Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Publicité
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
Prochain SlideShare
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Chargement dans ... 3
1 sur 29
Publicité

Contenu connexe

Publicité

Makalah kewarganegaraan

  1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus bangsanya. Selaku masyarakat, warga bangsa dan Negara, tiap warga Negara diharapkan berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan yang selalu mengalami perubahan sebagai dampak dinamika budaya dalam hubungan internasional. Hakikat pendidikan kewarganegaraan merupakan upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia. Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban). Sehubungan dengan itu, maka Pendidikan Tinggi di Indonesia tidak
  2. 2 dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh tantangan. Karena itu setiap PErguruan Tinggi di Indonesia, haruslah dikembangkan menjadi lingkungan ilmiah yang dinamik, berwawasan budaya bangsa, bermoral keagamaan dan berkepribadian Indonesia. Sebagai upaya konkrit untuk membekali mahasiswa di Indonesia berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai, sikap dan kepribadian Indonesia, telah diotetapkan Surat Keputusan Dirjen Dikti DEpartemen Pendidikan Nasional No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah Kepribadian di PErguruan Tinggi yang terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia yang dikelompokkan menjadi Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MKP). Kemudian UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi menyebut secara eksplisit bahwa kuruikulum perguruan tinggi di Indonesia wajib membuat mata kuliah di andalkan kepda Pendidikan Agama, wajib memuat mata kuliah pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama serta Bahasa Indonesia, yang dikelompokkan menjadi Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan. Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan
  3. 3 lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya. Dalam menghadapi globalisasi warga Negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela Negara demi keutuhan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu Pendidikan Kewwraganegaraan mengingatkan setiap warga Negara Indonesia akan pentingnya nilai-nilai, hak dan kewajiban, agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Karena dinilai sangat penting, maka Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sudah diterapkan sejak usia dini hingga pada perguruan tinggi. Melalui pendidikan kewarganegaraan warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah- masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasional sebagai diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Kaena itu, sebagai generasi penerus bangsa, setiap warga Negara Indonesia haruslah menadari arti pentingnya pancasila sebagai dasar dan ideology Negara, persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan dalam berbangs adan bernegara, pengakuan dan pentingnya Hak dan Asasi Manusia, konstitusi Negara yang mengatur hubungan pemerintah dengan rajkyat dan kekuasaan dalam Negara. Selain itu, warga Negara juga diharapkan dapat memahami kebutuhan-kebutuhan warga negra dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengenal dengan baik sistem kekuasaan dan politik yang diterapkan dalam Negara Republik Indonesia. Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara
  4. 4 kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.
  5. 5 BAB II ISI 2.1 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1790 dengan tujuan untuk meng-Amerika-kan bangsa Amerika dengan nama “Civics”. Henry Randall Waite yang pada saat itu merumuskan pengertian Civicsdengan “The science of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual in his relation to the state”. Pengertian tersebut menyatakan bahwa ilmu Kewarganegaraan membicarakan hubungan antara manusia dengan manusia dalam perkumpulan perkumpulan yang terorganisasi (organisasi social ekonomi, politik) dengan individu-individu dan dengan negara. Sedangkan di Indonesia, istilah civics dan civics education telah muncul pada tahun 1957, dengan istilah Kewarganegaraan,Civics pada tahun 1961 dan pendidikan Kewargaan negara pada tahun 1968. (Bunyamin dan Sapriya dalam Civicus, 2005:320). Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk dalam kurikulum sekolah pada tahun 1968, namun pada tahun 1975 nama pendidikan kewarganegaraan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada tahun 1994, PMP berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Sejarah lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan berawal dari pelajaran sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan kemerdekaan samapai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga jaman reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan kemerdekaan itu ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan, kesemuaanya itu tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujud Negara Kesatuan
  6. 6 Republik Indonesia. Apresiasi menimbulkan rasa senang, sayang cinta, keinginan untuk memelihara melindungi atau membela. Pendidikan Kewarganegaraan diselenggarakan untuk membekali para peserta didik selaku calon pemimpin di masa depan dengan kesadaran bela Negara serta kemampuan berpikir secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional kesadaran bela Negara ini terwujud sebagai kerelaan dan kesadaran melangsungkan hidup bangsa dan Negara melalui bidang profesinya kesadaran bela Negara, dengan demikian kesadaran bela Negara mengandung arti : 1. Kecintaan kepada tanah air. 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara. 3. Keyakinan akan Pancasila dan UUD 1945. 4. Kerelaan Berkorban bagi bangsa dan Negara. 5. Sikap dan prilaku awal bela Negara. Memahami juga tentang empat pilar kebangsaan sesuai dengan Amademen 1998- 2001 UUD 1945 yaitu: 1. Pancasila. 2. UUD 1945. 3. Negara Kesatuan Republik Indonesia serta sekarang yang terlupakan 4. Bhineka Tunggal Ika. Kemampuan berpikir komprehensif intergral adalah kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dalam kaitannya dengan keseluruhannya jika kita melihat suatu peristiwa di masyarakat kita tidak memandang peristiwa itu menurut pandangan individu/golongan, melainkan berdasarkan pandangan/kepentingan bersama yaitu kepentingan masyarakat/bangsa dari berbagai aspek kehidupan. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan samapai hingga era kemerdekaan menimbulkan kondisi dan menuntut yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut dianggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa tekad dan semangat kebangsaan. Kesamaan itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara kesatuan Republik Indonesia dalam wadah nusantara.
