Pasien mengeluhkan bengkak pada ekstremitas bawah dengan konjungtiva pucat dan kulit menghitam. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi beserta peningkatan kreatinin dan penurunan fungsi ginjal, mengindikasikan diagnosis gagal ginjal kronik.
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Kasus 1 bengkak
1. 1. Klasifikasi Istilah-istilah penting
1) Bengkak adalah kondisi dimana terjadi penumpukan cairan pada
tubuh.(Hinchliff, 2013)
2) Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera.
Konjungtiva bertanggung jawab menjaga kelembaban mata.(Hinchliff,
2013)
3) Kulit adalah organ yang memiliki fungsi menutupi dan melindungi
organ organ dibawahnya, mensekresi zat buangan, dan menjadi sensor
peraba(Hinchliff, 2013)
4) Tekanan Darah (TD) adalah gaya (atau dorongan) darah ke arteri saat
dipompa keluar jantung keseluruh tubuh (Palmer,2007).Tekanan darah
dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.Tekanan
darah meliputi tekanan darah systole dan diastole.Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel kiri jantung berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik.Tekanan diastolic adalah tekanan terenda yang terjadi pada
saat jantung beristirahat atau berelaksasi.Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic.
Dengan nilai normalnya :
Bayi : 70-90/50 mmHg
Anak – anak : 80-100/60 mmHg
Dewasa Muda : 110-125/60-70 mmHg
Dewasa Tua : 130-150/80-90 mmHg
SKENARIO 1
Tn. M dirawat diruang interna dengan keluhan bengkak pada ekstremitas
bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan kulit
menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, Pernapasan 22 kali/Menit, Nadi 80
kali/menit, suhu 37 C. Hasil pemeriksaan laboratorium Natrium = 147
mmol/L, Kalium = 6 mmol/L, Ureum = 53 mg/dl, kreatinin = 2,1 mg/dl.
2. 5) Nadi adalah denyut yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
yang berdasarkan systole dan diastole dari jantung.
Dengan nilai normalnya :
BBL : 140X/ menit
<1bulan : 110x/menit
1-6 bulan : 130x/menit
6-12 bulan :115x/menit
1-2 tahun : 110x/menit
2-6 tahun : 105x/menit
6-10 tahun : 95x/menit
10-14 tahun :85x/menit
14-18 tahun : 82x/menit
>18 tahun : 60-100x/menit
Usia lanjut : 60-70x/menit
6) Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.Suhu
tubuh merupakan panas yang dihasilkan oleh tubuh dan diatur oleh
suatu pusat didalam hipotalamus dari otak.Pusat ini bereaksi terhadap
darah yang melaluinya.
Penghasil suhu tubuh :
Laju metabolisme basal disemua sel tubuh
Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormone tiroksin dan
sebagian kecil otot lain misalnya hormone pertumbuhan
Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktifitas kimiawi
didalam itu sel sendiri terutama bila temperature menurun.
Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada
37oC.Tempat pengukuran suhu tubuh : suhu inti yaitu suhu jaringan
dalam relative konstan seperti rectum,membrane
timpani,esofagus,arteri pulmonal,kandung kemih dan suhu permukaan
seperti kulit,aksila,oral.
https://www.scribd.com/doc/313976564
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/
7) Heart Rate atau laju jantung merupakan jumlah denyut dari suara
jantung selama 1 menit.Normalnya denyut jantung orang dewasa
berkisar antara 60-100x/menit,bila >100 disebut denyut jantung lambat
atau bradikardi
www.ina-ecg.com (Heart Rate , INA – ECG)
8) Natrium
Natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam cairan
ekstra seluler. Berperan dalam memelihara tekanan osmotik,
keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls
saraf. Konsentrasi serum natrium diatur oleh ginjal, sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem endokrin.
Nilai normal : 135 - 144 mEq/L SI : 135 - 144 mmol/L
Nilai kritis untuk Natrium
< 120 mEq/L lemah, dehidrasi
90 - 105 mEq/L gejala neurologis parah, penyebab vascular
> 155 mEq/L gelajal kardiovaskular dan ginjal
> 160 mEq/L gagal jantung
9) Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan
intraseluler, (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama.
Lebih kurang 80%-90% kalium di keluarkan dalam urin melalui ginjal.
