SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
memiliki prospek yang sangat cerah, baik sebagai ikan hias maupun konsumsi
(Arie, 2006). Chobiyah (2001), menyebutkan bahwa ikan patin memiliki beberapa
kelebihan diantaranya adalah pertumbuhannya cukup cepat, nafsu makan tinggi,
ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang cukup baik antara lain
mampu bertahan selama beberapa jam dalam air berkadar oksigen < 0,5 mg/L,
serta memiliki cita rasa daging yang lezat (Ghufron, 2010).
Dalam kegiatan budidaya ikan, pertumbuhan merupakan parameter
budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai
produksi yang diharapkan. Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau bobot
dalam kurun waktu tertentu (Effendi, 1997). Salah satu faktor yang berperan
penting dalam pertumbuhan ikan adalah pakan. Haetami et al. (2005), menyatakan
bahwa pakan yang mempunyai keseimbangan protein yang tepat dengan jumlah
pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang
terbaik.
Kurnia (2008), menjelaskan bahwa nilai kualitas pakan sangat ditentukan
oleh seberapa lengkap ketersediaan komponen penyusunnya. Semakin lengkap
komponen penyusunnya, maka semakin tinggi pula kualitas pakan tersebut.
Komponen pakan yang lengkap tersebut meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Sunarno (2001) menyatakan pada umumnya ikan yang
berada dalam proses pertumbuhan (benih) membutuhkan protein sebesar 30%36%. Menurut Gaffar dan Nasution (1990) dalam Ghufron (2010), benih ikan
patin membutuhkan protein berkisar antara 25%-37%.
Umumnya pakan yang mengandung nutrisi dasar protein hewani harganya
mahal, karena sebagian besar bahan bakunya masih diimpor (Resnawati, 2006).
Disatu sisi, pakan juga merupakan faktor penentu keuntungan dalam suatu usaha
budidaya ikan, karena umumnya 60% dari total biaya produksi digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ikan akan pakan. Kesalahan dalam mengelola pakan akan
berakibat pada kerugian yang besar (Yudha, 2003). Oleh karena itu, manajemen
2

pemberian pakan secara tepat merupakan hal yang perlu dilakukan agar ikan yang
dipelihara dapat memperoleh nutrisi yang sesuai serta mencukupi kebutuhannya
untuk tumbuh dan berkembangbiak.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan on farm sebagai bentuk latihan
untuk mengetahui pengaruh aplikasi manajemen pemberian pakan tersebut
terhadap kelangsungan dan laju pertumbuhan serta efisiensi pakan pada benih
ikan patin.

1.2. Perumusan Masalah
Ikan patin (Pangasius sp.) memiliki nafsu makan yang besar (BIPP, 2001),
sehingga dalam pemeliharaannya pakan dan pemberian pakan yang memiliki
kuantitas dan kualitas yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan (Ekasanti, 2008), karena pertumbuhan ikan patin relatif lebih cepat
jika didukung dengan jumlah pemberian pakan yang sesuai dan tepat waktu
(Suhenda et al., 2003). Saat ini di tengah semakin tingginya harga pakan (Kurnia,
2008), maka aplikasi manajemen pemberian pakan yang tepat merupakan salah
satu solusi yang tepat dalam kaitannya menekan biaya produksi pakan ikan tanpa
mengurangi kualitas dari benih yang dihasilkan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.

Bagaimana

pengaruh

manajemen

pemberian

pakan

terhadap

laju

pertumbuhan, kelangsungan hidup dan nilai konversi pakan pada benih ikan
patin?
2.

Bagaimana pengaruh manajemen pemberian pakan terhadap kualitas air
pada pendederan ikan patin?

3.

Bagaimana analisis kelayakan usaha pada kegiatan pendederan ikan patin?

1.3. Tujuan
Adapun pelaksanaan dari on farm ini bertujuan untuk :
1.

Menambah pengetahuan dan kompetensi dibidang budidaya perikanan air
tawar, khususnya pendederan ikan patin.
3

2.

Mengetahui pengaruh manajemen pemberian pakan yang berbeda terhadap
laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan nilai konversi pakan pada benih
ikan patin.

3.

Mengetahui pengaruh manajemen pemberian pakan terhadap parameter
kualitas air pada pendederan ikan patin.

4.

Mampu membuat dan menetukan analisis kelayakan usaha dari kegiatan
pendederan ikan patin.
4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Patin
Patin (Pangasius sp.) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli
indonesia yang tersebar disebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging
ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging
yang khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin
dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah
dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki
beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam
panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, K 2002). Beberapa
kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi
yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Peningkatkan produksi ikan patin
dapat dilakukan melalui perhatian dan pemantauan terhadap padat tebar ikan
diwadah pemeliharaan, karena padat tebar dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan
dan efisiensi hasil produksi.
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan jenis

ikan konsumsi air

tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna
kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak
di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Adapun
klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut :
Ordo

:

Ostarioplaysi.

Subordo

:

Siluriodea.

Famili

:

Pangasidae.

Genus

:

Pangasius.

Spesies

:

Pangasius sp.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya :
a)

Pangasius polyuranodo (ikan juaro)

b)

Pangasius macronema

c)

Pangasius micronemus
5

d)

Pangasius nasutus

e)

Pangasius nieuwenhuisii
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan jenis

ikan konsumsi air

tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna
kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena
memiliki harga jual yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin
mendapat

perhatian

dan

diminati

oleh

para

pengusaha

untuk

membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35 - 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan
perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang
tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat
untuk membesarkan ikan ini.

2.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan Patin (Pangasius sp.) bertahan hidup pada perairan yang kondisinya
sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan
ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2) yang cukup baik
untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida
(CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2 – 7,5,
konsentrasi sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh
ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan
patin antara 28 – 290C. ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki
fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu
perairan menurun sampai 14 – 150C ataupun meningkat diatas 350C. Aktifitas
patin terhenti pada perairan yang suhunya dibawah 6 0C atau diatas 420C
(Djariah, 2001).

2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan
Menurut Djariah (2001), ikan patin (Pangasius sp.) memerlukan sumber
energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung ke arah
6

karnivora (pemakan daging/hewani) Susanto dan Amri (2002) menjelaskan,
dialam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan
molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan
daun – daunan yang ada diperairan. Apabila dipelihara dikolam, ikan patin tidak
menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Jangkaru, Z (2004) dalam Buku
Budidaya Ikan di Jaring Terapung, Cholik et al (2004) yang menyatakan bahwa
ikan patin (Pangasius sp.) sangat tanggap terhadap pakan buatan.
Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan dengan kandungan
protein 28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3 kali per hari, untuk
mempercepat pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan rucah 10 % dari
bobotnya dan diberikan 2 kali seminggu.
2.4. Kebiasaan Berkembang Biak
Di habitat aslinya, patin memijah pada musim penghujan sehingga
benihnya banyak ditemukan pada bulan Maret-Mei. Patin matang kelamin pada
usia 2-3 tahun dengan berat di atas 1,5 kg. Induk patin yang berukuran 5-6 kg
dapat menghasilkan telur hingga 1,5 juta butir. Patin siam (Pangasius
hypothalamus) memiliki fekundias atau jumlah telur yang lebih banyak
dibandingkan dengan patin jambal (P. djambal).
Patin jantan mencapai dewasa lebih cepat daripada patin betina yang
proses kematangan kelaminnya relatif lama. Perkembangan gametnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Patin yang hidup di daerah tropis, proses dan
perkembangan telur dan spermanya lebih cepat daripada patin yang hidup di
daerah subtropis. Patin yang hidup di alam biasanya hidup secara bergerombol
saat musim pemijahan. Patin yang matang kelamin mudah memijah saat
turbulensi akibat pengadukan air dari permukaan dasar yang bersamaan dengan
banjir atau meluapnya air sungai. Sebaliknya, patin sulit memijah secara alami di
kolam-kolam pemeliharaan. Patin hanya memijah setelah diberi rangsangan
(induces spawning), menggunakan hormon buatan seperti ovaprim atau hormon
alami seperti hipofisa.
Ikan patin yang telah memijah menghasilkan telur berwarna putih jernih
agak kekuning-kuningan. Telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 18-24
jam pada suhu air 29-30oC. Telur ikan patin akan menjadi lambat menetas pada
7

suhu yang rendah. Larva ikan patin yang baru menetas empunyai cadangan
kuning telur yang menggantung dibawah permukaan perut. Cadangan makanan
tersebut akan habis dalam waktu 3-4 hari, sehingga pada saat ini larva mulai
mengambil pakan dari luar yang dapat berupa fitoplankton atau zooplankton.
Larva dan benih ikan patin menyukai hidup pada perairan yang dangkal dan subur
akan pakan alami.
2.5. Laju Pertumbuhan Ikan Patin
Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh pertumbuhan
maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya (protein,
karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat tebar yang
tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan
tercukupi. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam memperebutkan
makanan dan ruang (Kordi, 2005).
Pertumbuhan adalah total energi yang diubah menjadi penyusun tubuh,
kebutuhan energi ini diperoleh dari makanan. Pertumbuhan juga merupakan suatu
proses pertambahan bobot maupun panjang tubuh ikan, adapun perbedaan laju
pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya pengaruh padat penebaran dan
persaingan di dalam mendapatkan makanan (Hernowo, 2001). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa perlakuan padat penebaran yang berbeda memberikan
pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan ikan patin. Hal ini karena ikan
patin mempunyai sifat menggerombol dan hidup di kolom air sehingga
mengalami persaingan dalam mendapatkan makanan akibat padat penebaran yang
tinggi (Asyari dkk, 1992).
Menurut Asmawi (1983), semakin tinggi kepadatan ikan maka akan semakin
kecil laju pertumbuhan per individu. Dengan kepadatan rendah ikan mempunyai
kemampuan memanfaatkan makanan dengan baik dibandingkan dengan
kepadatan yang cukup tinggi, karena makanan merupakan faktor luar yang
mempunyai peranan di dalam pertumbuhan

Kekurangan pakan akan

memperlambat laju pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan kanibalisme,
sedangkan kelebihan pakan akan mencemari perairan sehingga menyebabkan
udang stres dan menjadi lemah serta nafsu makan udang akan menurun
(Khairuman, 2002). Ruang gerak juga merupakan faktor luar yang mempengaruhi
8

laju pertumbuhan, dengan adanya ruang gerak yang cukup luas ikan dapat
bergerak dan memanfaatkan unsur hara secara maksimal (Rahmat, 2010).
2.6. Kualitas Air
a.

Suhu

Suhu merupakan faktor kritis yang mempengaruhi proses respirasi. Suhu
tidak hanya menentukan besarnya kandungan oksigen terlarut di perairan tetapi
juga berhubungan dengan jumlah oksigen yang diperlukan hewan (Spotte, 1970
dalam Armila, 2000).
Menurut Huet (1971) dalam Armila (2000), suhu air sebagai parameter fisika
kimia air dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas ikan seperti pernapasan,
pertumbuhan serta reproduksi. Brown (1979) menyatakan, peningkatan suhu air
akan diiringi oleh peningkatan laju metabolism yang disebabkan karena
meningkatya konsumsi pakan sehingga akan meninkatkan pertumbuhannya.
Potaros dan Sitasit (1976) menyatakan, larva ikan patin dapat hidup pada kisaran
suhu air 280C sampai 320C dan menurut Hardjamulia et al. (1981), pada kisaran
suhu air 240C sampai 26,50C. Ikan patin dapat hidup baik pada derajat
keasaman (pH) 5-9, kandungan oksigen antara 3-6 ppm, kandungan CO2 9-20
ppm, alkalinitas 80-250 dan suhu antara 28-300C (Khairuman, 2002).
b.

Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi
kehidupan ikan, karena oksigen diperlukan bagi proses pernapasan dan
merupakan komponen utama bagi metabolism ikan (Wardoyo, 1975). Kebutuhan
organisme terhadap oksigen bervariasi tergantung kepada jenis,stadia dan
aktivitasnya. Jenis-jenis ikan yang dapat mengguakan oksigen langsung dari
udara, dapat tahan terhadap kandungan oksigen terlarut yang rendah (Pescod,
1973 dalam Hasanah, 1989). NTAC (1968) dalam Wardoyo (1975) mengatakan,
agar kehidupan ikan dapat layak dan kegiatan budidaya perairan berhasil maka
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 4 ppm. Swingle dalam Boyd
(1982) menyatakan, jika oksigen kurang dari 0,3 mg/l dalam waktu yang lama
akan menyebabkan kematian ikan. Pada kisaran oksigen 1-5 mg/l ikan dapat
bertahan hidup tetapi pertumbuhannya lambat jika dibiarkan lama.
9
c.

Derajat Keasaman (pH)

pH berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, nafsu
makan berkurang pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena aktivitas enzim
pencernaan menjadi rendah (Zoonneveid et al., 1991). Nilai pH yang rendah akan
menyebabkan terjadinya penggumpalan lender pada insang ikan dan ikan akan
mati lemas (Sutomo, 1978). Alabaster dan Lioyd (1980) menyatakan, variasi
pengaruh pH terhadap ikan tergantung pada spesies, ukuran ikan, suhu,
konsentrasi CO2, dan kehadiran logam berat seperti fe. Selain itu, nilai pH
mempengaruhi daya racun bahan atau faktor kimia lainnya,seperti daya racun
ammonia meningkat jika pH meningkat dan daya racun H2S meningkat jika pH
turun (Boyd, 1990). Perairan dengan pH 6,5 – 9 baik bagi ikan pada umumnya,
sedangkan pada kisaran 4,5 – 6,5 pertumbuhannya cenderung lambat (Boyd,
1982). Menurut Hardjamulia (1995), pH yang baik untuk ikan jambal siam
minimal 6. Hasil penelitian Hasanah (1989), nilai pH yang baik untuk
pertumbuhan ikan jambal siam adalah 6,5 – 7.
d.

Ammonia

Ammonia yang ada di perairan dapat berasal dari pemupukan, hasil ekskresi
ikan dan dari penguraian unsur dari mikroba. Ammonia yang terukur di perairan
berupa ammonia total yaitu NH3 dan NH4 (Armila, 2000). Pemberian pakan dan
pemupukan merupakan sumber nitrogen terbesar dalam system budidaya. Feces
dan sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan akan terurai menjadi ammonia dalam
lumpur kolam budidaya untuk selanjutnya dibebaskan ke kolom air (Coenco,
1989 dalam Armila, 2000). Ammonia mempengaruhi kemampuan ikan untuk
mengambil oksigen. Kadar ammonia yang tinggi dalam air secara langsung dapat
membunuh organisme perairan, yaitu dengan adanya peningkatan konsumsi
oksigen oleh jaringan, merusak jaringan insang dan mempengaruhi kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen (Colt dan Armstrong, 1982 dalam Armila,
2000). Pescod (1979) dalam Armila (2000) menyatakan, banyaknya kandungan
ammonia yang dapat menunjang kelangsungan hidup ikan dan organisme perairan
lainnya adalah kurang dari 1 mg/L. Kandungan ammonia yang dapat
menyebabkan kematian ikan berkisar antara 1,2 mg/L sampai 2,0 mg/L (Albaster
dan Lioyd, 1980 dalam Armila, 2000).
10

III.

PELAKSANAAN KEGIATAN ON FARM

3.1. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan kegiatan on farm ini adalah di Departemen Perikanan
Budidaya PPPPTK Pertanian Cianjur dan dilaksanakan pada bulan oktober hingga
Desember 2012.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan on farm ini adalah bak pendederan,
peralatan aerasi, ember, seser, mikroskop, objek glass/cavity slide, cover glass,
timbangan digital, mistar dan alat kualitas air.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan on farm ini adalah larva ukuran 3/4
inchi meter, pakan pellet dan obat-obatan.
3.3. Prosedur Pelaksanaan
3.3.1. Rencana Pelaksanaan Produksi
a. Persiapan Bak / Kolam Pendederan
-

Bak/kolam pendederan dibersihkan dengan menyikat dinding dan lantai
dengan menggunakan sikat cuci dan diberi detergen

-

Setelah bersih dialiri air setinggi 20-30 cm dan diberi methilen blue dan
garam.

-

Air didiamkan/dibiarkan selama ± 24 jam

-

Kemudian diaerasi selama 24 jam hingga 48 jam

b. Penebaran Benih
-

Benih ikan patin didatangkan dari Sukabumi

-

Benih dilakukan aklimatisasi di bak/kolam pendederan agar benih tidak
stress

-

Aklimatisasi dilakukan pada plastik tempat benih diangkut dengan
mengapung-apungkan di atas air pada bak/kolam pendederan.
11

-

Aklimatisasi dilakukan selama 30 menit sampai 60 menit atau kondisi
suhu pada kantong tempat benih dan bak/kolam pendederan diperkirakan
sama.

-

Benih ditebar secara perlahan dan dilakukan penyortiran sesuai
keseragaman ukuran.

c. Pemeliharaan Benih
-

Benih dipelihara hingga mencapai ukuran ± 2 inchi meter

-

Kualitas air dipantau dan dilakukan pengukuran suhu, oksigen terlarut, pH
dan ammonia.

-

Penyiponan dilakukan 2 kali dalam seminggu atau jika kondisi air kotor.

-

Selama pemeliharaan benih diberi pakan pellet 2-3% dari berat total ikan
perhari dengan frekuensi 3-4 kali sehari.

-

Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan dan
dilakukan sortasi dan grading ikan untuk mencegah kanibalisme dan
persaingan makanan.

d. Penjualan Benih
-

Penjualan benih dilakukan pada benih berukuran ± 2 inchi meter.

-

Dijual pada petani perikanan sekitar wilayah Kabupaten Cianjur.

-

Dilakukan pada bulan Nopember 2012 dan atau setelah dipelihara mulai 3
minggu penebaran.

3.3.2. Pengambilan Data dan Analisis
Data yang diukur meliputi pertumbuhan ikan (panjang dan berat) dan pengukuran
kualitas air. Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan pada saat penebaran, tiap
minggu sekali dan saat panen. Begitu pula pengukuran kualitas air dilakukan pada
saat penebaran, tiap minggu sekali dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dan
pada saat panen. Parameter yang diukur meliputi : suhu, oksigen terlarut, pH
(Derajat Keasaman) dan ammonia.
Pemberian pakan dan pemantauan penyakit ikan dicatat dalam tabulasi (Lampiran
1). Data selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
12

3.4. Rencana Anggaran Biaya
Tabel 3.1. Rencana Anggaran Biaya Pendederan Ikan Patin
HARGA
NO

KOMPONEN

JUMLAH SATUAN

SATUAN

JUMLAH

(Rp)
1
-

Modal Sarana Pembenihan
Benih ikan patin ukuran 3/4

28,000

Ekor

88.00

2,464,000.00

3

inchi meter

Bulan

75,000.00

225,000.00

1

Set

764,000.00

764,000.00

Sewa kolam
Alat perikanan (seser, ember,
dll)

-

Alat pembersihan bak

1

Set

50,000.00

50,000.00

-

Obat-obatan

1

Set

80,000.00

80,000.00

Jumlah
2

Modal Biaya Operational

-

Pakan pelet

3,583,000.00

-

4

Lain-lain

600,000.00

Bulan

75,000.00

225,000.00

1

air

150,000.00

3

Sewa alat pengukur kualitas

Zak

Emergent

140,000.00

140,000.00

Jumlah

965,000.00

Total Modal Usaha
3

Perhitungan pendapatan
harga jual benih

60,000

6,000,000.00
Ekor

180.00

10,800,000.00

Perhitungan pendapatan
4

harga jual benih dikurangi

4,800,000.00

pengeluaran
5

Break Event Point (BEP)
Total Modal dibagi Total
Produksi
Total Modal dibagi Harga

100.00
33,333.33
13

Jual Benih @ekor Rp.180
Revenue Cost Ratio (R/C
6

ratio) Perbandingan
pendapatan dan

1.80

pengeluaran
Catatan :
1. Kembali modal pada harga benih Rp. 100 / ekor dari Rp.180 /ekor
2. Kembali modal pada 33,333.33 ekor benih dari 60.000 ekor
3. Nilai R/C ratio sebesar 1.80 menunjukan usaha pembenihan menguntungkan jika
dilakukan. Dari setiap Rp.1 modal yang dikeluarkan, menghasilkan pendapatan sebesar Rp
1.80
14

3.5. Cash Flow Usaha Pendederan Ikan Patin
Table 3.2. Cash Flow (Arus Kas) Usaha Pendederan Ikan Patin

No

I

Uraian

Jumlah

Satua
n

Harga

Waktu Pelaksanaan (Bulan)

Jumlah

Satuan

Harga (Rp)

(Rp)

Agust (Rp)

6,000,000.00

6,000,000.00

Sep (Rp)

Okt (Rp)

Nop (Rp)

KAS MASUK

1 Pinjaman Diterima

2 Penjualan Benih

1

60,000

Rupia
h

Ekor

6,000,000.0
0

180.00

10,800,000.0

6,000,000.00

5,000,000.00

0

5,800,000.00

3 Lain-lain

16,800,000.0
0

KAS KELUAR
1 Persiapan Kolam/Bak Pemeliharaan
a. Alat Pembersihan

10,800,000.00

-

Total Kas Masuk

II

Total (Rp)

1 Set

6,000,000.00

5,000,000.00

5,800,000.00

16,800,000.00
15

50,000.00
b. Obat-Obatan

2 Pembelian Benih

1 Set

60,000

Ekor

50,000.00

50,000.00

50,000.00

100,000.00

100,000.00

100,000.00

100,000.00

80.00

4,800,000.00

50,000.00

50,000.00

2,400,000.00

2,400,000.00

4,800,000.00

Pembelian Peralatan
3 Operasional (Ember,
Seser, dll)

1

Set

4 Pembelian Pakan

b. Pakan Pelet

5

Sewa Kolam/Bak
Pemeliharaan

50,000.00

-

a. Pakan Alami (Tubifex,
Dapnhia, dll)

