Reproduksi pada hewan dilakukan secara aseksual atau seksual. Reproduksi seksual melibatkan gamet jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan baru, sedangkan aseksual tidak melibatkan gamet. Kebanyakan vertebrata hanya bereproduksi secara seksual melalui pembuahan gamet di dalam atau luar tubuh.
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Sistem reproduksi vertebrata
1. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah.Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali
dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada
manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual.
Reproduksi pada Hewan Vertebrata – Reproduksi pada hewan
vertebrata hanya terjadi secara generatif.Terjadinya individu baru
didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina
(pembuahan/ fertilisasi).Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi
ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
Pada hewan tingkat tinggi, jenis kelamin antara hewan jantan dan
betina dapat dibedakan. Proses pembuahan berdasarkan tempatnya,
dibedakan menjadi pembuahan di luar tubuh dan pembuahan di dalam
tubuh.
1) Pembuahan di luar tubuh
Pembuahan di luar tubuh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Pembuahan luar secara acak, yaitu peristiwa pengeluaran sperma
dan sel telur oleh hewan jantan dan betina secara bersamaan di
sembarang tempat dalam air. Contoh: katak dan ikan.
b) Pembuahan luar dalam sarang, sperma dan sel telur disimpan di
dalam sarang atau cekungan.
2) Pembuahan di dalam tubuh
Pembuahan di dalam tubuh disebut juga fertilisasi internal, terjadi
dalam tubuh induk betina.Sel telur dari ovarium yang dihasilkan
hewan betina dewasa disalurkan ke saluran telur.Sedangkan, hewan
jantan memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi betina.Dalam
2. saluran telur terjadi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dan
sperma.Pembuahan ini dilakukan umumnya pada hewan-hewan reptil,
burung, mamalia, serta beberapa jenis ikan dan amfibi.
A. PERKEMBANGBIAKAN SECARA ASEKSUAL DAN SECARA
SEKSUAL (MAYA IRMAYANTI)
Seperti halnya tumbuhan, reproduksi pada hewan juga dapat dengan cara
kawin maupun secara tak kawin.
1. Perkembangbiakan aseksual
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi
tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel
bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi
aseksual.Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada
organisme bersel satu.Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan
untuk melakukan reproduksi aseksual.
Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan
cara:
Membelah diri (pembelahan biner), yaitu pembelahan diri dari
satu sel menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan
selanjutnya membentuk koloni sel baru. Misalnya, terjadi pada
Volvox.
Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium
(penyebab malaria) pada fase oosit. Oosit akan membelah dan
selanjutnya akan menghasilkan sporozoit.
Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya
bagian tadi dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap.
Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut
3. 2. Perkembangbiakan seksual
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya
dari jenis kelamin yang berbeda.Reproduksi manusia normal adalah
contoh umum reproduksi seksual.Secara umum, organisme yang lebih
kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme
yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual.
Pada reproduksi seksual/generatif terjadi persatuan dua macam gamet dari
dua individu yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi
percampuran materi genetik yang memungkinkan terbentuknya individu
baru dengan sifat baru.
Pada organisme tingkat tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet
jantan atau spermatozoa dan gamet betina atau sel telur, kedua macam
gamet tersebut dapat dibedakan baik dari bentuk, ukuran dan
kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut heterogamet.
Peleburan dua macam gamet tersebut disebut singami.Peristiwa singami
didahului dengan peristiwa fertilisasi (pembuahan) yaitu pertemuan
sperma dengan sel telur.
Reproduksi pada Vertebrata
Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu
melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada
vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh.Bila terjadi di
luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak.Bila
pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna.Misalnya
pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
1. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar
tubuhnya. Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh
4. sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya
ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
2. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan
telur, dan embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar
adalah kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya
dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi
tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari
tubuh induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu,
kadal, dan beberapa jenis ular.
3. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio
berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan
dari induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya,
manusia dan hewan menyusui lainnya.
Ikan
Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar.Ikan tidak mempunyai organ
perkawinan.Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air.Sekali
bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi oleh
cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan
terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga
oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada
pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada
mujaer.
Amfibi
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur
yang telah dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari
telur akan menetas menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup di
dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis
selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu
tahun katak telah menjadi dewasa.
