SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
1. Klasifikasi Istilah-istilah penting
1) Bengkak adalah kondisi dimana terjadi penumpukan cairan pada
tubuh.(Hinchliff, 2013)
2) Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera.
Konjungtiva bertanggung jawab menjaga kelembaban mata.(Hinchliff,
2013)
3) Kulit adalah organ yang memiliki fungsi menutupi dan melindungi
organ organ dibawahnya, mensekresi zat buangan, dan menjadi sensor
peraba(Hinchliff, 2013)
4) Tekanan Darah (TD) adalah gaya (atau dorongan) darah ke arteri saat
dipompa keluar jantung keseluruh tubuh (Palmer,2007).Tekanan darah
dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.Tekanan
darah meliputi tekanan darah systole dan diastole.Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel kiri jantung berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik.Tekanan diastolic adalah tekanan terenda yang terjadi pada
saat jantung beristirahat atau berelaksasi.Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic.
Dengan nilai normalnya :
 Bayi : 70-90/50 mmHg
 Anak – anak : 80-100/60 mmHg
 Dewasa Muda : 110-125/60-70 mmHg
 Dewasa Tua : 130-150/80-90 mmHg
SKENARIO 1
Tn. M dirawat diruang interna dengan keluhan bengkak pada ekstremitas
bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan kulit
menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, Pernapasan 22 kali/Menit, Nadi 80
kali/menit, suhu 37 C. Hasil pemeriksaan laboratorium Natrium = 147
mmol/L, Kalium = 6 mmol/L, Ureum = 53 mg/dl, kreatinin = 2,1 mg/dl.
5) Nadi adalah denyut yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
yang berdasarkan systole dan diastole dari jantung.
Dengan nilai normalnya :
 BBL : 140X/ menit
 <1bulan : 110x/menit
 1-6 bulan : 130x/menit
 6-12 bulan :115x/menit
 1-2 tahun : 110x/menit
 2-6 tahun : 105x/menit
 6-10 tahun : 95x/menit
 10-14 tahun :85x/menit
 14-18 tahun : 82x/menit
 >18 tahun : 60-100x/menit
 Usia lanjut : 60-70x/menit
6) Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.Suhu
tubuh merupakan panas yang dihasilkan oleh tubuh dan diatur oleh
suatu pusat didalam hipotalamus dari otak.Pusat ini bereaksi terhadap
darah yang melaluinya.
Penghasil suhu tubuh :
 Laju metabolisme basal disemua sel tubuh
 Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
 Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormone tiroksin dan
sebagian kecil otot lain misalnya hormone pertumbuhan
 Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktifitas kimiawi
didalam itu sel sendiri terutama bila temperature menurun.
Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada
37oC.Tempat pengukuran suhu tubuh : suhu inti yaitu suhu jaringan
dalam relative konstan seperti rectum,membrane
timpani,esofagus,arteri pulmonal,kandung kemih dan suhu permukaan
seperti kulit,aksila,oral.
https://www.scribd.com/doc/313976564
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
7) Heart Rate atau laju jantung merupakan jumlah denyut dari suara
jantung selama 1 menit.Normalnya denyut jantung orang dewasa
berkisar antara 60-100x/menit,bila >100 disebut denyut jantung lambat
atau bradikardi
www.ina-ecg.com (Heart Rate , INA – ECG)
8) Natrium
Natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam cairan
ekstra seluler. Berperan dalam memelihara tekanan osmotik,
keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls
saraf. Konsentrasi serum natrium diatur oleh ginjal, sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem endokrin.
Nilai normal : 135 - 144 mEq/L SI : 135 - 144 mmol/L
Nilai kritis untuk Natrium
 < 120 mEq/L lemah, dehidrasi
 90 - 105 mEq/L gejala neurologis parah, penyebab vascular
 > 155 mEq/L gelajal kardiovaskular dan ginjal
 > 160 mEq/L gagal jantung
9) Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan
intraseluler, (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama.
Lebih kurang 80%-90% kalium di keluarkan dalam urin melalui ginjal.
Aktivitas mineralokortikoid dari aderenokortikoid juga mengatur
konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total
konsentrasi kalium di dalam tubuh berada di ekstraseluler dan 50
mmoL berada dalam cairan intraseluler, karena konsentrasi kalium
dalam di dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai untuk
mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi
langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi oto,
keseimbangan asam basa dan kontraksi otot jantung.
Nilai normal : 0-17th = 3.6 - 5.2 mEq/L SI unit : 3.6 - 5.2 mmol/L
> 18 the = 3.6 - 4.8 mEq/L. SI unit : 3.6 - 4.8 mmol/L
10) Ureum
Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam
cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan
diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap
ekskresi ureum kira-kira 25 mgper hari ( Widmann Frances K, 1995 ),
ureum merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang
penting pada manusia, yang disintesa dari amonia, karbon dioksida dan
nitrogen amida aspatat ( Victor W Rodwell, 1999 ).
11) Kreatinin
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Keratinin
dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin
fosfat. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal dan konsentrasinya dalam
darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya
akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal.
Serum kreatinin berasal dari masa oto, tidak dipengaruhi oleh diet,
atau aktivitas dan diekskresikan seluruh melalui glomelurus. Tes
kreatinin berguna untuk mendiagnosis fungsi ginjal karena nilainya
mendekati glomelurus filtration rate (GFR).
Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan
fasoforkreastinin yang di ekskresikan melalui ginjal. Produksi
kreatinin konstan selama masa otot konstan. Penurunan fungsi ginjal
akan menurunkan ekskresi kreatinin.
Nilai normal : 0.6 - 1.3 mg/dL SI : 62 - 115 umol/L
a. Kreatinin Urin (Clcr) --> Creatinine Clearance
Kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatinin otot dan
merupakan produk sisa kreatinin. Kreatinin di filtrasi oleh
glomelurus ginjal dan tidak di reabsorbsi oleh tubulus pada kondisi
normal. Kreatinin serum dan klierens memberikan gambaran
filtrasi glomelurus.
Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klierens
Derajat
Kegagalan Ginjal
Klirebs Kreatinin
(mL/menit)
Serum Kreatinin
(mg/dL)
Normal > 80 1.4
Ringan 57 - 79 1.5 - 1.9
Moderat 10 - 49 2.0 - 6.4
Berat < 10 > 6.4
Anuria 0 > 12
b. Klirebs kreatinin (Clcr)
Klirebs kreatinin adalah pengukuran kecepatan tubuh (oleh ginjal)
membersikan kreatinin, terutama pengukuran kecepatan filtrasi
glomelurus.
Umur Pria (mal/menit) Wanita (mL/menit)
0-6 Bulan 40 - 60 40 – 60
7-12 Bulan 50 - 75 50 – 75
13 bulan - 4 Tahun 60 - 100 60 – 100
5 - 8 Tahun 65 - 110 65 – 110
9 - 12 Tahun 70 - 120 70 – 120
13 tahun keatas 80 - 130 75 - 120
2. Kata Kunci
 Mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah
 Kunjungtiva pucat
 Kulit menghitam
 TD : 150/110 mmHg
 Natrium : 147mmol/L
 Kalium : 6 mmol/L
 Ureum : 53 mg/dl
 Kreatinin : 2,1 mg/dl
3. Mind Mapping
4. Pertanyaan-pertanyaan penting
1) Mengapa pada Tn. M ada keluhan bengkak pada eksremitas bawah?
2) Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan
kulit menghitam?
3) Apa kaitannya peningkatan tekanan darah klien dengan penyakit klien
?
5. Jawaban pertanyaan
1) Karena penurunan kemampuan ginjal dalam tugasnya yaitu membuang
garam atau natrium melalui urin bisa menyebabkan kaki bengkak.
Bengkaknya kaki terjadi karena natrium menahan cairan di dalam
pembuluh darah, dan juga kerusakan pembuluh darah kecil yang
terjadi pada ginjal bisa disebabkan sidrom nefrotik, yang mana kadar
albumin darah turun sehingga kaki membengkak
https://husnaherbal.com
2) Klien mengalami konjungtiva pucat disebabkan penurunan perfusi O2
jaringan serebral yang diakibatkan oleh penurunan sekresi hormon
eritropoitis oleh ginjal yang mendukung sumsung tulang belakang
memproduksi sel eritrosit. Penurunan produksi sel eritrosit
mengakibatkan hb dalam darah menurun sehingga oksihemoglobin
dalam darah juga menurun sehingga perfusi O2 jaringan serebral
menurun menyebabkan konjungtiva pucat, sedangkan alasan klien
mengalami kulit menghitam karena klien mengalami sindrom uremia
atau ketidakmampuan tubuh mengeluarkan ureum, ginjal yang tidak
dapat mengsekresikan ureum maka ureum akan bercampur dengan
darah. Kemampuan ginjal dalam memfiltrasi menurun menyebabkan
penimbunan ureum, urokrom (zat pewarna urin), dan zat toksik
tertimbun di bawah kulit sehingga pasien GGK mengalami kehitaman
pada kulit.
Nanda 2015 jilid 2
www.hallosehat.com
3) Ginjal merupakan organ yang memproduksi hormon renin yang
berfungsi menyeimbangkan tekanan darah serta mengontrol
metabolisme kalsium. Pada kondisi gagal ginjal kronik, adanya
kerusakan pada ginjal terutama pada bagian korteks akan merangsang
produksi hormon renin yang akan menstimulasi peningkatan tekanan
darah sehingga terjadi hipertensi yang menetap. Selain itu
Peningkatan tekanan darah pada penyakit gagal ginjal kronik
disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Hal ini
mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat hingga
menyebabkan hipertensi. (Callaghan, 2009)
6. Tujuan pembelajaran selanjutnya
1) Bagaimana asupan gizi pada pasien GGK ?
2) Apa terapi yang harus dilakukan pada pasien GGK?
3) Apakah ada pengobatan khusus untuk pasien GGK ?
7. Informasi tambahan
Pada pasien gagal jantung kronis harus dibatasi mengkonsumsi makanan
yang tinggi protein serta membatasi cairan yang masuk dan menjaga kadar
elektrolit dalam tubuh seperti garam,kalium dan fosfor.
8. Klarifikasi informasi
Mengapa alasan pasien gagal ginjal kronik harus membatasi
mengomsumsi makanan yang tinggi protein serta membatasi cairan yang
masuk dan menjaga kadar elektrolit dalam tubuh, seperti, garam, kalium,
fosfor.
Tujuan dari diet bagi penderita, gagal ginjal kronis adalah ini adalah untuk
menjaga kadar elektrolit, mineral dan cairan dalam tubuh anda tetap
seimbanag atau terkontrol karena pasien yang mengalami dialisis perlu
diet khusus ini untuk membatasi penumpukan produk limbah dalam tubuh.
Membatasi cairan antara perawatan dialysis sangat penting karena
kebanyakan orang yang mengalami pengobatan cuci darah buang air, kecil
cairan akan menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan terlalu
banyak aliran jantung, paru-paru dan pergelangan kaki.
9. Analisa dan sintesis informasi
Berdasarkan scenario kasus, kami mengangkat diagnose penyakit yaitu
gagal ginjal kronik.Karena berdasarkan manifestasi atau tanda dan gejala
yang dirasakan pasien merujuk pada diagnose tersebut, seperti bengkak
pada ekstremitas bawah, pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
pucat dan kulit menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, pernapasan 22
kali/menit, nadi 80 kali/ menit, suhu 37C. Hasil pemeriksaan labolatorium
natrium =147 mmOl/L, kalium=6 mmOl/L, Ureum =53 mg/dl,
kreatinin=2,1 mg/dl
10. Laporan diskusi
Asuhan Keperawatan
Gagal Ginjal Kronik / Renal Failure,Chronic
A. Konsep Medik
1. Definisi
Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebgai Cronic Kidney
Diasese (CDK). Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut
adalah kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc
Clellan (2006) dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi
penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥ 3bulan) dengan:
 Kerusakan ginjal,
 Kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤
60 ml/menit /1.72 m2
Berdasarkan analisa diatas, jelas bahwa gagal ginjal kronis merupakan
gagal ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan
gangguan yang persisten dan dammpak yang bersifat kontinyu. Sedangkan
National Kidney Fondation (NKF) mendiefinnisikan dampak dari dari
kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria/over
proteinuria, abnormalitas sedimmentasi, dan abnormalitas gambaran
ginjal. Klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis unntuk mengetahui
tingkat prognosanya.
stage Deskripsi GFR
(ml/menit/1.73 m2)
1. Kidnet damage with normal or Increase
of GDR
≥ 90
2. Kidney damage with mid decrease of
GFR
60-89
3. Moderate decrease of GFR 30-59
4. Severe decrease of GFR 15-29
5. Kidney failure < 15 (or dialysis)
Laju penurunan fungsi ginjal dan proses gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit yang mendasari, pengeluaran protein melalui urine, dan
adanya hipertensi. Penyakit ini cenderung berkembang dengan lebih cepat
pada pasien yang mengekskresikan protein dalam jumlah besar atau pada
pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan
pasien yang tidak mengalami kondisi tersebut (Brunner & Suddarth.,2010)
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu,
ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal penyakit kronis, yaitu
(Robinson, 2013) :
1. Penyakit glomerular (glomerulonefritis)
2. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis)
3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
4. Penyakit vaskular (renal nephrosclerosis)
5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis)
6. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
7. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Klasifikasi menurut Brunner & Suddarth,.2017 :
a. Gangguan pembuluh darah ginjal : Berbagai jenis lesi vaskular
dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal.
Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis
yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh
darah. Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar
yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis
yaitu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak
diobati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas
sistem, perubahan darah ginjal meningkatkan penurunan aliran
darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis & SLE
c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama
E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius
bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversibel ginjal yang disebut plenlonefritis
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan metabolik
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan
di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi
nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat
proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik
atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista/kantong berisi
cairan di dalam ginjal dan organ lainnya, serta tidak adanya jar.
Ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia renalis) serta adanya
asidosis.
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasari, tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses
yang terjadi kurang lebih sama. Pada gagal ginjal kronik terjadi
pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti
oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses
ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif.
Perubahan fungsi neuron yang tersisa setelah kerusakan ginjal
menyebabkan pembentukan jaringan ikat, sedangkan nefron yang masih
utuh akan mengalami peningkatan beban eksresi sehingga terjadi lingkaran
setan hiperfiltrasi dan peningkatan aliran darah glomerulus. Demikian
seterusnya, keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir
dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau End Stage Renal Disease
(ESRD). Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron
intrarenal, hipertensi sistemik, nefrotoksin dan hipoperfusi ginjal,
proteinuria, hiperlipidemia ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Dengan adanya
penurunan LFG maka akan terjadi :
 Anemia
Gangguan pembentukan eritropoietin di ginjal menyebabkan
penurunan produksi eritropoietin sehingga tidak terjadi proses
pembentukan eritrosit menimbulkan anemia ditandai dengan
penurunan jumlah eritrosit, penurunan kadar Hb dan diikuti dengan
penurunan kadar hematokrit darah. Selain itu GGK dapat
menyebabkan gangguan mukosa lambung (gastripati uremikum)
yang sering menyebabkan perdarahan saluran cerna. Adanya toksik
uremik pada GGK akan mempengaruhi masa paruh dari sel darah
merah menjadi pendek, pada keadaan normal 120 hari menjadi 70 –
80 hari dan toksik uremik ini dapat mempunya efek inhibisi
eritropoiesis
 Sesak nafas
Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga
menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik
ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang
terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah
angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting
enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II merangsang pelepasan aldosteron dan ADH ssehingga
menyebabkan retensi NaCl dan air  volume ekstrasel meningkat
(hipervolemia)  volume cairan berlebihan  ventrikel kiri gagal
memompa darah ke perifer  LVH  peningkatan tekanan
atrium kiri  peningkatan tekanan vena pulmonalis 
peningkatan tekanan di kapiler paru  edema paru  sesak nafas
 Asidosis
Pada gagal ginjal kronik, asidosis metabolik dapat terjadi akibat
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan ion H+
disertai dengan penurunan kadar bikarbonat (HCO3) dan pH
plasma. Patogenesis asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik
meliputi penurunan eksresi amonia karena kehilangan sejumlah
nefron, penurunan eksresi fosfat, kehilangan sejumlah bikarbonat
melalui urin. Derajat asidosis ditentukan oleh penurunan pH darah.
Apabila penurunan pH darah kurang dari 7,35 dapat dikatakan
asidosis metabolik. Asidosis metabolik dpaat menyebabkan gejala
saluran cerna seperti mual, muntah, anoreksia dan lelah. Salah satu
gejala khas akibat asidosis metabolik adalah pernapasan kussmaul
yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan eksresi karbon
dioksida untuk mengurangi keparahan asidosis.
 Hipertensi
Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga
menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik
ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang
terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah
angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting
enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II memiliki efek vasokonstriksi kuat sehingga meningkatkan
tekanan darah.
 Hiperlipidemia
Penurunan GFR menyebabkan penurunan pemecahan asam lemak
bebas oleh ginjal sehingga menyebabkan hiperlipidemia.
 Hiperurikemia
Terjadi gangguan eksresi ginjal sehingga asam urat terakumulasi di
dalam darah (hiperurikemia). Kadar asam urat yang tinggi akan
menyebabkan pengendapan kristal urat dalam sendi, sehingga sendi
akan terlihat membengkak, meradang dan nyeri
 Hiponatremia
Peningkatan eksresi natrium dapat disebabkan oleh pengeluaran
hormon peptida natriuretik yang dapat menghambat reabsorpsi
natrium pada tubulus ginjal. Bila fungsi ginjal terus memburuk
disertai dengan penurunan jumlah nefron, natriuresis akan
meningkat. Hiponatremia yang disertai dengan retensi air yang
berlebihan akan menyebabkan dilusi natrium di cairan
ekstraseluler. Keadaan hiponetremia ditandai dengan gangguan
saluran pencernaan berupa kram, diare dan muntah.
 Hiperfosfatemia
Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eksresi fosfat
sehingga fosfat banyak yang berada dalam sirkulasi darah. Jika
kelarutannya terlampaui, fosfat akan bergabung deng Ca2+ untuk
membentuk kalsium fosfat yang sukar larut. Kalsium fosfat yang
terpresipitasi akan mengendap di sendi dan kulit ( berturut-turut
menyebabkan nyeri sendi dan pruritus)
 Hipokalsemia
Disebabkan karena Ca2+ membentuk kompleks dengan fosfat.
Keadaan hipokalsemia merangsang pelepasan PTH dari kelenjar
paratiroid sehingga memobilisasi kalsium fosfat dari tulang.
Akibatnya terjadi demineralisasi tulang (osteomalasia). Biasanya
PTH mampu membuat konsentrasi fosfat di dalam plasma tetap
rendah dengan menghambat reabsorbsinya diginjal. Jadi meskipun
terjadi mobilisasi kalsium fosfat dari tulang, produksinya di plasma
tidak berlebihan dan konsentrasi Ca2+ dapat meningkat. Namun
pada insufisiensi ginjal, eksresinya melalui ginjal tidak dapat
ditingkatkan sehingga konsentrasi fosfat di plasma meningkat.
Selanjutnya konsentrasi CaHPO4 terpresipitasi dan konsentrasi Ca2+
di plasma tetap rendah. Oleh karena itu, rangsangan untuk
pelepasan PTH tetap berlangsung. Dalam keadaan perangsangan
yang terus-menerus ini, kelenjar paratiroid mengalami hipertrofi
bahkan semakin melepaskan lebih banyak PTH. Kelaina yang
berkaitan dengan hipokalsemia adalah hiperfosfatemia,
osteodistrofi renal dan hiperparatiroidisme sekunder. Karena
reseptor PTH selain terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di
banyak organ lain ( sistem saraf, lambung, sel darah dan gonad),
diduga PTH berperan dalam terjadinya berbagai kelainan di organ
tersebut.
Pembentukan kalsitriol berkurang pada gahal ginjal juga berperan
dalam menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Biasanya
hormon ini merangsang absorpsi kalsium dan fosfat di usus.
Namun karena terjadi penurunan kalsitriol, maka menyebabkan
menurunnya absorpsi fosfat di usus, hal ini memperberat keadaan
hipokalsemia
 Hiperkalemia
Pada keadaan asidosis metabolik dimana konsentrasi ion H+ plasma
meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel
–sel ginjal sehingga mengakibatkan kebocoran ion K+ ke dalam
plasma. Peningkatan konsentrasi ion H+ dalam sel ginjal akan
menyebabkan peningkatan sekresi hidrogen, sedangkan sekresi
kalium di ginjal akan berkurang sehingga menyebabkan
hiperkalemia. Gambaran klinis dari kelainan kalium ini berkaitan
dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos sehingga
dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon
dalam, gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental.
 Proteinuria
Proteinuria merupakan penanda untuk mengetahui penyebab dari
kerusakan ginjal pada GGK seperti DM, glomerulonefritis dan
hipertensi. Proteinuria glomerular berkaitan dengan sejumlah
penyakit ginjal yang melibatkan glomerulus. Beberapa mekanisme
menyebabkan kenaikan permeabilitas glomerulus dan memicu
terjadinya glomerulosklerosis. Sehingga molekul protein berukuran
besar seperti albumin dan immunoglobulin akan bebas melewati
membran filtrasi. Pada keadaan proteinuria berat akan terjadi
pengeluaran 3,5 g protein atau lebih yang disebu dengan sindrom
nefrotik.
 Uremia
Kadar urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Penyebab dari
uremia pada GGK adalah akibat gangguan fungsi filtrasi pada
ginjal sehingga dapat terjadi akumulasi ureum dalam darah. Urea
dalam urin dapat berdifusi ke aliran darah dan menyebabkan
toksisitas yang mempengaruhi glomerulus dan mikrovaskularisasi
ginjal atau tubulus ginjal. Bila filtrasi glomerulus kurang dari 10%
dari normal, maka gejala klinis uremia mulai terlihat. Pasien akan
menunjukkan gejala iritasi traktus gastrointestinal, gangguan
neurologis, nafas seperti amonia (fetor uremikum), perikarditis
uremia dan pneumonitis uremik. Gangguan pada serebral adapat
terjadi pada keadaan ureum yang sangat tinggi dan menyebabkan
koma uremikum.
4. Manifestasi
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis di karenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction) sehingga
kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala
yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013; judit, 2006) :
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut
kering, penurunan turgorkulit, kelemahan, fatique, dan mual.
Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri
kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah
peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami
kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan
mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah
terjadinya penurunan urin output dengan sedimetasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
percarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periordital dan edema perifer.
3. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan
epusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan
uremic lung, dan sesak nafas.
4. Gastrointenstinal
Biasanya menunjukan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disebut esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal,
lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian
sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea dan
vomiting.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
Selain itu, biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6. Neurologis
Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan
refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG
menunjukan adanya perubahan metabolik encephalophaty.
7. Endokrin
Bisa terjadi impertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan
sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan
metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukan
dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae).
9. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur
pathologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
5. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
 Mengatur asupan pemberian cairan ke dalam tubuh dan identifikasi
sumber potensi ketidakseimbangan cairan.
 Terapkan programdiet untuk menjamin asupan nutrisi yang
memadai dan sesuai dengan batasan regimen terapi.
 Dukung perasaan positif dengan mendorong pasien untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri
 Berikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga
terkait penyakit gagal ginjal kronik, pilih pengobatan, dan
kemungkinan komplikasi.
 Beri dukungan emosional.
Farmakologi
Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian agens pengikat fosfat,
suplemen kalsium, obat antihipertensi dan obat jantung, obat anti kejang, dan
eritro-protein (Epogen).
 Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan obat yang dapat
mengikat fosfat dalam saluran cerna (mis., kalsium karbot, kalsim asetat,
sevelamer hydro-chloride); semua agens pengikat harus diberikan
bersama makanan.
 Hipertensi ditangani dengan pengontrolaan volume intravaskular dan
obat anti-hipertensi.
 Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan
cairan,diet rendah natrium, diuresis, agens inotropik (mis., digoksin atau
dobutamin), dan dialisis.
 Asidosis metabolik diatasi, jika perlu, dengan suplemen natrium
bikarbonat atau dialisis.
 Pasoen diobservasi untuk melihat tanda awal kelainan neurologik (mis.,
kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang)., diazepam
intravaskular (valium) atau fenitoin (dilantin) diberikan untuk mengatasi
kejang.
 Anemia ditangani dengan rekombinan eritropoetin manusia (epogen).,
hemoglobin dan hematokrit di pantau secara berkala.
 Heparin di berikan sesuai kebutuhan untuk mencegah bekuan darah pada
jalur dialisis selama terapi.
 Suplemenn besi dapat di resepkan.
 Tekanan darah dan kalium serum dipantau secara terus-menerus.
6. Pemeriksaan Penunjang
Urine
 Volume : < 400 mL /24 jam
(oliguria) atau anuria
 Warna : urine keruh
 Berat jenis < 1,015
 Osmolalitas < 350 m osm
/kg
 Klirens kreatinin : turun
 Na++ > 40 mEq/lt
 Protein : proteinuria (3-4+)
Darah
 BUN/kreatinin :
 Hitung darah lengkap : Ht ,
Hb < 7-8 gr%
 Eritrosit : waktu hidup
 GDA, pH : asidosis
metabolik
 Na++ serum :
 K+ :
 Mg+ / fosfat :
 Protein (khusus albumin) :
o Osmolalitas serum > 25 m osm/kg
o KUB foto : ukuran ginjal/ureter/KK dan obstruksi (batas)
o Pielogram retrograd : identitas ekstravaskular, massa.
o Sistouretrogram berkemih : ukuran KK, refluks kedalam ureter,
retensi.
o Ultrasono ginjal : sel. Jaringan untuk diagnosis histologist.
o Endoskopi ginjal, nefroskopi : batu, hematuria, tumor.
o EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
o Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : demineralisasi.
(Doengoes, 2000)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
1. Nama : Tn. M
2. Umur : -
3. Agama : -
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : -
6. Pendidikan : -
7. Pekerjaan : -
8. Suku bangsa : -
9. Alamat : -
10. Tanggal masuk : -
11. Tanggal pengkajian : -
12. No. register : -
13. Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
b. Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit :Klien mengeluh bengkak pada
ekstremitas bawah.
b) Keluhan utama : Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah.
c. Status Kesehatan Massa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami : -
b) Pernah dirawat : -
c) Alergi : -
d) Panas dan Gatal : -
d. Riwayat Penyakit Keluarga :-
e. Diagnosa Medis dan Therapi : -
d. Keadaan umum :
1) Tingkat Kesadaran : -
2) Tanda-tanda Vital
a) TD : 150/110 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
b) N : 80 x/m (normal: 60-100 x/menit)
c) RR : 22x/ m (normal: 16-24 x/menit)
d) Suhu : 37oC ( normal : 36,5 – 37,5 oC )
3) Keadaan fisik
a) Kepala : -
b) Mata : Konjungtiva Pucat
c) Leher : -
d) Dada
 Paru : -
 Jantung : -
e) Payudara dan ketiak : -
f) Abdomen : -
g) Genetalia : -
h) Integumen : Kulit menghitam
i) Ekstermitas :Bengkak pada ekstremitas bawah
j) Neurologis
 Status mental dan emosi : -
 Pengkajian saraf kranial : -
 Pemeriksaan reflex : -
e. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan :
- Natrium : 147 mmol/L (normal : 135 – 144 mmol/L)
- Kalium : 6 mmol/L (normal : 3,6 – 4,8 mmol/L)
- Ureum : 53 mg/dl (normal : 10 – 50 mg/dl)
- Kreatinin : 2,1 mg/dl (normal : 0,6 – 1,3 mg/dl)
2) Pemeriksaan radiologi : -
3) Hasil konsultasi : -
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -
2. Diagnosa Keperawatan
 Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
 Hipervolemia (D.0022)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
 Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Sirkulasi
3. Intervensi
Dx Keperawatan NOC NIC Rasional
Hipervolemia (D.0022)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan
Cairan
Definisi : Peningkatan volume
cairan intravaskular, interstisial,
dan/atau Intraselular.
Batasan Karakteristik:
Ds :
- Klien mengeluh bengkak
pada ekstremitas bawah.
Do :
- Konjungtiva pucat
- kulit menghitam
- TD : 150/110 mmHg
- Natrium : 147 mmol/L
- Kalium : 6 mmol/L
- Ureum : 53 mg/dl
- Kreatinin : 2,1 mg/dl
Kondisi klinis terkait :
Penyakit ginjal : Gagal ginjal
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …
x24 jam di harapkan Kelebihan
Volume Cairan dapat diatasi dengan
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan cairan :
a. Tekanan darah (4)
b. Serum elektrolit (4)
c. Edema Perifer (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
2. Keparahan Cairan
berlebihan
a. Edema kaki (4)
b. Peningkatan tekanan
darah (4)
c. Peningkatan serum
natrium (4)
Kete:
1. (1) = Berat
2. (2) = Cukup berat
3. (3) = Sedang
4. (4) = Ringan
5. (5) = Tidak ada
Manajemen Elektrolit/cairan
Observasi
1. Pantau kadar adanya tanda dan
gejala overhidrasi yang
memburuk misalnya edema.
2. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
3. Dapatkan spesimen laboratorium
untuk pemantauan perubahan
cairan atau elektrolit (misalnya,
hematokrit, BUN, protein,
natrium dan kadar kalium), yang
sesuai
Manajemen Elektrolit/cairan
Observasi
1. Edema adalah kondisi dimana
terjadi peningkatan elektrolit dan
cairan dalam tubuh. Makanya
diperlukan pemantauan untuk
mencegah perburukan dari
kondisi klien.
2. Retensi cairan atau penumpukan
cairan dalam tubuh pada
penderita gagal ginjal kronik
dapat menyebabkan edema,
sehingga perlunya pemantauan
yang lebih.
3. Pada kondisi gagal ginjal kronik
akan terjadi peningkatan pada
hasil pemeriksaan lab BUN,
Natrium dan kadar kalium,
sedangkan protein dan
hematokrit menurun.
kronik 3. Fungsi ginjal
a. Peningkatan nitrogen
urea darah (4)
b. Peningkatan kreatin
serum (4)
c. Peningkatan protein urin
(4)
d. Hipertensi (4)
e. Anemia (4)
f. Edema (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
4. Status Nutrisi : Asupan
Nutrisi
a. Asupan zat besi (4)
b. Asupan vitamin (4)
c. Asupan Protein (4)
d. Asupan kalsium (4)
e. Asupan Natrium (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
Mandiri
4. Berikan cairan yang sesuai
5. Pastikan bahwa larutan intravena
yang mengandung elektrolit
diberikan dengan aliran yang
konstan dan sesuai
6. Berikan resep diet yang tepat
untuk cairan tertentu atau pada
ketidakseimbangan elektrolit
(misalnya, rendah sodium, dan
tidak menambahkan garam)
Mandiri
4. Cairan yang diberikan pada
pasien GGk harus diseimbangkan
antara cairan yang masuk dengan
cairan yang keluar, kalau tidak
akan menyebabkan kelebihan
cairan dalam tubuh.
5. Pemberian cairan intravena harus
diseimbangkan dan tidak
mengandung natrium yang tinggi
karena dapat menyebabkan
kelebihan cairan dalam tubuh dan
menyebabkan edema
6. Dengan diet rendah garam ini
diharapkan jumlah garam yang
dikeluarkan tubuh sama dengan
jumlah garam yang dikonsumsi.
Jika kadar garam di dalam tubuh
terlalu tinggi Dapat menyebabkan
keseimbangan cairan tubuh
terganggu. Akibatnya, terjadi
retensi garam dan air dalam
jaringan tubuh (endema) dan
Healt Education
7. Intruksikan pasien dan
keluarga mengenai alasan
untuk pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukan
Manajemen cairan
Observasi
1. Monitor status hidrasi (misalnya
tekanan darah ortostatik)
2. Monitor tanda-tanda vital pasien
3. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya edema)
meningkatkan tekanan darah
(hipertensi).
Healt Education
7. Agar keluarga pasien
mengetahui guna dari
pembatasan pemberian
cairan, tindakan hidrasi atau
administrasi elektrolit
tambahan tersebut untuk
pasien.
Manajemen cairan
Observasi
1. Kelebihan cairan dapat
meningkatkan tekanan pembuluh
darah, sehingga perlu di monitor
2. Pasien gagal ginjal kronik sering
mengalami ketidakstabilan tanda
tanda vital, seperti pada tekanan
darah klien bisa mengalami
hipertensi dan juga bisa sampai
mengalami hipotensi.
3. Memudahkan perawat dalam
memberikan intervensi yang
4. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian.
5. Monitor reaksi pasien terhadap
terapi elektrolit yang diresepkan
Mandiri
6. Berikan cairan dengan tepat
7. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output (pasien)
tepat terutama dalam
penanganan mengatasi adanya
edema
4. Mengetahui apakah asupan yang
diberikan sudah sesuai dengan
kebutahan tubuh klien serta
mengetahui pengaruh makanan
terhadap status kesehatan klien
5. Mengetahui perubahan pada
tubuh kalien setelah pemberian
terapi elektrolit salah satunya
jika tubuh pasien mengalami
perubahan seperti alergi
Mandiri
6. Agar kebutuhan cairan pasien
terpenuhi dengan baik dan tidak
menyebabkan penumpukan
cairan berlebihan dalam tubuh
7. Dengan menjaga intake dan
asupan yang akurat maka
kebutuhan cairan klien tetap
teratasi dan dengan mencatat
output (pasien).
Kolaborasi
8. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap atau
memburuk.
Monitor cairan
Observasi
1. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan
2. Monitor asupan dan pengeluaran
3. Monitor kadar serum dan
elektrolit urine
4. Monitor kadar serum albumin
dan protein total
5. Cek grafik asupan dan
Kolaborasi
8. Untuk menentukan tindak lanjut
yang diperlukan oleh pasien
Monitor cairan
Observasi
1. Untuk memantau denyut nadi dan
tekanan darah pasien agar pasien
tidak mengalami peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi.
2. Untuk mengetahui jumlah dari
asupan yang di berikan dan
jumlah pengeluaran pada pasien
3. Karena kadar serum dan elektrolit
urine dapat membantu dalam
mengindikasi seberapa parah
penyakit klien.
4. Agar perawat dapat mengetahui
kadar elektrolit yang di keluarkan
dalam urine dan protein total
5. Untuk mengetahui berapa banyak
pengeluaran secara berkala untuk
memastikan pemberian layanan
yang baik
Mandiri
6. Tentukan faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
(misalnya, patologi ginjal)
7. Batasi dan alokasikan asupan
cairan
8. Berikan cairan dengan tepat
Manajemen Hipervolemia
Observasi
1. Monitor status hemodinamik,
meliputi tekanan darah
asupan yang akan diberikan
kepada pasien yang sesuia dengan
kebutuhan pasien
Mandiri
6. Pada klien dengan gagal ginjal
kronik terjadi ketikseimbangan
cairan akibat retensi natrium
yang tidak bisa dikeluarkan dari
dalam tubuh akibat gangguan
ginjal
7. Dengan pembatasan cairan kita
dapat mengukur input dan output
pada penderita penyakit gagal
ginjal
8. Karena ketepatan cairan yang di
berikan harus sesuai dengan
kebutuhan untuk penderita gagal
ginjal
Manajemen Hipervolemia
Observasi
1. Karena apabila ada peningkatan
TD, berarti ada penumpukan
2. Monitor data laboratorium yang
menandakan adanya
hemokonsentrasi (misalnya
Natrium )
Mandiri
3. Berikan obat yang diresepkan
untuk mengurangi preload
(misalnya furosemide dan
Spironolactone
cairan dan ada ketidak
abnormalitas dalam tubuh klien.
2. Dengan memonitoring data
laboratorium dapat mengetahui
kadar natrium pada klien
sehingga kita dapat membatasi
asupan natrium untuk
menghindari peningkatan
tekanan darah
Mandiri
3. Furosemide adalah obat
golongan diuretik yang
digunakan untuk membuang
cairan atau garam berlebih di
dalam tubuh melalui urine dan
meredakan pembengkakan yang
disebabkan penyakit ginjal atau
kondisi terkait. Obat ini juga
digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi.
Sedangkan Spironolactone
adalah obat dengan fungsi untuk
mengobati tekanan darah tinggi.
4. Tingkatkan citra diri dan harga
diri yang positif jika pasien
mengekspresikan kepedulian
akibat retensi cairan yang
berlebih.
Health Education
5. Intruksikan pasien dan keluarga
penggunaan catatan asupan dan
output sesuai kebutuhan
Monitor Tanda-tanda Vital
Observasi
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernapasan
dengan tepat
Menurunkan tekanan darah
tinggi dapat mencegah stroke,
serangan jantung, dan masalah
pada ginjal.
4. Pada klien gagal ginjal yang
mengalami udem misalnya pada
ekstremitas bawah, biasanya dapat
mengalami gangguan citra diri.
Untuk mengatasi citra diri pada
klien perawat dapat memberikan
terapi atau intervensi lainnya agar
dapat mengurangi udem pada
klien, dan sehingga citra diri klien
dapat meningkat.
Health Education
5. Untuk menghindari mengurangi
adanya penumpukan
Monitor Tanda-tanda Vital
Observasi
1. Untuk memantau denyut nadi
dan tekanan darah pasien agar
pasien tidak mengalami
2. Catat daya dan fluktuasi yang
luas pada tekanan darah
Mandiri
3. Auskultasi tekanan darah dikedua
lengan dan bandingkan
Manajemen Elekrolit
Observasi
1. Monitor nilai serum elektrolit
yang abnormal
2. Monitor dengan ketat terkait
dengan adanya level serum
potassium pada pasien yang
mengkonsusmsi obat-obat
digitalis dan diuretik
Mandiri
3. Berikan diet sesuai dengan
kondisi ketidakseimbangan
peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi.
2. Agar dapat memantau daya dan
ketidaktetapan pada tekanan
darah
Mandiri
3. Melihat apakah ada
perbedaan antara melakukan
auskultasi pada kedua tangan
tesebut
Manajemen Elekrolit
Observasi
1. Untuk mengetahui adanya
kelainan mengenai metabolism
cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui keseimbangan
elektrolit dan asam basah di dalam
tubuh
Mandiri
3. Untuk menstabilkan kembali
keseimbangan cairan daan
elektrolit klien (misalnya, kaya
potassium, rendah sodium dan