  7. 7 Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan fisik merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa tidak mengalami penurunan pada titik yang kritis hal ini disebabkan antara lain oleh globalisasi. Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga kemasyrakatan internasional Negara-negara maju yang ikut mengatur peraturan perpolitikan perekonomian social budaya serta pertahanan keamanan global kondisi ini menimbulkan berbagai konflik kepentingan antara Negara berkembang dan lembaga Internasional maupun antara Negara berkembang. Perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing tersebut memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umumnya dan peserta didik sebagai calon cendikiawan pada khususnya melalui pendidikan Kewarganegaraan. Semangat perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah telah terbukti dalam perang kemerdekaan 17 Agustus 1945. Semangat tersebut dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan di iklaskan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilainilai perjuangan bangsa Indonesia. Semanagt perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap patriot dan kekuatan kebangsaan inilah harus dimiliki oleh setiap orang bangsa Indonesia. Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semanagat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang amat menajubkan dalam masa perjuangan fisik. Dalam menghadapi globalisasi dan mantap masa depan untuk mengisi kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan pejuang non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non fisik tersebut memerlukan sarana kegiatan Pendidikan bagi 3 setiap Warga Negara Indonesia pada umumnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang duhulu lebih dikenal dengan sebutan “ Kewiraan ”.
  8. 8 Agar lebih jelasnya, berikut ini akan disebutkan secara kronologis sejarah timbulnya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Dalam tatanan kurikulum pendidikan nasional terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengembanisasi demokrasi di Indonesia,yakni : 1. Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi negara , ilmu bumi, dan kewarganegaraan ( 1954 ) 2. Civics ( 1957/1962 ) 3. Ditingkat perguruan tingi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945 ( 1960-an) 4. Filsapat Pancasila ( 1970- sampai sekarang ) 5. Pendidikan kewarganegaraan civics dan hukum ( 1973 ) 6. Pendidikan moral atau PMP ( 1975 /1984 ) 7. Pendidikan kewiraan ( 1989-1990-an) 8. Dan pendidikan kewarganegaraan ( 2000-sekarang ) 2.1.1.Civic Menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, Kewiraan Dan Nama Civic Education Di Beberapa Negara. Civic mula-mula dipelajari di AS tahun 1790. Civic digunakan bangsa America Sericat untuk menyatukan bangsa America Sericat yang terdiri dari berbagai suku bangsa imigran Asia, Eropah, Africa, Australia dan lain-lain yang datang, hidup dan menetap di America Sericat. Istilah menyatukan bangsa America Sericat di kenal dengan istilah : Theory of Americanization. Civic diajarkan di Indonesia secara resmi tahun 1948 setelah Indonesia Merdeka. Tujuan pengajaran Civics untuk menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, etnis, agama, kebudayaan, dan bahasa yang berbeda-beda. Tahun 1954 Civic diganti dengan kewarganegaraan tahun 1961 kewarganegaraan diganti dengan kewargaan negara atas usul Prof. Dr. Sahardjo, SH sesuai pasal 26 UUD 1945 sebelum di amandemen. Karena civic diganti dengan kewarganegaraan, maka materi kewarganegaraan tidak berlaku lagi sehingga
