2. Obat yang bekerja mempengaruhi
CNS dibagi menjadi dua bagian
Obat yang berefek menstimulasi
kerja CNS
Secara langsung maupun tidak
langsung merangsang CNS
Reaksinya meningkatkan
kewaspadaan dan terjadinya
kejang-kejang
Obat yang berefek mendepresi
kerja CNS
Menghambat atau memblokir
proses dalam CNS
Reaksinya berkisar antara efek
yang lemah sampai hilangya
kesadaran
3. Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS
Amfetamin
• Peningkatan
Konsentrasi &
Kesadaran
• Menurunkan Napsu
Makan
Peredarannya dibatasi
pada beberapa negara
termasuk Indonesia krn
dpt menyebabkan :
• Ketergantungan
Psikologis dan Toleransi
• Gejala Depresi dan
Putus Obat
Diklinik digunakan
pada kasus
• Narkolepsi
• Gangguan
Konsentrasi pada
anak Hiperkinetik
Sering Disalahgunakan utk
• Obat Diet
Mengurangi Napsu
Makan
• Doping Efek euforia
dan tahan bekerja
dalam waktu lama
Efek Samping :
• Gelisah
• Insomnia
• Hipertensi
• Anoreksi
• Impoten
4. Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS
Golongan
METIL
XANTIN
Kafein dan Teofilin
• Merangsang
Pernapasan
• Relaksasi Bronkiolus
• Vasokontriksi
• Meningkatkan
Denyut Jantung
• Palpitasi
• Insomnia
• Gelisah
• Tremor
• Teofilin digunakan
untuk penanganan
Asma
• Kafein dikombinasikan
dengan Paracetamol
sebagai indikasi sakit
kepala migrain
• Rumus struktur kafein mirip
adenosin
• Adenosin jika berikatan dg
reseptor mengantuk
• Jika kafein berikatan dengan
reseptor adenosin
bertenaga dan segar
• Kafein meningkatkan pasokan
adrenalin meningkatkan
denyut jantung, relaksasi
bronkiolus
5. SEDATIF - HIPNOTIK
Barbiturat
Benzodiazepin
Alkohol obat
yang paling
banyak
disalahgunakan
6. Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya
bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan,
menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan
kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat
menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan
emosi sehingga menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan
keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
7. Neurotransmitter GABA
GABA merupakan neurotransmiter inhibitor yang bertugas menghalangi
penghantaran implus diserabut saraf sehingga pesan saraf tidak tersampaikan
GABA harus berikatan dan mengaktifkan dengan reseptornya yaitu reseptor GABA
Efeknya : sehingga dapat menghalangi penghantaran impuls diserabut saraf
dengan cara menghalangi potensial aksi sel saraf.
GABA merupakan neurotransmiter endogen tubuh. Mempunyai agonis yang
bekerja sebagai obat yaitu :
• Obat golongan Barbiturat
• Obat golongan Benzodiazepin
Keduanya bekerja meningkatkan
Aktivitas neurotransmitter GABA
pada reseptornya.
8. Tingkatan Efek Terhadap
Organ
1. Sedasi
Benzodiazepin, barbiturat dan sebagian besar
hipnotik sedatif memiliki efek menenangkan serta
menurunkan ansietas pada dosis yang relatif kecil
2. Hipnosis
Semua hipnotik-sedatif menyebabkan tidur jika
diberikan dalam dosis yang cukup tinggi. Efek
hipnoti-sedatif pada tiap tahapan tidur bergantung
pada beberapa faktor, seperti jenis obat, dosis, dan
frekuensi pemberian.
