di daerah sangat terbatas maka yang paling baik kegiatan pengamatan dilakukan sendiri oleh petani pemilik/penggarap. Petani sendiri yang melakukan kegiatan pemantauan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian. Dengan demikian petani tidak lagi tergantung pada petugas, pemerintah. Petani dapat melakukan pengamatan secara perseorangan/individual, namun yang paling baik secara berkelompok atau merupakan kegiatan kelompok tani. Agar petani dapat melakukan kegiatan pemantauan ekosistem, mereka perlu mengikuti pelatihan khusus yang dilaksanakan secara intensif, setiap 1 minggu sekali di dalam kegiatan yang disebut SLPHT. Dengan demikian tujuan pelaksanaan kegiatan pengamatan oleh para petugas PHP hanya terbatas pada penyusunan laporan bagi pemda maupun pemerintah pusat tetapi tidak untuk pengambilan keputusan untuk lahan petani dalam menerapkan PHT. 36
  • 39. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 6 PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN/VARIETAS TAHAN HAMA Tujuan: 1. Mengenal dan mempelajari komponen PHT - Pengendalian dengan Tanaman Tahan Hama 2. Mengenal dan mempelajari pengembangan tanaman transgenik tahan hama 3. Mengenal dan mempelajari prinsip-prinsip karantina tumbuhan dan sistem karantina pertanian di Indonesia Materi: Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman yang tahan terhadap serangan hama telah lama dilakukan dan merupakan cara pengendalian yang efektif, murah, dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan berbagai varietas padi tahan hama wereng coklat berhasil mengendalikan hama wereng coklat padi di Indonesia yang sejak tahun 1970 menjadi hama padi yang paling penting. Saat ini petani telah mengenal banyak VUTW (Varietas Unggul Tahan Wereng) yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti dari IRRI (Filipina) dan dari Indonesia sendiri. Di luar tanaman padi penggunaan varietas tahan hama masih terbatas karena belum banyak tersedia varietas atau jenis tanaman yang memiliki ketahanan tinggi terhadap hama-hama tertentu. Pada tahun 1984 Indonesia telah berhasil berswasembada beras. Kontribusi varietas unggul tahan hama bagi keberhasilan Indonesia berswasembada beras sangat besar. Hal ini berkat kerja keras para ahli hama, pemulia tanaman, agronomi, dll yang telah berhasil menemukan dan mengembangkan VUTW. Namun sayangnya karena berbagai faktor, sampai saat ini status swasembada beras semakin sulit dipertahankan. 1. Mekanisme Ketahanan Tanaman Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relatif. Untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman sifat tanaman, yang tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau yang peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan serangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan dengan perkembangbiakan sejumlah populasi hama tersebut apabila berada pada tanaman yang tidak atau kurang tahan. 37
  • 40. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli (terbawa keturunan faktor genetik) tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan terhadap serangan hama. Beberapa ahli membedakan ketahanan tanaman dalam dua kelompok yaitu ketahanan ekologi dan ketahanan genetik (Kogan, 1982). Ahli lain menganggap ketahanan ekologi bukan merupakan ketahanan sebenarnya dan disebut ketahanan palsu atau pseudo resistance sedangkan yang disebut sifat ketahanan tanaman adalah ketahanan genetik. Hal ini disebabkan sifat ketahanan ekologi tidak tetap dan mudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya, sedangkan sifat ketahanan genetik relatif stabil dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. 