Aktivitas mineralokortikoid dari aderenokortikoid juga mengatur
konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total
konsentrasi kalium di dalam tubuh berada di ekstraseluler dan 50
mmoL berada dalam cairan intraseluler, karena konsentrasi kalium
dalam di dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai untuk
mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi
langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi oto,
keseimbangan asam basa dan kontraksi otot jantung.
Nilai normal : 0-17th = 3.6 - 5.2 mEq/L SI unit : 3.6 - 5.2 mmol/L
4. > 18 the = 3.6 - 4.8 mEq/L. SI unit : 3.6 - 4.8 mmol/L
10) Ureum
Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam
cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan
diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap
ekskresi ureum kira-kira 25 mgper hari ( Widmann Frances K, 1995 ),
ureum merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang
penting pada manusia, yang disintesa dari amonia, karbon dioksida dan
nitrogen amida aspatat ( Victor W Rodwell, 1999 ).
11) Kreatinin
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Keratinin
dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin
fosfat. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal dan konsentrasinya dalam
darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya
akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal.
Serum kreatinin berasal dari masa oto, tidak dipengaruhi oleh diet,
atau aktivitas dan diekskresikan seluruh melalui glomelurus. Tes
kreatinin berguna untuk mendiagnosis fungsi ginjal karena nilainya
mendekati glomelurus filtration rate (GFR).
Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan
fasoforkreastinin yang di ekskresikan melalui ginjal. Produksi
kreatinin konstan selama masa otot konstan. Penurunan fungsi ginjal
akan menurunkan ekskresi kreatinin.
Nilai normal : 0.6 - 1.3 mg/dL SI : 62 - 115 umol/L
a. Kreatinin Urin (Clcr) --> Creatinine Clearance
Kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatinin otot dan
merupakan produk sisa kreatinin. Kreatinin di filtrasi oleh
glomelurus ginjal dan tidak di reabsorbsi oleh tubulus pada kondisi
normal. Kreatinin serum dan klierens memberikan gambaran
filtrasi glomelurus.
Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klierens
5. Derajat
Kegagalan Ginjal
Klirebs Kreatinin
(mL/menit)
Serum Kreatinin
(mg/dL)
Normal > 80 1.4
Ringan 57 - 79 1.5 - 1.9
Moderat 10 - 49 2.0 - 6.4
Berat < 10 > 6.4
Anuria 0 > 12
b. Klirebs kreatinin (Clcr)
Klirebs kreatinin adalah pengukuran kecepatan tubuh (oleh ginjal)
membersikan kreatinin, terutama pengukuran kecepatan filtrasi
glomelurus.
Umur Pria (mal/menit) Wanita (mL/menit)
0-6 Bulan 40 - 60 40 – 60
7-12 Bulan 50 - 75 50 – 75
13 bulan - 4 Tahun 60 - 100 60 – 100
5 - 8 Tahun 65 - 110 65 – 110
9 - 12 Tahun 70 - 120 70 – 120
13 tahun keatas 80 - 130 75 - 120
2. Kata Kunci
Mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah
Kunjungtiva pucat
Kulit menghitam
TD : 150/110 mmHg
6. Natrium : 147mmol/L
Kalium : 6 mmol/L
Ureum : 53 mg/dl
Kreatinin : 2,1 mg/dl
3. Mind Mapping
4. Pertanyaan-pertanyaan penting
1) Mengapa pada Tn. M ada keluhan bengkak pada eksremitas bawah?
2) Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat dan
kulit menghitam?
3) Apa kaitannya peningkatan tekanan darah klien dengan penyakit klien
?
5. Jawaban pertanyaan
1) Karena penurunan kemampuan ginjal dalam tugasnya yaitu membuang
garam atau natrium melalui urin bisa menyebabkan kaki bengkak.
