Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat Alkitab untuk menghindari dan menyelesaikan konflik antar anggota keluarga, termasuk menaklukkan amarah, mencintai pasangan dengan tulus, dan selalu memaafkan. Tujuannya adalah memulihkan hubungan dan menciptakan kedamaian di rumah.
1. MASA KESUSAHAN
Pelajaran 10 untuk 8 Juni 2019
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah
matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Efesus 4:26)
2. Alkitab adalah pedoman tingkah laku yang dapat
diandalkan. Ia memberikan nasihat berharga
tentang bagaimana menyelesaikan konflik
antarpribadi.
Konflik-konflik ini terkadang menyebabkan
masalah di rumah. Pekan ini kita memelajari
beberapa bagian Alkitab yang dapat membantu
kita mencegah dan menyelesaikan konflik di
antara anggota keluarga.
Tujuh nasihat untuk menghindari konflik.
Nasihat-nasihat untuk resolusi konflik:
Menaklukkan Amarah
Cinta Sejati
Pentingnya Pengampunan
3. “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau
akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu.” (Matius 7:5)
“Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena
memaafkan pelanggaran.” (Amsal 19:11)
Sebelum mencoba memperbaiki
ketidaksempurnaan orang lain, kita harus
memahami bahwa ketidaksempurnaan kita
sendiri lebih besar, dan itu harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Mengkritik kesalahan orang lain akan
menghasilkan lebih banyak masalah
daripada menyelesaikannya.
Ketika anda merasa tersinggung,
tanyakan pada diri sendiri: Apakah layak
untuk memulai konflik karena hal ini?
Renungkan apa yang terjadi, bagikan
perasaan anda dengan cara yang positif,
dan sarankan solusi yang sebenarnya
adalah yang terbaik untuk semua orang
yang terlibat.
4. “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah
sebelum perbantahan mulai.” (Amsal 17:14)
“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera
dan yang berguna untuk saling membangun.” (Roma 14:19)
Sebelum memulai konflik,
pikirkan dampaknya di masa
depan dalam dua hingga tiga hari
ke depan. Dan bagaimana dengan
dampak dalam satu atau dua
tahun?
Banyak pasangan telah
memperdebatkan masalah yang
mungkin tampak usang saat ini.
Kita dapat mencegah konflik dengan
mengikuti dua nasihat sederhana ini:
1. Lakukan segala sesuatu yang membawa
kedamaian dan keharmonisan di rumah
anda.
2. Carilah cara untuk mendorong
pertumbuhan pribadi pasangan anda.
5. “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.” (Efesus 4:32)
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah.” (Roma 3:23)
“dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4)
Ingatlah bahwa pasangan kita adalah orang
berdosa dan mereka tidak sempurna. Terimalah
mereka sebagaimana Kristus menerima kita.
Dengan penuh doa mencari pertumbuhan bersama
dalam kekudusan.
Jangan berusaha hanya untuk kepentingan
kita sendiri; utamakan kepentingan
pasangan kita. Apa pun yang baik untuk
mereka, juga akan baik untuk kita.
Kita harus belajar mengampuni karena Kristus telah
mengampuni kita, terutama jika kita berpikir
pasangan kita tidak pantas mendapatkan
pengampunan kita.
6. Kapankah amarah menjadi suat dosa?
Kemarahan yang tidak beralasan yang muncul dari sifat
mementingkan diri adalah dosa.
Jika kemarahan yang beralasan dipertahankan, itupun
akhirnya menjadi kebencian, yang juga merupakan
sebuah dosa.
Kita mungkin punya alasan baik untuk
marah, tetapi jangan gunakan itu
sebagai alasan untuk tetap seperti itu.
Berdoalah bagi mereka yang menyakiti
kita, maafkanlah mereka dan jadilah
berkat bagi mereka.
Paulus mendorong kita untuk tidak mempertahankan amarah, tetapi untuk
menyelesaikan konflik sebelum hari itu berakhir.
MENAKLUKKAN
AMARAH
“‘Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa:
janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu dan
janganlah beri kesempatan kepada
Iblis.” (Efesus 4:26-27)
7. CINTA SEJATI
“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap
dia.” (Kolose 3:19)
Sebagian orang
memiliki konsep cinta
yang salah. Mereka
berpikir bahwa semakin
mereka mencintai
pasangannya, semakin
mereka harus
memaksakan kehendak
mereka sehingga
pasangan mereka
bahagia. Mereka bahkan
dapat menggunakan
kekerasan atau
pelecehan untuk
melakukannya.
Cinta sejati tidak memaksakan sesuatu. Ia meniru
kasih dari TUHAN. Ia tidak mudah marah, tidak
mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu, ia tidak
menyukai hal yang jahat, ia juga selalu melindungi. (1
Korintus 13; 1 Yohanes 4:7-8).
Ketika cinta sejati berkuasa, saling melayani menjadi
normanya. Kedua belah pihak merasa terlindungi dan
aman.
8. Rasul Paulus
menganjurkan kita
untuk berdamai
dengan semua orang,
sejauh yang kita
ketahui (Roma 12:18).
Bagaimanakah hal ini
berhubungan dengan
pengampunan? Jika kita yang memulai masalah, kita harus mengakui
kesalahan kita dan dengan tulus meminta pengampunan.
Jika seseorang telah menyinggung kita, kita harus
memaafkan mereka bahkan jika mereka tidak meminta
maaf. Jika TUHAN telah mengampuni kita, tidakkah
seharusnya kita juga memaafkan orang lain (Matius 18:21-
35)?
Tujuan kita harus selalu memulihkan hubungan yang
rusak, sehingga membawa kedamaian bagi mereka.
PENTINGNYA
PENGAMPUNAN
“Berusahalah hidup damai dengan
semua orang dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang
pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14)
9. “Jika kehendak TUHAN dilakukan, suami dan istri akan saling
menghormati dan menumbuhkan cinta dan kepercayaan diri.
Apa pun yang akan merusak kedamaian dan persatuan
keluarga harus disingkirkan, dan kebaikan serta cinta harus
dihargai. DIA Yang mewujudkan roh kelembutan, kesabaran,
dan kasih akan menemukan bahwa roh yang sama akan
tercermin padanya. Di mana ROH ALLAH berkuasa, tidak akan
ada pembicaraan tentang ketidakcocokan dalam hubungan
pernikahan. Jika Kristus benar-benar terbentuk di dalam
rumahtangga, harapan akan kemuliaan, akan ada persatuan
dan kasih di rumah.
E.G.W. (Counsels for the
Church, cp. 21, p. 131)
Kristus yang berdiam di hati istri akan
selaras dengan Kristus yang berdiam di
hati suami. Mereka akan berupaya
membangun bersama untuk rumah
yang telah Kristus persiapkan bagi
mereka yang mengasihi Dia.”