5. Reptilia
Ada yang meletakkan telur (ovipar) dan ada pula yang bersifat
ovovivipar.Pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal).Telur
dilindungi oleh cangkang.Telur yang dikeluarkan ada yang disembunyikan
didalam pasir, di dalam lumpur, ada yang dierami.Pada kadal telurnya
menetas di dalam tubuh (ovovivipar).
Aves
Fertilisasi internal dengan kloaka. Semua jenis burung bereproduksi
dengan cara bertelur (ovipar). Ada burung yang mengerami telurnya, ada
yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi daun, ada pula
yang menyimpan telurnya didalam pasir.Seekor burung sekali musim
hanya mampu bertelur beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali
musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan menetas
menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang berkembang dalam
cangkang mendapat makanan dari cadangan makanan yang tersimpan
dalam telur tersebut.
Mamalia
Fertilisasi intemal, karena telah memiliki organ reproduksi
sempurna.Kecuali golongan hewan berparuh bebek (Platypus), semua
hewan menyusui selalu melahirkan (vivipar).Telur mamalia kecil dan
mengandung sedikit cadangan makanan.Embrio mendapat makan dari
rahim induknya melalui plasenta.
B. ORGAN REPRODUKSI PADA HEWAN VERTEBRATA
(SAHEBURRAHMAN)
1) Reproduksi Ikan
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan
jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan
6. telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan
berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut
dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka.
Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan
air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar
testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus
saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di
dalam air (fertilisasi eksternal).Peristiwa ini terus berlangsung sampai
ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-
celah batu.Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan
kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40
jam.
Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya
dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam
perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya
beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
Sitem Genitalia jantan dan betina
I. Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah
rongga abdomen oleh mesorsium.Bentuknya oval dengan permukaan
yang kasar.Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus
bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan
testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian
posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis,
lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan
7. bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan
sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
II. Sistem Genitalia Betina
Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak
pada anterior rongga abdomen.Pada saat dewasa yang berkembang
hanya ovarium kanan.Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan
berjumlah sepasang.
Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian
anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre.Oviduk sempit pada bagian anterior dan
posteriornya.Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di
kloaka.Pada Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan
langsung dengan ovarium.Pada bagian posterior bersatu dan
bermuara pada satu lubang.Teleostei tidak memiliki kloaka.
2) Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan
ovipar.Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin
luar.Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan
dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan
menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina.
Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap
ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran
vitelin).Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong.Perjalanan ovum dilanjutkan
melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran
yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus).Oviduk katak
betina terpisah dengan ureter.Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di
kloaka.
8. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga
akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang
berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens.Vas deferens
katak jantan bersatu dengan ureter.Dari vas deferens sperma lalu bermura
di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan
kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi
berudu.Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan
insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Sistem Genitalia pada jantan dan betina
I. Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium.Sebelah kaudal dijumpai korpus
adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di
dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan
membesar membentuk vasikula seminalis
(penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar
hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-
saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju
ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal,
ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih
jelas dijumpai.
II. Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai
jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum).Baik ovarium
maupum korpus adiposumberasal dari plica gametalis, masing-
9. masing gonalis, dan pars progonalis.Ovarium digantungkan oleh
mesovarium.
Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-
kelok.Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong
(infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum
abdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran
yang disebut dutus mesonefrus.Dan akhirnya bermuara di kloaka.
3) Reproduksi Reptil (Reptilia)
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan
hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi
internal).Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang
bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau
kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya
diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur.Reptil betina
menghasilkan ovum di dalam ovarium.Ovum kemudian bergerak di
sepanjang oviduk menuju kloaka.Reptil jantan menghasilkan sperma di
dalam testis.Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung
berhubungan dengan testis, yaitu epididimis.Dari epididimis sperma
bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis.Hemipenis
merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat
dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet.Pada saat kelompok
hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang
dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk
dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi
oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah
telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil,
telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh
induknya.Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
10. Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-
kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di
dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan
telurnya.
Sistem Genitalia pada jantan dan betina
I. Sistem Genitalia Jantan
Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan,
berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada
kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada
yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin.
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus
wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus
mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus
seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior
menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus
deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu
lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
II. Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian
permukaannya benjol-benjol.Letaknya tepat di bagian ventral
kolumna vertebralis.Saluran reproduksi, oviduk panjang dan
bergelung.Bagian anterior terbuka kerongga selom sebagai ostium,
sedang bagian posterior bermuara di kloaka.Dinding bersifat
glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi
untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.
