Majalah ini berisi berbagai artikel tentang budaya Indonesia seperti tarian tradisional, makanan khas, dan cerita rakyat. Juga berisi pesan untuk melestarikan budaya Indonesia agar tidak punah.
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
TUGAS AKHIR BIK - MAJALAH SARTIKA SEMESTER SATU
1. Segenap Pimpinan dan Karyawan
Redaksi Majalah
Mengucapkan :
SELAMAT TAHUN
BARU 2014
Semoga di tahun 2014, kita dapat
melukiskan cerita dengan pena
bertintakan warna emas. Menorehkan
banyak prestasi. Membuat negeri
berbangga hati atas perilaku diri.
Majalah Semburat Replika Nusantara Edisi Desember 2013
Cerpen :
Kidung Rindu
Melipat Senja Bersama Penari
Senandung Gulita
Berita :
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC)
Kenakan Pakaian Adat, Khidmat ikuti Bersih Nagari
Artikel : Pesona Batik Indonesia
ISSN : 0215-763-11-12-13
2. D A F T A R I S I . . .
BERITA :
3 Banyuwangi Ethno Carnival
6 Kenakan Pakaian Adat,
Khidmat ikuti Bersih Nagari
OPINI
11 KETIKA ANAK
DIDEWASAKAN KEADAAN
14 MANUSIA BERBUDAYA,
MANUSIA BERPENDIDIKAN
ADAT:
- REOG GENDANG 22
- LARUNGAN TRADISI GUNUNG
KELUD 24
- SIRAMAN TULUNGAGUNG 25
Legenda :
34 Cerita Rakyat Gunung Kelud
ARTIKEL
7 PESONA BATIK
INDONESIA
9 REOG PONOROGO
SUARAKAN SUARAMU :
16 Budaya Indonesia yang
Mendunia
CERPEN :
26 KIDUNG RINDU
28 MELIPAT SENJA BERSAMA
PENARI
31 SENANDUNG GULITA
41 Setangkup Rindu
Di sudut Kota Banyuwangi
42 Kuliner - Tahu Takwa Kediri
43 Kuliner - Ayam Lodho
45 HUMOR - ZONA NGAKAK
36 Resensi Buku :
Bingkai Mimpi Seorang Nawawi
kepada Supinah
BIOGRAFI:
EMHA AINUN NADJIB 19
HASNAN SINGODIMAYAN 21
39 Tips - Menjaga Budaya
Indonesia
40 Renungan : Jeritan Indonesia
PRESIDEN dan PAMERAN LUKISAN
Suatu hari seorang presiden sebuah
negara pergi melihat pameran lukisan -
lukisan . Karena saat itu beliau mengalami
sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia
mengajak satu ajudannya untuk menuntunnya.
Presiden : ‘’Wah lukisan ini bagus,
gambar ikannya bener-bener hidup!’’
Ajudan : ‘’Shttt... Jangan keras-
keras, Pak! Itu gambar buaya...’’
Kemudian mereka berpindah ke lukisan
lain.
Presiden : ‘’ Gambar gajah ini benar-
benar gagah’’
Ajudan : ‘’ Shttt... Ojo keras-keras
Pak, itu gambar banteng!’’
Presiden itu kemudian menahan diri
memberi komentar sampai ia tiba pada salah
satu pojok ruang pameran, lalu berkata,’’Wah,
sing iki apik tenan, lukisan gorilanya begitu
nyata anatominya!’’
Ajudannya langsung tertegun dan
berkata,’’Pssttt...Jangan keras-keras pak, itu
cermin...!’’
ZONA NGAKAK
OBAT PANAS
Seorang dokter melihat pasiennya
sedang membuat kopi, kemudian
memasukkan sebutir obat ke
dalamnya. Dengan penasaran dokter
bertanya kepada si pasien.
Dokter : ‚Obat apa yang
kamu masukkan ke kopimu?‛
Pasien : ‚Obat penurun
panas,biar kopinya cepat dingin.‛
TAFSIR MIMPI
Alkisah pada suatu malam
seorang bernama Firman sedang
bermimpi yang sangat aneh, saking
anehnya ia berencana untuk
mananyakan pada seorang ahli tafsir
terkenal, yaitu Empu Gondrong
(Empu Gondrong ini masih ada
hubungan saudara dengan Empu
Gandring).
Firman : ‚Mbah tadi malam saya
mimpi aneh sekali. Saya
berada di depan pintu
supermarket yang besar,
walaupun sudah saya
dorong sekuat tenaga,
tetepi tidak terbuka juga.
Apakah ini pertanda rejeki
saya akan merosot?‛
Si Mbah : ‚Bukan!‛
Firman : ‚Apakah rejeki saya akan
terhalang?‛
Si Mbah : ‚Bukan GOBLOK, pintu
itu ada tulisan PULLnya,
jadi harus kamu
tarik!‛
GARA-GARA HELM
Sewaktu ada operasi kendaraan bermotor, Bejo
tidak mau memperhatikan peringatan dari polisi
agar berhenti. Motor Bejo malah melaju dengan
kecepatan tinggi. Lewat kejar-kejaran, akhirnya
Bejo diberhentikan polisi.
Polisi : ‚Kenapa Bapak tidak berhenti waktu
operasi tadi?‛
Bejo : ‚Boo...saya tidak mendengar, pak!‛
Polisi : ‚Tidak mendengar gimana? Sudah
berkali-kali saya peringatkan.‛
Bejo : ‚Kalau begitu bukan saya yang salah,
tapi sampeyan yang salah.‛
Polisi : ‚Kok bisa saya yang salah?‛
Bejo : ‚yang nyuruh saya pakek helm
kansampeyan.Coba kalau sampeyan
nggak nyuruh pake helm, saya mesti
dapat mendengar peringatan
45
3. Belah ayam dari bagian dada depan kebawah, lalu
bentangkan ayam hingga terbuka lebar.
Lumuri garam dan bakar di atas bara api hingga
setengah matang.
Tumis bumbu kasar hingga wangi.
Masukkan bumbu halus, aduk hingga wangi dan matang.
Tambahkan santan encer ke dalam tumisan. Didihkan.
Masukkan ayam bakar ke dalam wajan, tambahkan serai,
daun salam, dan daun jeruk purut.
Teruskan memasak dengan api kecil sampai mendidih.
Tambahkan santan kental. Teruskan memasak dengan
api kecil sampai kuahnya menjadi sangat kental (dalam
bahasa Jawa disebut: mblondho).
Sebaiknya masakan ini disimpan semalam, dan dipanaskan
kembali keesokan hari untuk disantap dengan nasi gurih
(nasi uduk) dan urap sayur.
Selamat mencoba.
KULINER 44
Cara membuat:
termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, peralatan,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya
di sini memiliki sifat yang kompleks,
abstrak, dan sangat luas. Banyak para
ahli yang memiliki opini berbeda mengenai
budaya dan kebudayaan. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan
bahwa Cultural-Determinism
artinya segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri. Herskovits
memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang
kemudian disebut
sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Edward Burnett Tylor berpendapat bahwa,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
sendiri mengartikan kebudayaan sebagai
sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
1
Hai sobat para pembaca setia
majalah! Selamat bertemu kembali
dengan kami! Tema majalah kita
untuk edisi kali ini adalah ‚Selendang
Biru‛. Banyak hal tentang budaya
yang akan kita bahas nanti. Nah,
sebelum masuk ke pembahasan yang
lebih lanjut, di antara kalian pasti ada
yang bertanya apa sih
budaya itu? Baiklah,
demi memuaskan
pembaca sekalian, kami
akan mengupas tuntas
apa yang dimaksud
dengan budaya terlebih
dahulu.
Budaya atau
kebudayaan berasal
dari bahasa
Sanskerta ‚buddhayah‛,
yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi atau
perbuatan dan akal manusia. Ada
juga yang menyebut budaya dengan
kultur. Kata kultur sendiri dalam
bahasa Indonesia merupakan bentuk
serapan dari bahasa Inggris culture,
yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani.
Budaya adalah cara hidup yang
dilahirkan dan dikembangkan oleh
sekelompok orang yang diwariskan
secara terus menerus dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Unsur dari budaya sendiri sangatlah
banyak,
4. Kebudayaan adalah sesuatu yang
dapat mempengaruhi pola pemikiran
manusia sehingga menciptakan suatu
gagasan atau ide baru yang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari atau yang
disebut kebudayaan bersifat abstrak.
Kebudayaan juga dapat diwujudkan
dengan penciptaan sesuatu oleh
manusia semisal pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
bertujuan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan dalam
bermasyarakat.
SELAYANG
PANDANG
BUDAYA
NEGERIKU
S
E
L
E
N
D
A
N
G
B
I
R
U
Merujuk dari semua definisi di
atas, kita pasti bertanya sebenarnya
kebudayaan itu sama dengan
kebiasaan atau tidak sih? Sebelum
menjawab pertanyaan ini, ada baiknya
kita mengerti arti dari kebiasaan
terlebih dahulu. Menurut kami
kebiasaan merupakan suatu hal yang
dilakukan secara terus menerus. Nah,
sedangkan kebudayaan juga bisa
terbentuk dari adanya kebiasaan yang
telah mendarah daging mengakar
budaya. Sebagai contoh, senyum, sapa,
dan salam. Awalnya suatu hal yang
biasa, tetapi jika dilakukan secara
berkelanjutan bisa menjadi sebuah
kebiasaan. Apabila dilaksanakan oleh
banyak orang dan berusaha untuk
dilestarikan tiga ‚S‛ tadi sudah
menjadi salah satu budaya dalam
masyarakat.
Bagaimanakah potret
budaya Indonesia saat ini?
Masihkah menjadi satu
kebiasaan yang tetap lestari?
Atau malah punah di Negeri
sendiri? Semoga saja tidak.
Apakah pembaca masih cinta
tradisi? Jika Anda mengangguk
pasti, mari ukir prestasi dengan
kreasi. Berbangga hati akan
budaya sendiri. Selamat
berfantasi dalam majalah
kami! :)
SALAM REDAKSI2
Siapa yang tak kenal dengan menu
kuliner yang satuini?? Masakan khas dari Jawa Timur, yang menawarkan
berjuta kenikmatan. Sebenarnya masakan ini ada di setiap daerah di
Indonesia. Namun, di setiap daerah tersebut memiliki cita rasa dan bumbu
yang berbeda, julukannyapun beragam. Ada opor ayam, ayam lodho. Tetapi
masyarakat di daerah Tulungagung, sering menyebutnya ayam lodho. Menu
ini sangat cocok untuk acara-acara khusus seperti Idul Fitri, selamatan,
Yasinan dan acara-acara lainnya. Rasanya yang nikmat menjadikan ayam
lodho ini menjadi menu favorit di beberapa rumah makan.
Keunikan olahan ayam khas Jawa Timur ini terletak pada kuah santan yang
kental. Rasanya gurih enak dengan pedas cabai ditambah aroma bakar yang
Bahan:
1 ekor ayam kampung
1 butir kelapa, kupas, parut,
ambil 250 ml santan kental dan
500 ml santan encer
Haluskan:
10 butir bawang merah
10 siung bawang putih
3 (5 cm) ruas jari kunyit
2 (4 cm) ruas jari jahe
1 (2 cm) ruas jari kencur
2 cabai merah keriting,
rebus
Bumbu Kasar:
1 sdm merica butiran,
tumbuk kasar
1 sdm ketumbar, tumbuk
kasar
1 sdt jintan
100 g cabai rawit
1 jempol (3 cm) lengkuas,
iris kasar
3 batang serai, memarkan
3 lembar daun jeruk purut
2 lembar daun salam
KULINER
43
AYAM LODHO
5. Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai
yang difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan
tempe yang asli dari Indonesia. Tahu berasal dari Cina, seperti
halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu dianggap sebagai
makanan rakyat, karena tahu digemari oleh hampir sebagian
besar orang Indonesia. Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya
dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu Kediri.
Tahu Kediri terkenal dengan sebutan “Tahu Takwa”. Di Kediri, nama takwa
itu diberikan khusus untuk tahu kuning guna membedakannya dengan tahu biasa
yang berwarna putih. Kata “takwa” ini berasal dari Cina yang artinya Aroma. Kata
"Tahu" sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia
Tua, muda, miskin, kaya pasti mengenal lauk satu ini.
Kalau biasanya tahu itu warnanya putih, bentuknya
kotak. Berbeda dengan yang ada di Kota Kediri, tahu di
Kediri tidak berwarna putih tetapi berwarna kuning (ini
karena dimasak dengan air yang dicampur dengan
tumbukan kunyit dan sedikit garam) .Tahu Takwa
memiliki rasa yang begitu khas, yaitu gurih, kenyal,
padat, tahan lama, padat dan berisi, serta dapat dimakan
langsung tanpa melalui proses dimasak lagi.
Proses pembuatan tahu ini tidak segampang membalikkan telapak tangan.
Jenis air sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Tahu Takwa ini dibuat masih
menggunakan alat tradisional. Alat tradisional itu berupa peralatan yang masih
terbuat dari kayu dan batu. Proses pembuatannya masih dikerjakan secara manual
dengan tenaga manusia. Hal ini dilakukan agar menghasilkan tahu yang bercita rasa
gurih.
Nah, untuk sobat pembaca Majalah (xxx) jika sempat berkunjung ke Kediri,
jangan lupa memasukkan satu ikon kuliner ke dalam daftar buah tangan wisata ya..
Tahu Takwa Kediri
42
KULINER 3
BERITA
PAGELARAN BANYUWANGI
ETHNO CARNIVAL (BEC)
Banyuwangi memiliki agenda
khusus di bulan September hingga
Desember. Banyuwangi Festival
menampilkan berbagai atraksi
budaya dan even yang berbasis
potensi alam di kabupaten berjuluk
The Sunrise of Java itu. Rangkaian
Banyuwangi Festival ini akan
memberikan kesan berbeda yang tak
akan bisa ditemui di daerah lain.
