Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kasus OD Dakriosistitis Akut dan ODS Presbiopia pada seorang wanita berusia 54 tahun. Terdapat penjelasan mengenai anatomi sistem lakrimalis, definisi dan epidemiologi dakriosistitis, serta diagnosa dan penatalaksanaan kasus pasien.
1. REFLEKSI KASUS
OD DAKRIOSISTITIS AKUT DAN ODS PRESBIOPIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang
Disusun Oleh :
Fadhila Kamayanti
01.209.5901
FAKULTAS KEDOKTERRAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
2. LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
OD DAKRIOSISTITIS AKUT dan ODS PRESBIOPIA
Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang
Telah disetujui dan dipresentasikan
pada tanggal: Oktober 2013
Disusun oleh:
FADHILA KAMAYANTI
01.209.5901
Magelang, Oktober 2013
Dosen Pembimbing,
Dr. Dwijo Pratiknjo, Sp.M Dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
3. BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Siti Hanjar
Umur : 54 Tahun
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Menikah : Sudah Menikah
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kanan terasa keluar air/nrocos .
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa keluar air/nrocos sudah
±2bulan yang lalu. Cairan air mata yang keluar berwarna putih keruh. Pasien
mengaku bertambah nrocos jika terkena angin. Pasien mengaku disertai gatal,
keluar kotoran tetapi tidak setiap hari, kemeng, kelopak mata kanan medial agak
bengkak dan kemerahan,serta terkadang dirasakan nyeri. Pasien mengaku jika
matanya bergerak tidak memberikan rasa sakit. Pasien menyangkal pernah
mengalami sakit seperti polip hidung, sinusitis, batuk lama, ataupun terjatuh.
Pasien mengaku menggunakan kaca mata baca sudah ±2bulan ini.
Keluhan kabur, matanya merasa cepat pegal jika untuk membaca/ menonton TV,
dan sakit kepala dirasakan pasien sebelum menggunakan kaca mata baca.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah mengalami sakit seperti ini pada mata kananya
dan juga dilakukan probing (bulan Agustus 2013).
Riwayat penyakit lain seperti:
o Polip hidung(-)
o Sinusitis frontal dan etmoidal(-)
o Batu lama/TBC(-)
o Deviasi septum akibat trauma hidung(-)
Riwayat menggunakan kacamata baca (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah mengalami sakit seperti ini (-)
Batuk lama pada keluarga (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berstatus sebagai ibu rumah tangga. Kesan ekonomi kurang.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50 C
5. Status Ophthalmicus
No Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister
1
Visus 6 /7,5 S-0,256/6
6/20 S-1,756/7,5
ADD S+2,25
jaeger5 jaeger5
2
Bulbus okuli
• Gerak bola mata
• Enoftalmus
• Eksoftalmus
• Strabismus
Baik ke segala arah
-
-
-
Baik ke segala arah
-
-
-
3
Suprasilia Normal
Normal
4
Palpebra Superior:
• Vulnus
laceratum
• Edema
• Hematom
• Hiperemia
• Entropion
• Ektropion
• Silia
• Abses
• Nodul
• Eritem
• Nyeri tekan
-
-
-
-
-
-
-
Trikiasis ( - )
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
-
-
-
-
-
-
-
-
Trikiasis ( - )
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
-
5
Palpebra Inferior :
• Edema
• Hematom
• Hiperemia
• Entropion
• Ektropion
• Silia
• Abses
• Eritem
-
-
-
-
-
Trikiasis ( - )
Tidak ditemukan
+
-
-
-
-
-
Trikiasis ( - )
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
6. • Nodul (±2cm)
• Nyeri tekan
+
+
Tidak ditemukan
Tidak terdapat nyeri
6
System lakrimasi Mata berair(epifora) Tidak ditemukan mata
berair
7
Konjungtiva
Hiperemis
Benjolan
Sekret
-
-
-
-
-
-
8
Kornea :
• Kejernihan
• Mengkilat
• Edema
• Lakrimasi
• Infiltrat
• Keratik
presipitat
• Ulkus
• Sikatrik
Jernih
-
-
-
-
-
-
Tidak ditemukan
-
Jernih
-
-
-
-
-
-
Tidak ditemukan
-
9
COA :
• Kedalaman
• Hifema
