MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Lithosfer pedosfer
1. MATERI AJAR UTAMA
LITHOSFER
A. Standar Kompetensi : 3. Menganalisis Unsur-Unsur Geosfer
B. Kompetensi Dasar :
3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta
dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi
C. Indikator :
3.1.1 Menjelaskan pengertian tenaga endogen dan eksogen
3.1.2 Menjelaskan macam-macam tenaga endogen
3.1.3 Menyebutkan bentukan hasil tenaga endogen
3.1.4 Menjelaskan macam-macam tenaga eksogen
3.1.5 Menyebutkan bentukan hasil tenaga eksogen
3.1.6 Menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah
3.1.7 Menyebutkan macam-mcam tanah
3.1.8 Menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan tanah
3.1.9 Menjelaskan 2 metode konservasi tanah
Lapisan Kulit Bumi (litosfer)
Kata lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya
lapisan. Jadi lithosfer yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan
ketebalan rata-rata 1200 km. Batuan bukanlah benda yang keras saja berupa batu dalam
kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan
sebagainya. Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal
daripada di bawah samudra.
A. Batuan pembentuk lithosfer
Batuan pembentuk kulit bumi (lithosfer) terdiri dari batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf. Pada awalnya semua batuan berasal dari magma. Magma keluar di
permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Magma yang membeku
kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi dapat hancur terurai selama
terkena panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan dan hewan. Hancuran batuan tersebut
terangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan
yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau
beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur, tekanan dan unsur-unsur lain yang masuk mempengaruhinya, yang disebut
batuan malihan atau batuan metamorf.
1
2. Jenis-jenis batuan :
1. Batuan beku
Batuan beku berasal dari magma yang mengalami pendinginan sehingga membeku.
Ada tiga macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam contohnya granit, batuan beku
luar contohnya andesit, dan batuan beku gang atau korok.
granit andesit Jenis-jenis batua
2. Batuan sedimen
Batuan sedimen dikelompokkan menjadi batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi
dan sedimen organik. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan beku
contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa endapan dari
suatu pelarutan contohnya batu kapur dan batu gips. Sedimen organik berupa endapan
sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut, contohnya batu gamping koral.
konglomerat breksi koral
batu kapur atau gamping jenis-jenis batuan sedimen
3. Batuan malihan
Batuan yang berubah bentuk dinamakan batuan malihan atau batuan metamorf.
Contoh batuan metamorf adalah batu kapur (kalsit) berubah menjadi marmer, atau
batuan kuarsa menjadi kuarsit. Di daerah Tulungagung Jatim, banyak masyarakat
menjadi pengrajin batu marmer.
2
3. Jenis-jenis batuan metamorf
marmer kuarsit
B. Macam-Macam Bentuk Muka Bumi
Keanekaragaman bentuk muka bumi disebabkan oleh dua kekuatan atau tenaga yang
berasal dari dalam dan luar bumi yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga
endogen adalah tenaga perubah muka bumi yang berasal dari dalam bumi, yang bersifat
membangun (konstruktif). Tenaga endogen meliputi tektonisme, vulkanisme, dan gempa
bumi. Sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, yang bersifat
merusak kulit bumi (destruktif). Tenaga eksogen meliputi erosi, pelapukan, masswasting
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga eksogen berasal dari tenaga air, angin,
organisme, sinar matahari, dan gletser.
1. Tenaga pembentuk muka bumi (tenaga endogen)
a. Gejala vulkanisme
Vulkanisme yaitu peristiwa yang berkaitan dengan naiknya magma dari dalam
perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta
sangat panas yang berada dalam perut bumi. Proses terjadinya vulkanisme
dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila
penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi
magma. Sedangkan penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut
ekstrusi magma.
Intrusi magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batu-
batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu:
• Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup diantara dua
lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut.
• Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung atau cakram.
• Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku
di sela sela lipatan (korok).
• Diatrema adalah lubang (pipa) diantara dapur magma dan kepundan gunung
berapi bentuknya seperti silinder memanjang.
