Kota Jakarta sebagai salah satu kawasan metropolitan saat ini cukup banyak dihadapkan pada berbagai macam persoalan terkait pengem-bangan wilayah, antara lain banyak memiliki kawasan kumuh yang menempati ruang-ruang yang bersifat lindung seperti bantaran sungai, di bawah SUTET, kolong jembatan dan kawasan resapan, serta ruang-ruang lainnya yang tidak kita alokasikan sebagai ruang hunian. Hal ini akan mengakibatkan kota Jakarta makin berkembang tak ter-kendali. Di sisi lain desakan pemilik modal juga memaksakan pengem-bangan kawasan-kawasan hunian pada lokasi-lokasi yang seharusnya kita lindungi seperti sempadan pantai, kawasan rawa, dan kawasan genangan. Beberapa Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan jalur hijau yang ada, banyak yang dimanfaatkan untuk keperluan lain yang tidak se-mestinya seperti SPBU, kios-kios PKL, maupun aktivitas hunian ilegal. Akibat penyalahgunaan fungsi lahan yang di luar batas daya dukung tersebut, sekarang kita mulai merasakan gejala dampaknya, yaitu banjir, longsor, kekeringan, land-subsidence dan ruang kota yang tidak tertata dengan baik. Hal ini terutama disebabkan oleh pemusatan semua fungsi di Jakarta; mulai dari fungsi pemerintahan, industri, pendidikan, hingga perkantoran.
Kota yang berkelanjutan (sustainable cities), menurut Wikipedia, dide-finisikan sebagai kota yang bertujuan untuk meminimalkan input (ener-gi, makanan, dan air) dan output limbahnya (panas, polusi air dan polusi udara) dengan menciptkan ecological footprint seminimal mung-kin. Ketidaknyamanan yang dirasakan di Jakarta merupakan suatu in-dikasi bahwa pemusatan fungsi di Jakarta telah menyebabkan Jakarta mengalami kelebihan beban (over-burden) sehingga tidak lagi berke-lanjutan (sustainable).
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas diperlukan konsep pengaturan sehingga ruang kota Jakarta dapat tertata dengan baik. Salah satu usulan yang mengemuka dari para pakar adalah pe-mindahan fungsi pemerintahan keluar dari Jakarta. Meskipun demi-kian, usulan ini perlu ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui efektivi-tasnya dalam rangka mewujudkan keberlanjutan Jakarta. Hal ini meru-pakan salah satu substansi yang perlu untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui indikasi kesesuaian suatu fungsi diemban oleh Jakarta beserta kriteria-kriteria yang menyertainya. Demikian pula seandainya suatu fungsi hendak dipindahkan keluar dari Jakarta, wilayah mana idealnya sebagai tujuan pemindahan fungsi tersebut serta kriteria wilayah tujuan tersebut. Hal ini terkait erat dengan kesalingter-gantungan antara Jakarta dengan hinterland di sekitarnya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur). Dalam kaitan ini, Jakarta memiliki kemiripan dengan Singapura menyangkut kesalingtergan-tungannya dengan hinterland-nya (Johor, Malaysia dan Kepulauan Riau, Indonesia) dan keterbatasan daya dukungnya.
2. TINJAUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
JAKARTA
INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
JAKARTA
REKOMENDASI UPAYA PEMBANGUNAN JAKARTA
BERKELANJUTAN
JAKARTA
4. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT
ekonomi, sosial, lingkungan,
Upaya pembangunan meliputi aspek
budaya, dan governance untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan atau mengurangi pemenuhan kebutuhan generasi
mendatang
KOTA
Area terbangun yang menjadi konsentrasi penduduk dengan seluruh
aktifitasnya yang dicirikan oleh kegiatan
non-pertanian
KOTA BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE CITY
CITY)
Kota yang menjamin kualitas kehidupan warganya
dengan
mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya alam dan sumberdaya
binaan dan mempromosikan tanggung jawab warga
untuk menjaga
lingkungan dan efisiensi penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya
binaan
5. EKONO
MI
SOSIAL
LINGKUNGA
N
governance
Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Representasi Pilar Ekonomi dan Sosial yang dibatasi
oleh Pilar Lingkungan
Skema Interaksi Tiga Pilar Pembangunan
Berkelanjutan Secara Seimbang
6. Konsep kebutuhan (needs)
Konsep keterbatasan
Konsep keseimbangan
Konsep kontinuitas
(limitation)
(balance)
Dalam sistem menurut fungsi ruang dan waktu
10. LINGKUNGAN
Keterbatasan lahan
Kejadian banjir dan genangan
Aksesibilitas publik rendah
Keterbatasan penyediaan air bersih
Keterbatasan pengelolaan sampah
Kontinuitas ketersediaan energi listrik
SOSIAL
Urban devide
Kesenjangan tingkat sosial
Kebiasaan dan perilaku
masyarakat
Peranserta masyarakat
GOVERNANCE
Integrasi ke dalam program pembangunan
Prioritas dalam program pembangunan
Pengendalian dan pengawasan
Motivasi dan kepemimpinan dunia usaha dalam berperanserta
Mitovasi, ketokohan, dan kepemimpinan dalam masyarakat untuk
berperanserta
EKONOMI
Kontinuitas pertumbuhan ekonomi
Tingkat dan kesenjangan kesejahteraan
Pengangguran
Pembiayaan pembangunan
Kontribusi pembiayaan
11. JALAN TOL KE
BOGOR
OUTER
RING
ROAD
OUTER-OUTER
RING ROAD
TOL
MERAK
Depok
JALAN TOL
KE
CIKAMPEK
INNER RING
ROAD
Konstelasi Jakarta Jabodetabekpunjur
21. .0 0
.0 0
.0 0
.0 0
.0 0
.0 0
.0 0
.0 0
Produksi Sampah per Hari di DKI Jakarta 1986
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Sampah Organik
Lain-lain
Tulang/kulit telur
Baterai Kaca/gelas
2004
2005
2006
2007
– 2007
Komposisi Sampah Padat
Kertas
Plastik
DKI Jakarta
Kayu/bambu
Logam/metal Kain/textil Karet/kulit
22. di Wilayah DKI Jakarta 1986 – 2007 (VA)
12,000,000,000
10,000,000,000
8,000,000,000
6,000,000,000
4,000,000,000
2,000,000,000
0
Jumlah Daya Listrik Tersambung
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
Jumlah Pelanggan Listrik
di Wilayah
1999
2006 2007
DKI Jakarta 1986 – 2007
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
23. Jumlah Penduduk Miskin di DKI Jakarta, tahun 2003
2006
2006
2006
120
100
80
60
40
20
0
Jakarta
Selatan
Jakarta
Timur
Jakarta
Pusat
Jakarta
Barat
Penduduk Miskin (x 1.
2006
2006
2006
Jakarta
Utara
Kep.
Seribu
1.000 orang)
2003-2006
2003
2004
2005
2006
24. PEMBUANGAN LIMBAH PADAT PADA SALURAN
Sampah pada screening drainase Utan Kayu
Sampah di sudetan Kali Grogol
27. PERSPEKTIF PERKEMBANGAN KOTA JAKARTA
Pusat perekonomian Nasional
Pusat jasa keuangan dan perdagangan
Pusat produktivitas pembangunan
Pusat inovasi pembangunan
Metropolitan
Orientasi dan rujukan pembangunan Nasional
28. PEMBANGUNAN KOTA JAKARTA