50,000.00

10

2

Liter

Zak

3 Bulan

-

7,000.00

70,000.00

35,000.00

35,000.00

70,000.00

170,000.00

340,000.00

170,000.00

170,000.00

340,000.00

75,000.00

225,000.00

225,000.00

225,000.00

Sewa Peralatan Kualitas
6 Air dan Fasilitas

3 Bulan

Laboratorium
Angsuran Pokok Pinjaman

Rupia

75,000.00

225,000.00

225,000.00

225,000.00
16

2 h

3,000,000.0

6,000,000.00

3,000,000.00

3,000,000.00

6,000,000.00

0
Lain-lain

Total Kas Keluar

1

Emerg
ent

140,000.00

140,000.00

12,000,000.0
0

40,000.00

50,000.00

50,000.00

140,000.00

240,000.00

2,655,000.00

5,655,000.00

3,450,000.00

12,000,000.00

5,760,000.00

3,105,000.00

2,450,000.00

4,800,000.00

4,800,000.00

-

5,760,000.00

3,105,000.00

2,450,000.00

4,800,000.00

5,760,000.00

3,105,000.00

2,450,000.00

4,800,000.00

4,800,000.00

Arus Kas Bersih per
Bulan
Saldo Bulan Sebelumnya

SISA KAS AKHIR BULAN
17

3.6. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan On Farm Pendederan Ikan Patin
N
o

Bulan KeKegiatan

(Alat, bahan
dan proposal)

2

3

Penebaran
benih
Pengambilan
Data

4

Pemeliharaan

5

Penjualan

6

7
8

Agustus

September

1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Persiapan

1

Juli

Pembuatan
Laporan
Uji
Kompetensi
Seminar

Oktober

Nopember

1 2 3 4 1 2 3 4 5
18
IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan dan Kondisi Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Patin
Pada kegiatan on farm ini, pertumbuhan dan kondisi parameter kualitas air peeliharaan
benih ikan patin adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pertumbuhan dan Kondisi Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Patin
Data Pengukuran
No

Uraian

Awal

Minggu ke
1

2

3

4

3/4 Inchimeter

2 cm

2,7 cm

3,5 cm

6 cm

1

Panjang

2

Berat

0,09 g

0,35 g

0,65 g

0,82 g

1,4 g

3

Pakan

75,6 g/hr

294 g/hr

526,5 g/hr

639,6 g/hr

1.014 g/hr

4

Suhu

290C

280C

290C

300C

300C

5

Oksigen
Terlarut

8,3 mg/l

8,2 mg/l

8,9 mg/l

9,2 mg/l

8,7 mg/l

6

pH

8,62

8,56

8,57

8,62

8,57

7

Amonia

TD

0,358 mg/l

TD

0,639 mg/l

TD

8

Penyakit

-

Jamur (luka)

Jamur (luka)

Jamur (luka)

Jamur (luka)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih ikan patin
mengalami sedikit penurunan. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
kuantitas pakan, kepadatan tinggi dan kurangnya monitoring terhadap kesehatan benih
ikan patin, sesuai pendapat Syandri (1996) bahwa pemberian pakan dan lingkungan
yang tidak sesuai dapat menyebabkan mortalitas (kematian) tinggi pada ikan.
Minggawati (2006) juga menyatakan bahwa kepadatan tinggi mengakibatkan mortalitas
tinggi pada larva ikan. Dari hasil tebar ± 12.000 ekor diperoleh penjualan sebanyak
11.480 ekor, berarti sulvivar rate mencapai 95,7% atau kematian sekitar 4,3%.
Kematian ikan terjadi bukan disebabkan oleh kualitas air tetapi diduga melalui out let
air ketika ikan baru dilakukan penebaran dengan ukuran ± ¾ inchimeter dan ketika
melakukan sortir ikan serta penyiponan. Menurut Nikolsky (1963) dalam Armila (2000)
bahwa kematian ikan pada tingkat larva atau benih dapat disebabkan karena kenaikan
suhu, hama dan penyakit ikan dan perubahan sifat kimia fisika air pada lingkungan yang
19

baru. Namun selama pemeliharaan larva ikan patin jambal, pemberian pakan dan
pemantauan kualitas air serta pemberian obat selalu dilakukan untuk mengantisipasi
terjangkit penyakit dan kanibalisme sehingga sulvivar rate ikan peliharaan cukup tinggi
mencapai 95,7%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan benih ikan patin yang
diberi pakan secara ad satiation (sekenyangnya) lebih rendah daripada pertumbuhan
benih ikan patin yang diberi pakan sebanyak 3-5% dari biomassanya. Kondisi tersebut
disebabkan jumlah pemberian makanan yang sedikit, sehingga sejumlah energi yang
diperoleh dari makanan tidak digunakan secara optimal untuk pertumbuhan karena juga
digunakan untuk pemeliharaan tubuh.
Effendi (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Pakan adalah faktor utama yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan karena sumber energi pada
ikan berasal dari pakan (Fujaya, 2002). Selama masa pemeliharaan, benih ikan patin
diberi pakan secara ad satiation (sekenyangnya), dengan frekuensi 1x sehari. Indikasi
ikan yang kenyang adalah ketika ikan tampak sudah mulai menjauhi pakan yang
diberikan dan bergerak ke dasar wadah (Utomo et al., 2005).
Hasil pertumbuhan benih ikan patin menunjukkan secara nyata bahwa manajemen
pemberian pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan yang dihasilkan.
Hasil pengamatan selama pemeliharaan benih ikan patin juga menunjukkan adanya
pertumbuhan yang tidak seragam antara semua perlakuan. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan hasil penelitian Utomo et al. (2005) yang melaporkan bahwa benih ikan mas
yang diberi pakan sampai kenyang memiliki pertumbuhan lebih tinggi daripada benih
ikan mas yang diberi pakan sebanyak 8% dari bobot biomassanya, masing-masing
adalah 3,80% dan 3,42%. Salah satu faktor penyebabnya diduga karena frekuensi
pemberian pakan yang sangat sedikit, sehingga pertumbuhan benih ikan patin terhambat
atau tidak optimal. Santoso dan Tata (2001) menyatakan bahwa ikan yang kekurangan
pakan mengalami pertumbuhan yang lambat karena sejumlah energi yang diperoleh dari
pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan patin hanya digunakan untuk pemeliharaan
tubuh, tetapi tidak untuk pertumbuhannya. Dani et al. (2005) juga menyatakan hal yang
sama, bahwa ikan yang kekurangan pakan menyebabkan pertumbuhannya terhambat,
bahkan berdampak terhadap rendahnya persentase kelangsungan hidup.
20

Penyebab lainnya adalah kepadatan pemeliharaan yang tinggi, sehingga ruang
gerak ikan patin menjadi sempit dan terjadi kompetisi terhadap pakan maupun oksigen
(Minggawati, 2006). Kepadatan tinggi juga dapat mempercepat penurunan kualitas air
kultur, akibat akumulasi metabolit dan sisa pakan (Zonneveld et al., 1991). Kondisi
tersebut dapat menyebabkan benih ikan menjadi stress atau lemah, sehingga tidak nafsu
makan dan kemudian pertumbuhannya terhambat (Sidik et al., 2002). Faktor penting
lainnya yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah kualitas air, dimana
temperatur air memegang peranan penting sebagai katalisator dalam proses
metabolisme tubuh ikan (Effendi, 2002). Secara keseluruhan hasil pengamatan
pelaksanaan kegiatan on farm budidaya ikan patin, khususnya pembesaran benih ikan
patin telah menjelaskan bahwa manajemen pemeliharaan, manajemen pakan dan
pemberian pakan serta manajemen kualitas air merupakan faktor kunci yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin. Oleh karena itu, hal-hal tersebut menjadi
penting untuk diperhatikan dan diterapkan dalam pemeliharaan benih ikan patin, guna
mendapatkan benih ikan patin dengan pertumbuhan spesifik yang tinggi.
Kualitas air sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, karena ikan akan
memakan pakan yang diberikan dengan baik jika kualitas air dalam kondisi optimal
(Murtidjo, 1980). Bila kualitas airnya kurang baik, ikan mengalami penurunan nafsu
makan, sehingga menjadi lemah dan mudah terserang penyakit (Kordi, 2007). Selain
itu, air sebagai media internal ikan berperan penting sebagai pengangkut bahan
makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolime untuk dikeluarkan dari tubuh
ikan dan merupakan pengatur atau penyangga temperatur tubuh ikan (Effendi, 1997).
Kelabora (2010), menyatakan bahwa salah satu parameter kualitas air yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas adalah
temperatur. Temperatur merupakan sifat fisika air yang berperan penting dalam
mengatur proses yang terjadi di lingkungan perairan maupun fisiologis ikan (Wardoyo,
1990). Temperatur air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan
(Irianto, 2005), karena ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak dapat
menghasilkan

panas

tubuh,

sehingga

temperatur

tubuhnya

tergantung

atau

menyesuaikan pada temperatur dilingkungan sekelilingnya (Hoole et al., 2001). Ikan
memiliki batas toleransi tertentu terhadap temperatur untuk mempertahankan
pertumbuhannya agar tetap normal (Munajat et al., 2003). Perubahan temperatur air
21

berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (Djarijah, 1995), pada kisaran temperatur 18250C ikan masih bertahan hidup tetapi nafsu makannya mulai menurun, sedangkan pada
temperatur dibawah 120C ikan akan mengalami kematian (Kordi, 2007).
pH (pondus hydrogeeni) air adalah indikasi dari bobot hidrogen yang berada
dalam air. Umumnya air di daerah tropis memiliki pH antara 5–6,8 atau tergolong
sedikit asam (Sitanggang, 2002). pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan pakan alami, fisiologis ikan dan organisme perairan lainnya, serta
kesetimbangan suatu senyawa kimia dalam suatu perairan (Soedarti et al., 2006 ).
Secara ringkas hubungan antara pH air dan pengaruhnya terhadap ikan dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hubungan pH Air dan Kehidupan Ikan Budidaya.
Nilai pH air
< 4,5
5-6,5
6,5-9,0
> 9,0

Pengaruh terhadap ikan budidaya
Air bersifat racun bagi ikan.
Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif
terhadap bakteri dan parasit.
Ikan mengalami pertumbuhan optimal.
Pertumbuhan ikan terhambat.

Sumber : Kordi, 2007.

