Teks tersebut membahas rekayasa sosial pemulia batugamping di Pamotan, Rembang, Jawa Tengah dengan menciptakan industri kreatif berbahan baku batugamping untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Batugamping di Pamotan berasal dari endapan laut dangkal dan secara tradisional dibakar menjadi kapur, meskipun pekerjaan penambangan memiliki risiko kecelakaan.
1. REKAYASA SOSIAL PEMULIA BATUGAMPING:
Belajar dari Tradisi Bakar Batugamping Pamotan, Rembang, JawaTengah
Oleh: Suhadi Rembang
Tulisan1 mengenai batugamping Pamotan ini bermuara pada issue rekayasa sosial, yaitu
tentang pemberdayaan masyarakat Pamotan berbasis sumber daya lokal. Issue
pemberdayaan sosial yang ditawarkan yaitu dalam bentuk menciptakan industri kreatif
berbahan baku batugamping.
Kajian ini dilatarbelakangi tentang perilaku eksplorasi batuan dan tambang di Pamotan
yang dikendalikan oleh investor. Hingga saat ini, eksplorasi sumber daya alam Pamotan
cenderung sedikit menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat rendahnya daya serap
lapangan pekerjaan dan perilaku urbanisasi angkatan kerja muda Pamotan ke luar
kawasan penghasil batugamping ini. Realitas sosial ini tanpa disadari karena eksplorasi
sumber daya alam sekitar tanpa tindakan rekayasa sosial ekonomi yang matang. Hasil
batuan dan tambang Pamotan hanya dikirim ke pasaran dalam bentuk bahan baku dan
setengah jadi yang memiliki nilai tawar rendahan.
Berdasarkan latar belakang di atas, telah mendesak kiranya dilakukan rekayasa sosial
dengan menciptakan home industri ekonomi berbasis sumber daya lokal. Batugamping
yang memiliki aneka ragam fungsi, kiranya dapat dikembangkan dalam bentuk sentra
industri kreatif berbahan baku lokal. Dengan demikian masyarakat pemulia batugamping
ini dapat meningkat taraf hidup dengan penuh harapan, bukan dibayang-bayangi
kecemburuan sosial dan resiko berinteraksi dengan alam yang mengancam kehidupan.
Kajian ini memuat tentang; demografi pemulia batugamping, bangunan bersejarah, asal-
usul batu kapur, batuan, sedimen, dan batugamping, asap tebal dan reaksi kimia,
teknologi tradisional batugamping, resiko penambangan, fungsi batugamping, dan
rekayasa industri kreatif berbahan baku material dan tenaga kerja lokal.
Demografi Pemulia Batugamping
Kabupaten Rembang di Jawa Tengah merupakan daerah yang kaya2 dengan bahan
tambang. Kekayaan tambang tersebut diantaranya batu kapur/batugamping, andesit,
pasir kwarsa, tras, pospat, tanah liat, batubara, gipsum,kalsit, dolomit dan bahan
tambang lain. Lokasi yang memiliki sumber daya tambang batu kapur/ batu gamping di
Rembang yaitu Pamotan, termasuk juga Sale.
Berdasarkan Hasil Pencacahan Sensus Penduduk 20103, jumlah penduduk
Kabupaten Rembang adalah 591.617 orang yang terdiri atas 295.244 laki-laki
1
Kajian tentang batugamping dilakukan penulis (Suhadi Rembang, guru SMA N Pamotan tahun
2011) ini, sebagai wujud pengabdian dan kontribusi diri dan lembaga dalam bentuk ide/ gagasan
terhadap lingkungan dan masyarakat Pamotan, Rembang, Jawa Tengah. Perilaku eksplorasi
sumber daya alam Pamotan pada suatu hari tentu akan terhenti karena kekayaan alam yang
dimiliki bersifat tidak terbarukan (non-renewable).
2
http://www.rembangkab.go.id/pertambangan
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 1
2. dan 296.373 perempuan. Adapun jumlah penduduk Pamotan berdasarkan jenis
kelamin yaitu laki-laki sejumlah 21.946 orang dan jumlah penduduk perempuan
sejumlah 22.014 orang. Jumlah penduduk masyarakat pamotan keseluruhan yaitu
43.960 orang.