3
4. Perhatikan gambar berikut ini!
Ekstrusi magma (ERUPSI)
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar Permukaan
bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi bila tekanan Gas cukup kuat dan
ada retakan pada kulit bumi . Ekstrusi magma dapat di bedakan menjadi :
• Erupsi linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi,
berbentukKerucut gunung api.
• Erupsi sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang permukaan
bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
• Erupsi areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi karena letak
Magma yang sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga terbentuk kawah
gunung berapi yang sangat luas.
Gunung merupakan tonjolan pada kulit bumi yang terdiri dari lereng dan puncak.
Rangkaian dari gunung-gunung membentuk pegunungan. Gunung dan pegunungan
terbentuk karena adanya tenaga endogen.
Berdasarkan tipe letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
• Gunung api strato atau kerucut
Kebanyakan gunung berapi di dunia merupakan gunung api kerucut. Letusan
pada gunung api kerucut termasuk letusan kecil. Letusan dapat berupa lelehan
batuan yang panas dan cair. Seringnya terjadi lelehan menyebabkan lereng
gunung berlapis lapis sehingga disebut gunung api strato. Sebagian besar
gunung berapi di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku termasuk
gunung api kerucut.
• Gunung api maar
Bentuk gunung api maar seperti danau kering. Jenis gunung api maar seperti
danau kering. Jenis gunung api maar tidak banyak. gunung berapi ini terbentuk
karena ada letusan besar yang membentuk lubang besar pada puncak yang di
4
5. sebut kawah. Gunung api maar memiliki corong. Contohnya Gunung Lamongan
jawa Timur dengan kawahnya Klakah.
• Gunung api perisai
Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung api perisai
contohnya Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. Gunung api perisai terjadi karena
magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan. Lereng gunung
yang terbantuk menjadi sangat landai.
Pada saat terjadi letusan, gunung api tersebut mengeluarkan material berupa
material padat, cair dan gas. Material gunung api pasca vulkanik antara lain berupa
:
• Material padat, berupa debu atau tuff, pasir, slak, kerikil atau lapilli, bom atau
bongkahan batu besar.
• Material cair, berupa lava dan lahar (lahar panas dan dingin)
• Material gas, berupa :
1) Mata air panas (air termal) dan air mineral (makdani). Air ini dimanfaatkan
sebagai sumber air mineral yang dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk
kemasan geal, botol atau galon. Mata air yang terkenal contohnya mata air
panas Baturraden di Purwokerto, Ciater di Bandung, dan Sangkan Hurip di
Kuningan.
2) Sumber gas (ekshalasi), antara lain berupa:
a) solfatar yaitu gas belerang (sulfur), banyak dijumpai di kawah-kawah
puncak gunung api. Contohnya di kawah puncak gunung Bromo dan
kawah puncak gunung Merapi DIY.
5
6. b) fumarol yaitu sumber gas uap air, dapat dijumpai sama seperti solfatar
yaitu pada gunung api yang masih aktif, dan mengeluarkan material
dalam wujud cair seperti lava dan lahar. Air pada material itu akan
menguap dan terbentuklah uap air. Contohnya fumarol yang terbentuk
pada saat gunung Merapi DIY meletus.
c) mofet yaitu sumber gas asam arang (CO2). Sama seperti fumarol dan
solfata, kenampakan mofet juga dapat dijumpai pada gunung api yang
meletus. Mofet keluar dari kawah yang masih mengeluarkan gas.
Biasanya mofet keluar bersamaan dengan gas belerang. Mofet dan
belerang merupakan dua gas yang berbahaya bagi manusia karena akan
membuat orang yang menghirupnya mati lemas.