Ikan dapat hidup pada pH 5–9,5 (Munajat dan Budiana, 2003). Pada pH rendah
atau < 5 (keasaman tinggi), maka kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sehingga
ikan akan mengalami penurunan nafsu makan (Zonneveld et al., 1991). Nilai pH
optimum dalam mendukung pertumbuhan ikan pada kegiatan budidaya ikan air tawar
umumnya berkisar antara 6,7–8,5 (Irianto, 2005). Hasil pengamatan dan pengukuran
menunjukkan bahwa kualitas air selama pelaksanaan on farm pembesaran benih ikan
patin berada pada kisaran optimal, dengan nilai temperatur 26-280C dan pH 8,56-8,62.
Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi kehidupan
ikan, karena oksigen diperlukan bagi proses pernapasan dan merupakan komponen
utama bagi metabolisme ikan (Wardoyo, 1975). NTAC (1968) dalam Wardoyo (1975)
mengatakan, agar kehidupan ikan dapat layak dan kegiatan budidaya perairan berhasil
maka kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 4 ppm. Swingle dalam Boyd
(1982) menyatakan, jika oksigen kurang dari 0,3 mg/l dalam waktu yang lama akan
menyebabkan kematian ikan. Pada kisaran oksigen 1-5 mg/l ikan dapat bertahan hidup
tetapi pertumbuhannya lambat jika dibiarkan lama.
22

Pada kegiatan on farm ini nilai oksigen terlarut dalam perairan berkisar antara 8,2 – 8,9.
Ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen dalam perairan cukup tinggi sehingga layak
bagi kehidupan ikan patin. Hal ini disebabkan oleh adanya aerasi dan suplay air
mengucur selama pemeliharaan.
Parameter kualitas air lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan patin adalah ammonia. Ammonia yang ada di perairan
dapat berasal dari pakan dan hasil ekskresi ikan serta dari penguraian unsur dari
mikroba. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total yaitu NH4.
Pemberian pakan merupakan sumber nitrogen terbesar dalam system budidaya yang
dapat memacu pertambahan kadar ammonia. Feces dan sisa pakan yang tidak dimakan
oleh ikan akan terurai menjadi ammonia dalam budidaya untuk selanjutnya dibebaskan
ke kolom air (Coenco, 1989 dalam Armila, 2000). Ammonia mempengaruhi
kemampuan ikan untuk mengambil oksigen. Kadar ammonia yang tinggi dalam air
secara langsung dapat membunuh organisme perairan, yaitu dengan adanya peningkatan
konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak jaringan insang dan mempengaruhi
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Colt dan Armstrong, 1982 dalam
Armila, 2000). Pescod (1979) dalam Armila (2000) menyatakan, banyaknya kandungan
ammonia yang dapat menunjang kelangsungan hidup ikan dan organisme perairan
lainnya adalah kurang dari 1 mg/L. Kandungan ammonia yang dapat menyebabkan
kematian ikan berkisar antara 1,2 mg/L sampai 2,0 mg/L (Albaster dan Lioyd, 1980
dalam Armila, 2000).
Selama pemeliharaan ikan patin dalam kegiatan on farm ini kandungan ammonia
yang terukur antara 0 (TD) sampai 0,639. Ini menunjukkan bahwa kandungan ammonia
dalam perairan budidaya ikan patin relative rendah sehingga masih layak untuk
kehidupan ikan patin. Hal ini disebabkan adanya penyiponan ketika terlihat agak kotor
adanya sisa-sisa pakan dan atau hasil buangan ikan sehingga kondisi perairan bisa
dikondisikan dalam situasi yang kondusif bagi kelangsungan hidup ikan. Menurut Boyd
(1990) dalam Armila (2000), ammonia akan meningkat seiring dengan meningkatnya
nilai pH. Namun dalam kegiatan on farm ini nilai pH cukup tinggi tetapi ammonia
relative rendah. Hal ini karena kepadatan ikan yang ditebar relative rendah sehingga
sekresi CO2 relatif rendah pula sementara suplay oksigen cukup tinggi sehingga tidak
menurunkan kondisi pH perairan.
23

4.2. Analisis Kelayakan Usaha Pendederan Ikan Patin
1. Investasi
a. Pembelian alat pembersihan

Rp. 100.000,-

b. Pembelian alat panen dan sortir

Rp. 150.000,-

c. Pembelian obat-obatan

Rp. 170.000,-

d. Pembelian pakan

Rp. 600.000,-

e. Pembelian kelengkapan penunjang kegiatan (lampu, pipa dll)

Rp. 100.000,-

f.

Beli benih ikan patin 28.000 ekor @ Rp.85

Rp. 2.380.000,-

Total Investasi

Rp. 3.500.000,-

2. Pendapatan

Penjualan benih ikan patin :
a. Tahap I sebanyak 11.480 ekor @ Rp. 170 = 1.951.600,00
b. Tahap II sebanyak 15.600 ekor @ Rp.170 = 2.652.000,00
c. Total penghasilan = 4.603.600,00
3. Analisis Manfaat
a. Keuntungan

Keuntungan = Pendapatan – Total Investasi
= Rp. 4.603.600,00 – Rp. 3.500.000,00
= Rp. 1.103.600,00
b. BEP Produksi

BEP Produksi = Total Investasi : Harga Satuan
= Rp. 3.500.000,00 : Rp. 170,00/Ekor
= Rp. 20.588,24 ekor
Artinya jika produksi ikan patin di atas 20.588,24 ekor maka kegiatan usaha
tersebut mengalami keuntungan dan sebaliknya jika produksi di bawah
20.588,24 ekor berarti kegiatan usaha mengalami kerugian.
c. BEP Harga

BEP Harga = Total Investasi : Volume Produksi
= Rp. 3.500.000,00 : 27.080 Ekor
= Rp. 129,25 / Ekor
24

Artinya apabila harga jual ikan patin di atas Rp. 129,25/ekor maka kegiatan
usaha tersebut mengalami keuntungan dan sebaliknya jika harga jual ikan
patin di bawah Rp. 129,25/ekor berarti kegiatan usaha mengalami kerugian.
d. B/C Ratio

B/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya
= Rp. 4.603.600,00 : Rp. 3.500.000,00
= 1,32
Maksudnya adalah dengan mengeluarkan biaya usaha sebesar Rp.
3.500.000,00 akan diperoleh penghasilan sebesar 1,32 kali lipat. Ini
menunjukkan bahwa kegiatan on farm (pendederan ikan patin) layak
dikembangkan. Nilai B/C ratio di atas 1 (satu) menunjukkan kegiatan
tersebut layak.
e. Jangka Waktu Pengembalian Modal
Jangka Waktu Pengembalian Modal = Total Biaya x 1periode keuntungan

= Rp. 3.500.000,00 : Rp. 1.103.600,00
= 3,2 Bulan atau 3,2 siklus
25

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan on farm dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kualitas air dalam kegiatan on farm dari awal tebar benih hingga penjualan masih
dalam kategori layak, terbukti dengan tingginya sulvivar rate dan rendahnya kematian
ikan patin.
2. Kegiatan usaha budidaya (pendederan) ikan patin layak dikembangkan mengingat usaha
tersebut memberikan keuntungan dalam usaha. Semakin tinggi jumlah tebar benih
semakin tinggi pula penghasilan yang diperoleh.

5.2. Saran
Seyogyanya kegiatan on farm ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak baik
dalam bimbingan di lapangan maupun pemasaran dan fasilitas sarana prasarana dalam
menunjang kelancaran kegiatan tersebut. Selain itu pengarahan awal komoditas dan
penggunaan sarana prasarana hendaknya terbuka sehingga penggunaan dana on farm
lebih optimal dan efisien sehingga dapat meminimalkan investasi dan lebih focus pada
perbanyakan benih sehingga optimalisasi penghasilan dapat dicapai.
26

DAFTAR PUSTAKA

APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Method for The
Examination of Waste Water. 21th Edition. American Water Work Association
Water Pollution Control Federation. New York.
Arie, U. 2006. Budidaya Patin untuk Konsumsi dan Ikan Hias. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Boer, I. 2003. Manajemen Pemberian Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNRI. Pekanbaru (Tidak diterbitkan).
Chobiyah, I. 2001. Pembesaran Ikan Patin (Colossoma
http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2009.

macropomum).

Cholik, F., Ateng, G. J., R.P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur, Tumpuan dan
Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman
Akuarium Air Tawar TMII. Jakarta
Chumaidi, Yanti S. dan Agus P. 2005. Pemeliharaan Ikan Botia (Botia macracantha)
dengan Pemberian Pakan Komersial dan Pakan Hidup (Pheretima sp.). Journal
Aquacultura Indonesiana 6 (2) : 47-51.
Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta.
Effendi, H. 1997. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 2002. Bilogi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Faulina, L. 2009. Upaya Memacu Laju Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium
rosenbergii de Mann) dengan pemberian Pakan Keong Mas (Pomacea sp.).
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik UNSOED. Purwokerto (Tidak
dipublikasikan).
Firdaus dan Muchlisin Z. A. 2005. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea canaliculata)
sebagai Pakan Alternatif dalam Budidaya Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus
tauvina). ENVIRO 5 (1) : 64-66.
Ghufron, M. H. Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Hadadi, A., Herry S., A. Surrachman dan E. Ridwan. 2006. Pemanfaatan Limbah Sawit
untuk Bahan Pakan Ikan. BBPBAT Sukabumi. Sukabumi.
Kurnia, A. 2008. Dicari Pakan Ikan Berkualitas, Murah dan Ramah Lingkungan.
http://www.multiply.com. Diakses pada 27 Mei 2009.
27

Resnawati, H. 2006. Retensi Nitrogen dan Energi Metabolisme Ransum yang
Mengandung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Ayam Pedaging.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, http://www.pustaka-deptan.go.id.
Diakses tanggal 13 Januari 2010.
Ridwan. 1992. Nilai Tambah Tepung Cacing. http://www.jawatengah.go.id. Diakses
tanggal 5 April 2009.
Rokhmani, M., N. Abulias dan I. Sulistyo. 2001. Pemberian Tubifex sp dengan Lama
Inklusi Berbeda dalam HCG sebagai Pakan Gurami (Osphronemus gouramy
Lac.) dan Pengaruhnya Terhadap Kelangsungan Hidup, Pertambahan Protein
dan Lemak Tubuh. Jurnal Sains Akuatik. 4 (2) : 21-25
Samidjan, I. 2002. Teknologi Pembesaran Ikan Klon (Amphiprion percula) dengan
Menggunakan Pakan Tubifex sp. Prosiding Seminar RIPTEK Kelautan
Nasional. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP. Semarang.
Soedarti, T., Jayanti, A. dan Agoes S. 2006. Diversitas Fitoplankton pada Ekosistem
Perairan Waduk Sutami, Malang. Berkala Penelitian Hayati 11: 97-103.
Soeseno, S. 1984. Dasar-dasar Perikanan Umum. CV. Yasaguna : Jakarta.
Suhenda, M., L. Setijaningsih, Y. Suryanti. 2003. Penentuan Rasio Antara Karbohidrat
dan Lemak pada Pakan Benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal). Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 9(1) : 21-30.
Sunarno. 2001. Budidaya Cacing Tanah Lumbricus rubellus. CV. Aneka Ilmu. Solo.
Utomo, N.B.P., P. Hasanah dan I. Mokoginta. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Pakan
Yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Di Keramba Jaring Apung. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2): 49-52.
Wardoyo, S. T. H., Muchsin. 1990. Pengelolaan kualitas Air Untuk Keperluan
Pertanian dan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Pusat Studi Pengelolaan
Sumberdaya Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Wiramiharja, Y., Rina H., Irma M. H. dan Y. Niwa. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan
Ikan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan JICA. Jambi.
Yudha, I. G. 2003. Studi Pertumbuhan Ikan KerapuBebek (Cromileptes altivelis) dalam
Keramba jaring Apung (KJA) di Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan.
http://www.skripsi.unila.ac.id. Diakses pada 29 Mei 2009.
Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. 1991. Prinsip – prinsip Budidaya Ikan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

More Related Content

What's hot

PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Teknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan IkanTeknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan IkanlombkTBK
 
Power point ppg Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MM
Power point  ppg  Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MMPower point  ppg  Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MM
Power point ppg Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MMLiz Rößler
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanAzizah Kuswardini
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanmuhammad halim
 
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaJenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaAl Faruqie Faruqie
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRoffi Grandiosa
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurDeden Reinaldi
 
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikananRohmad Arifin
 

What's hot (20)

PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Teknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan IkanTeknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan Ikan
 
Pemilihan spesies
Pemilihan spesiesPemilihan spesies
Pemilihan spesies
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
Power point ppg Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MM
Power point  ppg  Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MMPower point  ppg  Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MM
Power point ppg Manejemen Bisnis Industri Perikanan.ppt LIS M.YAPANTO. S.Pi.MM
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
Potensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidayaPotensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidaya
 
