SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

KONSEP SOSIOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN
RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
A. PERKEMBANGAN
RELASI
LAKI-LAKI
PEREMPUAN DALAM KELUARGA

DAN

Sebagaimana disebutkan di atas, konsep pernikahan dan
keluarga merupakan fakta sejarah awal di mana perempuan
mengalami “perumahan” (domestikasi). Pembagiana peran gender
mengalami “patenisasi”; dimana laki-laki bertanggung jawab di
lingkup publik dan perempuan di lingkup domestik. Atau dengan kata
lain, perempuan menjalankan fungsi sebagai pengasuh anak (suami),
pemelihara rumah dan pengolah makanan produksi rumah tangga.
Dalam konsep patriakal, keluarga dibangun dalam kepentingan
kaum laki-laki, dimana seluruh kepentingan keluarga diarahkan pada
laki-laki sebagai kepala dan anak laki-laki sebagai calon kepala
keluarga. Sehingga perempuan menjadi the second sex yang
kepentingannya selalu nomor dua. Bahkan karena konsep “hak milik”
perempuan selanjutnya disebut hak suami dan hak ayahnya. Sehingga,
banyak ketidakadilan yang terjadi atas perempuan karena konsep hak
milik ini.
Misalnya, perempuan dijodohkan atas dasar kepentingan orang
tua terhadap ekonomi keluarga. Atau perempuan “dijual” demi
kepentingan nafkah keluarga. Bahkan perempuan, mengalami KDRT
dan tidak mendapat rehabilitasi hukum, karena dianggap hak suami
atau ayah untuk “mengganjar” perempuan dalam rumahnya. Dalam
relasi yang demikian, muncul masalah sosial yakni tindakan kekerasan
terhadap perempuan.
Jika disimak dalam gambar, seperti berikut ini:
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

22

Dalam struktur keluarga yang demikian, laki-laki dan
perempuan dalam relasi yang tarik menarik bahkan “saling
menguasai”. Oleh sebab itu, gender merupakan sebuah konsep untuk
memaparkan realitas relasi laki-laki dan perempuan yang sudah tidak
setara. Bahwa ada pihak tertentu dalam relasi yang demikian sudah
mengalami penindasandan ketidakadilan bahkan kekerasan.
Oleh sebab itu, konsep kesetaraan dan pemberdayaan
merupakan sebuah konsep sosiologis yang juga dapat diterapkan
dalam relasi gender yang timpang ini. Perlu dicatat, bahwa sejauh
tidak memunculkan ketidakadilan, maka relasi gender bukan masalah.
Tetapi dalam kenyataannya, relasi gender yang timpang menyebabkan
banyak ketidakadilan. Dan dalam hal ini, perempuan ternyata
seringkali menjadi “korban” ketidakadilan peran gender dalam
masyarakat tersebut.
Selain itu, dalam keluarga dikenal juga dengan istilah peran
ganda perempuan. Di mana peran domestik perempuan tidak dianggap
sebagai “kerja” karena tidak menghasilkan uang, tetapi diperhitungkan
sebagai kewajiban. Sementara laki-laki tidak memiliki kewajiban yang
sama di ranah domestik. Ketika arus modernisasi membawa
perempuan sebagai pekerja publik, perempuan mengalami beban
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

23

ganda, di dalam dan luar rumah, jam kerja menjadi 16 jam, sementara
laki-laki rata-rata hanya 8-12 jam saja.
B. PENDEKATAN
PEREMPUAN