11. 4) Reproduksi Burung (Aves)
Kelompok burung merupakan hewan ovipar.Walaupun kelompok
buruk tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam
tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium
kiri.Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut
rudimenter.Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang
dilanjutkan oleh oviduk.Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang
bermuara pada kloaka.Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat
sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum
yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa
zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh
induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak
burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya.Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan
belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
Sistem Genitalia pada jantan dan betina
I. Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian
permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial.Pada musim kawin ukurannya membesar.Di sinilah
dibuat dan disimpan spermatozoa.
12. Saluran reproduksi.Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen
dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus
deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal
yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut
glomere.Dekat glomere bagian posterior dari duktus
aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di
kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan
epididymis yang kecil kemudian menuju duktud deferen.Duktus
deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
II. Sistem Genitalia Betina
Ovarium.Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang
hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah
kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh
oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian
anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang
mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan
mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan
membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk
menghasilkan cangkang kapur.
5) Reproduksi Mamalia (Mammalia)
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut
merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus).Mamalia jantan dan betina
memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal.
Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia
betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang
alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian
13. bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat
serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam
skrotum.Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens
yang bersatu dengan ureter.Pada pangkal ureter juga bermuara saluran
prostat dari kelenjar prostat.Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang
merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju
uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma
akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding
uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses
pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan
banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan
perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
Sistem Genitalia pada jantan dan betina
I. Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di
dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika
albugenia.Ukuran testis tergantung pada hewannya.Jika testis tidak
turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan
sterilitas.Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum
disebut saluran inguinal.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi
duktus deferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis
terletak di sekeliling testis.Epididimis anterior (kaput epididimis)
lalu kea rah posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan
duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktud deferen,
dan vesikula seminalis.
II. Sistem Genitalia Betina
14. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan
terletak di dalam rongga pelvis.
Saluran reproduksi Pada monotremata oviduk, oviduk hanya sebelah
kiri yang berasal dari duktus Muller.Oviduk bagian posteriornya
berdilatasi membentuk uterus yang mensekresikan bungkus
telur.Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka.
Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk oviduk, uterus,
dan vagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk
infundibulum yang terbuka kearah rongga selom.
C. SPERMATOGENESIS (HATIAH)
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut
spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis.Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi
pada saat spermatogenesis.Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di
dalam ruang-ruang testis (lobulus testis).Satu testis umumnya mengandung
sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.Spermatogonia terus-menerus
membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig.Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
15. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon
yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk
menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan
nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah,
sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya
dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak,
yaitu spermatosit sekunder.
16. 2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid).Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge).Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang
gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil
akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.Ketika spermatid dibentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Gambar 1. Spermatogenesis
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron
(Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli
17. akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada
hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat
dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar
tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Struktur Sperma
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai
memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan
sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma
diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama
48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume
air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata
jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit
sitoplasma, mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan
bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung
kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom.
Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi
sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke
dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris.
18. Gambar 2. Struktur sperma
D. OOGENESIS (SYAFITRA)
Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam ovarium.
Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam
waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum
matang sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel
telur yang disebut oogenia (jamak; oogonium). Terjadi dalam organ
reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun
memiliki persamaan dalam pembentukan meiosis.Diantara kelahiran dan masa
pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar, dan folikel di sekitarnya
tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I
meiosis dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon
FSH ( Follicle stimulating hormone ).
Sepertihalnya pada jantan, oogenesis pun memiliki tahap :
1. proliferasi,
Tahap perbanyakan (proliferasi) berlangsung secara berulang-
ulang.Gametogonium (sel induk gamet/ pada betina disebut oogonium)
membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya.
19. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi Oogonium, lalu
mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer , siap memasuki
periode tumbuh. Pada mamalia masa proliferasi terjadi dalam
kandungan induk.
2. Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini Oogonium akan tumbuh membesar
menjadi oogonium I.
Pertumbuhan sangat memegang peranan penting,karena sebagian besar
dari substansi telur dipakai dalamperkembangan selanjutnya.
Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh (spermatogenesis:
diferensiasi terjadi setelah pemasakan).
3. transformasi atau pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase
pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan, yang
berlangsung secara meiosis.Akhir meiosis I terbentuk oogonium II,
dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4. Perubahan bentuk
Ootid dalam fase terakhir akan mengalami tahap perubahan bentuk
(transformasi) menjadi gamet.