makanan rendah karbohidrat
4. Berikan elektrolit terikat/
electrolyte binding atau elektrolit
terikat zat (misalnya sodium
polystyrene sulfonate
[kayexalate]) sesuai resep dan
keperluan
Kolaborasi
5. Konsultasikan pada dokter terkait
pemberian elektrolit dengan
sedikit obat-obatan (misalnya
spiranoklaton)
elektrolit di dalam tubuh klien
4. Pemberian elektrolit dapat
membantu mengikat zat-zat yang
telah melebihi batas normal.
Sodium polystyrene sulfonate
adalah obat yang digunakan untuk
mengobati heperkalemia,
gangguan kadar kalium yang
tinggi dalam darah. Sodium
polystyrene sulfonate dapat
mempengaruhi pertukaran kalium
dan natrium dalam tubuh.
Kolaborasi
5. Mencegah terjadinya kesalahan
dalam memberikan intervensi.
Spiranoklaton merupakam obat
yang digunakan untuk mengobati
pasien tertentu, misalnya paien
dengan edema (retensi cairan)
yang disebkan oleh berbagai
kondisi termasuk penyakit ginjal
6. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan /
atau elektrolit menetap atau
memburuk
Manajemen Elektrolit:
Hiperkalemia
Observasi
1. Monitor fungsi ginjal (misalnya
kadar urea dan tingkat kreatinin)
2. Monitor penyebab terjadinya
peningkatan tingkat kalium serum
(misalnya, gagal ginjal, asupan
yang berlebihan) yang sesuai.
3. Monitor intake/asupan kalium
yang tidak disengaja (misalnya,
6. Menjadi acuan untuk tindakan
medis selanjtnya serta mencegah
keterlambatan tindakan untuk
mencegah kondisi klien
bertambah buruk.
Manajemen Elektrolit:
Hiperkalemia
Observasi
1. Pada pasien yang mengalami
kerusakan ginjal terlebih pasien
gagal ginjal kronik akan
mengalami peningkatan kadar
ureum dan kreatinin seiring
dengan penurunan fungsi ginjal
2. Gagal ginjal merupakan salah satu
penyebab terjadinya peningkatan
kadar kalium dalam darah akibat
penurunan fungsi ginjal sehingga
kalium tidak dapat keluar melalui
urin.
3. Untuk menghindari agar tidak
terjadi peningkatan kalium
penisilin G kalium atau makanan
yang diberikan)
4. Monitor hiperkalemia terkait
dengan reaksi darah dengan tepat
Mandiri
5. Pertahankan pembatasan kalium
6. Berikan diuretik yang [telah]
ditentukan dengan tepat misalnya
Tablet Hydrochlorothiazide
(HCT)
didalam darah.
4. Untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan kalium di dalam
darah yang terjadi akibat reaksi
darah itu sendiri.
Mandiri
5. Kalium memiliki fungsi untuk
meningkatkan kerja otot, syaraf,
serta jantung. Maka apabila
terjadi peningkatan kalium akan
memperparah kerja otot terutama
otot jantung, dan lama kelamaan
bsa menyebabkan henti jantung.
6. Hydrochlorothiazide (HCT)
adalah salah satu jenis diuretik
yang akan meningkatkan
pembentukan urin oleh ginjal
yang akan membantu mengurangi
kadar cairan dalam tubuh. Obat
ini juga dapat menangani
hipertensi akibat penumpukan
cairan dalam tubuh.
7. Dukung kepatuhan pasien
terhadap diet (misalnya,
menghindari makanan kalium,
memenuhi kebutuhan makanan
dengan pengganti garam dan
makanan rendah kalium)
Healt Education
8. Arahkan pasien dan/atau keluarga
pada langkah-langkah sesuia
protokol untuk mengobati
hiperkalemia
Manajemen Elektrolit:
Hipernatremia
Observasi
1. Monitor kadar natrium dengan
ketat pada pasien yang
mengalami peningkatan kadar
natrium.
2. Monitor adanya
ketidakseimbangan elektrolit
yang berkaitan degan
hipernatremia jika diperlukan
7. Hal ini dapat mencegah terlalu
tingginya kadar kalium dalam
tubuh dan mengurangi
penumpukan natrium dalam
tubuh.
Healt Education
8. Agar klien dan keluarga dapat
melakukan tindakan mandiri
tanpa dibantu oleh perawat
dalam mengobati hiperkalemia.
Manajemen Elektrolit:
Hipernatremia
Observasi
1. Untuk mengetahui jumlah
natrium yang ada dalam tubuh
apakah terjadi peningkatan
natrium.
2. Untuk mengidentifikasi
ketidakseimbangan elektrolit yang
dapat menyebabkan hipertremia
3. Monitor efek samping yang
timbul akibat dari koreksi
hipernatrremia yang dilakukan
dengan cepat
Mandiri
4. Hindari pemberian atau masukan
obat-obatan yang mengandung
natrium yang tinggi (misalnya,
sodium bicarbonat, larutan
hipotonik)
5. Pertahankan pembatasan natrium,
termasuk memonitor obat-obatan
yang mengandung natrium tinggi
Health Education
6. Ajarkan pada pasien cara
penggunaan pengganti garam
dengan tepat
7. Ajarkan pada pasien dan keluarga
mengenai makanan dan obat-
3. Untuk melihat efek samping yang
ditimbulkan oleh hipertremia
untuk dilakukan intervensi
selanjutnya
Mandiri
4. Kadar natrium dalam tubuh yang
meningkat, dapat menyebabkan
retensi cairan pada tubuh. Hal ini
juga dapat meningkatkan tekanan
yang diberikan oleh aliran darah
terhadap dinding pembuluh darah
sehingga terjadi hipertensi
5. Mencegah kadar natrium pada
klien tetap dalam batasan normal
Health Education
6. Untuk meminimalisir keluhan
yang diakibatkan oleh makanan
bergaram yang memperparah
penyakit
7. Kadar natrium yang tinggi dapat
memperparah penyakit yang
obatan yang mengandung kadar
natrium yang tinggi (misalnya,
makanan kaleng, dan antasida)
8. Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai cara-cara
untuk menangani hipernatremia.
Terapi Hemodialisa
Observasi
1. Monitor tekanan darah, denyut
nadi, penapasan, suhu dan respon
pasien selama dialisis
2. Catat tanda-tanda vital: berat
badan, suhu, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah
dialami pasien dan untuk
meminimalisir bertambah
parahnya penyakit
8. Untuk memberitahukan dan
memberikan informasi pada
keluarga dank lien tentang cara
penanganan hipertermia secara
mandiri dirumah tanpa bantuan
dari perawat
Terapi Hemodialisa
Observasi
1. Pada saat dilakukan hemodialisa
pasien dapat mengalami hipotensi
akibat perpindahan darah dari
pembuluh darah kemesin dializer,
makanya diperlukan pemantauan
TTV klien.
2. Biasanya pasien setelah
melakukan hemodialisa akan
mengalami penurunan berat badan
akibat cairan yang menumpuk
dalam darah sudah menurun.
Perlunya catatan tentang TTV
Mandiri
3. Jelaskan prosedur hemodialisa
dan tujuannya
4. Periksa peralatan dan cairan,
sesuai peraturan
5. Lakukan teknik steril untuk
memulai hemodialisis, insersi
jarum dan pemasangan kateter
6. Lakukan hemodialisis, sesuai
peraturan
7. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
membersihkan sejumlah cairan
dengan tepat
juga untuk memantau kondisi
klien, apabila pasien mengalami
demam atau tekanan darah rendah
perlu diberikan penanganan yang
lebih.
Mandiri
3. Agar klien tidak merasa takut dan
enggan untuk melakukan
hemodialisa.
4. Agar prosedur dan tindakan
berjalan lancar tanpa adaya
gangguan serta mencegah
komplikasi akibat kerusakan
alat.
5. Untuk mencegah terjadinya
infeksi.
6. Agar tidak terjadi komplikasi
yang diakibatkan kesalahan
prosedur.
7. Tekanan filtrasi yang tepat dapat
mengoptimalkan penyaringan
zat yang dibutuhkan tubuh serta
Health Education
8. Ajarkan pasien untuk memantau
sendiri tanda dan gejala yang
mengindikasikan perlunya
perawatan medis (misalnya,
demam)
Kolaborasi
9. Berkolaborasi dengan pasien
untuk meringankan
ketidaknyamanan akibat efek
samping penyakit dan pengobatan
(misalnya anemia)
10. Berkolaborasi dengan pasien
untuk menyesuaikan kebutuhan
akan lama dialisis, pengaturan
diet, rasa sakit dan pengalihan
membuang zat yang sisa dengan
kadar yang tepat maupun
membuang seluruh racun.
Health Education
8. Agar klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang abnormal sehingga
dapat klien melaporkanya
secara cepat .
Kolaborasi
9. Klien mampu menyesuikan diri
serta mampu mengatasi efek
pengobatan. Apabila kekurangan
darah pasien dapat
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti
sumplemen penambah darah atau
mengkonsumsi makanan seperti
sayur bayam, kacang merah.
10. Agar klien mampu mentolerir
serta menyesuaikan diri dgn
kondisi penyakitnya saat ini
sehingga dapat mengoptimalkan
untuk mencapai manfaat yang
optimal dari pengobatan.
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan
yang dimiliki klien
2. Monitor kalori asupan
makanan
3. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
Mandiri
4. Tentukan status gizi dan
proses pengobatan.
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Untuk menghindari efek
alergi yang akan timbul jika
kita salah memberikan
makanan.
2. Klien dengan gagal ginjal
kronik terlebih sudah
melakukan HD dianjurkan
untuk mendapatkan asupan
makanan yang seimbang
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi Klien.
3. Untuk memantau asupan gizi
seimbang yang dikonsumsi
klien untuk mencegah
indikasi penyakit.
Mandiri
4. Pasien dengan gagal ginjal
kronik harus membatasi
kemampuan [pasien] untuk
memenuhi kebutuhan gizi
5. Tentukan yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien, terutama
yang mengalami anemia
6. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
(misalnya buah dan sayuran)
7. Atur diet yang diperlukn (yaitu:
asupan nutrisi, asupan
kalium, asupan protein dan
meningkatkan asupan zat
besi.
5. Pasien gagal ginjal bisa
mengalami anemia akibat
hormon EPO yang di
hasilkan ginjal tidak lagi
optimal, akibatnya
pembentukan SDM tidak
optimal, sehingga pasien
mengalami anemia. Maka
dari itu pasien harus banyak
mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi
seperti kacang merah, dahing
sayu bayam namun dalam
rentang yang normal.
6. Menentukan menu diet yang
sesuai dengan kondisi klien
dapat mempercepat proses
penyembuhan.
7. Pasien harus mengurangi
menambah atau mengurangi
vitamin, mineral atau suplemen
serta menyarankan menggunakan
bumbu atau rempah sebagai
alternatif garam)
8. Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi
sakit (yaitu: untuk pasien dengan
penyakit ginjal, pembatasan
natrium, kalium, protein dan
ciran)
konsumsi garam, mengurangi
konsumsi kalium, konsumsi air,
konsumsi protein agar tidak
menumpuk dalam tubuh akibat
tidak dapat difiltrasi oleh ginjal
8. Mengatur diet yang tepat sesuai
dengan kondisi penyakit saat ini
dapat membantu proses
pengobatan maupun mencegah
memburuk nya kondisi klien
terutama anemia serta hipertensi
yang diderita klien penumpukan
natrium dalam tubuh akibat tidak
bisa di eksresikan.
Resiko Perfusi Serebral Tidak
Eefektif (D.0017)
Kategori : Fisiologis
Sub Kategori : Sirkulasi
Definisi : Berisiko mengalami
penurunan sirkulasi darah ke
otak.
Batasan Karakteristik
NOC
 Circulation status
 Tissue prefusion : serebral
Tujuan : Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan …. X 24 jam,
Kerusakan integritas kulit dapat
diatasi dengan
Kritria Hasil :
 Mendemonstrasikan status
NIC
Perpheral sensation management
(manajement sensasi periper)
Observasi
 Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
 Monitor adanya paratese
 Agar klien dapat
membedakan rangsangan
 Agar klien dapat mengetahui
Ds :
- Klien mengeluh bengkak
pada ekstremitas bawah.
Do :
- Konjungtiva pucat
- kulit menghitam
- TD : 150/110 mmHg
- Natrium : 147 mmol/L
- Kalium : 6 mmol/L
- Ureum : 53 mg/dl
- Kreatinin : 2,1 mg/dl
Kondisi klinis terkait :
Penyakit ginjal : Gagal ginjal
kronik
sirkulasi yang ditandai
dengan :
 Tekanan sistol dan diastol
dalam rentang yang di
harapkan
 Tidak ada
ortostatikhipertensi
 Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
 Mendemonstrasikan
kemampuan kongnitif yang
ditandai dengan :
 Beri komunikasi dengan
jelas dan sesuai kemampuan
 Menunjukkan perhatian
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukkan fungsi sensori
 Monitor kemampuan BAB
 Monitor adanya
tromboplebitis
Health Educatio
 Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lisi atau laserasi
Kolaborasi
 Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
adanya paratese
 Untuk mengetahui
kemampuan BAB klien
 Untuk mengetahui adanyan
tromboplebitis
 Agar keluarga dapat
mengetahui adanya cedera
pada kulit klien
 Untuk mengetahui adanya
perubahan sensasi klien
 Untuk menghilangkan nyeri
yang dirasakan klien
Resiko Kerusakan Integritas
Kulit
(000047)
Domain 11 :
Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cidera Fisik
Definisi : Rentan mengalami
kerusakan epidermis dan / dermis,
yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik
Ds : -
Do :
- Pemeriksaan fisik kulit
menghitam
- Ureum 53 mg/dl
- Kreatin 2,1 mg/dl
motori kranial yang utuh :
tingkat kesadaran yang baik
tidak ada gerakan-gerakan
involunter
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …
x24 jam di harapkan Kelebihan
Volume Cairan dapat diatasi dengan
Kriteria hasil :
1. Integritas jaringan :
Kulit dan membrane
mukosa :
a. Integritas Kulit (4)
b. Pigmentasi abnormal (4)
Ket :
1. (1)= sangat terganggu
2. (2)=banyakterganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4)= sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
Menajemen obat
Health Education
Pantau kepatuhan mengenai regimen
obat
kolaborasi
Tentukan obat apa yang diperlukan
dan kelola menurut resep dan/atau
protocol
Pengecekan Kulit
Observasi
1. amati warna kehangatan bengkak
pulsasi tekstur edema da ulserasi
pada ekstremitas
2. monitor warna dan suhu kulit
Agar klien dapat mengetahui
penggunnaan obat
Agar pemberian obat yang diberikan
pada klien sesuai resep dokter
Mengetahui warna dan pembekakan
pada kulit
Agar dapat memgetahu tingkat
keparahan.

