Studi kasus di Desa Sriharjo, Yogyakarta menunjukkan bahwa orang tua menjadikan salah satu anak sebagai tumpuan hidup di masa tua dengan memberikan tabun atau hewan ternak. Remaja pedesaan dipengaruhi gaya hidup urban lewat media dan interaksi. Perempuan di Bali dapat menjadi pengambil keputusan di rumah tangga namun masih dalam kerangka hierarki gender yang memberikan peran manajemen kepada pria.
2. Saya lebih menitikberatkan pada teori – teori yang berkaitan
dengan value, dan akan berkembang sesuai dengan definisi
yang ditemukan.
Pertanyaan mendasar diadakannya penyusunan ini
adalah:
What do youth and mom, both in urban and rural areas, spend (in
terms of money and time) most on?
3. 3 (tiga) kata kunci mengenai sistem nilai budaya berdasarkan
uraian Koentjaraningrat dan Heddy Shri Ahimsa-Putra:
Ada dalam alam pikiran masyarakat
Masyarakat itu lah yang melakukan penilaian
Berpedoman pada norma-norma, hukum dan aturan
4. Berdasarkan pada pertanyaan mendasar maka definisi
value yang lebih tepat terdapat dalam tulisan Graeber
dalam bukunya Toward an Anthropological Theory of
Value – The False Coin of Our Own Dreams. Yaitu:
Value in the economic sense: “The degree to which
objects are desired, particularly, as measured by how
much others are willing to give up to get them” (hal. 1)
atau dalam kata lain “… value simply the measure of
individual desire … “ (hal. 46) sehingga Value as the
importance of actions (hal. 49)
5. Desire diungkapkan oleh D‟Andrade dalam salah satu
tulisannya pada buku Human Motives and Cultural Models
(D‟Andrade and Strauss, 1992: 23) dalam penjelasannya
mengenai motivation.
“Motivation is experienced as a desire or wish followed by a
feeling of satisfaction if the desire is fulfilled or a sense of
frustration if it is not.”
Pada halaman sebelumnya D‟Andrade mengungkapkan:
“It is important to investigate the types of experiences that
lead people to feel (often without thinking much about it)
that a certain course of actions is their only reasonable
alternative. “ (Hal. 13)
6. Definisi nilai dalam penyusunan ini mengacu pada definisi
value in the economic sense, yang dilatarbelakangi oleh
experiences, yang menghasilkan motivasi atau tujuan yang
menjadi dasar dalam proses decision making dan diakhiri
dengan sebuah tindakan (actions). Perlu dicatat bahwa Motivasi
berhubungan erat dengan perasaan (emotion).
Types of Experiences Value in the economic sense Mo-
tivations (goals) Decision making Actions
7. Pandangan Sosiolog UGM: Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi
(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2012)
Fakta yang terjadi adalah: Barang yang sehari-hari tidak dibeli, tapi
saat bulan puasa di beli
- Setelah menahan lapar dan dahaga menjadi alasan untuk
mengonsumsi makanan yang istimewa
- Peningkatan konsumsi karena (1) adanya pengaruh iklan, (2)
tawaran barang dengan harga murah merangsang orang menjadi
konsumtif, (3) sejak liberalisasi ekonomi masuk dalam tata ekonomi
Indonesia, masyarakat didorong untuk menjadi konsumtif. Budaya
konsumtif sengaja didorong oleh pasar lewat iklan dsb.
- Masyarakat belum paham betul apa makna puasa (puasa sebagai
ritual semata)
8. Peningkatan konsumsi ini dinilai juga sebagai peningkatan
konsumtif positif
1. Dilakukannya buka bersama
2. Dilakukannya sedekah yang menandakan sangat bagusnya
ekonomi dan terjadinya transfer material dari yang kaya
kepada yang miskin
9. Pemerintah menggerakkan kader kesehatan dan anggota
forum kesehatan desa untuk mensosialisakan pentingnya
garam ber-iodium untuk menanggulangi tingginya kasus
kematian bayi pada saat dilahirkan pada 20 – 25 tahun silam.
„Kelas Ibu‟ ini disebut sebagai tempat menimba ilmu yang
disebut dengan „wadah ngangsu kawruh‟.
10. Berdasarkan pengalaman para masyarakat di desa-desa
perbatasan RI – Timor Leste dimana mereka tidak kunjung
sembuh setelah mereka harus membayar mahal untuk biaya
dokter dan obat, masyarakat di desa-desa tersebut memilih
untuk membeli jamu lokal dan minyak urut yang lebih murah
dan memberikan kesembuhan bagi mereka.
Note: Pendekatan formalis digunakan dalam artikel.
Pendekatan formalis mendefinisikan ekonomi sebagai suatu
tindakan memilih antara tujuan-tujuan yang tidak terbatas
dengan sarana-sarana yang terbatas.
11. Tesis Puji Lestari, 2003, Antropologi UGM
Setting: Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten
Sleman, Propinsi DIY
Peran didefinisikan sebagai perilaku yang terpola.
Wanita pekerja dan penjual jasa berperan sebagai decision
maker dalam pemanfaatan WC.
Wanita pedagang dan petani sebagai pihak yang mengusulkan
dan suami sebagai pihak yang menyetujui dalam pemanfaatan
WC.
Wanita dalam perannya dalam kawasan domestik
merupakan decision maker.
12. Tesis Silverio R. L. Aji Sampurno, 2003, Antropologi UGM
Setting: Masyarakat Bantaran Kali Gajah Wong
Wanita berada dalam subordinasi laki-laki (hal 70-71)
“ … keutamaan seorang wanita adalah manak, macak, masak,
mapak dan manut.” (Hal. 67)
“Wanita Jawa dianggap sebagai konco wingking (teman di
belakang) atau wanita iku swargo nunut neraka katut (wanita itu
surga ikut neraka juga ikut).” (Hal. 67)
“… wanita rela mengganti namanya dengan nama suaminya
setelah menikah. “ (Hal 70-71)
13. Pengambil keputusan di Dharma Wanita, Dharma Pertiwi dan
PKK dilakukan oleh istri para lelaku yang menjabat sebagai
kepala di tempat kerjanya karena sudah menjadi tugas para
wanita itu untuk juga mengepalai semua wanita (istri
karyawan dan bujangan)
YET
Konco wingking juga dipahami sebagai pemberian
wewenang penuh kepada wanita dalam hal pengaturan
urusan domestik.
14. Unit Pengkajian dan Pengembangan Wilayah, Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1986
- Semakin luas tanah yang dimiliki suatu rumah tangga
semakin besar pula proporsi yang digunakan untuk
kebutuhan lain di luar makan Namun Meskipun suatu rumah
tangga tidak punya tanah bukan berarti dia tidak punya
pendapatan, justru sebaliknya, pengeluaran untuk makan
pada rumah tangga yang tidak memiliki tanah lebih besar
daripada mereka yang memiliki tanah sebesar 0.01 – 0.24
ha.
- Pengeluaran untuk makan secara absolut masih lebih besar
- PENDAPATAN TIDAK MEMILIKI PERAN BESAR DALAM
MENENTUKAN BESARNYA PENGELUARAN KONSUMSI
15. Setting: Jakarta, Semarang, Surabaya
Makmuri Sukarno, 1998, Disertasi
- Proses stratifikasi dalam pendidikan menunjukkan tendensi
akan adanya reproduksi kultural. “Parents‟ education was the
most powerful predictor of children‟s educational attainment.”
Secara sosiologis:
- Jumlah saudara kandung dalam suatu keluarga menunjukkan
status sosial-ekonomi dan orientasi keluarga tersebut. Jika
orang tua memilih untuk memiliki jumlah anak yang banyak,
hal ini mengimplikasikan bahwa orang tua lebih memilih
kuantitas dibandingkan kualitas. (Hal. 75)
16. Secara sosiologis (contd.)
- Jumlah anggota keluarga tersebut menunjukkan distribusi
dukungan yang diterima masing – masing anak
- Alokasi sumber daya dilakukan berdasarkan pada urutan
kelahiran
Anak laki-laki Jawa, lajang dan lahir di daerah perkotaan, dari
orang tua laki – laki dengan latar belakang pendidikan tinggi
dan pekerjaan yang layak sebagian besar meraih pendidikan
tinggi sehingga mendapatkan keuntungan lebih dari latar
belakang pendidikannya tersebut.
17. Studi kasus di Desa Sriharjo, Yogyakarta. Tesis Sukamtiningsih, 2001,
Antropologi UGM.
“ … anak bagi orang tua dapat dijadikan sebagai tumpuan hidup
nantinya di hari tua … mempertahankan salah satu anaknya
supaya dapat tetap tinggal dalam rumah (tabon) … umunya adalah
anak yang dianggap dapat dijadikan tumpuan hidupnya.” (Hal. 141)
Usaha yang dilakukan orang tua:
- Memberi tabon/tanah garapan ataupun ternaknya
- Pemberian bantuan dari anak yang tinggal serumah berupa
kebutuhan sehari-hari
- Ikut terlibat meringankan pekerjaan dalam rumah tangga anak
- Memberi bantuan keuangan untuk yang tidak terencana
18. Nitish Jha – American Ethnologist, Vol. 31, No. 4 (Nov., 2004)
pp. 552 – 572
- “… women have long played and continue to play an active part in
agriculture by engaging in a wide variety of tasks related to
cultivation.” (Hal. 552)
- In Bali,
- …. Women are considered complementary yet subordinate to men
in religious and popular discourse, but social writ does not explicitly
bar them from decision making in any setting.
- They are (women), by custom, allowed to own and manage land
and houseyards … Under these circumstances, a woman acts like
a man (meawak muani, lit. "has a man's body"); her husband
marries into her lineage and, in the process, loses many of his
prerogatives. Such a woman can make all of the important
managerial decisions inside the household
19. Ideologi yang ada di Bali mendukung hirarki gender yang
memberikan alokasi peran manajemen dalam masyarakat,
terutama domain dari pertanian, kepada pria dan mencegah
partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan pertanian
di luar tumah tangga. (Hal. 566)
Di dalam rumah tangga, wanita berpartisipasi dalam
memutuskan tanaman yang akan dipilih, kegiatan budidaya,
pengelolaan dana, dan sebagainya.
20. Sri Hastuti dan Lina Sudarwati – Sosiolog FISIP USU
Pandangan soiolog atas gaya hidup remaja pedesaan.
Remaja pada saat ini berpenampilan dan bertingkahlaku
layaknya selebritis yang mereka kagumi, meniru gaya hidup dan
jalan hidup mereka.
Dipengaruhi media dan interaksi dengan remaja kota
Gaya hidup, “titik pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak”
Konsumsi (Weber): Gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok
status tertentu
Menjadikan mereka (remaja) sebagai pelaku, atau masalah
mereka sebagai fokus, dengan sendirinya akan
menggampangkan pemasaran suatu produk kebudayaan populer.
21. Koning, Nolten, Rodenburg, and Saptari; Studies in Asian Topic
Series, No. 27, 2000
Tidak ada perempuan kampung yang melihat dirinya ataupun
tetangganya (perempuan) sebagai seorang „pembantu‟
berparas ayu yang berbudaya ataupun seorang warga
negara yang potensial dari Republik ini, Di daerah
perkampungan, dia melihat dirinya dan perempuan lain
pertama-tama sebagai seorang tetangga, kedua sebagai
seorang ibu dan yang terakhir adalah sebagai seorang istri.
(Hal. 15)
22. Di Sumatera Barat konsep rumah tangga: centrality of mothers
and children … Fathers seem to be presumed to be absent from
the household, playing the role of wage earner. (Hal. 52)
Tingginya angka perceraian pada kaum muslim Indonesia,
menunjukkan rapuhnya pernikahan. (Hal. 52)
“Pernikahan tidak selalu memberikan ketenangan dan keamanan bagi
kami (perempuan). Kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan
menemukan seorang pria yang dapat membahagiakan kami dan
memenuhi rasa percaya kami. Atas alasan ini, jangan jadikan
pernikahan sebagai tujuan utama, utamakan meraih tujuan yang lain
seperti mencari ilmu, mempelajari kerajinan, dll., namun jangan
pernah berpangku tangan dan tidak melakukan apa – apa” (Hal. 52)
23. Caroline Sweetman, Oxfam
Hasil survey atas 223 perempuan di Banjaran, Jawa Barat,
1999 – 2000
Pada tahun 1996 – 1997 sebelum krisis
Perempuan pekerja pabrik
1. Rata – rata menkontribusikan 38% pendapatannya kepada ibunya
atau keluarga
2. 16% menkontribusikan 80% pendapatannya
3. 11% menkontribusikan 100% pendapatannya
4. 19% tidak menkontribusikan pendapatannya
Sisa dari yang tidak dikontribusikan digunakan untuk membeli kopi
instan, makanan bungkus, transpor dan terkadang baju, make-up dan
untuk hiburan.