Bengkaknya kaki terjadi karena natrium menahan cairan di dalam
pembuluh darah, dan juga kerusakan pembuluh darah kecil yang
terjadi pada ginjal bisa disebabkan sidrom nefrotik, yang mana kadar
albumin darah turun sehingga kaki membengkak
https://husnaherbal.com
2) Klien mengalami konjungtiva pucat disebabkan penurunan perfusi O2
jaringan serebral yang diakibatkan oleh penurunan sekresi hormon
eritropoitis oleh ginjal yang mendukung sumsung tulang belakang
memproduksi sel eritrosit. Penurunan produksi sel eritrosit
mengakibatkan hb dalam darah menurun sehingga oksihemoglobin
dalam darah juga menurun sehingga perfusi O2 jaringan serebral
menurun menyebabkan konjungtiva pucat, sedangkan alasan klien
mengalami kulit menghitam karena klien mengalami sindrom uremia
atau ketidakmampuan tubuh mengeluarkan ureum, ginjal yang tidak
dapat mengsekresikan ureum maka ureum akan bercampur dengan
darah. Kemampuan ginjal dalam memfiltrasi menurun menyebabkan
penimbunan ureum, urokrom (zat pewarna urin), dan zat toksik
7. tertimbun di bawah kulit sehingga pasien GGK mengalami kehitaman
pada kulit.
Nanda 2015 jilid 2
www.hallosehat.com
3) Ginjal merupakan organ yang memproduksi hormon renin yang
berfungsi menyeimbangkan tekanan darah serta mengontrol
metabolisme kalsium. Pada kondisi gagal ginjal kronik, adanya
kerusakan pada ginjal terutama pada bagian korteks akan merangsang
produksi hormon renin yang akan menstimulasi peningkatan tekanan
darah sehingga terjadi hipertensi yang menetap. Selain itu
Peningkatan tekanan darah pada penyakit gagal ginjal kronik
disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Hal ini
mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat hingga
menyebabkan hipertensi. (Callaghan, 2009)
6. Tujuan pembelajaran selanjutnya
1) Bagaimana asupan gizi pada pasien GGK ?
2) Apa terapi yang harus dilakukan pada pasien GGK?
3) Apakah ada pengobatan khusus untuk pasien GGK ?
7. Informasi tambahan
Pada pasien gagal jantung kronis harus dibatasi mengkonsumsi makanan
yang tinggi protein serta membatasi cairan yang masuk dan menjaga kadar
elektrolit dalam tubuh seperti garam,kalium dan fosfor.
8. Klarifikasi informasi
Mengapa alasan pasien gagal ginjal kronik harus membatasi
mengomsumsi makanan yang tinggi protein serta membatasi cairan yang
masuk dan menjaga kadar elektrolit dalam tubuh, seperti, garam, kalium,
fosfor.
Tujuan dari diet bagi penderita, gagal ginjal kronis adalah ini adalah untuk
menjaga kadar elektrolit, mineral dan cairan dalam tubuh anda tetap
seimbanag atau terkontrol karena pasien yang mengalami dialisis perlu
diet khusus ini untuk membatasi penumpukan produk limbah dalam tubuh.
8. Membatasi cairan antara perawatan dialysis sangat penting karena
kebanyakan orang yang mengalami pengobatan cuci darah buang air, kecil
cairan akan menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan terlalu
banyak aliran jantung, paru-paru dan pergelangan kaki.
9. Analisa dan sintesis informasi
Berdasarkan scenario kasus, kami mengangkat diagnose penyakit yaitu
gagal ginjal kronik.Karena berdasarkan manifestasi atau tanda dan gejala
yang dirasakan pasien merujuk pada diagnose tersebut, seperti bengkak
pada ekstremitas bawah, pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
pucat dan kulit menghitam. Tanda vital : 150/110 mmHg, pernapasan 22
kali/menit, nadi 80 kali/ menit, suhu 37C. Hasil pemeriksaan labolatorium
natrium =147 mmOl/L, kalium=6 mmOl/L, Ureum =53 mg/dl,
kreatinin=2,1 mg/dl
10. Laporan diskusi
Asuhan Keperawatan
Gagal Ginjal Kronik / Renal Failure,Chronic
A. Konsep Medik
1. Definisi
Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebgai Cronic Kidney
Diasese (CDK). Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut
adalah kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc
Clellan (2006) dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi
penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥ 3bulan) dengan:
Kerusakan ginjal,
Kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤
60 ml/menit /1.72 m2
Berdasarkan analisa diatas, jelas bahwa gagal ginjal kronis merupakan
gagal ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan
gangguan yang persisten dan dammpak yang bersifat kontinyu. Sedangkan
9. National Kidney Fondation (NKF) mendiefinnisikan dampak dari dari
kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria/over
proteinuria, abnormalitas sedimmentasi, dan abnormalitas gambaran
ginjal. Klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis unntuk mengetahui
tingkat prognosanya.