  9. 9 materi Civic diganti dengan materi Pancasila, UUD 1945, TAP MPRS, dan PBB, hingga Rezim ORDE BARU. Sejarah Indonesia dan ilmu Bumi berdasarkan instruksi Mendikbud/Dirjendikdas No. 13 Tanggal 28 Juni 1967. Tahun 1972 Civic diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara sedangkan Civic Education di gantikan Pendidikan Kewarganegaraan disingkat dengan PKn Kurikulum tahun 1975 PKn diganti dengan Pendidikan Moral Pancasila Kurikulum Tahun 1984 PMP tetap. Kurikulum Tahun 1994 PMP dikanti dengan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Kurikulum Tahun 2004, istilah PPKn diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan samapai dengan Kurikulum 2006. 2.2.2 Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan Nasional (UU II 20/2003) Pendidikan Nasional Berfungsi : Pasal 3 UU RI No 20 Tahun 2003 “ Mengembangkan Kemampuan dan Membentuk Watak Serta Peradaban Bangsa Yang Bermartabat Dalam Rangka Mencerdaskan Kehidupan Bangsa “. Pendidikan Nasional Bertujuan : Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 :…Untuk Perkembangan Potensi Peserta Didik Agar Menjadi Manusia Yang Beriman Dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreaktif, mandiri Dan Menjadi Warganegara Yang Demokratis Dan Bertanggung Jawab. Pasal 37 (1) UU RI no. 20 Tahun 2003 : Dalam penjelasan “ Pendidikan Kewarganegaraan dimaksud untuk membentuk peserta Didik menjadi Manusia yang memiliki rasa Kebangsaan dan Cinta Tanah Air”. Visi : Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 : Sumber Nilai Dan Pedoman Penyelenggaraan Program Studi Dalam Mengantarkan Mahasiswa Untuk; “ Mengembangkan Kepribadiannya selaku Warganegara yang Berperan Aktif”. “ Menegakkan Demokrasi Menuju Masyarakat Madani” Misi : Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Surat Keputusan Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep./2002 :
  10. 10 Membentu mahasiswa selaku warga Negara, agar mampu: - Mewujudkan Nilai- Nilai Dasar Perjuangan Bangsa Indonesia. - Mewujudkan Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara. - Menerapkan Ilmunya Secara Bertanggung Jawab Terhadap Kemanusiaan. Empat Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 Bertujuan Untuk Menguasai : - Kemampuan Berfikir. - Bersikap Rasional, Dan Dinamis. - Berpandangan Luas Sebagai manusia Intelektual. Mengantarkan Mahasiswa Selaku Warganegara, Memiliki : a. Wawasan Kesadaran Bernegara, untuk : Bela Negara Dan Cinta Tanah Air. b. Wawasan Kebangsaan, Untuk : Kesadaran Berbangsa Dan mempunyai Ketahanan Nasional. c. Pola Pikir, Sikap yang Komprehensif- Integral pada seluruh Aspek Kehidupan Nasional. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 agar mahasiswa : a. Memiliki Motivasi menguasai materi Pendidikan Kewarganegaraan. b. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan kedudukan serta kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan warganegara yang terdidik. c. Memiliki tekad dan kesedian dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai berbangsa dan bernegara untuk menciptakan masyarakat madani. 2.2.3 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia Sejak 1960 Sampai Saat Ini : - Civic/Kewargaan Negara : SMA/SMP 1962, SD 1968, SMP 1969, SMA 1969. - Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) SD 1968, PPSP 1973. - Pendidikan Moral Pancasila (PMP) SD, SMP, SMA 1975, 1984. - Pendidikan Pancasila : PT 1970-an-2000-an. - Pendidikan Kewiraan : PT 1960-an-2001.