Laju pertumbuhan penduduk Pamotan mencapai 0, 19 %. Pada saat yang sama, laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Rembang per tahun selama sepuluh tahun
terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,49 persen. Pamotan dengan
pertumbuhan 0,19% di atas, jumlah rumah tangga masyarakat mencapai mencapai
12.036 buah dengan jumlah hunia tempat tinggal sebanyak 12.291 buah. Laju
pertumbuhan penduduk ini sebagai angkatan kerja yang aktif sebagai penanti dan
pencipta lapangan pekerjaan. Untuk itu perlu diciptakan dan dipicu keberadaan
lapangan pekerjaan yang hadap dengan produk lokal.
Bangunan Bersejarah
Dalam konsteks historis, Pamotan memiliki beberapa bangunan bersejarah4 semasa
pemerintahan Belanda. Bangunan bersejarah yang ada di Pamotan diantaranya, tiga
cerobong asap sisa pembakaran pabrik keramik milik pemerintah Belanda yang kini
masih ada. Dua bangunan cerobong asap itu dalam keadaan masih utuh dan satu
cerobong asap dalam keadaan patah. Ketinggian cerobong asap tersebut mencapai
kurang lebih 100 meter.
Kawasan pamotan juga disebut-sebut5 memiliki ragam keunikan. Kawasan ini selain
menyimpan banyak kenangan sebagai kawasan industri, kawasan transportasi
perkeretaapian, kawasan lumbung pangan, kawasan tambang, hingga kawasan yang
memproduksi golongan terdidik dan religius.
Dalam sumber yang sama dilaporkan, pada jaman penjajahan, kawasan industri senjata
dan perabot rumah tangga telah eksis di kawasan ini (saat ini kawasan tersebut adalah
dukuh Mbabrik desa Pamotan). Namun kawasan ini hilang tanpa tonggak pewarisan
anak cucu Pamotan. Stasiun kereta api sebagai bangunan bersejarah sebagai jalur
transportasi cepat, murah, dan mudah ini seakan diam seribu kata. Dan anehnya, bekas
rel kereta api itu malu menampakkan lagi. Kawasan stasiun kereta api Pamotan telah
disulap menjadi perumahan setengan elit bagi para pendatang dan pribumi yang belum
beruntung.
Asal-usul Batu Kapur
Gamping biasa dikenal oleh masyarakat Pamotan sebagai batuan berwarna putih, jika
dibakar dapat digunakan sbg campuran bahan bangunan yang sebagian besar terdiri
3
BPS. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Rembang. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Rembang
4
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Pamotan,_Rembang
5
http://sosiologismapa.blogspot.com/2010/10/apa-kabar-pamotan.html
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 2
3. atas kalsium karbonat; batu kapur6. Secara mekanik, mineral titonoferous magnetik yang
berasal dari formasi “andesit Tua” yang telah mengalami pelapukan dan transportasi
masuk pada lingkungan pengendapan batugamping secara signetik bersamaan dengan
terbentuknya batugamping. Batugamping yang mengandung titonoferous magnetik
yang menyebabkan sebagian batugamping tersebut menjadi berwarna merah muda7.
Batuan, Sedimen, dan Batugamping
Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya, diantaranya yaitu
batuan, mineral dan bahan tambang. Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih
mineral, batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannnya (genesis), tekstur, dan
komposisi mineralnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu; batuan beku (Igneous Rocks),
batuan sedimen (Sedimentary Rocks), batuan metamof/malihan (Metamorphic Rocks).
Batu gamping merupakan bagian dari Batuan Sedimen (sedimentory rocks). Dan
batugamping sendiri merupakan bagian dari sedimen laut8 jika dilihat berdasarkan
terbentuknya (lingkungan pengendapan). Berikut ulasan singkatnya.
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi.
sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, waluapun volumnya hanya
sekitar 5% dari volum kerak bumi. Secara umum Klasifikasi Batuan Sedimen dibagi dalam
tiga bagian berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen, yaitu; sedimen aquatis, sediman aeolis atau aeris, dan sediman glassial.
Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contoh dari sediman
ini diantaranya; gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain. Sedimen
Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Contoh dari
sedimen ini diantaranya; tanah loss, sand dunes. Selanjutnya Sedimen Glassial, yaitu
sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contoh pada bagian ini adalah morena dan
drimlin.
Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan), batuan sedimen dibagi menjadi
dibagi menjadi tiga, yaitu sedimen laut, sedimen darat, dan sedimen transisi. Sedimen
laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal, dan
sebagainya. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya
endapan sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan
sebagainya. Selanjutnya Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat
dan laut, misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).
6
http://kamusbahasaindonesia.org/gamping#ixzz1SSdIC4nj
7
Anastasia Dewi Titisari, I Wayan Warmada. 2005. Ganesa Batugamping Merah Muda di Daerah
Klepu, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Dalam Media Teknik no. 4 tahun
XXVII Edisi November 2005 No. ISSN 0216-3012, Halaman 23- 24.
8
Katili. J. A. DR. Geologi. Dep. Urusan Research Nasional. Jakarta
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 3
4. Dalam penelitian9 ditemukan bahwa batugamping yang terdapat dalam Formasi
Karangsambung berasal dari suatu paparan (bank) yang terbentuk dalam lingkungan laut
dangkal.
Asap Tebal dan Reaksi Kimia
Ketika melintas di sepanjang pertambangan Pamotan, kerap kali kita kelihat kepulan
asap. Kepulan asap itu merupakan proses pemuatan kapur bakar (CaO) dari kapur
gamping (CaCO3). Proses pelepasan CO2 ini pada umumnya dilakukan pada Jobong
gamping dengan suhu kurang lebih 898 hingga 1000 derajat celsius. Berikut ini
merupakan reaksi dari proses pembakaran kapur gamping menjadi kapur bakar.
CaCO3 -----> CaO + CO2 untuk batu gamping10
Tampak dari reaksi di atas, CO2 di lepaskan. Proses pelepasan CO2 inilah yang tampak
dipermukaan pada saat pembakaran kapur gamping yang terlihat tebal menjulang tinggi.
Teknologi Pengolahan Batugamping
Gambar.Aktifitas pemulia Batugamping
Sumber: Suara Merdeka11, 2010
Memasak batugamping (CaCO3) hingga menjadi kapurbakar (CaO) memerlukan waktu
kurang lebih dua belas jam. Berdasasrkan informasi12, beberapa bahan yang disiapkan
untuk melakukan pengolahan kapur gamping diantaranya; batu kapur, limbah kayu
(serbuk), tanah merah, serbuk gamping (abuk putih), dan blower. Selanjutnya teknik
pengolahan bakar batu gamping secara tradisional yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut; pecahkan batu kapur yang sesuai ukuran yang diinginkan, susun
pecahan batu kapur tersebut ke dalam jobong (alat bakar) hingga penuh, berikan kerikil
batu kapur dan abuk basah di atas jobong, sisipkan kayu kering dan pemicu pembakar
(karet ban) untuk menyalakan jobong, setelah jobong menyala, berikan serbuk dg
bantuan blower agar api dapat menyala dengan rata.
9
Siregar, Safei dan Trisuksmono, Djoko dan Yusuf, M. 2000. Penelitian Batugamping Di Daerah
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Bandung. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
10
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/09/batu-gamping.html
11
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/05/31/55827
12
http://batugamping.blogspot.com/2011/05/proses-kerja-pengelolahan-batu-kapur.html
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 4
5. Resiko Penambangan
Risiko penambangan batugamping dapat dilihat pada liputan hariun umum Suara
Merdeka13. Tentang mereka setiap hari masuk lorong-lorong gua buatan untuk
mengambil batugamping. Pekerjaan yang penuh risiko itu dilakukan demi mendapatkan
penghasilan, baik di musim panas maupun hujan. Beberapa penambang batu gamping
menuturkan, pekerjaan itu terpaksa dilakukan agar dapur tetap mengepul. Lebih lagi
mereka tidak punya pekerjaan lain, kecuali menambang batugamping. Sebenarnya
mereka sudah tahu, pekerjaan tersebut penuh risiko. Sebab untuk bisa mendapatkan
batugamping mereka harus masuk ke lorong-lorong gua buatan. Berdasarkan penuturan
mereka, sudah banyak pekerja yang terkubur hidup-hidup di lokasi penambangan akibat
tanah longsor. Dalam sumber lain melaporkan, bencana banjir yang kerapkali melanda
Pamotan, selain disebabkan hutan gundul dan kerusakan daerah aliran sungai, juga
disebabkan aktivitas penambangan galian C (batu gamping)14 di lereng pegunungan,
dituding sebagai pemicu hilangnya daerah resapan air.