stage Deskripsi GFR
(ml/menit/1.73 m2)
1. Kidnet damage with normal or Increase
of GDR
≥ 90
2. Kidney damage with mid decrease of
GFR
60-89
3. Moderate decrease of GFR 30-59
4. Severe decrease of GFR 15-29
5. Kidney failure < 15 (or dialysis)
Laju penurunan fungsi ginjal dan proses gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit yang mendasari, pengeluaran protein melalui urine, dan
adanya hipertensi. Penyakit ini cenderung berkembang dengan lebih cepat
pada pasien yang mengekskresikan protein dalam jumlah besar atau pada
pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan
pasien yang tidak mengalami kondisi tersebut (Brunner & Suddarth.,2010)
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu,
ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal penyakit kronis, yaitu
(Robinson, 2013) :
1. Penyakit glomerular (glomerulonefritis)
2. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis)
3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
4. Penyakit vaskular (renal nephrosclerosis)
5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis)
6. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
7. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
10. Klasifikasi menurut Brunner & Suddarth,.2017 :
a. Gangguan pembuluh darah ginjal : Berbagai jenis lesi vaskular
dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal.
Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis
yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh
darah. Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar
yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis
yaitu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak
diobati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas
sistem, perubahan darah ginjal meningkatkan penurunan aliran
darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis & SLE
c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama
E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius
bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversibel ginjal yang disebut plenlonefritis
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan metabolik
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan
di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi
nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat
proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik
atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista/kantong berisi
cairan di dalam ginjal dan organ lainnya, serta tidak adanya jar.
11. Ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia renalis) serta adanya
asidosis.
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasari, tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses
yang terjadi kurang lebih sama. Pada gagal ginjal kronik terjadi
pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti
oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses
ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif.
Perubahan fungsi neuron yang tersisa setelah kerusakan ginjal
menyebabkan pembentukan jaringan ikat, sedangkan nefron yang masih
utuh akan mengalami peningkatan beban eksresi sehingga terjadi lingkaran
setan hiperfiltrasi dan peningkatan aliran darah glomerulus. Demikian
seterusnya, keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir
dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau End Stage Renal Disease
(ESRD). Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron
intrarenal, hipertensi sistemik, nefrotoksin dan hipoperfusi ginjal,
proteinuria, hiperlipidemia ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Dengan adanya
penurunan LFG maka akan terjadi :
Anemia
Gangguan pembentukan eritropoietin di ginjal menyebabkan
penurunan produksi eritropoietin sehingga tidak terjadi proses
pembentukan eritrosit menimbulkan anemia ditandai dengan
penurunan jumlah eritrosit, penurunan kadar Hb dan diikuti dengan
penurunan kadar hematokrit darah. Selain itu GGK dapat
menyebabkan gangguan mukosa lambung (gastripati uremikum)
yang sering menyebabkan perdarahan saluran cerna. Adanya toksik
uremik pada GGK akan mempengaruhi masa paruh dari sel darah
12. merah menjadi pendek, pada keadaan normal 120 hari menjadi 70 –
80 hari dan toksik uremik ini dapat mempunya efek inhibisi
eritropoiesis
Sesak nafas
Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga
menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik
ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang
terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah
angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting
enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II merangsang pelepasan aldosteron dan ADH ssehingga
menyebabkan retensi NaCl dan air volume ekstrasel meningkat
(hipervolemia) volume cairan berlebihan ventrikel kiri gagal
memompa darah ke perifer LVH peningkatan tekanan
atrium kiri peningkatan tekanan vena pulmonalis
peningkatan tekanan di kapiler paru edema paru sesak nafas
Asidosis
Pada gagal ginjal kronik, asidosis metabolik dapat terjadi akibat
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan ion H+
disertai dengan penurunan kadar bikarbonat (HCO3) dan pH
plasma. Patogenesis asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik
meliputi penurunan eksresi amonia karena kehilangan sejumlah
nefron, penurunan eksresi fosfat, kehilangan sejumlah bikarbonat
melalui urin. Derajat asidosis ditentukan oleh penurunan pH darah.
Apabila penurunan pH darah kurang dari 7,35 dapat dikatakan
asidosis metabolik. Asidosis metabolik dpaat menyebabkan gejala
saluran cerna seperti mual, muntah, anoreksia dan lelah. Salah satu
gejala khas akibat asidosis metabolik adalah pernapasan kussmaul
yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan eksresi karbon
dioksida untuk mengurangi keparahan asidosis.