24. Setelah krisis (1999 – 2000)
Perempuan pekerja pabrik
1. Rata – rata menkontribusikan 53% pendapatannya kepada
ibunya atau keluarga
2. 33% menkontribusikan 80% pendapatannya
3. 30% menkontribusikan 100% pendapatannya
4. 5,5% tidak menkontribusikan pendapatannya
25. Dr. Sri Mulyani Martaniah, Fak. Psikologi UGM, Gadjah Mada
University Press, 1984
1. Merupakan penelitian perbandingan yang bertujuan untuk
mencari perbedaan sehingga beberapa faktor dikontrol dan
menggunakan analisis kovarions
2. Subyek: Remaja di Kotamadya, Kota Kabupaten dan Desa
26. Motif berprestasi remaja Jawa di Kotamadya dan kota
kabupaten tinggi, sedangkan remaja yang tinggal di desa
rendah. (Hal. 110)
Motif berafiliasi remaja kotamadya dan desa di atas rata –
rata, sedangkan remaja di kota kabupaten di bawah rata –
rata.
Motif berkuasa remaja Jawa di kotamadya dan di kota
kabupaten di bawah rata-rata, sedangkan motif berkuasa
remaja desa sedikit di atas rata – rata
27. Para Siswi SMA Santa Ursula I dan Tim Redaksi Majalah
SERVIAM, 1983
Permadi, ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen:
Konsumerisme: Suatu pola hidup yang konsumtif yang
dipaksakan oleh negara – negara maju untuk diikuti oleh
masyarakat negara berkembang, agar barang – barang
produksi negara – negara maju menjadi bertambah laku. (Hal.
13)
Konsumerisme berarti pola hidup dengan keinginan untuk
memberli barang – barang yang kurang / tidak diperlukan. (Hal.
14)
28. Idy Subandy Ibrahim, 2011
“ … kekuatan media massa telah menjelma menjadi bagaikan
“agama” dan “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku orang tidak
lagi ditentukan oleh agama – agama tradisional tetapi tanpa kita
sadari telah diatur oleh media massa, seperti program televisi.”
29. Di kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, DIY
Pidato Dies Natalis XXIV Universitas Atma Jaya Yogyakarta
1989 Andreas Sukamto, S.E
a. Untuk kegiatan produksi dikeluarkan 14.2% dari pendapatan
b. Untuk kegiatan konsumsi
- bahan makanan 56,5%
- bahan pakaian 5,9%
- alat – alat rumah tangga 2,6%
- pemeliharaan rumah 5,8%
- pendidikan 6,6%
c. Untuk kegiatan sosial 4,9%
d. Untuk kesehatan 3,5%
30. Setting: Potorono
Editor: Drs. Salamun, 1992 – 1993, Depdikbud
Yang menjadi ukuran kondisi ekonomi masyarakat adalah
kepemilikan barang dalam hal ini pemilikan media komunikasi.
31. Definisi Antropologis mengenai Konsumsi oleh Mary Douglas
dan Baron Isherwood dalam Tesis Christian Budiman, 1999 :
11)
“Pemakaian atas milik – milik material, segala jenis tindakan
penggunaan benda – benda”
“Konsumsi merupakan sebuah seni atau “cara berbuat”,
sebagai “seni berbuat” ini dan itu, meliputi “cara-cara
mengekspresikan” atau melakukan sesuatu”
32. Christian Budiman, Tesis, 1999
Hal. 76
“Bagaimana melakukan sesuatu dengan televisi (praktik
konsumsi)”
(1) “Menonton televisi adalah tindakan menjalin dan/atau
memutuskan ikatan interpersonal”
Hal. 77
(2) “Dengan hadirnya background noise, menonton televisi
adalah sekaligus menjadikannya sebagai “teman yang setia””
(3) “Menonton televisi adalah mendapatkan pengalaman, bersantai,
belajar, bermain, mengasuh, dan lain lain”
(4) “Adanya tindakan mengelola kekuasaan (monopoli remote control,
konflik selera)”
33. Dalam Konteks Spasio-Temporal
1. “Menonton televisi sebagai praktek pengemasan atau
pengorganisasian waktu dan ruang (adanya jadwal, ruang
dibuat secomfortable mungkin)”
2. “Menonton televisi adalah sebuah proses sosial yang aktif”
34. Dimensi Simbolik (Hal. 78 – 79)
“Televisi merupakan obyek konsumsi karena peran yang
dimainkannya dalam sistem simbolik.”
- Obyek simbolik qua (unsur – unsur penataan rumah)
- Wealth signifier
Dimensi Material
“Commodity candidacy”
Benda yang dibuat dengan maksud untuk dipertukarkan
35. Dipilihnya tulisan ini mengacu pada pertanyaan
mendasar diadakannya penyusunan ini :
What do youth and mom, both in urban and rural areas,
spend (in terms of money and time) most on?
Ekna Satriyati, Tesis, 2000 (Studi Kasus Desa Banjararum,
Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta)
“Alokasi waktu mempunyai nilai kontrol orang dewasa
terhadap anak – anak” (Orang tua memiliki posisi superior dan
anak – anak dalam posisi subordinat)
36. Waktu dibagi menjadi 2 (dua):
1. Time of: tahapan periodisasi kehidupan seseorang untuk
memeriksa konstruksi sosial dalam memandang proses umur
yang dijalani seseorang
2. Time in: Waktu yang digunakan anak-anak dalam menjalani masa
kanak-kanaknya. Digunakan untuk melihat bagaimana anak –
anak secara efektif dapat memanfaatkan waktunya untuk
memproduksi, mengontrol, mengatur perintah atau pesan nilai –
nilai budaya pada kehidupan sehari – hari
Pola pengaturan waktu dalam aktivitas sehari-hari menerapkan
konsep keselarasan, dengan mengacu pada prinsip orang Jawa
adalah untuk mencapai keselarasan, sehingga selalu bertindak di
bawah pertimbangan – pertimbangan masyarakatnya.
(1) Kesediaan spontan untuk membantu sesama manusia
(2) Rasa saling percaya pada sesamanya
(3) Filosofi: sepi ing pamrih, rame ing gawe
37. “Bagi orang tua, alokasi waktu (yang diterapkan pada anak –
anak disertai) dengan menaruh harapan moril dan beban
pekerjaan (yang diberikan pada anak) (adalah) sebagai bekal
awal mendidik anak.”
“Bagi anak, alokasi waktu yang diterapkan pada mereka
merupakan perintah yang menghabiskan seluruh waktunya.”
38. - Kegiatan domestik rumah tangga sebagian besar dikerjakan
anak sebagai hasil proses alokasi waktu dan kegiatan yang
memerlukan waktu lama
- Jenis pekerjaan untuk (anak) laki-laki sehubungan dengan
kemampuan fisiknya serta yang sesuai dengan perempuan
berkaitan dengan kodratnya
- Kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Jawa: pekerjaan
domestik
- Bantuan anak memiliki nilai ekonomis dalam
produktivitas keluarga
- Keharmonisan ditanamkan dengan menegakkan konsep
wedi, isin, sungkan, rame ing gawe dan sepi ing pamrih
sedini mungkin
39. Terkait dengan kesediaan untuk membantu sesama seperti
diungkapkan dalam penelitian di atas (Alokasi Waktu
bagi Anak – Anak di Desa Jawa), berikut ini adalah sistem gotong
royong dalam masyarakat pedesaan daerah Bali (menurut judul
bukunya), namun bagi saya lebih pada jenis – jenis kegiatan
dalam upaya menunjukkan kesediaan untuk membantu sesama.
1. Mesilih-bahu
Silih berarti pinjam dan bahu dapat berarti bahu atau ternak. Di Bali
mesilih-bahu berarti saling pinjam atau saling memberikan ternak
2. Meslisi
Meslisi berarti berganti-ganti membantu. Biasanya dilakukan oleh
kelompok-kelompok sosial yang memiliki anggota dengan pekerjaan
sejenis (petani, perajin, dsb)
40. 3. Ngrombo
Ngrombo berarti membantu yang dikerjakan oleh suatu
kelompok atau sejumlah kelompok untuk membantu suatu
kelompok tertentu
4. Metulung
Berarti membantu seseorang yang sedang berada dalam
keadaan bencana, malapetaka atau kecelakaan
5. Ngedeng
Ngedeng berarti menarik bantuan tenaga maupun materi
6. Ngajakang
Berarti menggotongroyongkan
41. 7. Ngoopin
Berarti membantu atau menolong dalam seluruh bidang kehidupan
8. Meurunan
Berarti turut mengeluarkan sumbangan untuk suatu kegiatan di
dalam suatu kelompok sosial
9. Ngulah semal
Ngulah (mengusir), semal (bajing atau tupai). Pesertanya adalah
pemilik pohon kelapa dan bertujuan untuk menaikkan hasil produksi
tanaman.
10. Metelik
Berarti memata-matai atau menyelidik (menjaga air agar tidak ada
pencurian air di lahan sawah)
42. 11. Ngempel
Merupakan kegiatan bersama para petani untuk
mengempang air dan sekaligus memperbaiki bendungan
atau empang yang rusak
12. Kerja Bakti
Proyek bermanfaat bagi kepentingan umum atau
kepentingan pemerintah (kebersihan umum, memperbaiki
selokan atau jalan, membersihkan jalan karena ada pejabat
yang akan datang, dsb)
13. Ngarap
Berarti membantu orang yang punya kerja (gawe)
43. 14. Ngedeh maling
Usaha untuk menangkap pencuri yang ketahuan
Gotong Royong
Hakekat dari hubungan manusia dengan sesama, alam
sekitarnya untuk keselarasan
44. Diambil dari buku “Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan
dalam Hubungannya dengan Pemeliharaan Lingkungan Hidup
DIY”
“sedaya ingkang kumelip wonten ing alam punika, ingkang
menunjang kangge panggesanganipun makhluk hidup”
Dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan mengacu
pada filosofi
“ngenehi anak putu ben komanan”
Setting: Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, DIY
45. Mujinem, Tesis, 2003
Keterlibatan istri dalam pekerjaan ringan: kerik, mepe, dan mulung
1. Industri rumah tangga genteng merupakan jenis pekerjaan kasar dan
lebih banyak membutuhkan tenaga fisik daripada pikiran dan lebih
banyak membutuhkan tenaga laki – laki
2. Masih ada kepercayaan atas hari naas dalam membakar genteng dan
adanya yang menunggu (baureksa), sehingga harus permisi (amit-amit)
3. Isteri mempunyai akses dan kontrol lebih dominan terhadap
pengelolaan uang baik uang modal usaha maupun untuk
kebutuhan rumah tangga
4. Isteri mempunyai kekuasaan mengambil keputusan untuk membeli
tanah liat, kayu bakar, minyak bacin, memberi upah pekerja,
menentukan harga jual genteng, dan membeli keperluan rumah
tangga setiap hari.
5. Akses dan kontrol isteri dalam hal menerima pekerja lebih
dominan
6. Akses dan kontrol suami pada penggunaan dan perawatan mesin pres
lebih dikontrol dan diakses suami.
