1. PREFERENSI Sitophillus oryzae TERHADAP BEBERAPA JENIS BERAS
SERTA EVALUASI KESEHATAN BENIH JAGUNG DAN KEDELAI
TERHADAP PATOGEN BENIH
Disusun Oleh:
M GURUH ARIF ZULFAHMI
105040201111091
Kelas C
Agroekoteknologi 2010
Asisten: Uswatun Hasanah
Kamis, 11.00 – 13.00 WIB ( Lab. Nematologi)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat -Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul analisis kebutuhan air,
schedulling irigasi dan perancangan metode irigasi tanaman tomat tepat pada
waktunya. Dalam laporan ini penulis membahas analisis kebutuhan air pada
tanaman tomat serta perancangan design irigasi pada daerah kecamatan kepanjen.
Dalam proses penyusunan laporan ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu terima kasih penulis sa mpaikan
kepada :
•
Dr.Ir. Sugeng Prijono selaku dosen mata kuliah Irigasi dan Drainase,
dan
•
Rekan-rekan mahasiswa yang banyak memberikan masukan untuk
laporan ini.
Penulis menyadari atas kekurangan baik pada teknis penulisan maupuan
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Malang, 10 April 2012
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada
tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang
tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di
ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan
simpanan di gudang.
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo
Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp., Sitophilus oryzae, Callocobruchus
chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.
Dalam praktikum kali ini akan membahas lebih jauh mengenai preferensi Sitophilus
oryzae terhadap beberapa jenis beras, yaitu beras IR 64, raskin dan pandan wangi. Digunakan
beberapa jenis beras karena untuk menjadi pembanding beras manakah yang paling disukai
oleh Sitophilus oryzae. Selain itu akan dibahas pula mengenai kesehatan benih, khususnya
pada benih jangung dan kedelai terhadap patogen benih.
Uji kesehatan benih penting dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat
mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas
dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain
dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus
dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih
dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih fatogen akan terdekteksi dan
dapat mengurangi penyakit pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya
suatu resiko.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hama (serangga) pasca panen.
2. Untuk mengetahui patogen benih jagung dan kedelai.
3. Untuk mengetahui sejarah Infestasi serangga pasca panen
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Sitophillus oryzae
5. Untuk mengetahui Morfologi Sitophillus oryzae
4. 6. Untuk mengetahui Biologi Sitophillus oryzae
1.3 Manfaat
Praktikan dapat membedakan beberapa jenis beras yang paling disuka oleh Sitophilus
oryzae serta dapat mengetahui jenis patogen yang menyerang benih jagung dan kedelai.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
2.1.1 Sejarah Infestasi Serangga Pasca Panen
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pasca
panen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi serangga
dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan
hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam kondisi normal,
gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah
suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama
pasca panen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi
kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan.
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat
dan morfologi dari hama tersebut. Berdasarkan hasil penggolongan para taksom,
hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Yang
terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera.
Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar kedua ordo tersebut merupakan hama
gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada
bahan simpanan. Suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja sebagai
sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran suhu dan
kelembaban optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme serangga
juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya. Terakhir, misalnya pada
Sitophilus dan Tribolium terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang
cukup besar. Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara
ekologis.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan
individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan kelompok dalam
suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem
tersebut. Letak hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.
(Kertasapoetra, 1991)
6. 2.1.2 Klasifikasi Sitophillus oryzae
Kingdom : Animalia
Filum
: Antropoda
Kelas
: Insect
Ordo
: Coleopteran
Family
: Cureulionidae
Genus
: Sitophilus
Spesies
: Sitophilus oryzae
(Kalshoven, 1981)
2.1.3 Morfologi Sitophillus oryzae
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah
kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup
larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras
hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak
akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai
300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih
dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam
lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia
telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran
beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di
lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5
hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan
diruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
7. Sitophilus oryzae hidup di tumpukan bahan pangan, seperti beras, jagung dan gandum.
Kutu ini berkembang biak sangat cepat. Bedasarkan penelitian, kutu betina dapat bertelur 2 6 butir setiap harinya. Untuk menyimpan telurnya, kutu betina melubangi bulir beras dengan
rahangnya. Satu lubang hanya untuk satu butir telur.