SOSIOLOGI

DALAM

KAJIAN

TTG

Ada 3 (tiga) pendekatan kontemporer untuk melakukan kajian
terhadap relasi gender dalam masyarakat, yakni:
1. Pendekatan Fungsional (Studi tentang budaya laki-laki)
Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada stabilitas sosial
atau harmonisasi sosial, yang menyumbangkan pada pemeliharaan
harmoni masyarakat dengan perubahan yang bertahap (evolusi
alamiah). Dalam hal ini, perempuan hanya akan dilihat dalam fungsifungsi dan peran-perannya, “sejauh” menyumbangkan stabilitas sosial
atau dianggap fungsional, sementara tuntutan peran publik perempuan
dianggap sebagai dis-fungsional.
Dalam kritik terhadap konsep di atas, ternyata realitasnya,
masyarakat memandang perempuan sebagai pelayan dalam “budaya
laki-laki”. Dalam kajian Kingsley Davis, bahkan secara ekstrim
mengatakan bahwa secara klasik, perempuan sudah menjadi “pelacur”
dalam rumahnya (pelayan laki-laki) dan dalam kehidupan sehari-hari
mengalami penindasan, kekerasan dan korban kejahatan. Ia berasumsi
bahwa perempuan sebagai pelayanan kebutuhan laki-laki (seksual,
konsumsi dan perumahan).
Dalam hal ini, masyarakat sudah melakukan dis-fungsi
terhadap perempuan sebagai individu dan mahluk sosial, sebagaimana
kaum laki-laki.
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)
2. Peran-peran
Perempuan)

Jenis

kelamin

(Fokus

24
dalam

Sosiologi

Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada deskripsi
pembagian peran gender dalam masyarakat, yakni perbedaanperbedaan jenis kelamin yang menyebabkan pembagian peran dan
fungsi yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam
masyarakat.
Dalam karya Talcott Parsons, membuktikan bahwa dalam
masyarakat memang terdapat pembedaan peran perempuan dan lakilaki, bahkan terdapat norma juga yang membatasi peran-peran
tersebut. Dalam hal ini, perempuan merupakan kelompok minoritas
yang perannya selalu “setelah laki-laki”.
3. Teori Konflik antar Peran Jenis Kelamin
Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada deskripsi konflik
peran antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja. Teori ini
berkonsentrasi pada kenyataan posisi perempuan di dalam pasar
tenaga kerja (lingkup publik). Dalam hal ini, perempuan dianggap
sebagai harta laki-laki, yang selanjutnya menimbulkan konflik peran
antara laki-laki dan perempuan.
Konflik peran ini sendiri muncul akibat penolakan perempuan
secara terstruktur atas penindasan budaya-sosial terhadap perempuan
yang tidak memberikan ruang publik bagi perempuan untuk
mengekspresikan dirinya. Menurut Rendall Collins, perempuan
dianggap sebagai “harta seksual” milik keluarga dan suami yang
mendapat legitimasi secara hukum dalam masyarakat dan pasar kerja.
Konflik peran ini nyata terlihat dalam konsep bahwa
perempuan yang berkerja hanya dianggap sebagai pekerja tambahan
untuk membantu nafkah kelurga. Jika penghasilan keluarga cukup
maka perempuan tidak akan “diijinkan” bekerja.
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

25

C. PEMBENTUKAN TEORI SEBAGAI SUATU PROSES
FEMINIS
Tiga pendekatan di atas bermuara pada pembentukan konsep.
Konsep merupakan sistem peristilahan yang memberi kemungkinan
untuk dapat memahami topik yang dipelajari. Konsep merupakan
istilah abstrak dan konkrit yang diungkapkan dalam bahasa yang dapat
diterima oleh masyarakat. Dan seringkali bahasa yang disampaikan
merupakan sebuah bentuk kritik terhadap masyarakat dan kondisi
sosial yang tidak adil.
Konsep merupakan sebuah usaha juga untuk menamakan
fenomena yag terjadi dalam masyarakat sekaligus juga
membandingkannya dengan konsep idealnya. Itu sebabnya proses
pembentukan teori dapat dikatakan merupakan sebuah proses feminis.
Sebagaimana pendekatan Max Weber dalam verstehen (pemahaman)
ada usaha untuk memahami kenyataan sosial dan kemudian
membahasakannya, selanjutnya menemukan cara untuk mengurangi
bias atau disfungsi dalam masyarakat.
Dorothy Smith menganjutkan agar dalam kajian tentang
perempuan harus dimulai dengan pengalaman dan perasaan
perempuan sendiri, baru kemudian mengaitkannya dengan
kepentingan institusi, organisasi sosial lainnya. Sehingga akan terlihat,
bagaimana posisi perempuan dalam budaya dan masyarakat?
Sehingga, pendekatan feminisme sangat kental dengan istilah
keberpihakan pada perempuan.
Selanjutnya, pembentukan teori feminisme akan dibicarakan
dalam BAB V.
D. AKSIOMA-AKSIOMA UNTUK SOSIOLOGI PEREMPUAN
Konsep sentral dalam memahami kondisi ketertindasan
perempuan dalam masyarakat ialah dalam konsep nilai guna dan nilai
tukar dalam konsep ekonomi. Ketika masyarakat digerakan oleh
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