3) Mata air Geyser
Mata air ini ditemukan di daerah daerah vulkan aktif. Geyser merupakan
mata air tanah yang memancar sewaktu-waktu dalam celah batuan atau
bekas kantong magma akibat dorongan gas dari dalam. Geyser tidak akan
nampak jika kandungan air tanah pada daerah tersebut habis, namun pada
saat terisi air akan muncul kembali. Fenomena ini dapat kamu jumpai di plato
Dieng Jawa Tengah.
b. Diastropisme atau Tektonisme
Diatropisme adalah proses pembentukan kulit bumi pembentukan gunung-
gunung, lembah-lembah, lipatan lipatan dan retakan retakan. Proses pembentukan
lembah kulit bumi tersebut karena adanya tenaga tektonik. Sedangkan tektonisme
adalah tenaga yang berasal dari kulit bumi yang menyebabkan perubahan lapisan
permukaan bumi, baik mendatar maupun vertikal. Tenaga tektonik adalah tenaga
yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan gerak naik dan turun lapisan kulit
bumi. Gerak itu meliputi gerak orogenetik dan gerak epirogenetik.
• Gerak orogenetik adalah gerak yang dapat menimbulkan lipatan patahan retakan
disebabkan karena gerakan dalam bumi yang besar dan meliputi daerah yang
sempit serta berlangsung dalam waktu yang singkat.
1) Lipatan, yaitu gerakan pada lapisan bumi yang tidak terlalu besar dan
berlangsung lama sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi berkerut atau
melipat, kerutan atau lipatan bumi ini yang nantinya menjadi pegunungan.
Punggung lipatan dinamakan antliklinal, daerah lembah (sinklinal) yang
sangat luas dinamakan geosinklinal, ada beberapa lipatan, yaitu lipatan
tegak miring, rebah, menggantung, isoklin dan kelopak.
Perhatikan gambar:
6
7. Keterangan :
a. lipatan tegak
b. lipatan menggantung
c. lipatan miring
d. lipatan isoklin
e. lipatan rebah
2) Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan berlangsung
sangat cepat, sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau patah.
Bagian muka bumi yang mengalami patahan seperti graben dan horst. Horst
adalah tanah naik, terjadi bila terjadi pengangkatan. Graben adalah tanah turun,
terjadi bila blok batuan mengalami penurunan.
Perhatikan gambar!
• Gerak epirogenetik yaitu gerak yang dapat menimbulkan permukaan bumi
seolah turun atau naik, disebabkan karena gerakan yang lambat dan meliputi
daerah yang luas. Gerak epirogenetik di bedakan menjadi dua, yaitu gerak
epirogenetik positif dan gerak epirogenetik negatif.
7
8. 1) Gerak epirogenetik positif adalah gerakan permukaan bumi turun dan
seolah olah permukaan air laut naik. Contoh, turunya pulau-pulau di
kawasan Indonesia timur (Kepulauan Maluku dan kepulauan Banda).
2) Gerak epirogenetik negatif adalah gerakan permukaan bumi seolah-olah
permukaan bumi naik dan seolah olah permukaan air turun. Contoh,
naiknya dataran tinggi Colorado.
c. Seisme (Gempa bumi)
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya lapisan bumi akibat adanya
pergerakan lapisan kulit bumi atau lempeng bumi, yang disebabkan tenaga dari
dalam bumi. Berdasarkan penyebabnya gempa bumi dibedakan menjadi gempa
tektonik, gempa vulkanik dan gempa terban atau runtuhan. Alat yang digunakan
untuk mencatat getaran gempa disebut seismograf.
Selain dengan menggunakan seismograf, gempa juga dapat dicatat dengan
menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Serta dapat
diketahui dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum, yaitu
dengan menggunakan rumus Laska :
JE = {(S – P) – 1’} x 1 megameter
Dimana :
JE = jarak episentrum
S = waktu pencatatan gelombang sekunder
P = waktu pencatatan gelombang primer
Berdasarkan faktor penyebabnya, gempa bumi dibedakan menjadi :
1) Gempa vulkanik
Gempa vulkanik yaitu gempa yang diakibatkan oleh aktivitas magma yang akan
keluar ke permukaan bumi yang tersumbat dalam batuan beku dalam. Contohnya
aktivitas gunung Merapi di DIY yang mengeluarkan awan panas ’wedhus gembel’.
Jadi gempa vulkanik terjadi karena aktivitas gunung berapi yang akan mengeluarkan
magma tersumbat.
2) Gempa tektonik
Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi.