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarpt.cingursapi
 
Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Iwan Saputra
 
Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Dayat Dacil
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologisdhina wida
 
4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedangEllyeUtami
 
kedaruratan psikiatrik
kedaruratan psikiatrikkedaruratan psikiatrik
kedaruratan psikiatrikJoni Iswanto
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanMrirfan
 
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.ppt
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.pptYans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.ppt
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.pptyantosuryanto4
 

What's hot (20)

Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
Pmx fisik endokrin
Pmx fisik endokrinPmx fisik endokrin
Pmx fisik endokrin
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2
 
Parkinson
ParkinsonParkinson
Parkinson
 
Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
 
4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang
 
Gigitan ular
Gigitan ularGigitan ular
Gigitan ular
 
kedaruratan psikiatrik
kedaruratan psikiatrikkedaruratan psikiatrik
kedaruratan psikiatrik
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Analisa data
Analisa data Analisa data
Analisa data
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika Keperawatan
 
Tia
TiaTia
Tia
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.ppt
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.pptYans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.ppt
Yans_ PPT Yans Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.ppt
 
Askep ca laring
Askep ca laringAskep ca laring
Askep ca laring
 

Similar to Kasus 1 bengkak

Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptcairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptalik_septian
 
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ?
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ? Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ?
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ? ◼ Mohammad Yusuf
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikDelina Damanik
 
CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)CYNTHIA487534
 
Presentasi biologi
Presentasi biologiPresentasi biologi
Presentasi biologiindah nb
 
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatanGangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatanyohanes meor
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1pjj_kemenkes
 
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASISTRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASIM Ikram
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasisiska delvia
 
Sistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi ManusiaSistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi ManusiaAmany Khansa
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
Sistem ekskresi pada manusia
Sistem ekskresi pada manusiaSistem ekskresi pada manusia
Sistem ekskresi pada manusiaHadi Salam, S. Pd
 

Similar to Kasus 1 bengkak (20)

Modul 2 kb 5
Modul 2 kb 5Modul 2 kb 5
Modul 2 kb 5
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.pptcairan-dan-elektrolit-slide.ppt
cairan-dan-elektrolit-slide.ppt
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ?
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ? Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ?
Bagaimana struktur dan fungsi kapiler darah dalam tubuh ?
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
 
.13184877.ppt
.13184877.ppt.13184877.ppt
.13184877.ppt
 
CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)
 
Presentasi biologi
Presentasi biologiPresentasi biologi
Presentasi biologi
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatanGangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit_materi bagi mahasiswa keperawatan
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
 
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASISTRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
 
Cairan dan Elektrolit (2).ppt
Cairan dan Elektrolit (2).pptCairan dan Elektrolit (2).ppt
Cairan dan Elektrolit (2).ppt
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJALANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasi
 
Sistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi ManusiaSistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi Manusia
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Ekskresi.pptx
Ekskresi.pptxEkskresi.pptx
Ekskresi.pptx
 
Sistem ekskresi pada manusia
Sistem ekskresi pada manusiaSistem ekskresi pada manusia
Sistem ekskresi pada manusia
 

More from frangky hilala

Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)frangky hilala
 
Presentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikPresentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikfrangky hilala
 
Presentation isolasi sosial
Presentation isolasi sosialPresentation isolasi sosial
Presentation isolasi sosialfrangky hilala
 

More from frangky hilala (6)

Askep pneumonia
Askep pneumoniaAskep pneumonia
Askep pneumonia
 
Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)
 
Keluarga berencana
Keluarga berencanaKeluarga berencana
Keluarga berencana
 
Presentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikPresentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronik
 
Presentation isolasi sosial
Presentation isolasi sosialPresentation isolasi sosial
Presentation isolasi sosial
 
Presentation hiv aids
Presentation hiv aidsPresentation hiv aids
Presentation hiv aids
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 