46. Suatu studi di desa Jimbung, Kecamatan Kalikates,
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Sri
Wahyuningsih, 2003
Kerja menurut wanita Jimbung:
- Suatu kegiatan yang menghasilkan arti tertentu dan
dapat berguna untuk menghidupi keluarga
- Sesuatu yang dapat memberikan semangat hidup
Motivasi:
- Uang / upah (Ekonomi)
- Menjalin hubungan dengan orang lain (Sosial)
47. Bagi wanita Jimbung:
- Bekerja berarti mengerjakan pekerjaan tumah tangga
- Mencari nafkah adalah bekerja di tobong gamping
WANITA JIMBUNG MEMILIKI OTONOMI DALAM
KEHIDUPAN KELUARGANYA
48. Suatu tinjauan berwawasan “gender” oleh Tuty Gandarsih MRS
dan lebih menitikberatkan pada besarnya partisipasi ibu dalam
usaha tersebut
Kegiatan Besarnya Partisipasi Ibu terhadap
Partisipasi Bapak
Perolehan jenis bibit bunga,
penanaman bibit bunga, perawatan lebih kecil
tanaman, panen
Pemasaran bunga lebih besar
Akses terhadap bibit bunga,
penyuluhan dan sumber daya lebih kecil
Kontrol terhadap penentuan jenis
bibit dan pengolahan lahan lebih kecil
49. Tulisan oleh Dr. Masri Singarimbun dan Dr. D. H. Penny
(penelitian tahun 1976)
Distribusi pendapatan menurut pekerjaan (data 1959)
Pekerjaan Pengeluaran untuk Makanan
1. Petani (buruh) 75%
2. Petani (penyakap) 68%
3. Lain-lain 65%
4. Pedagang 64%
5. Petani (pemilik) 64%
6. Buruh 64%
7. Industri rakyat (usaha sendiri) 63%
8. Penerima bantuan (pensiunan, dsb) 60%
9. Bekerja sendiri 55%
10. Pegawai kantor 54%
50. Oleh Tim Peneliti UAJY dengan Biro Bina Mental dan Spiritual
Setwilda, DIY; 1993
Pendapatan masyarakat pedesaan diperoleh dari usaha tani
dan kegiatan non-tani
Pengeluaran:
88,9% pengeluaran untuk konsumsi (konsumsi bahan
makanan sebesar 57,82% serta bahan pakaian sebesar 5,7%)
Sisanya digunakan untuk usaha tani, pendidikan dan kegiatan
kemasyarakatan.
51. Suatu studi di kabupaten Boyolali Jawa Tengah oleh
Sadyadharma, Sudarno dan Piet Rietveld SW, 1988
- “Mobilitas penduduk wanita lebih tinggi dibandingkan dengan
mobilitas penduduk pria – wanita memegang peranan utama
dalam kegiatan transaksi dengan daerah sekitarnya yaitu
berupa kegiatan perdagangan khususnya komoditi pertanian”
- “Untuk kegiatan lainnya yang mendatangkan pendapatan, ...
laki-laki lebih dominan”
52. “Wanita yang membawa sayur dan buah – buahan, dari
desanya sendiri atau desa tetangganya ke pasar terdekat, atas
dasar sambilan (part-time), adalah orang yang paling tidak
memiliki suatu spesialisasi di semua orang yang berhubungan
dengan pasaran” (Sosiologi Pedesaan Jilid 1, Sajogyo dan
Sajogyo, 1984: 100)
53. “Anak … mengetahui konsep tentang dirinya sendiri atau
akunya, berdasarkan khayalan sendiri apa yang difikirkan oleh
orang – orang lain tentang dia” – disebut juga proses looking-
glass self
Diambil dari: Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan, wiriatmadja,
1976: 29)
54. Kasus di beberapa desa di Indramayu (dalam buku Pemuda
dan Perubahan Sosial, Abdullah, 1974: 49-70)
1. Orang yang paling menentukan tingkah laku pemuda adalah
orang tua
2. Pemuda desa merasa memerlukan pendidikan (demikian juga
orangtua mereka)
3. Pemuda desa lebih memilih pekerjaan selain bertani (demikian
juga orangtua)
4. Sebagian besar pemuda bepergian ke kota untuk rekreasi dan
bekerja
5. Bagi pemuda, kehidupan kota untuk dicontoh adalah dalam hal
mlata pencaharian dan bersenang-senang
6. Sebagian besar pemuda tidak pernah ikut dalam pertemuan desa,
yang ikut hanya sebagai pendengar
7. Pemuda lebih sering mengikuti penyuluhan desa
8. Pemuda merasakan manfaat dalam ikut organisasi lebih pada
bertambahnya kawan pada waktu senggang.
55. “ … para wanita tidak memberikan jawaban yang berlawanan
dengan tanggapan yang diberikan oleh suaminya … ia hanya
mengurus dapur dan anaknya, dan bahwa hal yang kami
tanyakan adalah menjadi wewenang suaminya. Akan tetapi
istri-istri para pemimpin desa mengetahui hampir segala hal
yang berlangsung dalam rangka pengambilan keputusan”
Diambil dari “Proses Pengambilan keputusan di Empat Desa di
Jawa Barat” (Hofsteede, 1971)
56. Pemuda pedesaan dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja
siap pakai di dunia modern untuk menjawab kebutuhan
perusahaan – perusahaan di pasar dunia.
“Rural youth was prepared as „already modern‟ workers
for the new world market factories”
Dangdut merupakan jenis musik yang sangat populer di
daerah pedesaan.
“Dangdut … is very popular, especially in rural areas”
57. Pada tahun 1999, 70% total pengeluaran penduduk
pedesaan di Indonesia dibelanjakan untuk produk
makanan sedangkan pada tahun 2002, 67% pengeluaran
penduduk pedesaan dibelanjakan untuk produk makanan
(see Figure 2.4, halaman 5).
59. 60
50
40
30 Makanan
Bukan Makanan
20
10 Bukan Makanan
0
Makanan
2009
2010
60. 14
Padi-padian
Umbi-umbian
12
Ikan
Daging
10
Telur dan Susu
8 Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
6 Buah-buahan
Minyak dan lemak
4 Bahan minuman
Bumbu-bumbuan
2 Konsumsi lainnnya
Makanan dan minuman jadi
0 Tembakau dan sirih
Bahan Makanan
61. 80
70 Gula pasir
60 Gula merah
50 Tea
Kopi
40
Coklat instan
30
Coklat bubuk
20 Sirup
10 Lainnya
0
Bahan Minuman
62. 90
80 Mie instan
70 Mie basah
60 Bihun
50 Makaroni
Kerupuk
40
Emping
30
Bahan agar-agar
20
Bubur bayi kemasan
10
Lainnya
0
Konsumsi Lainnya
63. 90
80 Makanan dalam
paket, makanan
70
restoran/warung
60
Minuman non alkohol
50 (dalam pack)
40
30 Minuman yang
20 mengandung alkohol
10
0
Makanan dan Minuman Jadi
64. 60
50
Rokok kretek filter
40 Rokok kretek tanpa filter
Rokok putih
30
Tembakau
20 Sirih/pinang
Lainnya
10
0
Tembakau dan Sirih
65. 18 Perumahan dan fasilitas
rumah tangga
16
Barang dan jasa
14
12
Pakaian, alas kaki dan
10 tutup kepala
8 Barang - barang yang
6 tahan lama
Pajak dan asuransi
4
2
Keperluan pesta dan
0 upacara
Bukan Makanan
66. Perkiraan sewa rumah sendiri
45 Kontrak rumah
Sewa rumah
40 Rumah dinas dan lainnya
Ongkos pemeliharaan rumah
35
Listrik
30 Air
LPG
25 Gas kota
Minyak tanah
20
Generator
15 Arang, batu bara, briket
Kayu bakar dan bahan bakar lain
10 Lainnya
Telepon rumah
5 Pulsa HP, perdana
0 Wartel
Benda pos
Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Internet
67. Sabun mandi, pasta gigi, dan sampo
30 Barang kecantikan (parfum)
Perawatan kulit, muka, rambut, dsb
Sabun cuci
25
Bahan pemeliharaan pakaian
Surat kabar, majalah, buku-buku, dan alat tulis
20 Barang lainnya
Kesehatan
15 Biaya pelayanan pencegahan
Pemeliharaan kesehatan
10 Biaya sekolah
Bahan bakar
Transportasi
5
Hotel, penginapan, bioskop, sandiwara, olah raga, dan
rekreasi
Pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, supir
0 Jasa lembaga keuangan
Aneka Barang dan Jasa Jasa lainnya
68. 30 Pakaian jadi untuk laki - laki dewasa
25 Pakaian jadi untuk perempuan dewasa
20 Pakaian jadi untuk anak - anak
15
Bahan pakaian
10
Upah menjahit, memperbaiki
pakaian, dan barang untuk keperluan
5 menjahit
Alas kaki (sepatu, sandal)
0
Pakaian, Alas Kaki, dan Tutup Kepala
69. Meubelair
60
Peralatan rumah tangga
Perlengkapan perabot rumah tangga
50 Perkakas rumah tangga
Alat - alat dapur makan
Barang -barang pajangan/hiasan
40
Perbaikan perabot, perlengkapan, dan
perkakas rumah tangga
telepon genggam/HP dan aksesorisnya
30 Arloji, jam, kamera, kacamata, dan
perbaikannya
Payung, tas, koper, dan perbaikannya
Perhiasan mahal dan perbaikannya
20
Mainan anak dan perbaikannya, perhiasan
murah
Alat elektronik dan perbaikannya
10 Alat olah raga dan perbaikannya
Kendaraan dan perbaikannya
Binatang, tanaman, dan pemeliharaannya
0 Barang tahan lama lainnya
Barang Tahan Lama
70. 70
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
60
Pajak kendaraan bermotor (STNK)
50 dan tak bermotor
Pungutan lainnya
40 (iuran, sumbangan)
Asuransi kesehatan
30
20 Asuransi jiwa dan kerugian
10 Lainnya
0
Pajak, Pungutan, dan Asuransi
71. 35 Perkawinan
30
Khitanan dan ulang tahun
25
Perayaan hari raya agama
20
15 Ongkos naik haji
10 Upacara agama/adat
5 lainnya
Pemakaman
0
Keperluan Pesta dan Upacara
72. PENGELUARAN UNTUK MAKANAN
1. Pengeluaran untuk makanan lebih besar dari bukan
makanan
2. Pengeluaran untuk makanan terutama untuk (a) produk
padi-padian, (b) makanan dan minuman jadi, dan
(c)tembakau dan sirih
3. Makanan dan minuman jadi terutama adalah (1) makanan
dalam paket, makanan ringan, maupun makanan
restoran/warung; (2) serta minuman dalam kemasan non
alkohol
4. Tembakau dan sirih terutama (1) rokok kretek filter, (2) rokok
kretek tanpa filter dan (3) rokok putih
73. PENGELUARAN UNTUK BUKAN MAKANAN
1. Pengeluaran untuk bukan makanan terutama untuk (1) perumahan
dan fasilitas rumah tangga, (2) barang dan jasa, serta (3) barang –
barang yang tahan lama
2. Pengeluaran untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga
terutama untuk (a) perkiraan sewa rumah sendiri, (b) listrik, (3)
kayu bakar dan bahan bakar, serta (d) pulsa HP dan nomor
perdana
3. Pengeluaran untuk barang dan jasa terutama untuk (a) bahan
bakar, (b) biaya sekolah, (c) kesehatan dan (d) transportasi
4. Pengeluaran untuk barang – barang yang tahan lama terutama
untuk (a) kendaraan dan perbaikannya, (b) meubelair, (c) alat –
alat dapur makan, serta (d) telepon genggam/HP dan
aksesorisnya
74. Sumber: Sociocultural Anthropology and Survey Research
tulisan John W. Bennet dan Gustav Thaiss dalam buku “Survey
Research in the Social Sciences” diedit oleh Charles Y. Glock
“ …, the development economist Higgins, frustrated by the
difficulty of determining to what extent the results of community-
based studies of economic change in region of rural Java may
be generalized to refer to Indonesia as a whole, complains:
If anthropologists are to be genuinely helpful to economists seeking to
understand the relationship between culture and economic
behavior, their scope and method must be substantially changed …
They must find short cuts to generalization. … some training in
statistical methods, and particularly in sampling techniques, might
enable them to distinguish the strategic variables which correlate
highly with everything else in the culture and thus characterize it” (hal.
285-286)
75. Jika Antropolog benar – benar ingin membantu para Ekonom
dalam memahami hubungan antara budaya dan perilaku
ekonomi, ruang lingkup dan metode pada dasarnya harus
diubah … Mereka harus mencari jalan pintas dalam generalisasi
… Mengikuti beberapa pelatihan dalam metode statistik,
khususnya dalam tekhnik sampling, yang memungkinkan
mereka untuk membedakan variabel strategis yang berkorelasi
tinggi dengan segala sesuatu yang lain dalam budaya dan
kemudian menggolongkannya.