  11. 11 - Pendidikan kewarganegaraan: PT 2002-sekarang - Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn) SD, SMP, SMA 1994- Sekarang. - Pendidikan Kewargaan : IAIN/STAIN 2002-sekarang (rintisan). - Pendidikan Kewarganegaraan (PKn): SD, SMP, SMA, PT UU No.20 Thn 2003 Tentang SISDIKNAS. - Kalau jadi nantinya ada peninjauan kembali tentang PKn / Kurikulum Baru kembali kepada Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebagai pelajaran Etika, Moral, Estetika (Ideologi Negara) dan UUD 1945, Norma-norma kehidupan Masyarakat berbangsa dan bernegara. 2.2.4 Masa Pendidikan Kewiraan Di Perguruan Tinggi Era 1960 – 2000 Ada istila dengan Walawa yaitu wajib latihan mahasiswa, dimasukkan kedalam Ektrakurikuler anatar Universitas di beberapa Perguruan Tinggi Negeri ini pada tahun 1970-an ada menjadi Resimen Mahasiswa Berdasarkan territorial ABRI dengan dibentuknya Yon Resimen Mahasiswa di beberapa perguruan Tinggi seperti Yon Maha Jaya, Maha Surya Dan Seterusnya, dan di jadikan Tamtama Cadangan Nasional (Tentara Cadangan ), Memiliki sertifikat berlatih di pusat Militer selama lebih kurang 3 Bulan. Diberikan Pendidikan perwira cadangan kalau sudah menjalani Tugas Akhir. Berdasarkan Surat Keputusan bersama MendikbudMenhankam/Pangab Untuk Perguruan Tinggi Nasional no.0228/U/73 dan Keputusan Bersama No. 43/XII/1973 pada tanggal 08 Desember 1973.atau diberi Pendidikan Wajib Militer pada program tertentu seperti Sarjana Muda ( Diploma III) setelah selesai dengan pengabdian selama satu tahun di TNI dengan Pangkat Letnan Dua. Atau tamatan pendidikan Istitut Agama 5 Islam Nasional program sarjana strata satu dengan pangkat Letnan Satu bertugas dengan bimbingan Mental bagi anggota TNI. 2.2.5 Konseptual Pendidikan Kewarganegaraan Di Dunia
  12. 12 a. Civics, Civic Education ini di USA b. Citizenship Education ini di Ukraina c. Ta’limatul Muwwatanah, Tarbiyatul Al Watoniyah ini di Timur Tenggah. d. Educacion Civicas ini diajarkan di Mexico. e. Sachunternicht ini di ajarkan di Jerman. f. Civics, Social Studies ini diajarkan di Australia. g. Cocial Studies di ajarkan Negara USA New Zealand. h. Life Orientation di ajarkan Negara Afrika Selatan. i. People And Society di ajarkan Negara Hongaria. Civics And Moral Education diajarkan Negara Singapore j. Obscesvovedine diajarkan Negara Rusia. Pendidikan Kewarga Negaraan sebagai salah satu mata pelajaran tidak bisa berdiri sendiri, tetapi perlu dibantu oleh mata pelajaran lain, salah satunya adalah Pendidikan IPS. Maka pada tahun 1969 Prof. Dr. Sabardjo, SH dengan menerapkan konsep social Studies di AS memasukan unsur Pendidikan IPS di Indonesia. Karena Pendidikan IPS masuk dalam kurikulum tahun 1975. Konsep Tri Social Studies Tradition adalah sebagai berikut : Social Studies AS Citizenship Transmission untuk menanamkan nilai, sikap budi pekerti yang baik atau good Citizenship. Social Studies As Social Science untuk menanamkan Pengetahuan, kecakapan berpikir, peka terhadap perubahan, Inovatif sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu social. Social Studies As Reflective Inquiry untuk membentuk ketrampilan hidup (Life Skills), Tepo Saliro, Tenggangrasa, Empaty dan Simpaty. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah menyangkut hubungan antara warga Negara dan Negara serta pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) dalam pelaksanaanya selama ini pada jenjang pendidikan dasar dan Pendidikan menengah, Pendidikan Kewarganegaraan digabung dengan Pendidikan Pancasila menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sedangkan di perguruan Tinggi pendidikan kewiraan dikenal dengan pendidikan Kewiraan yang lebih menekan pada pendidikan pendahuluna Bela Negara (PPBN).
