2. Faktor Dalam
Melebihkan
Bangsa Asing dari
Bangsa Arab
Angkara murka
terhadap Bani
Umayah dan
Alawiyin
Pengaruh bid’ah-
bid’ah agama dan
filsafat
Luasnya wilayah
kekuasaan Bani
Abbasiyyah
Perebutan
kekuasaan antara
keluarga Bani
Abbasiyah
Ketergantungan
dan kepercayaan
khalifah kepada
wazir-nya sangat
tinggi.
Kemewahan
hidup di kalangan
penguasa
Konflik
keagamaan
Kemerosotan
ekonomi
3. Kemewahan Hidup di Kalangan Penguasa
• Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai
Bani Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk
hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin
lebih mewah daripada pendahulunya.
4. Melebihkan Bangsa Asing dari Bangsa Arab
• Keluarga Abbasiyah memberikan pangkat dan jabatan negara yang penting-
penting dan tinggi-tinggi, baik sipil ataupun militer kepada bangsa Persia.
Kebengisan keluarga Abbasiyah menindas dan menganiaya keluarga Bani
Umayah dan perbuatan mereka memusuhi kaum Alawiyin, kian menambah
amarah dan sakit hati mereka.
5. Angkara murka terhadap Bani Umayah dan
Alawiyin
• Keluarga Abbasiyah melakukan siasatnya dengan menindas dan menganiaya
Bani Umayah dan memusuhi kaum Alawiyin yang mengakibtkan kerugian
bagi dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa berdirinya Bani mereka adalah hasil
kerja sama dengan keluarga Alawiyin yang tiada sedikit jasanya kepada
mereka dalam menjauhkan kekuasaan Bani Umayah.
6. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani
Abbasiyah
• Banyak sejarawan yang menyatakan bahwa perebutan kekuasaan antara
keluarga Bani Abbasiyah ialah ketika terjadinya perang saudara antara al-
Amin dan al-Makmun. Tetapi kalau kita cermati lebih dalam bahwa
perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah adalah ketika masa
khalifah Musa al-Hadi yaitu ketika Musa al-Hadi ingin membatalkan putra
mahkota yang diberikan khlaifah al-Mahdi kepada Harun ar-Rasyid dan
membai’ahkan putranya sendiri yang bernama Jafar. Walaupun hal ini tidak
kesampaian dilaksanakan oleh Musa al-Hadi karena dia telah diburu ajalnya
7. Pengaruh bid’ah-bid’ah agama dan filsafat
• Beberapa orang khalifah Abbasiyah seperti Al-Makmun, Al-Muktasim dan
Al-Wasiq amat terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah agama dan pembahasan-
pembahasan filsafat. Hal ini menimbulkan bermacam-macam madzhab dan
merenggangkan persatuan umat Islam sehingga mereka terpecah belah
kepada beberapa partai golongan dan ini menjauhkan hati kaum agamawan.
8. Konflik keagamaan
• Timbulnya konflik keagamaan ini dimulai ketika terjadinya konflik antara Khalifah
Ali ibn Thalib dan Muawiyah yang berakhir lahirnya tiga kelompok umat yaitu
pengikut Muawiyah, Syi’ah dan Khawarij, ketiga kelompok ini senantiasa berebut
pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh baik pada masa Bani Umayah atau
Abbasiyah.
• Ketika kekhalifahan Abbasiyah muncul juga kaum zindik yang lahir pada masa
Khalifah al-Mahdi, kaum ini menghalalkan yang haram dan mencederakan adab
kesopanan dan budi kemanusiaan. Oleh karena itu al-Mahdi berusaha menindas
golongan ini, sehingga untuk itu dia mendirikan suatu jawatan istimewa dikepalai
oleh seorang yang pangkatnya bernama “Shahibu az-Zanadiqah”. Tugasnya adalah
membasmi kaum itu serta mengikis faham dan pengajarannya. Hal ini dilanjutkan
oleh anaknya yaitu Khalifah Musa al-Hadi
9. Ketergantungan dan kepercayaan khalifah
kepada wazir-nya sangat tinggi.
• Dalam hal ini kita bisa melihat beberapa khalifah yang terlalu
mempercayakan kepercayaannya terhadap wazirnya. Seperti yang dilakukan
oleh Khalifah al-Amin yang menyerahkan sekalian urusan Baninya kepada
wazirnya Fadhal ibn Rabi. Dia terkenal pandai memfitnahi dan
memburukkan orang lain. Dia pula yang menghasut Harun ar-Rasyid untuk
menggulingkan keluarga Barmak dan dia juga yang memutusan tali
silaturrahim antara adik dan kakak, yaitu antara al-Amin dan al-Makmun yang
mengakibatkan meletusnya perang dua saudara dengan tewasnya al-Amin dan
naiknya al-Makmun kesinggasana Khalifah.
10. Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyyah
• Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyyah sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya
di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
11. Kemerosotan ekonomi
• Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang
kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh
dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj,
semacam pajak hasil bumi.
• Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun
sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
• Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti
Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
13. Banyaknya pemberontakan
• provonsi-provinsi yang diberikan khalifah kepada gubernur-gubernur banyak
yang ingin melepaskan diri dari genggaman khalifah Abbasiyah. Adapun cara
provinsi-provinsi tersebut melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad adalah:
Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan
berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Bani Umayah di Spanyol
dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur
oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian melepaskan
diri, seperti Bani Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.
14. Bencana Bangsa Turki
• Amat besar bahaya umat Turki atas Bani Abbasiyah. Beberapa khalifah menjadi
korban mereka. khalifah sendiri menjadi permainan dalam tangan panglima-
panglima Turki. Perselisihan antara tentara dan rakyat sering terjadi. Permusuhan
diantara panglima-panglima Turki itu sendiri kian menambah buruk dan keruh
suasana Bani Abbasiyah.
• Kelemahan pemerintah pusat di Baghdad itu menjadi peluang bagi kepala-kepala
pemerintahan wilayah untuk melakukan siasatnya. Mereka berusaha memutuskan
perhubungan dengan khalifah lalu mendirikan kerajaan sendiri-sendiri dalam daerah
mereka. Dengan demikian terurailah buhul tali persatuan Bani Abbasiyah dan
berdirilah kerajaan kecil-kecil dalam pekarangan Bani itu senndiri.
15. Dominasi Bangsa Persia
• Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerjasama dalam mengelola
pemerintahan dan Bani Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam
berbagai bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang
mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari khalifah Muttaqi kepada khlaifah Muth’ie.
Banu Buyah berhasil merebut kekuasaan.
• Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari pada khalifah,
sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, diantaranya menjadi
panglima besar. Setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah
berada di bawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka
16. Perang Salib
• Diantara faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah adalah karena
faktor perang salib. Peperangan salib ini terjadi selama 2 abad. Yaitu mulai tahun
1095 M sampai tahun 1291 M. Peperangan ini terjadi ketika daulah Abbasiyah ada
dibawah kekuasaan Bani Seljuk. Perang merupakan reaksi orang orang Kristen
Eropa terhadap orang-orang islam yang telah melakukan penaklukan-penaklukan
sejak tahun 632 M dan juga umat islam dianggap menganggu kepentingan-
kepentingan umat Kristen seperti mempersulit peziarah eropa yang akan melakukan
ibadah di Jerusalem.
• Akhirnya Kaisar Alexius 1 dan Paus Urbanus II menjalin kerjasama untuk
membangkitkan semangat orang-orang Kristen Eropa untuk melawan oang-orang
islam, yang kemudian dikenal dengan perang salib.
17. Lanjutan..
• periodisasi perang salib dibagi menjadi tiga, pertama, periode penaklukan, periode ini
ditandai dengan suksesnya pasukan Kristen merebut kota-kota di sekitar pantai timur
laut Tengah. Kedua, periode reaksi umat islam atas penaklukan-penaklukan orang-
orang Kristen, pelopornya Imad al-Din Zangki. Dimana islam berhasil
membebaskan kembali kota-kota yang direbut oleh pasukan kristen. Kemenangan
demi kemenangan tersebut tercapai ketika pasukan islam dipimpin oleh Salahahudin
Al-Ayyubi. Peristiwa penting pada kepemimpinannya adalah direbutnya kembali
Jerusalem dari tangan pasukan kristen. Ketiga, periode perang sipil dan perang kecil-
kecilan yang berakhir pada tahun 1291. Pasukan Kristen kehilangan daerah terakhir
di Syria yang menjadi daerah pertahanannya. Dengan jatuhnya daerah terakhir
menandai berakhirnya perang salib.
18. Lanjutan lagi..
• Akibat dari perang salib tersebut umat islam banyak menanggung kerugian.
Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi
lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah
terpecah belah. Banyak Bani kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan
pusat Abbasiyah di Baghdad.
19. Serangan Bangsa Mongol
• Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu
pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta’shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 – 1258),
betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung “topan” tentara Hulagu Khan.
• Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara
Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di
Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.
• Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri
kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik
dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya
dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulaghu Khan tersebut.
•