76. “… the “anthropologists” condemning “sociologists” and “behavioral
scientists” for meaningless abstractions and excessive counting; the
“sociologist” accusing the “anthropologists” of sloppy method and
unwarranted generalization. … anthropologists in respectable
numbers have abandoned the holistic-depictive approach, and
consequently accept whatever methods are useful in pursuing
the problem of interest. …; such interests require more
analytic procedures than do the depictive studies. … the need
for a variety of approaches and methods in social sciences is
critical. The human reality must be apprehended by a variety of
viewpoints, not by one alone, because this very reality is
always in part a construct, always in part an image, and only
by encouraging difference in perspective and approach can
one obtain the needed richness of imagery, and
consequently, theory” (Hal. 307)
77. Kenyataan mengenai kehidupan manusia musti dilihat dari
berbagai macam sudut pandang, tidak hanya satu saja, karena
kenyataan yang ada ini selalu merupakan bagian dari suatu
konstruksi, bagian dari suatu gambaran dan hanya dengan
menggunakan berbagai macam pandangan dan pendekatan,
seseorang dapat meraih banyak gambaran dan pada akhirnya
Menciptakan suatu teori
78. Sumber: Warta Konsumen Thn. IX No. 95 Februari 1982, hal 6-
7
A. Menurut umur (B. Paktin)
1. Yang berusia sampai 3 tahun
2. Yang berusia 3 sampai 6 tahun
3. Yang berusia 6 sampai 12 tahun
4. Yang berusia 12 sampai 17 tahun
5. Yang berusia 17 sampai 22 tahun
6. Yang berusia 22 sampai 45 tahun
7. Yang berusia 45 sampai 65 tahun
8. Yang berusia 65 sampai 70 tahun
9. Yang berusia 70 tahun ke atas
79. B. Menurut jenis kelamin
Laki-laki dan wanita
C. Menurut mata pencaharian
Misal; tenaga tata usaha, buruh bengkel
D. Menurut suku dan kebangsaan
Arab, Cina, dll
E. Menurut agama
Budha, Hindu, dll (haram atau tidak, kebutuhan untuk hari raya
tertentu)
F. Menurut kekayaan
G. Menurut pendidikan
H. Menurut tempat tinggal
80. Sumber: Warta Konsumen tahun IX No. 97 April 1982 Hal. 10 –
11. Tulisan: Toto Castro
“… di Indonesia … ibu-ibu yang status pendidikan dan
ekonominya tinggi justru menggantikan air susu ibu dengan
susu botol. Alasan yang biasanya dikemukakan adalah takut
“Sex simbolnya” (buah dada) tidak menarik lagi, malahan ada
yang merasa bangga jika anaknya dibrikan susu botol dan
menganggap merupakan suatu simbol kemewahan”
81. Lembaga Konsumen Masuk Desa, Sumber: Warta Konsumen
tahun IX No. 98 Mei 1982, Hal. 8 – 12
Terjadi penyapihan yang lebih dini dimana ibu – ibu di pedesaan
mengganti ASI dengan susu botol yang disebabkan oleh
promosi makanan bayi.
82. Sumber: Warta Konsumen Tahun IX No. 101 Agustus 1982
Lama Pemberian ASI kepada Bayi (Lama Menyusui)
20
15
Jakarta
10 Jombang
5
0
Bulan
83. Sumber: Warta Konsumen Tahun IX No. 101 Agustus 1982
Lama Pemberian ASI dan Susu Botol kepada Bayi
0.6
0.5
0.4
0.3 Jakarta
Jombang
0.2
0.1
0
ASI Saja Selama 18 ASI Saja Selama 5 - ASI dan Susu Botol Susu Botol Saja
Bulan di Jombang 7 Bulan di Jakarta Selama 24 Bulan
84. Sumber: Warta Konsumen Tahun IX No. 101 Agustus 1982
Alasan Pemberian ASI kepada Bayi
100%
80%
Jakarta
60%
Jombang
40%
20%
0%
Kesadaran Ekonomis dan Saran Petugas Dorongan Suami
Sendiri Praktis Kesehatan
85. Sumber: Warta Konsumen Tahun IX No. 101 Agustus 1982
Alasan Pemberian Susu Botol kepada Bayi
40%
35%
30%
25%
20% Jakarta
15% Jombang
10%
5%
0%
Praktis/Efisien Sex Symbol Ibu Bekerja ASI Berkurang Nasehat Penyapihan, Ibu
Tidak Menarik Petugas Hamil Lagi, Ibu
Lagi Kesehatan Ikut KB
86. Sumber: Warta Konsumen Tahun IX No. 101 Agustus 1982
Promosi Susu Formula dan Makanan Bayi yang Diterima Ibu
16%
14%
12%
10%
8% Jakarta
6% Jombang
4%
2%
0%
Pemberian Secara Cuma- Pemberian Popok, Botol Pembagian
Cuma Susu, Kalender di Rumah Booklet/Leaflet
Sakit / Rumah Bersalin
87. Lembaga Konsumen Masuk Desa, Sumber: Warta Konsumen
tahun IX No. 98 Mei 1982, Hal. 8 – 12
Pola konsumsi masyarakat pedesaan berada di luar
kemampuan atau mengikuti pola hidup masyarakat kota. Hal ini
didukung dengan banyaknya penjualan yang dilakukan secara
kredit terhadap barang – barang yang sebenarnya harganya
beberapa kali lipat dari harga sebenarnya, serta praktek –
praktek Bank Luar yang beroperasi disaat musim paceklik,
dengan mengambil bunga yang tinggi dan uang yang
dipinjamkan kepada masyarakat.
88. Sumber: Warta konsumen, Edisi 06/XXXVII/2011
- Masyarakat miskin Indonesia mengalokasikan 12,4%
pendapatannya untuk konsumsi rokok (rangking ke-2 setelah
konsumsi beras dan padi – padian)
- Pertumbuhan konsumsi rokok pada kalangan anak dan remaja di
Indonesia menduduki rating tertinggi dan tercepat di dunia, yakni
14%
Sumber: Warta konsumen, Edisi 07/XXXVII/2011
- Pada tahun 1995, 1 dari 2 laki-laki dewasa merokok maka pada
2010 … menjadi 2 dari 3 laki-laki dewasa merokok.
- Untuk perempuan dewasa, prevalensi merokok pada tahun 1995
sebesar 1,7% meningkat menjadi 4,2% (2010). Artinya dalam kurun
waktu 15 tahun prevelansi merokok perempuan dewasa di
Indonesia telah meningkat lebih dari 2 kali lipat.
89. Sumber: Warta konsumen, Edisi 07/XXXVII/2011
100%
90%
80%
70%
60% Setiap Hari
50% Selang Sehari
40% Dua Kali Seminggu
Tidak Memakai
30%
20%
10%
0%
Sampo Pembilas Busa Mandi Bath Oil Pembersih Sabun
Wajah Mandi
90. Sumber: Warta konsumen, Edisi 07/XXXVII/2011
70%
60%
50%
40% Setiap Hari
30% Selang Sehari
Dua Kali Seminggu
20%
10%
0%
Baby Baby Lotion Baby Cream Baby Oil Sabun Bayi
Shampoo
91. Sumber: Warta konsumen, Edisi 07/XXXVII/2011
Responden
80%
60%
40% Responden
20%
0% Kandungan Produk Indikasi/Penggunaan Peringatan Efek Samping Tanggal Produksi Lainnya
92. A. Omzet laundry di Palmerah Jakarta dari Rp. 400.000/hari
menjadi Rp. 1.500.000/hari (Sumber: Kontan [harian bisnis
dan investasi], 24 Agustus 2012, hal. 13
Lihat juga artikel “Jasa Binatu Jadi Pilihan” yang dimuat di
Seputar Indonesia, 22 Agustus 2012, hal. 8 – akibat pembantu
mudik lebaran
B. Home appliances (lemari es, mesin cuci, dan pendingin
ruangan) – Sumber: Kontan [harian bisnis dan investasi], 24
Agustus 2012, hal. 15
C. Suku cadang motor (ban, aki, kampas rem) ) – Sumber:
Kontan [harian bisnis dan investasi], 24 Agustus 2012, hal.
15
93. Sumber: Jawa Pos, Halaman 5,
“Lebaran, Traffic SMS Dominan”
Konsentrasi peningkatan traffic: Semarang, Solo, Madiun
Peningkatan traffic layanan sms sebesar: 24%
Peningkatan traffic layanan data sebesar: 7%
Penurunan traffic panggilan sebesar: 3%
94. Penulis: Suharjono, dimuat di Seputar Indonesia 22 Agustus dan 23 Agustus
2012, Setting: Gunung Kidul
“Maraknya agenda syawalan bersama … menjadi salah satu pemicu lunturnya
budaya silaturahmi atau ujung … di antara warga“ (keterangan gambar)
Fakta:
A. Warga lebih menyukai kegiatan yang dipusatkan ke satu tempat untuk acara
bersama. Imbasnya, banyak dari anggota yang sebenarnya masih satu
keluarga besar tidak saling kenal.
B. Pengaruh teknologi menghapus kegiatan saling interaksi secara nyata …. Jadi
bisa lewat ponsel dan internet saja untuk menyampaikan ucapan Idul Fitri
C. Kesibukan yang luar biasa , sehingga libur dimanfaatkan untuk berwisata
bersama
Sosiolog UGM Arie Sujito:
“… proses perubahan sosial yang terjadi akibat konsumerisme masyarakat
sehingga mengalahkan kedalaman relasional. Jadi mulai terjadi pendangkalan
relasi sosial yang akibatnya terjadi penumpulan solidaritas di masyarakat”
95. Ditulis oleh Hendrati Hapsari, Seputar Indonesia, 12 Agustus
2012, Hal. 9
Setting: Semarang
- Pola pikir masyrakat sudah mulai terbuka dengan mau
menerima anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
- Keluarga malu dengan keberadaan anggota keluarga
gangguan jiwa dan memilij dirawat
- Keluarga membawa pasien pulang agar bisa berkumpul
melakukan silaturahmi
96. Sumber: „Consumer Research – Introspective Essays on the
Study of Consumption‟, Morris B. Holbrook, Sage Publications,
1995
Hal. 87 - 88
Berdasarkan pada pemikiran bahwa:
1. Penelitian konsumer menkaji customer behavior
2. Penelitian konsumer terkait dengan konsumsi
3. Konsumsi mencakup cara mendapatkan produk, penggunaan dan pengaturan
(disposisi) produk
4. Yang dimaksud dengan produk adalah barang-barang, jasa, ide, event, atau
entitas lainnya yang dapat diperoleh, digunakan atau diatur sedemikan rupa
sehingga menunjukkan value(nya)
5. Value merupakan suatu bentuk pengalaman yang terjadi pada organisme yang
hidup ketika suatu tujuan tercapai, kebutuhan terpenuhi, atau sebuah keinginan
terpuaskan
6. Pencapaian, pemenuhan dan kepuasan tersebut menciptakan kesempurnaan
hidup
7. Proses terciptanya kesempurnaan hidup merupakan subyek mendasar dalam
penelitian konsumer
97. Bidang Studi Value dalam Perolehan Penggunaan Pengaturan
Makroekonomi Jumlah pengeluaran
Mikroekonomi Pembelian produk
Psikologi Pemilihan merek
Sosiologi Permainan peran;
Kegiatan di waktu
sengang
Antropologi Pengalaman belanja Ritual, acara, tradisi, Pemberian hadiah;
koleksi; simbolisme garbology (garbology is
konsumsi, semiotik the study of (mostly
modern) refuse
and trash)
Filsafat Tindakan yang
beralasan; perilaku
(penyimpangan)
konsumer
Ilmu Humaniora Estetika konsumen, Hiburan dan seni; Reaksi yang apresiatif; Tahan lama: sebagai
cerita, analogi, citra, kegiatan di masa emosi, nilai intrinsik koleksi dan nostalgia
metafora sengang
98. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
“Consumer culture … an organized social and economic
arrangement in which markets govern the relationship between
meaningful ways of life and the symbolic and material
resources on which they depend … can also include the
pursuit of nonmaterialistic goals such as happiness and
quality of life” (hal. 12)
Budaya konsumen ... pengaturan sosial dan ekonomi yang diorganisir
sedemikian rupa di mana pasar mengatur hubungan antara makna makna
hidup serta sumber daya simbolik dan material dimana mereka
bergantung... Mencakup di dalamnya mengejar tujuan nonmaterialistic
seperti kebahagiaan dankualitas hidup
99. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
“ …, the spread of Western-style consumer culture is encouraged
by the extension of media access via satellite transmission,
improvements in transportation, and an accelerated
movement of migrants to the developed world and back again.