• Hipopion
• Efek tyndall
Cukup
-
-
-
Cukup
-
-
-
10
Iris :
• Kripta
• Edema
• Sinekia
• Atrofi
Normal
-
-
-
Normal
-
-
-
11
Pupil :
• Bentuk
• Diameter
• Reflek pupil
• Sinekia
Bulat
+2mm
+
-
Bulat
±2mm
+
-
12
Lensa:
• Kejernihan
• Iris shadow
Jernih
-
Jernih
-
13
Fundus Refleks
+ cemerlang
+ cemerlang
14 Funduskopi Vasa: Dalam Vasa: Dalam batas
7. batas normal
Papil: Dalam
batas normal
Macula: Dalam
batas normal
Retina: Dalam
batas normal
normal
Papil: Dalam batas
normal
Macula: Dalam
batas normal
Retina: Dalam
batas normal
15 TIO Normal Normal
4. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
a. OD
OD Dakriosistitis Akut ditegakkan
karena dari anamnesa didapatkan adanya mata kanan terasa
keluar air/nrocos ±2bulan yang lalu. Cairan yang keluar berwarna
putih keruh. Pasien mengaku bertambah nrocos jika terkena
angin. Pasien mengaku disertai gatal, keluar kotoran tetapi tidak
setiap hari, kemeng, kelopak mata kanan medial agak bengkak,
terkadang dirasakan nyeri dan terdapat kemerahan di kelopak
mata bawah dekat hidung(medial). Pasien mengaku jika matanya
bergerak tidak memberikan rasa sakit.
OD Dakrosistitis kronis disingkirkan
karena pada dakriosistitis kronis/menahun biasanya tdk terdapat
rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, biasanya gejalanya sama
dengan yang akut mata berair, dan kelopak mata melekat satu
sama lain. Serta tidak terdapat kesulitan dalam pergerakan bola
mata. Dan sifatnya menahun.
OD Dakriodenitis akut disingkirkan
karena pada dakriodenitis akut umumnya mengeluh merasa sakit
di daerah glandula lakrimalis, dgn kelopak mata bengkak,
konjungtiva kemotik dengan belek, dan pada infeksi akan
memberikan kesan nyeri pada pergerakan bola mata. Dengan
pembesaran klenjar preaurikula. Biasanya didapatkan pada anak-anak.
8. OD Dakiriodenitis kronik disingkirkan
Karena pada dakriodenitis kronis memberikan gambaran seperti
dakriodenitis yang akut hanya tidak terdapat adanya nyeri.
b. ODS
ODS Presbiopia ditegakkan
Karena Pasien mengaku menggunakan kaca mata baca sudah
±2bulan ini. Keluhan kabur, matanya merasa cepat pegal jika
untuk membaca/ menonton TV, dan sakit kepala dirasakan pasien
sebelum menggunakan kaca mata baca. dari hasil pemeriksaan
didapatkan koreksi lensa add s+2.25. Serta pasien berusia > 40
tahun
ODS hipermetropia disingkirkan
Karena karena pada hipermetriopia selain adanya keluhan
penglihatan kabur jauh dan dekat. Juga dari hasil pemeriksaan
dikoreksi dengan S+.
5. DIAGNOSA KERJA
“OD Dakriosistitis Akut dan ODS Presbiopia”
6. PENATALAKSANAAN
a. Dakriosistitis
Medikamentosa
Topikal:
Antibiotik Levofloxacin ED(4X1 gtt1 OD)
Oral :
Antibiotik ciprofloxacin tab 500mg (2X1)
Opeatif :
Dilakukan irigasi dgn menggunakan aquabides dan gentamycin melalui
pungtum lakrimal/ probling.
b. Presbiopia
Penggunaan kaca mata baca
(ADD s+2,25)
9. 7. KOMPLIKASI
Komplikasi dakriosistitis jika pecahnya pus dapat mengakibatkan:
- fistel sakus lakrimal
- Abses palpebra.
- Ulkus kornea
- Selulitis orbita
8. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS)
Quo Ad Visam : Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Sanam : dubia ad Bonam dubia ad Bonam
Quo Ad Functionam : Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Kosmetikam : Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Vitam : dubia Ad Bonam Ad Bonam
9. EDUKASI
OD Dakriosistitis
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien bahwa peradangan
pada saluran air mata ini dapat sembuh dan dapat muncul kembali
sehingga apabila ditangani secara cepat dan tepat dapat mengurangi
angka kekambuhan.
Menjelaskan kepada pasien bahwa dakriosistitis atau peradangan pada
kelenjar saluran air mata ini dapat pecah dan dpt menyebabkan pecahnya
kantong air mata sehingga terjadinya timbunan nanah.
