2. Demokritos (460-360 SM), merupakan pelopor pandangan materialisme
klasik, yang disebut juga “atomisme”. Demokritos beserta para pengikutnya
beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi (yang disebut atom). Atom-atom merupakan bagian dari
yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu
bergerak, sehingga dengan demikian membentuk realitas pada pancaindera kita.
Ludwig Feuerbach (1804-1872) mencanangkan suatu meta-fisika
materialistis, suatu etika yang humanistis, dan suatu epistemology yang
menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu, ia ingin mengganti
idealisme Hegel (guru Feuerbach) dengan materialisme. Jadi, menurut
Feuerbach, yang ada hanyalah materi, tidak mengenal alam spiritual.
Kepercayaan terhadap Tuhan hanyalah merupakan suatu proyeksi dari kegagalan
atau ketidakpuasan manusia mencapai cita-cita kebahagiaan dalam hidupnya.
Dengan kegagalan tersebut manusia memikirkan suatu wujud di luar yang
dikhayalkan memiliki kesempurnaan, yang merupakan sumber kebahagiaan
manusia, suatu wujud yang bahagia secara absolute. Oleh karena itu, Tuhan
hanyalah merupakan hasil khayalan manusia. Tuhan diciptakan oleh manusia itu
sendiri, secara maya, padahal wujudnya tidak ada.
3. Materialisme (sering disebut naturalism), berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural.
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan
kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide,
bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi
secara objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi.
Bisakah seseorang memikirkan meja atau kursi sebelum benda
yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.
Rohani, jiwa, spirit, dan sebagainya muncul dari benda.
Rohani dan kawan- kawannya itu tidak akan ada seandainya tidak
ada benda. Bagi materialisme, roh,jiwa, itu malahan tidak diakui
adanya, tentu saja termasuk Tuhan. Materialisme tidak
menyangkal adanya spirit, roh, termasuk Tuhan. Akan tetapi,
spirit, Tuhan, itu muncul dari benda. Jadi, roh, Tuhan, spirit, itu
bukan hakikat.
4. Aliran ini adalah aliran yang tertua. Ada beberapa alasan
mengapa aliran ini dapat berkembang :
1) Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan,
yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
Pikiran yang masih sederhana tidak mampu memikirkan
sesuatu diluar ruang, yang abstrak.
2) Penemuan- penemuan menunjukkkan betapa
bergantungnya jiwa pada badan. Maka, peristiwa jiwa selalu
dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol
dalam peristiwa itu.
3) Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada
benda, seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ.
Kesemuanya ii memperkuat dugaan bahwa yang merupakan
hakikat adalah benda.
5. Ciri-ciri filsafat materialisme
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu
materi
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib
3. Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat
mencapai ilmu
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam
peletakkan hukum
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai
akhlaq
6. Variasi aliran filsafat materialisme
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik
dan materialismemetafisik.
a) FilsafatMaterialisme Dialektika
Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang
segala sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum
dialektika: hukum saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala
yang berlaku secara objektif di dalam dunia semesta. Pikiran-pikiran
materialisme dialektika inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan
misalnya, “bumi berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap
timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti” dsb. Semua pikiran
ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa
berkembang.
b) FilsafatMaterialismeMetafisik
Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong
atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran
materialisme metafisik ini misalnya: “sekali maling tetap
maling”, memandang orang sudah ditakdirkan, tidak bisa berubah.
7. Tokoh-tokoh filsafat materialisme adalah:
1. Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal
adalah air.
2. Anaximandros (610-545 SM) berpendapat bahwa unsur
asal adalah apeiron, yaitu unsur yang tak terbatas.
3. Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur
asal adalah udara.
4. Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal
adalah api.
5. Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat
alam adalah atom-atom yang amat banyak dan halus.
Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam
semesta.
8. Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang
dewasa ini, dijadikan sebagai landasan berpikir adalah
“Positivisme”. Menurut positivisme, kalau sesuatu itu memang
ada, maka adanya itu adalah jumlahnya. Aguste Comte (Runes,
1963:234) sebagai pelopor positivisme membatasi pengetahuan
pada bidang gejala-gejala (fenomena). Menurut Comte, terdapat
tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia, yaitu:
1. Tingkatkan teologis (pola berpikir manusia dikuasai oleh
tahayul dan prasangka)
2. Tingkatkan metafisik (pola berpikir abstrak)
3. Tingkatkan positif (pola berpikir yang mendasarkan pada
sains)
Materialisme maupun positivisme pada dasarnya tidak
menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut
Henderson (1959), materialisme belum pernah menjadi penting
dalam menentukan sumber teori pendidikan.
9. Implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai
berikut:
1. Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan
proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2. Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan
manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup
sosial dan pribadi yang kompleks.
3. Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat
dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan
sasaran perilaku.
4.Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR
conditioning), operant condisioning, reinforcement, pelajaran
berprogram dan kompetisi.
5. Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh
kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan
untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
6. Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses
pendidikan, guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar
siswa.
10. Pengaruh materialisme terhadap pendidikan adalah sangat
buruk, karena materialisme sangat mengacu pada materi dan itu
tidak baik untuk dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan
harus bisa menyesuaikan diri dengan siapapun tidak memandang
materi dan yang lebih di utamakan adalah ide atau gagasan yang
dapat di kembangkan dalam pendidikan.
Seperti yang terjadi pada zaman sekarang banyak guru yang
materialistis, seorang guru atau pendidik hanya ingin
mendapatkan gaji yang besar dan mendapatkan sertifikasi.
Sementara seperti yang kita ketahui bahwa guru seharusnya
mengajar dan mendidik siswa harus dengan hati yang tulus ikhlas
agar ilmu yang ia ajarkan bisa masuk ke otak siswa. Terkadang
banyak juga guru yang hanya masuk kelas sebentar dan
selanjutnya memberi tugas lalu ia keluar tanpa ia ketahui apakah
siswanya sudah mengerti atau belum dengan apa yang ia ajarkan.
Dengan cara guru yang seperti itu apakah pantas kita sebut guru
yang bertanggung jawab? Tentu tidak kan. Guru seperti itu sama
halnya tidak lebih dari seorang guru yang hanya ingin memakan
gaji buta.
11. Terkadang ada pula sekolah atau universitas yang bayaran
nya mahal tetapi fasilitas tidak sesuai dengan biaya yg di
keluarkan. Terkadang sekolah itu hanya guru jadikan ajang untuk
memamerkan kekayaan, seperti pamer-pamer perhiasan, tas-tas
mahal, sepatu-sepatu mahal, dan barang-barang lainnya yang
menurut mereka mahal dan elegan, padahal kalo kita lihat dengan
kasap mata mereka hidup dari uang siswa, tetapi mereka tidak
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai seorang guru. Di
universitas-universitas juga sama bayaran mahal tetapi fasilitas
tidak sesuai, AC dan INFOCUS hanya di jadikan sebagai pajangan
tetapi pada saat kita pakai itu mati, banyak mahasiswa demo tapi
tidak di dengar oleh rektor, patut kita pertanyakan kemana uang
tersebut, kita tidak mendapatkan hak-hak kita sebagai mahasiswa
untuk menikmati fasilitas yang ada, sedangakan yang kita lihat
mobil-mobil para pejabat kampus sangat mewah-mewah
terpampang di depan rektorat, tetapi bus mahasiswa yang sudah
hampir tidak layak pakai saja tidak di ganti-ganti. Realitas yang
kita rasakan saat ini hanyalah ada materialistis dalam kehidupan.
Semuanya berdasarkan materi dan tidak hanya guru saja bahkan
semua kalangan masyarakatpun lebih mementingkan materi di
bandingkan dengan kehidupannya di akhirat nanti.