Contohnya gempa tektonik di Aceh, DIY-Jawa Tengah, dan Pangandaran. Gempa
bumi tektonik yang bersumber di dasar laut, biasanya diikuti dengan gelombang
besar (tsunami).
Wilayah sepanjang Sumatera bagian barat yang membujur ke selatan dari Aceh
hingga Lampung adalah wilayah gempa bumi. Wilayah jalur gempa bumi yang lain
adalah di bagian selatan Jawa, Bali Nusa Tenggara, bahkan sampai wilayah Papua,
Kepulauan Maluku dan sebagian Sulawesi.
3) Gempa terban (runtuhan)
8
9. Gempa terban yaitu gempa yang disebabkan adanya runtuhan. Biasanya terjadi
di daerah yang terdapat banyak rongga-ronga dibawah tanah. contohnya tanah
longsor, runtuhan tebing, runtuhan gua, runtuhan tebing, dan runtuhan galian atau
sumur pertambangan. Seorang ahli geologi, Charles F. Richter, pada tahun 1935
membuat skala gempa. Sampai sekarang menjadi patokan banyak orang untuk
mengetahui seberapa besar bahaya gempa. Apabila diuraikan maka skala gempa
Richter seperti berikut:
1) Skala < 2 : gempa lemah, sering manusia tidak bisa merasakan
2) Skala 3,5 –4,2 : dirasakan sedikit orang
3) Skala 4,9 – 5,4 : dirasakan banyak orang
4) Skala 5,5 – 6,1 : kerusakan ringan pada bangunan
5) Skala 6,2 – 6,9 : kerusakan agak besar pada bangunan
6) Skala 7,0 – 7,3 : kerusakan serius, rel bengkok, jalan pecah
7) Skala > 7,4 : gempa kuat dan dapat berakibat fatal
Berdasarkan hiposentrum (kedalaman pusat gempa), gempa dibedakan:
1) Gempa dangkal yaitu gempa yang kedalaman hiposentrumnya < 60 km
2) Gempa intermediet/menengah, yaitu gempa yang kedalaman hiposentrumnya
antara 60 km – 300 km.
3) Gempa dalam, yaitu gempa yang kedalamanan hiposentrumnya > 300 km.
2. Tenaga pengrusak muka bumi (eksogen)
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak.
Pengrusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan
(erosi) dan pengendapan.
1) Pelapukan
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
a) Pelapukan fisik atau mekanik
Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun
ukuranya. Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya
berlangsung secara mekanik.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu :
Adanya perbedaan temperatur yang
tinggi. Peristiwa ini terutama terjadi di
daerah yang beriklim kontinental atau
beriklim Gurun di daerah gurun
temperatur pada siang hari dapat
mencapai 50 Celcius. Pada siang hari
bersuhu tinggi atau panas. Batuan
menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan
9
10. mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
batuan pecah atau retak-retak.
Perhatikan gambar !
Adapun pembekuan air di dalam batuan, yaitu jika air membeku maka
volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan,
karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan
ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
Berubahnya air garam menjadi kristal, yaitu jika air tanah mengandung
garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan mengkristal.
Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di
sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
Salah satu batuan bumi yang mengalami proses pelapukan mekanik
b) Pelapukan organis
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia,
binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik
atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-
tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat
kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan
menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-
garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan
melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
c) Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya
berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan
kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan bantuan air dan suhu yang
tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan
10
11. mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan
dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi
adalah pelapukan kimiawi.
Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
• Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbentuk corong. Dolina terjadi karena
erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua
bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan
seribu.
• Gua dan sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan
semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena
pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentukl
sungai-sungai dalam tanah.
• Stalaktit dan stalakmit
Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.
Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut
kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua
tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di
Kebumen, Jawa Tengah.
11
12. 2) Pengikisan (erosi)
Pengikisan oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
terbentuk v, jurang atau ngarai, aliran deras dan air terjun.
a) Lembah
Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan
di dasar sungai atau sering di sebut erosi vertical. Apabila aliran air yang cepat
terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah
samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertical, sungai semakin lama
semakin dalam, sedang erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar.