3. Anestesi
Dosis tinggi hipnotik-sedatif tertentu akan menekan
SSP ke titik pada stadium III pada anestesi umum
9. Tingkatan Efek Terhadap Organ
4. Efek Anti konvulsan
Kebanyakan hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan
penyebaran aktivitas listrik dalam SSP
5. Relaksasi Otot
Beberapa golongan hipnotik-sedatif seperti benzodiazepin mempunyai
efek menginhibisi refleks polisinaptik dan menekan transmisi pada taut
neuromuskular otot rangka (pelemas otot sentral)
6. Fungsi Respirasi dan Kardiovaskular
Pada dosis terapi dapat menimbulkan depresi pernapasan pada penderita
penyakit paru berkaitan dengan dosis penyebab kematian akibat
overdosis hipnotik-sedatif
Pada keadaan hipovolemik, gagal jantung dan penyakit lain yang
melemahkan fx kardiovaskular, dosis normal hipnotik sedatif dapat
menyebabkan depresi kardiovaskular
Efek depresi pernapasan dan kardiovaskular I.V
10. Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif
Meredakan Ansietas
Insomnia
Sedasi dan amnesia sebelum dan selama tindakan medis dan bedah
Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang
Sebagai komponen anastesi yang seimbang (pemberian intravena)
Mengendalikan gejala putus – obat etanol atau hipnotik sedatif lain
Relaksasi otot pada kelainan muskular spesifik
Bantuan diagnostik atau terapi dalam bidang psikiatri
Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif
11. Toksikologi Klinis Hipnotik-Sedatif
• Dosis yang relatif rendah dapat menyebabkan kantuk, gangguan pengambilan
keputusan dan menurunnya ketrampilan motorik berdampak besar pada
ketrampilan mengemudi dan performa kerja
• Benzodiazepin dapat menurunkan kemampuan untuk mempelajari informasi
baru khususnya menyangkut proses daya kognitif tetapi informasi lama yang
telah dipelajari tetap utuh
• Efek ini digunakan pada saat dilakukan prosedur yang tidak nyaman
semisal endoskopi penderita kooperatif pada saat proses prosedur
namun sesudah tindakan penderita tidak ingat dengan prosedur tersebut
• “Date rape” didasarkan pada efek amnesia yang berkaitan dengan dosis
• Efek “hangover” dapat terjadi pada penggunaan hipnotik waktu paruh
panjang
• Pada dosis tinggi dapat menyebabkan keadaan letargi atau kelelahan
• Sensitivitas meningkat pada pasien gangguan pernapasan, kardiovaskular dan
hati dan penderita usia tua depresi pernapasan dan kardiovaskular
12. Klasifikasi
Barbiturat
Masa kerja panjang
Fenobarbital
mengendalikan kejang pada epilepsi.
Masa kerja sedang
Amobarbital
Mempertahankan tidur dalam jangka waktu panjang.
Masa kerja singkat
Pentobarbital
Menimbulkan tidur bagi penderita insomnia.
Masa kerja sangat singkat
Natrium thipental (pentothal)
Anestesi umum
14. Perubahan pada respon Obat
• Penggunaan menahun hipnotik-sedatif terutama jika dosisnya ditingkatkan
dapat menimbulkan keadaan ketergantungan fisiologik
• Gejala putus obat dapat menyebabkan kegelisahan, ansietas, kelemahan,
hipertensi ortostatik, refleks hiperaktif dan kejang umum mengancam jiwa
• Biasa terjadi pada penggunaan obat golongan hipnotik sedatif dengan waktu
paruh singkat gejala putus obat kurang menonjol pada obat waktu paruh
panjang “tappering” karena eliminasi lambat
• Obat yang memiliki waktu paruh panjang seperti chlordiazepoxide, diazepam
dan fenobarbital dapat digunakan untuk meredakan gejala putus obat yang
ditimbulkan oleh obat dengan waktu paruh singkat.
16. Epilepsi
suatu gangguan kejang berulang secara
periodik yang yang disebabkan oleh
muatan listrik abnormal dari neuron-
neuron serebral dan ditandai dengan
hilangnya atau terganggunya kesadaran
dan biasanya disertai dengan kejang.
17. Patofisiologi
ketidakseimbangan antara
neurotransmiter eksitatori dan
inhibitori.
Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti
Gamma Amino Butyric Acid (GABA) atau
peningkatan neurotransmiter eksitatori
seperti Glutamat menyebabkan aktivitas
neuron tidak normal.