13. Hipertensi
Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga
menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik
ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang
terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah
angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting
enzyme, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II memiliki efek vasokonstriksi kuat sehingga meningkatkan
tekanan darah.
Hiperlipidemia
Penurunan GFR menyebabkan penurunan pemecahan asam lemak
bebas oleh ginjal sehingga menyebabkan hiperlipidemia.
Hiperurikemia
Terjadi gangguan eksresi ginjal sehingga asam urat terakumulasi di
dalam darah (hiperurikemia). Kadar asam urat yang tinggi akan
menyebabkan pengendapan kristal urat dalam sendi, sehingga sendi
akan terlihat membengkak, meradang dan nyeri
Hiponatremia
Peningkatan eksresi natrium dapat disebabkan oleh pengeluaran
hormon peptida natriuretik yang dapat menghambat reabsorpsi
natrium pada tubulus ginjal. Bila fungsi ginjal terus memburuk
disertai dengan penurunan jumlah nefron, natriuresis akan
meningkat. Hiponatremia yang disertai dengan retensi air yang
berlebihan akan menyebabkan dilusi natrium di cairan
ekstraseluler. Keadaan hiponetremia ditandai dengan gangguan
saluran pencernaan berupa kram, diare dan muntah.
Hiperfosfatemia
Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eksresi fosfat
sehingga fosfat banyak yang berada dalam sirkulasi darah. Jika
kelarutannya terlampaui, fosfat akan bergabung deng Ca2+ untuk
membentuk kalsium fosfat yang sukar larut. Kalsium fosfat yang
14. terpresipitasi akan mengendap di sendi dan kulit ( berturut-turut
menyebabkan nyeri sendi dan pruritus)
Hipokalsemia
Disebabkan karena Ca2+ membentuk kompleks dengan fosfat.
Keadaan hipokalsemia merangsang pelepasan PTH dari kelenjar
paratiroid sehingga memobilisasi kalsium fosfat dari tulang.
Akibatnya terjadi demineralisasi tulang (osteomalasia). Biasanya
PTH mampu membuat konsentrasi fosfat di dalam plasma tetap
rendah dengan menghambat reabsorbsinya diginjal. Jadi meskipun
terjadi mobilisasi kalsium fosfat dari tulang, produksinya di plasma
tidak berlebihan dan konsentrasi Ca2+ dapat meningkat. Namun
pada insufisiensi ginjal, eksresinya melalui ginjal tidak dapat
ditingkatkan sehingga konsentrasi fosfat di plasma meningkat.
Selanjutnya konsentrasi CaHPO4 terpresipitasi dan konsentrasi Ca2+
di plasma tetap rendah. Oleh karena itu, rangsangan untuk
pelepasan PTH tetap berlangsung. Dalam keadaan perangsangan
yang terus-menerus ini, kelenjar paratiroid mengalami hipertrofi
bahkan semakin melepaskan lebih banyak PTH. Kelaina yang
berkaitan dengan hipokalsemia adalah hiperfosfatemia,
osteodistrofi renal dan hiperparatiroidisme sekunder. Karena
reseptor PTH selain terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di
banyak organ lain ( sistem saraf, lambung, sel darah dan gonad),
diduga PTH berperan dalam terjadinya berbagai kelainan di organ
tersebut.
Pembentukan kalsitriol berkurang pada gahal ginjal juga berperan
dalam menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Biasanya
hormon ini merangsang absorpsi kalsium dan fosfat di usus.
Namun karena terjadi penurunan kalsitriol, maka menyebabkan
menurunnya absorpsi fosfat di usus, hal ini memperberat keadaan
hipokalsemia
Hiperkalemia
15. Pada keadaan asidosis metabolik dimana konsentrasi ion H+ plasma
meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel
–sel ginjal sehingga mengakibatkan kebocoran ion K+ ke dalam
plasma. Peningkatan konsentrasi ion H+ dalam sel ginjal akan
menyebabkan peningkatan sekresi hidrogen, sedangkan sekresi
kalium di ginjal akan berkurang sehingga menyebabkan
hiperkalemia. Gambaran klinis dari kelainan kalium ini berkaitan
dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos sehingga
dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon
dalam, gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental.
