Tiga aliran psikologi yang dibahas dalam dokumen tersebut adalah refleksisme, psikologi purposif, dan psikologi behaviorisme. Refleksisme menyatakan bahwa aktivitas perilaku sama dengan refleks, psikologi purposif mempelajari tujuan perilaku, sedangkan behaviorisme menekankan bahwa perilaku ditentukan oleh pengkondisian lingkungan.
1. REFLEKSISME, PSIKOLOGI PURPOSIF DAN
PSIKOLOGI BEHAVIORISME
MATA KULIAH : PSIKOLOGI UMUM I
KELOMPOK 6 :
LEONART MARULI
LASIDANIATI
RESHA DWI AGUSTINA
1
2. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
BAB II ISI
REFLEKSISME .......................................................................................................................... 4
IVAN PAVLOV ........................................................................................................................... 4-5
PSIKOLOGI PURPOSIF
WILLIAM MCDOUGALL .......................................................................................................... 6
PSIKOLOGI BEHAVIORISME
JOHN BROADUS WATSON ...................................................................................................... 7
EDWARD CHANCE TOLMAN ................................................................................................. 8
B.F. SKINNER ............................................................................................................................. 9-10
DANIEL KAHNEMAN ............................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP (KESIMPULAN) ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13
2
3. REFLEKSISME, PSIKOLOGI PURPOSIF DAN BEHAVIORISME
BAB I
PENDAHULUAN
Aliran di dalam ilmu psikologi yang kami bahas kali ini terdapat dalam 3 bagian,
yaitu refleksisme, psikologi purposif dan psikologi behaviorisme. Sebelum kami menjelaskan
pandangan tokoh-tokoh psikologi dalam 3 aliran ini, kami akan menjelaskan secara garis
besar terlebih dahulu mengenai ketiga aliran ilmu psikologi ini. Refleksisme menyatakan
bahwa aktivitas perilaku tidaklah berbeda dengan reflek-refleks oleh tubuh. Karena yang
menciptakan aliran ini bukan seorang psikolog melainkan seorang ahli ilmu faal atau fisiologi
dari Rusia yaitu Ivan Pavlov, Refleksisme kemudian menjadi aliran di dalam ilmu psikologi
yang tidak berdiri sendiri melainkan menjadi bagian dari psikologi behaviorisme.
Sedangkan,Psikologi Purposif dapat difenisikan sebagai aliran ilmu psikologi yang
mempelajari tujuan dari suatu perilaku1, psikologi purposif juga berkaitan erat dengan
psikologi sosial. Psikologi Purposif mempunyai objek studi tentang insting, emosi, perilaku
kelompok dan lain sebagainya. Dan terakhir psikologi behaviorisme menekankan bahwa
semua perilaku ditentukan oleh proses pengkondisian, aliran psikologi behaviorisme juga
menurunkan paham keilmuan yang dianut oleh Pavlov (Refleksisme) jadi paham
behavorisme juga mempelajari tentang refleks-refleks manusia. Yang dimaksud dengan
proses pengkondisian (conditioning process) ini terjadi dengan adanya interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Para penganut aliran behaviorisme percaya bahwa respon-respon
terhadap rangsangan yang ada di lingkungan sekitar kita akan membentuk perilaku kita2.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa pandangan tokoh yang ada di dalam aliran
ini. Dimulai dari aliran refleksisme dengan tokohnya Ivan Pavlov yang merupakan seorang
fisiolog dari Rusia, penemuannya di bidang fisiologi atau ilmu faal mempengaruhi landasan
pemikiran psikologi behaviorisme. Kemudian ada Psikologi Purposif dengan tokohnya
William McDougall. Khusus untuk pembahasan mengenai Psikologi Behaviorisme kami
mengganti tokoh Edwin Bissen Holt dengan Daniel Kahneman yang merupakan psikolog
behaviorisme yang lebih mutakhir, selain itu kami membahas pandangan J.B. Watson, B.F.
Skinner dan Edward C. Tolman dalam bab yang sama.
1
http://psychologydictionary.org/purposive-behaviorism/
http://psychology.about.com/od/behavioralpsychology/f/behaviorism.htm
2
3
4. BAB II
REFLEKSISME
Ivan Pavlov(1849-1936)
Ivan Pavlov sebenarnya bukan merupakan seorang psikolog melainkan ahli di bidang
ilmu fisiologi (faal) dari Rusia. Namun, Pavlov memiliki hasil eksperimen yang berarti di
bidang psikologi terutama yang berkaitan dengan refleks. Pandangannya adalah bahwa
aktivitas psikis tidaklah berbeda dengan rangkaian-rangkaianrefleks, kemudian nantinya di
dalam ilmu psikologi kita cukup mempelajari refleks-refleksnya saja (dasar paham psikologi
behaviorisme). Pavlov juga merupakan seseorang yang dianggap menjadi cikal bakal
munculnya
aliran
behaviorisme.
