SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
1 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, remaja dihadapkan pada kondisi sistem nilai yang telah terkikis
oleh sistem nilai asing yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, salah satunya adalah
hubungan seks di luar nikah telah dianggap sebagai suatu kewajaran. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi.
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim menunjukkan gejala memprihatinkan
bahwa pelaku aborsi jumlahnya cukup signifikan. Frekuensi aborsi sulit dihitung secara
akurat, karena sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga
perlu perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar
2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah
tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada remaja,
wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah.
Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau
majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap
tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para
remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang sex dan pergaulan bebas serta
dampaknya, baik dari segi kesehatan maupun social kepada masyarakat khususnya remaja.
Selain itu, pengawasan orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan yang
merupakan akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan tindakan
aborsi.
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi
orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan
sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif karena
ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang aborsi ditinjau dari sudut pandang etika,
hukum positif dan hukum Islam.
B. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian aborsi
2. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
3. Mengetahui dampak atau resiko yang ditimbulkan dari aborsi
4. Mengetahui aborsi menurut etika budaya
5. Mengetahui aborsi menurut hukum positif (UUD/KUHP)
6. Mengetahui aborsi menurut hukum Islam.
2 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aborsi
Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau
pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya. Secara lebih
spesifik, Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut:
“Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai
berat 1.000 gram.” Dalam pengertian lain menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi sebagai suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260).
B. Pembagian dan Macam Aborsi
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan
bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara
pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah
pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
1. Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan
dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
2. Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang
berwenang.
Menurut dunia kedokteran Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontanea ), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya
dengan istilah keguguran. Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan/pengeluaran janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu bertahan hidup.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja
dengan tujuan tertentu. Aborsi buatan/ sengaja Abortus Provocatus Criminalis adalah
pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram sebagai akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi Provocatus ini dibagi
menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan
Abortus Profocatus Therapeuticum. Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum
adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh,
calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
3 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-
gesa.
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, maka
disebut Abortus Profocatus Criminalis
C. Penyebab Tindakan Aborsi
Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab aborsi
dilakukan :
1. Umur
2. Incest (hubungan seks sedarah) seperti tindak pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah
kepada anaknya.
3. Kehamilan tak diinginkan (KTD) seperti hamil diluar nikah
4. Paritas ibu
5. Adanya penyakit kronis atau indikasi medis
6. Aktivitas seksual di usia muda
7. Kurangnya pengetahuan tentang dampak aborsi
8. Perspektif sosiokultural dan agama
9. Tingkat pendidikan tentang seksual dan kesehatan reproduksi rendah
10. Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak dari aborsi yang tidak aman
D. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak
menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang
akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang
ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Infeksi serius disekitar kandungan
c. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
d. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
4 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
e. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
f. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
g. Kanker hati (Liver Cancer)
h. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
i. Beresiko menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
j. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
k. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
a. Kehilangan harga diri
b. Merasa diasingkan atau dijauhi dari masyarakat
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d. Ingin melakukan bunuh diri
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah
tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang disebabkan karena
gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).
E. Aborsi Menurut Etika
Perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan
penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun yang dilakukan terhadap 450
remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Terungkap bahwa 64% remaja mengakui
secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma
agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual
mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu
terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
5 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan
khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan
melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini
dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru,
padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga
mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada
pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di
luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan
untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat
(pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-
sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang
bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fashion), model
pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan
hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja
yaitu faktor agama dan iman; faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media;
pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan; dan perubahan zaman.
Dengan demikian tindakan aborsi merupakan tindakan yang melanggar nilai-nilai etika, baik
ditinjau dari segi etika budaya/ etika bermasyarakat, etika hukum maupun etika agama. Oleh
karena itu perilaku semacam ini harus dihindari bahkan dijauhi dari seluruh lapisan
masyarakat, meskipun dalam kondisi tertentu diperbolehkan.
F. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”.
Yang menerima hukuman adalah :
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal.
Mengenai aborsi, dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai
berikut :
6 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan”.
G. Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya,
seperti menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi
syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran
kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal
346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada
pasal 15 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan medis tertentu dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga.
7 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
H. Hukum Aborsi Dalam Islam
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang
berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah
khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi
dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan
dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan
pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz)
dan tidak apa-apa. Wallahua’lam.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih
belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya. Allah berfirman dalam QS. Al Israa : 31.
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar.”
Ayat tersebut menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah sedangkan manusia
diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh
semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang.
Aborsi merupakan problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan
(freedom/liberalism) yang lahir dari paham sekularisme, yaitu pemisahan agama dari
kehidupan (Abdul Qadim Zallum, 1998).
Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi. Sesuai
dengan firman Allah dalam QS. Almaidah : 32.
“Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan
melawan perintah Allah. Allah berfirman dalam QS. Almaidah : 33.
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
8 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
I. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak aman
(Ilegal)
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta mencegah
terjadinya tindakan aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya dikalangan remaja tentang
kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan informasi tentang
seksualitas, kontrasepsi dan hubungan gender.
2. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam mengawasi anak-anaknya
dalam bergaul
3. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan informasi
yang akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi kesehatan
4. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah, puskesmas dan
lain-lain dalam menurunkan angka aborsi yang ada.
5. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi syarat
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh
orang tua, yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan pendidikan sex dini yang sesuai kepada anak-anaknya
2. Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya
3. Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang melanggar
aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.
9 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau
disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atau sebelum janin diberi kesempatan untuk
hidup.
Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan dalam
kondisi apapun kecuali untuk kemaslahatan si ibu. Hal ini sudah di atur dalam hukum
Negara.
Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang melakukanya,
baik dari segi kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang tidak memenuhi syarat dan
tidak dilakukan oleh ahlinya dapat mengakibatkan komplikasi-komplikasi yang sangat
berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
B. Saran
Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan
khususnya tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat
pengetahuan dan memiliki persepsi yang benar akan hal tersebut dan diharapkan dapat
menurunkan angka kejadian aborsi baik secara legal maupun illegal
DAFTAR PUSTAKA
Al Baghdadi, Abdurrahman.1998.Emansipasi Adakah Dalam Islam. Gema Insani Press.
Jakarta.
Masruroh dan Mudzakkir, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan dan Keperawatan.Merkid
Press. Yogyakarta.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Tiar, Estu dkk. 2011. Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Priharjo,Robert. 1995. Etika Pengantar Keperawatan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Zuhdi, Masjfuk.1993.Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Haji Masagung: Jakarta.
http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/kesehatan/18_ABORSI.pdf
http://almuslimah.wordpress.com/2008/06/04/hukum-aborsi/html.
10 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N