  13. 13 Berdasarkan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 056/U/1994 tentang penyusunan kurikulum Perguruan Tinggi dan penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa, “ Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam mata kuliah umum(MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi.” Dengan demikian Pendidikan Kewiraan tidak hanya berisi PPBN tetapi juga berisikan Pendidikan Kewarganegaraan”. Sebutan mata kuliah umum kemudian diganti dengan sebutan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, materi pendidikan Kewiraan di samping membahas tentang PPBN juga di tambah dengan pembahasan tentang hubungan antara warganegara dengan Negara. Sebutan Pendidikan “ Kewiraaan “ kemudian diganti dengan sebutaan “ Pendidikan KewargaNegaraan “ berdasarkan surat keputusan Dirjen Dikti Nomor 267/DIKTI/2000, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) merupakan satu komponen yang tidak dapat di pisahkan dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam susunan Kurikulum inti Perguruan Tinggi di Indonesia. Selanjutnya bagi Dosen pengampu mata kulih ini harus di perhatikan rambu-rambu tersebut agar dapat menyusun bahan ajaran pendidikan Kewarganegaraan selanjutnya dan juga diperhatikan Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang” Sistem Pendidikan Nasional” tentang dasar fungsi dan tujuan pendidikan sesuai pasal 2 di katakana “ Pendidikan Nasional 6 Berdasarkan Pancasila Dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “ Selanjutnya Pasal 3 dikatakan “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
  14. 14 2.2 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Dalam kehidupn berbangsa dan bernegara dewasa ini, Indonesia setidaknya dihadapkan pada tiga permasalahan utama, yaitu tantangan dan mainstream globlisasi, permassalahan-permasalahan internal seperti korupsi, destabilisasi, separatism, disintegrasi dan terorisme serta permasalahan agar ‘roh’ dan semangat refoormasi tetap berjalan pada relnya (on the right track). Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yang melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik, atau kriteria rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung dalam setting pendidikan formal atau informal, langsung atau tidak langsung. Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap (Lawrence J. Saha dan Aly, 2005). Sementara itu menurut James A. Bank (2001) pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan- kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, untuk melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni keterampilan menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya mampu bersikap toleran dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk kesejahteraan bersama. Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civic education, Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai democrcy education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
  15. 15 Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut: 1. Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics, pada tahun 1886, merumuskan pengertian Civics dengan The sciens of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dan antara individu- individu dengan negara. 2. Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalahcitizenship mempunyai dua makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan termasuk kedudukan yang berkaitan dengan hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab 3. Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics adalah kajian yang berkaitan dengan pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara. 4. Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis 5. Menurut Muhammad Numan Soemantri, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut : a. Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah;
  16. 16 b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan prilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokrasi; c. dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat- syarat objektif untuk hidup bernegara 6. Menurut Azyumardi Azra, pendidikan kewarganegaraan, civics education dikembangkan menjadi pendidikan kewargaan yang secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia, global society. 7. Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertiancivic education (Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program Civic Education yang diharapkan akan menolong para peserta didik (mahasiswa) untuk: a. Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional. b. Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara. Jadi, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan Hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
  17. 17 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau sering disebut to be good citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual, emosional,sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta sebagai Pengembang Civics Education di Perguruan Tinggi yang pertama. Sedangkan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zemroni, Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesian for Civics Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainnya. Pendidikan Kewargaan semakin menemukan momentumnya pada dekade 1990-an dengan pemahaman yang berbeda- beda. Bagi sebagian ahli, Pendidikan Kewargaan diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi ( democracy Education), Pendidikan HAM ( human rights education ) dan Pendidikan Kewargaan ( citizenship education ). Menurut Azra, Pendidikan Demokrasi (democracy Education) secara subtantif menyangkut sosialisai, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui pendidikan. Masih menurut Azra, Pendidikan Kewargaan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM. Karena, Pendidikan Kewargaan mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga- lembaga demokrasi, rule of law , hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-
  18. 18 lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum, pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan sosial, pengertian antarbudaya dan kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi manusia. Sedangkan Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. 2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) adalah untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan kultural, toleransi kultural, penghargaan terhadap identitas kultural, sikap responsive terhadap budaya, keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang kesadaran perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran; memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang, memberikan alatalat konseptual untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan keterampilan interpersonal; memberikan teknikteknik evaluasi; membantu klarifikasi nilai; dan menjelaskan dinamika kultural. Pendidikan kewarganegaraan sebagai Pendidikan multikultural dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