26

konsep patriaki dan modernisasi maka nilai guna dan nilai tukar
menjadi konsep yang amat dipentingkan.
Dalam hal ini, kerja dinilai dalam nilai tukar secara ekonomis,
sehingga yang tidak menghasilkan secara ekonomi (uang) tidak
dianggap berguna. Akibatnya, pekerjaan perempuan dalam rumah
dianggap bukan kerja karena tidak bernilai secara ekonomis. Sehingga
tidak dihargai sebagai kerja, yang selanjutnya dapat dijadikan alasan
menganggap perempuan remeh dan dilecehkan. Karena dianggap
“menumpang” hidup dari penghasilan laki-laki.
Ketika perempuan menuntut persamaan hak, perempuan juga
menuntut persamaan nilai guna dan nilai tukar. Bahwa sebagai
individu, perempuan mempunyai keahlian dan kemampuan yang sama
dengan kaum laki-laki, sehingga ia juga dapat menghasilkan secara
ekonomi.
Sayangnya, hal ini menyebabkan masalah sosial baru, karena
tidak diimbangi dengan perbaikan di ramah domestik. Artinya,
pekerjaan domestik tidak mendapat perhatian serius lagi, yang
menyebabkan dis-harmonisasi keluarga. Sementara dalam diri
perempuan sendiri terdapat “retak jiwa” akibat beban ganda yang
harus ditanggungnya.
Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si)

26

konsep patriaki dan modernisasi maka nilai guna dan nilai tukar
menjadi konsep yang amat dipentingkan.
Dalam hal ini, kerja dinilai dalam nilai tukar secara ekonomis,
sehingga yang tidak menghasilkan secara ekonomi (uang) tidak
dianggap berguna. Akibatnya, pekerjaan perempuan dalam rumah
dianggap bukan kerja karena tidak bernilai secara ekonomis. Sehingga
tidak dihargai sebagai kerja, yang selanjutnya dapat dijadikan alasan
menganggap perempuan remeh dan dilecehkan. Karena dianggap
“menumpang” hidup dari penghasilan laki-laki.
Ketika perempuan menuntut persamaan hak, perempuan juga
menuntut persamaan nilai guna dan nilai tukar. Bahwa sebagai
individu, perempuan mempunyai keahlian dan kemampuan yang sama
dengan kaum laki-laki, sehingga ia juga dapat menghasilkan secara
ekonomi.
Sayangnya, hal ini menyebabkan masalah sosial baru, karena
tidak diimbangi dengan perbaikan di ramah domestik. Artinya,
pekerjaan domestik tidak mendapat perhatian serius lagi, yang
menyebabkan dis-harmonisasi keluarga. Sementara dalam diri
perempuan sendiri terdapat “retak jiwa” akibat beban ganda yang
harus ditanggungnya.