18. Klasifikasi Internasional tentang Kejang
Epilepsi
I Kejang Parsial (awal serangan kejang terjadi secara lokal)
A. Sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
1. Disertai gejala motor
2. Disertai gejala sensori khusus atau somatosensori
3. Disertai gejala kejiwaan
B. Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
1. Mula kejang parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran dengan atau tanpa gerakan
otomatis
2. Gangguan kesadaran pada mula kejang dengan atau tanpa gerakan otomatis.
C. Umum sekunder (mula kejang parsial berubah menjadi kejang tonik klonik umum
II Kejang Umum (simestris bilateral dan tanpa mula kejang lokal
A. Absen hentakan klonik ringan pada pada anggota tubuh dan automatisme bermula pada
anak2 atau remaja
B. Myoklonik
C. Klonik
D. Tonik kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tiba
E. Tonik-Klonik kejang dramatik lidah dan pipi dapat tergigit
F. Atonik kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tib
G. Spasme Infantil
III Kejang yang tidak dapat diklasifikasi
IV Status Epileptikus serangan tonik klonik yang membahayakan dan memerlukan penatalaksnaan
kardiovaskular dan pernapasan dan metabolik yang cepat
19. Antikonvulsi yang dipakai dalam mengobati epilepsi,
yaitu
Hidantoin (fenitoin),
Barbiturat dengan masa kerja panjang (fenobarbital, mefobarbital)
Suksinimid (etosuksimid)
Benzodiazepin (diazepam, klonazepam)
Karbamazepin
Valproat (asam valproat)
Gabapentin
Tiagabin
20. Mekanisme Kerja Anti Konvulsi
• Menghambat kanal ion Natrium/sodium
• Meningkatkan efek penghambatan neurotransmitter GABA
• Menghambat kanal ion kalsium
21. Efek Samping yang sering terjadi
akibat penggunaan obat anti epilepsi
Efek Pada Sistem Saraf Pusat :
• Mengantuk, sedasi,
• Depresi
• Pusing
• Bicara cadel
• Ataxia : hilangnya koordinasi otot
• Nistagmus : gerakan spontan bola
mata secara ritmik yang tidak
terkontrol
• Diploplia : penglihatan obyek
menjadi ganda
• Vertigo
• Sakit kepala
• Kebingungan
• Tremor
• Gangguan fungsi kognitif pada
situasi belajar
Efek pada sistem Gastrointestinal
• Mual
• Muntah
• Mulut kering
• Anoreksia
• Diare
Ruam
Kelainan dan cacat lahir pada janin
22. Fenitoin
Indikasi:
• Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial komplek
• Beberapa khasiat dalam klonik, mioklonik, atonic,
• Tidak berpengaruh pada kejang absens
• Pasien trauma kepala/bedah saraf
• Dapat digunakan pada kasus status epileptikus
Fenitoin memiliki range terapetik sempit dengan konsentrasi plasma adalah 10-20
µg/ml
Interaksi obat:
• Mengurangi jumlah obat dalam darah pada banyak obat-obatan
• Meningkatkan kadar fenobarbital & warfarin
Mekanisme aksi :
Menghambat kanal ion sodium (Na+) yang mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ ke
dalam membran sel berkurang sehingga terjadi penghambatan potensial aksi oleh karena
terjadi depolarisasi terus-menerus pada neuron .
23. Dampak buruk:
• Hirsutisme & Fitur wajah menjadi kasar
• Jerawat
• Hiperplasia gingival (20-40%)
• Sikat gigi> 8 kali per hari
• Alasan utama untuk tidak meresepkan untuk anak-anak
• Penurunan konsentrasi serum asam folat, tiroksin, dan vitamin K pada
penggunaan jangka panjang.
Anak berusia 17 tahun diberikan
300mg / hari fenitoin selama 2
tahun (tanpa pengawasan)
Pemulihan secara parsial
setelah penghentian selama 3
bulan
24. Indikasi:
Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial kompleks.
Kontraindikasi:
• Mungkin memperburuk kejang absens dan kejang mioklonik.
• Kelainan darah
• Gangguan hati
Dampak buruk:
• Leukopenia ringan atau hiponatremia
• Menekan konsentrasi hormon tiroid namun TSH tetap normal.
Karbamazepin
Karbamazepin menghambat kanal Na+ yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion
Na+ kedalam membran sel berkurang dan
menghambat terjadinya potensial aksi oleh
depolarisasi terus-menerus pada neuron
25. Fenobarbital
Indikasi:
• Pilihan kedua untuk kejang umum tonik-klonik dan
kejang parsial.