  19. 19 Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37). Ketentuan ini lebih jelas dan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan dari UndangUndang tersebut bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan adanya ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan kewarganegaraan sebagai basis pengembangan masyarakat multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia semakin jelas dan mantap. Pendidikan Pancasila dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), terutama meliputi PKn bagi pendidikan dasar dan menengah; dan Pendidikan Pancasila bagi PT. Semuanya bertujuan membina kesadaran dan kebanggaan nasional SDM warga negara, sebagai subyek penegak budaya dan moral politik NKRI sekaligus sebagai bhayangkari integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila. Tema ini diklarifikasi dalam pendekatan filosofis-ideologis dan konstitusional, berdasarkan asas imperatif. Artinya, setiap bangsa dan negara secara niscaya (a priori) mutlak melaksanakan visi-misi nilai filsafat negara (dasar negara, dan atau ideologi negara) sebagai fungsi bangsa dan negaranya. Maknanya, demi integritas bangsa dan Negaranya maka mendidik kader bangsa semua warga negaranya untuk menegakkan sistem nilai kebangsaan dan kenegaraannya; seperti: sistem kapitalisme- liberalisme, zionisme, marxisme-komunisme, theokratisme, sosialisme. Tujuan ini hanya terwujud, berkat pendidikan yang dimaksud. Berdasarkan asas normatif filosofis-ideologis dan konstitusional sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi seutuhnya, dan demi integritas wawasan nasional dan SDM Indonesia yang adil dan beradab (bermartabat) maka ditetapkanlah program Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Sebagai amanat nilai dasar Negara dan UUD Negara, maka sistem pendidikan nasional berkewajiban (imperatif) melaksanakan visi-misi pembudayaan nilai dasar negara Pancasila, baik sebagai dasar negara maupun sebagai ideologi negara (ideologi nasional). Visi-misi demikian tersurat dan tersirat dalam UUD
  20. 20 Proklamasi seutuhnya. Untuk pelaksanaannya secara melembaga, sebagai kurikulum dasar (core curriculum, kurikulum inti) semua jenjang dan jenis pendidikan melaksanakan dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Inilah visi-misi Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi khususnya, dan pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk semua tingkat dan jenis pendidikan umumnya. Dengan berpedoman kepada pasal-pasal UUD, Proklamasi ini, dapat dikembangkan tujuan, isi dan program pembinaan SDM unggulkompetitif-terpercaya sebagai subyek dalam NKRI. Mereka wajib dikembangkan sesuai kaidah fundamental Pancasila dan UUD Proklamasi; terutama, dalam hal: 1. Pembudayaan dasar negara Pancasila, khususnya sila I (Pasal 29) sebagai landasan moral watak dan kepribadian SDM Indonesia; 2. Dalam bidang HAM mulai nilai sila I – II – IV dan V, dan jabarannya dalam UUD (Pasal 28, 34) perlu pembudayaan dan pengamalan yang nyata. 3. Khusus kondisi sosial ekonomi, karena cukup menyimpang dari nilai dasar Pancasila dan UUD (terutama sila V dan Pasal 33, 34) maka realitas aktual berupa ekonomi liberal dan penguasaan berbagai sumber daya alam yang vital dan potensial oleh investor, maka pendidikan kita kepada generasi penerus menjadi sekedar propaganda dan kebohongan publik (yang mungkin ditertawakan mereka). Tujuan Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education) berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No. 43 /DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi dan misi dalam kompetensi sebagai berikut : 1. Visi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembanan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memililki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta yanah air dan bangsanya.
  21. 21 2. Misi pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiwa memantapkan kepribadiannya , agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengenbankan ilmub pengetahuan , teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.. Dengan menguasai Pendidikan Kewarganegaraan warga negara dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, serta bertindak secara cerdas dan Kegiatan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan sesarna d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 2.4 Landasan Pendidikan Kewarganegaraan Pencapaian cita-cita nasional harus didukung oleh kemampuan manusia Indonesia yang professional dan berkualitas moral kebangsaanyang mewujud dalam sikap dan perilaku cinta tanah air daan yakin akan perjuangan menuju citta-cita nasional. “Dwi warna purwa, cendekia wasana” demikian Ki Hajar Dewantara mencerminkan kehendak untuk membangun manusia indonesi yang memiliki sikap perilaku moral kebangsaan yang cinta tanah air, sadar akan hak, kewajiban serta professional. Sikap ini dapat menjadi pengarah, penjamin upaya pembangunan agar tetap berada dalam rel yan benar, yakni rel kebangsaan Indonesia. Sikap perilaku warga Negara yang
  22. 22 cinta tanah air dan sadar hak dan kewajiban, salah satunya diupayakan dalam pendidikan kewarganegaraan yang merupakan bagian integral upaya membangun SDM. a. Landasan Filosofi Salah satu tujuan nassiional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cerdas dalam arti luas, bukan hanya intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang yang dilandasi oleh Pancasila. Sebagai ideology nasional, Pancasila merupakan kekuatan pemersatu dalam pembangunan karakter bangsa yang salah sarunya ialah semangat kebangsaan atau semangat persatuan yng multicultural dalam Bhineka Tunggal Ika. Membangun semangat kebangsaan dalam mengisi kermerdekaan dalam segala asek tidak mudah, ia memerlukan penyadaran sikap hidup warga Negara yang menghargai nilai-nilai demokrasi, kemanusian, keadilan social, cinta tanah air, memiliki kesadaran hokum, dan kemampuan bela Negara. Nilai-nilai tersebuat harus disemai, ditanam, dipupuk dan dibesarkan secara terencana, teratur, dan terarah pada seluruh lapisan masyarakat agar tumbuh warga Negara yang cerdas menghadapi zamannya. b. Landasan Historis Setiap Negara mempunyai perjalanan hidup yang membentuk eksistensi Negara dan warganya, tak terkecuali Indonesia. Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai tantangan untuk menjai sebuah Negara yang diakui oleh dunia. Kolonialisme yang menyebabkan bangsa Indonesia, yang mendiami wilayah nusantara menjadi bodoh, hidan, dan miskin. Di balik itu, penjajahan juga telah menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia tentang demokrasi, ilmu dan teknologi, serta ekonomi.