Contenu connexe

Tendances

1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidanadeputra93
 
Dilema etik kebidanan
Dilema etik kebidananDilema etik kebidanan
Dilema etik kebidananbayu agustina
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananAprillia Indah Fajarwati
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
PPT Teori Kebidanan
PPT Teori KebidananPPT Teori Kebidanan
PPT Teori KebidananChiyapuri
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Al-Ikhlas14
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaDinkes Kab Lebak
 
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) Kristyawan Sutriyanto
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMAffiZakiyya
 
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma KebidananFilosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma Kebidananpjj_kemenkes
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisDasuki Suke
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 

Tendances (20)

1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 
Dilema etik kebidanan
Dilema etik kebidananDilema etik kebidanan
Dilema etik kebidanan
 
midwifery care
midwifery caremidwifery care
midwifery care
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
Makalah psikologi ibu dan anak 2
Makalah psikologi ibu dan anak 2Makalah psikologi ibu dan anak 2
Makalah psikologi ibu dan anak 2
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
PPT Teori Kebidanan
PPT Teori KebidananPPT Teori Kebidanan
PPT Teori Kebidanan
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Tugas konseling 1
Tugas konseling 1Tugas konseling 1
Tugas konseling 1
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
 
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma KebidananFilosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 
Peran bidan sebagai pelaksana
Peran bidan sebagai pelaksanaPeran bidan sebagai pelaksana
Peran bidan sebagai pelaksana
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
Kul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi KesehatanKul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi Kesehatan
 

En vedette

Pandangan negara terhadap aborsi
Pandangan negara terhadap aborsiPandangan negara terhadap aborsi
Pandangan negara terhadap aborsiRizky DwiKurnia
 
Pendekatan etika kristen tentang aborsi
Pendekatan etika kristen tentang aborsiPendekatan etika kristen tentang aborsi
Pendekatan etika kristen tentang aborsiliehaning
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranKewin Harahap
 
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan Haji
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan HajiVaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan Haji
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan HajiLucky Halioedin
 
Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Praseta Okta Viana
 
Pandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap AborsiPandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap AborsiSamuel Sitorus
 
Presentasi aborsi
Presentasi aborsiPresentasi aborsi
Presentasi aborsiBayu aji
 
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi Jhon Sijabat
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahRumandani Choirunisa
 
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampel
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampelMakalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampel
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampelalfitri ariyansah
 

En vedette (16)

Jurnal Aborsi
Jurnal AborsiJurnal Aborsi
Jurnal Aborsi
 
Pandangan negara terhadap aborsi
Pandangan negara terhadap aborsiPandangan negara terhadap aborsi
Pandangan negara terhadap aborsi
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Pendekatan etika kristen tentang aborsi
Pendekatan etika kristen tentang aborsiPendekatan etika kristen tentang aborsi
Pendekatan etika kristen tentang aborsi
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Dilema etika keperawatan
Dilema etika keperawatanDilema etika keperawatan
Dilema etika keperawatan
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguran
 
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan Haji
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan HajiVaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan Haji
Vaksinasi Untuk Jamaah Umrah dan Haji
 
Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik Etika keperawatan dilema etik
Etika keperawatan dilema etik
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Pandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap AborsiPandangan Agama terhadap Aborsi
Pandangan Agama terhadap Aborsi
 
Presentasi aborsi
Presentasi aborsiPresentasi aborsi
Presentasi aborsi
 
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi
Contoh Skripsi Akbid tentang imunisasi
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
 
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampel
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampelMakalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampel
Makalah populasi, teknik pengambilan sampel dan besar sampel
 
Gender dalam-hukum-islam
Gender dalam-hukum-islam Gender dalam-hukum-islam
Gender dalam-hukum-islam
 

Similaire à Etika dan Hukum Aborsi (20)

Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Bab i aborsi
Bab i aborsiBab i aborsi
Bab i aborsi
 
Makalah iskes
Makalah iskesMakalah iskes
Makalah iskes
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Kespro remaja
Kespro remaja  Kespro remaja
Kespro remaja
 
Utk blog
Utk blogUtk blog
Utk blog
 
Islam dan kesehatan
Islam dan kesehatanIslam dan kesehatan
Islam dan kesehatan
 
ABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docxABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docx
 
Dampak aborsi dan kesehatan
Dampak aborsi dan kesehatanDampak aborsi dan kesehatan
Dampak aborsi dan kesehatan
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Makalah aborsi menurut pandangan islam
Makalah aborsi menurut pandangan islamMakalah aborsi menurut pandangan islam
Makalah aborsi menurut pandangan islam
 
Yudy kirihio
Yudy kirihioYudy kirihio
Yudy kirihio
 
Isu etik (aborsi)
Isu etik (aborsi)Isu etik (aborsi)
Isu etik (aborsi)
 