Contenu connexe

Tendances

Teori sosiologi dan alam pendidikan
Teori sosiologi dan alam pendidikanTeori sosiologi dan alam pendidikan
Teori sosiologi dan alam pendidikanCheem Kurt
 
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakat
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan MasyarakatBab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakat
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakatnursyafiqahy
 
Budaya dan hak asasi manusia
Budaya dan hak asasi manusiaBudaya dan hak asasi manusia
Budaya dan hak asasi manusiaWahyu P
 
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologi
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologiTokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologi
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologiAkbarGhani1
 
Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Zubidah Naim
 
Ekonomi dualistik pptx
Ekonomi dualistik pptxEkonomi dualistik pptx
Ekonomi dualistik pptxImam Wicaksono
 
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologi
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologiBab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologi
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologiBudionoDrs
 
Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialKonstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialSuhadi Rembang
 
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...Rina Ren
 
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologi
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologiBab 1.b.peran dan fungsi sosiologi
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologiBudionoDrs
 
24490926 teori-sosiologi
24490926 teori-sosiologi24490926 teori-sosiologi
24490926 teori-sosiologiYolanda Sitepu
 
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakat
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakatBab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakat
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakatBudionoDrs
 
Sekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatSekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatLuqmanZaaba
 

Tendances (17)

Teori sosiologi dan alam pendidikan
Teori sosiologi dan alam pendidikanTeori sosiologi dan alam pendidikan
Teori sosiologi dan alam pendidikan
 
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakat
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan MasyarakatBab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakat
Bab 1: Pengenalan Sekolah dan Masyarakat
 
Budaya dan hak asasi manusia
Budaya dan hak asasi manusiaBudaya dan hak asasi manusia
Budaya dan hak asasi manusia
 
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologi
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologiTokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologi
Tokoh-tokoh sosiologi klasik, modern, Indonesia dan macam-macam Teori sosiologi
 
Modul 7
Modul 7Modul 7
Modul 7
 
Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]
 
Ekonomi dualistik pptx
Ekonomi dualistik pptxEkonomi dualistik pptx
Ekonomi dualistik pptx
 
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologi
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologiBab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologi
Bab 1.a pengertian dan perkembangan sosiologi
 
Apa itu sosiologi
Apa itu sosiologiApa itu sosiologi
Apa itu sosiologi
 
Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialKonstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...
Media massa dan feminisme (tugas matakuliah prinsop dasar komunikasi dan mana...
 
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologi
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologiBab 1.b.peran dan fungsi sosiologi
Bab 1.b.peran dan fungsi sosiologi
 
24490926 teori-sosiologi
24490926 teori-sosiologi24490926 teori-sosiologi
24490926 teori-sosiologi
 
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakat
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakatBab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakat
Bab 1 fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di m asyarakat
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Sekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatSekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakat
 

Similaire à TeoriGender

Similaire à TeoriGender (20)

Pluralisme dan gender
Pluralisme dan genderPluralisme dan gender
Pluralisme dan gender
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
1. istilah
1. istilah1. istilah
1. istilah
 
Gender
GenderGender
Gender
 
Feminisme esy
Feminisme esyFeminisme esy
Feminisme esy
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
 
1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt
 
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptxPPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
 
Tor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogorTor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogor
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
SEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.pptSEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.ppt
 
11897580.ppt
11897580.ppt11897580.ppt
11897580.ppt
 
S281
S281S281
S281
 
Contoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-wordContoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-word
 
Contoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-wordContoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-word
 
GENDER
GENDER GENDER
GENDER
 
GENDER
GENDERGENDER
GENDER
 
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiPola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
 
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AWEMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsx
 

Plus de evinurleni

Plus de evinurleni (20)

Abstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dllAbstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dll
 
Lampiran
LampiranLampiran
Lampiran
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitianPertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Lampiran
LampiranLampiran
Lampiran
 
Abstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dllAbstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dll
 
Abstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dllAbstrak,daftr isi,dll
Abstrak,daftr isi,dll
 