  23. 23 Pada masa itu muncul keberanian bangsa Indonesia untuk melawan colonial yang penuh semangat walupun dengan teknologi yang sanagt sederhada dan bersahaja. Perjuangan bangsa Indonesia dimulai pada masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7) dan Kerajaan Majapahit (abad XIII) sebagai upaya menyatukan wilayah nusantara. Keberhasilan bangsa Indonesia, memunculkan sikap pemuda Indonesia yang gagah berani dan dengn tegas mengikrarkan Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) yang mengakui bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Keberanian pemuda Indonesia berjuang yang tak kenal lelah dan penuh semangat ini akhirnya membawa bangsa Indonesia pada kemerdekaan bangsanya, sebagai penentu eksistensi bangsa Indonesia yang mengikrarkan dan memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu bangsa indonesiaa resmi menjadi sebuah negara bangsa, yaitu Negara yang dipimpin oleh bangsanya sendiri. Sebagai syarat sebuah negara, Negara Indonseia memiliki:  Wilayah, yaitu wilayah bekas jajahan Belanda,  Rakyat, yaitu semua warga/pendudukyang mendiami pulau-pulau di nusantara, dan  Hukum, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Sejak saat itulah bangsa Indonesia mempunyai tugas untuk mencapaai cita- cita Proklamasi, yang tertuang dalam Mukadimah/Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, berupa cita-cita nasional dan tujuan nasional.
  24. 24 Cita-Cita Nasional: membentuk Negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuan Nasional:  Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.  Memajukan kesejahteraan umum  Mencerdaskan kehidupan bangsa  Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengalami periodesasi yang berkaitan dengan kepentingan sejarah perjuangan bangsa. Periodisasi tersebut ialah;  1945, NKRI diproklamasikan sampai 1965: periode lama/orde lama,  1965 sampai 1998: periode baru/orde baru, dan  1998 ampai sekarang periode reformasi. c. Landasan Yuridis Pendidikan kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memilki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Rasa ini diwujudkan dalam bentuk bela negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 hasil Amandemen, yaitu pasal 27 ayat 3, Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dan ditegakan kembali pad pasal 30 ayat 1, bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalan usaha perthanan keamanan negara. (Rahayu,2007) 1. Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973 merupakan realisasi negara memlalui jalur pengajaran di PT sebagai Pendidkan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan.