Banyuwangi Festival berisi beragam
acara. Mulai sport-tourism (Tour De
Ijen), jazz pantai, festival batik,
hingga perhelatan berbagai kesenian
tradisional.
B
A
N
Y
U
W
A
N
G
I
E
T
H
N
O
C
A
R
N
I
V
A
L
B
E
C
2
0
1
3
Sebagai daerah berjuluk the Sunrise
of Java, pagelaran Banyuwangi
Ethno Carnival (BEC) kemarin
Sabtu (7/9) berhasil menyita banyak
perhatian masyarakat seantero
Banyuwangi. Tidak hanya itu,
agenda tahunan ini juga menarik
wisatawan mancanegara. Kabupaten
Banyuwangi, yang terkenal dengan
suku Usingnya ingin pamer
kekayaan budaya yang dimilikinya.
Even karnaval etnik ini telah
berlangsung selama kurun waktu tiga
tahun terakhir.
6. PAGELARAN BANYUWANGI ETHNO
CARNIVAL (BEC)
BEC mempunyai garis pembeda yang jelas
dengan karnaval-karnaval yang diselenggarakan
kota lain. BEC mengusung tema kebudayaan
lokal. Tahun lalu, BEC mengambil tema Barong
Using. Sedangkan tahun ini (2013), BEC
mengambil tema "The Legend of Kebo-keboan."
Ritual kebo-keboan dilakukan sebagai wujud doa
dan pengharapan agar hasil panen bisa
melimpah. Kerbau mempunyai posisi spesial
dalam masyarakat agraris. Kerbau merupakan
rekan kerja dan harapan bagi petani. Kerbau
selalu dianggap hewan yang membantu
kemakmuran dan ketahanan pangan petani
melalui tenaganya. Bagi masyarakat
Banyuwangi, kerbau menempati status penting
dan perlakuan khusus ketika masa tanam.
Menurut Abdullah Azwar Anas (Bupati
Banyuwangi), pada even BEC ini terdapat tiga
subtema yang diangkat, sekaligus menandai
defile-defile. Kebo
Geni yang
menandakan
semangat dan jiwa
pemberani, Kebo
Bayu Tirta sebagai
penanda kedamaian,
dan Kebo Bumi
(isyarat kesuburan).
Mengapa BEC kali
ini mengambil tema the Legend of Kebo-keboan?
Ritual itu telah berkembang di Banyuwangi
selama ratusan tahun. Harapannya, anak muda
sekarang tetap mengenal budaya lokal dan
menjadi kebanggaan di tengah perkembangan
zaman yang cukup canggih (era teknologi).
B
A
N
Y
U
W
A
N
G
I
E
T
H
N
O
C
A
R
N
I
V
A
L
B
E
C
Selain itu, perbedaan BEC dengan karnaval
yang digelar di daerah lain maupun di luar
negeri, kata Anas, adalah dengan
mengedepankan kekuatan konsep dan tema.
"BEC lebih mengeksplorasi konsep dan
kekuatan tema ketimbang terjebak pada
karnaval yang mengeksploitasi tubuh. Seperti
karnaval di Brazil yang mengesploitasi tubuh
wanita sebagai tontonan," jelasnya.
Bagi Anas, upaya mengangkat
kebudayaan lokal adalah bentuk investasi
kebudayaan kepada generasi muda agar bisa
menyerap dan
memahami makna
filosofis yang ada
di setiap tradisi
masyarakat. "Kita
sering bertanya
berapa investasi
untuk
membangun
gedung, tapi
mengabaikan investasi kebudayaan yang
sangat penting untuk memperkokoh pondasi
bangsa ini," kata Anas.
"Ketika karnaval lain sibuk menarik
tema dari luar ke dalam, Banyuwangi malah
sebaliknya, yaitu menggali apa yang dimiliki
di dalam untuk diperkenalkan ke luar. Kita
ingin membagi kebudayaan lokal untuk
masyarakat global," ujarnya di Pendopo
Kabupaten yang berada di Jalan Sritanjung
tepat di depan Masjid Agung Baiturrahman.
Dokumentasi Redaksi
Bupati Banyuwangi
4
Termenung aku di satu waktu
Do’a kalbu membia rindu
Harap rindu mengalun syahdu
Cinta kasih lalu bersekutu
Tuhanku…..
Hilang ragu dalam jiwa
Musnah segala dalam raga
Kemana ia mengembara
Kikis habis gundah gulana
Rabb-ku….
Jaga ia dalam balutan kasih-Mu
Supaya tenang aku tanpa pilu
Supaya cinta tetap utuh
Meski terhalang sekat yang jauh
Tuhanku….
Padamu kumengadu lewat sajak
rindu
Dalam sepenggal waktu
Pulang aku ke kampung halaman
Nikmati sepuhan angin di tlatah Blambangan
Semburat budaya kental menyapa, tiap sudut
desa tawarkan pesona
Dialek Using menjadi bahasa, pelengkap
budaya ‘tuk bertutur kata
Ragam logat bukanlah jawa, tetap diucap dan
dirasa
Runtuh sudah belenggu rindu, bertahta ia
jalari kalbu
Dalam lembar Banyuwangiku, suguhkan tarian
Gandrungmu
Diwajah penari berparas ayu, mahkota
omprog turut berpadu
Mainkan angklung mantap bertalu, iringan
gendhing ikut melagu
Sampur merah dikalungkan dikibar digerak-
gerakkan
Maju mundur dari belakang kedepan
Tari Gandrung semarak di pelataran
Puas mata menahan kerinduan dalam
pandangan
Lungsur sudah rinduku, dalam rengkuh
Banyuwangi
Gemerlap kotaku, jenggirat tangi
DI SUDUT KOTA
SETANGKUP RINDU
TERASI
TEMBOK KREASI
41
7. KETIKA INDONESIA MENANGIS
Dicampakan, dilupakan adalah hal biasa
Meski airmata menetes dengan derasnya
Tak terrgerak hati ‘tuk coba dengar kepiluannya
Tak hiraukan teriakan yang tak bersua
Amat pedih dirasa
Gerak gemulai, bisikan selamat tinggal
Irama syahdu tergerus ombak
Tulang rapuh nan usangdimakan zaman
Sebuah lantunan hanya menjadi cetakan
Ukiran-ukiran memudar tersapu alam
Hanya ungkapan sebagai saksinya
Mata, hati, telinga tak segera terbuka
Meski tembang-tembangan yang menggema
Walau gerak lentik hentakan panggung bergembira
Tak lagi peduli kaum-kaum negeri
Dibantai hujan panas matahari
Sartika - Semburat Replika Nusantara
RENUNGAN
40
Ada sekitar 300 talent berparade di Jalan Susuit Tubun, Banyuwangi.
Peserta karnaval berjalan beriringan sepanjang 3 kilometer mengelilingi kota
Banyuwangi. Para talent berjalan diiringi musik etnik khas Banyuwangi yang
dikolaborasikan dengan musik modern. Ribuan warga dan wisatawan padat
merayap di sepanjang jalanan yang disulap menjadi catwalk untuk para peserta
karnaval. Karnaval adalah salah satu cara efektif untuk mempromosikan
pariwisata daerah. Karena itulah, BEC ini digelar.
Anas menambahkan, berbagai pergelaran pariwisata event (event tourism)
dalam rangka Banyuwangi Festival diharapkan bisa meningkatkan peran sektor
pariwisata untuk menggerakkan ekonomi daerah.
BERITA
BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL (BEC)
BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL (BEC)
5
8. 96 BERITA
Kenakan Pakain Adat, Khidmat Ikuti Bersih Nagari
Delapanbelas Nopember kemarin,
Tulungagung genap berusia 808. Acara puncak
hari jadi kota ini diikuti prosesi Bersih Nagari
yang berlangsung cukup semarak. Prosesi
dimulai pukul 07.30 pagi dari Kantor Pemkab
Tulungagung. Rombongan drum band
tradisional, menjadi pengiring acara ini. Dua
buah tumpeng raksasa (tumpeng lanang dan
tumpeng wadon) mengekor di belakang iringan
penari berparas cantik yang berbaris di
depannya. Seluruh karyawan-karyawati Pemkab
dan para Kepala Desa dan kelurahan se-
kabupaten Tulungagung yang mengenakan
pakaian tradisional Jawa yang berjalan
beriringan menuju pendopo kabupaten
Tulungagung.
Menurut sejarah, penetapan Hari
Jadi kabupaten Tulungagung jatuh pada tanggal
18 November yang didasarkan pada Prasasti
Lawadan yang ditemukan di desa Wates
kecamatan Campurdarat. Prasasti tersebut
bertuliskan tanggal 18 November 1205. Namun,
sebelum tahun 2003 perayaan Harjaba
kabupaten Tulungagung sempat dilakukan pada
setiap tanggal 1 April yang berdasarkan pada
sepasang arca Dwarapala yang berada disetiap
jalan pintu masuk Kota Tulungagung. Dalam
arca tersebut bertuliskan tahun Jawa 1752 atau
1824 Masehi. Tetapi karena ada peninjauan
kembali, akhirnya Hari Jadi kabupaten
Tulungagung ditetapkan tanggal 18 November
1205.
Bupati Tulungagung, Syahri
Mulyo,SE, dengan penuh
kebahagian menyambut
kedatangan para peserta kirab
Panji Lambang kabupaten
Tulungagung. Ketika rombongan
kirab mulai masuk halaman
komplek pendopo utama, gapura
pendopo sudah dihias sedemikian
rupa. Aura peradapan Jawa kuno
semakin kental ketika memasuki
teras pendopo, bau dupa
kemenyan yang memenuhi
ruangan serta aneka bunga sedap
malam yang ditebar disekitar pintu
masuk. Nuansa kejawaan makin
kental dengan diiringi musik
gamelan dan nyanyian langgam
jawa kuno. Prosesi masuknya
rombongan kirab panji maupun
tumpeng sangat rapi dengan
mengenakan pakaian adat jawa
kuno yang penuh penghormatan
dan sikap tunduk pada pemimpin
dengan disambut tarian dandang
gendi yang diiringi langgam jawa.
Bupati Syahri Mulyo,
pada kesempatan tersebut
mengajak warga Tulungagung
untuk bersyukur pada Tuhan yang
Maha Esa atas anugerah yang
diberikan, sehingga masyarakat
bisa ikut memperingati hari jadi
Tulungagung ke 808. Peringatan
ini diharapkan mampu membuat
masyarakat Tulungagung yang
damai sejahtera. Diharapkan
acara ini terus berlangsung setiap
tahunnya, agar kebudayaan ini
tetap lestari.
Tips Menjaga Budaya INDONESIA
*Versi Majalah Sartika
Seperti kita ketahui, budaya Indonesia berada diambang kepunahan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan budaya yang
ada dalam masyarakat Indonesia. Sebagai generasi muda, kita juga harus
mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya yang ada di
Indonesia. Berikut ini tips-tips untuk kita generasi muda agar tetap mencintai
budaya Indonesia.
1. Tidak mencela budaya itu sendiri. Kebanyakan dari kita
meremehkan budaya sendiri dan lebih menyukai budaya bangsa
lain yang mungkin terlihat lebih modern. Memandang sebelah
mata, adat istiadat yang mengandung niali filosofi yang begitu
bermakna. Sebenarnya tidak sulit, untuk mencintai budaya negeri.
Hanya perlu memulainya dari hal sederhana dengan tidak mencela
budaya Indonesia.
2. Mau mempelajari budaya tersebut. Mempelajari budaya tidak
hanya mengetahui budaya-budaya apa yang berkembang di
Indonesia misalnya dengan mempelajari tarian atau alat musik
hingga bisa melakukannya. Setidaknya kita tau bagaimana sejarah
kebudayaan Indonesia dan macam-macamnya.
3. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian
kebudayaan. Seperti mengikuti kompetisi seputar kebudayaan,
misalnya tari tradisi atau teater daerah. Atau dengan berpartisipasi
dengan mementaskan budaya tradisonal pada acara ataupun
kegiatan tertentu, seperti pada saat perayaan hari ulang tahun
kemerdekaan bangsa, mengadakan pementasan ketoprak yang
4. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga
kebudayaan itu tidak punah dan tetap bertahan. Maka pada
akhirnya semakin banyak orang yang peduli pada budayanya
sendiri.
5. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan
budaya orang lain.
6. Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya budaya berbahasa.
7. Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan
kebudayaan yang kita miliki.
8. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme.
Demikian beberapa cara atau tips yang dapat kita lakukan dalam
pelestarian budaya. Diharapkan segala kesadaran kita sebagai generasi
penerus untuk tetap bisa menjaga dan melestarikan budaya.
39
9. SETTING/LATAR
Banyak menggambarkan keadaan alam Banyuwangi, kekayaan permainan
anak era 1970-80-an yang saat ini berkurang, bahkan hampir hilang.
Menggambarkan perjuanagn hidup Nawi di Bali yang kemudian berpindah
ke Belanda.
NILAI-NILAI DALAM BUKU NAWI BKL INAH
Arti kesetiaan dan kepercayaan yang tersekat jarak jauh. Banyuwangi-
Belanda.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
1. Memakai dua bahasa. Bahasa lokal Banyuwangi yaitu Bahasa Using dan
memakai bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia
2. Disertai gambar ilustrasi sehingga akan memudahkan pembaca untuk
lebih berfantasi dengan alur ceritanya.
3. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Karena tidak memakai diksi
(pilihan kata) yang terlalu sulit. (Teks bahasa Indonesia)
4. Disajikan dalam format yang unik. Bukan prosa, bukan puisi, bukan
pantun. Tetapi mengandung keindahan yang mirip puisi. Bersajak dan
memebacanya pun menimbulkan irama.