• Pilihan utama kejang pada bayi karena absorbsinya
cepat,
• Gangguan efek kognitif yang merugikan pada anak
dan dewasa sehingga telah dikurangi
penggunaannya sebagai obat utama.
• Status epileptikus
Kontraindikasi:
Kejang absens
Mekanisme :
Meningkatkan kerja penghambatan GABA
Dampak buruk:
• Agitasi dan kebingungan pada orang tua.
• Memburuknya kondisi anak yang hiperaktif
agresivitas
• Efek samping seksual
• Ketergantungan fisik
Interaksi Obat
• Meningkatkan metabolisme vitamin D dan K
Efikasi, toksisitas yang rendah, serta
harga yang murah menjadikan
fenobarbital obat yang penting
untuk tipe-tipe epilepsi ini.
26. Benzodiazepin
Mekanisme aksi :
• Aktivasi reseptor benzodiazepin akan
meningkatkan frekuensi pembukaan
reseptor GABA.
Indikasi:
• Hanya clonazepam & clorazepate
disetujui untuk pengobatan jangka
panjang.
• Clorazepate
• Dalam kombinasi untuk kejang
parsial
• Clonazepam
• Kejang mioklonik, atonic, dan
kejang absens
• Toleransi berkembang setelah
sekitar 6 bulan
27. Indikasi :
• Diazepam dan lorazepam digunakan dalam pengobatan status epileticus.
• Diazepam diberikan secara i.v atau per rektal sangat efektif untuk
mengatasi kejang kontinue terutama status epileptikus tonik klonik
• Lorazepam bekerja lebih lama dari diazepam dan lebih dianjurkan oleh
beberapa ahli
• Diazepam sering dikombinasikan dengan fenitoin.
Kontraindikasi:
• Diazepam tidak boleh digunakan pada anak usia di bawah 9
• Glaukoma sudut sempit
Dampak buruk:
• Hipotonia, Dysarthria
• Gangguan Otot di (clonazepam)
• Gangguan perilaku (terutama pada anak-anak)
• Agresi, Hiperaktif, lekas marah dan Kesulitan berkonsentrasi
Batasan
Dua aspek yang menonjol dalam penggunaan benzodiapen, yaitu :
• Efek sedatif yang hebat merugikan untuk status epileptikus dan terapi kronik
• Dapat terjadi toleransi
28. Tiagabin
Mekanisme Aksi
Bekerja dengan cara menghambat ambilan GABA di neuron dan glia sehingga
memperpanjang kerja inhibisi yang dimiliki GABA.
Indikasi:
• Disetujui pada tahun 1998 sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial pada
pasien berusia setidaknya 12 tahun.
• Efektif sebagai terapi tambahan bagi untuk kejang parsial dalam dosis 16-56
mg/hari.
Kontraindikasi:
Kejang Absens
Dampak buruk:
Kelemahan
Sakit perut
29. Etosuksimid
Indikasi :
• Pilihan pertama pada kejang absens
Kontraindikasi :
• Memperburuk kejang parsial dan
tonik klonik
Mekanisme Aksi :
• Menghambat pada kanal Ca2+ di talamus sehingga pengeluaran glutamat
dihambat yang berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang diperantarai
oleh ion Ca2+ pada kejang absens, sehingga penghambatan pada kanal
tersebut akan mengurangi sentakan pada kejang absens.
Kadar terapeutik 60-100mcg/ml dapat dicapai pada
orang dewasa ,menggunakan dosis 750-1500
mg/hari yang diberikan 2 kali sehari untuk
menghindarkan efek samping pada pencernaan
Dampak buruk:
• perilaku psikotik
• diskrasia darah
• sakit kepala
persisten
• anoreksia
• cegukan
• sindrom seperti
lupus
Toksisitas:
• Gejala seperti parkinson
• ketakutan dipotret (photophobia)
30. Gabapentin
Indikasi:
• Terapi tambahan pada orang dewasa dan anak-
anak dengan parsial & umum sekunder kejang.