Eksperimennya
yang
terpenting
adalah
tentang
pengkondisian klasik (Classical Conditioning) dengan langkah-langkah sebagai berikut3 :
1. Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai objek penelitiannya, pertama ia
menggunakan daging (stimulus tak terkondisi = rangsangan yang tidak perlu
dipelajari bersifat alamiah) kepada anjing tersebut untuk melihat respons terhadap
anjing tersebut, dan secara alami anjing tersebut mengeluarkan air liurnya
(respons tak terkondisi yang mempunyai arti respons yang tidak perlu
dipelajari/alamiah).
2. Lalu, pada langkah ini Pavlov hanya menggunakan bel atau metronome (stimulus
netral) dan anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya (respon tak terkondisi
atau alamiah).
3. Kemudian, Pavlov membunyikan bel atau metronome(stimulus netral) dan daging
(stimulus
alamiah)
tersebutsecara
bersamaan,
kemudian
anjing
tersebut
mengeluarkan air liurnya lagi, dan hal ini dilakukan secara konstan (beberapa kali
dengan cara yang sama).
4. Terakhir, Pavlov hanya membunyikan bel atau metronome tersebut kepada anjing
tersebut dan hasilnya anjing tersebut mengeluarkan air liur (respons atau refleks
berubah menjadi terkondisi atau tidak alamiah), karena anjing tersebut
mengasosiasikan kehadiran lampu dengan adanya daging (jadi anjing tersebut
“dibohongi”).
3
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum hal. 58-59 cetakan ke 2, PT. Rajagrafindo Persada (2010)
4
5. GAMBAR 14
Sama halnya yang biasa terjadi pada manusia, seseorang yang sedang mengalami
perasaan jatuh cinta biasanya memiliki perhatian yang khusus kepada suatu objek yaitu
handphone, bunyi handphone tadinya adalah sesuatu yang bersifat netral. Tetapi, karena
seringnya intensitas mereka berdua melalui handphone tersebut maka mereka perlahan
mengasosiasikan bunyi telepon adalah pasti dari sang pacar padahal belum tentu demikian,
jadi seringkali manusia juga bisa dibohongi dengan adanya “rangsangan alamiah” tersebut,
selain itu hal ini juga sering terlihat dalam iklan-iklan produk dengan brand ternama,
seseorang cenderung untuk membuat respons yang sebenarnya tidak disadari olehnya adalah
“manipulasi” stimulus oleh tim marketing untuk membuat konsumen tergoda membeli
produknya. Eksperimen dari Pavlov diatas yang menjadikan dasar-dasar lahirnya aliran
psikologi behaviorisme secara metodologi penelitian.Kesimpulan yang bisa diambil dari
penelitian Pavlov diatas adalah tingkah laku dapat dibentuk ataupun diubah dengan
cara proses kondisioning. Dalam APA (American Psychological Association) menempatkan
Ivan Pavlov sebagai salah satu ilmuwan yang paling mempengaruhi ilmu psikologi modern
selain Sigmund Freud. Walaupun ia cenderung tidak menyukai ilmu psikologi karena
menganggapnya sebagai ilmu yang kurang ilmiah atau obyektif.
4
gambar di download dari http://www.simplypsychology.org/pavlov.html
5
6. PSIKOLOGI PURPOSIF
William McDougall (1871-1938)
Pemikiran utama William McDougall dalam bidang psikologi lebih ditekankan
kepada psikologi purposif kadang juga disebut dengan psikologi Hormik. Pemikiran
McDougall sebenarnya saling tumpang tindih satu sama lain, di satu sisi ia ingin menjadikan
psikologi ilmu yang bersifat obyektif sama seperti Pavlov (hanya melihat tingkah laku yang
bisa diamati saja) namun di lain sisi ia juga menjadi salah satu pionir di dalam studi psikologi
sosial yang lebih bersifat abstrak. McDougall mengungkapkan beberapa konsepnya dalam
ilmu psikologi diantaranya adalah5 :
Teori Insting : Insting atau naluri ialah kecenderungan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu, dan perilaku (insting) ini biasanya
tidak dipelajari dahulu sebelumnya melainkan sudah merupakan pembawaaan sejak
lahir.Menurut McDougall insting ini biasanya lebih jelas nampak dalam perilaku yang
melibatkan emosi. Tetapi jika ditelusuri lebih lanjut perilaku insting ini sebenarnya
bersifat kompleks karena tidak hanya berkaitan dengan perilaku marah atau bahagia,
insting seksual, makan/minum, tetapi juga bisa terdapat didalam perilaku
pengambilan keputusan (decision making).