Kekurangan
Novel ini masih terbitan baru. Sehingga masih belum banyak orang yang
mengetahuinya. Selain itu, novel ini hanya tersedia di toko buku tertentu.
PENUTUP
Buku ini layak menjadi salah satu referensi bagi anda yang ingin
mempelajari bahasa Using dalam bingkai cerita. Sebab kosakata yang
digunakan pun masih mudah dimengerti. Bahasannya ringan namun tetap
mengena. Didalamnya dicantumkan pula permainan-permanian zaman
dulu yang mungkin saat ini sudah tiada. Bagi Anda para sejarahwan
Banyuwangi khususnya, yang ingin bernostalgia dengan masa kecil, buku
ini bisa menjadi rekomendasi utama.
Dokumentasi Redaksi
38
7ARTIKEL
Pesona Batik Indonesia
Beberapa remaja berasumsi
bahwa ketika mereka mengenakan
batik, mereka terlihat jauh lebih tua
dari usianya. Mereka beranggapan
bahwa motif dan model batik memiliki
kesan kuno. Lebih miris lagi, beberapa
dari mereka menyatakan bahwa batik
hanya cocok dipakai oleh orang zaman
dahulu. Sebab, jika batik dikenakan
pada zaman modern saat ini, sudah
terlalu ketinggalan zaman katanya.
Terlebih jika dimunculkan istilah
bahwa batik adalah busana yang ndheso.
Memang, mayoritas sentra pembuatan
batik berlokasi di desa. Namun, saat
ini sudah banyak rumah produksi batik
yang berdiri ditengah kota. Saai ini
juga sudah banyak perancang busana
yang mendesain batik sedemikian rupa
hingga batik mempunyai nilai
prestisius yang tinggi dan tentunya
jauh dari istilah kuno.
Batik memiliki aksen klasik dan
tradisional, dengan ragam jenis
motifnya baik dalam batik tulis
maupun batik cap. Kendati terkesan
tradisional, batik masih menampilkan
keeksisannya dalam dunia mode. Hal
tersebut terbukti saat batik dikenakan
oleh beberapa peraga busana berparas
cantik jelita dalam acara Festival Batik
Indonesia yang dihelat pada 2
Oktober, tahun lalu. Pagelaran akbar
yang diadakan di Roponggi Mid Town
Tokyo Jepang ini, berlangsung begitu
meriah dengan mendapat sambutan
dan antusiasme pengunjung yang
mayoritas penduduk asli Tokyo.
Mereka ikut serta memakai batik
beraneka motif dan warna. Tak
ketinggalan pula saat itu istri Kedubes
RI Ibu Bianca A.Luthfi juga ikut
berbangga mengenakan batik. Seolah
ikut memamerkan baju tradisional warisan
budaya dan pusaka Indonesia di tengah
masyarakat Tokyo di Jepang dengan penuh
rasa bangga. Beberapa pengunjung juga sangat
tertarik saat Stand Atase Pendidikan dan
Kebudayaan KBRI menunjukkan secara
langsung cara membatik. Beberapa dari
mereka dengan serius mencoba untuk
membatik dengan malam. Bahkan setelah
mereka mencoba melakukan praktek
membatik, sebagian dari mereka kemudian
berkata, “Sugoi!” (hebat). Ternyata membatik
itu tidak mudah. Batik itu memang seni yang
membutuhkan kesabaran dan konsentrasi
yang tinggi. (sumber: kompasiana.com)
Selain pagelaran batik yang
diselenggarakan di Tokyo tahun lalu,
keeksisan batik juga diwujudkan dalam
Festival Batik Banyuwangi beberapa pekan
lalu. Pada Kamis hingga Sabtu, 26-28
September 2013 yang diadakan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur. Festival yang digelar untuk pertama
kalinya ini menjadi momentum untuk
mempromosikan batik Banyuwangi ke tingkat
nasional khususnya. Juga untuk melestarikan
batik pada umumnya. Festival ini mengangkat
10. Pesona Batik Indonesia
ARTIKEL
tema "Batik Gajah
U l i n g " y a n g
diyakini sebagai
motif batik tertua.
Acara tersebut
t e r d i r i d a r i
kegiatan pameran
batik, parade
peragaan batik,
lomba cipta desain
batik, hingga
lomba mewarnai
batik. Peragaan
busana oleh 100 peragawati menjadi
puncak acara pada Sabtu, 28
September pukul 19.00 WIB, di Gedung
Kesenian dan Budaya (Gesibu)
Banyuwangi. Para peragawati itu
berlenggak-lenggok di atas catwalk
dengan mengenakan busana batik khas
kabupaten di ujung timur Jawa ini.
Batik memiliki nilai filosofi
tersendiri. Setiap daerah di Indonesia,
mempunyai motif khas masing-
masing. Sebagai contoh, Banyuwangi
yang banyak mengambil tema dari
alam sekitar. Salah satunya adalah
motif Gajah Ulingnya yang menjadi
tema dalam pagelaran Festival Batik
Banyuwangi akhir September lalu.
Motif ini memiliki arti yang begitu
istimewa. Batik Gajah uling
melambangkan suatu kekuatan, yang
tumbuh dari dalam jati diri masyarakat
Banyuwangi. Pemaknaannya berkaitan
dengan karakter masyarakat yang
bersifat religius. Terdiri atas kata Gajah
yang berarti hewan bertubuh besar dan
Uling artinya hewan sejenis ular yang
hidup di air atau lebih dikenal dengan
belut. Dalam hal ini Uling diartikan
eling atau ingat. Jika digabungkan,
maknanya adalah ingat kepada Sang
Pencipta Yang Maha Besar. Belum lagi
makna tiap motif batik khas dari
berbagai belahan bumi Indonesia.
Batik merupakan budaya adi
luhung Indonesia sejak beratus-ratus
tahun lalu. Batik menjadi salah satu
aset pusaka Indonesia yang harus
tetap dijaga. Menjadikannya sebagai
identitas bangsa dan menjadi sebuah
keharusan bagi kita si empunya batik
untuk memeliharanya agar tetap
menjadi simbol kemewahan Indonesia.
Dewasa ini, pemerintah gencar
mendengungkan kepada masyarakat
untuk tetap memakai batik. Batik
tidak harus dipakai saat acara-acara
resmi saja, tetapi juga acara santai dan
bahkan saat kegiatan atau aktivitas
sehari-hari. Batik sangat mudah
ditemui di pasar, mall, pusat
perbelanjaan hingga butik sekalipun.
Harganya pun beragam sesuai dengan
jenis motif dan kainnya. Batik dapat
dipakai oleh siapa saja, baik dari
golongan bawah, menengah keatas,
dan golongan elit.
Tak jarang kita temui, batik
digunakan sebagai seragam khas dari
beberapa sekolah serta instansi
pemerintahan. Ini juga merupakan
upaya dari pemerintah dengan
memberlakukan kebijakan untuk
memakai batik di hari tertentu untuk
menjaga kelestarian batik. Batik secara
resmi dinobatkan sebagai warisan tak
teraba yang telah mendunia oleh
UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009
lalu. Pesona batik tidak akan pudar,
apabila kita tetap bangga
mengenakannya. Mari biarkan batik
menyiratkan pesonanya di seluruh
sudut Indonesia.
8
Ternyata, Inah pun memendam perasaan yang sama.
Namun, seiring berjalannya waktu orangtua Inah
menjodohkannya dengan saudaranya dari Jember.Sejak
itu, Nawi tak lagi menemui Inah seperti biasanya. Karena
tak boleh lagi menemui tambatan hatinya, Nawi kehilangan
pegangan. Ia linglung seperti orang gila. Oleh
orangtuanya, dia dipindah ke rumah familinya di Singaraja
Bali. Betapa berat kehidupan Nawi. Sekitar tahun 1980-an,
belum ada HP, dan surat-menyurat pun tidak gampang.
Nawi merasakan pahitnya hidup tetapi tetap belajar kerja
keras. Setelah lulus SMA, dia diajak peneliti Belanda
bernama Pak Rudy untuk kuliah di Maastricht. Sebelum
berangkat, mereka berdua mengucap janji setia dan
bertukar kalung jali berbandul kerang dengan sebuah
selendang pelangi. Tapi bagaimana ujung ceritanya?
Disajikan dalam format yang belum pernah ada.
TOKOH DAN PENOKOHAN
1. Nawawi, pemuda Lateng yang teguh dalam
pendiriannya. Ketika berada di Belanda, ia berusaha
sekuat tenaga untuk tetap menjaga janji suci yang telah ia
sepakati dengan sang pujaan hati. Meskipun gadis
belanda memiliki paras yang ayu, kesetiaannya tidak
tergoyahkan.
2. Inah, gadis Biskalan. Gadis cantik yang pandai menyanyi
ini, amat mematuhi kedua orangtuanya. Tidak pernah
membantah, dan menjaga kesetiaannya pula kepada sang
pujangga.
3. Orangtua Nawawi. Amat menyayangi anaknya. Sebab,
setelah mengetahui cinta Nawawi yang ditolak oleh
orangtua Inah, akhirnya orangtua Nawi memindahkannya
ke kediaman sanak saudaranya yang berada di Bali.
Khawatir kesedihan Nawi berlarut-larut yang malah akan
mengganggu keberlangsungan pendidikan Nawawi.
4. Orangtua Inah. Bijaksana, ketika Inah dikabarkan
dibawa kabur, akhirnya orangtua Inah pun menyadari
bahwa perjodohan belumtentu membawa kebahagiaan.
Akhirnya orangtua Inah menyetujuinya bersanding dengan
Nawawi.
5. Pak Rudy. Baik hati, dengan menawari Nawawi untuk
melanjutkan pendidikannya ke Belanda.
6. Jenny, anak Pak Rudy ini ternyata juga menaruh hati
kepada Nawawi, yang menimbulkan kecemburuan Inah.
Namun, Nawi segera menceritakan hal yang sebenarnya
hingga semuanya jelas. Jenny-pun dapat menerima bahwa
memang Nawawi telah memiliki pujaan hati.
37
11. BINGKAI MIMPI SEORANG NAWAWI
KEPADA SUPINAH
IDENTITAS BUKU
Judul : Nawi BKL Inah
Pengarang : Antariksawan Jusuf
dan Hani Z. Noor
Penerbit : Republika, Jakarta
Tahun Terbit : Juni 2013
Tebal : xxii + 122 halaman
Ukuran Buku : 13.5 x 20.5 cm.
Editor : Andriyati
Ilustrator : Haryoto
Resentator : Nur Holipah
TEMA
Cerita tentang kegelisahan dua
muda mudi yang tengah dilanda
cinta. Cinta yang mendapat
pertentangan dari orangtua.
Adanya perjodohan yang
menyebabkan kandasnya. Tapi
indah pada akhirnya.
PEMBUKAAN
Setelah sekian lama, akhirnya
Banyuwangi memiliki satu bukti
otentik “Bahasa Using sebagai
satu bahasa”, dengan
meluncurkan satu novel karya
anak suku Using asli. Novel
setebal xxii + 122 halaman ; 13.5
x 20.5 cm ini, dikemas dalam dua
bahasa. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Nasional dan
bahasa Using sebagai bahasa asli
si penulis. Novel yang resmi
diluncurkan pada 8 Juni lalu ini,
merupakan persembahan
sepenuhnya untuk Almarhum
Bapak Hasan Ali, budayawan,
mantan Kepala Dewan Kesenian
Blambangan, dan penulis Kamus
Bahasa Daerah Using Indonesia.
SINOPSIS
Nawawi, anak Lateng Banyuwangi
yang biasa dipanggil Nawi. Masa
kecilnya ia habiskan dengan bermain
permainan tradisional Banyuwangi.
Seperti kelereng, kartu, kelomang,
tembak-tembakan, memancing ikan
di pantai Boom, menjirat udang,
tebak-tebakan, menangkap ikan
Cokol, melahap mangga bekas
gigitan kelelawar, nonton lomba
burung dara, pal-palan, main patrol
ketika Ramadan, bom-boman, suka
menulis BKL-BKLan di dinding
sekolah, bernyanyi, main layang-
layang, menyusun alas baca Quran di
surau, melocok buah cermai,
mengadu jangkrik, ayam,
menangkap burung emprit, bercincin
ikan cumi, gelantungan di belakang
kereta cikar dan masih banyak lagi.
Garis hidupnya sedikit berliku. Saat
SMP, dia bertemu dengan Supinah.
Gadis Biskalan yang biasa dipanggil
Inah pada sebuah lomba menyanyi,
yang membuat hidupnya jungkir
balik. Pada saat satu sekolah di SMPP,
Nawi menyampaikan ketertarikannya
kepada Inah.
36
Reog Ponorogo Warisan Budaya
Tari reog merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia yang
seringkali terlihat pada acara-acara tertentu. Reog berasal dari propinsi Jawa
Timur tepatnya kota Ponorogo. Oleh sebab itu, tari reog lebih populer dengan
sebutan Reog Ponorogo. Reog Ponorogo ini memang merupakan tarian yang
memiliki unsur mistis. Namun demikian, pertunjukannya tetap unik, indah dan
bermakna karena mengandung alur cerita tertentu.
Tidak ada yang tahu pasti, kapan kesenian ini muncul dan berkembang.
Tapi terdapat foto dokumentasi yang memperlihatkan kesenian ini sudah ada
sejak tahun 1920-an. Tetapi jika dilihat dari cerita nenek moyang, sejarah
munculnya tari reog ini ada beberapa versi. Salah satunya diambil dari kisah
perjalanan seorang raja bernama Prabu Kelana Sewandana. Prabu ini pergi
mengembara bersama patihnya Bujangganong dan para prajurit berkuda untuk
mencari calon permaisuri. Akhirnya bertemulah dengan Dewi Sanggalangit yang
membuat syarat jika ingin menikahinya harus membuat terlebih dulu sebuah
kesenian rakyat. Maka terciptalah tari reog.