  25. 25 2. Undang-Undang Nomor 20/1982 tentang Pokok-Pokok Penyelengaraan Pertahanan Kewiraan adalah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di PT yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional dan wajib diikuti oleh setiap warga negara (mahasiswa). 3. Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan termasuk Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kurikulum wajib pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 4. Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (SK Dirjen Dikti) 1993 menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan termasuk Mata Kuliah Dasar Umum bersama-sama dengan Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar bersifat wajib di PT. 5. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1994; menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah umum bersam dengan Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila. 6. Keputusan Dirjen Dikti Nomor 19/1997 menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan termasuk muatan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan komponen mata kuliah umum di PT yang wajib ditempuh oleh mahasiswa. 7. SK Dirjen Dikti Nomor 151/2000 menyatakan bahwa pendidikan kewiraan bermuatan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). 8. SK Dirjen Nomor 267/200 menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dan PPBN termasuk MPK yang merupakan kurikulum inti di PT serta wajib diikuti oleh setiap mahasiswa. d. Landasan Teori/Ilmiah Konferensi 9 menteri pendidikan dari Negara-negara berpenduduk terbesar di dunia (termasuk Indonesia) di New Delhi, India 1996 menyepakati bahwa pendidikan adalah
  26. 26  Mempersiapkan pribadi sebagai warga Negara dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab,  Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup, dan  Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan, dan penyebaran iptek dan seni demi kepentingan kemanusiaan. Selanjutnya konferensi duni tentang pendidikan tinggu yang diselenggarakan UNESCO di Paris 1998, yang dihadiri oleh 140 negara menetapkan tanggung jawab pendidikan tinggi antara lain:  Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer iptek dan seni, tetapi juga melahirkan warga Negara yang berkesadaran tiggi tentang bangsa dan kemanusiaan;  Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang dinamis;  Mengubah cara berpikir, sikap hidup, dan perilaku berkatya individu maupun kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan social yang diperlukan serta mendorongg perubahan kea rah kemajuan yang adil dan bebas. Tabel: Terminologi Pendidikan Kewarganegaraan di Dunia No. NEGARA TERMINOLOGI 1. Amerika Serikat Civics, civic, education 2. Inggris Citizenship Education 3. Timur Tengah Ta’limatul Muwwatanah, Tarbiyatul Watoniyah 4. Meksiko Eduction Civicas 5. Jerman Sachunterricht
  27. 27 6. Australia Civics Social Studies 7. USA, Selandia Baru Social Studies 8. Afrika Selatan Life Orientation 9. Hongaria People and Society 10. Singaura Civics and Mral Education 11. Rusia Obscesvovedinie 12. Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan 2.5 Objek Pembahasan Pendiikan Kewarganegaraan Selain metode, sistem dan sifatnya yang universal setiap ilmu harus memiliki objek pembahasan yang jels baik secara material maupun formal. Objek material yang dimaksud adalah bidang sasarn yang dibahas dan dikaji ulang oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material tersebut. Sehubungan dengan tujuan utamanya,objek material dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang bersifat empirik maupun yang non-empirik., yaitu meliputi wawasan , sikap, dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antar warga negara dan negara , termasuk hubungan antar warga dan segi pembelaan negara (Kaelan dan Zubaidi,2007) Secara umum pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia lebih diarahkan pada warga Negara Indonesia dalam hubungannya dengan Negara Republik Indonesia dan pada upaya pembelaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hakekatnya focus pembahsan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia lebih diarahkan kepada persoalan bagaimana seorang warga Negara Indonesia harus bersikap, berperilaku dan bertindak dalam rangka eksistensi Negara kesatuan republic Indonesia. Sehubungan dengan itu keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
  28. 28 No.43/DIKTI/Kep/2006, menetapkan objek pembahasan pendidikan kewarganegaraan meliputi pokok-pokok pembahsan yang mengkaji: 1) Filsafat Pancasila, 2) Identitas Nasional, 3) Negara dan Konstitusi yang mencakup Hak dan Kewajiban Warga Negara, 4)Demokrasi Indonesia, 5) Rule of Law dan Hak Azasi Manusia, 6) Hak dan Kewajiban Warga Negara, 7) Geopolitik Indonesia/Wawasan Nusantara, dan 8) Geostrategi Indonesia/Ketahanan Nasional. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dapat disejajarkan dengan Civic Education yang dikenal di berbagai Negara. Sebagai bidang studi ilmiah, Pendidikan Kewarganegaraan bersifat anatardispliner (anat bidang) bukan monodisipliner, karena materi pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi politik, hokum, filsafat, sosiologi, administrasi Negara, ekonomi pembangunansecara perjuagan bangsa dan ilmu budaya.
  29. 29 DAFTAR PUSTAKA Aly, A. (2005). “Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik”. Makalah dipresentasikan pada Seminar Pendidikan Multikultural sebagai Seni Mengelola Keragaman, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu, 8 Januari 2005. Banks, J.A & Banks, C.A.M. (Eds). (2001). Handbook of Research on Multicultural Education. New York: MacMillan. Budiman, Arief. 1997. Teori Negara (Negara, Kekuasaan dan Ideologi). Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. Kaelan, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganearaan. Yogyakarta: Paradigma. Karsono, Dedi. 1996. Kewiraan Tinjauan Strategis Dalam Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:Grasindo. Koerniatmanto Soetoprawira, B. 1996. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Indonesia. Pasaribu, Payerli.2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: UNMED PRESS. Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati Bangsa. Depok: Grasindo. Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganearaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Publicité