Pada mamalia, selesia meiosis I pada betina, terjadi satu oosit II dan satu
polosit (badan kutub).Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma
sedikit sekali.Selesai meiosis II terjadi satu ootid dan satu polosit
II.Sementara itu polosit I membelah pula menjadi dua; tapi jarang terjadi,
karena terburu berdegenerasi. Polosit yang tiga buah itu nanti akan
berdegenerasi lalu diserap kembali oleh tubuh. Jadi pada betina 1 oosit
tumbuh menjadi 1 ovum.(Wildan yatim. 1990:16).
Oogenesis secara sederhana prosesnya dapat dijelaskan tahapannya
sebagai berikut:
1. Oogonium adalah merupakan sel induk dari ovum yang terdapat dalam
sel folikel yang berada di dalam ovarium
20. 2. Oogonium mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit
primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan meiosis
(tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama
3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid
(n). Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain
karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian
membelah lagi
5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi.
Apabila oosit sekunder di dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka
akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua. begitu pula dengan
badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang
akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi
fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis
diulang kembali
6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat
haploid (n) dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan
ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu,
saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan akhir atau
finalnya menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran sel telur
dikenal dengan istilah ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur
yang matang dan dapat hidup 24 jam. Jika ovum yang matang tersebut
tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama
dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi .
Tahapan Pembentukan Ovum
Pembentukan ovum terjadi dalam 5 tahapan yaitu :
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm
embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium
germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam
kandungan).Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi
21. oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium
dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium
dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah.Sejumlah folikel
primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama
masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu
pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut
folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut
oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom
(2n).Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis
kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain
disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin.Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf
mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau
ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang
masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut
oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-
kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal
akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom
haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi
pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
22. 5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala
spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah
membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan
polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak,
semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar
tersebut secara normal mengalami degenerasi.Ovum yang masak yang
telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
Hormon-hormon yang Mempengaruhi Oogenesis
Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu:
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
b. Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel
ovum).
c. Hormon estrogen
Estrogen berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
d. Hormon progesteron
Hormon progesteron berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium.
E. SIKLUS REPRODUKSI (SRI DEWI PUJIASTUTI)
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya
(Syahrum, 1994).
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus
estrus.Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus,
hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan
uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya
23. disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit
adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari
(Adnan, 2006).
Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan
berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu
waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh
adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon (hormon adalah
zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke
dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target) (Vilee, 1973).
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan
menerima hewan heawan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau
berahi.Selama estrus, hewan-hewan betina, secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan
struktural terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina.Hewan-hewan
monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun sedangkan hewan-
hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun
apabila tidak diganggu oleh kehamilan (Campbell, 2004).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus,
proestrus, estrus, dan metestrus.Tahap-tahap isklus dapat ditentukan dengan
melihat gambaran sitologi apusan vagina.Paad saat estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk.Apusan vagina biasanya dibuat
pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan
jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus
awal.Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan
bengkak.Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa
kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan
yang ke nol (Pratiwi, 1996).
Manivestasi psikologis berahi ditimbulkan oleh hormon seks betina, yakni
estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium.Berahi yang jelas dapat
ditimbulkan pemberian estrogen, bahkan dapat diberikan pada betina yang
dioverektomi.Perlu diingat bahwa meskipun berahi disebabkan oleh ovarium,
tetapi dengan pengertian bebas dari aktifitas ovarium. Pada betina yang intak,
24. estrogen dari luar dapat menimbulkan berahi pada hampir tiap saat selama
periode siklus estrus, oleh sebab itu maka berahi dapat dipisahkan sama sekali
dari peristiwa yang terpenting pada ovarium, yakni ovulasi. Pada terapi
dengan menggunkan estrogen, adanya faktor ini dalam praktek kedokteran
hewan sering dilupakan (Tenzer, 2003).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia
dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle),
sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua
kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah
endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan
uterus untuk kemungkinan implantsi embrio.Satu perbedaan antara kedua
siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi.
Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks
dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus
estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan
yang banyak (Tomi, 1990).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus estrus
(Radiopoetro, 1998):
1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat terlihat folikel
kecil-kecil (folicle primer)
2. Sebelum estrus folikel_folikel ini akan menjkadi besar tetapi akhirnya
hanya bsatu yang berisi ovum matang.