A
R
T
I
K
E
L
9
12. 10ARTIKEL
Reog Ponorogo Warisan Budaya
Di dalam Reog Ponorogo terdapat
sekitar 20 hingga 30 orang yang
memiliki peranannya masing-masing.
Pertama adalah seorang warok tua,
beberapa warok muda, penari yang
berperan sebagai sang patih dan sang
raja, dan para pembarong. Tarian
pembukaan pertama dibawakan sekitar
6-8 pria yang menggambarkan sosok
pemberani. Tarian kedua dibawakan
oleh 6-8 orang gadis yang menaiki kuda
sehingga disebut tari Jaran Kepang.
Selanjutnya memasuki alur cerita Reog
Ponorogo yang disesuaikan dengan
tema acara. Pertunjukan reog diakhiri
dengan adegan Singa Barong yakni
pertunjukkan dengan topeng berkepala
singa dan bermahkota burung merak.
Topeng ini pada awalnya merupakan
sebuah sindiran akan seorang raja yang
dilambangkan dengan kepala singa
yang disetir atau dikendalikan oleh
sang permaisuri atau burung merak.
Walau dalam setiap
pertunjukkan reog terdiri dari berbagai
rangkaian, tidak ada pakem yang
mengatur rangkaian atau tahapan
pertunjukan. Menariknya, dalam
pementasan reog Ponorogo, ada penari
yang nampak kesurupan dan mampu
mengangkat orang dewasa untuk
duduk di atas topeng. Tidak terbayang
berapa jumlah beban berat yang harus
disangga dengan hanya menggunakan
kekuatan gigi yang digunakan untuk
mengangkat topeng.
Reog Ponorogo sendiri
dipertunjukkan saat ada acara besar
seperti khitanan, pernikahan, hari-hari
besar nasional, dan festival tahunan
yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah Ponorogo. Festival tersebut
terdiri dari Festival Reog Nasional,
Festival Reog Mini Nasional dan
Pertunjukan pada Bulan Purnama
yang diselenggarakan di alun-alun
PonorogoMisalnya di acara
pernikahan maka cerita tari reog
akan berbau percintaan. Di dalam
setiap pertunjukkannya, para penari
reog akan saling berinteraksi secara
langsung dengan para penonton.
Tujuan utamanya memang adalah
untuk memberi kepuasan kepada
para penonton tari budaya
bangsa ini. Para penari juga
menggunakan kostum yang unik dan
berwarna kontras semakin
menambah keindahan seni
pertunjukkan reog.
Bahkan dalam acara
Braunschweiger Karneval di Kota
Braunschweigh, Jerman, Minggu 14
Februari 2010 penampilan Reog
Ponorogo berhasil menarik
perhatian penonton yang memenuhi
sepanjang jalan di udara musim
dingin. Sehingga pada acara
penutupan karnaval, panitia
mengumumkan Indonesia terpilih
sebagai juara pertama untuk
kategori peserta tamu yang
mengalahkan lebih dari 100 peserta
lainnya. Stasiun televisi terbesar di
Jerman Utara NDR, menyiarkan acara
karnaval Braunschweig secara
langsung (live). Mereka sangat
antusias meliput penampilan Reog
Ponorogo dalam acara
Braunschweiger Karneval tersebut.
Satu lagi kekayaan kebudayaan
nusantara yang harus dijaga dan
dilestarikan. Mari cintai reog
Ponorogo. Jangan sampai kesenian
tradisi milik Indonesia ini menjadi
‘tamu’ di rumahnya sendiri.
35
Raden Wimba putra adipati Blambangan itu segera
meninggalkan Keraton Majapahit menuju puncak gunung Kelud.
Dengan kesaktiannya itu, ia mampu menggerakkan makhluk halus
untuk menggali sumur di puncak Gunung Kelud.
Ternyata benar, tak lama kemudian sumur yang digalinya itu
sudah cukup dalam. Melihat hal itu, Pusparini ketakutan. Jikalau
Lembu Sura berhasil menemukan air didalamnya, ia harus bersedia
menjadi istri Lembu Sura.
Prabu Brawijaya juga kebingungan mengetahui hal itu. Ia
meahami perasaan putrinya. Dewi Pusparini menangis dihadapan
Ayahnya. Ia memohon agar Ayahandanya bisa menolongnya.
Akhirnya Prabu Brawijaya menemukan cara. Lembu Sura
harus ditimbun hidup-hidup didalam sumur. Kemudian Prabu
Brawijaya memerintahkan seluruh prajurit yang menyertainya untuk
menimbun sumur itu dengan batu-batuan besar. Juga ditambah dengan
tanah-tanah yang ada di sekitar sumur. Tidak lama kemudian
sumurnya rata seperti semula. Lembu Sura tertimbun didalamnya.
Meskipun ia sudah tertimbun didalamnya, namun ia masih
sempat mengancam Prabu Brawijaya.
“Prabu Brawijaya, engkau adalah raja yang licik. Meskipun
aku telah terpendam dalam sumur ini, aku masih bisa membalasmu.
Yang terpendam ini adalah ragaku, bukan nyawaku. Ingat-ingatlah,
setiap dua windu sekali aku akan merusak tanahmu dan merusak
semua yang hidup dikerajaanmu.
Setelah suara itu hilang, seluruh prajurit yang melihat
kejadian itu ketakutan. Begitu pula Prabu Brawijaya dan putrinya.
Kemudian, Prabu Brawijaya memerintahkan untuk membuat tanggul
pengaman. Tanggul itu sekarang disebut Gunung Pegat.
Hingga sekarang ini, jika Gunung Kelud meletus dianggap
sebagai amukan Lembu Sura untuk membalas dendamatas kelicikan
Prabu Brawijaya.
Cerita rakyat atau legenda ini mirip dengan legenda asal mula
Reog Ponorogo. Lembu Sura yang asalnya seorang putra bangsawan
itu memang seorang pemuda sakti, namu sifatnya yang berandalan itu
membuat Ayahnya menyabda hingga ia dianggap pemuda bodoh
seperti Kerbau.
Demikianlah cerita rakyat ataupun legenda mengenai Gunung
Kelud (Lembu Sura).
35L E G E N D O F “G U N U N G K E L U D”
13. Dahulu ada seorang Raja yang bernama Raja Brawijaya. Dia adalah
penguasa Kerajaan Majapahit. Raja Brawijaya memiliki seorang putri sangat
cantik yang bernama Dyah Ayu Pusparini. Putrinya benar-benar ayu seperti
namanya.
Banyak raja dan pangeran yang hendak melamar putri raja Brawijaya
untuk dijadikan permaisuri. Raja Brawijaya kebingungan menyikapihal itu. Lalu
ia mengadakan sayembara siapa yang bisa merentang busur sakti Kyai
Garodayaksa dan sanggup mengangkat gong Kyai Sekardelima dialah yang
berhak menikahi putrinya itu.
Semua yang hendak ingin melamar Putri Pusparini menguji
kemampuannya, namun ternyata tak satupun yang sanggup merentang busur
apalagi mengangkat gong yang sangat besar itu.
Menjelang akhir sayembara itu datang seorang pemuda berkepala lembu ,
yaitu Raden Lembu Sura atau Raden Wimba. Dia mengikuti sayembara yang
diadakan oleh Raja Brawijaya. Dia berhasil merentang busur dan mengangkat
gong Kyai Sekardelima. Dengan demikian Raden Lembu Sura yang berhak
menikah dengan Putri Pusparini.
Melihat kemenangan Lembu Sura itu, Putri Pusparini langsung
meninggalkan tempat sayembara itu. Ia sangat sedih, karena ia harus menikah
dengan seorang pemuda yang berkepala lembu itu.
Putri itu lari kepada dayangnya. Walaupun Lembu Sura memiliki
kesaktian yang luar biasa, namun Putri Pusparini tidak mau menikah dengan
manusia berkepala binatang. Dayang yang setia itu mencari akal agar Putri
Pusparini batal menikah dengan Raden Lembu Sura. Akhirnya ia menemukan
jalan keluarnya.
Putri Pusparini disarankan mengajukan syarat untuk Raden Lembu Sura.
Syaratnya yaitu Raden Lembu Sura harus membuatkan sumur di puncak gunung
Kelud. Mendengar saran dayangnya, Putri Pusparini sangat gembira dan
langsung menghampiri Ayahnya untuk menemui Lembu Sura.
“Selamat Raden Wimba. Engkau telah memenangkan sayembara dengan
gemilang.”
Putri Pusparini mengucapkan selamat kepada Raden Wimba akan
kemenangannya dalam sayembara yang diadakan Raja Brawijaya.
“Terimakasih Putri, dan engkau akan menjadi Istriku.”
“Saya tahu itu, namun saya masih mengajukan syarat lagi.”
“Katakanlah Putri, dengan senang hati saya akan menerima syarat yang
engkau berikan.”
“Buatkan aku sumur di puncak gunung Kelud. Air sumur itu akan kita
pakai untuk mandi berdua setelah upacara perkawinan.”
“Baiklah Putri. Demi cintaku padamu, akan kupenuhi permintaanmu.”
34
OPINI
K
E
T
I
K
A
A
N
A
K
D
I
D
E
W
A
S
A
K
A
N
K
E
A
D
A
A
N
11
Sobat, para
pembaca yang baik
hatinya, tahukah kalian
mengapa anak selalu
menjadi topik yang
tidak pernah habis
untuk dibicarakan?
Banyak orang yang
menjawab pertanyaan
ini dengan berbagai
argumen. Ada yang
berkata, anak itu memiliki
kepribadian yang unik, ada pula
yang berucap anak itu memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi,
bahkan ada yang berpendapat
bahwa anak-anak adalah sosok
peniru yang ulung.
Nah , sekarang kalian
pasti bertanya-tanya, mengapa
kita berbicara tentang anak
sedangkan majalah kita kali ini
bertemakan kebudayaan?
Adakah hubungan antara anak-
anak dengan kebudayaan? Begini
sob, seperti yang kita ketahui
bahwasanya anak merupakan
benih-benih baru yang akan
meneruskan peradaban suatu
bangsa, termasuk kebudayaan
b a n g s a m e r e k a . J a d i ,
penanaman akan nilai-nilai luhur
kebudayaan itu diperlukan sejak
dini, supaya kebudayaan
Indonesia tidak hilang begitu
saja digantikan oleh kebudayaan
asing. Atau bahkan status
kebudayaan Indonesia akan
diakui menjadi kebudayaan
negara tetangga. Kita semua
tidak mau hal ini terjadi kan?
Oh ya, masa anak-anak
merupakan periode emas untuk
memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada mereka. Apa
yang sering mereka lihat,
mereka dengar, dan apa yang
mereka rasakan akan membentuk
kepribadian mereka hingga
dewasa nanti. Oleh karena itu,
sudah seharusnya pendidikan
untuk anak benar-benar
diperhatikan supaya ada
penanaman nilai-nilai luhur
kebudayaan Indonesia di
dalamnya. Harapannya, mereka
akan mengenal dan mencintai
budaya negerinya sendiri sampai
mereka dewasa kelak.
14. Pendidikan pada anak itu tidak
hanya diberikan secara formal
dibangku sekolah, tapi juga bisa
diberikan melalui hal-hal yang
dekat dengan dunia mereka,
seperti lagu, kartun, film maupun
serial drama. Namun ironisnya,
dewasa ini media-media semacam
itu semakin sulit untuk ditemui,
kalau pun ada, jalan cerita yang
disuguhkan bisa dikatakan kurang
m e n d i d i k b a h k a n t i d a k
mengandung nilai-nilai luhur
budaya bangsa.
Baiklah sobat, sekarang kami
akan berusaha mengulas satu-
persatu pernyataan kami di atas.
Dimulai dari lagu anak, ya lagu
anak-anak sekarang ini
produksinya memang tidak
sepesat dulu. Popularitas lagu
anak saat ini juga kalah dengan
popularitas lagu orang dewasa
yang menyebabkan lagu anak-anak
semakin jarang terdengar di
belantika musik tanah air. Jika
kita menoleh ke era tahun 80-an
sampai awal abad ke-20, tidaklah
sulit bagi kita untuk mendegarkan
musik riang dengan syairnya yang
pendek hingga mudah dihafalkan
anak kecil. Sebagai bukti, kalian
bisa mengingat di masa kecil kita
dulu ada “Tra La La Tri Li Li”,
sebuah acara musik untuk anak-
anak yang ditayangkan disalah
satu stasiun televisi swasta.
Penyanyi-penyanyi cilik seperti
Joshua dengan Diobok-obok, Tasya
dengan Anak Gembala, Tina Toon
dengan Bolo-Bolo, dan Trio Kwek-
Kwek dengan Katanya, merupakan
sebagian kecil pelantun lagu anak-
anak saat itu, dan coba bandingkan
dengan kondisi saat ini!
Setelah satu dekade
berlalu, keadaan pun kini berubah.
Telinga kita saat ini sudah tidak
asing lagi mendengar suara dari
mulut kecil adik kita yang fasih
menyenandungkan lagu-lagu yang
bernadakan cinta atau keputusasaan
menggambarkan rasa galau khas
orang dewasa. Padahal lagu-lagu
semacam ini belum layak untuk
mereka konsumsi, tapi inilah keadaan
nyata saat ini dimana anak-anak
lebih hafal lagunya Noah,
Cherrybelle, JKT 48, Ungu, Setia
Band, Princess atau yang lain
daripada lagunya Baim “Ratapanku”,
Umay “Jagoan”, atau Farhan dengan
lagu “Ibu”nya. Kini, lagu anak-anak
seakan-akan hanya pantas
dinyanyikan anak PAUD atau Taman
Kanak-kanak saja. Selain lagu anak
semakin jarang diproduksi, anak-
anak yang berprofesi menjadi
penyanyi saat ini juga lebih sering
menyanyikan lagu untuk orang
dewasa. Sebut saja Coboy Junior
yang notabene mereka masih berusia
di bawah umur tapi sudah
membawakan lagu tentang cinta.