Erosi vertical membentuk huruf v. Contoh lembah aria, Ngarai sihanok serta
Grand Canyon di Amerika Serikat
Perhatikan gambar!
b) Jurang
Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang resisten. Batuan yang
resisten adalah batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.
Perhatikan gambar!
c) Aliran deras
Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang-
seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar
sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan
12
13. pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati
batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun
pendek yang aliranya deras.
Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.
d) Air terjun
Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang
resisten yang tidak resisten. Proses yang terjadi hampir sama dengan aliran
deras. Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup
besar antara batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari
ketinggian membentuk air terjun. Lihat gambar di bawah ini.
Erosi yang diakibatkan oleh faktor tenaga yang mempengaruhinya :
a) Pengikisan (erosi) oleh air laut
Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang
laut yang Terjadi secara terus - menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam
yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik),
gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung,
dan teluk.
13
14. Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut
yang menjorok ke arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang
seling antara batuan resisten dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten
akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten
terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.
Perhatikan gambar!
b) Erosi oleh es/gletser
Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan
es) di daerah pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat
musim.
c) Erosi oleh angin
Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun atau di daerah yang
beriklim kering. Jika angin dan pasir mengikis batu batuan yang dilaluinya maka
akan membentuk batu cendawan di gunung pasir. Contohnya, Tanah Loss di
cina Utara (Gurun Gobi) yang memiliki tebal 600 m.
14
15. 3) Pengendapan (sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan
oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Berikut ini
ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan
delta.
• Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena
adanya pengendapan.
Proses terjadinya meander
Meander terbentuk pada sungai bagian hilir. Proses pengendapan yang
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong
dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.
• Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka
kecepatan aliranya menjadi lambat. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati
muaranya dan membentuk delta.
• Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya
terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,
bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai.
Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai, sehingga tepi sungai lebih
15
16. tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut
tanggul alam.
b) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Bentang
alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan
penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Akumulasi
material yang ada di atas permukaan laut yang disebut spit. Jika arus pantai
terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk
melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Perhatikan gambar!
Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan
daratan, sehingga membentuk tombolo.
Perhatikan gambar!
Tombolo
c) Pengendapan oleh angin
16
17. Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang
alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).
Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun.
Perhatikan gambar Gumuk Pasir !
d) Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang
alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula
berbentuk V menjadi U.
17
18. PEDOSFER
Pengertian Tanah dan Lahan
Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, menurut Dokuchaev: tanah adalah suatu benda
fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling
atas dari kulit bumi. Sedangkan lahan Bahasa Inggrisnya disebut land, lahan merupakan
lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Yang dimaksud dengan lingkungan fisis meliputi relief atau
topografi, tanah, air, iklim. Sedangkan lingkungan biotik meliputi tumbuhan, hewan, dan
manusia.
A. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim,
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan
dengan rumus sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua,
yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi,
maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan
cepat pula.
b. Curah hujan
Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi
rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh pada proses pembentukan tanah dalam hal :
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan
18
19. dan tumbuhan), pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia
seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus.
c. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah
hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-
akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan
batuan metamorf.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
b. Sistem drainase/pengaliran
5. Waktu
Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100
tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah
dewasa.
B. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain:
1. Organosol atau Tanah Gambut atau Tanah Organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput
rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas,ketebalan lebih
dari 0.5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur,
konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organic lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam
(pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. gambut ombrogen : terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 –
16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hamper selalu
tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran
pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
b. gambut topogen : terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di
daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih
19
20. tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok
(Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah); dan
c. gambut pegunungan : terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa
tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi:
a. gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi;
b. gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2 , miskin unsur hara, biasanya selalu
tergenang air; dan
c. mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam
keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi).
3. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,
struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-
gumuk pasir pantai.
4. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku
atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam,
dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu,
kerikil dan kesuburannya bervariasi.
Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam.
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam,
tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh,
warna coklat merah hingga kuning.
Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi.
6. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung
berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan
20
21. bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan
tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi
tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel,
batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7. Podsolik Merah Kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung
hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari
5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa
rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanik, bersifat
asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari
2500 mm/tahun.
8. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri dari
horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan
rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk
batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung dan tuf vulkan
masam.
Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa
bulan kering, topografi pegunungan. Daerahnya Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan
Irian Jaya (Papua).
9. Hodmorf Kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi
merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah
sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur
berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan
bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu
pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun.
10. Tanah sawah (paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari
tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang
hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10 – 15 cm dari muka tanah dan setebal
2 – 5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi,
tebalnya bervariasi antara lain tergantung dari permeabilitas tanah.
11. Mediteran Merah – Kuning
21
22. Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna
coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung,
struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka
erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa.
Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan
ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi
Karst disebut terra rossa.
12. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal,
warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary),
kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini
berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
C. Erosi Tanah Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
1. Penyebab Kerusakan Tanah
Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
a. Perusakan hutan
Akibat dari hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan mengurangi
kemampuannya dalam menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah
tererosi.
b. Proses kimiawi air hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses
perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis.
c. Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di
permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan.
d. Tanah longsor
Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan bebatuan ke bawah
bukit.
e. Erosi oleh air hujan.
f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.
2. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan
22
23. Kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan
kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain yaitu
hasil-hasil erosi tersebut diendapkan.
a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian
tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah ini
mengakibatkan hal-hal berikut:
1) penurunan produktifitas tanah;
2) kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
3) kualitas tanaman menurun;
4) laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
5) struktur tanah menjadi rusak;
6) lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
7) erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan
mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan
8) pendapatan petani berkurang.
b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
Erosi memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang ada di
dalamnya seperti unsur-unsur hara tanaman (N,P, bahan organik dan sebagainya)
atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, Endrin dan lainlain). Pengendapan
bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya dapat
dikatakan sebagai polusi (pencemaran) di tempat tersebut.
Pencemaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat tanah disebut “polusi
sedimen”, sedangkan pencemaran oleh senyawa-senyawa kimia yang ada didalam
tanah disebut “polusi kimia”. Polusi kimia dari tanah dapat dibedakan menjadi polusi
kimia dari unsur hara (pupuk) dan polusi kimia dari pestisida/herbisida.
Polusi sedimen: adalah pengendapan bahan tanah yang tererosi ke tempat lain.
Pengendapan ini dapat menyebabkan :
o Pendangkalan sungai
o Tanah-tanah yang subur kadang-kadang menjadi rusak karena tertimbun oleh
tanah-tanah kurus atau batu-batuan, pasir, kerikil dari tempat lain.
o Apabila digunakan untuk air minum, air yang kotor itu perlu lebih banyak biaya
untuk membersihkannya.
o Karena air yang keruh, maka mengurangi fotosintesis dari tanaman air (karena
sinar matahari sulit menembus air).
o Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut mempengaruhi
keseimbangan sungai tersebut.
23
24. o Kadang-kadang polusi sedimen dapat memberi pengaruh baik yaitu bila terjadi
pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah-tanah aluvial di sekitar sungai.
Polusi kimia dari pupuk.
Polusi kimia dari pupuk merupakan polusi unsur-unsur hara tanaman. Pencegahan
polusi unsur hara yang terbaik adalah dengan cara pemberian pupuk sedemikian rupa
sehingga semua unsur hara dapat diserap tanaman. Dalam prakteknya hal demikian
tidak mungkin dapat dilakukan sehingga dianjurkan penanggulangan yang lebih praktis
yaitu dengan cara mencegah terjadinya erosi dan run off yang berlebihan dengan
menggunakan kaidah-kaidah pengawetan tanah dan air.
Polusi kimia oleh bahan-bahan pestisida. Seperti halnya unsur hara, polusi pestisida
banyak menimbulkan masalah pada persediaan air, terutama mengganggu pada bidang
kesehatan. Pencegahan terjadinya polusi pestisida dapat dilakukan dengan membatasi
penggunaan pestisida yang banyak menimbulkan residu seperti DDT, Aldrin, Dieldrin,
dan sebagainya.