Kutu beras dapat hidup selama beberapa bulan. Selama hidup, kutu betina mampu
menghasilkan sekitar 400 butir telur. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3 hari. Larva
akan hidup pada lubang beras selama 18 hari. Setelah itu akan menjadi pupa selama 5 hari,
lalu bermetamorfosis menjadi kutu.
Kutu beras merupakan hama perusak bahan pangan. kutu ini tidak hanya menyerang
beras, jagung dan gandum, tetapi juga merusak bahan pangan lainnya seperti sorgum, ketela,
kedelai, kacang hijau, biji semangka, hingga biji bunga matahari.
(Naynienay, 2008)
2.1.4 Biologi Sitophillus oryzae
S. oryzae betina dewasa dapat bertelur rata – rata empat telur per hari dan dapat hidup
empat hingga lima bulan. Siklus hidup penuh S. oryzae berkisar antara 26 hingga 32 hari
selama musim panas. Pada musim dingin siklus hidup ini akan semkain panjang. Telus akan
menetas setelah berumur tiga hari. Larva menggerogoti bagian dalam biji atau buah selama 18
hari. Pupa S. oryzae tergolong dalam pupa telanjang. Fase pupa terjadi selama enam hari.
Serangga dewasa akan tinggal didalam buah selama buah mengeras dan mulai matang.
(Koehler, 2012).
2.1.5 Penjelasan Mengenai Beberapa Jenis Beras Yang Digunakan
1. Beras IR 64
Ciri -ciri :
Beras berbentuk panjang, umumnya beras berwarna putih. Biasanya saat proses
memasak menggunakan air yang cukup. Beras ini kebanyakan dikonsumsi masyarakat
karena harganya sangat terjangkau.
Kandungan :
Beras ini mengandung karbohidrat, kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Biasanya enak dimakan dengan menggunakan sayur yang berkuah.
(Anonymousa, 2012)
2. Beras Raskin
8. Nama RASKIN (Beras untuk Keluarga Miskin) yang mulai diterapkan tahun
2002 (lima tahun setelah Operasi Pasar Khusus/OPK 1998) adalah metamorfosis yang
bertujuan untuk lebih menjelaskan arti program sehingga diharapkan dapat
mempermudah pelaksanaan di lapangan. Kualitas beras RASKIN cenderung buruk
(Anonymousb, 2012).
3. Beras Pandan Wangi
Ciri -ciri :
Beras berbentuk gemuk agak bulat, rasanya pulen, baunya wangi dan biasanya untuk
proses masak tidak mau banyak air. Sangat cocok dimakan dengan lalapan/kulupan
dengan sambal (tanpa kuah).
Kandungan :
Beras ini selain mengandung karbohidrat juga vitamin dan mineral. Biasanya sangat
cocok dipakai untuk nasi kuning karena dari baunya yang khas. Jika perlakuan
penggilingan hanya sampai pada pecah kulit maka kandungan vitamin B1-nya sangat
tinggi sehingga bisa digunakan untuk terapi gejala sakit beri-beri, sembelit, dan
memperbaiki system pencernaan.
(Anonymousc, 2012)
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Serangga Terhadap Inang
1. Penemuan habitat inang (host habitat finding )
Penemuan habitat inang, biasanya melalui beberapa mekanisme yang melibatkan
fototaksis, anemotaksis, geotaksis, pemilihan suhu dan kelembaban. Namun, tahap ini
kurang begitu penting dalam mempengaruhi seleksi inang.
2. Penemuan inang (host finding)
Proses penemuan inang biasanya, melalui mekanisme perangsangan jarak jauh
yaitu penglihat dan pembau, misalnya warna, bau dan bentuk tanaman. Dalam hal ini,
apabila serangga mengalami hambatan maka serangga cenderung membatasi makan
karena adanya keterbatasan inang atau bahkan kesulitan untuk hinggap pada inang
tersebut.
3. Pengenalan inang (host recognition)
Proses pengenalan inang, seringkali dilakukan oleh serangga imago. Hambatan
yang terjadi pada proses ini ialah kemungkinan adanya modifikasi struktur tanaman
atau adanya sekresi bahan tertentu.
4. Penerimaan inang (host recognition)
9. Penerimaan inang, apabila ada senyawa yang diekstraksi oleh tanaman sehingga
serangga melakukan proses makan.
5. Kesesuaian inang (host suitability)
Kesesuaian inang, adalah proses terakhir dimana serangga tetap menjadikan
tanaman tersebut sebagai inangnya atau sebaliknya, yaitu mencari tanaman inang lain
yang lebih sesuai. Biasanya hal ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu nilai nutrisi
tumbuhan dan ada tidaknya senyawa racun.