OPINI 12
Diantar jemput dan selalu
dikelilingi laki-laki yang bukan
suaminya apa itu hal yang
pantas? Sinden itu bilangnya
pelestari budaya padahal
mereka menistakannya.”
Celoteh ku panjang lebar, aku
benar-benar telah kehilangan
kontrol emosiku. Semua kata-
kata yang diucapkan Renata,
sekarang aku ucapkan pada
ibuku. “Plak,” tak ada kata
yang terucap dari bibirnya,
hanya tamparan tangannya
yang mendarat di pipiku, nyeri
rasanya.
Aku langsung berlari masuk
ke kamar meninggalkan ibuku.
Suara tangisku pun pecah di
sana, aku marah dan aku
kecewa. Apa ia tak mengerti
akan perasaanku selama ini?
Apa ia tak sadar jika aku
menderita? Aku sudah lelah
mendengar semua ocehan
orang tentang aku dan dia.
Tidak di sekolah, tidak di
tetangga, semuanya sama saja
selalu menganggap kami aneh.
Aku tak sadar berapa lama
aku menangis dan akhirnya
tertidur. Baru menjelang sore
aku terbangun. Mataku terasa
berat untuk dibuka, sedikit
bengkak memang. Rumah ku
terlihat sangat sepi seakan tak
berpenghuni malah. Ibuku pun
tak ada, entah ia pergi kemana.
Malam kembali menjelma,
tapi ibuku tak kunjung
kembali. Rasa cemas mulai
menggelayuti hatiku. Oh
Tuhan, pantas ibuku marah,
sedang aku juga marah pada
Renata. Ampuni aku yang telah
mendurhakainya.
33
15. Jarum jam masih
menunjukkan pukul
enam lewat empat puluh
menit. Namun, seperti
biasa Ibuku sudah
sibuk menyisir dan
menyanggul rambutnya.
Polesan rias wajah
menambah kesan ayu
wanita jawa padanya,
sungguh serasi dengan
kebaya coklat yang ia
padukan dengan jarik
warna senada.
Oh Tuhan haruskah
ibuku seperti ini?
Sampai kapan ini akan
berakhir? Teriakku
dalam hati. Ingin
rasanya aku
memberontak, tapi pada
siapa? Kata-kata Renata
tadi pagi seakan
terngiang kembali dalam
benakku. Benarkah
yang ia katakan itu?
Aku tak tahu, hanya
getir dalam hati yang
bisa aku rasakan
sekarang.
“Sedang apa kamu di
situ,nduk?” Suara ibuku
membuyarkan lamunan.
“Ibu mau berangkat
lagi?”
“Iya nduk,
alhamdulillah, minggu
ini banyak rejeki dari
Gusti Allah untuk kita,”
ucap ibu dengan
matanya yang berbinar,
jelas ibu sangat
bahagia.
“Ya wis, ibu
berangkat dulu, kamu
ati-ati di rumah ya,
nduk!” pamit ibu
meninggalkanku
menuju sumber
penghidupan.
***
Aku pura-pura tidak
mendengar dan
langsung duduk di
bangkuku tanpa
menghiraukannya,
meski aku tahu
panggilan itu ditujukan
untukku.
“Eh kamu tuli ya?
Dipanggil nggak jawab.”
Kata Renata dengan
nada bicara yang ketus.
“Kukira tak perlu
menjawab ocehan dari
orang yang tak tahu
sopan santun
sepertimu?” balasku
dengan nada datar.
“Riris baik deh, aku
pinjem PR fisikanya ya!
Soal nama, kamu
tahukan nama Riris itu
pasaran? Nah, biar
beda kamu dipanggil
Riris sinden aja, ibu
kamu kan sinden.”
Katanya lagi, yang
diiringi gelak tawa
teman-temannya.
“Pinjem PR? Apa
kamu nggak malu
setiap hari kerjaannya
nyontek terus?”
tanyaku dengan ketus.
Mendengar
jawabanku, darah
Renata langsung
mendidih. Mukanya
merah padam. Semua
kosakata yang buruk ia
lontarkan untuk
memaki-makiku.
Bahkan kata-kata
hinaan untuk ibuku
juga ia ucapkan begitu
saja. Andai saja Pak
Dahlan tidak segera
masuk kelas, sudah
pasti aku tampar
mulutnya.
***
Kebetulan hari ini hari
Minggu, dan agendaku
sekarang adalah
membantu ibu membuat
gorengan. Aku senang
sekali dengan pekerjaan
ini, apalagi mengaduk
adonan seperti sekarang.
Tangan ku mulai sibuk
bekerja, tapi pikiranku
kembali melayang. Kata-
kata Renata kemarin
seakan kembali terdengar
di telingaku.
“Bu, boleh Riris
meminta sesuatu?”
tanyaku pada ibu yang
tengah duduk
berhadapan denganku.
Tak ada jawaban yang
ia ucap, hanya anggukan
dan seulas senyum
sebagai pertanda.
“Aku ingin ibu
berhenti menjadi sinden.”
“Kenapa ibu harus
berhenti jadi sinden,
nduk? Sinden kan
pekerjaan yang
halal.”Banyak sekali kata
yang ingin ku
ungkapkan, tapi aku tak
tega melihat ibuku. Dia
terlalu baik untuk
mendengarnya, aku tak
ingin melukai
perasaannya, tapi aku
juga tidak bisa terus
memendam semuanya
dalam hati.
“Ibu tahu kan, semua
orang di luar sana
menggunjingkan
pekerjaan ibu? Mereka
selalu bertanya padaku
apa bedanya sinden
dengan wanita
penghibur? Setiap hari
berangkat malam dan
pulang pagi, memangnya
jaman sekarang masih
banyak orang nanggap
wayang?
32
Ketika Anak Didewasakan Keadaan 13
pacaran daripada belajar sampai
berani menentang orang tua seakan
menjadi topik utama di setiap film
atau serial drama yang ditunjukkan
untuk anak-anak.
Sobat, di awal tadi sudah kita
sebutkan kalau anak-anak itu
sifatnya masih meniru, dan
pengalaman yang mereka lalui akan
mempengaruhi tumbuh kembang
mereka sampai dewasa nanti.
Sedangkan kebudayaan sendiri
merupakan hasil dari cipta, rasa, dan
karsa manusia. Bayangkan sobat,
jika sejak kecil adik-adik kita selalu
mendengar, melihat, dan mengalami
hal-hal seperti itu yang semuanya
bertolak belakang dengan
kebudayaan Indonesia yang
menjunjung tinggi persaudaraan,
etika dan sopan santun. Sudah pasti
mereka akan lebih mengenal dan
menganggap yang sering mereka
temui sebagai budaya baru mereka,
lantas bagaimana dengan nasib
budaya Indonesia sendiri??
Selanjutnya kartun, jumlah
serial dan film kartun saat ini bisa
dikatakan sangat banyak jika
dibandingkan dengan lagu anak-
anak. Namun jika kita cermati tidak
semua kartun cocok untuk dilihat
anak-anak. Sekarang ini kartun
tidak hanya bertemakan anak-anak,
tapi juga bertemakan untuk orang-
orang dewas. Kartun biasanya
memang menyajikan jalan cerita
yang lucu, tapi tak dipungkiri
dalam serial kartun ada beberapa
yang menampilkan adegan
kekerasan, Tom And Jerry misalnya.
Tak hanya
kekerasan,
dalam serial
kartun
Shinchan,
seorang anak
kecil
digambarkan
memilik sifat jail dan suka
menggoda gadis-gadis cantik yang
ia temui.
Beralih ke film dan serial
drama, saat ini nasib keduanya
hampir sama dengan lagu anak-
anak. Semakin berkurang
jumlahnya dan kurang mendidik.
Sekarang ini, ide cerita yang sering
digambarkan adalah tentang
pelajar namun perilakunya tidak
mencerminkan sosok seorang
pelajar. Kita bisa melihatnya dari
cara berbusana mereka, bersikap
dengan teman, guru maupun orang
tua. Unsur cinta-cintaan juga
menjadi trend tersendiri saat ini.
Lebih memetingkan
OPINI
16. OPINI
MANUSIA BERBUDAYA, MANUSIA BERPENDIDIKAN
Sebagian besar dari kita
berfikir bahwa pendidikan tak
ada kaitannya dengan budaya.
Sejak dari dulu orang hanya
difokuskan mencari pendidikan
tanpa menoleh kebudayaan
sedikitpun. Hal itu disebabkan
karena kurangnya informasi dan
pengetahuan masyarakat
mengenai pentingnya budaya
dalam pendidikan. Nah, secara
langsung di fikiran kita akan
terlintas sebuah pertanyaan, “
Apakah manusia berbudaya
adalah manusia berpendidikan?”
Hmm, apakah itu benar ?? Mari
kita membahasnya.
Perlu kita ketahui
bahwa pendidikan merupakan
suatu ilmu yang tidak bisa
berdiri sendiri. Kenyataan itu
memang benar, bahwa
pendidikan memuat berbagai
macam unsur yang tidak
terlepas dari kebudayaan. Sehari
– hari ,memang tak banyak
orang yang menyadari bahwa
norma tersebut ada dalam setiap
kegiatan. Norma agama
misalnya, dalam sehari klita
(semua agama) selalu
melaksaakan kegiatan ibadah.
Disamping itu norma agama juga
mengajarkan kepada seseorang
untuk saling membantu,
bertoleransi dengan sesama,
saling menghargai dan lain
sebagainya. Jika dalam suatu
pendidikan
setiap orang
merealisasikan
nilai- nilai
luhur yang ada
didalam
sebuah
masyarakat,
terjadilah
keseimbangan antara ilmu yang
diperoleh dengan tindakan yang
akan dilaksanakan.
Dalam sebuah sistem pendidikan
harus didasarkan pada kebudayaan
yang sudah ada. Pendidikan tak akan
pernah lepas dari seseorang dari
sejak lahir hingga hingga akhir
hayatnya. Pendidikan merupakan hal
yang penting yang harus dibekalkan
pada seorang individu. Dalam
memperoleh suatu pendidikan,
seseorang tidak harus masuk dalam
instansi formal seperti lembaga
sekolah, namun pendidikan juga
dapat diperoleh dari pengalaman,
lingkungan, media massa, keluarga,
dan masyarakat.
Pendidikan merupaka suatu
sarana yang tepat untuk
melestarikan dan mengembangkan
berbagai macam budaya yang ada.
Dengan perkembangan pendidikan,
kita bisa memperoleh informasi yang
luas. Dengan demikian kebudayaan
akan berkembang pesat seiring
dengan perkembangan zaman.
14
Mataku sedari tadi sudah
terjaga, dan sulit sekali rasanya
untuk membuatnya terpejam
kembali. Aku pun terpaksa bangun
dari tempat tidurku dan kembali
menekuni buku-bukuku
bermaksud melanjutkan pekerjaan
rumah yang belum terselesaikan.
Jam dinding yang
terpasang di kamar masih
menunjukkan jam setengah empat
dini hari. Aku melihat keluar
kamar. Tepat di depan kamarku
ada sebuah kamar yang pintunya
terbuka dan terlihat sedang tak
berpenghuni. Ini pertanda, kalau
ibuku belum kembali.Ia pasti masih
menyenandungkan tembang-
tembang jawa dengan suaranya
yang merdu mengiringi pertunjukan
wayang kulit di luar sana.
Ya, ibuku memang
seorang sinden.Semenjak Tuhan
memanggil bapak, ibuku harus
membanting tulang agar bisa
bertahan menghadapi kerasnya
hidup. Menjual gorengan di siang
hari dan menjadi sinden di kala
malam menjelang. Menjadi sinden
sudah menjadi rutinitas baru dalam
hidupnya.Demikian
seterusnya,seakan lelahnya badan
tak lagi ia rasakan.
Sayup terdengar suara
deru motor yang berhenti di depan
rumah, bersamaan dengan suara
adzan subuh yang berkumandang
bersahut-sahutan. Aku membuka
korden jendela kamarku,
bermaksud mengintip siapa yang
datang bertamu di pagi buta
ini.Hanya ibuku yang terlihat baru
turun dari boncengan seorang lelaki
yang tak ku kenal sebelumnya.
“Assalamu’alaikum,” terdengar
ibuku mengucap salam dari balik
pintu.
“Wa’alaikumsalam,” jawabku
menyosong kedatangannya, dan
seperti biasa ku cium tangannya
yang selalu terasa dingin diterpa
udara subuh.Kupandang lagi wajah
ibuku, terlihat sangat lelah.
Matanya pun sayu, menahan
kantuk yang ia rasakan.
***
Matahari menggoreskan
cahayanya di ufuk timur. Mengulum
senyum merekah indah di balik
rerimbunan pohon belimbing yang
menghalang di samping jendela
kamarku. Berbeda dengan aku,
yang merasa enggan mengayuh
sepeda menuju sekolah. Bukan
karena apa-apa, aku hanya merasa
bosan mendengar celotehan anak-
anak orang kaya yang tak tahu etika
itu. Setiap hari ada saja ejekan,
sindiran, bahkan fitnah yang
mereka hadiahkan untukku,
seorang anak miskin yang mendapat
keajaiban bisa masuk di sekolah ini.
“Pagi sinden, pinjem PRnya
dong!” Kata Renata teman
sekelasku.
SENANDUNG GULITA
31
CERPEN
17. Sahut Etik melarang Narti meninggalkannya. Perbincangan
merekapun mengalir. Narti menuju dapur. Andik sibuk
mengupas mangga sambil terus bercerita tentang
pengalamannya menjadi penari. Etik mendengarkannya,
beberapa kali juga memberikan tanggapan. Hatinya tak lagi
gugup. Ia mulai terbiasa. Beberapa menit berlalu. Narti tak
kunjung kembali. Sementara senja mulai menguning.