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah
tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angina, gletser atau gravitasi. Di
Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air.
Jenis-jenis Erosi oleh Air
a. Pelarutan
Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering ditemukan
sungai-sungai di bawah tanah.
b. Erosi percikan (splash erosion)
Curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melemparkan butir-butir tanah
sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar
tersebut umumnya jatuh ke lereng di bawahnya.
c. Erosi lembar (sheet erosion)
Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan
yang paling atas. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, tetapi dapat berbahaya karena
pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
d. Erosi alur (rill erosion)
Dimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di suatu lereng, maka
bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran air tersebut.
Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
e. Erosi gully (gully erosion)
Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut di atas. Karena alur yang terus
menerus digerus oleh aliran air terutama di daerah-daerah yang banyak hujan, maka
24
25. alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran air yang lebih kuat. Alur-
alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.
f. Erosi parit (channel erosion)
Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.
Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit
di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit.
Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di
tempat-tempat tertentu.
g. Longsor
Tanah longsor terjadi karena gaya gravitasi. Biasanya karena tanah di bagian bawah
tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air (sukar ditembus air) seperti batuan
liat. Dalam musim hujan tanah diatasnya menjadi jenuh air sehingga berat, dan
bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin tersebut sebagai tanah longsor.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi air adalah :
a. Curah hujan
Sifat-sifat yang perlu diketahui adalah:
• Intensitas hujan : menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu.
Biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam.
• Jumlah hujan : menunjukkan banyaknya air hujan selama terjadi hujan, selama
satu bulan atau selama satu tahun dan sebagainya.
• Distribusi hujan : menunjukkan penyebaran waktu terjadinya hujan.
b. Sifat-sifat tanah
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah:
• Tekstur tanah: tanah dengan tekstur kasar seperti pasir adalah tahan terhadap
erosi, Tekstur halus seperti liat, tahan terhadap erosi karena daya rekat yang
kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan.
Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat
halus. Oleh karena itu makin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah
menjadi makin peka terhadap erosi.
• Daya infiltrasi tanah
Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah,
sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.
• Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik menentukan kepekaan tanah terhadap erosi karena
bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah.
• Bentuk dan kemantapan stuktur tanah
25
26. Bentuk struktur tanah yang membulat (granuler, remah, gumpal membulat)
menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap ke
dalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil, sehingga erosi juga kecil.
Struktur tanah yang mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan-pukulan air
hujan, akan tahan terhadap erosi.
c. Lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila
lereng makin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga
kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan
volume air yang mengalir menjadi semakin besar.
d. Vegetasi (tumbuhan)
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah:
• Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi.
• Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi.
• Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan) melalui
vegetasi.
e. Manusia
Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam dapat mengurangi erosi.
Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan dapat menyebabkan erosi
dan banjir.
D. Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Metode Pengawetan Tanah
Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1. Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
2. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3. Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4. Meningkatkan stabilitas agregat tanah
Beberapa metode pengawetan tanah dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi
pada lahan yang dilestarikan. Metode vegetatif antara lain:
a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman
tahunan seperti akasia, angsana, flamboyan. Fungsinya untuk mencegah erosi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan
bawah.
26
27. b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras
seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil
kayunya.
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanami lahan searah
dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan
memperbesar resapan air ke dalam tanah.
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam lahan dengan
tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara. Fungsinya untuk menghambat
penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi dan
memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman
berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Fungsinya untuk mengurangi
kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian
(bergilir) dalam satu lahan. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak
berkurang.
2. Metode Mekanik/Teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan
tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off),menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak.
Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), Fungsinya untuk
menghambat aliran air, dan memperbesar resapan air.
b. Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul
sejajar dengan kontur.
c. Pembuatan teras (terrassering), Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong
lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat dan
mengatur aliran air sampai ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif apabila metode mekanik dikombinasikan
dengan metode vegetatif misalnya terrassering dan buffering.
3. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur
tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Penggunaan bahan
kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi
biayanya mahal. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini
antara lain Bitumen dan Krilium.