3. Folikel yangh berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar
(ovulasi), saat disebut waktu estrus.
4. Kalau telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama
kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.
5. Kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel
baru akan tumbuh lagi, siklus diulangi.
Kemungkinan fertilisasi semakin besar diperbesar pada sejumlah spesies
mamalia (tetapi pada manusia tidak), dengan menimbulkan birahi (estrus)
pada betina dan hanya mau kawin ketika mendekati waktu ovulasi.Ovulasi
‖birahi‖ dan perubahan lapisan-lapisan uterus dalam persiapan penerimaan
25. telur yang dibuahi, dikontrol oleh mekanisme endokrin yang rumit (Rikacute,
2006).
Pada manusia dan hewan primata lainnya mempunya siklus menstruasi,
pada mamalia lain dikenal adanya siklus estrus (estrous cycle). Pada siklus
estrus lapisan endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi,
akan diserap kembali oleh uterus bila tak terjadi pembuahan, sehingga tidak
banyak terjadi pendarahan. Pada hewan betina periode seputar ovulasi, vagina
mengalami perubahan yang memungkinkan terjadinya perkawinan, periode ini
disebut dengan estrus (Nalbandov, 1990).
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia
lain terjadi siklus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi
pembuahan maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh,
sedangkan pada siklus uterus jika tidak terjadi pembuahan, endometrium akan
direabsorbsi oleh tubuh. Siklus estrus pada bebagai jenis hewan, berbeda-beda
begitupun dengan jumlah siklus estrusnya dalam setahun berbeda pula
(Rusmiati, 2007).
Siklus estrus ini terjadi secara berkala. Bila dalam satu tahun hanya satu
siklus disebut dengan monoestrus, misalnya menjangan satu kali dalam satu
tahun .pada mamalia kecuali primata terjadi berhai pada yang betina disebut
estrus {heat), pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Terlihat keadaan
betina gelisah.Masa satu periode estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus
estrus.Kalau terjadi perkawinan dan hamil, maka siklus estrus berhenti sampai
bayi lahir.Bila tidak maka siklus jalan terus (Tenser, 2005).
Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat
berahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa
masa siklusnya. Aktifitas yang tinggi ini di sebabkan oleh estrogen.Tikus yang
berada di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika
berahi dibandingkan selama diestrus.Siklus estrus berhubungan erat dengan
perubahan organ-organ reproduksi yang berlangsung pada hewan betina
(Tomi, 1990).
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur
yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan
26. tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan
untuk mekanisme kelahiran.Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas
rektum.Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus
(Radiopoetro, 1998).
Ovari merupakan organ reproduki yang penting.Terdapat dua ovari yaitu
sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci
dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungan ovarian bursa. Ovari
bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan
produksi telur yang baik untuk dibuahi.Telur-telur mulai matang di ovari
dalam suatu cairan berisi folikel.Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon
pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang
mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan
estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya
meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai
maksimum pada saat fase standing heat.Diikuti dengan meningginya LH pada
telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi (Vilee, 1973).
Pada mammalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur
estrus.Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari
2 fase folikel dan lutein.Banyak hewan yang memiliki daur estrus selaki
setahun, disebut monoestrus.Terdapatpada rusa, kijang, harimau, kucing, dan
sebagainya.Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut
polyestrus. Daur estrus terutama yang polyestrus dapat dibedakan atas tahap
berikut (Syahrum, 1994) :
1. Proestrus
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya
progesteron dan memperluas untuk memulai estrus.Pada fase ini terjadi
pertumbuhan folikel yang sangat cepat.Akhir periode ini adalah efek estrogen
pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat
diamati. Menurut Shearer (2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari
dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan
jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk
meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina
27. dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina
yang tebal..Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat
dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit (Budi, 2004).
2. Estrus
Estrus merupakan klimaks fase folikel.Pada fase inilah betina siap menerima
jantan.Dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang
memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya ovulasi).Waktu
ini betina jadi berahi atau panas. Karakteristik sel pada saat estrus yaitu
penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial,
tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang
menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate. Sel-sel
parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel
intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel
superfisial.pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini
dapat diklasifikasikan pada sel superficial (Pratiwi, 1996).
3. Metaestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase
ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi
selama fase ini.Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai
metestrus bleeding.Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina
menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel
parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga
dapat diamati.Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada
siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut
(Syahrum, 1994):
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-
sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut (Vilee,
1973):
28. a. Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi
bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.
b. Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada
beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara
bersamaan
c. Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.Karena ukuran
sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang
berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang
bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di
atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus
(Vilee, 1973).
4. Diestrus
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal.Pada
sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat
dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum.Fase ini disebut juga fase
persiapan uterus untuk kehamilan.Fase ini merupakan fase yang terpanjang di
dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang
dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah
progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga
dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan
berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan
masuk siklus estrus yang baru (Nalbandov, 1990).
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi
pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya
menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan
preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang
dilakukan pada hari berikutnya. Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari
proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah
penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel
epitel vagina (Budi, 2004):
29. a. Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel
intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak
lengkap.
b. Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak
pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
c. Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal
tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus.
d. Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri
dari sel superfisial.
F. KONSEPSI (AZAN PARIJI)
Konsepsi adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita
kenal dengan istilah fertilisasi. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan
pada seorang wanita. Sang calon ibu mungkin tidak menyadari proses ini
terjadi dalam tubuhnya, karena tidak ada perubahan atau gangguan yang
dirasakan ibu. Akan tetapi, periode ini sampai trimester pertama (tiga pertama)
adalah masa yang sangat penting dan kritis bagi perkembangan janin, karena
merupakan masa pembentukan awal yang sangat memengaruhi pertumbuhan
dan kehidupan janin selanjutnya sampai lahir.
Pranatal atau perkembangan di dalam rahim berlangsung sekitar 9 bulan
hitungan kalender matahari (10 bulan kalender bulan) atau 38–40 minggu,
bergantung metode penghitungan yang digunakan.(Hitungan kalender bulan
adalah 28 hari).Jika dihitung dari hari terjadinya konsepsi, tahapan kehidupan
ini berlangsung selama 38 minggu atau 9½ bulan kalender bulan.Jika dihitung
dari hari pertama haid terakhir, rata-rata lama masa pranatal adalah 10 bulan
kalender bulan atau 40 minggu.
Biasanya, masa kehamilan dibagi ke dalam 3 periode yang disebut
trimester, masing-masing trimester berlangsung selama 3 bulan.Setiap
trimester memiliki tanda-tanda tertentu yang menandai perubahan
perkembangan pada ibu dan janin. Dua fase perkembangan dalam rahim juga
30. berdasarkan penghitungan trimester..Fase embrionik di trimester pertama dan
fase janin trimester kedua dan ketiga.
Fase embrionik merupakan periode perkembangan ovum yang telah
dibuahi menjadi organisme yang memiliki sebagian besar bentuk manusia.
Periode ini meliputi 8 minggu usia kehamilan.
Dalam 3 minggu pertama kehidupan, jaringan embrio berdiferensiasi
menjadi 3 lapisan—ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan
endoderm atau entoderm (lapisan dalam).Ektoderm dan endoderm terbentuk
pada minggu ke-2; mesoderm terbentuk pada minggu ke-3.Dari permulaan
minggu ke-3 hingga minggu ke-8 setelah konsepsi, ketiga lapisan tersebut
membentuk struktur dasar seluruh sistem dan organ kompleks tubuh.Sebagai
contoh, lapisan ektoderm membentuk otak dan tulang belakang, mesoderm
membentuk jantung, dan endoderm membentuk kandung kemih dan uretra.
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot.Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan
pada seorang wanita. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata,
yang mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang
disebut vitellus.
c) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.
Nutriisi dialirkan ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba
Tempat yang paling luas
Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia
Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam
Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan
kekuatan sendiri
Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian
dari ―liproteinnya‖ sehingga mampu mengadakan fertilisasi
31. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia internal
Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta
mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik
hialuronidase
Melalui ―stomata‖ spermatozoa memasuki ovum
Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum ekornya lepas dan
tertinggal di luar
Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot
32. MAKALAH FISIOLOGI HEWAN 2
TENTANG
SISTEM REPRODUKSI PADA VERTEBRATA
OLEH :
KELOMPOK 7
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP MATARAM
2013
33. Anggota kelompok
Sri dewi pujiastuti (10.211.313)
Hatiah (10.211.316)
Syafitra (10.211.318)
Azan pariji (10.211.320)
Saheburrahman (10.211.324)
Maya irmayanti (10.211.361)