7. kapital sosial
7. kapital sosial7. kapital sosial
7. kapital sosial
 
6. guru
6. guru6. guru
6. guru
 
4. ruang kelas
4. ruang kelas4. ruang kelas
4. ruang kelas
 
3. sosialisasi
3. sosialisasi3. sosialisasi
3. sosialisasi
 
2. pendekatan pendidikan
2. pendekatan pendidikan2. pendekatan pendidikan
2. pendekatan pendidikan
 
8. outline sak
8. outline sak8. outline sak
8. outline sak
 
7. merumuskan masalah
7. merumuskan masalah7. merumuskan masalah
7. merumuskan masalah
 

TeoriGender

  • 1. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) KONSEP SOSIOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN A. PERKEMBANGAN RELASI LAKI-LAKI PEREMPUAN DALAM KELUARGA DAN Sebagaimana disebutkan di atas, konsep pernikahan dan keluarga merupakan fakta sejarah awal di mana perempuan mengalami “perumahan” (domestikasi). Pembagiana peran gender mengalami “patenisasi”; dimana laki-laki bertanggung jawab di lingkup publik dan perempuan di lingkup domestik. Atau dengan kata lain, perempuan menjalankan fungsi sebagai pengasuh anak (suami), pemelihara rumah dan pengolah makanan produksi rumah tangga. Dalam konsep patriakal, keluarga dibangun dalam kepentingan kaum laki-laki, dimana seluruh kepentingan keluarga diarahkan pada laki-laki sebagai kepala dan anak laki-laki sebagai calon kepala keluarga. Sehingga perempuan menjadi the second sex yang kepentingannya selalu nomor dua. Bahkan karena konsep “hak milik” perempuan selanjutnya disebut hak suami dan hak ayahnya. Sehingga, banyak ketidakadilan yang terjadi atas perempuan karena konsep hak milik ini. Misalnya, perempuan dijodohkan atas dasar kepentingan orang tua terhadap ekonomi keluarga. Atau perempuan “dijual” demi kepentingan nafkah keluarga. Bahkan perempuan, mengalami KDRT dan tidak mendapat rehabilitasi hukum, karena dianggap hak suami atau ayah untuk “mengganjar” perempuan dalam rumahnya. Dalam relasi yang demikian, muncul masalah sosial yakni tindakan kekerasan terhadap perempuan. Jika disimak dalam gambar, seperti berikut ini:
  • 2. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 22 Dalam struktur keluarga yang demikian, laki-laki dan perempuan dalam relasi yang tarik menarik bahkan “saling menguasai”. Oleh sebab itu, gender merupakan sebuah konsep untuk memaparkan realitas relasi laki-laki dan perempuan yang sudah tidak setara. Bahwa ada pihak tertentu dalam relasi yang demikian sudah mengalami penindasandan ketidakadilan bahkan kekerasan. Oleh sebab itu, konsep kesetaraan dan pemberdayaan merupakan sebuah konsep sosiologis yang juga dapat diterapkan dalam relasi gender yang timpang ini. Perlu dicatat, bahwa sejauh tidak memunculkan ketidakadilan, maka relasi gender bukan masalah. Tetapi dalam kenyataannya, relasi gender yang timpang menyebabkan banyak ketidakadilan. Dan dalam hal ini, perempuan ternyata seringkali menjadi “korban” ketidakadilan peran gender dalam masyarakat tersebut. Selain itu, dalam keluarga dikenal juga dengan istilah peran ganda perempuan. Di mana peran domestik perempuan tidak dianggap sebagai “kerja” karena tidak menghasilkan uang, tetapi diperhitungkan sebagai kewajiban. Sementara laki-laki tidak memiliki kewajiban yang sama di ranah domestik. Ketika arus modernisasi membawa perempuan sebagai pekerja publik, perempuan mengalami beban