• Juga efektif sebagai monoterapi.
Kontraindikasi:
Dapat memperburuk mioklonik & tidak adanya
kejang.
Dampak buruk:
• Berat Badan (5%) dengan pergelangan kaki
edema
• Sifat lekas marah
• masalah perilaku pada anak-anak (6%)
• Telah dikaitkan dengan gangguan gerakan
Mekanisme Aksi :
• Gabapentin tidak bekerja
langsung pada reseptor
GABA namun bekerja pada
presinaptik untuk
menurunkan pelepasan
glutamat dengan cara
menurunkan masukan Ca²⁺
pra sinaptik
31. Asam valproat
Mekanisme Aksi:
1) Meningkatkan produksi GABA dan menurunkan metabolisme GABA
2) Beberapa menghambat kanal ion Ca2
3) Beberapa menghambat kanal ion Natrium
Indikasi:
• Kejang parsial sederhana atau kompleks parsial & Kejang utama tonik-klonik
• Digunakan untuk kejang absen, mioklonik, dan kejang atonic.
• Sangat efektif pada untuk epilepsi fotosensitif dan epilepsi mioklonik pada
remaja.
Kontraindikasi:
• Penyakit hati
Dampak buruk:
• Peningkatan berat badan (30-50%)
• Tremor yang berhubungan dengan dosis
• Kerontokan rambut sementara
• Sindrom ovarium polikistik dan gangguan menstruasi
• Keropos tulang
• Pembengkakan pergelangan kaki
32. Aspek Khusus Toksikologi Obat Antiepilepsi
• Potensi teratogenitas OAE masih kontroversional dan penting untuk
diperhatikan
• Kontroversional karena epilepsi dan OAE bersifat heterogen
• Penting karena efek teratogenitas akibat penggunaan kronik pada jutaan
orang
• Kelahiran anak dengan ibu yang mendapatkan terapi OAE memiliki resiko
2x lipat mengalami malformasi
• Fenitoin, fenobarbital dan karbamazepin mengakibatkan sindrom fetal
hidantoin
• Valproat, karbamazepin spina bifida
33. ANESTESI
Merupakan tindakan “meracuni” penderita,
mempergunakan obat-obatan khusus yaitu obat
anestetikum yang umumnya bersifat depresan
yang bersifat reversibel pada sistem organ tubuh
34. Tindakan anestesi yang
memadai meliputi tiga
komponen:
• Hipnotik (tidak sadarkan diri=mati
ingatan)
• Analgesia (bebas nyeri = mati
rasa)
• Relaksasi otot rangka (mati gerak)
trias anestesia
36. Adapun stadium pada anastesi umum dibagi menjadi empat yaitu:
Stadium I.
Stadium Analgesia. Penderita tetap sadar tetapi telah mengalami pengurangan kesadaran akan nyeri
Stadium II.
Stadium Eksitasi. Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai stadium operasi. Penderita mengalami amnesia
setelah kejadian tersebut, tetapi refleks dan otonomik jadi tidak teratur serta kontrol respirasi meningkat
selama stadium ini. Dapat disertai dengan aritmia jantung, spasme bronkus, spasme laring dan muntah.
Stadium III.
Stadium anestesi operasi. Penderita tidak sadar dan tidak memiliki refleks nyeri. Ditandai paling sering
dengan adanya relaksasi otot rangka, tetapi respirasi teratur dan tekanan darah dapat dipertahankan
dengan baik.
Stadium IV.
Stadium depresi medular. Penderita mengalami depresi pernapasan (paralisis diagfragma) dan depresi
tekanan darah yang berat. Tanpa ventilasi mekanik dan bantuan farmakologi terhadap tekanan darah,
37. Anestesi seimbang merupakan
kombinasi obat-obatan yang
sering dipakai dalam anestesi
umum
Golongan Hipnotik yang diberikan semalam
sebelumnya
Golongan Premedikasi yang diberikan kira-kira 1
jam sebelum pembedahan
Golongan Anestesi Intravena sebagai induksi
anestesi
Golongan Anestesia Inhalasi sebagai maintanance
proses anestesi
Golongan Obat Pelumpuh Otot dan Penawarnya
38. Premedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan obat-obatan pendahuluan
yang terdiri dari obat-obat anti kolinergik, sedatif/trankuikizer dan analgetik
Tujuan pemberian
pramedikasi agar
dapat menimbulkan
rasa nyaman dan
menghilangkan rasa
cemas.