BERKELANJUTAN
Proses pembangunan yang mendukung
peningkatan produktivitas dan kualitas
kehidupan kota dan warga Jakarta melalui
peningkatan daya-dukung sumberdaya alam
dan sumberdaya binaan dan daya-daya
tampung
lingkungan Kota Jakarta yang ditunjang oleh
peranserta warga kota dan tanggungjawab
kompensasi bagi dukungan jasa ekologis dari
wilayah lainnya
29. Kota Jakarta tumbuh dan berkembang kini hingga masa mendatang
untuk menciptakan produktivitas yang senantiasa meningkat sebagai
kontribusi terhadap kepentingan Nasional
Kota Jakarta menjamin kualitas kehidupan warganya untuk
mendukung tercapainya peningkatan produktivitas
Kota Jakarta tumbuh dan berkembang melalui inovasi peningkatan
daya-dukung dan daya-tampung lingkungan
Kota Jakarta tumbuh dan berkembang melalui dukungan peranserta
warga kota secara nyata dalam peningkatan kualitas kehidupan dan
lingkungannya
Kota Jakarta tumbuh dan berkembang oleh dukungan wilayah
lainnya dalam pemenuhan kebutuhan
jasa ekologis kehidupan kota
dan warganya
Kota Jakarta tumbuh dan berkembang berkewajiban untuk
memberikan kompensasi terhadap wilayah lain yang mendukung
kehidupannya
30. Pilar Kriteria Indikator
LINGKUNGAN Kejadian banjir
dan genangan
Luas genangan
Lama genangan
Tinggi genangan
Water body ratio Prosentase luas
badan air terhadap
luas daratan
Ketersediaan
Lahan
Prosentase lahan
terbangun
Prosentase RTH
publik
Ukuran dan Nilai
Lebih luas dari kejadian sebelumnya
Lebih luas dari kejadian sebelumnya
Lebih tinggi dari kejadian sebelumnya
8%
Lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya
•Taman lingkungan per 250 jiwa
•Taman kecamatan per 120.000 jiwa
•Taman kota per 480.000 jiwa
•Hutan kota
•Lahan pemakaman umum per
120.000 jiwa
•Sempadan pantai, sungai, dan waduk
•Sempadan pengaman infrastruktur
31. Pilar Kriteria Indikator
Transportasi Kecepatan
pada jaringan jalan
Lama genangan
Tinggi genangan
Persampahan Proporsi Pelayanan
Pembuangan Sampah
Kemampuan daur
ulang sampah
Peranserta
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
Ukuran dan Nilai
an rata-rata
30 km/jam jalan arteri
20 km/jam jalan kolektor
Lebih luas dari kejadian sebelumnya
Lebih tinggi dari kejadian sebelumnya
Prosentase wilayah pelayanan 90%
Prosentase sampah organik yang
didaur ulang menjadi kompos
Volume sampah yang dibuang ke
sungai menurun dibanding periode
sebelumnya
33. BERDASARKAN INDIKATOR GENERIK
Kendala dalam ketersediaan lahan dikaitkan dengan jumlah penduduk,
penduduk
kegiatan ekonomi, dan kegiatan sosial.
Kota Jakarta mencatat lahan
terbangun sekitar 66,42%.
Harga lahan yang tinggi mengisyaratkan penggunaan lahan lebih bersifat
fungsional, termasuk penyediaan RTH bagi Kota Jakarta.
Transportasi berada pada kondisi pelayanan menurun sebagaimana
diindikasikan oleh kemacetan lalu-lintas pada jam sibuk terutama pada
ruas jalan utama, koridor lingkar dalam, dan di sekitar pusat bisnis.
Kinerja pelayanan prasarana jalan dan sarana transportasi telah
melampaui threshold efisiensi waktu tempuh dan tingkat pelayanan,
transport cost menjadi jauh lebih tinggi, tinggi
dan melampaui tingkat
kenyamanan dan keamanan pergerakan orang dan barang.
Pelayanan utilitas air bersih dan persampahan
memiliki ketergantungan
pada daerah di luar Jakarta dalam penyediaan air baku air bersih dan
lahan TPA. Sumber air baku juga menjadi kendala dalam pengendalian
pemanfaatan airtanah yang memberikan dampak terhadap
kejadian
amblesan tanah (land subsidence) di Kota Jakarta.