Pembesaran ikan
Pembesaran ikanPembesaran ikan
Pembesaran ikan
 
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaJenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
 
Kegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairanKegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairan
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
BDPP_Pertemuan 5 dan 6 ekologi akuakultur
BDPP_Pertemuan 5 dan 6  ekologi akuakulturBDPP_Pertemuan 5 dan 6  ekologi akuakultur
BDPP_Pertemuan 5 dan 6 ekologi akuakultur
 
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosaRekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
Rekayasa akuakultur fpik unpad roffi grandiosa
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telur
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan
3. prinsip ekonomi dalam usaha perikanan
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 

Viewers also liked

Teknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan PatinTeknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan PatinAlfarico Rico
 
Ikan patin ppt
Ikan patin pptIkan patin ppt
Ikan patin pptTim Timo
 
Laporan pembenihan ikan patin
Laporan pembenihan ikan patinLaporan pembenihan ikan patin
Laporan pembenihan ikan patinDesty Alvina
 
Pendederan bak terpal
Pendederan bak terpalPendederan bak terpal
Pendederan bak terpalSawargi Ppmkp
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas airBBAP takalar
 
Budidaya ikan patin
Budidaya ikan patinBudidaya ikan patin
Budidaya ikan patinOSIS
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
 
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanContoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanRingga Arie Suryadi
 
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015Pemberkasan pencairan ta 2014 2015
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015Imma Zahro
 

Viewers also liked (10)

Teknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan PatinTeknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan Patin
 
Ikan patin ppt
Ikan patin pptIkan patin ppt
Ikan patin ppt
 
Laporan pembenihan ikan patin
Laporan pembenihan ikan patinLaporan pembenihan ikan patin
Laporan pembenihan ikan patin
 
Pendederan bak terpal
Pendederan bak terpalPendederan bak terpal
Pendederan bak terpal
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas air
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Budidaya ikan patin
Budidaya ikan patinBudidaya ikan patin
Budidaya ikan patin
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
 
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanContoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
 
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015Pemberkasan pencairan ta 2014 2015
Pemberkasan pencairan ta 2014 2015
 

Similar to PENDEDERAN IKAN PATIN

Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
 
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalProposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalRoni Darmanto
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanAriez Jack
 
Metabolisme-pada-Ikan.pptx
Metabolisme-pada-Ikan.pptxMetabolisme-pada-Ikan.pptx
Metabolisme-pada-Ikan.pptxPuputAmalia5
 
Puluang bisnis ikan
Puluang bisnis ikanPuluang bisnis ikan
Puluang bisnis ikanripto atmaja
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoAlfarico Rico
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Modul Prakarya Kelas IX sem 2
Modul Prakarya Kelas IX sem 2Modul Prakarya Kelas IX sem 2
Modul Prakarya Kelas IX sem 2maesuri syata
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paperHafdalia
 
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptxARZIANINGSIHArzianin
 

Similar to PENDEDERAN IKAN PATIN (20)

Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
 
Bab 1 ok
Bab 1 okBab 1 ok
Bab 1 ok
 
Ibu karya
Ibu karyaIbu karya
Ibu karya
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Budidaya ikan patin(pangasius)
Budidaya ikan patin(pangasius)Budidaya ikan patin(pangasius)
Budidaya ikan patin(pangasius)
 
Kecap dtpi
Kecap dtpiKecap dtpi
Kecap dtpi
 
BAB I.pdf
BAB I.pdfBAB I.pdf
BAB I.pdf
 
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalProposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
 
Metabolisme-pada-Ikan.pptx
Metabolisme-pada-Ikan.pptxMetabolisme-pada-Ikan.pptx
Metabolisme-pada-Ikan.pptx
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 
Puluang bisnis ikan
Puluang bisnis ikanPuluang bisnis ikan
Puluang bisnis ikan
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Modul Prakarya Kelas IX sem 2
Modul Prakarya Kelas IX sem 2Modul Prakarya Kelas IX sem 2
Modul Prakarya Kelas IX sem 2
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
 

Recently uploaded

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 

Recently uploaded (20)