Kasus 1 bengkak

  • 1. 1. Klasifikasi Istilah-istilah penting 1) Bengkak adalah kondisi dimana terjadi penumpukan cairan pada tubuh.(Hinchliff, 2013) 2) Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera. Konjungtiva bertanggung jawab menjaga kelembaban mata.(Hinchliff, 2013) 3) Kulit adalah organ yang memiliki fungsi menutupi dan melindungi organ organ dibawahnya, mensekresi zat buangan, dan menjadi sensor peraba(Hinchliff, 2013) 4) Tekanan Darah (TD) adalah gaya (atau dorongan) darah ke arteri saat dipompa keluar jantung keseluruh tubuh (Palmer,2007).Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.Tekanan darah meliputi tekanan darah systole dan diastole.Tekanan puncak terjadi saat ventrikel kiri jantung berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolic adalah tekanan terenda yang terjadi pada saat jantung beristirahat atau berelaksasi.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic. Dengan nilai normalnya :  Bayi : 70-90/50 mmHg  Anak – anak : 80-100/60 mmHg  Dewasa Muda : 110-125/60-70 mmHg  Dewasa Tua : 130-150/80-90 mmHg SKENARIO 1 Tn. M dirawat diruang interna dengan keluhan bengkak pada ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan kulit menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, Pernapasan 22 kali/Menit, Nadi 80 kali/menit, suhu 37 C. Hasil pemeriksaan laboratorium Natrium = 147 mmol/L, Kalium = 6 mmol/L, Ureum = 53 mg/dl, kreatinin = 2,1 mg/dl.
  • 2. 5) Nadi adalah denyut yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systole dan diastole dari jantung. Dengan nilai normalnya :  BBL : 140X/ menit  <1bulan : 110x/menit  1-6 bulan : 130x/menit  6-12 bulan :115x/menit  1-2 tahun : 110x/menit  2-6 tahun : 105x/menit  6-10 tahun : 95x/menit  10-14 tahun :85x/menit  14-18 tahun : 82x/menit  >18 tahun : 60-100x/menit  Usia lanjut : 60-70x/menit 6) Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.Suhu tubuh merupakan panas yang dihasilkan oleh tubuh dan diatur oleh suatu pusat didalam hipotalamus dari otak.Pusat ini bereaksi terhadap darah yang melaluinya. Penghasil suhu tubuh :  Laju metabolisme basal disemua sel tubuh  Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot  Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormone tiroksin dan sebagian kecil otot lain misalnya hormone pertumbuhan  Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktifitas kimiawi didalam itu sel sendiri terutama bila temperature menurun. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37oC.Tempat pengukuran suhu tubuh : suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relative konstan seperti rectum,membrane timpani,esofagus,arteri pulmonal,kandung kemih dan suhu permukaan seperti kulit,aksila,oral. https://www.scribd.com/doc/313976564
  • 3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 7) Heart Rate atau laju jantung merupakan jumlah denyut dari suara jantung selama 1 menit.Normalnya denyut jantung orang dewasa berkisar antara 60-100x/menit,bila >100 disebut denyut jantung lambat atau bradikardi www.ina-ecg.com (Heart Rate , INA – ECG) 8) Natrium Natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam cairan ekstra seluler. Berperan dalam memelihara tekanan osmotik, keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls saraf. Konsentrasi serum natrium diatur oleh ginjal, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem endokrin. Nilai normal : 135 - 144 mEq/L SI : 135 - 144 mmol/L Nilai kritis untuk Natrium  < 120 mEq/L lemah, dehidrasi  90 - 105 mEq/L gejala neurologis parah, penyebab vascular  > 155 mEq/L gelajal kardiovaskular dan ginjal  > 160 mEq/L gagal jantung 9) Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan intraseluler, (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama. Lebih kurang 80%-90% kalium di keluarkan dalam urin melalui ginjal. Aktivitas mineralokortikoid dari aderenokortikoid juga mengatur konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi kalium di dalam tubuh berada di ekstraseluler dan 50 mmoL berada dalam cairan intraseluler, karena konsentrasi kalium dalam di dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai untuk mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi oto, keseimbangan asam basa dan kontraksi otot jantung. Nilai normal : 0-17th = 3.6 - 5.2 mEq/L SI unit : 3.6 - 5.2 mmol/L
  • 4. > 18 the = 3.6 - 4.8 mEq/L. SI unit : 3.6 - 4.8 mmol/L 10) Ureum Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap ekskresi ureum kira-kira 25 mgper hari ( Widmann Frances K, 1995 ), ureum merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang disintesa dari amonia, karbon dioksida dan nitrogen amida aspatat ( Victor W Rodwell, 1999 ). 11) Kreatinin Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Keratinin dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal. Serum kreatinin berasal dari masa oto, tidak dipengaruhi oleh diet, atau aktivitas dan diekskresikan seluruh melalui glomelurus. Tes kreatinin berguna untuk mendiagnosis fungsi ginjal karena nilainya mendekati glomelurus filtration rate (GFR). Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fasoforkreastinin yang di ekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan selama masa otot konstan. Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi kreatinin. Nilai normal : 0.6 - 1.3 mg/dL SI : 62 - 115 umol/L a. Kreatinin Urin (Clcr) --> Creatinine Clearance Kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatinin otot dan merupakan produk sisa kreatinin. Kreatinin di filtrasi oleh glomelurus ginjal dan tidak di reabsorbsi oleh tubulus pada kondisi normal. Kreatinin serum dan klierens memberikan gambaran filtrasi glomelurus. Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klierens
  • 5. Derajat Kegagalan Ginjal Klirebs Kreatinin (mL/menit) Serum Kreatinin (mg/dL) Normal > 80 1.4 Ringan 57 - 79 1.5 - 1.9 Moderat 10 - 49 2.0 - 6.4 Berat < 10 > 6.4 Anuria 0 > 12 b. Klirebs kreatinin (Clcr) Klirebs kreatinin adalah pengukuran kecepatan tubuh (oleh ginjal) membersikan kreatinin, terutama pengukuran kecepatan filtrasi glomelurus. Umur Pria (mal/menit) Wanita (mL/menit) 0-6 Bulan 40 - 60 40 – 60 7-12 Bulan 50 - 75 50 – 75 13 bulan - 4 Tahun 60 - 100 60 – 100 5 - 8 Tahun 65 - 110 65 – 110 9 - 12 Tahun 70 - 120 70 – 120 13 tahun keatas 80 - 130 75 - 120 2. Kata Kunci  Mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah  Kunjungtiva pucat  Kulit menghitam  TD : 150/110 mmHg
  • 6.  Natrium : 147mmol/L  Kalium : 6 mmol/L  Ureum : 53 mg/dl  Kreatinin : 2,1 mg/dl 3. Mind Mapping 4. Pertanyaan-pertanyaan penting 1) Mengapa pada Tn. M ada keluhan bengkak pada eksremitas bawah? 2) Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan kulit menghitam? 3) Apa kaitannya peningkatan tekanan darah klien dengan penyakit klien ? 5. Jawaban pertanyaan 1) Karena penurunan kemampuan ginjal dalam tugasnya yaitu membuang garam atau natrium melalui urin bisa menyebabkan kaki bengkak. Bengkaknya kaki terjadi karena natrium menahan cairan di dalam pembuluh darah, dan juga kerusakan pembuluh darah kecil yang terjadi pada ginjal bisa disebabkan sidrom nefrotik, yang mana kadar albumin darah turun sehingga kaki membengkak https://husnaherbal.com 2) Klien mengalami konjungtiva pucat disebabkan penurunan perfusi O2 jaringan serebral yang diakibatkan oleh penurunan sekresi hormon eritropoitis oleh ginjal yang mendukung sumsung tulang belakang memproduksi sel eritrosit. Penurunan produksi sel eritrosit mengakibatkan hb dalam darah menurun sehingga oksihemoglobin dalam darah juga menurun sehingga perfusi O2 jaringan serebral menurun menyebabkan konjungtiva pucat, sedangkan alasan klien mengalami kulit menghitam karena klien mengalami sindrom uremia atau ketidakmampuan tubuh mengeluarkan ureum, ginjal yang tidak dapat mengsekresikan ureum maka ureum akan bercampur dengan darah. Kemampuan ginjal dalam memfiltrasi menurun menyebabkan penimbunan ureum, urokrom (zat pewarna urin), dan zat toksik
  • 7. tertimbun di bawah kulit sehingga pasien GGK mengalami kehitaman pada kulit. Nanda 2015 jilid 2 www.hallosehat.com 3) Ginjal merupakan organ yang memproduksi hormon renin yang berfungsi menyeimbangkan tekanan darah serta mengontrol metabolisme kalsium. Pada kondisi gagal ginjal kronik, adanya kerusakan pada ginjal terutama pada bagian korteks akan merangsang produksi hormon renin yang akan menstimulasi peningkatan tekanan darah sehingga terjadi hipertensi yang menetap. Selain itu Peningkatan tekanan darah pada penyakit gagal ginjal kronik disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Hal ini mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat hingga menyebabkan hipertensi. (Callaghan, 2009) 6. Tujuan pembelajaran selanjutnya 1) Bagaimana asupan gizi pada pasien GGK ? 2) Apa terapi yang harus dilakukan pada pasien GGK? 3) Apakah ada pengobatan khusus untuk pasien GGK ? 7. Informasi tambahan Pada pasien gagal jantung kronis harus dibatasi mengkonsumsi makanan yang tinggi protein serta membatasi cairan yang masuk dan menjaga kadar elektrolit dalam tubuh seperti garam,kalium dan fosfor. 8. Klarifikasi informasi Mengapa alasan pasien gagal ginjal kronik harus membatasi mengomsumsi makanan yang tinggi protein serta membatasi cairan yang masuk dan menjaga kadar elektrolit dalam tubuh, seperti, garam, kalium, fosfor. Tujuan dari diet bagi penderita, gagal ginjal kronis adalah ini adalah untuk menjaga kadar elektrolit, mineral dan cairan dalam tubuh anda tetap seimbanag atau terkontrol karena pasien yang mengalami dialisis perlu diet khusus ini untuk membatasi penumpukan produk limbah dalam tubuh.
  • 8. Membatasi cairan antara perawatan dialysis sangat penting karena kebanyakan orang yang mengalami pengobatan cuci darah buang air, kecil cairan akan menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan terlalu banyak aliran jantung, paru-paru dan pergelangan kaki. 9. Analisa dan sintesis informasi Berdasarkan scenario kasus, kami mengangkat diagnose penyakit yaitu gagal ginjal kronik.Karena berdasarkan manifestasi atau tanda dan gejala yang dirasakan pasien merujuk pada diagnose tersebut, seperti bengkak pada ekstremitas bawah, pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan kulit menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, pernapasan 22 kali/menit, nadi 80 kali/ menit, suhu 37C. Hasil pemeriksaan labolatorium natrium =147 mmOl/L, kalium=6 mmOl/L, Ureum =53 mg/dl, kreatinin=2,1 mg/dl 10. Laporan diskusi Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik / Renal Failure,Chronic A. Konsep Medik 1. Definisi Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebgai Cronic Kidney Diasese (CDK). Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut adalah kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc Clellan (2006) dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥ 3bulan) dengan:  Kerusakan ginjal,  Kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤ 60 ml/menit /1.72 m2 Berdasarkan analisa diatas, jelas bahwa gagal ginjal kronis merupakan gagal ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan dammpak yang bersifat kontinyu. Sedangkan
  • 9. National Kidney Fondation (NKF) mendiefinnisikan dampak dari dari kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria/over proteinuria, abnormalitas sedimmentasi, dan abnormalitas gambaran ginjal. Klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis unntuk mengetahui tingkat prognosanya. stage Deskripsi GFR (ml/menit/1.73 m2) 1. Kidnet damage with normal or Increase of GDR ≥ 90 2. Kidney damage with mid decrease of GFR 60-89 3. Moderate decrease of GFR 30-59 4. Severe decrease of GFR 15-29 5. Kidney failure < 15 (or dialysis) Laju penurunan fungsi ginjal dan proses gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit yang mendasari, pengeluaran protein melalui urine, dan adanya hipertensi. Penyakit ini cenderung berkembang dengan lebih cepat pada pasien yang mengekskresikan protein dalam jumlah besar atau pada pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami kondisi tersebut (Brunner & Suddarth.,2010) 2. Etiologi Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal penyakit kronis, yaitu (Robinson, 2013) : 1. Penyakit glomerular (glomerulonefritis) 2. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis) 3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal) 4. Penyakit vaskular (renal nephrosclerosis) 5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis) 6. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus) 7. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
  • 10. Klasifikasi menurut Brunner & Suddarth,.2017 : a. Gangguan pembuluh darah ginjal : Berbagai jenis lesi vaskular dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak diobati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas sistem, perubahan darah ginjal meningkatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal. b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis & SLE c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang disebut plenlonefritis d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan metabolik lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membran glomerulus. e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat. f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra. g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lainnya, serta tidak adanya jar.
  • 11. Ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia renalis) serta adanya asidosis. 3. Patofisiologi Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasari, tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pada gagal ginjal kronik terjadi pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif. Perubahan fungsi neuron yang tersisa setelah kerusakan ginjal menyebabkan pembentukan jaringan ikat, sedangkan nefron yang masih utuh akan mengalami peningkatan beban eksresi sehingga terjadi lingkaran setan hiperfiltrasi dan peningkatan aliran darah glomerulus. Demikian seterusnya, keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau End Stage Renal Disease (ESRD). Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, hipertensi sistemik, nefrotoksin dan hipoperfusi ginjal, proteinuria, hiperlipidemia ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Dengan adanya penurunan LFG maka akan terjadi :  Anemia Gangguan pembentukan eritropoietin di ginjal menyebabkan penurunan produksi eritropoietin sehingga tidak terjadi proses pembentukan eritrosit menimbulkan anemia ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit, penurunan kadar Hb dan diikuti dengan penurunan kadar hematokrit darah. Selain itu GGK dapat menyebabkan gangguan mukosa lambung (gastripati uremikum) yang sering menyebabkan perdarahan saluran cerna. Adanya toksik uremik pada GGK akan mempengaruhi masa paruh dari sel darah
  • 12. merah menjadi pendek, pada keadaan normal 120 hari menjadi 70 – 80 hari dan toksik uremik ini dapat mempunya efek inhibisi eritropoiesis  Sesak nafas Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II merangsang pelepasan aldosteron dan ADH ssehingga menyebabkan retensi NaCl dan air  volume ekstrasel meningkat (hipervolemia)  volume cairan berlebihan  ventrikel kiri gagal memompa darah ke perifer  LVH  peningkatan tekanan atrium kiri  peningkatan tekanan vena pulmonalis  peningkatan tekanan di kapiler paru  edema paru  sesak nafas  Asidosis Pada gagal ginjal kronik, asidosis metabolik dapat terjadi akibat penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan ion H+ disertai dengan penurunan kadar bikarbonat (HCO3) dan pH plasma. Patogenesis asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik meliputi penurunan eksresi amonia karena kehilangan sejumlah nefron, penurunan eksresi fosfat, kehilangan sejumlah bikarbonat melalui urin. Derajat asidosis ditentukan oleh penurunan pH darah. Apabila penurunan pH darah kurang dari 7,35 dapat dikatakan asidosis metabolik. Asidosis metabolik dpaat menyebabkan gejala saluran cerna seperti mual, muntah, anoreksia dan lelah. Salah satu gejala khas akibat asidosis metabolik adalah pernapasan kussmaul yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan eksresi karbon dioksida untuk mengurangi keparahan asidosis.