Sentimen
: Menurut McDougall sentimen adalah sistem emosi tertentu
yang timbul terhadap obyek-obyek tertentu. Kalau kita mendengar lagu tertentu dan
kita merasa sedih atau terharu, maka itu adalah sentimen.
Teori mengenai jiwa kelompok (group mind) : McDougall berpendapat bahwa
setiap orang yang mengeluarkan semacam energi. Kalau dua orang atau lebih
berkumpul, maka energi-energi itu akan saling berinteraksi dan terorganisir menjadi
satu kekuatan baru yang mempengaruhi tingkah laku suatu kelompok. Contohnya
adalah perkumpulan mahasiswa yang ingin melakukan suatu unjuk rasa. Pemikiran
McDougall mengenai group mind ini justru lebih mempengaruhi psikologi sosial.
McDougall dalam bukunya Social Psychology mengemukakan lebih lanjut tentang
konsep instingnya tersebut, ia mengatakan bahwa emosi takut pada dasarnya adalah insting
untuk melarikan diri, emosi heran pada dasarnya adalah insting ingin tahu dan emosi kasih
sayang pada dasarnya adalah insting orang tua (parental).
5
Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi hal 71-73, PT. Bulan Bintang
(2013)
6
7. PSIKOLOGI BEHAVIORISME
John Broadus Watson (1878-1958)
J.B. Watson merupakan ahli psikologi pertama yang dianggap mencetuskan paham
behavirorisme
setelah
Pavlov
meletakkan
dasar-dasar
metodologinya.
Psikologi
Behaviorisme ini sifatnya eksperimental sangat berbeda dengan aliran psikologi lainnya
seperti psikologi humanistik. Watson berpendapat bahwa metode instrospeksi tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan kesadaran, karena menurutnya hal tersebut tidaklah obyektif6.
Psikologi haruslah menjelaskan tingkah laku yang nyata saja seperti makan, menulis, berjalan
dan sebagainya (tingkah laku yang nyata itu biasanya disebut dengan overt behavior).
Watson ingin merubah paradigma di dalam ilmu psikologi yang tadinya mempelajari
masalah jiwa menjadi perilaku7. Yang mana kemudian hal ini mempengaruhi aliran
psikologi mainstream dengan cara mengkuantifikasi/menganalisa perilaku dengan metode
statistik. Selain itu ada tingkah laku yang tidak terlihat seperti berfikir dan emosi, hal ini
disebut dengan covert behavior8. Psikologi behaviorisme tidak menutup kemungkinan untuk
mempelajari aspek-aspek yang tidak terlihat tersebut seperti berfikir sejauh ia memiliki
gerakan-gerakan implisit. Berfikir menurut Watson adalah tidak lain adalah bicara yang tidak
nampak (implisit). Seorang yang sedang berfikir menurut Watson membuat gerakan-gerakan
lidah yang sangat lemah sehingga tidak nampak seperti berbicara. Namun hal ini tidaklah
sepenuhnya benarkarena seorang yang tidak mempunyai lidah lagi karena suatu hal tetap bisa
berfikir walaupun tidak bisa berbicara. Selain itu ia juga mengungkapkan tentang emosi yang
menurutnya tidak lain adalah gerakan-gerakan otot-otot kelamin yang implisit. Misalnya, jika
otot kelamin seseorang sedang menegang maka timbul perasaan senang. Sedangkan, jika
otot-otot alat kelamin berhenti menegang maka muncul perasaan tidak enak.Tetapi anehnya
emosi ini seringkali tidak berkaitan dengan masalah seksual saja, jadi argumen Watson
mengenai ini juga bisa dibantah. Sebagaimana Pavlov, ia mempercayai perilaku dan bahkan
kebudayaan hanyalah merupakan refleks-refleks terkondisi saja. Ia bahkan berargumen dapat
melatih 10 orang anak dan membuat masing-masing anak tersebut mempunyai kepribadian
yang berbeda-beda (pemalu, pemarah, pemberani dll)9.