…, the image of the “good life” in such countries is more and
more one of being a successful participant on a consumption-
oriented society. …, the spread of consumer culture … tends to
be limited by stagnant economic growth, unequal income
distribution, and sometimes conflicts with traditional consumption
values” (hal. 14-15)
100. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
“… the distribution of consumer incomes … small segments of very
wealthy and large segments of very poor consumers or dual
income distribution … wealthy consumers … often aspire to Euro-
American consumption patterns. … Among the more numerous
poorer consumer segments, consumption choices are often faithful
to patterns that are perceived to be highly traditional … Another
distinctive type of consumption … is the tendency to devote
considerable amounts of disposable income to social investments
designed to contribute to social status and prestige (hal. 128) …
consumers … make important purchases of luxury goods of foreign
origin, especially consumer electronics and motorbikes, that may
symbolize a cosmopolitan orientation to them” (hal. 129)
101. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
Berhubungan dengan self-concept yang menurut Mauss
merupakan produk dari faktor-faktor sosial dan menjadi sebuah
kategori yang tidak tepat, tidak substansial dan lemah. Hal tersebut
dikarenakan konsep diri beranekaragam antara kebudayaan satu
dengan kebudayaan yang lainnya.
Di Asia Timur dan Selatan definisi atas diri dipengaruhi atas relasi
yang terbentuk dengan orang lain dalam konteks tertentu.
Asia juga dianggap serupa dengan Afrika dimana kesuksesan
seseorang berhubungan erat dengan kesuksesan orang lain dan
bukannya murni inisiatif individu.
102. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
- Cultural values are a good example of what we have called a
template of cultural blueprint for action
- Values include: (1) instrumental values – shared belief about how
people should behave [competence, compassion, sociality, integrity,
ambition], and (2) terminal values – desirable life goals [attain a
comfortable life]
- Cultural values are shared broadly …. They are learned, reinforced,
and modified within subcultures, ethnic groups, social classes and
families. Values are organized into systems that differ in their
importance to consumers.
Halaman 146
103. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
Hal. 273
Lifestyle menggambarkan bagaimana konsumer hidup dimana
termasuk di dalamnya kegiatan mereka, ketertarikan mereka, apa
yang mereka sukai dan tidak sukai, sikap mereka, pola konsumsi,
dan harapan.
104. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
Hal. 281 – 282
Psychographics merupakan teknik operasional untuk mengukur
lifestyle. Dianggap lebih komprehensif daripada ukuran
berdasarkan demografi, tingkah laku (behavioral), dan
sosioekonomi.
Berdasarkan pada pemikiran bahwa proses kognitif atau properti,
termasuk di dalamnya values, aptitudes (potensi), beliefs, dan opini
mempengaruhi kelompok dalam pengambilan keputusan atas sebuah
produk, orang, atau ideologi, dalam memilih tingkah laku, atau dalam
menggunakan media komunikasi seperti TV atau internet ,
psychographics menghubungkan faktor psikologis seseorang dengan pola
karakter tingkahlaku konsumer untuk menentukan segmen pasarnya.
105. Sumber: Radar Jogja, Kamis 16 Agustus 2012, Hal. 3, oleh
Hendra Darmawan (Dosen FKIP UAD dan Alumni La
TrobeUniversity), „Puasa dan Pesan Kemanusiaan‟
- Terpenuhinya keinginan kadang menjadi ukuran kesuksesan
- Ukuran kesuksesan seseorang di zaman ini selalu
diidentikkan dengan materi yang melekat dan hal tersebut
sejalan dengan teori motivasi dan modernisasi
106. Sumber: Radar Jogja, Kamis 9 Agustus 2012, Hal. 3
„Mudik Lebaran, Bali Desa Bangun Desa‟ oleh Sukardi, Dekan
Fakultas Ekonomi UAD Jogjakarta
- Rata-rata orang yang meninggalkan kampung halaman untuk
mengadu nasib dengan merantau, mereka bisa hidup sukses
di rantauan.
- Mudik merupakan suatu proses migrasi dimana terjadi
penyebaran idealism urbanisasi, yaitu kekaguman orang-
orang desa atas kesuksesan para perantau dan muncul
keinginan warga masyarakat pedesaan dan anak-anak muda
desa secara perlahan-lahan berkeinginan akan merantau
107. Sumber: Radar Jogja, Minggu, 28 Agustus 2012 Hal. 3
“Barang Enggak Penting Pun Ikut Kebeli”
Survey terhadap anak – anak SMA di Yogyakarta
Liburan yang paling ditunggu:
Lebaran 92.11%
Tahun Baru 7.89%
Yang paling ditunggu saat lebaran:
Kumpul rame – rame ama saudara 45.72%
Dapat duit dari saudara - saudara 43.91%
Bisa ngerasakan liburan 10.37%
Pergi kemana setelah dapat angpao lebaran:
Mal 31.76%
Ditabung 17.38%
Lain-lain 89.63%
Barang yang dibeli yang disebutkan oleh salah satu responden: Baju, HP
108. Sumber: Radar Jogja, Senin 6 Agustus 2012, Hal. 6
Setting Lokasi: Pasar Argosari, Wonosari
- Konsumen: remaja, anak-anak hingga para ibu dengan balitanya
- Hari libur, banyak remaja yang menyempatkan diri jalan – jalan,
sekadar ngabuburit menunggu waktu buka puasa tiba
Sumber: Bernas Jogja, Senin Wage, 13 Agustus 2012, Hal. 5
Setting Lokasi: Pasar Argosari, Wonosari
- Keramaian pembeli masih terkonsentrasi di area pakaian dan
barang kebutuhan pokok lebaran, termasuk sembako. Toko emas,
mebel dan barang elektronik juga dikunjungi banyak pembeli.
- Paling ramai pengunjung adalah pedagang pakaian anak – anak.
109. „PERANTAU YANG MEMBIUS (KONSUMSI BERPAKAIAN REMAJA
GUNUNG SURAT AKIBAT PERANTAU) oleh Elvina Handayani
Setting Lokasi: Dusun Gunung Surat, Desa Botosari, Kec. Paninggaran,
Kab. Pekalongan
“Masyarakat desa yang memaksa diri mereka, agar seperti apa yang
ditayangkan televisi”
“Keinginan merantau pada rema-remaja di dusun ini sebagian besar
beralasan,bahwa ingin mempunyai pekerjaan dan mencari kehidupan
lebih bagus”
“Yang menjadi daya tarik adalah perantau tersebut berbeda sekali
sebelum mereka merantau ke Jakarta. Perbedaan yang paling
menonjol adalah penampilan”
110. Sumber: Radar Jogja, Sabtu 4 Agustus 2012, Hal. 6
Setting Lokasi: Pasar Wates, Kulon Progo
- Busana yang ramai diburu pembeli: jilbab, gamis, baju atasan
muslim wanita, sarung dan baju musim untuk laki-laki
- Jilbab atau kerudung yang banyak digemari adalah jilbab
yang sering dikenakan para artis: model jilbab Manohara,
Syahrini dan Saskia Mecca
111. Sumber: Radar Jogja, Sabtu 18 Agustus 2012, Hal. 6
Setting Lokasi: Toko Mas Semar Wonosari
- Warga Gunung Kidul memburu perhiasan emas
- Dari foto yang dipasang dalam artikel ini, terlihat sebagian besar
pembeli adalah perempuan
- Seorang laki – laki yang diwawancarai hanya mengantar istrinya
- Emas akan dipergunakan perempuan saat lebaran tiba
- Perhiasan emas hanya akan bertahan hingga sebelum musim
masuk sekolah
- Pembelian emas juga untuk nyelengi
112. „Perhiasan Emas Banyak Dicari Masyarakat‟, Radar Jogja,
Rabu 15 Agustus 2012, Hal. 10
Setting lokasi: Toko Mas Kranggan Grup
- Saat mendekati hari raya masyarakat lebih banyak mencari
emas dalam bentuk perhiasan
- Emas perhiasan, fluktuasinya sedikit
- Emas batangan tergantung pada harga global
113. Sumber: Radar Jogja, Kamis 16 Agustus 2012, Hal. 10
„Kemeja ala Jokowi Diminati‟, Setting Lokasi: Pasar Beringharjo
- Produk yang paling dicari: gamis untuk wanita terutama gamis ala Syahrini dan
Ashanti
- Busana pria: kemeja ala Jokowi
Sumber: Radar Jogja, Senin, 13 Agustus 2012, Hal. 9
„Baju Syahrini Masih Jadi Tren‟, Setting lokasi: Purworejo
- “Pokoknya yang berbau artis itu yang paling laku,” ujarnya (Anissa – pemilik
toko busana muslim)
- “Umumnya barang yang paling laku adalah mukena, sarung dan jilbab kita
pasok lebih dini,” jelasnya (Fahruri – pemilik toko)
- Menurut Fahruri, daya beli masyarakat di Purworejo masih lebih tertarik dengan
badrol harga yang terjangkau
- Bagi kaum hawa, memilih baju untuk lebaran terkesan lebih njelimet.
Perpaduan pas antara baju dan jilbab sehingga terlihat mempesona saat
dipakai. (menurut pembeli bernama Dina, 28 tahun)
114. Sumber: Suara Merdeka, Sabtu 4 Agustus 2012, Hal. 28
„Perempuan Pilih Simpel dengan Berturban‟
Setting Lokasi: Toko Alex Kerudung, Jl. Pemuda, Semarang
- Turban – Gaya ikat kepala ala Afrika atau penutup kepala
yang biasa dipakai oleh pria Timur Tengah itu kini tengah
menjadi tren tahun 2012. Sejumlah perempuan berjilbab
menjatuhkan pilihan dengan memakai turban untuk menutup
aurat, karena dinilai lebih simpel dan praktis.
- Peminat: gadis – gadis remaja
115. Sumber: KR, Kamis Wage 23 Agustus 2012, Hal. 13
„2 Desa* Kampunglaut Sudah Berlistrik – Warga Memborong Kulkas dan TV
Besar‟
Setting Lokasi: Dermaga Sleko Cilacap
*Desa Klaces dan Desa Ujungalang
Barang yang mereka beli di Cilacap Kota:
- Kulkas
- Pesawat TV (21 inci ke atas)
- Dispenser
- DVD Player
“…, dengan adanya listrik, masyarakat Kampunglaut yang sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan, tidak lagi hanya mengandalkan pendapatan ikan,
udang, dan kepiting dari kawasan Segara Anakan. “Mereka diharapkan bisa
mengolahnya lebih duu untuk mendapatkan produk yang bernilai jual lebih tinggi.
Lebih penting lagi keberadaan lstrik tersebut dapat digunakan sebagai
pendukung usaha ekonomi produktif masyarakat, “tegasnya**”
**Bupati Cilacap
116. Sumber: Suara Merdeka, Rabu 29 Agustus 2012, Hal. 28
Setting Lokasi: Pusat Perbelanjaan Khasanah Muslim Al Fath
(Kompleks Ruko Mal Ciputra)
„Warna-warni Ihram Jadi Tren Jamaah Haji‟
- Perlengkapan haji: pakaian ihram, kerudung, gamis, mukena, sarung
tangan, sandal, ikat pinggang, pelembab dan krim
- Pilihan bahan kain baju ihram wanita saat Mekah dan Madinah
bercuaca panas: bahan sifon, katun, hicon dan sutra
- Pilihan warna baju ihram wanita: hijau, pink, salem
“PAKAIAN IHRAM ITU SEKARANG SUDAH MASUK PADA TREN
FASHION …”
117. Sumber: Bernas Jogja, Selasa Wage 28 Agustus 2012, Hal. 5
Setting Lokasi: Wonosari
„Pemudik Belanjakan Rp 30 Miliar‟
- Rp 30 miliar uang pemudik dibelanjakan di Gunungkidul
- Apa yang dibelanjakan: (1) pakaian, (2) alat elektronik, (3) alat
rumah tangga, (4) meubel, (5) makanan (rumah makan)
118. Sumber: Arnould, E. et al, Consumers, Mc-Graw-Hill Higher
Education, 2002
“… the globalization of consumer culture seems to be producing
a variety of creolized culture forms expressed through consumer
goods and behaviors. One might even say that some
consumers are consuming culture” (halaman 169)
Creolization: combination of elements of local and foreign
consumption traditions. (halaman 167)
119. Sumber: Suara Merdeka, Selasa 21 Agustus 2012, Hal. 19
„Prepegan, Tradisi Berbelanja Jelang Lebaran Tetap Diminati‟
Setting Lokasi: Pasar Induk Brebes
- Berbelanja satu hari sebelum lebaran merupakan tradisi yang telah
berjalan beberapa puluh tahun
- Pihak yang diuntungkan: pedagang, tukang parkir, tukang becak, buruh
panggul
- Pasar yang memenuhi semua kebutuhan untuk menjelang lebaran
termasuk bunga untuk nyekar dan janur untuk ketupat yang tidak
terdapat di supermarket
- Melalui prepegan warga bisa bertemu dan berkomunikasi dengan
warga di kampung halamannya
120. - Relasi sosial melalui pasar tradisional yang dipertahankan
melalui prepegan
- Pasar Induk yang dapat menyaingi supermarket dalam hal
kelengkapan
- Rutinitas ujung yang dapat disubtitusi dengan pertemuan
secara langsung di Pasar Induk
- Creolization of culture
121. Sumber: Majalah Refleksi No. 04/XVI/Des./1993, Hal. 20-21
„Kaum Perempuan Pedesaan dan Perkotaan di Indonesia‟
Oleh: Yuni Satia Rahayu (anggota Forum Perempuan Tjoet
Njak Dien dan mahasiswa sejarah UGM Yogyakarta)
“… perempuan menghabiskan waktu 8-10 jam per harinya untuk
kedua pekerjaan tersebut (mencari nafkah dan melakukan
pekerjaan rumah tangga) dibandingkan dengan kaum laki-laki yang
hanya 6-8 jam per harinya. (Sajogyo, 1983).”