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 

PENDEDERAN IKAN PATIN

  • 1. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki prospek yang sangat cerah, baik sebagai ikan hias maupun konsumsi (Arie, 2006). Chobiyah (2001), menyebutkan bahwa ikan patin memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah pertumbuhannya cukup cepat, nafsu makan tinggi, ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang cukup baik antara lain mampu bertahan selama beberapa jam dalam air berkadar oksigen < 0,5 mg/L, serta memiliki cita rasa daging yang lezat (Ghufron, 2010). Dalam kegiatan budidaya ikan, pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang diharapkan. Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau bobot dalam kurun waktu tertentu (Effendi, 1997). Salah satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan ikan adalah pakan. Haetami et al. (2005), menyatakan bahwa pakan yang mempunyai keseimbangan protein yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang terbaik. Kurnia (2008), menjelaskan bahwa nilai kualitas pakan sangat ditentukan oleh seberapa lengkap ketersediaan komponen penyusunnya. Semakin lengkap komponen penyusunnya, maka semakin tinggi pula kualitas pakan tersebut. Komponen pakan yang lengkap tersebut meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Sunarno (2001) menyatakan pada umumnya ikan yang berada dalam proses pertumbuhan (benih) membutuhkan protein sebesar 30%36%. Menurut Gaffar dan Nasution (1990) dalam Ghufron (2010), benih ikan patin membutuhkan protein berkisar antara 25%-37%. Umumnya pakan yang mengandung nutrisi dasar protein hewani harganya mahal, karena sebagian besar bahan bakunya masih diimpor (Resnawati, 2006). Disatu sisi, pakan juga merupakan faktor penentu keuntungan dalam suatu usaha budidaya ikan, karena umumnya 60% dari total biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan ikan akan pakan. Kesalahan dalam mengelola pakan akan berakibat pada kerugian yang besar (Yudha, 2003). Oleh karena itu, manajemen
  • 2. 2 pemberian pakan secara tepat merupakan hal yang perlu dilakukan agar ikan yang dipelihara dapat memperoleh nutrisi yang sesuai serta mencukupi kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembangbiak. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan on farm sebagai bentuk latihan untuk mengetahui pengaruh aplikasi manajemen pemberian pakan tersebut terhadap kelangsungan dan laju pertumbuhan serta efisiensi pakan pada benih ikan patin. 1.2. Perumusan Masalah Ikan patin (Pangasius sp.) memiliki nafsu makan yang besar (BIPP, 2001), sehingga dalam pemeliharaannya pakan dan pemberian pakan yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan (Ekasanti, 2008), karena pertumbuhan ikan patin relatif lebih cepat jika didukung dengan jumlah pemberian pakan yang sesuai dan tepat waktu (Suhenda et al., 2003). Saat ini di tengah semakin tingginya harga pakan (Kurnia, 2008), maka aplikasi manajemen pemberian pakan yang tepat merupakan salah satu solusi yang tepat dalam kaitannya menekan biaya produksi pakan ikan tanpa mengurangi kualitas dari benih yang dihasilkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh manajemen pemberian pakan terhadap laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan nilai konversi pakan pada benih ikan patin? 2. Bagaimana pengaruh manajemen pemberian pakan terhadap kualitas air pada pendederan ikan patin? 3. Bagaimana analisis kelayakan usaha pada kegiatan pendederan ikan patin? 1.3. Tujuan Adapun pelaksanaan dari on farm ini bertujuan untuk : 1. Menambah pengetahuan dan kompetensi dibidang budidaya perikanan air tawar, khususnya pendederan ikan patin.
  • 3. 3 2. Mengetahui pengaruh manajemen pemberian pakan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan nilai konversi pakan pada benih ikan patin. 3. Mengetahui pengaruh manajemen pemberian pakan terhadap parameter kualitas air pada pendederan ikan patin. 4. Mampu membuat dan menetukan analisis kelayakan usaha dari kegiatan pendederan ikan patin.
  • 4. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Patin Patin (Pangasius sp.) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli indonesia yang tersebar disebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging yang khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, K 2002). Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Peningkatkan produksi ikan patin dapat dilakukan melalui perhatian dan pemantauan terhadap padat tebar ikan diwadah pemeliharaan, karena padat tebar dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan efisiensi hasil produksi. Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Adapun klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut : Ordo : Ostarioplaysi. Subordo : Siluriodea. Famili : Pangasidae. Genus : Pangasius. Spesies : Pangasius sp. Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya : a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro) b) Pangasius macronema c) Pangasius micronemus
  • 5. 5 d) Pangasius nasutus e) Pangasius nieuwenhuisii Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35 - 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. 2.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin Ikan Patin (Pangasius sp.) bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2) yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2 – 7,5, konsentrasi sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28 – 290C. ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14 – 150C ataupun meningkat diatas 350C. Aktifitas patin terhenti pada perairan yang suhunya dibawah 6 0C atau diatas 420C (Djariah, 2001). 2.3. Makanan dan Kebiasaan Makan Menurut Djariah (2001), ikan patin (Pangasius sp.) memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung ke arah
  • 6. 6 karnivora (pemakan daging/hewani) Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, dialam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan daun – daunan yang ada diperairan. Apabila dipelihara dikolam, ikan patin tidak menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Jangkaru, Z (2004) dalam Buku Budidaya Ikan di Jaring Terapung, Cholik et al (2004) yang menyatakan bahwa ikan patin (Pangasius sp.) sangat tanggap terhadap pakan buatan. Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan dengan kandungan protein 28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3 kali per hari, untuk mempercepat pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan rucah 10 % dari bobotnya dan diberikan 2 kali seminggu. 2.4. Kebiasaan Berkembang Biak Di habitat aslinya, patin memijah pada musim penghujan sehingga benihnya banyak ditemukan pada bulan Maret-Mei. Patin matang kelamin pada usia 2-3 tahun dengan berat di atas 1,5 kg. Induk patin yang berukuran 5-6 kg dapat menghasilkan telur hingga 1,5 juta butir. Patin siam (Pangasius hypothalamus) memiliki fekundias atau jumlah telur yang lebih banyak dibandingkan dengan patin jambal (P. djambal). Patin jantan mencapai dewasa lebih cepat daripada patin betina yang proses kematangan kelaminnya relatif lama. Perkembangan gametnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Patin yang hidup di daerah tropis, proses dan perkembangan telur dan spermanya lebih cepat daripada patin yang hidup di daerah subtropis. Patin yang hidup di alam biasanya hidup secara bergerombol saat musim pemijahan. Patin yang matang kelamin mudah memijah saat turbulensi akibat pengadukan air dari permukaan dasar yang bersamaan dengan banjir atau meluapnya air sungai. Sebaliknya, patin sulit memijah secara alami di kolam-kolam pemeliharaan. Patin hanya memijah setelah diberi rangsangan (induces spawning), menggunakan hormon buatan seperti ovaprim atau hormon alami seperti hipofisa. Ikan patin yang telah memijah menghasilkan telur berwarna putih jernih agak kekuning-kuningan. Telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 18-24 jam pada suhu air 29-30oC. Telur ikan patin akan menjadi lambat menetas pada
  • 7. 7 suhu yang rendah. Larva ikan patin yang baru menetas empunyai cadangan kuning telur yang menggantung dibawah permukaan perut. Cadangan makanan tersebut akan habis dalam waktu 3-4 hari, sehingga pada saat ini larva mulai mengambil pakan dari luar yang dapat berupa fitoplankton atau zooplankton. Larva dan benih ikan patin menyukai hidup pada perairan yang dangkal dan subur akan pakan alami. 2.5. Laju Pertumbuhan Ikan Patin Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh pertumbuhan maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya (protein, karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat tebar yang tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan tercukupi. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam memperebutkan makanan dan ruang (Kordi, 2005). Pertumbuhan adalah total energi yang diubah menjadi penyusun tubuh, kebutuhan energi ini diperoleh dari makanan. Pertumbuhan juga merupakan suatu proses pertambahan bobot maupun panjang tubuh ikan, adapun perbedaan laju pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya pengaruh padat penebaran dan persaingan di dalam mendapatkan makanan (Hernowo, 2001). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan padat penebaran yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan ikan patin. Hal ini karena ikan patin mempunyai sifat menggerombol dan hidup di kolom air sehingga mengalami persaingan dalam mendapatkan makanan akibat padat penebaran yang tinggi (Asyari dkk, 1992). Menurut Asmawi (1983), semakin tinggi kepadatan ikan maka akan semakin kecil laju pertumbuhan per individu. Dengan kepadatan rendah ikan mempunyai kemampuan memanfaatkan makanan dengan baik dibandingkan dengan kepadatan yang cukup tinggi, karena makanan merupakan faktor luar yang mempunyai peranan di dalam pertumbuhan Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan kanibalisme, sedangkan kelebihan pakan akan mencemari perairan sehingga menyebabkan udang stres dan menjadi lemah serta nafsu makan udang akan menurun (Khairuman, 2002). Ruang gerak juga merupakan faktor luar yang mempengaruhi
  • 8. 8 laju pertumbuhan, dengan adanya ruang gerak yang cukup luas ikan dapat bergerak dan memanfaatkan unsur hara secara maksimal (Rahmat, 2010). 2.6. Kualitas Air a. Suhu Suhu merupakan faktor kritis yang mempengaruhi proses respirasi. Suhu tidak hanya menentukan besarnya kandungan oksigen terlarut di perairan tetapi juga berhubungan dengan jumlah oksigen yang diperlukan hewan (Spotte, 1970 dalam Armila, 2000). Menurut Huet (1971) dalam Armila (2000), suhu air sebagai parameter fisika kimia air dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas ikan seperti pernapasan, pertumbuhan serta reproduksi. Brown (1979) menyatakan, peningkatan suhu air akan diiringi oleh peningkatan laju metabolism yang disebabkan karena meningkatya konsumsi pakan sehingga akan meninkatkan pertumbuhannya. Potaros dan Sitasit (1976) menyatakan, larva ikan patin dapat hidup pada kisaran suhu air 280C sampai 320C dan menurut Hardjamulia et al. (1981), pada kisaran suhu air 240C sampai 26,50C. Ikan patin dapat hidup baik pada derajat keasaman (pH) 5-9, kandungan oksigen antara 3-6 ppm, kandungan CO2 9-20 ppm, alkalinitas 80-250 dan suhu antara 28-300C (Khairuman, 2002). b. Oksigen Terlarut Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan, karena oksigen diperlukan bagi proses pernapasan dan merupakan komponen utama bagi metabolism ikan (Wardoyo, 1975). Kebutuhan organisme terhadap oksigen bervariasi tergantung kepada jenis,stadia dan aktivitasnya. Jenis-jenis ikan yang dapat mengguakan oksigen langsung dari udara, dapat tahan terhadap kandungan oksigen terlarut yang rendah (Pescod, 1973 dalam Hasanah, 1989). NTAC (1968) dalam Wardoyo (1975) mengatakan, agar kehidupan ikan dapat layak dan kegiatan budidaya perairan berhasil maka kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 4 ppm. Swingle dalam Boyd (1982) menyatakan, jika oksigen kurang dari 0,3 mg/l dalam waktu yang lama akan menyebabkan kematian ikan. Pada kisaran oksigen 1-5 mg/l ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya lambat jika dibiarkan lama.
