permintaan pasar luar negeri terhadap bambu laut cukup tinggi dan cara pengambilannya cukup mudah, hanya dicungkil dengan linggis saja. sehingga menimbulkan kerusakan habitatnya di hampir seluruh perairan habitatnya. dan harga dari bambu laut ini hanya Rp 2000 / kg dalam keadaan basah, sehingga secara ekonomi tidak sebanding antara nilai manfaat yang didapat dengan nilai kerusakan yang ditimbulkannya. maka sudah selayaknya bambu laut ini diberikan status dilindungi
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Pentingnya Status Perlindungan Bambu Laut
1. {
PENTINGNYA
PERLINDUNGAN
TERHADAP BAMBU
LAUT (Isis spp.)
Dalam Rangka Fasilitasi Penetapan Status Perlindungan Jenis
Ikan Yang Terancam Punah) berdasarkan Kepmen KP Nomor.
35/2013
DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN
DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Oleh :
Didi Sadili
Kasubdit Konservasi Jenis Ikan
Jakarta, 2 Juli 2014
3. Karakteristik Bambu Laut
• Koloni Isis hippuris kelihatan mirip dengan koloni
kelompok akar bahar Rhumpella sp., terutama
pertumbuhan yang seperti semak dan permukaan
koloni yang halus.
• Isis hippuris memiliki percabangan yang cenderung
ke arah kanan, dan ujung atas koloni yang
melengkung seperti busur.
• Ukuran dan bentuk cabang-cabang Isis hippuris lebih
pendek dengan ujung cabang lebih bulat.
• Tekstur tubuh dan koloni Isis hippuris agak kaku dan
hanya sedikit bergoyang bila kena ombak.
• Pada umumnya, jenis Isis hippuris, bangsa
Scleraxonia, anak bangsa Calcaxonia, memiliki
bentuk koloni seperti pohon, muncul dari dalam
substrat, tumbuh tegak dengan medula yang identik
dengan batang pada tumbuhan.
• Warna koloni kuning cerah, kuning kehijauan atau
coklat muda. Warna koloni ini dipengaruhi oleh
kandungan pigmen dari alga uniseluler
(zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis di dalam
jaringan koenensimnya.
Jika karang mengalami bleaching
/kematian akibat pemutihan,
maka tidak diikuti oleh Isis
hippuri (biota yang tahan
terhadap perubahan iklim).
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Sub-Kelas : Octocoralia
Bangsa : Scleraxonia
Anak-
Bangsa
: Calcaxonia
Suku : Isisidae
Marga : Isis
Jenis : Isis hippuris (LINNAEUS,
1758)
Nama
Umum
: Bambu Laut
Nama
Lokal
: Sariawan (Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara)
Klasifikasi
4. Distribusi vertikal Isis hippuris
Habitat
- Perairan dangkal yang tenang hingga berarus, substrat keras dan berpasir.
- Habitat terumbu karang (semua zona terumbu karang dan gobah).
- Terumbu karang (rusak, sedang dan bagus) keculi bekas dibom.
Lereng landai
Lereng terjal
Rataan terumbu
Gobah
Dasar terumbu
10. Status Pemanfaatan dan Perdagangan
• Sejak tahun 1995 sudah di ekspor
nama latinnya (jasminisis)
• Dimanfaatkan sebagai : bahan dasar
obat (anti cancer, anti virus) dan
perhiasan
• Kemungkinan Lokasi / pengeksport :
Bone, Kendari-Sultra, Selayar-Sulsel,
NTT dan NTB
• Negara tujuan eksport : Amerika,
Eropa dan China
• Jumlah eksport lebih dari 19 ton
11. BEBERAPA FAKTOR YANG MENYEBABKAN
MARAKNYA PENGAMBILAN BAMBU LAUT
Permintaan pasar : Berdasarkan informasi yang dihimpun dari
nelayan, untuk menjual bambu laut tidaklah sulit, karena terdapat
pedagang pengumpul yang setiap harinya membeli bambu laut dari
nelayan
Teknologi sederhana : Sangat berbeda dengan menangkap ikan
yang membutuhkan alat tangkap ditambah dengan sifat ikan yang
cenderung berpindah-pindah,untuk pengambilan bambu laut dialam
hanya membutuhkan alat selam sederhana , dan parang untuk
memotong koloni Bambu Laut.