  • 13.  Hipertensi Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II memiliki efek vasokonstriksi kuat sehingga meningkatkan tekanan darah.  Hiperlipidemia Penurunan GFR menyebabkan penurunan pemecahan asam lemak bebas oleh ginjal sehingga menyebabkan hiperlipidemia.  Hiperurikemia Terjadi gangguan eksresi ginjal sehingga asam urat terakumulasi di dalam darah (hiperurikemia). Kadar asam urat yang tinggi akan menyebabkan pengendapan kristal urat dalam sendi, sehingga sendi akan terlihat membengkak, meradang dan nyeri  Hiponatremia Peningkatan eksresi natrium dapat disebabkan oleh pengeluaran hormon peptida natriuretik yang dapat menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus ginjal. Bila fungsi ginjal terus memburuk disertai dengan penurunan jumlah nefron, natriuresis akan meningkat. Hiponatremia yang disertai dengan retensi air yang berlebihan akan menyebabkan dilusi natrium di cairan ekstraseluler. Keadaan hiponetremia ditandai dengan gangguan saluran pencernaan berupa kram, diare dan muntah.  Hiperfosfatemia Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eksresi fosfat sehingga fosfat banyak yang berada dalam sirkulasi darah. Jika kelarutannya terlampaui, fosfat akan bergabung deng Ca2+ untuk membentuk kalsium fosfat yang sukar larut. Kalsium fosfat yang
  • 14. terpresipitasi akan mengendap di sendi dan kulit ( berturut-turut menyebabkan nyeri sendi dan pruritus)  Hipokalsemia Disebabkan karena Ca2+ membentuk kompleks dengan fosfat. Keadaan hipokalsemia merangsang pelepasan PTH dari kelenjar paratiroid sehingga memobilisasi kalsium fosfat dari tulang. Akibatnya terjadi demineralisasi tulang (osteomalasia). Biasanya PTH mampu membuat konsentrasi fosfat di dalam plasma tetap rendah dengan menghambat reabsorbsinya diginjal. Jadi meskipun terjadi mobilisasi kalsium fosfat dari tulang, produksinya di plasma tidak berlebihan dan konsentrasi Ca2+ dapat meningkat. Namun pada insufisiensi ginjal, eksresinya melalui ginjal tidak dapat ditingkatkan sehingga konsentrasi fosfat di plasma meningkat. Selanjutnya konsentrasi CaHPO4 terpresipitasi dan konsentrasi Ca2+ di plasma tetap rendah. Oleh karena itu, rangsangan untuk pelepasan PTH tetap berlangsung. Dalam keadaan perangsangan yang terus-menerus ini, kelenjar paratiroid mengalami hipertrofi bahkan semakin melepaskan lebih banyak PTH. Kelaina yang berkaitan dengan hipokalsemia adalah hiperfosfatemia, osteodistrofi renal dan hiperparatiroidisme sekunder. Karena reseptor PTH selain terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di banyak organ lain ( sistem saraf, lambung, sel darah dan gonad), diduga PTH berperan dalam terjadinya berbagai kelainan di organ tersebut. Pembentukan kalsitriol berkurang pada gahal ginjal juga berperan dalam menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Biasanya hormon ini merangsang absorpsi kalsium dan fosfat di usus. Namun karena terjadi penurunan kalsitriol, maka menyebabkan menurunnya absorpsi fosfat di usus, hal ini memperberat keadaan hipokalsemia  Hiperkalemia
  • 15. Pada keadaan asidosis metabolik dimana konsentrasi ion H+ plasma meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel –sel ginjal sehingga mengakibatkan kebocoran ion K+ ke dalam plasma. Peningkatan konsentrasi ion H+ dalam sel ginjal akan menyebabkan peningkatan sekresi hidrogen, sedangkan sekresi kalium di ginjal akan berkurang sehingga menyebabkan hiperkalemia. Gambaran klinis dari kelainan kalium ini berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos sehingga dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam, gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental.  Proteinuria Proteinuria merupakan penanda untuk mengetahui penyebab dari kerusakan ginjal pada GGK seperti DM, glomerulonefritis dan hipertensi. Proteinuria glomerular berkaitan dengan sejumlah penyakit ginjal yang melibatkan glomerulus. Beberapa mekanisme menyebabkan kenaikan permeabilitas glomerulus dan memicu terjadinya glomerulosklerosis. Sehingga molekul protein berukuran besar seperti albumin dan immunoglobulin akan bebas melewati membran filtrasi. Pada keadaan proteinuria berat akan terjadi pengeluaran 3,5 g protein atau lebih yang disebu dengan sindrom nefrotik.  Uremia Kadar urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Penyebab dari uremia pada GGK adalah akibat gangguan fungsi filtrasi pada ginjal sehingga dapat terjadi akumulasi ureum dalam darah. Urea dalam urin dapat berdifusi ke aliran darah dan menyebabkan toksisitas yang mempengaruhi glomerulus dan mikrovaskularisasi ginjal atau tubulus ginjal. Bila filtrasi glomerulus kurang dari 10% dari normal, maka gejala klinis uremia mulai terlihat. Pasien akan menunjukkan gejala iritasi traktus gastrointestinal, gangguan neurologis, nafas seperti amonia (fetor uremikum), perikarditis uremia dan pneumonitis uremik. Gangguan pada serebral adapat
  • 16. terjadi pada keadaan ureum yang sangat tinggi dan menyebabkan koma uremikum. 4. Manifestasi Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis di karenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction) sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013; judit, 2006) : 1. Ginjal dan gastrointestinal Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan turgorkulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urin output dengan sedimetasi yang tinggi. 2. Kardiovaskuler Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema periordital dan edema perifer. 3. Respiratory system Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan epusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak nafas. 4. Gastrointenstinal Biasanya menunjukan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disebut esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian
  • 17. sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea dan vomiting. 5. Integumen Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain itu, biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit. 6. Neurologis Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukan adanya perubahan metabolik encephalophaty. 7. Endokrin Bisa terjadi impertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat. 8. Hematopoitiec Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae). 9. Muskuloskeletal Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard). 5. Penatalaksanaan Non Farmakologi :  Mengatur asupan pemberian cairan ke dalam tubuh dan identifikasi sumber potensi ketidakseimbangan cairan.  Terapkan programdiet untuk menjamin asupan nutrisi yang memadai dan sesuai dengan batasan regimen terapi.
  • 18.  Dukung perasaan positif dengan mendorong pasien untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri  Berikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga terkait penyakit gagal ginjal kronik, pilih pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.  Beri dukungan emosional. Farmakologi Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian agens pengikat fosfat, suplemen kalsium, obat antihipertensi dan obat jantung, obat anti kejang, dan eritro-protein (Epogen).  Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan obat yang dapat mengikat fosfat dalam saluran cerna (mis., kalsium karbot, kalsim asetat, sevelamer hydro-chloride); semua agens pengikat harus diberikan bersama makanan.  Hipertensi ditangani dengan pengontrolaan volume intravaskular dan obat anti-hipertensi.  Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan cairan,diet rendah natrium, diuresis, agens inotropik (mis., digoksin atau dobutamin), dan dialisis.  Asidosis metabolik diatasi, jika perlu, dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialisis.  Pasoen diobservasi untuk melihat tanda awal kelainan neurologik (mis., kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang)., diazepam intravaskular (valium) atau fenitoin (dilantin) diberikan untuk mengatasi kejang.  Anemia ditangani dengan rekombinan eritropoetin manusia (epogen)., hemoglobin dan hematokrit di pantau secara berkala.  Heparin di berikan sesuai kebutuhan untuk mencegah bekuan darah pada jalur dialisis selama terapi.  Suplemenn besi dapat di resepkan.  Tekanan darah dan kalium serum dipantau secara terus-menerus.
  • 19. 6. Pemeriksaan Penunjang Urine  Volume : < 400 mL /24 jam (oliguria) atau anuria  Warna : urine keruh  Berat jenis < 1,015  Osmolalitas < 350 m osm /kg  Klirens kreatinin : turun  Na++ > 40 mEq/lt  Protein : proteinuria (3-4+) Darah  BUN/kreatinin :  Hitung darah lengkap : Ht , Hb < 7-8 gr%  Eritrosit : waktu hidup  GDA, pH : asidosis metabolik  Na++ serum :  K+ :  Mg+ / fosfat :  Protein (khusus albumin) : o Osmolalitas serum > 25 m osm/kg o KUB foto : ukuran ginjal/ureter/KK dan obstruksi (batas) o Pielogram retrograd : identitas ekstravaskular, massa. o Sistouretrogram berkemih : ukuran KK, refluks kedalam ureter, retensi. o Ultrasono ginjal : sel. Jaringan untuk diagnosis histologist. o Endoskopi ginjal, nefroskopi : batu, hematuria, tumor. o EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. o Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : demineralisasi. (Doengoes, 2000)
  • 20. B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Data demografi 1. Nama : Tn. M 2. Umur : - 3. Agama : - 4. Jenis kelamin : Laki-laki 5. Status : - 6. Pendidikan : - 7. Pekerjaan : - 8. Suku bangsa : - 9. Alamat : - 10. Tanggal masuk : - 11. Tanggal pengkajian : - 12. No. register : - 13. Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik b. Riwayat kesehatan sekarang a) Alasan masuk rumah sakit :Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah. b) Keluhan utama : Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah. c. Status Kesehatan Massa Lalu a) Penyakit yang pernah dialami : - b) Pernah dirawat : - c) Alergi : - d) Panas dan Gatal : - d. Riwayat Penyakit Keluarga :- e. Diagnosa Medis dan Therapi : - d. Keadaan umum : 1) Tingkat Kesadaran : - 2) Tanda-tanda Vital a) TD : 150/110 mmHg (normal: 120/80 mmHg) b) N : 80 x/m (normal: 60-100 x/menit)
  • 21. c) RR : 22x/ m (normal: 16-24 x/menit) d) Suhu : 37oC ( normal : 36,5 – 37,5 oC ) 3) Keadaan fisik a) Kepala : - b) Mata : Konjungtiva Pucat c) Leher : - d) Dada  Paru : -  Jantung : - e) Payudara dan ketiak : - f) Abdomen : - g) Genetalia : - h) Integumen : Kulit menghitam i) Ekstermitas :Bengkak pada ekstremitas bawah j) Neurologis  Status mental dan emosi : -  Pengkajian saraf kranial : -  Pemeriksaan reflex : - e. Pemeriksaan penunjang 1) Data laboratorium yang berhubungan : - Natrium : 147 mmol/L (normal : 135 – 144 mmol/L) - Kalium : 6 mmol/L (normal : 3,6 – 4,8 mmol/L) - Ureum : 53 mg/dl (normal : 10 – 50 mg/dl) - Kreatinin : 2,1 mg/dl (normal : 0,6 – 1,3 mg/dl) 2) Pemeriksaan radiologi : - 3) Hasil konsultasi : - 4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : - 2. Diagnosa Keperawatan  Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139) Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanan dan proteksi
  • 22.  Hipervolemia (D.0022) Kategori : Fisiologis Subkategori : Nutrisi dan Cairan  Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017) Kategori : Fisiologi Subkategori : Sirkulasi
  • 23. 3. Intervensi Dx Keperawatan NOC NIC Rasional Hipervolemia (D.0022) Kategori : Fisiologis Subkategori : Nutrisi dan Cairan Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau Intraselular. Batasan Karakteristik: Ds : - Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah. Do : - Konjungtiva pucat - kulit menghitam - TD : 150/110 mmHg - Natrium : 147 mmol/L - Kalium : 6 mmol/L - Ureum : 53 mg/dl - Kreatinin : 2,1 mg/dl Kondisi klinis terkait : Penyakit ginjal : Gagal ginjal Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam di harapkan Kelebihan Volume Cairan dapat diatasi dengan Kriteria hasil : 1. Keseimbangan cairan : a. Tekanan darah (4) b. Serum elektrolit (4) c. Edema Perifer (4) Ket : 1. (1) = sangat terganggu 2. (2) = banyak terganggu 3. (3) = cukup terganggu 4. (4) = sedikit terganggu 5. (5) = tidak terganggu 2. Keparahan Cairan berlebihan a. Edema kaki (4) b. Peningkatan tekanan darah (4) c. Peningkatan serum natrium (4) Kete: 1. (1) = Berat 2. (2) = Cukup berat 3. (3) = Sedang 4. (4) = Ringan 5. (5) = Tidak ada Manajemen Elektrolit/cairan Observasi 1. Pantau kadar adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk misalnya edema. 2. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan 3. Dapatkan spesimen laboratorium untuk pemantauan perubahan cairan atau elektrolit (misalnya, hematokrit, BUN, protein, natrium dan kadar kalium), yang sesuai Manajemen Elektrolit/cairan Observasi 1. Edema adalah kondisi dimana terjadi peningkatan elektrolit dan cairan dalam tubuh. Makanya diperlukan pemantauan untuk mencegah perburukan dari kondisi klien. 2. Retensi cairan atau penumpukan cairan dalam tubuh pada penderita gagal ginjal kronik dapat menyebabkan edema, sehingga perlunya pemantauan yang lebih. 3. Pada kondisi gagal ginjal kronik akan terjadi peningkatan pada hasil pemeriksaan lab BUN, Natrium dan kadar kalium, sedangkan protein dan hematokrit menurun.
  • 24. kronik 3. Fungsi ginjal a. Peningkatan nitrogen urea darah (4) b. Peningkatan kreatin serum (4) c. Peningkatan protein urin (4) d. Hipertensi (4) e. Anemia (4) f. Edema (4) Ket : 1. (1) = sangat terganggu 2. (2) = banyak terganggu 3. (3) = cukup terganggu 4. (4) = sedikit terganggu 5. (5) = tidak terganggu 4. Status Nutrisi : Asupan Nutrisi a. Asupan zat besi (4) b. Asupan vitamin (4) c. Asupan Protein (4) d. Asupan kalsium (4) e. Asupan Natrium (4) Ket : 1. (1) = sangat terganggu 2. (2) = banyak terganggu 3. (3) = cukup terganggu 4. (4) = sedikit terganggu 5. (5) = tidak terganggu Mandiri 4. Berikan cairan yang sesuai 5. Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan dengan aliran yang konstan dan sesuai 6. Berikan resep diet yang tepat untuk cairan tertentu atau pada ketidakseimbangan elektrolit (misalnya, rendah sodium, dan tidak menambahkan garam) Mandiri 4. Cairan yang diberikan pada pasien GGk harus diseimbangkan antara cairan yang masuk dengan cairan yang keluar, kalau tidak akan menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh. 5. Pemberian cairan intravena harus diseimbangkan dan tidak mengandung natrium yang tinggi karena dapat menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh dan menyebabkan edema 6. Dengan diet rendah garam ini diharapkan jumlah garam yang dikeluarkan tubuh sama dengan jumlah garam yang dikonsumsi. Jika kadar garam di dalam tubuh terlalu tinggi Dapat menyebabkan keseimbangan cairan tubuh terganggu. Akibatnya, terjadi retensi garam dan air dalam jaringan tubuh (endema) dan
  • 25. Healt Education 7. Intruksikan pasien dan keluarga mengenai alasan untuk pembatasan cairan, tindakan hidrasi, atau administrasi elektrolit tambahan, seperti yang ditunjukan Manajemen cairan Observasi 1. Monitor status hidrasi (misalnya tekanan darah ortostatik) 2. Monitor tanda-tanda vital pasien 3. Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi (misalnya edema) meningkatkan tekanan darah (hipertensi). Healt Education 7. Agar keluarga pasien mengetahui guna dari pembatasan pemberian cairan, tindakan hidrasi atau administrasi elektrolit tambahan tersebut untuk pasien. Manajemen cairan Observasi 1. Kelebihan cairan dapat meningkatkan tekanan pembuluh darah, sehingga perlu di monitor 2. Pasien gagal ginjal kronik sering mengalami ketidakstabilan tanda tanda vital, seperti pada tekanan darah klien bisa mengalami hipertensi dan juga bisa sampai mengalami hipotensi. 3. Memudahkan perawat dalam memberikan intervensi yang
  • 26. 4. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian. 5. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan Mandiri 6. Berikan cairan dengan tepat 7. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output (pasien) tepat terutama dalam penanganan mengatasi adanya edema 4. Mengetahui apakah asupan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutahan tubuh klien serta mengetahui pengaruh makanan terhadap status kesehatan klien 5. Mengetahui perubahan pada tubuh kalien setelah pemberian terapi elektrolit salah satunya jika tubuh pasien mengalami perubahan seperti alergi Mandiri 6. Agar kebutuhan cairan pasien terpenuhi dengan baik dan tidak menyebabkan penumpukan cairan berlebihan dalam tubuh 7. Dengan menjaga intake dan asupan yang akurat maka kebutuhan cairan klien tetap teratasi dan dengan mencatat output (pasien).
  • 27. Kolaborasi 8. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk. Monitor cairan Observasi 1. Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernapasan 2. Monitor asupan dan pengeluaran 3. Monitor kadar serum dan elektrolit urine 4. Monitor kadar serum albumin dan protein total 5. Cek grafik asupan dan Kolaborasi 8. Untuk menentukan tindak lanjut yang diperlukan oleh pasien Monitor cairan Observasi 1. Untuk memantau denyut nadi dan tekanan darah pasien agar pasien tidak mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. 2. Untuk mengetahui jumlah dari asupan yang di berikan dan jumlah pengeluaran pada pasien 3. Karena kadar serum dan elektrolit urine dapat membantu dalam mengindikasi seberapa parah penyakit klien. 4. Agar perawat dapat mengetahui kadar elektrolit yang di keluarkan dalam urine dan protein total 5. Untuk mengetahui berapa banyak