2. Ketahanan Genetik Sampai saat ini klasifikasi resistensi genetik menurut Painter yang banyak diikuti oleh para pakar. Menurut Painter (1951) terdapat 3 mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama yaitu 1) ketidaksukaan, 2) antibiosis dan 3) toleran. a. Ketidaksukaan/antixenosis Nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai pakan atau sebagai tempat peletakan telur. Menurut Kogan (1982) istilah yang lebih tepat digunakan untuk sifat ini adalah antixenosis yang berarti menolak tamu (xenosis = tamu). Antixenosis dapat dikelompokkan menjadi penolakan kimiawi atau antixenosis kimiawi dan penolakan morfologi atau antixenosis morfologik. b. Antibiosis Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang merugikan, bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat kegiatan serangga memakan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. Gejala penyimpangan fisiologi terlihat apabila suatu serangga dipindahkan dari tanaman tidak memiliki sifat antibiosis ke tanaman yang memiliki sifat tersebut. Penyimpangan fisiologi tersebut berkisar mulai dari penyimpangan yang sedikit sampai penyimpangan terberat yaitu terjadinya kematian serangga. c. Toleran Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka. 3. Ketahanan Ekologi Ketahanan Ekologi atau dengan istilah lain ketahanan yang kelihatan (apparent resistance) atau ketahanan palsu (pseudo resistance) merupakan sifat ketahanan tanaman yang tidak dikendalikan oleh faktor genetik tetapi sepenuhnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang memungkinkan kenampakan sifat 38
  • 41. ketahanan tanaman terhadap hama tertentu. Oleh karena sifatnya yang tidak tetap, ahli pemulia tanaman tidak mengakui sifat ini sebagai sifat ketahanan tanaman yang sesungguhnya. Sifat ketahanan ini biasanya merupakan sifat sementara dan dapat terjadi pada tanaman yang sebenarnya peka terhadap serangan hama tertentu. Ada 3 bentuk ketahanan ekologi yaitu pengelakan inang (host evasion), ketahanan dorongan (induced resistance) dan inang luput dari serangan (host escape). a. Pengelakan Inang Pengelakan inang terjadi bila waktu pemunculan fase tumbuh tanaman tertentu tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yang aktif mengkonsumsikan tanaman. b. Ketahanan Dorongan Sifat ketahanan ini timbul dan didorong oleh adanya keadaan lingkungan tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangan hama. Ketahanan dorongan ini terjadi antara lain akibat adanya pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang lain. c. Inang Luput dari Serangan Sering dialami pada suatu tempat tertentu ada suatu kelompok tanaman yang sebenarnya memiliki sifat peka terhadap suatu jenis hama, tetapi pada suatu saat tanaman tersebut tidak terserang meskipun populasi hama di sekitarnya pada waktu itu cukup tinggi. Hal tersebut tidak berarti bahwa tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama tetapi tanaman tersebut sedang dalam keadaan luput dari serangan hama. 4. Langkah Pengembangan Varietas Tahan Pengembangan varietas tahan hama secara konvensional dilakukan melalui penerapan teknologi pemuliaan tanaman tradisional dengan melakukan persilangan tanaman. Beberapa kegiatan utama dalam melakukan perolehan dan pengembangan guna memperoleh varietas tahan hama yang baru adalah sebagai berikut: a. Identifikasi sumber ketahanan. b. Penetapan mekanisme ketahanan. c. Penyilangan sifat ketahanan dengan sifat agronomi lainnya sehingga dapat diperoleh varietas yang lebih unggul. d. Analisis genetik terhadap sifat ketahanan. e. Identifikasi dasar-dasar kimia dan fisika sifat ketahanan. f. Pengujian lapangan multi lokasi. g. Pelepasan varietas tahan hama yang baru. PENGEMBANGAN VARIETAS TAHAN DENGAN BIOTEKNOLOGI Pengembangan varietas tahan hama secara konvensional banyak dikaji dan telah diperoleh hasil yang menggembirakan. Penggunaan varietas tahan terbukti mampu mengurangi tingkat serangan hama sehingga hasil panen dapat meningkat. 39
  • 42. Sebagian besar varietas tahan hama yang dilepaskan, diperbanyak dan digunakan di Indonesia saat ini masih merupakan hasil teknologi pemuliaan tanaman secara tradisional yang telah diuraikan sebelumnya. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi akhir-akhir ini tidak menutup kemungkinan penerapan bioteknologi modern dalam bidang pertanian untuk dapat menghasilkan varietas tahan hama. Aplikasi bioteknologi pertanian memberikan peluang yang sangat baik terhadap perkembangan kualitas maupun kuantitas produk-produk pertanian. Beberapa bioteknologi yang telah dikembangkan diantaranya rekayasa genetika yang mencakup rekombinasi DNA, pemindahan gen, manipulasi dan pemindahan embrio, kultur sel dan jaringan, regenerasi tanaman dan antibodi monoklonal. Tanaman hasil rekayasa genetika yang selanjutnya disebut tanaman transgenik dapat direkayasa memiliki sifat ketahanan terhadap jenis hama tertentu. Salah satu sifat unggul tanaman transgenik adalah ketahanan terhadap hama setelah tanaman tersebut disisipi dengan gen toksik yang berasal dari Bacillus thuringiensis (Bt). Sampai akhir tahun 2003 di Indonesia hanya satu varietas kapas Bt yang telah diijinkan dan dilepaskan secara terbatas di Sulawesi Selatan. Di dunia Internasional tanaman transgenik tahan hama yang telah dikembangkan meliputi tanaman kapas, jagung, kentang. Berbagai tanaman tersebut telah disisipi gen yang berasal dari bakteri Bt sehingga tahan terhadap jenis hama tertentu. Aplikasi pemindahan gen dengan teknik biologi molekuler dengan sasaran memperoleh sifat-sifat tertentu dapat dilakukan lebih cepat, dengan ketepatan yang tinggi serta perolehan spektrum sifat yang jauh lebih lebar daripada hasil pemuliaan tanaman konvensional. Perkembangan bioteknologi telah memungkinkan ilmuwan untuk mentransformasikan gen Bt yang dikehendaki ke dalam genom berbagai jenis tanaman pertanian. Gen Bt yang menyandi protein delta-endotoksin telah dapat disisipkan ke dalam tanaman untuk pengendalian hama tertentu. Misal tanaman kapas Bt telah disisipi dengan gen cry1Ac untuk mengendalikan hama penggerek buah kapas Helicoverpa virescens. Tanaman kapas Bt memproduksi toksin secara terus-menerus sehingga serangga peka yang hidup dalam jaringan tanaman akan mati kalau memakan jaringan tersebut. Tanaman transgenik akan terlindung dari serangan hama selama racun protein masih terus diproduksi. Karena racun protein yang dihasilkan hanya aktif bagi beberapa jenis serangga tertentu, suatu jenis tanaman transgenik tahan hama hanya dapat mengendalikan jenis-jenis hama tertentu. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN VARIETAS TAHAN HAMA KONVENSIONAL Kelebihan a. Penggunaannya praktis dan secara ekonomi menguntungkan b. Sasaran pengendalian yang spesifik c. Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten d. Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya e. Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas Kekurangan Beberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui antara lain: 40
  • 43. a. Waktu dan Biaya Pengembangan b. Keterbatasan Sumber Ketahanan c. Timbulnya Biotipe hama d. Sifat Ketahanan yang Berlawanan KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA Kelebihan 1. Efektif mengendalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil 2. Penurunan penggunaan pestisida kimia 3. Penurunan biaya pengendalian 4. Pengendalian hama secara selektif 5. Penurunan populasi hama dalam areal yang luas Keterbatasan Tanaman Transgenik 1. Resistensi hama terhadap toksin 2. Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran 3. Pengurangan keanekaragaman hayati 4. Variasi hasil 5. Kepekaan terhadap jenis hama lain 6. Pengembalian investasi tidak terjamin 7. Risiko bagi kesehatan 8. Ketergantungan pada industri benih transgenik KARANTINA PERTANIAN Tujuan karantina pertanian adalah mencegah masuknya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan ke wilayah negara RI, mencegah tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan mencegah keluarnya dari wilayah negara RI. Karantina Pertanian terdiri dari: 1. Karantina Hewan 2. Karantina Ikan 3. Karantina Tumbuhan Kita memiliki dasar hukum untuk karantina yaitu: 1. UU RI No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan 2. PP No 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan KARANTINA TUMBUHAN Pengertian penting: 1. Organisme Pengganggu Tumbuhan karantina (OPTK) yang terdiri dari OPTK Golongan I, OPTK Golongan II a. OPTK adalah semua organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 41