(Mudjiono, 1998)
2.1.7 Metode Penyimpanan Yang Tepat Saat Pasca Panen
1. Penyimpanan dingin (refrigeration)
Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif
(bisa digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan
cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang
mempunyai temperatur udara rata-rata cukup tinggi, penyimpanan hasil pertanian
dalam temperatur rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya tidak
tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin umumnya tidak
berada di bawah 120 C. Ketahanan terhadap temperatur rendah dari berbagai
bagian tanaman juga berbeda.
Hindari chilling injury (kerusakan hasil tanaman karena temperature rendah).
Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap temperature
rendah,
kondisi
tempat
penyimpanan,
cara
penyimpanan
dan
lama
penyimpanan.
“Don’t break the cold-chains.” Penyimpanan dingin dari suatu hasil tanaman
harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan konsumen.
2. Perlakuan bahan kimia
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit
setelah panen.
Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul
selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas.
10. Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada di permukaan
buah.
(Fraenkel, 1959)
2.2
Patogen Benih
2.2.1 Sumber Infestasi Patogen Benih
a. Seed bornediseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan oleh
tanaman induk.
b. Seed transmitted diseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan ke
tanaman lain di lahan.
c. Seed contamination diseases ialah inokulum yang terdapat pada benih yang berasal
bukan dari tanaman induk.
d. Benih yang berasal dari tanaman induk yang mengalami defisiensi unsur hara
digolongkan sebagai benih yang tidak sehat secara fisiologis.
(Heydecker, 1972)
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesehatan Benih
1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat
fatogen.
2. Untuk mengetahui apakah pada benih terdapat nematoda.
3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis.
4. Untuk membandingkan antar seed lot.
5. Untuk menentukan jenis inokulum yang menginfeksi benih.
6. Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk
usaha tani.
7. Untuk mengevaluasi efek dari festisida yang dipakai untuk perawatan benih.
8. Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih di
lapangan.
9. Untuk survei penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi
penyebaranya.
10. Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan
sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut.
11. Manfaat evaluasi kesehatan benih yaitu menghindarkan benih dari penyakit yang
dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan
kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke
daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
(Kamil, 1986)
2.2.3 Metode Evaluasi Kesehatan Benih
a. Metode tanpa inkubasi
1.
Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan
menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop
stereo.
2. Pengujian dengan perendaman benih.
3. Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode setelah inkubasi
1. Metode blotter
Patogen yang dapat diketahui dengan metode ini adalah Alternaria, Ascochyta,
Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala
penyakit dan miselium yang terbentuk kadang-kadang dapat digunakan untuk
membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi
cendawan patogen dengan cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman menunjukan
karakteristik masing-masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik dari
konodiospora dan sebagainya.
2. Metode agar
Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memasiai
untuk tumbuhnya sporulusai atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih
di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan
adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan
jasad saprofit maka benih didisinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media
agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di
lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam.
Pengamatan presentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan
melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut.
Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.
12. 3. Pengujian pada media pasir
Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di
lapangan, hanya saja dibutuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu).
Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama,
sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya
patogen, untuk hal tersebut digunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala
serangan pada kecambah.
4. Pemeriksaan pertumbuhan tanaman atau growing plants
Pemeriksaan gejala penyakit terhadap pertumbuhan tanaman dari benih sering di
lakukan sebagai prosedur untuk mengindentifikasi adanya bakteri, cendawan atau
virus yang terbawa benih. Benih yang di uji dapat ditabur atau inokulum yang
diperoleh dapat digunakan untuk menginfeksi tanaman yang sehat atau bagian
tanaman. Tanaman harus dilindungi dari infeksi lain yang tidak diharapkan dan
menjaga kondisi lungkungan.
(Sutopo, 2002)
2.2.4 Benih Jagung
Tanaman jagung termasuk class monocotyledone, ordo graminae, family graminaceae,
genus zea, species Zea mays.L (Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu
(monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila)
terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman
(Subandi, 2008). Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman
C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3,
fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher,
1980).
Tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar udara
(Goldsworthy dan Fisher, 1980), mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi
tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama
fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari helaian
daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi,
1991).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan
bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris, Zainal,
13. Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga jagung tergolong bunga tidak
lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga
jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut
berumah satu
(Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
2.2.5 Benih Kedelai
Klasifikasi dari tanaman kedelai menurut Rukmana dan Yuyun, 1996 adalah sebagai
berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L). Merrill
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus
masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar cabang banyak
terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan
mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan
tanah. Kedelai berbatang semak dengan tinggi 30-100 cm.
Batang kedelai berwarna ungu dominan berwarna hijau. Daun kedelai merupakan daun
majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun umumnya berwarna hijau muda kekuningkuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Bunga kedelai berwarna putih,
ungu pucat atau ungu. Bunga dapat menyerbuk sendiri. Polong kedelai muda berwarna hijau.
Warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Biji
kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak diantara keping biji.
Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam, hijau dan coklat. Pusar biji atau
hilum adalah jaringan bekas biji kedelai yang menempel pada dinding buah. Bentuk biji
kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji
bervariasi, tergantung varietas.
(Rukmana dan Yuyun, 1996)
14. 2.2.6 Patogen Penting Pada Benih Jagung
F. verticilliodes dominan pada benih jagung bersifat endophytic, berkolonisasi pada
bagian internal biji, dapat ditularkan melalui biji. A. flavus dapat menginvasi kedalam
jaringan melalui luka dan miselia ditemukan pada coleoptile, tidak dapat ditularkan melalui
biji. F. verticilliodes memproduksi toksin (fumonisin), A. Flavus memproduksi aflatoksin.
Fumonisin dapat menyebabkan kebutaan, pembengkakan paru-paru, kanker saluran
tenggorakan pada ternak dan manusia. Aflatoksin dapat menyebabkan kanker hati dan
penurunan kekebalan tubuh. Batas toleransi cemaran fumonisin 5 ppm (kuda), 10 ppm (babi),
dan 50 ppm (ternak sapi), sedang aflatoksin 0,5 ppb (susu), 100 ppb (peternakan babi dan
sapi), 200 ppb (ternak unggas).
(Abou, 1995)
2.2.7 Patogen Penting Pada Benih Kedelai
Salah satu patogen penting benih kedelai yaitu Aspergillus sp. Infeksi ditemukan di
lapangan maupun tempat-tempat penyimpanan benih. Gejala dapat terlihat pada biji berupa
warna coklat kehitam-hitaman dan ada juga yang menginfeksi sampai pada bagian dalam biji.
Patogen Aspegillus sp. walaupun telah dilaporkan dapat menginvasi bagian internal biji,
namun dari biji yang terinfeksi secara alami oleh A. flavus tidak dapat ditularkan melalui biji
(Wahyuni, 2008).
15. BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : 30 April 2012 – 18 Mei 2012
Tempat : Laboratorium Jurusan HPT Universitas Brawijaya Malang
3.2 Alat, Bahan dan Fungsi
a. Preferensi Sithopilus oryzae
- Alat :
1. Timbangan : Untuk menimbang berat beras
2. Pial Film
: Untuk tempat beras dan serangga
3. Kamera
: Untuk mendokumentasikan hasil
4. Lup
: Untuk mengamati serangga
-Bahan :
1. Beras Raskin
: Sebagai indikator tingkat kerusakan yang diakibatkan hama
2. Beras IR 64
: Sebagai indikator tingkat kerusakan yang diakibatkan hama
3. Beras Pandan wangi
: Sebagai indicator tingkat kerusakan yang diakibatkan hama
4. Hama Sithopilus oryzae
: Hama yang digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan
pada beras
b. Evaluasi Kesehatan benih
- Alat :
1. Cawan Petri
: Sebagai tempat benih
2. Mikroskop
: Untuk mengamati benih
3. LAF
: Sebagai tempat inokulasi benih
4. Buffer
: Sebagai sterilisasi alat
5. Pinset
: Untuk menanam biji,agar steril
-Bahan :
1. Benih jagung
: Sebagai objek pengamatan
2. Benih kedelai
: Sebagai objek pengamatan
3. Alkohol
: Untuk sterilisasi
4. Agar
: Sebagai media tanam
5. Aquades
: Untuk sterilisasi
16. 3.3 Cara Kerja
1. Hama dan Kesehatan Benih
Beras IR 64, raskin dan pandan wangi ditimbag @10 gram
Masukkan beras ke fialfilm beserta sepasang Sitophillus oryzae
Tutup dengan kain kasa
Amati selama ± 2 minggu
Timbang beras
2. Patogen Benih
Benih jagung dan kedelai @5benih
Direndam aqua steril
ditiriskan
Inokulasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar)
Ditutup dengan wrapping
Amati selama ± 2 minggu
3. Pengamatan Mikroskopis
Ambil koloni jamur dengan jarum ose
Lejtakkan di objek glass
bisa ditetesi aquades steril
Tutup dengan cover glass
Amati dengan mikroskop dengan perbesara 4,0,4,10
17. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
Tabel1. Pengamatan Intensitas Kerusakan Beras Dalam Satuan Gram
No.
