Ce diaporama a bien été signalé.
Le téléchargement de votre SlideShare est en cours. ×

Bicara Atau Penjara

Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Publicité
Chargement dans…3
×

Consultez-les par la suite

1 sur 20 Publicité

Plus De Contenu Connexe

Diaporamas pour vous (20)

Publicité

Similaire à Bicara Atau Penjara (20)

Plus par Damar Juniarto (17)

Publicité

Plus récents (20)

Bicara Atau Penjara

  1. 1. BICARAATAU PENJARA Ngabubur-IT • Bantul 8 Juli 2015 Angkringan Media Imaba ICT Watch SAFENET
  2. 2. BICARAItu Semangat Zaman Runtuhnya rezim anti-kritik tahun 1998 melahirkan gelombang demokratisasi baru: Daya Kritis Masyarakat Meningkat: Jika dulu orang takut bicara, kini orang berlomba-lomba untuk kritis. Media muncul di mana-mana dan berkat media sosial setiap orang bisa menjadi juru bicara persoalan masyarakat. Masyarakat Ingin Semakin Terlibat: Jika dulu masyarakat pasrah hidupnya diatur oleh negara, kini masyarakat ingin terlibat dalam proses pengambilan keputusan di tingkat desa sampai tingkat nasional.
  3. 3. BICARAAdalah Hak Kita Berbicara untuk mengemukakan pendapat, baik di dunia nyata maupun dunia maya, adalah hak yang dilindungi oleh negara. §  Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945: Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat §  Pasal 28 F UUD 1945: Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi §  Ayat 19 Kovenan Sipil PBB: Setiap orang berhak untuk berpendapat dan merdeka untuk berekspresi serta mencari, menerima, dan mendapatkan informasi. Hal ini berlaku di dunia nyata maupun di dunia maya.
  4. 4. BICARAAda Batasannya Sama seperti di dunia nyata, di dunia maya kemerdekaan berbicara pun ada batasannya. u  Artikel 19 Kovenan Sipil PBB: Kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat terikat pada tanggungjawab dan beban khusus. Oleh karena itu ia dibatasi oleh hukum: 1.  Untuk menghargai hak-hak dan reputasi orang lain 2.  Untuk melindungi keamanan nasional dan ketertiban sipil, moral publik
  5. 5. BICARAdi Hukum Indonesia Di Indonesia, ada lebih banyak lagi batasan aturannya: u  UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum: 1.  Menghindari terjadinya gangguan stabilitas menyangkut SARA (Suku Agama Ras dan Antar Golongan) 2.  Melindungi hak-hak pribadi golongan minoritas dari penindasan golongan mayoritas u  UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik: 1.  Pencemaran nama baik (juga diatur di pasal 310-311 KUHP) 2.  Penistaan agama 3.  Pengancaman
  6. 6. BICARA Bisa Diancam Penjara Apa hukuman yang akan menjerat mereka yang melanggar batas aturan tersebut? “Ancaman pidana 6 tahun penjara dan denda maksimal 1 milyar rupiah” Pasal 45 UU ITE Namun dalam pemeriksaan Polisi bisa menahan 20 hari dan Jaksa bisa memperpanjang jadi 40 hari dipenjara.
  7. 7. Karena Bicara, Masuk PENJARA Jumlah pengguna internet yang terkena jerat UU ITE dari tahun 2008 – Juli 2015: 96 orang (SAFENET)
  8. 8. MELIHAT CATATAN KASUS Terjerat UU ITE: 2008 – Oktober 2014
  9. 9. Berdasarkan Tahun Pertumbuhan kasus tampak membesar mulai tahun 2013 hingga tahun 2014. 53% (41 kasus dari 72 kasus UU ITE) terjadi di tahun 2014. Angka rata-rata kasus UU ITE sampai Oktober 2014 menunjukkan ada 4 kasus yang dilaporkan per bulan.
  10. 10. Secara geografis kasus UU ITE terjadi merata dari Aceh sampai ke Makassar. Berdasarkan Geografis
  11. 11. Berdasarkan Gender Sebanyak 77% dari 72 kasus yang terjadi menimpa pada laki-laki, sedangkan Perempuan sebanyak 23%.
  12. 12. Berdasarkan Pasal Hukum Sebanyak 92% dilaporkan dengan pasal defamasi pada pasal 27 ayat 3 UU ITE jo. Pasal 45 UU ITE dan pasal 310-311 KUHP. Sisanya dilaporkan dengan pasal penistaan agama (5%) dan pengancaman (1%).
  13. 13. Berdasar Media Internet Facebook menempati teratas dengan 49%. Tetapi anehnya media BBM dan SMS yang jelas bukan untuk publik juga tercatat bisa dikenakan kasus UU ITE.
  14. 14.  Berdasarkan Identitas Pengadu Meskipun awam paling besar (45%) mencatatkan kasus, namun Pejabat Publik juga cukup banyak. (37%).
  15. 15.  Berdasarkan Proses Hukum Sebesar 71% kasus diproses sampai ke pengadilan, namun hanya 13% yang diputus bersalah dengan rentang hukuman di bawah 1 tahun. 29% kasus tidak jelas kelanjutannya, berhenti di tengah jalan.
  16. 16. Siapapun Bisa Masuk PENJARA Artis, Aktivis, Pegawai Negeri Sipil, Ibu Rumah Tangga, Motivator, Mahasiswa, Advokat, Budayawan, Sosiolog, Karyawan, Politisi, Penulis, Sastrawan, Perawat, Wartawan, Ustad, Tukang Sate, … Pelapornya? •  Pejabat publik (Kepala daerah, kepala instansi / departemen) •  Kalangan profesi (dokter, jaksa) •  Awam (pemilik perusahaan, manajer)
  17. 17. Dampak Bila Berujung PENJARA Efek Jeri Siapapun yang pernah merasakan terjerat UU ITE akan mengalami efek jeri/chilling effect yang berakibat dirinya merasa takut untuk mengungkapkan pendapatnya lagi. Krisis Narasumber Kritis Di Makassar sejak 2013 terindikasi krisis yang melanda narasumber kritis karena mereka memilih menolak bicara di media lagi. Penutupan Media Di Aceh awal tahun 2015, media tandingan memilih untuk menghentikan kegiatannya setelah dituntut oleh gubernurnya sendiri.
  18. 18. PENJARASebagai Modus? Dalam pendalaman kasus dimana tidak ada pencemaran nama, penistaan agama, dan pengancaman, SAFENET menemukan bahwa motif utamanya: yang lain. § Kasus UU ITE Sebagai Barter Kasus § Kasus UU ITE Kuota Target Aparat Penegak Hukum § Kasus UU ITE Mainan Baru Mafia Kasus § Kasus UU ITE Sebagai Shock Therapy
  19. 19. Lindungi Bicara, Hapus PENJARA Perkembangan terakhir yang bisa dilaporkan: Awal 2015: Revisi UU ITE masuk dalam agenda Prolegnas 2015 Juli 2015: Naskah Akademis Menkominfo harus masuk ke dalam Baleg DPR. Kita harus bersuara dan menuntut revisi UU ITE agar memberi perlindungan atas hak bicara, bukan malah memidana warga.

×