  • 9. 9 c. Derajat Keasaman (pH) pH berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, nafsu makan berkurang pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena aktivitas enzim pencernaan menjadi rendah (Zoonneveid et al., 1991). Nilai pH yang rendah akan menyebabkan terjadinya penggumpalan lender pada insang ikan dan ikan akan mati lemas (Sutomo, 1978). Alabaster dan Lioyd (1980) menyatakan, variasi pengaruh pH terhadap ikan tergantung pada spesies, ukuran ikan, suhu, konsentrasi CO2, dan kehadiran logam berat seperti fe. Selain itu, nilai pH mempengaruhi daya racun bahan atau faktor kimia lainnya,seperti daya racun ammonia meningkat jika pH meningkat dan daya racun H2S meningkat jika pH turun (Boyd, 1990). Perairan dengan pH 6,5 – 9 baik bagi ikan pada umumnya, sedangkan pada kisaran 4,5 – 6,5 pertumbuhannya cenderung lambat (Boyd, 1982). Menurut Hardjamulia (1995), pH yang baik untuk ikan jambal siam minimal 6. Hasil penelitian Hasanah (1989), nilai pH yang baik untuk pertumbuhan ikan jambal siam adalah 6,5 – 7. d. Ammonia Ammonia yang ada di perairan dapat berasal dari pemupukan, hasil ekskresi ikan dan dari penguraian unsur dari mikroba. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total yaitu NH3 dan NH4 (Armila, 2000). Pemberian pakan dan pemupukan merupakan sumber nitrogen terbesar dalam system budidaya. Feces dan sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan akan terurai menjadi ammonia dalam lumpur kolam budidaya untuk selanjutnya dibebaskan ke kolom air (Coenco, 1989 dalam Armila, 2000). Ammonia mempengaruhi kemampuan ikan untuk mengambil oksigen. Kadar ammonia yang tinggi dalam air secara langsung dapat membunuh organisme perairan, yaitu dengan adanya peningkatan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak jaringan insang dan mempengaruhi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Colt dan Armstrong, 1982 dalam Armila, 2000). Pescod (1979) dalam Armila (2000) menyatakan, banyaknya kandungan ammonia yang dapat menunjang kelangsungan hidup ikan dan organisme perairan lainnya adalah kurang dari 1 mg/L. Kandungan ammonia yang dapat menyebabkan kematian ikan berkisar antara 1,2 mg/L sampai 2,0 mg/L (Albaster dan Lioyd, 1980 dalam Armila, 2000).
  • 10. 10 III. PELAKSANAAN KEGIATAN ON FARM 3.1. Tempat dan Waktu Tempat pelaksanaan kegiatan on farm ini adalah di Departemen Perikanan Budidaya PPPPTK Pertanian Cianjur dan dilaksanakan pada bulan oktober hingga Desember 2012. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Alat yang digunakan dalam kegiatan on farm ini adalah bak pendederan, peralatan aerasi, ember, seser, mikroskop, objek glass/cavity slide, cover glass, timbangan digital, mistar dan alat kualitas air. 3.2.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam kegiatan on farm ini adalah larva ukuran 3/4 inchi meter, pakan pellet dan obat-obatan. 3.3. Prosedur Pelaksanaan 3.3.1. Rencana Pelaksanaan Produksi a. Persiapan Bak / Kolam Pendederan - Bak/kolam pendederan dibersihkan dengan menyikat dinding dan lantai dengan menggunakan sikat cuci dan diberi detergen - Setelah bersih dialiri air setinggi 20-30 cm dan diberi methilen blue dan garam. - Air didiamkan/dibiarkan selama ± 24 jam - Kemudian diaerasi selama 24 jam hingga 48 jam b. Penebaran Benih - Benih ikan patin didatangkan dari Sukabumi - Benih dilakukan aklimatisasi di bak/kolam pendederan agar benih tidak stress - Aklimatisasi dilakukan pada plastik tempat benih diangkut dengan mengapung-apungkan di atas air pada bak/kolam pendederan.
  • 11. 11 - Aklimatisasi dilakukan selama 30 menit sampai 60 menit atau kondisi suhu pada kantong tempat benih dan bak/kolam pendederan diperkirakan sama. - Benih ditebar secara perlahan dan dilakukan penyortiran sesuai keseragaman ukuran. c. Pemeliharaan Benih - Benih dipelihara hingga mencapai ukuran ± 2 inchi meter - Kualitas air dipantau dan dilakukan pengukuran suhu, oksigen terlarut, pH dan ammonia. - Penyiponan dilakukan 2 kali dalam seminggu atau jika kondisi air kotor. - Selama pemeliharaan benih diberi pakan pellet 2-3% dari berat total ikan perhari dengan frekuensi 3-4 kali sehari. - Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan dan dilakukan sortasi dan grading ikan untuk mencegah kanibalisme dan persaingan makanan. d. Penjualan Benih - Penjualan benih dilakukan pada benih berukuran ± 2 inchi meter. - Dijual pada petani perikanan sekitar wilayah Kabupaten Cianjur. - Dilakukan pada bulan Nopember 2012 dan atau setelah dipelihara mulai 3 minggu penebaran. 3.3.2. Pengambilan Data dan Analisis Data yang diukur meliputi pertumbuhan ikan (panjang dan berat) dan pengukuran kualitas air. Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan pada saat penebaran, tiap minggu sekali dan saat panen. Begitu pula pengukuran kualitas air dilakukan pada saat penebaran, tiap minggu sekali dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dan pada saat panen. Parameter yang diukur meliputi : suhu, oksigen terlarut, pH (Derajat Keasaman) dan ammonia. Pemberian pakan dan pemantauan penyakit ikan dicatat dalam tabulasi (Lampiran 1). Data selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
  • 12. 12 3.4. Rencana Anggaran Biaya Tabel 3.1. Rencana Anggaran Biaya Pendederan Ikan Patin HARGA NO KOMPONEN JUMLAH SATUAN SATUAN JUMLAH (Rp) 1 - Modal Sarana Pembenihan Benih ikan patin ukuran 3/4 28,000 Ekor 88.00 2,464,000.00 3 inchi meter Bulan 75,000.00 225,000.00 1 Set 764,000.00 764,000.00 Sewa kolam Alat perikanan (seser, ember, dll) - Alat pembersihan bak 1 Set 50,000.00 50,000.00 - Obat-obatan 1 Set 80,000.00 80,000.00 Jumlah 2 Modal Biaya Operational - Pakan pelet 3,583,000.00 - 4 Lain-lain 600,000.00 Bulan 75,000.00 225,000.00 1 air 150,000.00 3 Sewa alat pengukur kualitas Zak Emergent 140,000.00 140,000.00 Jumlah 965,000.00 Total Modal Usaha 3 Perhitungan pendapatan harga jual benih 60,000 6,000,000.00 Ekor 180.00 10,800,000.00 Perhitungan pendapatan 4 harga jual benih dikurangi 4,800,000.00 pengeluaran 5 Break Event Point (BEP) Total Modal dibagi Total Produksi Total Modal dibagi Harga 100.00 33,333.33
  • 13. 13 Jual Benih @ekor Rp.180 Revenue Cost Ratio (R/C 6 ratio) Perbandingan pendapatan dan 1.80 pengeluaran Catatan : 1. Kembali modal pada harga benih Rp. 100 / ekor dari Rp.180 /ekor 2. Kembali modal pada 33,333.33 ekor benih dari 60.000 ekor 3. Nilai R/C ratio sebesar 1.80 menunjukan usaha pembenihan menguntungkan jika dilakukan. Dari setiap Rp.1 modal yang dikeluarkan, menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1.80
  • 14. 14 3.5. Cash Flow Usaha Pendederan Ikan Patin Table 3.2. Cash Flow (Arus Kas) Usaha Pendederan Ikan Patin No I Uraian Jumlah Satua n Harga Waktu Pelaksanaan (Bulan) Jumlah Satuan Harga (Rp) (Rp) Agust (Rp) 6,000,000.00 6,000,000.00 Sep (Rp) Okt (Rp) Nop (Rp) KAS MASUK 1 Pinjaman Diterima 2 Penjualan Benih 1 60,000 Rupia h Ekor 6,000,000.0 0 180.00 10,800,000.0 6,000,000.00 5,000,000.00 0 5,800,000.00 3 Lain-lain 16,800,000.0 0 KAS KELUAR 1 Persiapan Kolam/Bak Pemeliharaan a. Alat Pembersihan 10,800,000.00 - Total Kas Masuk II Total (Rp) 1 Set 6,000,000.00 5,000,000.00 5,800,000.00 16,800,000.00
  • 15. 15 50,000.00 b. Obat-Obatan 2 Pembelian Benih 1 Set 60,000 Ekor 50,000.00 50,000.00 50,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 80.00 4,800,000.00 50,000.00 50,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 4,800,000.00 Pembelian Peralatan 3 Operasional (Ember, Seser, dll) 1 Set 4 Pembelian Pakan b. Pakan Pelet 5 Sewa Kolam/Bak Pemeliharaan 50,000.00 - a. Pakan Alami (Tubifex, Dapnhia, dll) 50,000.00 10 2 Liter Zak 3 Bulan - 7,000.00 70,000.00 35,000.00 35,000.00 70,000.00 170,000.00 340,000.00 170,000.00 170,000.00 340,000.00 75,000.00 225,000.00 225,000.00 225,000.00 Sewa Peralatan Kualitas 6 Air dan Fasilitas 3 Bulan Laboratorium Angsuran Pokok Pinjaman Rupia 75,000.00 225,000.00 225,000.00 225,000.00
  • 16. 16 2 h 3,000,000.0 6,000,000.00 3,000,000.00 3,000,000.00 6,000,000.00 0 Lain-lain Total Kas Keluar 1 Emerg ent 140,000.00 140,000.00 12,000,000.0 0 40,000.00 50,000.00 50,000.00 140,000.00 240,000.00 2,655,000.00 5,655,000.00 3,450,000.00 12,000,000.00 5,760,000.00 3,105,000.00 2,450,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 - 5,760,000.00 3,105,000.00 2,450,000.00 4,800,000.00 5,760,000.00 3,105,000.00 2,450,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 Arus Kas Bersih per Bulan Saldo Bulan Sebelumnya SISA KAS AKHIR BULAN
  • 17. 17 3.6. Jadwal Pelaksanaan Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan On Farm Pendederan Ikan Patin N o Bulan KeKegiatan (Alat, bahan dan proposal) 2 3 Penebaran benih Pengambilan Data 4 Pemeliharaan 5 Penjualan 6 7 8 Agustus September 1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Persiapan 1 Juli Pembuatan Laporan Uji Kompetensi Seminar Oktober Nopember 1 2 3 4 1 2 3 4 5
  • 18. 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Kondisi Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Patin Pada kegiatan on farm ini, pertumbuhan dan kondisi parameter kualitas air peeliharaan benih ikan patin adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Pertumbuhan dan Kondisi Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Patin Data Pengukuran No Uraian Awal Minggu ke 1 2 3 4 3/4 Inchimeter 2 cm 2,7 cm 3,5 cm 6 cm 1 Panjang 2 Berat 0,09 g 0,35 g 0,65 g 0,82 g 1,4 g 3 Pakan 75,6 g/hr 294 g/hr 526,5 g/hr 639,6 g/hr 1.014 g/hr 4 Suhu 290C 280C 290C 300C 300C 5 Oksigen Terlarut 8,3 mg/l 8,2 mg/l 8,9 mg/l 9,2 mg/l 8,7 mg/l 6 pH 8,62 8,56 8,57 8,62 8,57 7 Amonia TD 0,358 mg/l TD 0,639 mg/l TD 8 Penyakit - Jamur (luka) Jamur (luka) Jamur (luka) Jamur (luka) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih ikan patin mengalami sedikit penurunan. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kuantitas pakan, kepadatan tinggi dan kurangnya monitoring terhadap kesehatan benih ikan patin, sesuai pendapat Syandri (1996) bahwa pemberian pakan dan lingkungan yang tidak sesuai dapat menyebabkan mortalitas (kematian) tinggi pada ikan. Minggawati (2006) juga menyatakan bahwa kepadatan tinggi mengakibatkan mortalitas tinggi pada larva ikan. Dari hasil tebar ± 12.000 ekor diperoleh penjualan sebanyak 11.480 ekor, berarti sulvivar rate mencapai 95,7% atau kematian sekitar 4,3%. Kematian ikan terjadi bukan disebabkan oleh kualitas air tetapi diduga melalui out let air ketika ikan baru dilakukan penebaran dengan ukuran ± ¾ inchimeter dan ketika melakukan sortir ikan serta penyiponan. Menurut Nikolsky (1963) dalam Armila (2000) bahwa kematian ikan pada tingkat larva atau benih dapat disebabkan karena kenaikan suhu, hama dan penyakit ikan dan perubahan sifat kimia fisika air pada lingkungan yang
  • 19. 19 baru. Namun selama pemeliharaan larva ikan patin jambal, pemberian pakan dan pemantauan kualitas air serta pemberian obat selalu dilakukan untuk mengantisipasi terjangkit penyakit dan kanibalisme sehingga sulvivar rate ikan peliharaan cukup tinggi mencapai 95,7%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan benih ikan patin yang diberi pakan secara ad satiation (sekenyangnya) lebih rendah daripada pertumbuhan benih ikan patin yang diberi pakan sebanyak 3-5% dari biomassanya. Kondisi tersebut disebabkan jumlah pemberian makanan yang sedikit, sehingga sejumlah energi yang diperoleh dari makanan tidak digunakan secara optimal untuk pertumbuhan karena juga digunakan untuk pemeliharaan tubuh. Effendi (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Pakan adalah faktor utama yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan karena sumber energi pada ikan berasal dari pakan (Fujaya, 2002). Selama masa pemeliharaan, benih ikan patin diberi pakan secara ad satiation (sekenyangnya), dengan frekuensi 1x sehari. Indikasi ikan yang kenyang adalah ketika ikan tampak sudah mulai menjauhi pakan yang diberikan dan bergerak ke dasar wadah (Utomo et al., 2005). Hasil pertumbuhan benih ikan patin menunjukkan secara nyata bahwa manajemen pemberian pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan yang dihasilkan. Hasil pengamatan selama pemeliharaan benih ikan patin juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang tidak seragam antara semua perlakuan. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Utomo et al. (2005) yang melaporkan bahwa benih ikan mas yang diberi pakan sampai kenyang memiliki pertumbuhan lebih tinggi daripada benih ikan mas yang diberi pakan sebanyak 8% dari bobot biomassanya, masing-masing adalah 3,80% dan 3,42%. Salah satu faktor penyebabnya diduga karena frekuensi pemberian pakan yang sangat sedikit, sehingga pertumbuhan benih ikan patin terhambat atau tidak optimal. Santoso dan Tata (2001) menyatakan bahwa ikan yang kekurangan pakan mengalami pertumbuhan yang lambat karena sejumlah energi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan patin hanya digunakan untuk pemeliharaan tubuh, tetapi tidak untuk pertumbuhannya. Dani et al. (2005) juga menyatakan hal yang sama, bahwa ikan yang kekurangan pakan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, bahkan berdampak terhadap rendahnya persentase kelangsungan hidup.