Bobot Beras Rusak
Waktu
Pengamatan
IR 64
Raskin
Pandan
Wangi
1.
06 Mei 2012
10,2 gr
10,94 gr
10,87 gr
2.
11 Mei 2012
10,21 gr
11,4 gr
10,85 gr
3.
15 Mei 2012
10,2952 gr
11,099 gr
10,968 r
Perhitungan Presentase Tingkat Kerusakan Beras
IKB = Bobot beras rusak pengamatan akhir – Bobot beras rusak pengamatan awal X 100%
Bobot total beras mula-mula
1. Beras IR 64
x 100% = 0,95 %
2. Beras Raskin
x 100% = 1,59 %
3. Beras Pandan Wangi
x 100% = 0,98 %
18. Dokumentasi pengamatan Shitopillus oryzae
Tanggal
Pandan Wangi
IR 64
Raskin
Pandan Wangi
IR 64
Raskin
11 Mei
2012
Tanggal
15 Mei
2012
Jumlah Individu Sitophillus Oryzae
Waktu
Jenis Beras
Bobot Beras
Pengamatan
Tanggal
Jumlah Individu Sitophillus
Oryzae
10,87 gr
4 Sitophillus Oryzae
Raskin
10,94 gr
4 Sitophillus Oryzae
IR 64
6 Mei 2012
Pandan Wangi
10,2 gr
6 Sitophillus Oryzae mati 1 ekor
Pembahasan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks kerusakan beras yang tertinggi
didapat dari beras jenis beras raskin (1,,59%). Sedangkan beras yang lain Beras IR64 0,95%
dan pandan wangi 0,98%. Dan untuk jumlah populasi Sithophillus oryzae yang paling tinggi
setelah pengamatan selama 2 minggu adalah pada beras jenis IR 64 dan Raskin. Sementara
pada beras pandan wangi hanya tersisa 4 indifidu yang di masukkan. Dari hasil tersebut
dapat dianalisis bahwa perkembangan dari Sithophillus oryzae dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan dan juga tergantung dari jenis makanannya. Kecocokan jenis makanan dengan
individu Sithophillus oryzae
juga menyebabkan turunnya populasinya di dalam wadah
19. percobaan. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang
diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras
dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).
4.2 Patogen Benih
Dokumentasi Patogen benih
Tanggal
14 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Tanggal
21 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Tanggal
24 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Sampel Jagung
Sampel Kedelai
20. Jagung Sampel I
Kedelai Sampel I
Jagung Sampel II
Kedelai Sampel II
Tabel
Pengamat
an
Jagung Sampel III
Kedelai Sampel III
Jagung Sampel IV
Kedelai Sampel IV
Jagung Sampel V
Kedelai Sampel V
21. Benih
Koloni Patogen
Kenampakan
Patogen Yang
Mikroskopis
Peran Koloni
Diduga
(Genus/Spesies)
Jagung
Putih
Jamur Fusarium
Kedelai
Hitam
Jamur Aspergilus
Coklat
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran
40, didapatkan hasil bahwa pada benih jagung terdapat cendawan jamur jenis Rhizopus sp.
Hal ini dicirikan dengan adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan biji jagung
menyebar hingga ke media, berwarna keputih-putihan. Sedangkan pada benih kedelai
terdapat 3 jenis patogen, dimana patogen ini temasuk jenis jamur, hanya saja untuk genus
Aspergillus dicirikan dengan sporangiofor hialin dan soprangium hitam. Untuk genus Mucor
dicirikan dengan sporangium coklat kehitaman dengan bentuk kotak spora bulat. Dari hasil
tersebut maka dapat dikatakan kedua benih termasuk benih tidak sehat. Pasalnya benih
dikatakan sehat kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus
maupun nematoda.
Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa terbawa benih. Cara pertama adalah dengan
kontaminasi yaitu benih itu terbawa jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi,
yaitu jamur tercampur oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu
infeksi, yaitu terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri
Berikut adalah ciri-ciri dari cendawan/patogen yang terdapat pada benih jagung dan kedelai:
Benih Jagung : Rhizopus sp. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan, namun
setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula pada
media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Sporangiofor tunggal atau
dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih
dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna
hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180µm. Benih Kedelai. Aspergillus sp. Aspergillus
sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya.
Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar, dipak secara padat, bulat
dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu
hifanya bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma,
22. mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yangcukup.
Mucor sp, Koloni pada media PDA dicirikan pada mulanya berwarna putih kemudian
menjadi coklat keabu-abuan dengan diameter koloni pada hari pertama 2 cm dan pada hari
keempat diameter koloni mencapai 7,8 cm (1,95 cm/hari) dan pada umur 10 hari koloni
bwrwarna putih keabu-abuan serta koloni telah memenuhi cawan petri. Sporangiofor
bercabang, konidiofor berwarna hijau muda hingga kecoklatan, dapat bercabang maupun
tidak berdiameter 3,8-4,5 µm. Sporangium berwarna kuning kecoklatan dengan diameter 6,87,2 µm.
(Heydecker, 1972)
23. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sithophillus oryzae memerlukan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Kesesuaian tersebut meliputi jenis makanan, kekerasan makanan, dan kandungan
yang ada di dalam makanan tersebut.
Sithophillus oryzae lebih bertahan hidup pada beras jenis Raskin. Hal ini disebabkan
karena permukaan beras pada raskin kasar sehingga dapat mempermudah telur untuk
menempel atau dimasukki dan berkembang biak.
Benih jagung dan kedelai yang telah di tanam di dalam media PDA ditumbuhi oleh
jamur. Jamur tersebut ada yang berupa jamur yang menguntungkan dan merugikan.
5.2 Saran Praktikum
Praktikumnya harus lebih inovatif , sersan ( serius tapi santai )
5.3 Kesan Praktikum Atau Asisten
Cukupp baaiikk
24. DAFTAR PUSTAKA
Abou, Z, A.M. 1995. Effect of Ustilago maydis (DC) corda and its toxin on some maize.
Journal of Phytopathology 143(10):557-580.
Anonymousa. 2012. Beras IR 64. http://mutosorganik.com/produk.php?id=1. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousb. 2012. Beras Raskin. http://mutosorganik.com/produk.php?id=3. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousc. 2012. Beras Pandan Wangi Putih. http://mutosorganik.com/produk.php?id=2.
diakses pada tanggal 23 Mei 2012.
Fraenkel GF. 1959. The raison d’etre of secondary plant substances. Science 129:1466-1470.
Goldsworthy dan Fisher. 1980. Principles and practices of seed storage. Castle House Bubl.
Ltd. 289 p.
Heydecker, W. 1972. Seed Ecology. The Pennsylvania State University Press, University
Park and London. pp 1-3.
Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim. 1982. Evaluasi beberapa sifat
biokimia dan fisiologi benih jagung (Zea mays L.) dari berbagai tingkat masak dan
beberapa waktu penundaan pengeringan. Prosiding Seminar Hasil Pengkajian dan
Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah, 3-4 November di Palu,
Sulteng.
Insidewinme. 2007. Principles of cultivar development. Vol. 1. Theory and technique. Iowa
State University. New York.
Kalshoven. 1981. CIMMYT 1999-2000, world maize fact and trends. Meeting world maize
needs. technological opportunities and priorities for the public sector. CIMMYT, Mexico.
Kamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya: Padang.
Kertasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. PT RINKA CIPTA: Jakarta.
Koehler. 2012. Sitophillus oryzae. http://edis.ifas.ufl.edu/ig120. diakses pada tanggan 23 Mei
2012.
Mudjiono, G.. 1998. Hubungan Timbal Balik Serangga-Tumbuhan. Lembaga Penerbitan
Fakultas Pertanian Brawijaya: Malang.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta.
25. Sudjana, Rifin dan Sudjadi. 1991. Research on association of seed physical properties to
seeds quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project, Sukamandi,
Indonesia.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW: Malang.
Wahyuni, Yeni. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi, Jagung, dan
Kedelai (Brosur). Balai Proteksi Tanaman Padi, Palawija, dan Hortikultura. Provinsi
Nusa Tenggara Barat.