Perbincangan masih terus berlangsung.
“Aduhh maaf ya nunggunya lama. Tadi disuruh
bu’e ke Bulek Tik. Ngambil kunyit.” Kata Narti menyembul
dari dapur yang tersekat selambu sambil membawa nampan
berisi tiga gelas wedhang ronde.
“Kamu sih lama, mangganya habis lho. Aku nunggu
sampeyan sudah hampir lumutan disini” Celetuk Etik
setengah menyindir tapi tetap menggoreskan senyuman.
Andik tertawa lepas mendengar gurauan Etik. Disusul
kemudian Narti yang juga tertawa.
“Sudah hampir jam empat ini Nar. Aku pul....”
Sambung Etik terhenti karena Andik langsung menyela.
“Sekalian nunggu ba’da magrib saja, nanti biar aku
yang antar kamu. Sebentar lagi juga Narti ada latihan nari di
kecamatan. Aku juga ikut lho.. sampeyan ndak pingin tahu Si
Narti nari tho??”
“Ehmm,, aku apa sampeyan mas?” sela Narti
dengan perkataan yang menggelitik.
Akhirnya senjapun disambut Etik bersama Andik
dan Narti di pelataran kantor kecamatan. Sungguh senja
yang indah berbalut mega kuning merona jingga.
MelipatSenjaBersamaPenari
30
Beragam kebudayaan yang sudah ada
merupakan cerminan dari nilai-nilai luhur dan
semua itu merupakan sumber ilmu yang sangat
berharga. Menjadikan diri sebagai manusia
yang berbudaya otomatis dapat dengan mudah
menyerap dan mengaplikasikan ilmu-ilmu
pengetahuan sesuai nilai-nilai luhur yang ada
dimasyarakat. Hal ini dinilai sebagai suatu
pendidikan nyata yang langsung diterapkan
dalam sebuah masyarakat.
Hubungan antara manusia berbudaya
dengan manusia berpendidikan sangat erat
kaitannya. Nyatanya suatu pendidikan akan
hancur tanpa diiringi dengan nilai budaya.
Contohnya saat ini , banyak sekali kasus- kasus
penyelewengan dana yang terjadi di dalam
pemerintahan. Seperti korupsi dalam
lingkungan DPR, MA, MK, pemerintahan
kabupaten dan desa bahkan dalam lingkungan
pendidikan (sekolah). Hal itu disebabkan
karena pendidikan tersebut tidak selaras
dengan kebudayaan dan karakter bangsa yang
ada.
Lain halnya dengan pendidkan yang diiringi
dengan kebudayaan. Pendidikan tersebut akan
berjalan sesuai dengan koridor yang baik. Jadi
dapat disimpulkan bahwa manusia
berkebudayaan sama dengan manusia
berpendidikan.
OPINI
15
18. SUARAKAN SUARAMU
BUDAYA INDONESIA YANG MENDUNIA
Indonesia adalah negara yang memiliki beribu-ribu pulau yang tersebar dari
Sabang sampai Marauke. Dengan banyaknya pulau-pulau tersebut, Indonesia memiliki
banyak budaya, kerajinan dan lain-lain. Misalnya pakaian adat, tarian tradisional, alat
musik tradisional, dan masih banyak lagi. Berikut adalah 10 budaya Indonesia yang
sudah mendunia versi Majalah edisi Selendang Biru:
1. TARI PENDET
Tari pendet pada awalnya merupakan tari
pemujaan yang banyak diperagakan di pura.
Tarian ini melambangkan penyambutan atas
turunnya dewata ke alam dunia.
Perkembangan tari Pendet sangat pesat,
lambat laun seniman Bali mengubahnya
menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap
mengandung nilai sakral-religius. Pencipta
modern tari Pendet adalah I Wayan Rindi.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah
persembahan dalam bentuk tarian upacara.
Tidak seperti halnya tarian-tarian
pertunjukkan yang memerlukan pelatihan
intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua
orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa
maupun gadis.
2. BATIK
Batik (bahasa Jawa)
berarti menulis dan
"nitik". Batik
tradisional merujuk
teknik pembuatan
corak menggunakan
canting atau cap dan
pencelupan kain
dengan
menggunakan bahan perintang warna corak
"malam" (wax) yang diaplikasikan di atas kain/
bahan yang terbuat dari serat alami seperti
katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di
atas kain dengan serat buatan. Batik tetap
mempertahankan coraknya, dan masih dipakai
dalam upacara-upacara adat, karena biasanya
masing-masing corak memiliki perlambangan
masing-masing. Batik juga pertama kali
diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden
Soeharto, yang memakai batik pada Konferensi
PBB. Batik berkembang pesat di Pekalongan,
Solo, Semarang, Cirebon, Banyumas, dan kota-
kota lain Indonesia.
16
3. WAYANG
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500
SM. Indonesia saat itu memeluk animisme berupa pemujaan roh nenek
moyang yang diwujudkan dalam bentuk [arca] atau gambar.
Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada 7 November
2003, sebagai (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity). Dua versi wayang: oleh orang dengan memakai kostum,
wayang orang dan yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan
oleh dalang, wayang kulit dan wayang golek. Cerita yang dikisahkan
dalam pagelaran wayang dari Mahabarata dan Ramayana. Kadangkala
cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula. WAYANG
berkembang pesat di Jawa dan Bali.
’’Hayo… mikirin opo
sampeyan? Sudah malam
ayo ndang mantuk” Kata
Sutini sambil bangkit dari
duduknya. Hanya satu
harapan Etik, dia ingin
bertemu dengan penari itu.
Diperjalan pulang, Etik
mengingat gerakan lincah
dan memukau yang
termemori dalam otaknya.
Ia bertanya-tanya siapa
namanya, dimana
rumahnya, sekolah dimana.
Esok harinnya rutinitas
seperti biasa dimulai.
Seperti biasa, Etik
berangkat ke sekolah
dengan sepeda ontelnya. Ia
masih menyimpan
keinginannya untuk
mengenal mas penari
semalam. Sampai diujung
setapak jalan, ia bertemu
dengan sahabatnya
sewaktu SMP. Sunarti.
Gadis seumuran Etik yang
rambutnya sebahu, lebih
sering dipanggil Narti.
Lesung pipit juga menghias
parasnya. Mereka sama-
sama menghentikan
ontelnya. Berjabat tangan
dan saling bertanya kabar.
***
Sore ini, Sunarti
bertandang kerumah Etik.
Dari Sumbergempol ke
Rejotangan mungkin jarak
tempuhnya hanya sekitar
sepuluh menit. Etik dan
Narti duduk dibawah
pohon belimbing
disamping rumah Etik.
Mereka bertukar
cerita panjang lebar.
Mulai dari mereka pisah
sekolah, hingga saat ini.
Panjangnya cerita,
membawa perbincangan
menuju mas penari
semalam. Tidak diduga,
ternyata Narti mengenal.
Rasa senang dan
penasaran bercampur
dalam hatiku. Narti
menceritakan
semuannya. Senang
rasanya bisa
memperoleh informasi
tentangnya. Dengan
seksama aku
mendengarkan runtutan
cerita yang keluar dari
bibir Narti. Ternyata
namanya adalah Andik.
Dia juga masih satu
sekolah dengan Narti.
Bahkan mereka masih
ada hubungan kerabat.
Bapaknya Andik adalah
pakdhenya.
***
Rasa penasarannya
pun terobati. Ditambah
lagi, ketika Etik
berkunjung ke rumah
Narti. Ia temui Andik
yang sedang ngerah
manga di pelataran
rumahnya yang tak jauh
dari rumah Narti.
“Dek Nar, kowe arep
pelem opo ora??” Kata
Andik dengan logatnya
yang kental.
“Lho, ada tamu
rupanya. Teman
sekelasnya Narti tho
mbak?? Kok saya ndak
pernah lihat mbak
sebelumnya ya??” Kata
Andik sembari ikut
nimbrung di kursi
sebelah Narti. Hati Etik
berdesir seketika ia
disapa oleh Andik. Narti
hanya cengar-cengir
melihat tingkah Etik
yang canggung.
“Dia ini sahabatku
ketika SMP dulu mas.
Sengaja mampir,
katanya ingin ketemu
sampeyan lho” Goda
Narti sambil
mengerlingkan
matanya.
“Hussssttt ngawur
aja kamu.” Wajah Etik
bersemu merah
seketika. Etik tersipu
malu, ia pun
menundukkan
kepalanya.
“Saya Andik
Suprianto mbak,
sampeyan?? Kok mau
sih, berteman sama si
bawel ini??” guraunya
mengulurkan
tangannya.
Etik semakin gugup.
Ia mencoba
menenangkan hatinya.
“Ss.. Ss.. Saya Etik.
Adyetik Ningrum mas.”
Etik menyambut uluran
tangannya. Telapak
tangan mereka sama-
sama dingin.
“Dek wedhange endi
iki?? Tamunya kok ndak
disuguhi unjukan??”
”Nggak usah
Nar. Nggak perlu repot-
repot.”
29
19. CERPEN
Ketika malam mulai menyambut
disertai tebaran bintang yang sangat
menawan dan rembulan dengan
indah mengeluarkan cahayanya,
seorang remaja putri yang bernama
Adyetik Ningrum atau yang biasa
dipanggil Etik keluar dari rumahnya.
Dia bersiap-siap untuk melihat
sebuah pertunjukan Jaranan di
sebuah desa. Teman-temannya sudah
menunggu di depan rumahnya yang
bercat putih masih berbilik bambu.
Mereka berteriak teriak memanggil.
’’Etik…… Etik…….. sudah siap
belum? Ayo berangkat,
pertunjukannya mau mulai.” Teriak
seorang kawannya yang rambutnya
selalu dikepang dua dengan logat
Jawa yang kental.
’’Iya, sebentar tho….’’ jawab Etik
setengah berteriak sambil bergegas
keluar rumah.
Saat ini mereka duduk di
bangku kelas dua di SMA Negeri di
Tulungagung. Seperti biasa, setiap
ada pertunjukan Jaranan,
pengunjung selalu ramai.
Kadangkala banyak dari sebagian
kita berfikir bahwa remaja sekarang
ini kurang menggemari seni
tradisional, ternyata itu semua salah.
Pada pertunjukan jaranan ini tidak
hanya kaum tua saja yang melihat
tetapi banyak juga kaum muda yang
antusias untuk melihat sebuah
kesenian lokal. Terlihat Pak Satimin
duduk di barisan depan. Sebelahnya
Pak Sutejo yang sibuk berbincang
dengan pak RW.
***
Melipat Senja Bersama Penari
Waktupun terasa sangat lambat, lama
sekali mereka menunggu. Ketika mereka
mulai bosan, terdengarlah dentuman
gong yang khas. Akhirnya pertunjukan
dimulai. Kedua mataku yang mengantuk
mulai terbelalak kembali. Para pemain
keluar dengan membawa pecut dan
jaranan. Tata rias yang khas dari penari
jaranan memberikan citra yang kuat dan
gagah. Gerakan yang lincah, tatapan mata
yang tajam disertai sabetan pecut yang
keras dilecutkan membuat penonton
terhanyut dalam pertunjukan dengan
disertai irama musik dan sesaji turut
menemani pertunjukan tersebut. Para
penari sangat lincah membawakan tarian
jaranan. Selama pertunjukan
berlangsung, tanpa sadar Etik hanya
mengamati satu penari yang sangat
lincah dengan postur tubuh gagah dan
memiliki wajah yang menawan. Dalam
hatinya bicara, dia ingin sekali
mengenalnya. Ada perasaan beda dalam
hatinya. Pertunjukan masih berlangsung
dan pandangannya masih tertuju
padannya. Gerakan menawan
meluluhkan hati Etik. Malam itu dia
sangat menikmati indahnya sebuah
tarian.
Tak terasa pertunjukan telah
usai. Sebenarnya Etik sangat ingin
menemuinya dan mengajak berkenalan
sembari minta nomor ponsel dan alamat
facebooknya. Tetapi sebagai perempuan
ia tidak mempunyai keberanian. Etik
terdiam dalam sebuah lamunan. Tiba-
tiba teman-temannya datang
28 4. RENDANG DAGING
Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan
daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan ini sangat digemari di
semua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di
luar negeri. Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa
(karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di
antaranya cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu
lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak. Rendang memiliki
posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri
bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu musyawarah, yang berangkat dari 4 bahan pokoknya
tersebut.
5. ANGKLUNG
Angklung adalah alat music multitortal (bernada ganda) berasal dari
pulau jawa bagian barat. Alat musik tradisional Indonesia ini terbuat
dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4
nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat
musik angklung sebagai kebanyakan adalah salendro dan pelog.
Kemunculan angklung 400 tahun lalu berawal dari ritus padi.
Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke
Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur. Dikenal oleh
masyarakat diantaranya sebagai penggugah semangat pertempuran
rakyat sampai masa penjajahan, itu sebabnya Hindia Belanda sempat
melarang.
Angklung Indonesia ini telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai bagian
dari warisan budaya. Tak benda atau intangible cultural heritage. Penyerahan resmi sertifikat
dilaksanakan di Jakarta, pada 19 Januari 2011. Sertifikat ini diserahkan oleh mantan Duta Besar RI
untuk UNESCO Tresna Dermawan Kunaefi kepada menteri pendidikan nasional Muhammad Nuh.
Taufik menyatakan angklung digemari diluar negeri. Negara-negara seperti Korea, Jepang dan
Malaysia. Telah mengenalkan angklung pada anak-anak usia sekolah.
6. REOG
Reog adalah salah satu kesenian yang diisi oleh sosok diantaranya warok dan gemblak.