  • 3. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 23 ganda, di dalam dan luar rumah, jam kerja menjadi 16 jam, sementara laki-laki rata-rata hanya 8-12 jam saja. B. PENDEKATAN PEREMPUAN SOSIOLOGI DALAM KAJIAN TTG Ada 3 (tiga) pendekatan kontemporer untuk melakukan kajian terhadap relasi gender dalam masyarakat, yakni: 1. Pendekatan Fungsional (Studi tentang budaya laki-laki) Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada stabilitas sosial atau harmonisasi sosial, yang menyumbangkan pada pemeliharaan harmoni masyarakat dengan perubahan yang bertahap (evolusi alamiah). Dalam hal ini, perempuan hanya akan dilihat dalam fungsifungsi dan peran-perannya, “sejauh” menyumbangkan stabilitas sosial atau dianggap fungsional, sementara tuntutan peran publik perempuan dianggap sebagai dis-fungsional. Dalam kritik terhadap konsep di atas, ternyata realitasnya, masyarakat memandang perempuan sebagai pelayan dalam “budaya laki-laki”. Dalam kajian Kingsley Davis, bahkan secara ekstrim mengatakan bahwa secara klasik, perempuan sudah menjadi “pelacur” dalam rumahnya (pelayan laki-laki) dan dalam kehidupan sehari-hari mengalami penindasan, kekerasan dan korban kejahatan. Ia berasumsi bahwa perempuan sebagai pelayanan kebutuhan laki-laki (seksual, konsumsi dan perumahan). Dalam hal ini, masyarakat sudah melakukan dis-fungsi terhadap perempuan sebagai individu dan mahluk sosial, sebagaimana kaum laki-laki.
  • 4. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 2. Peran-peran Perempuan) Jenis kelamin (Fokus 24 dalam Sosiologi Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada deskripsi pembagian peran gender dalam masyarakat, yakni perbedaanperbedaan jenis kelamin yang menyebabkan pembagian peran dan fungsi yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Dalam karya Talcott Parsons, membuktikan bahwa dalam masyarakat memang terdapat pembedaan peran perempuan dan lakilaki, bahkan terdapat norma juga yang membatasi peran-peran tersebut. Dalam hal ini, perempuan merupakan kelompok minoritas yang perannya selalu “setelah laki-laki”. 3. Teori Konflik antar Peran Jenis Kelamin Ciri pendekatan ini ialah menekankan pada deskripsi konflik peran antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja. Teori ini berkonsentrasi pada kenyataan posisi perempuan di dalam pasar tenaga kerja (lingkup publik). Dalam hal ini, perempuan dianggap sebagai harta laki-laki, yang selanjutnya menimbulkan konflik peran antara laki-laki dan perempuan. Konflik peran ini sendiri muncul akibat penolakan perempuan secara terstruktur atas penindasan budaya-sosial terhadap perempuan yang tidak memberikan ruang publik bagi perempuan untuk mengekspresikan dirinya. Menurut Rendall Collins, perempuan dianggap sebagai “harta seksual” milik keluarga dan suami yang mendapat legitimasi secara hukum dalam masyarakat dan pasar kerja. Konflik peran ini nyata terlihat dalam konsep bahwa perempuan yang berkerja hanya dianggap sebagai pekerja tambahan untuk membantu nafkah kelurga. Jika penghasilan keluarga cukup maka perempuan tidak akan “diijinkan” bekerja.
  • 5. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 25 C. PEMBENTUKAN TEORI SEBAGAI SUATU PROSES FEMINIS Tiga pendekatan di atas bermuara pada pembentukan konsep. Konsep merupakan sistem peristilahan yang memberi kemungkinan untuk dapat memahami topik yang dipelajari. Konsep merupakan istilah abstrak dan konkrit yang diungkapkan dalam bahasa yang dapat diterima oleh masyarakat. Dan seringkali bahasa yang disampaikan merupakan sebuah bentuk kritik terhadap masyarakat dan kondisi sosial yang tidak adil. Konsep merupakan sebuah