  • 20. 20 Penyebab lainnya adalah kepadatan pemeliharaan yang tinggi, sehingga ruang gerak ikan patin menjadi sempit dan terjadi kompetisi terhadap pakan maupun oksigen (Minggawati, 2006). Kepadatan tinggi juga dapat mempercepat penurunan kualitas air kultur, akibat akumulasi metabolit dan sisa pakan (Zonneveld et al., 1991). Kondisi tersebut dapat menyebabkan benih ikan menjadi stress atau lemah, sehingga tidak nafsu makan dan kemudian pertumbuhannya terhambat (Sidik et al., 2002). Faktor penting lainnya yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah kualitas air, dimana temperatur air memegang peranan penting sebagai katalisator dalam proses metabolisme tubuh ikan (Effendi, 2002). Secara keseluruhan hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan on farm budidaya ikan patin, khususnya pembesaran benih ikan patin telah menjelaskan bahwa manajemen pemeliharaan, manajemen pakan dan pemberian pakan serta manajemen kualitas air merupakan faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin. Oleh karena itu, hal-hal tersebut menjadi penting untuk diperhatikan dan diterapkan dalam pemeliharaan benih ikan patin, guna mendapatkan benih ikan patin dengan pertumbuhan spesifik yang tinggi. Kualitas air sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, karena ikan akan memakan pakan yang diberikan dengan baik jika kualitas air dalam kondisi optimal (Murtidjo, 1980). Bila kualitas airnya kurang baik, ikan mengalami penurunan nafsu makan, sehingga menjadi lemah dan mudah terserang penyakit (Kordi, 2007). Selain itu, air sebagai media internal ikan berperan penting sebagai pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolime untuk dikeluarkan dari tubuh ikan dan merupakan pengatur atau penyangga temperatur tubuh ikan (Effendi, 1997). Kelabora (2010), menyatakan bahwa salah satu parameter kualitas air yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas adalah temperatur. Temperatur merupakan sifat fisika air yang berperan penting dalam mengatur proses yang terjadi di lingkungan perairan maupun fisiologis ikan (Wardoyo, 1990). Temperatur air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan (Irianto, 2005), karena ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak dapat menghasilkan panas tubuh, sehingga temperatur tubuhnya tergantung atau menyesuaikan pada temperatur dilingkungan sekelilingnya (Hoole et al., 2001). Ikan memiliki batas toleransi tertentu terhadap temperatur untuk mempertahankan pertumbuhannya agar tetap normal (Munajat et al., 2003). Perubahan temperatur air
  • 21. 21 berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (Djarijah, 1995), pada kisaran temperatur 18250C ikan masih bertahan hidup tetapi nafsu makannya mulai menurun, sedangkan pada temperatur dibawah 120C ikan akan mengalami kematian (Kordi, 2007). pH (pondus hydrogeeni) air adalah indikasi dari bobot hidrogen yang berada dalam air. Umumnya air di daerah tropis memiliki pH antara 5–6,8 atau tergolong sedikit asam (Sitanggang, 2002). pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan pakan alami, fisiologis ikan dan organisme perairan lainnya, serta kesetimbangan suatu senyawa kimia dalam suatu perairan (Soedarti et al., 2006 ). Secara ringkas hubungan antara pH air dan pengaruhnya terhadap ikan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hubungan pH Air dan Kehidupan Ikan Budidaya. Nilai pH air < 4,5 5-6,5 6,5-9,0 > 9,0 Pengaruh terhadap ikan budidaya Air bersifat racun bagi ikan. Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit. Ikan mengalami pertumbuhan optimal. Pertumbuhan ikan terhambat. Sumber : Kordi, 2007. Ikan dapat hidup pada pH 5–9,5 (Munajat dan Budiana, 2003). Pada pH rendah atau < 5 (keasaman tinggi), maka kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sehingga ikan akan mengalami penurunan nafsu makan (Zonneveld et al., 1991). Nilai pH optimum dalam mendukung pertumbuhan ikan pada kegiatan budidaya ikan air tawar umumnya berkisar antara 6,7–8,5 (Irianto, 2005). Hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa kualitas air selama pelaksanaan on farm pembesaran benih ikan patin berada pada kisaran optimal, dengan nilai temperatur 26-280C dan pH 8,56-8,62. Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan, karena oksigen diperlukan bagi proses pernapasan dan merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan (Wardoyo, 1975). NTAC (1968) dalam Wardoyo (1975) mengatakan, agar kehidupan ikan dapat layak dan kegiatan budidaya perairan berhasil maka kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 4 ppm. Swingle dalam Boyd (1982) menyatakan, jika oksigen kurang dari 0,3 mg/l dalam waktu yang lama akan menyebabkan kematian ikan. Pada kisaran oksigen 1-5 mg/l ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya lambat jika dibiarkan lama.
  • 22. 22 Pada kegiatan on farm ini nilai oksigen terlarut dalam perairan berkisar antara 8,2 – 8,9. Ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen dalam perairan cukup tinggi sehingga layak bagi kehidupan ikan patin. Hal ini disebabkan oleh adanya aerasi dan suplay air mengucur selama pemeliharaan. Parameter kualitas air lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin adalah ammonia. Ammonia yang ada di perairan dapat berasal dari pakan dan hasil ekskresi ikan serta dari penguraian unsur dari mikroba. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total yaitu NH4. Pemberian pakan merupakan sumber nitrogen terbesar dalam system budidaya yang dapat memacu pertambahan kadar ammonia. Feces dan sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan akan terurai menjadi ammonia dalam budidaya untuk selanjutnya dibebaskan ke kolom air (Coenco, 1989 dalam Armila, 2000). Ammonia mempengaruhi kemampuan ikan untuk mengambil oksigen. Kadar ammonia yang tinggi dalam air secara langsung dapat membunuh organisme perairan, yaitu dengan adanya peningkatan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak jaringan insang dan mempengaruhi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Colt dan Armstrong, 1982 dalam Armila, 2000). Pescod (1979) dalam Armila (2000) menyatakan, banyaknya kandungan ammonia yang dapat menunjang kelangsungan hidup ikan dan organisme perairan lainnya adalah kurang dari 1 mg/L. Kandungan ammonia yang dapat menyebabkan kematian ikan berkisar antara 1,2 mg/L sampai 2,0 mg/L (Albaster dan Lioyd, 1980 dalam Armila, 2000). Selama pemeliharaan ikan patin dalam kegiatan on farm ini kandungan ammonia yang terukur antara 0 (TD) sampai 0,639. Ini menunjukkan bahwa kandungan ammonia dalam perairan budidaya ikan patin relative rendah sehingga masih layak untuk kehidupan ikan patin. Hal ini disebabkan adanya penyiponan ketika terlihat agak kotor adanya sisa-sisa pakan dan atau hasil buangan ikan sehingga kondisi perairan bisa dikondisikan dalam situasi yang kondusif bagi kelangsungan hidup ikan. Menurut Boyd (1990) dalam Armila (2000), ammonia akan meningkat seiring dengan meningkatnya nilai pH. Namun dalam kegiatan on farm ini nilai pH cukup tinggi tetapi ammonia relative rendah. Hal ini karena kepadatan ikan yang ditebar relative rendah sehingga sekresi CO2 relatif rendah pula sementara suplay oksigen cukup tinggi sehingga tidak menurunkan kondisi pH perairan.
  • 23. 23 4.2. Analisis Kelayakan Usaha Pendederan Ikan Patin 1. Investasi a. Pembelian alat pembersihan Rp. 100.000,- b. Pembelian alat panen dan sortir Rp. 150.000,- c. Pembelian obat-obatan Rp. 170.000,- d. Pembelian pakan Rp. 600.000,- e. Pembelian kelengkapan penunjang kegiatan (lampu, pipa dll) Rp. 100.000,- f. Beli benih ikan patin 28.000 ekor @ Rp.85 Rp. 2.380.000,- Total Investasi Rp. 3.500.000,- 2. Pendapatan Penjualan benih ikan patin : a. Tahap I sebanyak 11.480 ekor @ Rp. 170 = 1.951.600,00 b. Tahap II sebanyak 15.600 ekor @ Rp.170 = 2.652.000,00 c. Total penghasilan = 4.603.600,00 3. Analisis Manfaat a. Keuntungan Keuntungan = Pendapatan – Total Investasi = Rp. 4.603.600,00 – Rp. 3.500.000,00 = Rp. 1.103.600,00 b. BEP Produksi BEP Produksi = Total Investasi : Harga Satuan = Rp. 3.500.000,00 : Rp. 170,00/Ekor = Rp. 20.588,24 ekor Artinya jika produksi ikan patin di atas 20.588,24 ekor maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan dan sebaliknya jika produksi di bawah 20.588,24 ekor berarti kegiatan usaha mengalami kerugian. c. BEP Harga BEP Harga = Total Investasi : Volume Produksi = Rp. 3.500.000,00 : 27.080 Ekor = Rp. 129,25 / Ekor
  • 24. 24 Artinya apabila harga jual ikan patin di atas Rp. 129,25/ekor maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan dan sebaliknya jika harga jual ikan patin di bawah Rp. 129,25/ekor berarti kegiatan usaha mengalami kerugian. d. B/C Ratio B/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya = Rp. 4.603.600,00 : Rp. 3.500.000,00 = 1,32 Maksudnya adalah dengan mengeluarkan biaya usaha sebesar Rp. 3.500.000,00 akan diperoleh penghasilan sebesar 1,32 kali lipat. Ini menunjukkan bahwa kegiatan on farm (pendederan ikan patin) layak dikembangkan. Nilai B/C ratio di atas 1 (satu) menunjukkan kegiatan tersebut layak. e. Jangka Waktu Pengembalian Modal Jangka Waktu Pengembalian Modal = Total Biaya x 1periode keuntungan = Rp. 3.500.000,00 : Rp. 1.103.600,00 = 3,2 Bulan atau 3,2 siklus
  • 25. 25 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan on farm dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kualitas air dalam kegiatan on farm dari awal tebar benih hingga penjualan masih dalam kategori layak, terbukti dengan tingginya sulvivar rate dan rendahnya kematian ikan patin. 2. Kegiatan usaha budidaya (pendederan) ikan patin layak dikembangkan mengingat usaha tersebut memberikan keuntungan dalam usaha. Semakin tinggi jumlah tebar benih semakin tinggi pula penghasilan yang diperoleh. 5.2. Saran Seyogyanya kegiatan on farm ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak baik dalam bimbingan di lapangan maupun pemasaran dan fasilitas sarana prasarana dalam menunjang kelancaran kegiatan tersebut. Selain itu pengarahan awal komoditas dan penggunaan sarana prasarana hendaknya terbuka sehingga penggunaan dana on farm lebih optimal dan efisien sehingga dapat meminimalkan investasi dan lebih focus pada perbanyakan benih sehingga optimalisasi penghasilan dapat dicapai.
  • 26. 26 DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Method for The Examination of Waste Water. 21th Edition. American Water Work Association Water Pollution Control Federation. New York. Arie, U. 2006. Budidaya Patin untuk Konsumsi dan Ikan Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Boer, I. 2003. Manajemen Pemberian Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI. Pekanbaru (Tidak diterbitkan). Chobiyah, I. 2001. Pembesaran Ikan Patin (Colossoma http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2009. macropomum). Cholik, F., Ateng, G. J., R.P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur, Tumpuan dan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar TMII. Jakarta Chumaidi, Yanti S. dan Agus P. 2005. Pemeliharaan Ikan Botia (Botia macracantha) dengan Pemberian Pakan Komersial dan Pakan Hidup (Pheretima sp.). Journal Aquacultura Indonesiana 6 (2) : 47-51. Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, H. 1997. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. Effendie, M. I. 2002. Bilogi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Faulina, L. 2009. Upaya Memacu Laju Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Mann) dengan pemberian Pakan Keong Mas (Pomacea sp.). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik UNSOED. Purwokerto (Tidak dipublikasikan). Firdaus dan Muchlisin Z. A. 2005. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea canaliculata) sebagai Pakan Alternatif dalam Budidaya Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). ENVIRO 5 (1) : 64-66. Ghufron, M. H. Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. Hadadi, A., Herry S., A. Surrachman dan E. Ridwan. 2006. Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Bahan Pakan Ikan. BBPBAT Sukabumi. Sukabumi. Kurnia, A. 2008. Dicari Pakan Ikan Berkualitas, Murah dan Ramah Lingkungan. http://www.multiply.com. Diakses pada 27 Mei 2009.
  • 27. 27 Resnawati, H. 2006. Retensi Nitrogen dan Energi Metabolisme Ransum yang Mengandung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Ayam Pedaging. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses tanggal 13 Januari 2010. Ridwan. 1992. Nilai Tambah Tepung Cacing. http://www.jawatengah.go.id. Diakses tanggal 5 April 2009. Rokhmani, M., N. Abulias dan I. Sulistyo. 2001. Pemberian Tubifex sp dengan Lama Inklusi Berbeda dalam HCG sebagai Pakan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dan Pengaruhnya Terhadap Kelangsungan Hidup, Pertambahan Protein dan Lemak Tubuh. Jurnal Sains Akuatik. 4 (2) : 21-25 Samidjan, I. 2002. Teknologi Pembesaran Ikan Klon (Amphiprion percula) dengan Menggunakan Pakan Tubifex sp. Prosiding Seminar RIPTEK Kelautan Nasional. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP. Semarang. Soedarti, T., Jayanti, A. dan Agoes S. 2006. Diversitas Fitoplankton pada Ekosistem Perairan Waduk Sutami, Malang. Berkala Penelitian Hayati 11: 97-103. Soeseno, S. 1984. Dasar-dasar Perikanan Umum. CV. Yasaguna : Jakarta. Suhenda, M., L. Setijaningsih, Y. Suryanti. 2003. Penentuan Rasio Antara Karbohidrat dan Lemak pada Pakan Benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9(1) : 21-30. Sunarno. 2001. Budidaya Cacing Tanah Lumbricus rubellus. CV. Aneka Ilmu. Solo. Utomo, N.B.P., P. Hasanah dan I. Mokoginta. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Keramba Jaring Apung. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2): 49-52. Wardoyo, S. T. H., Muchsin. 1990. Pengelolaan kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Wiramiharja, Y., Rina H., Irma M. H. dan Y. Niwa. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan Ikan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan JICA. Jambi. Yudha, I. G. 2003. Studi Pertumbuhan Ikan KerapuBebek (Cromileptes altivelis) dalam Keramba jaring Apung (KJA) di Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan. http://www.skripsi.unila.ac.id. Diakses pada 29 Mei 2009. Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. 1991. Prinsip – prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.