Proteinuria
Proteinuria merupakan penanda untuk mengetahui penyebab dari
kerusakan ginjal pada GGK seperti DM, glomerulonefritis dan
hipertensi. Proteinuria glomerular berkaitan dengan sejumlah
penyakit ginjal yang melibatkan glomerulus. Beberapa mekanisme
menyebabkan kenaikan permeabilitas glomerulus dan memicu
terjadinya glomerulosklerosis. Sehingga molekul protein berukuran
besar seperti albumin dan immunoglobulin akan bebas melewati
membran filtrasi. Pada keadaan proteinuria berat akan terjadi
pengeluaran 3,5 g protein atau lebih yang disebu dengan sindrom
nefrotik.
Uremia
Kadar urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Penyebab dari
uremia pada GGK adalah akibat gangguan fungsi filtrasi pada
ginjal sehingga dapat terjadi akumulasi ureum dalam darah. Urea
dalam urin dapat berdifusi ke aliran darah dan menyebabkan
toksisitas yang mempengaruhi glomerulus dan mikrovaskularisasi
ginjal atau tubulus ginjal. Bila filtrasi glomerulus kurang dari 10%
dari normal, maka gejala klinis uremia mulai terlihat. Pasien akan
menunjukkan gejala iritasi traktus gastrointestinal, gangguan
neurologis, nafas seperti amonia (fetor uremikum), perikarditis
uremia dan pneumonitis uremik. Gangguan pada serebral adapat
16. terjadi pada keadaan ureum yang sangat tinggi dan menyebabkan
koma uremikum.
4. Manifestasi
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis di karenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction) sehingga
kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala
yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013; judit, 2006) :
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut
kering, penurunan turgorkulit, kelemahan, fatique, dan mual.
Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri
kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah
peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami
kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan
mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah
terjadinya penurunan urin output dengan sedimetasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
percarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periordital dan edema perifer.
3. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan
epusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan
uremic lung, dan sesak nafas.
4. Gastrointenstinal
Biasanya menunjukan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disebut esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal,
lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian
17. sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea dan
vomiting.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
Selain itu, biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6. Neurologis
Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan
refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG
menunjukan adanya perubahan metabolik encephalophaty.
7. Endokrin
Bisa terjadi impertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan
sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan
metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukan
dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan petechiae).
9. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur
pathologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
5. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
Mengatur asupan pemberian cairan ke dalam tubuh dan identifikasi
sumber potensi ketidakseimbangan cairan.
Terapkan programdiet untuk menjamin asupan nutrisi yang
memadai dan sesuai dengan batasan regimen terapi.
18. Dukung perasaan positif dengan mendorong pasien untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri
Berikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga
terkait penyakit gagal ginjal kronik, pilih pengobatan, dan
kemungkinan komplikasi.
Beri dukungan emosional.
Farmakologi
Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian agens pengikat fosfat,
suplemen kalsium, obat antihipertensi dan obat jantung, obat anti kejang, dan
eritro-protein (Epogen).
Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan obat yang dapat
mengikat fosfat dalam saluran cerna (mis., kalsium karbot, kalsim asetat,
sevelamer hydro-chloride); semua agens pengikat harus diberikan
bersama makanan.
Hipertensi ditangani dengan pengontrolaan volume intravaskular dan
obat anti-hipertensi.
Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan
cairan,diet rendah natrium, diuresis, agens inotropik (mis., digoksin atau
dobutamin), dan dialisis.
Asidosis metabolik diatasi, jika perlu, dengan suplemen natrium
bikarbonat atau dialisis.
Pasoen diobservasi untuk melihat tanda awal kelainan neurologik (mis.,
kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang)., diazepam
intravaskular (valium) atau fenitoin (dilantin) diberikan untuk mengatasi
kejang.
Anemia ditangani dengan rekombinan eritropoetin manusia (epogen).,
hemoglobin dan hematokrit di pantau secara berkala.
Heparin di berikan sesuai kebutuhan untuk mencegah bekuan darah pada
jalur dialisis selama terapi.
Suplemenn besi dapat di resepkan.
Tekanan darah dan kalium serum dipantau secara terus-menerus.