  • 28. pengeluaran secara berkala untuk memastikan pemberian layanan yang baik Mandiri 6. Tentukan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan cairan (misalnya, patologi ginjal) 7. Batasi dan alokasikan asupan cairan 8. Berikan cairan dengan tepat Manajemen Hipervolemia Observasi 1. Monitor status hemodinamik, meliputi tekanan darah asupan yang akan diberikan kepada pasien yang sesuia dengan kebutuhan pasien Mandiri 6. Pada klien dengan gagal ginjal kronik terjadi ketikseimbangan cairan akibat retensi natrium yang tidak bisa dikeluarkan dari dalam tubuh akibat gangguan ginjal 7. Dengan pembatasan cairan kita dapat mengukur input dan output pada penderita penyakit gagal ginjal 8. Karena ketepatan cairan yang di berikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk penderita gagal ginjal Manajemen Hipervolemia Observasi 1. Karena apabila ada peningkatan TD, berarti ada penumpukan
  • 29. 2. Monitor data laboratorium yang menandakan adanya hemokonsentrasi (misalnya Natrium ) Mandiri 3. Berikan obat yang diresepkan untuk mengurangi preload (misalnya furosemide dan Spironolactone cairan dan ada ketidak abnormalitas dalam tubuh klien. 2. Dengan memonitoring data laboratorium dapat mengetahui kadar natrium pada klien sehingga kita dapat membatasi asupan natrium untuk menghindari peningkatan tekanan darah Mandiri 3. Furosemide adalah obat golongan diuretik yang digunakan untuk membuang cairan atau garam berlebih di dalam tubuh melalui urine dan meredakan pembengkakan yang disebabkan penyakit ginjal atau kondisi terkait. Obat ini juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Sedangkan Spironolactone adalah obat dengan fungsi untuk mengobati tekanan darah tinggi.
  • 30. 4. Tingkatkan citra diri dan harga diri yang positif jika pasien mengekspresikan kepedulian akibat retensi cairan yang berlebih. Health Education 5. Intruksikan pasien dan keluarga penggunaan catatan asupan dan output sesuai kebutuhan Monitor Tanda-tanda Vital Observasi 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat Menurunkan tekanan darah tinggi dapat mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah pada ginjal. 4. Pada klien gagal ginjal yang mengalami udem misalnya pada ekstremitas bawah, biasanya dapat mengalami gangguan citra diri. Untuk mengatasi citra diri pada klien perawat dapat memberikan terapi atau intervensi lainnya agar dapat mengurangi udem pada klien, dan sehingga citra diri klien dapat meningkat. Health Education 5. Untuk menghindari mengurangi adanya penumpukan Monitor Tanda-tanda Vital Observasi 1. Untuk memantau denyut nadi dan tekanan darah pasien agar pasien tidak mengalami
  • 31. 2. Catat daya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah Mandiri 3. Auskultasi tekanan darah dikedua lengan dan bandingkan Manajemen Elekrolit Observasi 1. Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal 2. Monitor dengan ketat terkait dengan adanya level serum potassium pada pasien yang mengkonsusmsi obat-obat digitalis dan diuretik Mandiri 3. Berikan diet sesuai dengan kondisi ketidakseimbangan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. 2. Agar dapat memantau daya dan ketidaktetapan pada tekanan darah Mandiri 3. Melihat apakah ada perbedaan antara melakukan auskultasi pada kedua tangan tesebut Manajemen Elekrolit Observasi 1. Untuk mengetahui adanya kelainan mengenai metabolism cairan dan elektrolit 2. Untuk mengetahui keseimbangan elektrolit dan asam basah di dalam tubuh Mandiri 3. Untuk menstabilkan kembali keseimbangan cairan daan
  • 32. elektrolit klien (misalnya, kaya potassium, rendah sodium dan makanan rendah karbohidrat 4. Berikan elektrolit terikat/ electrolyte binding atau elektrolit terikat zat (misalnya sodium polystyrene sulfonate [kayexalate]) sesuai resep dan keperluan Kolaborasi 5. Konsultasikan pada dokter terkait pemberian elektrolit dengan sedikit obat-obatan (misalnya spiranoklaton) elektrolit di dalam tubuh klien 4. Pemberian elektrolit dapat membantu mengikat zat-zat yang telah melebihi batas normal. Sodium polystyrene sulfonate adalah obat yang digunakan untuk mengobati heperkalemia, gangguan kadar kalium yang tinggi dalam darah. Sodium polystyrene sulfonate dapat mempengaruhi pertukaran kalium dan natrium dalam tubuh. Kolaborasi 5. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan intervensi. Spiranoklaton merupakam obat yang digunakan untuk mengobati pasien tertentu, misalnya paien dengan edema (retensi cairan) yang disebkan oleh berbagai kondisi termasuk penyakit ginjal
  • 33. 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan / atau elektrolit menetap atau memburuk Manajemen Elektrolit: Hiperkalemia Observasi 1. Monitor fungsi ginjal (misalnya kadar urea dan tingkat kreatinin) 2. Monitor penyebab terjadinya peningkatan tingkat kalium serum (misalnya, gagal ginjal, asupan yang berlebihan) yang sesuai. 3. Monitor intake/asupan kalium yang tidak disengaja (misalnya, 6. Menjadi acuan untuk tindakan medis selanjtnya serta mencegah keterlambatan tindakan untuk mencegah kondisi klien bertambah buruk. Manajemen Elektrolit: Hiperkalemia Observasi 1. Pada pasien yang mengalami kerusakan ginjal terlebih pasien gagal ginjal kronik akan mengalami peningkatan kadar ureum dan kreatinin seiring dengan penurunan fungsi ginjal 2. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan kadar kalium dalam darah akibat penurunan fungsi ginjal sehingga kalium tidak dapat keluar melalui urin. 3. Untuk menghindari agar tidak terjadi peningkatan kalium
  • 34. penisilin G kalium atau makanan yang diberikan) 4. Monitor hiperkalemia terkait dengan reaksi darah dengan tepat Mandiri 5. Pertahankan pembatasan kalium 6. Berikan diuretik yang [telah] ditentukan dengan tepat misalnya Tablet Hydrochlorothiazide (HCT) didalam darah. 4. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kalium di dalam darah yang terjadi akibat reaksi darah itu sendiri. Mandiri 5. Kalium memiliki fungsi untuk meningkatkan kerja otot, syaraf, serta jantung. Maka apabila terjadi peningkatan kalium akan memperparah kerja otot terutama otot jantung, dan lama kelamaan bsa menyebabkan henti jantung. 6. Hydrochlorothiazide (HCT) adalah salah satu jenis diuretik yang akan meningkatkan pembentukan urin oleh ginjal yang akan membantu mengurangi kadar cairan dalam tubuh. Obat ini juga dapat menangani hipertensi akibat penumpukan cairan dalam tubuh.
  • 35. 7. Dukung kepatuhan pasien terhadap diet (misalnya, menghindari makanan kalium, memenuhi kebutuhan makanan dengan pengganti garam dan makanan rendah kalium) Healt Education 8. Arahkan pasien dan/atau keluarga pada langkah-langkah sesuia protokol untuk mengobati hiperkalemia Manajemen Elektrolit: Hipernatremia Observasi 1. Monitor kadar natrium dengan ketat pada pasien yang mengalami peningkatan kadar natrium. 2. Monitor adanya ketidakseimbangan elektrolit yang berkaitan degan hipernatremia jika diperlukan 7. Hal ini dapat mencegah terlalu tingginya kadar kalium dalam tubuh dan mengurangi penumpukan natrium dalam tubuh. Healt Education 8. Agar klien dan keluarga dapat melakukan tindakan mandiri tanpa dibantu oleh perawat dalam mengobati hiperkalemia. Manajemen Elektrolit: Hipernatremia Observasi 1. Untuk mengetahui jumlah natrium yang ada dalam tubuh apakah terjadi peningkatan natrium. 2. Untuk mengidentifikasi ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan hipertremia
  • 36. 3. Monitor efek samping yang timbul akibat dari koreksi hipernatrremia yang dilakukan dengan cepat Mandiri 4. Hindari pemberian atau masukan obat-obatan yang mengandung natrium yang tinggi (misalnya, sodium bicarbonat, larutan hipotonik) 5. Pertahankan pembatasan natrium, termasuk memonitor obat-obatan yang mengandung natrium tinggi Health Education 6. Ajarkan pada pasien cara penggunaan pengganti garam dengan tepat 7. Ajarkan pada pasien dan keluarga mengenai makanan dan obat- 3. Untuk melihat efek samping yang ditimbulkan oleh hipertremia untuk dilakukan intervensi selanjutnya Mandiri 4. Kadar natrium dalam tubuh yang meningkat, dapat menyebabkan retensi cairan pada tubuh. Hal ini juga dapat meningkatkan tekanan yang diberikan oleh aliran darah terhadap dinding pembuluh darah sehingga terjadi hipertensi 5. Mencegah kadar natrium pada klien tetap dalam batasan normal Health Education 6. Untuk meminimalisir keluhan yang diakibatkan oleh makanan bergaram yang memperparah penyakit 7. Kadar natrium yang tinggi dapat memperparah penyakit yang
  • 37. obatan yang mengandung kadar natrium yang tinggi (misalnya, makanan kaleng, dan antasida) 8. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai cara-cara untuk menangani hipernatremia. Terapi Hemodialisa Observasi 1. Monitor tekanan darah, denyut nadi, penapasan, suhu dan respon pasien selama dialisis 2. Catat tanda-tanda vital: berat badan, suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah dialami pasien dan untuk meminimalisir bertambah parahnya penyakit 8. Untuk memberitahukan dan memberikan informasi pada keluarga dank lien tentang cara penanganan hipertermia secara mandiri dirumah tanpa bantuan dari perawat Terapi Hemodialisa Observasi 1. Pada saat dilakukan hemodialisa pasien dapat mengalami hipotensi akibat perpindahan darah dari pembuluh darah kemesin dializer, makanya diperlukan pemantauan TTV klien. 2. Biasanya pasien setelah melakukan hemodialisa akan mengalami penurunan berat badan akibat cairan yang menumpuk dalam darah sudah menurun. Perlunya catatan tentang TTV
  • 38. Mandiri 3. Jelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya 4. Periksa peralatan dan cairan, sesuai peraturan 5. Lakukan teknik steril untuk memulai hemodialisis, insersi jarum dan pemasangan kateter 6. Lakukan hemodialisis, sesuai peraturan 7. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk membersihkan sejumlah cairan dengan tepat juga untuk memantau kondisi klien, apabila pasien mengalami demam atau tekanan darah rendah perlu diberikan penanganan yang lebih. Mandiri 3. Agar klien tidak merasa takut dan enggan untuk melakukan hemodialisa. 4. Agar prosedur dan tindakan berjalan lancar tanpa adaya gangguan serta mencegah komplikasi akibat kerusakan alat. 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi. 6. Agar tidak terjadi komplikasi yang diakibatkan kesalahan prosedur. 7. Tekanan filtrasi yang tepat dapat mengoptimalkan penyaringan zat yang dibutuhkan tubuh serta
  • 39. Health Education 8. Ajarkan pasien untuk memantau sendiri tanda dan gejala yang mengindikasikan perlunya perawatan medis (misalnya, demam) Kolaborasi 9. Berkolaborasi dengan pasien untuk meringankan ketidaknyamanan akibat efek samping penyakit dan pengobatan (misalnya anemia) 10. Berkolaborasi dengan pasien untuk menyesuaikan kebutuhan akan lama dialisis, pengaturan diet, rasa sakit dan pengalihan membuang zat yang sisa dengan kadar yang tepat maupun membuang seluruh racun. Health Education 8. Agar klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang abnormal sehingga dapat klien melaporkanya secara cepat . Kolaborasi 9. Klien mampu menyesuikan diri serta mampu mengatasi efek pengobatan. Apabila kekurangan darah pasien dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sumplemen penambah darah atau mengkonsumsi makanan seperti sayur bayam, kacang merah. 10. Agar klien mampu mentolerir serta menyesuaikan diri dgn kondisi penyakitnya saat ini sehingga dapat mengoptimalkan
  • 40. untuk mencapai manfaat yang optimal dari pengobatan. Manajemen Nutrisi Observasi 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien 2. Monitor kalori asupan makanan 3. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan Mandiri 4. Tentukan status gizi dan proses pengobatan. Manajemen Nutrisi Observasi 1. Untuk menghindari efek alergi yang akan timbul jika kita salah memberikan makanan. 2. Klien dengan gagal ginjal kronik terlebih sudah melakukan HD dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Klien. 3. Untuk memantau asupan gizi seimbang yang dikonsumsi klien untuk mencegah indikasi penyakit. Mandiri 4. Pasien dengan gagal ginjal kronik harus membatasi
  • 41. kemampuan [pasien] untuk memenuhi kebutuhan gizi 5. Tentukan yang menjadi preferensi makanan bagi pasien, terutama yang mengalami anemia 6. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi (misalnya buah dan sayuran) 7. Atur diet yang diperlukn (yaitu: asupan nutrisi, asupan kalium, asupan protein dan meningkatkan asupan zat besi. 5. Pasien gagal ginjal bisa mengalami anemia akibat hormon EPO yang di hasilkan ginjal tidak lagi optimal, akibatnya pembentukan SDM tidak optimal, sehingga pasien mengalami anemia. Maka dari itu pasien harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti kacang merah, dahing sayu bayam namun dalam rentang yang normal. 6. Menentukan menu diet yang sesuai dengan kondisi klien dapat mempercepat proses penyembuhan. 7. Pasien harus mengurangi
  • 42. menambah atau mengurangi vitamin, mineral atau suplemen serta menyarankan menggunakan bumbu atau rempah sebagai alternatif garam) 8. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (yaitu: untuk pasien dengan penyakit ginjal, pembatasan natrium, kalium, protein dan ciran) konsumsi garam, mengurangi konsumsi kalium, konsumsi air, konsumsi protein agar tidak menumpuk dalam tubuh akibat tidak dapat difiltrasi oleh ginjal 8. Mengatur diet yang tepat sesuai dengan kondisi penyakit saat ini dapat membantu proses pengobatan maupun mencegah memburuk nya kondisi klien terutama anemia serta hipertensi yang diderita klien penumpukan natrium dalam tubuh akibat tidak bisa di eksresikan. Resiko Perfusi Serebral Tidak Eefektif (D.0017) Kategori : Fisiologis Sub Kategori : Sirkulasi Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak. Batasan Karakteristik NOC  Circulation status  Tissue prefusion : serebral Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan …. X 24 jam, Kerusakan integritas kulit dapat diatasi dengan Kritria Hasil :  Mendemonstrasikan status NIC Perpheral sensation management (manajement sensasi periper) Observasi  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul  Monitor adanya paratese  Agar klien dapat membedakan rangsangan  Agar klien dapat mengetahui
  • 43. Ds : - Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah. Do : - Konjungtiva pucat - kulit menghitam - TD : 150/110 mmHg - Natrium : 147 mmol/L - Kalium : 6 mmol/L - Ureum : 53 mg/dl - Kreatinin : 2,1 mg/dl Kondisi klinis terkait : Penyakit ginjal : Gagal ginjal kronik sirkulasi yang ditandai dengan :  Tekanan sistol dan diastol dalam rentang yang di harapkan  Tidak ada ortostatikhipertensi  Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Mendemonstrasikan kemampuan kongnitif yang ditandai dengan :  Beri komunikasi dengan jelas dan sesuai kemampuan  Menunjukkan perhatian konsentrasi dan orientasi  Memproses informasi  Membuat keputusan dengan benar  Menunjukkan fungsi sensori  Monitor kemampuan BAB  Monitor adanya tromboplebitis Health Educatio  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lisi atau laserasi Kolaborasi  Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi  Kolaborasi pemberian analgetik adanya paratese  Untuk mengetahui kemampuan BAB klien  Untuk mengetahui adanyan tromboplebitis  Agar keluarga dapat mengetahui adanya cedera pada kulit klien  Untuk mengetahui adanya perubahan sensasi klien  Untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan klien
  • 44. Resiko Kerusakan Integritas Kulit (000047) Domain 11 : Keamanan/Perlindungan Kelas 2 : Cidera Fisik Definisi : Rentan mengalami kerusakan epidermis dan / dermis, yang dapat mengganggu kesehatan Batasan Karakteristik Ds : - Do : - Pemeriksaan fisik kulit menghitam - Ureum 53 mg/dl - Kreatin 2,1 mg/dl motori kranial yang utuh : tingkat kesadaran yang baik tidak ada gerakan-gerakan involunter Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam di harapkan Kelebihan Volume Cairan dapat diatasi dengan Kriteria hasil : 1. Integritas jaringan : Kulit dan membrane mukosa : a. Integritas Kulit (4) b. Pigmentasi abnormal (4) Ket : 1. (1)= sangat terganggu 2. (2)=banyakterganggu 3. (3) = cukup terganggu 4. (4)= sedikit terganggu 5. (5) = tidak terganggu Menajemen obat Health Education Pantau kepatuhan mengenai regimen obat kolaborasi Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep dan/atau protocol Pengecekan Kulit Observasi 1. amati warna kehangatan bengkak pulsasi tekstur edema da ulserasi pada ekstremitas 2. monitor warna dan suhu kulit Agar klien dapat mengetahui penggunnaan obat Agar pemberian obat yang diberikan pada klien sesuai resep dokter Mengetahui warna dan pembekakan pada kulit Agar dapat memgetahu tingkat