Reog masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat. Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang
berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah
satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng
Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabumi, Raja Majapahit
terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Pagelaran Reog menjadi cara Ki
Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
7. PADMA RAKSASA (Rafflesia arnoldii)
Tumbuhan endemik yang berasal dari Bengkulu, Jambi, dan
Sumatra Selatan, Indonesia ini, berjuluk patma raksasa.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan parasit obligat yang
terkenal karena memiliki bunga berukuran terbesar di dunia.
Ia tumbuh menghisap unsur anorganik dan organik tumbuhan
Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tak mampu
berfontosintesis. Bunga merupakan parasit tak berakar, tak
berdaun, dan tak bertangkai. Diameter bunga mekar bisa
mencapai 1 meter dengan berat 11 kilogram. Bunga
mempunyai 5 daun mahkota yang mengelilingi bagian seperti
mulut gentong. Presentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat
jarang mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.
17
20. 8. JALI-JALI
LAGU DAERAH JALI-JALI berasal
dari Jakarta, Indonesia.
Ini dia si jali-jali
lagunya enak, lagunya enak merdu
sekali
ini dia si jali-jali
eh, sayang disayang
lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan, asalkan tuan senang di
hati
jalilah jali roda melati, sayang
cali cali roda melati
calilah cali berganti-ganti
ular naga diemprut selang
(ah lu kate belanda)
uler kadut, uler kadut segene gini
(segede ape bang?) (neh!)
ular naga diemprut selang, nona, nona
uler kadut, uler kadut segede gini
(kayak gede banget) (ah, lu tau kok)
digode jande gak inget pulang, sayang
digode jande gak inget pulang
(kenape bang?)
sampe lupain utang seringgit
dari turki ke bojong lengkong, sayang
dari turki ke bojong lengkong
sebab si pengki turunan cukong
(ha ha.. lu tahan gak tuh)
keramat ape tiga langkah?
(mane gua tahu)
sayang di sayang, kramat karet
banyaklah lumpur
keramat ape tiga langkah?
eh sayang di sayang, kramat lah karet
banyaklah lumpur
jimat ape yang abang pake sayang,
siang dan malam, siang dan malam ga
bisa tidur
jali-jali dari cikini, sayang
jali-jali dari cikini
jali jali… sampai disini
18
9. TARI SAMAN DARI ACEH
Salah satu hal daya tarik provinsi Aceh adalah Tari
Samannya. Tarian ini bisa dibilang mendunia karena
telah dipilih oleh UNESCO sebagai warisan budaya.
Jenis tarian dari suku Gayo Aceh Tenggara ini sering
ditampilkan pada festival-festival kesenian di beberapa
penjuru dunia.
Diciptakan oleh
seorang Syekh
bernama Syekh
Saman, yang
merupakan ulama
yang menyebarkan
agama Islam di
Aceh pada abad ke-
14. Tarian ini pula
merupakan salah
satu cara beliau dalam menyebarkan ajaran agama
Islam karena tari saman sering dipentaskan pada acara-
acara Islam seperti Maulid Nabi dan tahun baru Islam.
Kesenian Aceh ini terbilang unik dan
berbeda dari seni tari lainnya, jika kebanyakan seni tari
diiringi oleh irama musik dan gerajan yang gemulai.
Sedangkan untuk tari saman, musiknya berasal dari
kombinasi kekompakan tepukan dada, paha, dan lantai
yang berirama serta dilengkapi dengan gerakan yang
lincah, tidak kalah dengan kelincahan penari kecak
Bali. Karena begitu cepatnya gerakan tangan para
penari membuat tarian ini sering dijuluki dengan tarian
seribu tangan.
10. TARI RATEB
MEUSEUKAT
DARI ACEH
Tari Rateb
Meuseukat adalah
tari yang juga
berasal dari aceh,
tarian ini dilakukan
oleh wanita sambil
berbaris dan
bernyanyi. Nama
Rateb Meuseukat diambil dari basaha arab yaitu Ibadat
Diam.Diciptakan oleh Teungku Abdurrahim,
sedangkan syair atau rateb diciptakan oleh Teungku
Chik Di Kala.
Budaya Indonesia yang Mendunia
Aku memulai semediku. Ritual yang
acapkali kugelar tiap hujan turun menyapa. Mengusir
hawa dingin dengan secangkir teh. Kali ini ditemani
sepiring kue Bagiak khas Banyuwangi yang sengaja
kubeli beberapa minggu lalu saat berada di kampung
halamanku. Jajanan yang menjadi camilan favorit
keluarga ketika Idul Fitri tiba. Ahh.. aku menghela
nafas panjang. Tiba-tiba ada rasa rindu menyeruak
dalam benakku. Seolah ada sekelebat bayangan yang
singgah di pelupuk mataku. Rinduku berkecamuk.
Aku meneguk teh, hingga kehangatannya
menjalari kerongkongan. Mencomot satu batang
bagiak. Gigitan pertama mengantarku pada
kampungku. Gigitan
kedua serasa tengah
nikmati Lebaran
bersama keluargaku.
Rupanya kue bagiak
ini menghadirkan
berjuta memori indah
bersama keluargaku.
Lalu anganku
berkelana,
menerawang dan menari bersama hujan. Mengingat-
ingat tiap kesempatan bersama ketiga adikku.
Meramaikan tiap sudut rumah. Bergurau ketika
hendak menunaikan sholat Magrib, sarapan bersama
sebelum berangkat sekolah, berebut remote tiap
menonton TV. Atau yang paling sering aku lakukan
adalah memarahi satu persatu adikku saat mereka
gaduh dalam tidur siangku.
***
Sunyi. Aku membuka laptopku.
Menghidupkannya, lalu untuk beberapa menit
jemariku menari di atas keyboard. Memutar beberapa
lagu daerah yang menjadi favoritku. Berharap
kesunyian terecahkan perlahan. Aku meraih tahku
lagi. Meneguknya hingga habis.
KIDUNG RINDU - KIDUNG RINDU - KIDUNG RINDU - KIDUNG RINDU
He Belambangan lir asato
banyu segoro
Sing biso asat asih setio bakti-
nisun
Hang sopo-sopo bain arep
ngajak ngerusak
Sun belani sun depani sun
labuhi....
Lagu yang
mendayu. Aku makin rindu.
Aku mencoba melungsurkan
segala kerinduan lewat alunan
lagu. Sekitar
tujuh menit aku
larut dalam
lagu. Akhirnya,
aku berusaha
berdamai
dengan hatiku.
Menarik
selimut,
membenamkan
badan di kasur. Mencoba
memejamkan mataku. Ingin
segera terlelap dan menemui
mereka dalam dunia mimpiku.
Bulan ini aku harus pulang.
Iya, pulang. Menemui bapak
ibu adik-adikku. Menikmati
hangatnya hari bersama
mereka. Tak seperti malam ini,
aku benar-benar terkepung
dingin yang luar biasa.
27
21. Tiba-tiba ada rasa
rindu menyeruak
dalam benakku.
Seolah ada sekelebat
bayangan yang
singgah di pelupuk
mataku. Rinduku
berkecamuk.
Hujan deras menyapaku malam ini.
Rintiknya umpama ritme melodi musik yang
senandungnya terdengar serempak. Hawa dingin
mulai menyergapku. Menelanjangi ujung jemari
kakiku. Aku duduk di atas ranjang dengan sprei
warna hijau bermotif daun maple, sambil terus
menatap keluar lewat celah jendela. Jendela yang
bergorden merah maroon, mirip dengan gorden
dirumah. Aku menyilangkan kedua tanganku. Sesekali
aku juga menggosok-gosokkan kedua telapak
tanganku, berharap hawa dingin segera terusir. Aku
melirik sekilas jam dinding yang terpasang di dekat
pintu kamar.
Sudah pukul 21.42 wib. Sudah hampir
menunjuk ke pukul sepuluh malam, batinku dalam
hati. Hujan tak kunjung reda. Meski hampir larut
malam, masih terdengar jelas deru mesin dijalanan
yang beradu dengan hujan. Mungkin saja mesin-
mesin itu berseteru dengan jalanan licin dan tetesan
air hujan. Memang tak begitu riuh tetapi beberapa
kali klakson dibunyikan. Barangkali mereka
berjuang keras menerobos dan menerjang
guyuran hujan menuju tempat yang mereka
tuju. Masih terdengar deru mesin dijalanan
yang masih berusaha menerjang hujan
menuju tempat tujuan. Membayangkan
mereka beradu dengan licinnya jalan.
Nampaknya mengasyikkan jika harus
berlomba dengan pengendara lain. Harus
berkali-kali membunyikan klakson, rem
mendadak pula barangkali. Meski begitu,
malam ini aku tidak begitu tertarik untuk
merasakan tetesan air hujan barang semenit
saja.
C
E
R
P
E
N
26
B
I
O
G
R
A
F
I
Emha Ainun Nadjib,
sebuah nama yang mulai
terdengar asing di kalangan
anak muda, karena
popularitasnya kini mulai
tergusur seiring dengan
kemunculan artis-artis muda
yang bermunculan. Lantas
siapakah sebenarnya Emha itu?
Mengapa kita perlu
mengenalnya?
Emha, atau yang lebih akrab dengan
sebutan Cak Nun merupakan intelektual yang
selalu berusaha melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan-kebudayaan lokal,
utamanya kebudayaan Jawa dengan alunan seni
musik gamelan yang bernadakan Islam. Cak Nun
sendiri terlahir di kota santri Jombang 60 tahun
silam, tepatnya pada tanggal 27 Mei 1963.
Muhamad Ainun Nadjib adalah nama asli
pemberian dari kedua orang tuanya.
Mengenai pendidikan yang pernah ia
tempuh, ternyata Cak Nun mengakhiri
pendidikan formalnya dengan menjadi
mahasiswa strata satu fakultas ekonomi
Universitas Gadjah Mada dan berhenti pada
semester satu masa kuliahnya. Tak hanya itu,
orang yang selalu berkeliling negeri dengan grup
musik “Kyai Kanjeng” ini, juga pernah terusir
dari pondok modern Darussalam, Gontor,
Ponorogo, pada tahun ketiga masa
pendidikannya, karena keberaniannya
memprotes pengurus pondok yang ia rasa telah
menerapkan sistem pendidikan yang kurang
baik.
Keluar dari pondok, Cak Nun pun melanjutkan
studinya di SMA 1 Muhamadiyah, Yogyakarta dan
berhasil membawa pulang sebuah ijazah sebagai
bukti, ia telah lulus dari jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar ia tempuh di salah
satu SD yang ada di Jombang dan SMP
Muhamadiyah Yogyakarta.
Hidup menjadi seorang gelandangan
selama 5 tahun di kawasan Malioboro merupakan
salah satu sejarah dalam hidup suami Novia
Kolopaking ini. Tak hanya sekadar hidup
menggelandang, tetapi Cak Nun memanfaatkan
momen ini untuk menuntut ilmu tentang sastra
kepada seorang sufi bernama Umbu Landi
Paranggi yang menurutnya memiliki kepribadiaan
unik.
Berbicara soal pekerjaan, anak keempat
dari Almarhum Muhamad Lathif memulai karirnya
dengan menjadi seorang pengasuh Ruang Sastra
di harian Masa Kini, Yogyakarta dan dilanjutkan
menjadi wartawan di harian yang sama. Di
samping profesinya tersebut, Cak Nun juga
dipercaya untuk menjadi pemimpin Teater Dinasti
dan grup musik Kyai Kanjeng hingga saat ini.
EMHA AINUN NADJIB
19
22. Banyak karya pertunjukan teater
yang pernah ia hasilkan dan yang terbaru
adalah Teater Nabi Darurat Rasul AdHoc
bersama Teater Perdikan dan Letto yang
menggambarkan betapa rusaknya manusia
Indonesia sehingga hanya manusia sekelas
Nabi yang bisa membenahinya (2012). Aktif
dalam menulis puisi dan kolumnis di berbagai
media merupakan pekerjaan lain yang masih ia
tekuni hingga saat ini. Bahkan beberapa buku
puisi telah ia terbitkan misalnya, Sesobek Buku
Harian Indonesia (1993), Abacadabra (1994),
dan Syair-syair Asmaul Husna (1994).
Sebagai salah satu orang yang disebut
sebagai tokoh budayawan Indonesia, Cak Nun
telah banyak menghabiskan waktu yang ia
miliki bersama grup musik gamelan Kyai
Kanjeng untuk berekliling nusantara rata-rata
10-15 kali dalam satu bulan. Tujuannya tidak
lain untuk menampilkan sebuah pagelaran seni
musik tradisional jawa yang ia padu dengan
unsur agama, pendididikan, politik, maupun
ekonomi demi membangkitkan potensi rakyat,
yang sering ia sebut dengan wujud pelayanan
kepada masyarakat. Menyelenggarakan acara-
acara bersama sebuah forum silaturahmi budya
dan kemanusiaan yang bernama Jamaah
Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an di
Taman Ismail Marzuki, merupakan rutinitas
lain dalam keseharian seorang Cak Nun.
Tidak hanya sering muncul di layar
televisi pada awal abad 20, nama Muhamad
Ainun Nadjib juga pernah tercantum sebagai
peserta dalam kegitan luar negeri seperti,
Lokarya teater di Filiphina (1980),
International Writing Progam di Universitas
Lowa Amerika Serikat (1984), Festival Penyair
Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan
Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman
(1985). Untuk kegiatan di dalam negeri, ia
memiliki agenda rutin semisal Macapat Syafaat
di Yogyakarta, Padhangmbulan di Jombang,
Gambang Syafaat Semarang, Babang Wetan
Surabaya, dan masih banyak lagi yang lain.
Itulah sekilas profil tentang Emha
Ainun Nadjib, seorang tokoh budayawan yang
dimiliki Indonesia. Nah sobat, sudah sepantasnya
kita yang muda mulai memperhatikan
kebudayaan tanah air sendiri, mengingat
keberadaannya sekarang yang mulai terlupakan.