27
28. Tugas Terstuktur
1. Jelaskan pengertian tenaga endogen dan eksogen
2. Jelaskan macam-macam tenaga endogen dan eksogen
3. Apa pengaruh terhadap permukaan bumi dari tenaga endogen dan eksogen
4. Apa yang mempengaruhi proses perubahan tanah
5. Jelaskan usaha-usaha konservasi tanah
EVALUASI
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Ilmu yang mempelajari tentang tanah adalah ….
A. geologi
B. geomorfologi
C. hidrologi
D. meteorologi
E. pedologi
2. Cara vegetatif dalam usaha pengendalian erosi meliputi kegiatan berikut, kecuali ….
A. penghutanan kembali
B. pembuatan sengkedan
C. penggiliran tanaman
D. penggunaan serasah
E. reboisasi
3. Tanah subur yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa sungai-sungai disebut tanah
….
A. vulkanik
B. podzolit
C. aluvial
D. laterit
28
29. E. humus
4. Ciri-ciri tanah yang subur, kecuali ….
A. tekstur tanah baik
B. banyak mengandung air
C. struktur tanah baik
D. tidak mengandung garam
E. mengandung bahan anorganik
5. Gerakan air di dalam tanah dipengaruhi oleh keadaan ….
A. pH tanah
B. tekstur tanah
C. struktur tanah
D. permeabilitas
E. warna tanah
6. Keadaan tanah yang terlalu asam dapat dinetralkan dengan pemberian .…
A. kalium
B. belerang
C. kapur
D. ferrum
E. fosfat
7. Komposisi terbesar tanah terdiri dari ….
A. bahan mineral
B. air
C. udara
D. bahan organik
E. bahan biotik
8. Batuan pembentuk litosfer adalah batuan ….
A. sedimen
B. metamorf
C. malihan
D. beku
E. podzolik
9. Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat erosi di suatu tempat
adalah ….
A. lereng
B. tutupan batuan
C. vegetasi
D. curah hujan
E. bahan induk
10. Gejala-gejala karst seperti berikut, kecuali ….
29
30. A. dolina
B. gua kapur
C. stalagtit
D. internal drainase
E. spit
30
31. PENUTUP
Selamat! Anda telah selesai mempelajari seluruh materi tentang lithosfer dan pedosfer
dalam modul ini. Anda telah selesai mempelajari seluruh materi pelajaran dalam modul ini.
Untuk memandu kembali ingatan anda terhadap materi pelajaran, pahamilah
kesimpulan berikut ini:
1. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi yang sangat luar.
2. Bumi terdiri dari lapisan : Barisfer, Lapisaan pengantaran dan Lithosfer
3. Lithosfer terbentuk dari batuan beku, sedimen dan metamorf.
4. Gejala vulkanisme adalah gejala dan peristiwa yang berhubungan dengan naiknya
magma dari perut bumi.
5. Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak
6. Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan
dan pengendapan.
Anda sudah memahami materi Pedosfer, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah, jenis-jenis tanah di Indonesia, penyebab terjadinya erosi dan dampaknya
terhadap kehidupan, serta usaha-usaha mengurangi erosi tanah.
Sukses untuk Anda!
DAFTAR PUSTAKA
31
32. Ahmad yani dkk, Geografi Untuk SMA Kelas 1 Bandung : Grafindo Media Pratama, 2004
Asep Soedjoko, Geologi Umum 1, Surabaya : UniversityPress IKIP Surabaya,1977
Ibrahim Gunawan, Tektonik Lempeng, Bandung :Makalah Penataran IPBA. ITB Bandung,
1991
Karta Saputra, Tehnologi Konsewasi Tanah dan Air, Jakarta: PT Bina Aksara, 1985
Marbun MA, Kamus Geografi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982
Sumadi Sutrijat, Geografi 1, Jakarta : Depdikbud , 1999
Totok Gunawan dkk, Fakta dan Konsep Geografi, Jakarta: Ganexa Exact, 2004
Wardiyatunoko, K. Geografi SMA , Jakarta : Erlangga, 2004.
32