2. Model-Model Komunikasi yang Pertemua
n ke-4
diterapkan dalam berpolitik
Teori Penjulukan (labelling teori)
Groupthink
Spiral of silence (lingkaran kesunyian)
Dramaturgis
3. Perkembangan Pemikiran Komunikasi politik
(Teori Penjulukan ( labelling theory
Teori ini menyatakan bahwa proses
penjulukan dengan sedemikian
hebat sehingga korban-korban menginterpretasikan
.ini tidak dapat menahan pengaruhnya
Groupthink
Irving L.Janis menggunakan istilah groupthink
untuk menunjukkan suatu mode berfikir sekelompok orang
yang sifatnya kohesif (terpadu(, ketika usaha-usaha keras
yang dilakukan anggota kelompok untuk mencapai kebulatan
suara maka pada saat yang sama mereka telah
mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif
tindakan secara realistis
4. Lingkaran Kesunyian
Lingkaran kesunyian timbul saat individu-individu
menganggap opini mereka akan disukai bila sama dengan
Pendapat mayoritas, tetapi mereka akan diam bila terjadi
sebaliknya
Dramaturgis
Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan
,Bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya
ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada
.orang lain terhadapnya
5. Makar dan teori Penjulukan
(labelling)
Penjulukan sesungguhnya merupakan persoalan
yang cukup dilematik. Ketika seseorang
(kelompok) menjuluki orang/kelompok lain,
katakanlah dengan sebuta PKI, bonek, ninja atau
yang lebih ekstrim “teroris” maka julukan
tersebut akan tersosialisasi dengan intens dan
“pandangan dunia” terhadap yang dijuluki akan
menjadi sangat negatif, tidak peduli apakah
penjulukan tersebut memiliki landasan argumen
yang kuat atau tidak, benar atau hanya
mengada-ada belaka.
6. Lanjutan…
• Teori penjulukan (labelling theory)
menyatakan proses penjulukan dapat
terjadi sedemikian hebat, sehingga
korban misinterpretasi ini tidak dapat
menahan pengaruhnya.
• Citra diri asli mereka sirna diganti
dengan citra baru yang diberikan orang
lain.
• Dampak penjulukan sangat hebat dan
tidak berhubungan dengan kebenaran
penjulukan tersebut.
7. Praktek penjulukan yang selama ini selama ini
berlangsung di tanah air sungguh amat
memprihatinkan, karena telah meluas secara
umum, dalam artian bukan hanya dilakukan oleh
kelompok elite atau penguasa tetapi juga
dipraktekkan oleh rakyat biasa. Penjulukan ini
nampaknya amat berbahaya, karena selain
berdampak pada pembentukan opini publik,
bahwa orang / pihak yang dijuluki kemudian
berada dalam posisi lemah, dan dapat mengarah
pada asas praduga tak bersalah.
8. Kampanye politik sebagai teater
Sorang sosiolog terkemuka abad ini
Erving Goffman. Salah satu bukunya The
Presentation of self ini everyday life,
menelaah kehidupan manusia dengan
paradigma dramaturgis yang diilhami oleh
teori interaksi simbolik George Herbert
Mead dalam bukunya mind, self and
society (1934).
9. Pendekatan Goffman berintikan pandangan
bahwa ketika manusia berinteraksi dengan
sesamanya, ia ingin “mengelola” kesan
yangia harapkan tumbuh pada orang lain
terhadapnya. Untuk itu setiap orang
melakukan pertunjukkan bai orang lain.
Kehidupan diibaratkan teater. Seringkali
sang aktor melakukan pengelolaan kesan
(impression management) itu tanpa sadar,
adakalanya juga disengaja untuk
meningkatkan status sosialnya atau demi
kepentingan finansial atau politik tertentu.
10. Kehidupan sosial dibagi pada dua
Wilayah depan (front region): tempat atau
peristiwa sosial yang memungkinkan individu
menampilkan peran formal atau bergaya seperti
memainkan peran di atas panggung. Wilayah
depan (panggung depan/ front stage)
Wilayah belakang (back region) disebut juga
(panggung belakang/ back stage) : tempat atau
peristiwa yang memungkinkannya
mempersiapkan perannya di wilayah depan.
11. Dalam dunia politik
Dlm dunia politik, terutama melibatkan elite
politik, pengelolaan kesan ini lebih dominan.
Dalam kampanye politik yang berlangsung th
1999, “teater kehidupan” juga tampak menonjol.
Seorang kandidat presiden atau juru kampanye
jelas memainkan peran tertentu di hadapan
khalayak.
Biasanya aktor menggunakan bahasa verbal
spt: slogan2, jargon2 politik, janji2 muluk.
Mslnya: Amien Rais berjanji untuk mengakui
eksistensi agama Kong Hu Cu secara resmi &
eksistensi peradaban Cina.
12. Contoh lain..
Gusdur dari PKB di Aceh menyatakan bahwa
tuntutan referendum dari rakyat Aceh menjadi
bagian dari perjuangannya.
Hamzah Haz dari PPP di Palembang
mengemukakan bahwa ia bertekad
membebaskan biaya SPP bagi siswa SD s/d
SLTA dan memberikan subsidi pd sekolah
swasta
Akbar TAnjung dari Golkar di Surabaya
menyatakan bahwa ia akan mencabut
dukungan partainya kepada Habibie, bila tak
serius menjalankan pengusutan KKN Soeharto.
13. Dalam Tim
Sebagai tim, partai plitik menampilkan
panggung depan berupa pawai, pidato, yel-
yel dan hiburan musik (biasanya dimeriahkan
penyanyi atau artis lainnya).
Pangguang depan dihiasi logo partai,
bendera, gambar atau foto pemimpin partai,
poster, spanduk dan atribut lainnya untuk
menampilkan citra partai yang hebat, kuat,
dan besar.
14. Hingga derajat tertentu…
Hingga derajat tertentu, keahlian tokoh
partai dalam pengelolaan kesan,
khususnya yang menjadi Capres,
sebenarnya dapat membantu kemenangan
partainya, asal saja ia mempunyai tim
yang Public Relations (PR) yang solid dan
tangguh yang membantu sang kandidat
bagaimana tampil prima di hadapan
khalayak.