Kti tiwi
Kti tiwiKti tiwi
Kti tiwi
 

Etika dan Hukum Aborsi

  • 1. 1 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi, remaja dihadapkan pada kondisi sistem nilai yang telah terkikis oleh sistem nilai asing yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, salah satunya adalah hubungan seks di luar nikah telah dianggap sebagai suatu kewajaran. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim menunjukkan gejala memprihatinkan bahwa pelaku aborsi jumlahnya cukup signifikan. Frekuensi aborsi sulit dihitung secara akurat, karena sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada remaja, wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi. Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang sex dan pergaulan bebas serta dampaknya, baik dari segi kesehatan maupun social kepada masyarakat khususnya remaja. Selain itu, pengawasan orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak sedikit berakhir dengan tindakan aborsi. Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang aborsi ditinjau dari sudut pandang etika, hukum positif dan hukum Islam. B. Tujuan Umum 1. Mengetahui pengertian aborsi 2. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi 3. Mengetahui dampak atau resiko yang ditimbulkan dari aborsi 4. Mengetahui aborsi menurut etika budaya 5. Mengetahui aborsi menurut hukum positif (UUD/KUHP) 6. Mengetahui aborsi menurut hukum Islam.
  • 2. 2 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aborsi Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya. Secara lebih spesifik, Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut: “Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.” Dalam pengertian lain menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi sebagai suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260). B. Pembagian dan Macam Aborsi Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut : Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua : 1. Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. 2. Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang. Menurut dunia kedokteran Aborsi dibagi menjadi dua juga : 1. Aborsi spontan ( Abortus Spontanea ), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran. Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan/pengeluaran janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu bertahan hidup. 2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi buatan/ sengaja Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua : a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum. Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
  • 3. 3 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa- gesa. b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis C. Penyebab Tindakan Aborsi Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab aborsi dilakukan : 1. Umur 2. Incest (hubungan seks sedarah) seperti tindak pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah kepada anaknya. 3. Kehamilan tak diinginkan (KTD) seperti hamil diluar nikah 4. Paritas ibu 5. Adanya penyakit kronis atau indikasi medis 6. Aktivitas seksual di usia muda 7. Kurangnya pengetahuan tentang dampak aborsi 8. Perspektif sosiokultural dan agama 9. Tingkat pendidikan tentang seksual dan kesehatan reproduksi rendah 10. Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak dari aborsi yang tidak aman D. Resiko Aborsi Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat b. Infeksi serius disekitar kandungan c. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. d. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
  • 4. 4 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N e. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) f. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) g. Kanker hati (Liver Cancer) h. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. i. Beresiko menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) j. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) k. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 2. Resiko gangguan psikologis Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: a. Kehilangan harga diri b. Merasa diasingkan atau dijauhi dari masyarakat c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi d. Ingin melakukan bunuh diri e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007). E. Aborsi Menurut Etika Perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun yang dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Terungkap bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
  • 5. 5 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya. Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini. Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem- sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fashion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu faktor agama dan iman; faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media; pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan; dan perubahan zaman. Dengan demikian tindakan aborsi merupakan tindakan yang melanggar nilai-nilai etika, baik ditinjau dari segi etika budaya/ etika bermasyarakat, etika hukum maupun etika agama. Oleh karena itu perilaku semacam ini harus dihindari bahkan dijauhi dari seluruh lapisan masyarakat, meskipun dalam kondisi tertentu diperbolehkan. F. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”. Yang menerima hukuman adalah : 1. Ibu yang melakukan aborsi 2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Mengenai aborsi, dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
  • 6. 6 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N 1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”. 2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan”. G. Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni : 1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius) Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya, seperti menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu. 2. Abortus buatan ilegal Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan medis tertentu dapat dilakukan : 1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut 2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli 3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga.
  • 7. 7 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N H. Hukum Aborsi Dalam Islam Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Wallahua’lam. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Allah berfirman dalam QS. Al Israa : 31. "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” Ayat tersebut menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah sedangkan manusia diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Aborsi merupakan problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang lahir dari paham sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan (Abdul Qadim Zallum, 1998). Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Almaidah : 32. “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan melawan perintah Allah. Allah berfirman dalam QS. Almaidah : 33. “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
  • 8. 8 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N I. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak aman (Ilegal) Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta mencegah terjadinya tindakan aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya dikalangan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan informasi tentang seksualitas, kontrasepsi dan hubungan gender. 2. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam mengawasi anak-anaknya dalam bergaul 3. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan informasi yang akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi kesehatan 4. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah, puskesmas dan lain-lain dalam menurunkan angka aborsi yang ada. 5. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memenuhi syarat Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu sebagai berikut : 1. Memberikan pendidikan sex dini yang sesuai kepada anak-anaknya 2. Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya 3. Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang melanggar aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.
  • 9. 9 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atau sebelum janin diberi kesempatan untuk hidup. Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan dalam kondisi apapun kecuali untuk kemaslahatan si ibu. Hal ini sudah di atur dalam hukum Negara. Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang melakukanya, baik dari segi kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang tidak memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh ahlinya dapat mengakibatkan komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. B. Saran Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan khususnya tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat pengetahuan dan memiliki persepsi yang benar akan hal tersebut dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian aborsi baik secara legal maupun illegal DAFTAR PUSTAKA Al Baghdadi, Abdurrahman.1998.Emansipasi Adakah Dalam Islam. Gema Insani Press. Jakarta. Masruroh dan Mudzakkir, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan dan Keperawatan.Merkid Press. Yogyakarta. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Tiar, Estu dkk. 2011. Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Priharjo,Robert. 1995. Etika Pengantar Keperawatan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Zuhdi, Masjfuk.1993.Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Haji Masagung: Jakarta. http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/kesehatan/18_ABORSI.pdf http://almuslimah.wordpress.com/2008/06/04/hukum-aborsi/html.
  • 10. 10 | M A K A L A H : E T I K A D A N P R O F E S I K E S E H A T A N