Dilakukan kompresi air hangat didaerah yang bengkak.
Biasakan cuci tangan sebelum menyentuh daerah wajah, terutama mata.
Selalu menjaga kebersihan kelopak mata.
ODS Presbiopia
• Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami salah satunya
disebabkan oleh melemahnya otot mata karena usia tua.
• Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan kaca mata baca.
10. • Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat terjadi
perubahan terus sehingga pasien harus sering kontrol dan menyesuaikan
ukuran kaca mata baca pasien dengan pertambahan usia.
• Mengingatkan pasien untuk memperhatikan sumber pencahayaan saat
membaca, terutama pada malam hari
11. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI SISTEM LAKRIMALIS
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa kelenjar
lakrimalis dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis, kanalis lakrimalis,
sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.8 Kelenjar lakrimalis
terletak pada bagian lateral atas mata yang disebut dengan fossa lakrimalis. Bagian
utama kelenjar ini bentuk dan ukurannya mirip dengan biji almond, yang terhubung
dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke bagian posterior dari palpebra
superior. Dari kelenjar ini, air mata diproduksi dan kemudian dialirkan melalui 8-12
duktus kecil yang mengarah ke bagian lateral dari fornix konjungtiva superior dan di
sini air mata akan disebar ke seluruh permukaan bola mata oleh kedipan kelopak mata.
Selanjutnya, air mata akan dialirkan ke dua kanalis lakrimalis, superior dan
inferior, kemudian menuju ke punctum lakrimalis yang terlihat sebagai penonjolan kecil
pada kantus medial. Setelah itu, air mata akan mengalir ke dalam sakus lakrimalis yang
terlihat sebagai cekungan kecil pada permukaan orbita. Dari sini, air mata akan mengalir
ke duktus nasolakrimalis dan bermuara pada meatus nasal bagian inferior. Dalam
keadaan normal, duktus ini memiliki panjang sekitar 12 mm dan berada pada sebuah
saluran pada dinding medial orbita.
DAKRIOSISTITIS
2.2 Definisi
Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya obstruksi pada
duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya
membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat adanya penekanan pada
salurannya, misal adanya polip hidung.
12. 2.3 Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas 40
tahun, terutama perempuan dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga 70 tahun.6
Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1% dari jumlah
kelahiran yang ada dan jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan perempuan.6 Jarang
ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan kecuali bila didahului dengan infeksi
jamur.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis 6,
yaitu:
a. Akut
Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang
menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan abses pada sakus
lakrimalis dan penyebaran infeksinya.
b. Kronis
Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang berlebihan dan
terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.
c. Kongenital
Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan mortalitasnya juga
sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis orbita,
abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis kongenital dapat
berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan
biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan kegagalan
perkembangan.
Dakriosisti tis Akut Dakriosisti tis Kongeni tal
13. 2.5 Faktor Predisposisi Dan Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi duktus
nasolakrimalis:
Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti pengendapan kalsium, atau
koloni jamur yang mengelilingi suatu korpus alienum.
Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.
Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya tumor pada sinus
maksilaris.
Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.
Dakriosistitis dapat disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram negatif.
Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama terjadinya
infeksi pada dakriosistitis akut, sedangkan Coagulase Negative-Staphylococcus
merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis kronis. Selain itu, dari
golongan bakteri Gram negatif, Pseudomonas sp. juga merupakan penyebab terbanyak
terjadinya dakriosistitis akut dan kronis.
Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak sering
disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus β-haemolyticus. Pada
literatur ini, juga disebutkan bahwa dakriosistitis kronis sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae.
2.6 Gejala Klinis
Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran. Pada
dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial (epifora) yang
menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan gigi bagian depan. Sakus lakrimalis
akan terlihat edema, lunak dan hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan
pasien juga mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka yang keluar adalah
sekret mukopurulen.
Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi yang
berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai tanda-tanda inflamasi yang
ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila kantung air mata ditekan akan keluar sekret
14. yang mukoid dengan pus di daerah punctum lakrimal dan palpebra yang melekat satu
dengan lainnya.
Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu pasien akan mengeluh mata pasien
merah pada satu sisi, bengkak pada daerah pangkal hidung dan keluar air mata diikuti
dengan keluarnya nanah terus-menerus. Bila bagian yang bengkak tersebut ditekan
pasien akan merasa kesakitan (epifora).