6
Ibid., hal. 73
th
Richard Gross, The Science of Mind & Behavior hal. 15 6 edition, London : Hodder Education (2010)
didownload dari www.pdfbook.co.ke
8
Ibid., hal. 74
9
Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, op.cit., hal. 28
7
7
8. Edward Chance Tolman (1886-1959)10
Tolman melanjutkan ajaran McDougall dengan mengungkapkan konsep psikologi
purposif dalam behaviorisme. Ia mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara mendasar
adalah tingkah laku molar. Yang dimaksud tingkah laku molar itu seperti perilaku bekerja,
makan, tidur dll. Dalam tingkah laku molar ini terdapat perilaku yang tingkatannya lebih
kecil yaitu tingkah laku molekular. Yang dimaksud dengan tingkah laku molekular adalah
saat seseorang sedang makan misalnya, gerakan menyendokkan nasi adalah salah satu contoh
tingkah laku molekular. Tolman tidak menyetujui pendapat John B. Watson yang lebih
menekankan tingkah laku molekular (refleks). Tolman memformulasikan pemikirannya
dalam rumus sebagai berikut :
Dimana :
B = Behavior (tingkah laku)
f= fungsi
S = Situasi atau stimulus
A = Antecedent, Hal-hal yang mendahului situasi
Jadi tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului situasi
tersebut. Adapun tugas psikologi menurut Tolman adalah mempelajari hubungan antara B
dengan S dan A. Dengan cara ini Tolman berpendapat bahwa psikologi dapat mencapai
obyektifitas yang maksimum.
10
Sarlito, Berkenalan dengan tokoh-tokoh, op.cit., hal. 75
8
9. B.F. Skinner (1904-1990)
Skinner kurang sependapat dengan Tolman mengenai perumusan tingkah laku,
menurut Skinner dengan adanya faktor A (antecedent) yaitu hal-hal yang mendahului situasi
ini sangat bervariasi dalam perilaku manusia dan seringkali dijadikan alasan oleh para
peneliti yang tidak dapat menerangkan suatu tingkah laku secara umum.Skinner berpendapat
bahwa tingkah laku sepenuhnnya ditentukan dengan situasi atau stimulus.Jadi rumus Skinner
hanya menghilangkan faktor Antecedent yang telah dibuat oleh Tolman
, rumus
ini seringkali disebut dengan teori S-R dari Skinner. Untuk membuktikan kebenaran dari teori
tersebut ia melakukan eksperimen dengan cara operant kondisioning sebagai berikut :
Gambar 211
1. Skinner memasukkan tikus kedalam sebuah kotak yang sudah diperlengkapi dengan
alat-alat seperti 1) dua tombol, satu untuk mengeluarkan makanan dan satunya lagi
untuk menonaktifkan aliran listrik, 2)lampuyang bisa diaktifkan/dinonaktifkan oleh
Skinner, bagian bawah kotak juga dipasang jaringan listrik yang bisa diaktifkan / di
non-aktifkan oleh Skinner sendiri, dan terakhir ia juga memasang 3) kotak makanan.
2. Tikus yang berjalan-jalan di dalam kotak tersebut secara tidak sengaja menekan
tombol yang telah terpasang di dalamnya dan kemudian muncullah kotak yang berisi
makanan. Karena tikus tersebut tahu dengan menginjak tombol tersebut ia bisa
mendapatkan makanan maka ia melakukan hal tersebut berulang-ulang untuk
mendapatkan makanan. Tingkah laku ini disebut dengan tingkah laku operant,
11
http://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html
9
10. karenatikus berusaha untuk membuat keadaan berubah dari yang tidak ada makanan
menjadi ada. Skinner mendapatkan esensi bahwa perilaku manusia juga sama dengan
tikus tersebut yaitu suatu perilaku yang dianggap bisa menyenangkan dirinya akan
dilakukan terus-menerus.
3. Pada tingkat lebih lanjut Skinner membuat lampu menyala sebagai tanda bahwa
adanya makanan di dalam kotak dan tikus menekan tombol tersebut untuk
mendapatkan makanan lalu tikus tersebut mengambil makanannya, kemudian Skinner
mencoba mengosongkan kotak makanan tersebut dan membuat lampu tidak menyala,
dan tikus berusaha menekan tombol tersebut dan tidak mendapatkan adanya makanan.