Fungsi Batugamping
Batugamping dapat digunakan untuk beberapa kegunaan15. Beberapa kegunaan
batugamping diantaranya; fondasi rumah/pengeras jalan dan bangunan fisik lainnya,
pembuatan kapur tohor dan kapur padam, bahan bangunan, bahan penstabil jalan raya,
bahan baku pembuatan semen portland, pembuatan karbid, bahan tambahan dalam
proses peleburan dan pemurnian baja, bahan pemuti, soda abu, bahan penggosok,
pembuatan logam magnesium dari air laut, pembuatan alumina, floatasi, pembuatan
senyawa alkali, pembasmi hama, bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian, bahan
keramik, glasir, industri kaca, bata silica, bahan tahan api, dan penjernihan air.
Bagaimana memandang keragaman fungsi batugamping ini terhadap industri kreatif di
Pamotan?
Industri Kreatif sebagai Pilihan
Penciptaan industri kreatif berbahan baku batugamping berangkat dari diversitas fungsi
batugamping yang dibutuhkan untuk melayani gaya hidup manusia. Keragaman fungsi
batugamping ini dapat dilihat lagi pada sub judul fungsi batugamping di atas.
Namun saat ini kebudayaan (cara pandang) yang dimililki pemulia batugamping hanya
sebatas penjualan batu gamping oleh investor dan pengolahan bahan baku ke pasaran.
Untuk itu yang perlu dilakukan pertama kali adalah membangun kebudayaan (cara
pandang) tentang bagaimana masyarakat pemulia batugamping ini memuliakan
batugamping menjadi produk/ berkakas unik sebagai wujud kreatifitas masyarakat lokal.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menciptakan iklim keterbukaan informasi
tentang ketersediaan sumber daya lokal dan informasi tentang pemuliaan teknologi
13
http://www.suaramerdeka.com/harian/0312/31/dar30.htm
14
http://radior2b.com/2010/03/30/banjir-hantui-pamotan/
15
http://arson88.blogspot.com/2008/06/info-kegunaan-batugamping.html
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 5
6. tepat guna berbahan baku batugamping. Langkah awal ini dapat dimotori oleh
akademisi, peneliti, dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kapasitas tentang
rekayasa batugamping.
Lembaga-lembaga pendidikan formal juga dapat berperan dalam langkah pertama ini.
Peran serta sekolah dapat dilakukan dengan cara memasukkan materi pada mata
pelajaran, muatan lokal, pada PBKL (Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal), ekstra
kulikuler sekolah, hingga kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan visi dan misi
pembangunan ekonomi kreatif pemulia batugamping ini.
Jika langkah awal itu tercapai, langkah lanjutan berikutnya adalah fasilitasi program
pendampingan dan pendanaan oleh pemerintah setempat (pusat) dan lembaga
peminjaman modal. Pemerintah sudah saatnya berfikir untuk menumbuhkan ekonomi
berbasis lokal dengan produk kebijakan dan program pemberdayaan ekonomi lokal.
Bukan sebaliknya hanya memompa pendapatan APBD daerah dengan menjual sebesar-
besarnya untuk politik pencitraan. Lembaga keuangan juga diharapkan untuk memihak
ekonomi lokal. Memberi program peminjaman modal dengan kemudahan agunan dan
sedikit bunga pinjaman.
Distribusi produk ekonomi kreatif lokal juga menjadi hal penting untuk sustainability
(keberlanjutan) perilaku ekonomi kreatif berbasis bahan baku lokal. Begitu halnya
membangun dinamika pasar lokal dan interaksi transaksi global dengan meneguhkan
kepentingan pertumbuhan ekonomi masyarakat pemulia batugamping dalam
mengarungi masa depan hidup yang gemilang, bukan penuh dengan resiko hidup yang
memberatkan.
Pamotan, 19 Juli 2011
Kertas Kerja Perpustakaan SMA Negeri 1 Pamotan
Rembang, Jawatengah
Rekayasa Sosial Pemulia Batugamping, Pamotan | 6