usaha juga untuk menamakan fenomena yag terjadi dalam masyarakat sekaligus juga membandingkannya dengan konsep idealnya. Itu sebabnya proses pembentukan teori dapat dikatakan merupakan sebuah proses feminis. Sebagaimana pendekatan Max Weber dalam verstehen (pemahaman) ada usaha untuk memahami kenyataan sosial dan kemudian membahasakannya, selanjutnya menemukan cara untuk mengurangi bias atau disfungsi dalam masyarakat. Dorothy Smith menganjutkan agar dalam kajian tentang perempuan harus dimulai dengan pengalaman dan perasaan perempuan sendiri, baru kemudian mengaitkannya dengan kepentingan institusi, organisasi sosial lainnya. Sehingga akan terlihat, bagaimana posisi perempuan dalam budaya dan masyarakat? Sehingga, pendekatan feminisme sangat kental dengan istilah keberpihakan pada perempuan. Selanjutnya, pembentukan teori feminisme akan dibicarakan dalam BAB V. D. AKSIOMA-AKSIOMA UNTUK SOSIOLOGI PEREMPUAN Konsep sentral dalam memahami kondisi ketertindasan perempuan dalam masyarakat ialah dalam konsep nilai guna dan nilai tukar dalam konsep ekonomi. Ketika masyarakat digerakan oleh
  • 6. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 26 konsep patriaki dan modernisasi maka nilai guna dan nilai tukar menjadi konsep yang amat dipentingkan. Dalam hal ini, kerja dinilai dalam nilai tukar secara ekonomis, sehingga yang tidak menghasilkan secara ekonomi (uang) tidak dianggap berguna. Akibatnya, pekerjaan perempuan dalam rumah dianggap bukan kerja karena tidak bernilai secara ekonomis. Sehingga tidak dihargai sebagai kerja, yang selanjutnya dapat dijadikan alasan menganggap perempuan remeh dan dilecehkan. Karena dianggap “menumpang” hidup dari penghasilan laki-laki. Ketika perempuan menuntut persamaan hak, perempuan juga menuntut persamaan nilai guna dan nilai tukar. Bahwa sebagai individu, perempuan mempunyai keahlian dan kemampuan yang sama dengan kaum laki-laki, sehingga ia juga dapat menghasilkan secara ekonomi. Sayangnya, hal ini menyebabkan masalah sosial baru, karena tidak diimbangi dengan perbaikan di ramah domestik. Artinya, pekerjaan domestik tidak mendapat perhatian serius lagi, yang menyebabkan dis-harmonisasi keluarga. Sementara dalam diri perempuan sendiri terdapat “retak jiwa” akibat beban ganda yang harus ditanggungnya.
  • 7. Sejarah dan Teori Gender (Evi Nurleni, M.Si) 26 konsep patriaki dan modernisasi maka nilai guna dan nilai tukar menjadi konsep yang amat dipentingkan. Dalam hal ini, kerja dinilai dalam nilai tukar secara ekonomis, sehingga yang tidak menghasilkan secara ekonomi (uang) tidak dianggap berguna. Akibatnya, pekerjaan perempuan dalam rumah dianggap bukan kerja karena tidak bernilai secara ekonomis. Sehingga tidak dihargai sebagai kerja, yang selanjutnya dapat dijadikan alasan menganggap perempuan remeh dan dilecehkan. Karena dianggap “menumpang” hidup dari penghasilan laki-laki. Ketika perempuan menuntut persamaan hak, perempuan juga menuntut persamaan nilai guna dan nilai tukar. Bahwa sebagai individu, perempuan mempunyai keahlian dan kemampuan yang sama dengan kaum laki-laki, sehingga ia juga dapat menghasilkan secara ekonomi. Sayangnya, hal ini menyebabkan masalah sosial baru, karena tidak diimbangi dengan perbaikan di ramah domestik. Artinya, pekerjaan domestik tidak mendapat perhatian serius lagi, yang menyebabkan dis-harmonisasi keluarga. Sementara dalam diri perempuan sendiri terdapat “retak jiwa” akibat beban ganda yang harus ditanggungnya.