Kemudian Skinner mengalirkan aliran listrik untuk menyengat tikus sebagai
punishment karena tidak mengikuti aturan untuk mengambil makanan. Hal ini
seringkali kita jumpai di dalam masyarakat, misalnya seorang menderita penyakit
jiwa yang sudah parah, seorang psikiater yang merawatnya bisa melakukan shock
therapy terhadap dirinya untuk menghentikan kebiasaan negatifnya (sama dengan
Skinner’s punishment terhadap tikus).
4. Tikus tersebut akhirnya belajar untuk membedakan stimulus, makanan hanya bisa
didapatkan olehnya jika lampu dinyalakan oleh Skinner dan tombol ditekan.
Sedangkan pada saat lampu tidak menyala maka ia tidak akan menekan tombol untuk
mendapatkan makanan. Jadi tikus bisa membedakan lampu yang saat ini menjadi
stimulus diskriminasi.
10
11. Daniel Kahneman (1934-...)
Daniel Kahneman merupakan seorang ahli psikologi dari Israel, aliran psikologinya
adalah behavioris dan juga bisa dikategorikan ke dalam psikologi kognitif. Kahneman
sebenarnya merupakan ahli psikologi murni, tetapi banyak dari hasil penelitiannya justru
mempengaruhi bidang ekonomi. Kami menambahkan bab ini untuk membahas pemikiran
Daniel Kahneman di bidang (decision making) pengambilan keputusan dan kompatriotnya
Amos Tversky seorang statistikawan di bidang psikologi. Sumbangan terbesar pemikiran
Kahneman di dalam bidang psikologi adalah tentang perilaku hedonistik (yang mereka
rumuskan dalam prospect theory)yang mana pemikiran ini juga berimbas ke bidang ekonomi
terutama bagi para trader dan juga tentang pembuatan keputusan (decision making) di dalam
situasi yang beresiko. Pertama kami akan membahas mengenai prospect theorydan
rumusannya sangat sederhana. Kahneman & Tversky melakukan penelitian terhadap
beberapa sampel, dengan contoh sebagai berikut12 :
Variabel 1(Gain Condition) : Dalam situasi ini seseorang bisa mendapatkan 1000
US$ dengan kemungkinan persentase 50% dan 500 US$ dengan kepastian (100%). Dari
sampel yang diambil sebanyak N = 70 orang, 84% dari sampel memilih untuk mendapatkan
500 US$ dibandingkan dengan 1000 US$ yang hanya 16% orang saja yang memilih.
Variebel 2(Risk Condition) : Dalam situasi ini seseorang diberikan 2000 US$ dengan
kemungkinan ia akan kehilangan 1000 US$ dengan persentase kerugian 50% dan yang kedua
adalah kehilangan 500 US$ dengan pasti (100%). Dari sampel yang diambil sebanyak 68
orang (N = 68), 69% orang memilih kemungkinan untuk rugi 1000 US$, dibandingkan
dengan rugi 500 US$ yang sudah pasti sebanyak 31% dari sampel.
Kesimpulan : Bisa disimpulkan dari penelitian Kahneman dan Tversky bahwa
seseorang cenderung berperilaku untuk mendapatkan keuntungan yang sudah pasti (walaupun
lebih kecil jumlahnya) dan menghidari kerugian yang bersifat sudah pasti.
12
Daniel Kahneman & Amos Tversky, Prospect Theory : An Analysis of Decision Under Risk hal. 273,
Econometrica Journal (1979), didownload dari www.jstor.org
11
12. BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum dapat disimpulkan baik refleksisme dari Ivan Pavlov, psikologi purposif dari
William McDougall dan para tokoh-tokoh aliran behaviorisme menginginkan bahwa ilmu
psikologi haruslah meneliti perilaku yang bisa diteliti saja. Mereka tidak lagi berspekulasi
tentang konsep jiwa yang sifatnya abstrak dan ingin membuat ilmu psikologi selangkah lebih
maju untuk mendekatkan diri kepada sains murni.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
Gross, Richard (2010), The Science of Mind & Behavior 6th edition, London : Hodder
Education
Sarwono, Sarlito W. (2013), Berkenalan dengan Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, PT.
Bulan Bintang
Sarwono, Sarlito W. (2010), Pengantar Psikologi Umum cetakan ke 2, PT. Rajagrafindo
Persada
Jurnal :
Kahneman, Daniel & Amos Tversky(1979), Prospect Theory : An Analysis of Decision
Under Risk, Econometrica Journal
Situs Internet :
http://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html
http://www.simplypsychology.org/pavlov.html
http://psychology.about.com/od/behavioralpsychology/f/behaviorism.htm
http://psychologydictionary.org/purposive-behaviorism/
13