“Masuknya teknologi pertanian ke desa, membuat kaum perempuan
tergeser … terpaksa sering melakukan pekerjaan yang tidak
membutuhkan keahlian, dan sering kali dengan upah yang tidak
memadai. Kaum perempuan pedesaan mencoba mencari pemecahan
masalah dengan pergi ke kota, mereka menjadi buruh bangunan,
penyapu jalanan, pembantu rumah tangga, dan buruh industri”
122. Sumber: Schiffman, Leon G. et al, Consumer Behavior Tenth Edition, Prentice Hall,
2010
Hal. 392-396
A. Generation Y Market
Americans born between the years 1977 and 1994 or between 1982 and 2000
- 97% own a computer
- 97% have downloaded music and other media using peer-to-peer file sharing
- 97% own a cell phone
- 76% use instant messaging and social networking sites
- 75% have a Facebook profile and most check it daily
- 60% own some type of portable music and/or video device, such as an iPod
- 34% use Web sites as their primary source of news
- 28% author a blog and 44% read blogs
- They are showing savvy and pragmatic purchasing behaviors
- They have got computer in every home
- Their value orientation is weighing price-quality relationships
- They are brand embracing
- They are rebel against hype
123. Sumber: Schiffman, Leon G. et al, Consumer Behavior Tenth Edition, Prentice Hall, 2010
Hal. 393 – 396
B. Generation X Market
Born between 1965 – 1979
- They do not like labels
- They are cynical
- They do not want to be singled out and marketed to
- 62% are married
- 29.7 millions are married
- 51% of children under 18 living at home are in households headed by a Gen Xer
- 31% of Gen Xers have earned a college degree
- 81% of Gen Xers are employed full-time or part-time
- 37% of Gen Xers‟ mothers worked outside the home when they (as kids) were growing up
- They are materialistic in purchasing
- They have got microwave in every home
- They are price oriented in which they are concerned about the cost of individual items
- They are against branding
- They are rebel against hype
124. Sumber: Schiffman, Leon G. et al, Consumer Behavior Tenth Edition, Prentice
Hall, 2010
Halaman 395-396
C. Baby Boomers
Born between 1946 and 1964
- They are trying hard to look and feel „young‟ by purchasing vitamin and health
supplements and subscribe themselves in health club
- They want to be seen lively and attractive
- They have money and they want to spend it on what they feel advances the
quality of their lives
- They are consumption oriented (enjoy buying for themselves, for their homes
or apartments, and for others)
- They are narcissistic
- They have got TV in every home
- They are conspicuous in consumption: buying for indulgence
- They are brand loyal
- They are responsive to hype image-building type
125. Sumber: UNISIA, Majalah Ilmiah Triwulan UII Yogyakarta, Nomor 2 Tahun X Triwulan II
Tahun 1988, Halaman 87 - 92
- Tuduhan kepada masyarakat desa sebagai tidak mau maju, tidak rasional dan
bersikap hidup statis mempunyai sejarah ketika seorang ekonom yang juga birokrat
Belanda di Indonesia yang bernama Boeke mengungkapkan tesisnya tentang orang
Jawa-Miskin. Dalam penelitiannya dia menemukan keterbelakangan masyarakat
miskin Jawa disebabkan oleh karena sikapnya yang statis dalam kehidupan sehari-
harinya. Dari pengalamannya di Jawa itulah Boeke menjadi penemu teori baru yang
menjadi topik pembicaraan bagi ekonom di negara-negara sedang berkembang.
Teori baru ini disebut sebagai teori Dualisme, yang membagi masyarakat ekonomi
menjadi dua: masyarakat maju dan masyarakat tradisional.
- Masyarakat ekonomi maju terdiri dari orang – orang yang bergaya barat yang
menggunakan sikap rasional menghadapi masalah – masalah ekonominya, yang
menggunakan ekonomi uang dalam kehidupan sehari-harinya. Karena itu Boeke
menyebutnya sebagai perekonomian modern dan pelakunya cukup dinamis.
126. - Di lain pihak dalam perekonomian yang sama ada kelompok masyarakat
yang mempunyai sistem ekonomi tersendiri yang masih bersifat tradisional,
menggunakan sistem barter, tidak menggunakan sikap rasional dalam
melakukan aktifitas ekonomi. Dalam perekonomian tradisional ini pelaku
ekonominya mempunyai tingkat kehidupan yang rendah, yang kata Boeke,
disebabkan oleh sikap yang statis. Mereka itulah masyarakat miskin,
terutama di pedesaan.
- Clifford Geertz; mereka menjadi statis karena kemiskinannya yang sudah
lama ditanggungnya, yang hal itu disebabkan oleh penjajahan Belanda.
- Masyarakat desa miskin; James C. Scott – Mereka bagaikan sedang
berdiri di dalam air, dimana ketinggian air sampai leher. Dia tidak beranjak,
karena begitu beranjak, akan timbulah gelombang air yang akan
menengelamkan dirinya.
127. Sumber: KR, Selasa Pon 23 Agustus 2012, Hal. 11
Keterangan: Merupakan berita dalam bentuk foto
“Sejumlah remaja (dalam foto yang menari adalah remaja putri
dan yang memainkan alat musik adalah remaja laki – laki)
Kampung Sayidan, Gondomanan, Yogyakarta berlatih gerakan –
gerakan Tari „lare-Lare Sayidan‟ (Minggu (21/8)). Tarian ini
menggambarkan semangat ibadah kaum muda serta sabar
menjalani kehidupan. „Lare-Lare Sayidan‟ akan disajikan kolosal
pada malam takbiran Idul Fitri mendatang. Selain sebagai
momentum religius, malam takbir telah menjadi ruang dan waktu
untuk mengekspresikan berbagai potensi seni warga. “
128. Sumber: KR, Selasa 23 Agustus 2011, Swara Kampus, Hal. D
Setting Lokasi: Kota Yogyakarta
Judul Berita: Cewek Kian Gandrung “Behel”
- Alasan yang diberikan responden: gigi ginsul alias tidak rata
- Menurut responden, kawat gigi bukan lagi sekedar alat terapi gigi
melainkan juga bisa masuk kategori fashion. Dengan menggunakan
kawat gigi orang akan memiliki kesan peduli terhadap penampilan.
- Kawat gigi untuk tujuan fashion bersifat sementara
- Behel fashion sangat praktis. Ketika ingin memakai tinggal pasang dan
dapat dilepas sewaktu – waktu dengan mudah.
- Banyak yang pakai behel fashion karena ingin tampil keren
- Harga behel fashion: Rp 200.000 – Rp. 500.000
- Pemakai: mahasiswi
129. Sumber: KR, Minggu Pon, 28 Agustus 2011, Hal. 5
Judul Artikel: Yang Diinginkan Orangtua Ketika Lebaran Tiba…..
Oleh: Dwi Astuti
- Kehadiran anak, cucu dan menantu membuat orangtua merasa
senang bila disungkemi
- Mereka merasa dihargai, dihormati dan diwongke
- Kebutuhan orangtua untuk dihargai dan diuwongke lebih tinggi juga
merasa hidup ini masih ada artinya
- Orangtua berhasil mendidik apabila putra-putrinya tahu bagaimana
caranya menghormati orang tua, bukan hanya sukses secara materi.
- Sowan dan menghormati orangtua merupakan budaya Jawa
130. Sumber: KR, Minggu Pon 28 Agustus 2011, Hal. 20 – Gaya Hidup
Judul Artikel: Omus, Oblong Muslim pada Jiwa Remaja
- Dituliskan menjadi pilihan fashion yang tepat bagi remaja yang merasa
muslim muda, aktif dan dinamis
- Omus hampir sama seperti oblong pada umumnya, hanya ada
beberapa detail yang berfungi untuk menutupi bagian tubuh tertentu.
- Diwujudkan dengan mempertimbangkan tingkat kenyamanan saat
aktif beraktivitas, seperti saat silaturahmi berkumpul bersama keluarga
besar.
- Tampilan simple, kasual dan sporty membuat busana ini bisa
dikenakan untuk kegiatan lain.
- Memiliki desain yang membawa pesan untuk berbagi (desain red
card), berani mengambil keputusan (desain choose the right)
- Segmen konsumen: muslim muda
131. Sumber: KR, Selasa Pahing 2 Agustus 2011, Hal. 1
Judul Berita: Pasar Sore Ramadan Kian Menjamur – Aneka Kuliner
Mulai Harga Rp 1.000
- Dapat ditemukan di sepanjang jalan – jalan di Yogyakarta
- Hampir semuanya adiserbu pembeli
- Semula hanya ada di Kampung Kauman, sejak 7 tahun lalu muncul juga di
Kampoeng Ramadan (jl. Jogokariyan Mantrijeron) dan sejak 2 tahun lalu juga
muncul di Jalurgaza (jl. Nitikan Umbulharjo)
- Jalurgaza diresmikan oleh Walikota Yogyakarta – Jalurgaza (Jajanan Lauk Satur
Bubug Asar Zerba Ada)
- Jalurgaza tidak hanya menjual makanan namun juga busana muslim, aneka
kerajinan dan suvenir
- Terdapat gubug – gubug kecil tempat pedagang berjualan
- Buka jam 3 sore dan dagangan telah habis bahkan sebelum waktu berbuka
132. Sumber: KR, Kamis Wage 4 Agustus 2011, Hal. 22
Judul Berita: Tarling, Jalin Komunikasi Lebih Baik
Setting Lokasi: Magelang
- Merupakan Tarling Muspida perdana
- Dianggap menjadi wahana bersilaturahmi dalam rangka
sosialisasi program – program pemerintah dan menciptakan
interaksi dengan masyarakat
- Dilaksanakan di setiap kelurahan di wilayah kota Magelang (di
20 desa di 20 kecamatan)
133. Sumber: KR, Rabu Pon 3 Agustus 2011, Hal. 9 – Lingkar Yogya
Merupakan sebuah berita dalam bentuk foto
Sherly, pedagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, sibuk melayani
pembeli kolang-kaling yang menjadi bahan minuman favorit
pembuka puasa di bulan Ramadan. Biasanya, dalam sehari Sherly
hanya menjual kolang-kaling yang didatangkan dari Tasikmalaya,
Jawa Barat, sebanyak 2 kuintal dengan harga Rp 5.000/kg, kini
bisa 2 ton dan dijual Rp 7.000/kg
134. Sumber: KR, Rabu Pon 3 Agustus 2011 Hal. 13
Judul: „Home Recording‟, Eksplorasi Kreativitas
- Mulai muncul sekitar tahun 1997
- Awalnya berkaitan dengan harga perangkatnya yang mulai murah dan
beberapa personel band tidak puas dengan hasil sound recording
yang ada
- Musik hasil recording orang lain terkadang melenceng dari
arransemen awal dan keinginan player
- Karena keterbatasan dana, para personel band mencoba bermusik
lebih dalam dengan alternatif home recording
- Home recording tidak memerlukan tempat yang luas. Bisa dilakukan di
rumah atau kos.