34. Keterbatasan lahan di Kota Jakarta menyebabkan pembuangan
sampah akhir dilakukan di luar Jakarta
sanitary landfill mengakibatkan areal yang tersedia semakin
terbatas
Konsumsi listrik Kota Jakarta tercatat sangat besar, bahkan dua
kali lipat lebih besar dibandingkan konsumsi seluruh wilayah
Bodetabek. Kecenderungan peningkatan konsumsi listrik setara
dengan peningkatan kegiatan ekonomi dan sosial di Kota
Jakarta. Konsumsi listrik yang tinggi menjadi rentan terhadap
gangguan operasi instalasi pembangkit
listrik
Kualitas udara ambien di Kota Jakarta
perbaikan dan tidak mencatat
berlebihan
Jakarta. Penggunaan sistem
onsumsi pembangkitan dan jaringan transmisi
ualitas cenderung menuju
pelampauan baku mutu secara
35. BERDASARKAN INDIKATOR SPESIFIK
Kota Jakarta secara fisik sangat rentan terhadap kejadian banjir
dan genangan
Kejadian banjir dan genangan di Kota Jakarta dipengaruhi oleh
pelestarian DAS di hulu 13 sungai yang melintasi Kota Jakarta,
okupasi lahan tanpa ijin pada sempadan dan di atas badan
sungai, dan peranserta masyarakat dalam pemeliharaan badan
sungai dan pengendalian pemanfaatan airtanah
Sebagai bagian dari tata air Jakarta, semakin berkurangnya
luasan situ dan waduk memperburuk kejadian banjir dan
genangan
Sebagai dataran rendah, Kota Jakarta juga rentan terhadap
pasang laut yang menggenangi kawasan pantai
Intrusi air laut semakin masuk ke arah darat, selain disebabkan
oleh faktor fisik, juga dipengaruhi oleh pengambilan airtanah
yang tidak terkendali
36. PERMASALAHAN
DAN LIMITASI
PERKEMBANGAN
DAN PERTUMBUHAN
PEMERINTAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
JAKARTA BERKELANJUTAN
INOVASI
IPTEK
PRODUKTIVITAS
KOMPETISI
PERSPEKTIF
PERKEMBANGAN JAKARTA
• JANGKA PENDEK HINGGA JANGKA
PANJANG
• PARSIAL HINGGA SISTEMIK
• LOKAL HINGGA SKALA KOTA DAN
YANG LEBIH LUAS
MASYARAKAT DAN KELOMPOK MASYARAKAT
• KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
• MOTIVASI
• PENGETAHUAN DAN KESADARAN
• CONTOH NYATA
• INSENTIF
• PERTUMBUHAN EKONOMI
• PENINGKATAN PEMERATAAN
DAN KESETARAAN SOSIAL
• DAYA-DUKUNG SDA
• DAYA-TAMPUNG LINGKUNGAN
PROGRAM PEMBANGUNAN
YANG SEDANG BERJALAN
RENCANA DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN
PERANSERTA SWASTA
PERANSERTA MASYARAKAT
37. SISTEM PEMBANGUNAN YANG MELEMBAGA DAN TERSTRUKTUR
Kebijakan, perencanaan, dan program pengendalian banjir dan
genangan; pembangunan transportasi; pembangunan jaringan dan
pelayanan air bersih; pembangunan jaringan dan pelayanan
persampahan; pembangunan kelistrikan; dan lainnya
Pemberdayaan dan kemitraan dengan masyarakat dan kelompok
masyarakat :
Kemudahan administratif
Penghargaan
Insentif
Percontohan
Studi banding
Kemitraan dengan swasta :
Penghargaan
Kemudahan administratif
Insentif dan disinsentif
Compliance system
Mendorong CDM dan skema sejenis untuk penyediaan jasa lingkungan
38. (knowledge
:
Pusat pengembangan pengetahuan
management) dan clearing house
Konservasi dan efisiensi energi, air, dan bahan
Sistem daur-ulang (re-use dan
Pengendalian pencemaran
Substitusi sumberdaya alam terbarukan
Green building
Promosi dan kampanye :
recycle)
Konservasi dan efisiensi energi, air, dan bahan
Sistem daur-ulang (re-use dan
recycle)
Pengelolaan sampah dan limbah
Substitusi sumberdaya alam terbarukan
Green building, bike to work, one man one tree, dan lainnya
39. INISIATIF MASYARAKAT
Mendorong dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan :
Konservasi energi dan sumberdaya alam
Permasalahan tapak ekologis (ecological footprint)
Permasalahan gas rumah kaca, pemanasan global, dan perubahan iklim
Mengorganisasikan kapasitas untuk meningkatkan kepedulian
awareness), pemahaman, dan keterlibatan masyarakat dalam :
Penghematan energi, , air, dan bahan
Pengendalian dan pengurangan pencemaran
Pengurangan sampah dan limbah melalui daur
pemanfaatan kembali (re-use)
Substitusi penggunaan sumberdaya alam terbarukan
daur-ulang (recycle) dan
Mengorganisasikan dan membangun gerakan meluas dan masif :
Promosi dan inovasi bangunan ramah sumberdaya alam dan lingkungan
Jaringan kerjasama dengan kelompok masyarakat lainnya
Membangun akses kepada Pemerintah dan swasta