Sebaran yang Luas : Penyebaran Bambu sangat luas dan untuk
mengambilnya pun tidak dibutuhkan waktu yang lama,
12. Rantai Perdagangan dan Nilai Jual
Bambu Laut
Nilai jual bambu laut di tingkat nelayan
Rp. 1500-2000/kg kering
Nilai jual bambu laut di tingkat
eksportir Rp. 5000/kg
Eksportir bambu laut umumnya
terdapat di Makassar dan Surabaya
Fisherman
Midleman I
in Island
Midleman II
in Regency
Midleman
III in
Makassar
Exportir
In Makassar
13. Survey Bambu Laut di Perairan Sulawesi
SPERMONDE, SULSEL (UNHAS, 2008)
LOKASI
Sub-
Stasiu
n
Kol/
L.Trse
k
Kategori
P. Samalona I
II
11
26
Jarang
Jarang
P.
Kodingarenglompo
I
II
7
17
Jarang
Jarang
P.
Kodingarengkeke
I
II
32
3
Jarang
Jarang
P. Bonetambung I
II
209
15
Melimpa
h
Jarang
Gs. Bonebattang I
II
42
44
Jarang
Sedikit
P. Barranglompo I
II
26
45
Jarang
Jarang
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
PERAIARAN KONAWE, SULTRA
(BPSPL Makassar, 2012)
LOKASI
Kol/
L.Trse
k
Kategori
Soropia 0 -
Waworaha 90 Sedang
Wawobungi-
1
181 Melimpa
h
Wawobungi-
2
0 Sedang
P> SORONDE, GORONTALO
(BPSPL Makassar, 2012)
LOKASI
Kol/
L.Trse
k
Kategori
Stasiun-1 99 Sedikit
Stasiun-2 48 Sedikit
Kupang, NTT
(KKJI, 2013)
LOKASI
Kol/
L.Trsek
Kategori
Tablolong 1 22 Jarang
Tablolong 2 44 Jarang
Tablolong 3 68 Sedikit
Tablolong 4 50 Jarang
Dermaga TNI AL 96 Sedang
Tenggara P.
Semau
180 Melimpah
Selatan P. 144 Banyak
SELAYAR, SULSEL
(BPSPL Makassar, 2012)
LOKASI
Kol/
L.Trse
k
Kategori
Stasiun-1 45 Melimpa
h
Stasiun-2 48 Melimpa
h
Stasiun-3 30 Sedang
14. • Bambu laut merupakan salah satu jenis oktokoral
yang hidup di perairan tropis indo-pasifik. Oktokoral
merupakan biota penyusun terumbu karang kedua
sesudah karang batu yang mempunyai peranan besar
dalam menjaga kesinambungan ekosistem penting
pesisir dan sumberdaya ikan
• Pengambilan bambu laut untuk tujuan perdagangan
berpeluang besar menyebabkan kepunahan bambu
laut karena dipanen dengan cara mencabut seluruh
koloni tanpa menyisakan bagian untuk regenerasi.
Eksploitasi bambu laut di beberapa tempat sudah
berlebihan dan sudah membahayakan ekosistem.
• Hasil kajian dan survey status populasi bambu laut
yang dilakukan oleh UNHAS, Dit. KKJI dan BPSPL
menunjukan bahwa pada daerah-daerah yang
dilakukan pengambilan bambu laut populasinya
sudah jarang ditemukan, khususnya di perairan
Sulawesi dan NTT
15. • Pengambilan dan perdagangan bambu laut bukan
merupakan mata pencaharian utama masyarakat,
tetapi merupakan sumber pendapatan tambahan.
Perlindungan terhadap bambu laut tidak akan
menyebabkan dampak yang besar pada tingkat
kesejahteraan masyarakat
• Nilai jual bambu laut pada level masyarakat sangat
rendah, hanya sekitar Rp. 1.500 s.d. Rp. 5.000/kg
kering. Sehingga nilai ekonomi yang didapatkan dari
pengambilan bambu laut tidak seimbang dengan
dampak kerusakan yang ditimbulkan
• Bambu Laut belum termasuk dalam daftar Red list
IUCN, Appendiks CITES dan daftar biota laut yang
dilindungi oleh pemerintah Indonesia, sehingga
populasinya rawan mengalami ancaman kepunahan.