135. - Perangkat yang digunakan seperti soundcard, komputer,
aplikasi rekam, dsb
- Mempertajam persaingan masing – masing individu untuk
saling belajar
136. Sumber: „Merantau sebagai Refleksi Ideologi Gender pada
Masyarakat Motean, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Ditulis oleh: Almira Rianty, Tesis S2, UGM, 2004
- “Secara garis besar, alasan yang diberikan oleh perantau ketika
ditanya mengapa mereka merantau adalah karena di Motean
tidak ada pekerjaan” (hal. 123)
- “Selama anak menempuh pendidikan sekolah, biasanya anak
tidak dibebani pekerjaan baik sifatnya membantu ayah mencari
ikan atau membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga”
(hal. 124)
137. - “Tidak banyak yang dilakukan oleh remaja putus sekolah di Motean
selain adakalanya membantu orang tua, berkumpul dan bercanda
dengan teman-teman, serta pergi jalan-jalan ke luar Motean, seperti ke
Kota Cilacap, Pangandaran, atau ke Nusakambangan” (hal. 124)
- Remaja putus sekolah perempuan menyapu
rumah, membantu masak, dan mencuci pakaian tidur
siang, bekerja menjaga warung orang lain (hal 125 – 126)
- Pembagian kerja bagi anak – anak remaja dalam rumahtangga di
Motean
Perempuan: membantu ibunya memilah dan memilih ikan hasil
tangkapan ayajnya, menyiapkan masakan untuk keluarga, dan
mememberihkan rumah
Anak laki-laki: mengambil air atau membantu ayahnya mencari ikan
Mencuci baju tanggungjawab masing-masing anak dan diminta
membantu mengasuh adik-adik mereka tidak dibedakan berdasarkan
jenis kelamin
138. - “… selama anak belum berumahtangga, mereka masih menjadi
tanggung jawab orang tua” (hal. 127)
- Tidak ada istilah remaja pengangguran … Remaja merantau lebih
karena pada motivasi untuk (1) membantu orang tua (perantau
perempuan), (2) rasa „penasaran‟ terhadap apa yang diceritakan
teman-teman mereka sepulang dari merantau (perantau laki-laki), (3)
membangun rumah
- Perantau perempuan sebagian sebagai pembantu rumah tangga –
“perempuan diposisikan untuk tidak bersinggungan langsung dengan
alam” (hal. 131)
- Perantau laki-laki bekerja di pengelasan tongkang dan bekerja di laut
lepas
- Dalam pemilihan jenis pekerjaan, berdasarkan pertimbangan
berdasarkan ideologi gender (hal. 132)
139. - Harapan akan kehidupan yang lebih baik, harapan akan terwujudnya
berbagai keinginan
- Impian terhadap apa yang akan diraih selama merantau tidak
selamanya dapat diperoleh - harapan untuk membawa sejumlah uang
(perantau laki-laki) – rasa terpaksa harus keluar dari pekerjaannya dan
kembali ke Motean karena alasan keluarga (perantau perempuan)
- Rumah-rumah yang dianggap rumah bagus di Motean adalah
rumah yang berdinding dan berlantai keramin, biasanya lebih luas
daripada rumah di sana pada umumnya (hal. 142)
- “Perantau yang berhasil itu kalau sudah mempunyai rumah” (hal. 144)
140. - Perubahan warna kulit
- Perubahan cara berpakaian – pemilihan model (mirip dengan
remaja-remaja di sinetron-sinetron yang ditayangkan di TV
swasta - perantau perempuan), pemilihan merek (perantau laki-
laki)
- Perubahan cara berbicara, tampak pada perantau perempuan
dari Jakarta
141. - Laki-laki nelayan menghabiskan hasil tangkapan untuk menkonsumsi
minuman keras sebagai penghangat tubuh dan mabuk-mabukkan, serta
judi
- Minuman keras dikonsumsi oleh generasi muda (laki-laki) untuk
sekedar mabuk-mabukkan
- „Buka botol‟ – untuk menjamu teman-teman di daerah asal (biasanya
dilakukan oleh perantau ABK dan yang dari Batam)
- Perantau (pemuda laki-laki) yang bekerja di darat menghabiskan uang
gajiannya untuk penginapan, makan, rokok dan minum minuman keras
- Perantau perempuan menjamu teman dengan makanan kecil yang
dibawa dari rantau atau mentraktir makan temannya di warung
142. - “Posisi minuman keras … disejajarkan dengan rokok. Dalam
arti sebagai media untuk pergaulan dan bersosialisasi dalam
kelompok masyarakat tertentu khususnya laki-laki” (hal. 154)
- “… merantau menjadi salah satu bagian dari rencana hidup
generasi muda …” (hal. 156)
- Sebagian besar perantau perempuan belum
menikah, sementara perantau laki-laki sebagian sudah menikah
dan sebagian belum
- Merantau – aktivitas pegi ke luar Cilacap untuk bekerja
(perubahan ekologi Segara Anakan dari perairan menjadi
daratan telah membuat masyarakat Motean gelisah. Hasil
tangkapan mereka semakin hari semakin menurun).
143. Sumber: KR, 3 September 2012, Hal. 14
Judul: Di Balik „Booming‟ Teknologi K-Pop
Oleh: Andi Megawati, Mahasiswi Universitas Teknologi Yogyakarta
- Budaya K-pop menaikkan penggunaan handphone merek Korea
- Samsung (HP Korea) menduduki peringkat tiga besar penjualan HP di
Indonesia
- Marketing Samsung mengemas prodil mereka melalui kemasan
budaya seperti film dan atau drama Korea
- Drama Korea mendapat simpati dan pujian dari kalangan perempuan
- Gaya hidup dan kebudayaan artis Korea ditiru – cara berpakaian,
berbicara, berpenampilan, gaya bahasa hingga penggunaan HP merek
Samsung
144. Sumber: KR, 7 Mei 2012, Hal 21
Judul: K-Pop dan Krisis Nasionalisme
Oleh: Iip Wijayanto, Dai dan Pemerhati Remaja
- Demi mendapatkan tiket konser SUJU mereka yang masih berada
dalam margin usia pelajar SD-SMA (1) rela bermalam di lokasi-lokasi
ticket box (2) melupakan sekolah (membolos) (3) tidak mempedulikan
persiapan untuk menghadapi ujian nasional
- Para pelajar di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Myanmar yang relatif memiliki
karakteristik budaya yang sama tidak ikut-ikutan latah
- Pelajar kita saat ini mengalami krisis identitas – identitas seorang
pelajar tentunya adalah nasionalisme yang diimplementasikan dalam
bentuk cinta dan bangga kepada budaya nasional
- Ketika di Jepang demam gaya busana harajuku, kitapun segera ikut-
ikutan
145. Sumber: KR, 8 Juli 2012, Hal. 16
Judul: Penyanyi Instan Ala „Talent Box‟ – Peminatnya Sebagian
Besar Ibu-Ibu
- Maraknya acara-acara menyanyi mencari bakat diiringi dengan
munculnya studio rekaman instan.
- Talent box berdiri sejak tahun 2003, … telah berkembang di 5
kota, yakni Bandung, Depok, Serang, Yogyakarta dan Jakarta
- “Talent box juga berkembang seiring dengan maraknya sekolah tarik
suara (sekolah vocal) yang menjamur di seluruh Indonesia”
- Didirikan oleh duo marketer jebolan Hewlett Packard dan Advan
Komputer, Ir Goenardjoadi Goenawan MM dan Ir Teddy Tjan yang
bernaung di bawah bendera TG Marketing Brand, Channel, Franchise
consultant.
146. - Talent menarik biaya Rp 60ribu untuk tiga lagu pada setiap
orang yang berminat merekam suaranya. Waktu yang
diperlukan untuk rekaman Cuma 20-30 menit
- Pelanggan tinggal menunggu 5-10 menit, lalu bisa pulang
membawa sekeping VCD dengan suara sendiri
- Rekaman profesional, satu lagu butuh waktu 6 jam
- Dikembangkan untuk mengakomodasi minat dalam berkaraoke
dan peluang pasarnya menjanjikan karena pemainnya jarang
- Pelanggan berasal dari berbagai usia dan strata sosial, yang
terbanyak adalah ibu-ibu
147. Sumber: KR, 20 Mei 2012, Hal. 11
Judul: Digemari Perempuan Biasa Sampai Artis – Pilates Buat
Tubuh Langsing dan Fresh
- “Kini, senam pilates banyak digemari mulai kalangan artis, ibu-
ibu dan remaja”
- Pilates telah menjadi sebuah life style
- Gerakan pilates banyak fokus pada otot dan pernafasan
sehingga tak hanya memperbaiki postur tubuh tapi
jugamelancarkan peredaran darah
- Senam pilates diciptakan karena gaya hidup modern, postur
tubuh yang sering membungkuk disertai pernafasan yang tidak
efisien menjadi akar munculnya masalah kesehatan
148. - Fokus gerakan senam pilates: (1) melatih otot-otot core atau
batang tubuh yang menjaga tubuh seimbang, berpostur indah
dan memberikan sokongan yang memadai untuk tulang
punggung (2) melatih pernafasan (3) penjajaran tulang
belakang (4) penguatan otot-otot tubuh bagian dalam
- Efek lain: memberi dampak pada kesehatan emosional
- Mulai dikembangkan pilates untuk ibu hamil
149. Sumber: KR, 2 Maret 2012, Hal. 19
Judul: Komunitas Unik – Youth Forum, dari, oleh, untuk Remaja
Oleh: Gan Michelle Amadeus
- Youth Forum memposisikan diri sebagai seorang sahabat untuk
mendengarkan curahan isi hati
- Keinginan untuk mempelajari lebih dalam tentang dunia remaja, serta
kesadaran bahwa remaja butuh informasi yang tepat terkati dengan
dunianya menjadi dasar adanya Youth Forum
- Youth Forum tidak hanya bertaraf lokal, YF juga hadir di kota-kota di
Indonesia, bahkan dunia. Di Yogyakarta, YF berdiri tahun 2007.
- Beberapa kegiatannya: trauma healing, riset, bedah film, audiensi,
touring, hingga pengajuan petisi yang berkaitan dengan hak remaja
- Topik yang dibahas: pacaran sehat, kesehatan reproduksi (kespro), dll
150. Sumber: KR, 21 Agustus 2011, Hal. 11
Judul: Makin Eksis – Komunitas Animasi di Yogya
Oleh: Anik Puspitosari
- Pada tahun 1955 di Indonesia sudah ada film animasi berjudul Si Doel
Memilih (karya Dukut Hendronoto) – membuktikan lahirnya tonggak
sejarah animasi modern
- Wayang kulit, dalam artikel ini, dimaknai sebagai salah satu bentuk animasi
– memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog
dan ilustrasi musik yang dimainkan dalang
- Berawal dari tekad untuk membangun Yogya dengan animasi, pada
tanggal 17 Juli 2010 berdiri Komunitas Animasi Yogya – Jogjanimation –
dengan 1.500 anggota (300 aktif)
- Di Yogya ada 20 studio animasi dan 10 sekolah yang memiliki jurusan
animasi.
- Banyak anak-anak remaja yang membuat video animasi tidak ada tempat
untuk menyalurkan ekspresinya
151. Sumber: http://krjogja.com/read/123530/kosongkan-lemari-
sambil-beramal.kr
Judul: Kosongkan Lemari Sambil Beramal
- “Komunitas ini menggelar garage sale yang menggabungkan barang
bekas dengan barang baru. Menggandeng delapan online shop”
- “Sistem penjualan langsung ini menjadi trend. Dengan 'membuang'
barang-barang yang berdebu dan penuh sesak mampu menghasilkan
uang. Akhirnya, pendapatan membukit, bahkan ada kalanya koleksi
baju yang terkadang 'jadul' itu dibeli dan didonasikan bagi meraka
yang kurang beruntung. Hal ini yang dilakukan oleh Komunitas
Jendela.”
- Sebagian besar barang yang dijual adalah baju perempuan
- Ketika masyarakat tidak punya uang untuk donasi, mereka bisa
memberikan baju yang layak jual untuk diuangkan. Ini juga salah satu
cara agar bagi pembeli yang ingin beramal
153. - Rata-rata remaja laki-laki di Desa Cibatok I dan Desa Pangradin
sering membuka situs hiburan, seperti Youtube, 4shared, Game
Online, dan lain-lain karena hobby yang mereka miliki
- Rata-rata tujuan remaja perempuan di Desa Cibatok I dan Desa
Pangradin membuka situs internet adalah untuk menjalin
pertemanan di dunia maya yang dapat dilakukan melalui situs
jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Hello, dan lain-lain
- Tingkat pendidikan mempengaruhi ragam situs yang dibuka.
Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin
banyak situs yang pernah dibuka. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat pendidikan responden maka situs yang dibuka tidak
beragam (hanya pernah membuka satu situs saja)
154. - Frekuensi atau lamanya waktu yang dihabiskan oleh responden
dalam sehari di kedua desa berada dalam kategori rendah, yaitu
kurang dari lima jam
- Setengah dari remaja di Desa Cibatok lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah, sedangkan lebih dari
separuh remaja di Desa Pangradin lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah (Mereka jarang bepergian karena akses menuju
kota sangat jauh dan sulitnya sarana transportasi)
- Rata-rata remaja di Desa Cibatok I merasa lebih nyaman
berinteraksi melalui chatroom dengan teman di dunia maya
yang disediakan oleh situs jejaring sosial dibandingkan dengan
teman yang ada di sekitar atau di sebelahnya
155. - Remaja di kedua desa memanfaatkan internet untuk menambah
teman atau relasi melalui situs jejaring sosial seperti Facebook.
Melalui Facebook, mereka dapat menjalin pertemanan dengan banyak
orang yang tidak terbatas oleh geografis
- Internet bagi remaja di kedua desa dijadikan sebagai sarana hiburan.
Bagi remaja laki-laki, mereka sering bermain game online untuk
menghilangkan kejenuhan setelah beraktivitas
- Pada saat ini, remaja di kedua desa juga telah memanfaatkan internet
sebagai sarana bisnis untuk menjual suatu produk mereka secara
online atau mempromosikan band agar dikenal oleh masyarakat dunia
maya lainnya
- Pengaruh internet telah menyebabkan sebagian remaja di kedua desa
sering melupakan tugas sekolah dan waktu beribadah
156. 30%
25%
20%
Cibatok I
15%
Pangradin
10%
5%
0%
Pendidikan Internet Rumah
Warung Internet PonselTransportasi ke (belanja, bermain dan lain-lain)
Hiburan sekolah
Deposit (menabung, diberikan ke orang tua bagi yang bekerja)
157. Sumber: http://eprints.ums.ac.id/1575/1/15-24.pdf
Judul: Peningkatan Keterampilan Pencegahan Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja di Desa Gonilan,
Sukoharjo
Oleh: Arif Widodo, Prodi Keperawatan – Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Surakarta
- 75 % penyalahguna narkoba adalah remaja Indonesia berumur
15-25 tahun
- Jenis narkoba yang sering disalahgunakan (dikonsumsi): (1)
ganja (2) Amphetamine (Ecstasy dan Shabushabu) (3) Opiat
(morphine, heroin/putaw) (4) Kokain (5) Alkohol (6) Sedatif /
Hipnotika
158. Faktor yang menyebabkan remaja menggunakan narkoba yaitu
keinginan untuk bersenang, lari dari kebosanan, rasa ingin tahu
yang tinggi, ajakan teman.
Pencegahan narkoba yakni:
a. Lingkungan pergaulan yang sehat
b. Memperkuat keimanan
c. Komunikasi baik
d. Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok
159. Sumber: http://krjogja.com/read/136645/mukena-tidy-jadi-tren-
bagi-anak-muda.kr
Judul: Mukena Tidy Jadi Tren Bagi Anak Muda
- Tren salah satu perlengkapan muslim terutama mukena di DIY selama bulan
Ramadan 2012 kali ini yaitu mukena tidy atau mukena jumputan. Mukena tidy
dengan corak yang simple dan menawarkan aneka warna yang menarik ini
banyak diminati anak muda dan remaja sehingga penjualannya cukup tinggi.
- Selain mukena model jumputan, kali ini mukena dengan bahan parasut pun
sedang banyak diminati ... "Mukena parasut ini sebenarnya dulu sudah
keluar, tapi kemudian hilang, sekarang keluar lagi dan penggemarnya pun
banyak," tambahnya.
- … mukena dengan bahan sutra dan sulama asli dari Padang yang dibandrol
dengan harga Rp2.5 juta ini, menjadi favorit bagi kalangan atas.
160. Sumber: KR, 24 Juli 2012, Hal. 14
Judul: Saat Buka Puasa – Kolang-Kaling Laris Manis
Lokasi Pasar Gedhe Solo
- Makanan berbahan baku dari buah aren – rasanya kenyal, manis dan
dicampur gula
- Merupakan santapan idola anak-anak dan kalangan remaja yang
berpuasa
- Hari biasa – dua kuintal per hari, Bulan Puasa – satu ton per hari
- Biasa dibuat kolak atau campuran es buah
- Harga menjadi naik dua kali lipat akibat permintaan yang meningkat
- “Kebanyakan yang beli ibu-ibu, biasanya untuk persiapan berbuka
puasa. Ada juga yang dijual lagi dalam bentuk es cendol” (Ny. Sumiati
– Penjual Kolang-kaling)
161. Sumber: KR, 23 Juli 2012, Hal. 11
Judul: „Kerudung Obama-Ibu Aladdin‟ Jadi Favorit
Setting Lokasi: Temanggung
- Model kerudung yang diminati – (1) kerudung yang dikenakan
artis dalam serial sinetron, (2) model Obama dan Ibu Aladdin
- Peminat: kaum ibu dan remaja putri
- Penjualan: 20 potong per hari
- Laris karena pesona artis pemakainya, serta kesesuaian saat
berperan di sinetron
162. - Artis yang cantik, berperan feminin, baik hati dan nsabar, serta yang
jadi lakon, kerudung yang dikenakan pasti dicari di pasar
- Untuk mendukung penampilan di bulan Ramadan agar lebih terlihat
muslimah
- Warga mencari harga yang standar
- Seorang pembeli mencari kerudung model yang dipakai ibunya
Aladdin k(banyak dipakai ibu – ibu muda) arena ingin tampil cantik
dan menarik – dinilai pas dengan wajah dan sedang banyak
penggemarnya
- Pembeli yang lain menyukai model kerudung Obama karena lebih
modis dan mudah dikenakan – cocok bagi remaja dan tidak ribet saat
dipakai atau ketika memakainya
163. Sumber: KR, 25 Juli 2012, Hal. 8
Judul: Heboh „Love is You‟ Cherrybelle
- Penampilan Cherrybelle (Chibi) pada Malam Keakraban dan
Kesenian with Cherrybelle: Arisan Pendidikan Budi Utama
(ARMA) Yogyakarta „Kaleidoskope, Harmonis dalam
Keanekaragaman‟ di Grand Pacific Hall, Yogyakarta
- ARMA beranggotakan orangtua siswa dan pengurus Yayasan
Pendidikan Budi Utama
- Kegiatan dirangkai dengan pemberian beasiswa dan atraksi
kesenian oleh siswa Budi Utama
164. - Anak – anak yang hadir pada acara gathering tersebut
langsung berhamburan mengejar para personel Chibi, saat
mereka ketahuan memasuki ruangan
- Anak – anak yang berada di dekat panggung berusaha
mengabadikan penampilan Chibi (foto, video), dan mencoba
berjabat tangan.
- Seorang anak harus digendong di bahu orangtuanya agar
bisa melihat dengan jelas penampilan Chibi
165. Sumber: KR, 26 Juli 2012, Hal. 5
Judul „Degan‟ Lereng Merapi, Diburu
Setting Lokasi: Sleman
- Memasuki minggu pertama Ramadan, permintaan degan (kelapa
muda) dari kawasan lereng Merapi meningkat tajam
- Banyak tengkulak luar DIY menyerbu degan dari Desa Wukirsari dan
Umbulharjo Cangkringan – tekstur daging buah dan airnya lebih segar
dan berkualitas
- Kelapa muda lereng Merapi banyak disuplai untuk memenuhi
permintaan pasar di wilayah Delanggu, Klaten dan sekitarnya
- Penjualan degan naik tiga kali lipat dibanding hari-hari biasa
- Naiknya harga kelapa muda, bagi warga Wukirsari, merupakan berkah
Ramadan
166. Sumber: KR, 29 Juli 2012, Hal. 20
Judul: Pengembaraan Imajinasi Komunitas „Cahaya‟
Setting Lokasi; Kota Yogyakarta
- Komunitas Sanggar Menulis Cahaya (Membaca dan
Menghasilkan Karya), diasuh Perpustakaan Kota Yogyakarta
dan Forum Lingkar Pena (FLN)
- Terdiri dari anak-anak SD dan SMP yang menggeluti dunia
membaca dan menulis
- Komunitas ini juga bisa main tetater, menyanyi dan bermain
musik
- Dalam komunitas ini anak-anak diajak untuk „mengembara‟ di
belantara imajinasi
167. Sumber: KR, 27 Februari 2012, Hal. 13
Judul: Menambah Kreativitas Anak – Musik Bukan Lagi
Kebutuhan Tersier
Setting Lokasi: Yogyakarta
- Belajar musik … sudah menjadi kebutuhan sekunder, bahkan
primer. Sebab, dengan bermain musik bisa menambah
kreativitas anak dalam pertumbuhan (Chasam Muhammad –
Direktur Utama Jogja Music School)
- Musik – menambah kepercayaan diri anak, melatih tingkat
intelegensi anak, anak yang belajar musik lebih kreatif
- Dengan banyaknya ajang mencari bakat di televisi memang
mempengaruhi minat belajar musik bagi anak. Karena anak
termotivasi ingin terkenal dengan bakat yang dimiliki, salah satunya
dengan musik – terkadang anak-anak timbul niat belajar setelah
melihat audisi
168. Sumber: KR, 31 Juli 2012, Hal. 8
Judul: Peserta Jadi Model „Pesantren Cantik‟ – Berjilbab Tetap
Tampil Dinamis dan Modis
- Ragam kreasi kerudung dapat mempercantik penampilan
muslimah namun tetap dalam bingkai syar‟i sesuai tuntunan
agama
- Kerudung yang tengah up to date: kreasi jilbab dengan topi
dalaman maroko cempol dipadukand engan pashmina –
didemonstrasikan oleh Tim Sanggar Kreasi Jilbab (SKJ)
- Lebih dari seratus peserta baik remaja putri maupun ibu-ibu
hadir untuk menambah ilmu tentang cara berhijab
169. - Kreasi jilbab dengan pashmina: pashmina
polkadot, pashmina viola bahan shifon, pashmina gradasi, dll
- Topi dalaman cempol untuk mensiasati yang berambut
pendek
- Kegiatan pesantren cantk – menambah cantik dan biar tidak
membosankan
170. Sumber: KR, 16 Februari 2012, Hal. 11
Judul: Sisa Belanja untuk Lunasi PBB
Setting Lokasi: Desa Pucungroto, Kedungubah, dan Kaligono –
Kaligesing, Purworejo
- Para ibu rumah tangga menabung uang receh untuk
melunasi PBB
- Ibu rumah tangga setempat aktif membuat tabungan sejak
dekade 1980-an; Menyisihkan uang sisa belanja dan tidak
akan menggunakan untuk kebutuhan lain karena takut
kesulitan membayar pajak ketika jatuh tempo
171. - Ibu rumah tangga setor ke desa, langsung dimasukkan ke
kas daerah
- Wajib pajak serentak melakukan pelunasan PBB dengan
memecah tabungan di balai desa setempat
- Masyarakat tidak pernah keberatan ketika akan membayar
pajak karena selain sudah disiapkan, mereka menilai uang
yang disetor akan dikembalikan kepada desa dalam bentuk
pembangunan – “jika bayar pajaknya lancar, pembangunan
di desa juga tambah maju”
172. Sumber: KR, 16 Februari 2012, Hal. 9
Judul: PNS Wajib Beli Tempe
Setting Lokasi: Pekalongan
- Terbit Surat Edaran (SE) untuk mengajurkan PNS membeli tempe;
SE No 510.I/0334 Walikota Pekalongan kpada semua PNS Kodya
Pekalongan
- (1) SE untuk menumbuhkan usaha perajin di kampung tempe, (2)
meyakinkan jajaran PNS jika tempe itu higienis dan patut
dikonsumsi
- Setiap 2 (dua) minggu SPKD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) di
seluruh Pemkot Pekalongan diwajibkan membeli lima potong tempe
ukuran 3,s ons
173. Sumber: KR, 13 Februari 2012, Hal. 14
Judul: Dalam Aktivitas Online Berisiko – Lebih Banyak Dewasa
Muda yang Terlibat
- Internet telah menjadi sebuah kebutuhan (tidak hanya
untuk orang dewasa tapi juga anak-anak)
- 1 dari 3 anak berkata bahwa mereka tidak dapat hidup
tanpa internet (riset Synovate)