Obat antikolinergik
Contoh turunan preparat alkaloid belladon;
atropin sulfas dan skopolamin.
Pemberian obat tersebut bertujuan mengurangi
pengeluaran sekresi kelenjar, saliva, saluran
cerna dan saluran napas
Obat sedatif/tranquiler
Contohnya derivat benzodiazepin seperti
diazepam, midazolam, klordiazepoksid.
Obat golongan ini berkhasiat sedasi dan
mengurangi rasa cemas
Obat analgetik opiod
Golongan narkotik yang sering digunakan
adalah petidin dan morfin, sedangkan fentanil
digunakan sebagai suplemen anestesia.
Digunakan karena mempunyai efek analgesik
dan efek sedasi.
39. ANESTESI
INTRAVENA
Anestesi intravena dapat dipakai
untuk anestesi umum atau tahap
induksi dari anestesi.
Bagi pasien rawat jalan untuk
pembedahan jangka waktu singkat,
anestetik intravena merupakan
bentuk pilihan.
Tiopental
Menginduksi status hipnotik cepat dalam waktu
Dimetabolisme di hati secara perlahan sehingga akumulasi
racun dapat terjadi
Penggunaan dengan infus berkelanjutan sebaiknya tidak
dilakukan
Ketamin
Digunakan pada pasien anak karena efek anestesi dan analgesia
dapat dicapai dengan pemberian intramuskular.
Digunakan pada lansia dengan resiko tinggi dan pada kasus
syok karena agen anestesi ini dapat juga menstimulasi jantung.
Propofol
Induksi cepat dan durasi singkat aksinya mirip tiopental
Namun pasien dapat pulih lebih cepat dengan sedikit kejadian
mual dan muntah
Fentanil
Analgesik opiod jarang mempengaruhi sistem kardiovaskular
maka obat ini berguna untuk operasi jantung dan operasi yang
beresiko tinggi.
Opiod bereaksi secara langsung di sum-sum tulang belakang,
dan sering digunakan di epidural untuk anestesi spinal.
40. OBAT WAKTU
INDUKSI
PERTIMBANGAN PEMAKAIAN
Inhalasi : Cairan
Menguap
Eter
Halotan
Enfluran
Isofluran
Lambat
Cepat
Cepat
Cepat
Sangat Mudah terbakar. Tidak menimbulkan efek
yang berat pada sistem kardiovaskular atau hati
Pemulihan cepat. Dapat menurunkan tekanan darah,
mempunyai efek bronkodilator. Kontraksi pada
obstetri
Dapat menyebabkan hipotensi. Kontraindikasi pada
gangguan ginjal
Mempunyai efek yang minimal pada kardiovaskular.
Dapat menimbulkan disterss pernapasan.
Inhalasi : Gas
Nitrous Oksida
Siklopropan
Sangat cepat
Sangat cepat
Pemulihan cepat. Mempunyai efek yang minimal
pada kardiovaskular. Harus diberikan bersama-sama
oksigen. Potensi rendah
Sangat mudah terbakar dan meledak. Jarang
digunakan.
ANESTESI INHALASI
41. Relaksasi otot rangka merupakan
salah satu dari trias anestesi yang
harus dipenuhi pada operasi-operasi
besar
seperti laparotomi, toraktomi dan operasi-
operasi yang memerlukan napas kendali
Pilihan obat pelumpuh otot
Gangguan Fungsi Ginjal : atrakurium dan vekuronium
Gangguan Fungsi Hati : atrakurium
Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakurium
Kasus obstetri : semua dapat digunakan kecuali galamin
Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat pelumpuh otot
bisa berlangsung secara spontan setelah masa kerja berakhir.
Namun untuk mempercepat pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya yaitu
golongan kolinergik yang bekerja sebagai antikolinesterase seperti neostigmin atau
prostigmin meningkatkan kadar asetilkolin diujung saraf
42. Anestesi Lokal menghilangkan
sakit pada tempat dimana obat
diberikan, dan kesadaran tetap di
pertahankan.