Cak Nun saja yang usianya tak lagi muda masih
aktif dengan kegiatannya, bagaimana dengan
kita? Bayangkan jika manusia-manusia semacam
beliau telah tiada, dan kita tidak mengenal
budaya kita sendiri, sudah pasti budaya
Indonesia pun akan hilang seiring kepergian
orang-orang yang mencintainnya.
20 TOKOH
Limabelas Nopember kemarin, kota
Tulungagung menghelat ritual siraman
pusaka tombak Kiai Upas. Ritual yang rutin
digelar setiap bulan Hijriyah atau yang
biasa disebut Suro dalam kalender jawa ini,
dihadiri oleh beberapa orang penting. Wakil
Bupati Tulungagung, Drs. Maryoto Birowo
MM, Ketua DPRD, Muspida, SKPD lingkup
Pemkab Tulungagung, camat serta warga
masyarakat Tulungagung. Selain itu, tampak
para tokoh masyarakat Tulungagung yang
ikut antusias dalam acara siraman ini.
Pusaka ini berbentuk tombak yang
panjang bilahnya 35 cm, dan panjang
tangkainya 5 meter. Pusaka ini
ditempatkan di Gedhong Pusaka di Dalem
Kanjengan Kepatihan, kecamatan
Tulungagung, kabupaten Tulungagung.
Siraman tombak Kanjeng Kyai Upas adalah
salah satu ritual acara kebudayaan
Tulungagung yang pada hakikatnya
merupakan ekspresi tradisi budaya yang
dipercaya sejak dahulu. Ritual ini mampu
menjaga rasa kebersamaan dalam
mencapai derajat kesejahteraan lahir dan
batin. Siraman tombak Pusaka Kyai Upas
mengandung banyak nilai-nilai moral
seperti nilai kebersamaan, nilai ketelitian,
nilai kegotongroyongan, dan nilai religius.
Selain itu, prosesi siraman ini merupakan
upaya dalam melestarikan budaya yang
diharapkan menjadi suatu tradisi adat yang
bernilai budaya luhur serta menjadi citra
jati diri masyarakat Tulungagung yang
damai dan sejahtera. Tujuan upacara adat
siraman pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas
adalah untuk menjaga pusaka supaya tetap
terawat, tidak berkarat dan tidak rusak.
Upacara Jamasan Tombak Pusaka Kyai Upas
dalam proses penyelenggaraannya mempunyai
dua tahapan yaitu kegiatan yang bersifat
persiapan dan kegiatan-kegiatan inti. Kegiatan
yang bersifat persiapan yaitu kegiatan malam
tirakatan dan kegiatan memasak sesaji. Kegiatan
yang merupakan inti dari jamasan Kyai Upas
terlaksana di pagi harinya. Malam harinya ditutup
dengan pagelaran wayang. Air yang digunakan
berupa air dari sembilan mata air yaitu (air
Panguripan dari Goa Tritis, air bilik tengah, air
buntut, air tempuran, air Gotehan, air kelapa, air
sumur, air Deresan Randu dan air deresan
Pisang) setelah prosesi siraman selesai banyak
warga yang mengambil dan meminum air
tersebut, hal ini disebabkan karena sebagian dari
mereka percaya bahwa bekas air dari siraman
pusaka mengandung tuah tersendiri yang
bermanfaat untuk tetap awet muda, mudah rejeki,
menyembuhkan penyakit. Dalam rangkaian
kegiatan Siraman Pusaka Tombak Kyai Upas
setelah prosesi siraman digelar dilanjutkan
dengan prosesi selamatan yang menggunakan 30
sampai 40 buah ambeng.
Pemerintah memberikan kebijakan yang
mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan
Jamasan Tombak Pusaka Kyai Upas dalam
berbagai media, seperti media pendidikan formal
atau sekolah, melalui website dan radio. Perlu
diketahui bahwa siraman tombak pusaka Kyai
Upas di Tulungagung selain untuk melestarikan
kebudayaan dan menjunjung nilai luhur
diharapakan ke depan menjadi salah satu
kalender wisata di Tulungagung agar
kebudayaannya menjadi lebih dikenal dan menjadi
sumber pendapatan kabupaten Tulungagung.
SIRAMAN TULUNGAGUNG
25
ADAT
23. Gunung Kelud, yaitu nama sebuah wisata yang terletak di
kecamatan Ngancar kabupaten Kediri sekitar 27 KM dari pusat kota. Namun
beberapa orang berasumsi bahwa lokasi gunung Kelud terletak di Wates.
Di gunung Kelud memiliki tradisi “Melarung”. Larung sesaji yang
dilakukan masyarakat Ngancar Kabupaten Kediri ini merupakan adat yang
diadakan setiap tahun untuk para leluhur dan Sang Pencipta. Larung saji ini
diadakan di kawah Gunung Kelud yang diiringi musik Jawa dan Bali. Ritual
ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Hindu, melainkan dari nonHindu
juga, misalnya Islam, Budha, Khatolik dan beberapa kepercayaan lain.
Masyarakat yang datang tidak hanya dari wilayah Ngancar ataupun
Wilayah Kediri saja, melainkan dari luar Kota Kediri juga. Misalnya
Jombang, Blitar, Nganjuk, Tulungagung, Bali. Ritual ini juga mengundang
orang-orang penting dalam memberikan sambutan, serta mendatangkan
pejabat tinggi, seperti Gubernur, Wali Kota Kediri, serta rombongannya.
Berbagai aksesoris menjadi pelengkap dalam ritual ini. Umbul-umbul
dan busana yang dipakai peserta larung sesaji menjadi terasa ramai. Setelah
acara dibuka oleh pejabat setempat, rombongan yang membawa sesaji
langsung menuju kawah Gunung Kelud. Sekelompok pemain seni tradisional
khas Kediri juga ikut meramaikan acara. Setelah pembacaan do’a sesajinya
dilarutkan ke danau. Sesaji yang dilarutkan didanau itu mulai di rebutkan
oleh warga.
Ritual yang diadakan ini merupakan syarat wajib untuk masyarakat
sekitar. Karena hal ini sudah diyakini sejak dulu. Jika Ritual ini tidak
dilakukan, akan terjadi sesuatu. Misalnya para leluhur akan marah, hingga
memungkinkan akan terjadi bencana untuk wilayah sekitar gunung Kelud
yang masih aktif itu.
Tradisi Larungan di Gunung KeludADAT
24
HASNAN SINGODIMAYAN
H a s n a n
S i n g o d i m a y a n
adalah satu nama
budayawan yang
tak asing lagi di
telinga masyarakat
B a n y u w a n g i .
Beliau lahir di
Banyuwangi, 17 Oktober 1931.
Budayawan yang genap berusia 82 tahun
pada Oktober lalu ini, dulunya adalah
petugas teknis di Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Ia juga
merupakan alumnus ari Pondok Gontor
yang lulus pada tahun 1995.
Hasnan Singodimayan memiliki
istri bernama Sayu Masunah.
Pernikahannya tersebut dikaruniai lima
orang anak. Saking cintanya terhadap
budaya, Hasnan menamai anak-anaknya
dengan nama yang unik. Anak
pertamanya, ia beri nama Buyung
Pramunsyie. Putra kedua dinamai Bujang
Pratiko. Bonang Prasunan, adalah anak
ketiga. Nama ini lebih mirip alat musik
yang sering menjadi instrumen pengiring
Tari Gandrung. Buah hatinya yang
keempat bernama Rundung Prahara dan
yang terakhir adalah Capung Prihatini.
Pada tahun 1973, ia membuat
sebuah cerita pendek (cerpen) yang
berjudul Lailatul Qadar yang meraih Juara
III dalam perlombaan cerpen yang
diadakan Dewan Kesenian Surabaya.
Runner up pada perlombaan puisi yang
diselenggarakan oleh BBC London pada
tahun 1980. Ia juga pernah menjadi
pemenang penulisan kisah bertema
kepahlawanan yang dihelat oleh
Angkatan 45 pusat dan karyanya
diterbitkan oleh Balai Pustaka. Selain itu,
ia pernah menjadi penulis rubrik novelet
di surat kabar Bali Post dan menulis
sandiwara radio berbahasa Using (bahasa
lokal Banyuwangi). Ia juga menerbitkan
buku berjudul Kerudung Santet Gandrung.
Dalam berbagai pertemuan
penting, Hasnan seringkali diposisikan
sebagai pemangku kebudayaan Using
yang representatif. Mulai dari seminar
kebudayaan Jawa Timur oleh
Universitas Jember dan Dewan
Kesenian Jawa Timur, seminar yang
diselenggarakan oleh Direktorat Nilai
Budaya, Seni dan Film, serta beberapa
pertemuan yang diselenggarakan
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN). Seperti 8 Juni lalu, bertepatan
d e n g a n d i s e l e n g g a r a k a n n y a
peluncuran novel “Nawi BKL Inah” di
Aula Dewan Kesenian Blambangan,
beliau juga eksis bersama budayawan
lain seperti Abdullah Fauzi, Samsul
Hadi, Yon DD (Penyanyi Lokal
Banyuwangi) dan para budayawan
lainnya.
Ia pernah aktif dalam
Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI)
pada periode 1960 hingga 1965,
menjadi anggota Seksi Sastra dan Seni
Islam Dewan Kesenian Blambangan
(DKB) pada tahun 1980 hingga 1995,
dan Penasehat Dewan Kesenian
Blambangan (1995 hingga kini). Selain
itu ia juga menjadi Koordinator Badan
K o o r d i n a s i K e s e n i a n d a n
Kepariwisataan Blambangan (BK3)
serta anggota Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara sebagai wakil masyarakat
adat Using. Hasnan Singodimayan
pernah diwawancarai mengenai
tragedi santet Banyuwangi 1997-1998
di TvO ne . (su mber: Bu ku
Penghargaan Seniman Jatim, 2003)
21
TOKOH
24. REOG GENDANG
(TULUNGAGUNG)
Pernahkah Anda menonton pagelaran tari Reog Gendang?
Tarian Reog Gendang merupakan tarian asal Tulungagung, Tarian ini
memiliki nilai filosofis dan sejarah yang sangat mendalam. Mungkin
banyak dari kita yang belum mengenal apa itu Reog Gendang. Disini
akan diperkenalkan lebih jauh tentang tarian tersebut.
Kisah ini dimulai dari Raja Bugis yang ingin melamar putri
Kediri, yaitu Dewi Kilisuci. Akan tetapi yang disuruh melamar
adalah prajuritnya. Namun ketika diperjalanan dari Bugis ke Kediri,
rombongan mereka salah arah hingga melewati daerah Ponorogo-
Trenggalek-Tulungagung. Sesampainya di kota Kediri prajurit
bertemu dengan putri Dewi Kilisuci dan menyampaikan amanah dari
Sang Raja untuk melamar Putri Dewi Kilisuci. Secara halus Putri
Dewi Kilisuci mengatakan bahwa menerima lamaran tersebut asalkan
Raja Bugis bisa memenuhi beberapa persyaratan seperti mata ayam
tukung sebesar terbang miring digantung di gubuk Penceng. Seruling
pohon padi sebesar batang kelapa, dendeng tumo sak tetelan pulut
(jadah), ati tengu sebesar guling, madu lanceng enam bumbung, dan
binggel emas bisa berbunyi sendiri. Namun persyaratan tersebut
merupakan kiasan halus untuk menolak lamaran Raja Bugis.
Mendengar apa yang diminta oleh putri tersebut prajurit merasa
kebingungan. Para prajurit berinisiatif untuk menuju ke arah selatan
yaitu ke kawasan daerah Tulungagung.
Akhirnya di daerah Tulungagung para prajurit tersebut meminta
tolong pada warga Dhadhap Langu, untuk mengartikan kiasan yang
disampaikan oleh Putri Dewi Kilisuci. Adapun makna kiasan dari
Putri Dewi Kilisuci tersebut, yaitu;
22
ADAT
(1). Mata ayam tukung sebesar terbang
miring digantung di gubuk penceng,
mempunyai makna Gong kempul yang
digantung pada gayornya (2). Seruling
pohon padi sebesar batang kelapa,
mempunyai makna slompret (3). Dendeng
tumo sak tetelan pulut (jadah) yang
mempunyai arti kenong (4). Ati tengu
sebesar guling yang mempunyai arti iker
atau ikat (5). Madu lanceng enam bumbung
bisa diartikan Dhodhok atau Gemblug yang
berjumlahkan enam (6). Binggel emas bisa
berbunyi sendiri, yang diartikan gong.
Para prajurit merasa senang karena apa
yang menjadi ganjalan sudah bisa teratasi.
Uniknya ketika prajurit ingin membawa
barang tersebut ke hadapan putri Kediri,
terbentuklah suatu gerak seni yang sekarang
diaplikasikan pada Reyog Kendhang. Aksi
serta refleksi kesenian tradisional yang ada
di Tulungagung, terutama Reog Kendhang,
merupakan keseimbangan hidup manusia
dengan lingkungan. Kesenian Reyog
Kendhang sendiri, menyimpan
pendidikan nonformal secara tidak
langsung dalam bentuk seni gerak. Ini
merupakan apilkasi dari sebuah
tradisi .Sabagai generasi muda
seyogyanya harus mempertahankan
dan melestarikan budaya sekitar
karena banyak nilai-nilai moral yang
dapat diambil dari sebuah
pembentukan suatu kebudayaan.
Disini kita dapat mempelajari
kesetiaan, tanggung jawab dan arti
sebuah kejujuran yang semua itu
merupakan ciri khas dari sebuah
tradisi lokal.
Beragam kebudayaan yang ada di
Indonesia merupakan hasil dari
refleksi kehidupan sehari-hari yang
terbentuk dari zaman nenek moyang
dengan memiliki banyak kearifan
lokal. Kebudayaan di Indonesia yang
beraneka ragam merupakan warna-
warni yang sangat indah dari
sekumpulan masyarakat multikultural
yang memiliki nila luar biasa.
23
ADAT
REOG GENDANG