  • 44. b. OPTK Golongan I yaitu OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Tidak dapat dibebaskannya OPT tersebut karena sifatnya memang tidak dapat dibebaskan, atau belum diketahui cara untuk membebaskannya, atau cara untuk membebaskannya belum dapat dilakukan di Indonesia. c. OPTK Golongan II yaitu semua OPTK yang dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. 2. Kawasan Karantina adalah kawasan yang semula diketahui bebas dari hama dan penyakit tumbuhan karantina, sekarang telah ditemukan adanya organisme tertentu yang dahulunya tidak ada. 3. Sertifikat Kesehatan Karantina (Phytosanitary Certificate) adalah surat keterangan yang dibuat oleh pejabat berwenang di negara atau area asal/pengirim/transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tercantum di dalamnya bebas dari OPT, OPTK, OPTK golongan I, OPTK golongan II, dan atau OPT Penting. 4. Analisis Risiko Hama dan Penyakit Tumbuhan (Pest Risk Analysis/PRA) adalah suatu proses untuk menetapkan bahwa suatu OPT merupakan OPTK, atau OPT Penting, serta menentukan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan yang sesuai guna mencegah masuk dan tersebarnya OPT tersebut. Tindakan Karantina: 1. Pemeriksaan 2. Pengasingan 3. Pengamatan 4. Perlakuan 5. Penahanan 6. Penolakan 7. Pemusnahan 8. Pembebasan Kasus “kebobolan” masuknya hama baru di Indonesia: 1. Keong/siput mas 2. Pengorok daun kentang 3. Nematoda Sista Kuning 42
  • 45. bukudiktathamadanpenyakittanaman-130302221720-phpapp02.doc Materi 7 PENGENDALIAN HAYATI A. Parasitoid dan Predator Tujuan: 1. Mempelajari prinsip dan teknik pengendalian hayati sebagai salah satu komponen dalam sistem PHT 2. Mempelajari agens pengendalian hayati yang berupa parasitoid dan predator 3. Mempelajari manfaat dan masalah yang dihadapi dalam penerapan pengendalian hayati Materi: LATAR BELAKANG Pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara "terkait kepadatan populasi" sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi musuh alami, memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Meskipun praktek pengendalian hayati telah dilakukan ratusan tahun yang lalu di daratan Cina, pengendalian hayati yang pertama kali didokumentasikan ialah pada tahun 1762, ketika burung Mynah dibawa dari India ke Mauritius untuk memangsa hama belalang. Secara ilmiah keberhasilan pengendalian hayati pertama yang tercatat adalah pengendalian hama kutu berbantal pada kapas Icerya purchasi di California, Amerika Serikat dengan mengintroduksikan predator dari Australia yaitu kumbang vedalia, Rodolia cardinalis pada tahun 1888. Setelah keberhasilan tersebut kemudian ratusan jenis hama telah berhasil dikendalikan dengan cara hayati. Banyak hama di Indonesia berhasil dikendalikan dengan memasukkan musuh alami terutama sebelum tahun 1950-an sewaktu pestisida belum banyak digunakan oleh petani. Salah satu jenis hama adalah hama belalang pedang Sexava sp yang menyerang kelapa yang dapat berhasil dikendalikan oleh parasitoid telur Leefmansia bicolor di Sulawesi Utara. Juga hama ulat daun kubis 43
  • 46. (Plutella xylostella) di Jawa Barat berhasil dikendalikan oleh parasitoid Diadegma sp. Introduksi parasitoid telur Chelonus sp dari wilayah Bogor ke Flores untuk mengendalikan ngengat mayang kelapa (Batracedra spp). Pembiakan massal parasitoid telur Trichogramma spp dan lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis) sangat membantu mengendalikan serangan penggerek batang tebu pada tahun 1972. Selanjutnya pada 1975 telah diintoduksikan kumbang moncong Neochetina eichhorniae dari Flores ke Bogor untuk pengendalian eceng gondok. Introduksi kumbang Curinus coreolius dari Hawai dilakukan untuk mengendalikan hama kutu loncat lamtoro Heteropsylla sp tahun 1986. Dari tahun 1950 sampai 1970an pengendalian hayati pamornya berkurang akibat penggunaan pestisida kimia yang sangat dominan di seluruh dunia. Dengan munculnya konsepsi PHT pengendalian hayati kembali diharapkan menjadi tumpuan teknologi pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi maupun ekonomi. BEBERAPA PENGERTIAN Agar tidak timbul kerancuan lebih dahulu perlu dibedakan pengertian tentang pengendalian hayati (biological control) dan pengendalian alami (natural control) yang seringkali dibicarakan bersama. Pengendalian Hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. De Bach tahun 1979 mendefinisikan Pengendalian Hayati sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami sehingga kepadatan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian. Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya oleh karena bekerjanya musuh alami, tetapi juga oleh komponen ekosistem lainnya seperti makanan, dan cuaca. Ada beberapa ahli yang meluaskan pengertian pengendalian hayati sebagai usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup. Varietas tahan hama, manipulasi genetik, dan penggunaan serangga mandul dimasukkan sebagai bagian teknik pengendalian hayati. Untuk selanjutnya dalam kuliah kita gunakan pengertian pengendalian hayati yang pertama. AGENS PENGENDALIAN HAYATI Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap spesies serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut "musuh alami". Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena adanya musuh alami tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok organisme dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata di luar serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah dari golongan serangga sendiri. Dilihat dari fungsinya musuh alami atau agens pengendalian hayati dapat kita kelompokkan menjadi parasitoid, predator, dan patogen. 44
  • 47. 1. Parasitoid Perlu sedikit penjelasan antara istilah parasitoid dan parasit. Parasitisme adalah hubungan antara dua spesies yang satu yaitu parasit, memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain, yaitu inang. Parasit hidup pada atau di dalam tubuh inang. Inang tidak menerima faedah apapun dari hubungan ini, meskipun biasanya tidak dibinasakan. Misalnya kasus cacing pita pada manusia dan caplak pada binatang. Istilah parasit lebih sering digunakan dalam entomologi kesehatan. Serangga yang bersifat parasit yang pada akhirnya menyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan ke dalam definisi parasit. Karena itu kemudian diberikan istilah baru yaitu parasitoid yang lebih banyak digunakan dalam entomologi pertanian. Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Serangan parasit dapat melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh inangnya karena parasitoid makan atau mengisap cairan tubuh inangnya. Untuk dapat mencapai fase dewasa suatu parasitoid hanya memerlukan satu inang. Dengan demikian parasitoid adalah serangga yang hidup dan makan pada atau dalam serangga hidup lainnya sebagai inang. Inang akan mati jika perkembangan hidup parasitoid telah lengkap. Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang artropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasanya sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Umumnya parasitoid akhirnya dapat membunuh inangnya meskipun ada inang yang mampu melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid dapat menyerang setiap instar serangga. Instar dewasa merupakan instar serangga yang paling jarang terparasit. Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit inang atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya dan menyelesaikan perkembangannya dapat berada di luar tubuh inang (sebagai ektoparasitoid) atau sebagian besar dalam tubuh inang (sebagai endoparasitoid). Contoh ektoparasit adalah Campsomeris sp yang menyerang uret sedangkan Trichogramma sp yang memarasit telur penggerek batang tebu dan padi merupakan jenis endoparasit. Fase inang yang diserang pada umumnya adalah telur dan larva, beberapa parasitoid menyerang pupa dan sangat jarang yang menyerang imago. Larva parasitoid yang sudah siap menjadi pupa keluar dari tubuh larva inang yang sudah mati kemudian memintal kokon untuk memasuki fase pupa parasitoid. Imago parasitoid muncul dari kokon pada waktu yang tepat untuk kemudian meletakkan telur pada tubuh inang bagi perkembangan generasi berikutnya. Ada spesies parasitoid yang dapat melengkapi siklus hidupnya sampai fase dewasa pada satu inang. Parasitoid semacam ini disebut parasitoid soliter merupakan suatu spesies parasitoid yang perkembangan hidupnya terjadi pada satu tubuh inang. Satu inang diparasit oleh satu individu parasitoid. Contoh parasitoid soliter antara lain Charops sp (famili Ichneumonidae). Parasitoid gregarius adalah jenis parasitoid yang beberapa individu dapat hidup bersama- sama dalam tubuh satu inang. Contoh parasitoid gregarious adalah Tetrastichus schoenobii. Jumlah imago yang keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali. 45