Anestesi spinal membutuhkan anestetik lokal
untuk diinjeksikan pada ruang subarakhnoid
setinggi ruang lumbal tiga atau empat.
43. Jenis anestetik lokal yang digunakan
adalah kokain, prokain, lidokain dan
bupivakain.
Obat anestesi lokal mencegah proses
terjadinya depolarisasi membran
Keadaan ini menyebabkan aliran impuls yang
melewati saraf tersebut terhenti, sehingga
segala macam rangsang atau sensasi tidak
sampai ke susunan saraf pusat.
44. Anestesi Topikal
Larutan, spray, salep, krim dan gel yang digunakan
pada membran mukosa permukaan kulit baik yang
rusak maupun utuh dan luka bakar untuk
mengurangi sensitivitas ujung saraf di daerah yang
terkena.
45. Analgesik adalah suatu senyawa yang
dalam dosis terapetik dapat menimbulkan
efek penghilangan rasa nyeri tanpa memiliki
kerja anestesi umum.
Berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata
‘an’ yang berarti tanpa dan ‘algia’ yang
berarti nyeri
46. Nyeri merupakan suatu gejala yang
berfungsi untuk melindungi dan
memberikan tanda bahaya ‘alarm’ tentang
adanya gangguan pada sistem tubuh
seperti :
1. Peradangan (Inflamasi)
2. Infeksi mikroorganisme,
3. Kejang otot
4. Pertanda adanya penyakit
47. Berdasarkan durasinya, nyeri
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Nyeri Akut
2. Nyeri Kronis
Berdasarkan sumber nyerinya, nyeri ini
digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Nyeri permukaan
2. Nyeri somatis
3. Nyeri viseral
48. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu
pelepasan zat-zat tertentu yang
disebut dengan mediator nyeri
seperti histamin, bradikinin,
leukotrien dan prostaglandin
49. Semua mediator nyeri tersebut
merangsang reseptor nyeri
(nociceptor) yang berada di seluruh
jaringan dan organ tubuh kecuali CNS
untuk disalurkan ke otak melalui divisi
neuron sensorik yang dilanjutkan
melalui sumsum tulang belakang
(spinal cord) dan otak tengah. Dari
talamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri.
Fakta :
• Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri.
• Sistem opiod endogen berupa neurotransmitter seperti enkepalin, dinorfin dan endorfin
• Neurotransmitter tersebut mempunyai reseptor khusus yaitu µ. δ, κ yang berada di sistem
saraf pusat (CNS).
• Jika opioid endogen terikat pada reseptor opiod maka akan menghambat rangsangan nyeri.
50. TERAPI NYERI
Merintangi pembentukan rangsangan
dalam reseptor nyeri perifer, oleh analgetika
perifer atau anestetika lokal.
Merintangi penyaluran rangsangan nyeri
dalam syaraf-syaraf sensoris oleh anestetika
lokal.
Blokade pusat nyeri pada SSP dengan
analgetika sentral (narkotika) atau
anestetika umum.
52. Analgesik opiod adalah obat yang
menyerupai peptida opiod endogen
dan menyebabkan aktivasi reseptor
opiod yaitu reseptor µ (miu).
Peptida endogen tersebut adalah
endorfin, dinorfin dan enkefalin
Obat-obat yang kerjanya
menyerupai opiod endogen
adalah analgesik opiod dan yang
bekerja memblokade nyeri di
sistem saraf pusat adalah anastesi
umum.