2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis
dan heteroanamnesis. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik. Jika, dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik masih belum bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi serta letak dan penyebab obstruksi. Pemeriksaan fisik yang digunakan untuk
memeriksa ada tidaknya obstruksi pada duktus nasolakrimalis adalah dye dissapearence
test, fluorescein clearance test dan John's dye test. Ketiga pemeriksaan ini
menggunakan zat warna fluorescein 2% sebagai indikator. Sedangkan untuk memeriksa
letak obstruksinya dapat digunakan probing test dan anel test. 6,7,12
Dye dissapearance test (DDT) dilakukan dengan meneteskan zat warna
fluorescein 2% pada kedua mata, masing-masing 1 tetes. Kemudian permukaan kedua
mata dilihat dengan slit lamp. Jika ada obstruksi pada salah satu mata akan
memperlihatkan gambaran seperti di bawah ini
Fluorescein clearance test dilakukan untuk melihat fungsi saluran ekskresi
lakrimal. Uji ini dilakukan dengan meneteskan zat warna fluorescein 2% pada mata
yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya. Setelah itu pasien
15. diminta berkedip beberapa kali dan pada akhir menit ke-6 pasien diminta untuk
beringus (bersin) dan menyekanya dengan tissue. Jika pada tissue didapati zat warna,
berarti duktus nasolakrimalis tidak mengalami obstruksi.
Jones dye test juga dilakukan untuk melihat kelainan fungsi saluran ekskresi
lakrimal. Uji ini terbagi menjadi dua yaitu Jones Test I dan Jones Test II. Pada Jones
Test I, mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya
ditetesi zat warna fluorescein 2% sebanyak 1-2 tetes. Kemudian kapas yang sudah
ditetesi pantokain dimasukkan ke meatus nasal inferior dan ditunggu selama 3 menit.
Jika kapas yang dikeluarkan berwarna hijau berarti tidak ada obstruksi pada duktus
nasolakrimalisnya. Pada Jones Test II, caranya hampir sama dengan Jones test I, akan
tetapi jika pada menit ke-5 tidak didapatkan kapas dengan bercak berwarna hijau maka
dilakukan irigasi pada sakus lakrimalisnya. Bila setelah 2 menit didapatkan zat warna
hijau pada kapas, maka dapat dipastikan fungsi sistem lakrimalnya dalam keadaan baik.
Bila lebih dari 2 menit atau bahkan tidak ada zat warna hijau pada kapas sama sekali
setelah dilakukan irigasi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi sistem lakrimalnya sedang
terganggu.
Irigasi mata setelah ditetesi fluorescein pada Jones dye test II.
Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi ekskresi air mata
ke dalam rongga hidung. Tes ini dikatakan positif bila ada reaksi menelan. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Pemeriksaan lainnya
adalah probing test. Probing test bertujuan untuk menentukan letak obstruksi pada
saluran ekskresi air mata dengan cara memasukkan sonde ke dalam saluran air mata.
Pada tes ini, punctum lakrimal dilebarkan dengan dilator, kemudian probe dimasukkan
ke dalam sackus lakrimal. Jika probe yang bisa masuk panjangnya lebi dari 8 mm
berarti kanalis dalam keadaan normal, tapi jika yang masuk kurang 8 mm berarti ada
obstruksi.
16. Pemeriksaan penunjang juga memiliki peranan penting dalan penegakkan diagnosis
dakriosistitis. CT scan sangat berguna untuk mencari tahu penyebab obstruksi pada
dakriosistitis terutama akibat adanya suatu massa atau keganasan. Dacryocystography
(DCG) dan dacryoscintigraphy sangat berguna untuk mendeteksi adanya kelainan anatomi
pada sistem drainase lakrimal.
2.8 Terapi
Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan masase
kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan antibiotik
amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis dan
dapat pula diberikan antibiotik topikal dalam bentuk tetes (moxifloxacin 0,5% atau
azithromycin 1%) 17 atau menggunakan sulfonamid 4-5 kali sehari.
Pada orang dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan
kompres hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering
8,17. Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6 jam) juga
merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang dewasa 17. Untuk
mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik oral (acetaminofen atau
ibuprofen), bila perlu dilakukan perawatan di rumah sakit dengan pemberian antibiotik
secara intravena, seperti cefazoline tiap 8 jam 17. Bila terjadi abses dapat dilakukan
insisi dan drainase 8. Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara
melakukan irigasi dengan antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat diperbaiki
dengan cara pembedahan jika sudah tidak radang lagi.