17. Adanya surat edaran tentang pelarangan pengambilan bambu laut
Surat Edaran Gubernur Sulteng kepada Bupati/Walikota Seluruh Sulteng
Nomor : 523/529/DISKANLUT tanggal 27 Oktober 2009 perihal : pelarangan
pengumpulan dan pemasaran bambu laut (Isis hippuris) dan batang merah
(Melitodes/Sealipress)
Surat Edaran Bupati Sinjai Nomor : 660/943/SET, tanggal 23 Juni 2005
tentang pelarangan pengambilan bambo laut dan sejenisnya
Hasil Konsultasi Publik yang dilakukan KKP di Sulsel, Sulut, Sulteng, dan Sultra :
masyarakat dan pemerintah daerah mendukung adanya upaya perlindungan
bambu laut
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
RENCANA PERLINDUNGAN BAMBU LAUT
Lokasi Sosialisasi dan Konsultasi Publik Bambu Laut
18. Surat Edaran Dirjen KP3K No. 233
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Bambu Laut dan Habitatnya
19. Rekomendasi
LIPI
Ekspor bambu laut untuk
sementara waktu dihentikan
sampai adanya kejelasan
manfaat baik sebagai bahan
obat-obatan dan sebagai bahan
mentah kerajinan
Pertimbangannya adalah sangat
rendahnya nilai jual komoditas
bambu laut dan terdapat
kerusakan habitat yang cukup
besar dalam memanfaatkannya,
serta mengingat manfaat bambu
laut secara ekologi dalam siklus
rantai makanan dan manfaat
bambu laut sebagai sumber
bahan bioaktif
20. PROSEDUR PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN
JENIS IKAN (Permen KP 35/2013)
1. Usulan Inisiatif
2. Verifikasi
Usulan
4. Analisis
Kebijakan
5.Rekomendasi
Ilmiah
6. Penetapan Status
Perlindungan
PENGUSUL MENTERI KP
DIRJEN KP3K
TIM PENETAPAN STATUS
:
1. VERIFIKASI USULAN
2. ANALISIS KEBIJAKAN
MENTERI KP
LIPI
MENTERI KP
3. Konsultasi
Publik
21. ALTERNATIF PERLINDUNGAN TERBATAS BAMBU LAUT
BERDASARKAN PERMEN NO.35/2013
A. PERLINDUNGAN PENUH
Perlindungan thd seluruh
siklus hidup, bagian2 tubuh
dan derivat
B. PERLINDUNGAN TERBATAS
1. Perlindungan ukuran tertentu
2. Perlindungan wilayah sebaran
tertentu
3. Perlindungan waktu tertentu
23. Perlindungan terbatas waktu 5 tahun ini dipilih dengan pertimbangan :
1. Lebih mudah diimplementasikan;
2. Lebih mudah dalam melakukan pengawasan;
3. Memberikan alokasi waktu yang cukup untuk:
• untuk melakukan persiapan-persiapan upaya pengelolaan
• menyiapkan pembenaan manajemen pengelolaan bambu laut
(manajemen plan)
• menyiapkan teknologi dan pengembangan pemanfaatan bambu
laut yang lestari
4. Secara nasional kegiatan pengambilan langsung bisa dihentikan,
sehingga dapat menyetop kekhawatiran terhadap dampak
kerusakan yang lebih besar;
5. Dibanyak tempat sudah banyak terdegradasi dan diperlukan waktu
5 tahun untuk recovery (pertumbuhan 0,5-1 cm/bulan)
25. No Asal Data Periode Tahun (Ton)
2012 2013
1 UPT:
BBKI, PM&KHP Makassar
56.5601 61.211
2 UPT:
BBKI, PM&KHP Kelas I
Surabaya II
749.067 73.816
Volume Ekpor Bambu Laut
Periode Tahun 2012 - 2013
56.5601
749.067
61.211 73.816
0
100
200
300
400
500
600
700
800
BBKI, PM&KHP Makassar BBKI, PM&KHP Kelas I Surabaya II