53. Fakta Analgesik Opioid
o Bekerja pada otak untuk menghambat rasa nyeri sistemik
o Dapat mengakibatkan ketagihan
o Termasuk golongan narkotik
o Memiliki efek pada sistem saraf pusat dan pada organ-organ
tertentu
o Tidak memiliki aktivitas antipiretik dan antiinflamasi
o Berdasarkan sumber bahan aktif, analgesik opioid dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
o Alami alkaloid opium
o Morfin
o Kodein
o Semi sintetik
o Oksikodon
o Sintetik disintesis di laboratorium
o Metadon
o Berdasarkan mekanisme aksinya dibagi menjadi 3 kategori :
o Agonis Opioid
o Agonis Parsial
o Antagonis Opioid
56. Efek pada sistem saraf pusat:
• Menurunkan rasa nyeri
• Sedasi
• Meniadakan rasa takut (ansiolitik)
• Menghambat pusat pernafasan dan
pusat batuk
• Menimbulkan miosis (pengecilaN pupil)
• Meningkatkan kerja ADH (hormon
antidiuretik)
Efek pada Perifer
• Menghambat pengosongan lambung
• Mengurangi motilitas saluran cerna
• Mengurangi tonus pembuluh
darah tekanan darah dapat turu
• Meningkatkan pembebasan histamin
Indikasi: nyeri yang sangat kuat akibat kecelakaan, nyeri operasi, nyeri
akibat kanker
Agonis Opioid prototipe Morfin
57. PENGGUNAAN MORFIN
Efek sebagai analgesik morfin baik digunakan untuk mengobati nyeri tumpul dan
nyeri konstan daripada nyeri tajam dan nyeri periodik
Efek samping yang berbahaya adalah toleransi, ketergantungan dan terjadi
depresi pusat pernapasan
Gejala ketergantungan dapat terjadi akibat penghentian obat
penyebab umum sebagian besar kematian akibat morfin overdosis adalah
sesak napas
Sejumlah besar efek samping termasuk:
Sembelit
Eksisatory
Euphoria
Mual
Penyempitan pupil mata
Toleransi dan ketergantungan
58. Agonis Parsial (Mixed Opioid Agonist–
Antagonists)
Buprenorfin
Turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama dan merupakan suatu agonis
parsial reseptor mu.
Penggunaan klinik lebih banyak untuk mendetoksifikasi dan
mempertahankan penderita penyalahgunaan heroin.
Antagonis Opiod
Nalokson dan Nalterkson
Merupkan antagonis opiod murni yang terikat secara kompetitif ke reseptor
opiod, tetapi tidak menghasilkan respon analgesik.
Digunakan untuk mengatasi efek toksik dari opiod agonis dan opiod
agonis-antagonis. Nalokson mempunyai masa kerja singkat sedangkan
Nalterkson mempunyai masa kerja panjang.
Notes de l'éditeur
Migrain : terjadi dilatasi pembuluh darah diotak sehingga menekan sel-sel saraf yang mengakibatkan rasa nyeri.
Di dalam otak terdapat reseptor adenosin, zat kimia yang membuat kita mengantuk. Jika adenosin berkurang, tubuh akan semakin segar. Sebaliknya, semakin banyak adenosin, tubuh akan semakin terasa lelah.Hebatnya, struktur kafein mirip dengan reseptor adenosin. Setelah minum kopi, kafein secara otomatis akan menggantikan adenosin pada reseptor. Hilangnya adenosin akan membuat tubuh terasa lebih bertenaga dan segar.Namun, semakin sering kita minum kopi, otak akan menghasilkan lebih banyak reseptor adenosin. Bersamaan dengan itu, tubuh jadi membutuhkan lebih banyak asupan kafein. Inilah yang menyebabkan minum kopi bisa membuat ketagihan. Jika kebutuhan kafein tidak terpenuhi, adenosin yang semakin banyak itu akan membuat tubuh lebih cepat dan mudah lelah.
Saat efek kafein berkurang, adenosin akan kembali muncul. Akhirnya, tubuh pun meminta asupan kafein yang baru.Efek positifnya, kafein dapat membangun pasokan adrenalin yang akan meningkatkan denyut jantung, memompa darah, dan membuka saluran udara. Efek kafein juga diklaim bisa membuat orang lebih bahagia, sama seperti efek kokain pada tubuh.
Hirsutisme adalah gejala munculnya rambut pada bagian tubuh perempuan yang biasanya tidak ditumbuhi rambut seperti di bawah dagu atau di atas bibir.Hirsutisme bukanlah merupakan penyakit namun gejala (symptom) saja. Kemungkinan ada kelainan medis lainnya, apalagi jika hal ini muncul setelah pubertas.