Penatalaksaan dakriosistitis dengan pembedahan bertujuan untuk mengurangi
angka rekurensi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada dakriosistitis adalah
dacryocystorhinostomy (DCR). Di mana pada DCR ini dibuat suatu hubungan langsung
antara sistem drainase lakrimal dengan cavum nasal dengan cara melakukan bypass
pada kantung air mata. Dulu, DCR merupakan prosedur bedah eksternal dengan
pendekatan melalui kulit di dekat pangkal hidung. Saat ini, banyak dokter telah
menggunakan teknik endonasal dengan menggunakan scalpel bergagang panjang atau
laser.
Dakriosistorinostomi internal memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan
dengan dakriosistorinostomi eksternal. Adapun keuntungannya yaitu, (1) trauma
17. minimal dan tidak ada luka di daerah wajah karena operasi dilakukan tanpa insisi kulit
dan eksisi tulang, (2) lebih sedikit gangguan pada fungsi pompa lakrimal, karena
operasi merestorasi pasase air mata fisiologis tanpa membuat sistem drainase bypass,
dan (3) lebih sederhana, mudah, dan cepat (rata-rata hanya 12,5 menit). 19
Kontraindikasi pelaksanaan DCR ada 2 macam, yaitu kontraindikasi absolut dan
kontraindikasi relatif 12. Kontraindikasi relatif dilakukannya DCR adalah usia yang
ekstrim (bayi atau orang tua di atas 70 tahun) dan adanya mucocele atau fistula
lakrimalis. Beberapa keadaan yang menjadi kontraindikasi absolut antara lain:
Kelainan pada kantong air mata :
- Keganasan pada kantong air mata.
- Dakriosistitis spesifik, seperti TB dan sifilis
Kelainan pada hidung :
- Keganasan pada hidung
- Rhinitis spesifik, seperti rhinoskleroma
- Rhinitis atopik
Kelainan pada tulang hidung, seperti periostitis
2.9 Komplikasi
Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air mata
sehingga membentuk fistel. Bisa juga terkadi abses kelopak mata, ulkus, bahkan
selulitis orbita.
Komplikasi juga bisa muncul setelah dilakukannya DCR. Komplikasi tersebut di
antaranya adalah perdarahan pascaoperasi, nyeri transien pada segmen superior
os.maxilla, hematoma subkutaneus periorbita, infeksi dan sikatrik pascaoperasi yang
tampak jelas.
2.10 Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi terjadi
kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara tepat, sehingga
18. prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu
dengan dakriosistorinostomi eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan
sangat jarang terjadi sehingga prognosisnya dubia ad bonam.
PRESBIOPIA
kondisi yang umum terjadi dimana lensa mata semakin berkurang daya akomodasinya
sehingga mengakibatkan gangguan pada penglihatan dekat & biasanya terjadi pada usia 40
tahun ke atas.
Penyebab:
Kelemahan otot siliaris akomodasi
Sklerosis lensa sehingga elastisitasnya
berkurang
Lensa mata mengeras sehingga tidak mampu akomodasi
Gejala
• Mata lelah setelah membaca dekat terlalu lama
• Mata berair
• Mata terasa pedas
• Memegang bacaan lebih jauh dibanding orang normal saat membaca dekat
• Kesulitan membaca huruf-huruf kecil saat membaca dekat
• Sakit kepala setelah melakukan pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat
• Kesulitan membaca dekat pada cahaya redup
DIAGNOSIS
1. Anamnesis gejala dan tanda presbiopi
2. Pemeriksaan oftalmologi
a) Visus pemeriksaan dengan snellen chart
b) Refraksi--> dengan kartu jeger, dengan target koreksi pada huruf sebesar 20/30
19. c) Penilaian kesehatan okular & skrining kesehatan umum untuk mendiagnosis
penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia
PENATALAKSANAAN
- Digunakan lensa positif untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk
memfokuskan objek-objek dekat
- Diberikan kacamata dengan lensa positif sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjektif
sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu jeger 20/30
+ 1.0 D Usia 40 tahun
+ 1.5 D Usia 45 tahun
+ 2.0 D Usia 50 tahun
+ 2.5 D Usia 55 tahun
+ 3.0 D Usia 60 tahun
- Pembedahan refraktif, seperti keratoplasti konduktif, lasik