19. 6. Pemeriksaan Penunjang
Urine
Volume : < 400 mL /24 jam
(oliguria) atau anuria
Warna : urine keruh
Berat jenis < 1,015
Osmolalitas < 350 m osm
/kg
Klirens kreatinin : turun
Na++ > 40 mEq/lt
Protein : proteinuria (3-4+)
Darah
BUN/kreatinin :
Hitung darah lengkap : Ht ,
Hb < 7-8 gr%
Eritrosit : waktu hidup
GDA, pH : asidosis
metabolik
Na++ serum :
K+ :
Mg+ / fosfat :
Protein (khusus albumin) :
o Osmolalitas serum > 25 m osm/kg
o KUB foto : ukuran ginjal/ureter/KK dan obstruksi (batas)
o Pielogram retrograd : identitas ekstravaskular, massa.
o Sistouretrogram berkemih : ukuran KK, refluks kedalam ureter,
retensi.
o Ultrasono ginjal : sel. Jaringan untuk diagnosis histologist.
o Endoskopi ginjal, nefroskopi : batu, hematuria, tumor.
o EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
o Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : demineralisasi.
(Doengoes, 2000)
20. B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
1. Nama : Tn. M
2. Umur : -
3. Agama : -
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : -
6. Pendidikan : -
7. Pekerjaan : -
8. Suku bangsa : -
9. Alamat : -
10. Tanggal masuk : -
11. Tanggal pengkajian : -
12. No. register : -
13. Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
b. Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit :Klien mengeluh bengkak pada
ekstremitas bawah.
b) Keluhan utama : Klien mengeluh bengkak pada ekstremitas bawah.
c. Status Kesehatan Massa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami : -
b) Pernah dirawat : -
c) Alergi : -
d) Panas dan Gatal : -
d. Riwayat Penyakit Keluarga :-
e. Diagnosa Medis dan Therapi : -
d. Keadaan umum :
1) Tingkat Kesadaran : -
2) Tanda-tanda Vital
a) TD : 150/110 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
b) N : 80 x/m (normal: 60-100 x/menit)
21. c) RR : 22x/ m (normal: 16-24 x/menit)
d) Suhu : 37oC ( normal : 36,5 – 37,5 oC )
3) Keadaan fisik
a) Kepala : -
b) Mata : Konjungtiva Pucat
c) Leher : -
d) Dada
Paru : -
Jantung : -
e) Payudara dan ketiak : -
f) Abdomen : -
g) Genetalia : -
h) Integumen : Kulit menghitam
i) Ekstermitas :Bengkak pada ekstremitas bawah
j) Neurologis
Status mental dan emosi : -
Pengkajian saraf kranial : -
Pemeriksaan reflex : -
e. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan :
- Natrium : 147 mmol/L (normal : 135 – 144 mmol/L)
- Kalium : 6 mmol/L (normal : 3,6 – 4,8 mmol/L)
- Ureum : 53 mg/dl (normal : 10 – 50 mg/dl)
- Kreatinin : 2,1 mg/dl (normal : 0,6 – 1,3 mg/dl)
2) Pemeriksaan radiologi : -
3) Hasil konsultasi : -
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
23. 3. Intervensi
Dx Keperawatan NOC NIC Rasional
Hipervolemia (D.0022)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan
Cairan
Definisi : Peningkatan volume
cairan intravaskular, interstisial,
dan/atau Intraselular.
Batasan Karakteristik:
Ds :
- Klien mengeluh bengkak
pada ekstremitas bawah.
Do :
- Konjungtiva pucat
- kulit menghitam
- TD : 150/110 mmHg
- Natrium : 147 mmol/L
- Kalium : 6 mmol/L
- Ureum : 53 mg/dl
- Kreatinin : 2,1 mg/dl
Kondisi klinis terkait :
Penyakit ginjal : Gagal ginjal
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …
x24 jam di harapkan Kelebihan
Volume Cairan dapat diatasi dengan
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan cairan :
a. Tekanan darah (4)
b. Serum elektrolit (4)
c. Edema Perifer (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
2. Keparahan Cairan
berlebihan
a. Edema kaki (4)
b. Peningkatan tekanan
darah (4)
c. Peningkatan serum
natrium (4)
Kete:
1. (1) = Berat
2. (2) = Cukup berat
3. (3) = Sedang
4. (4) = Ringan
5. (5) = Tidak ada
Manajemen Elektrolit/cairan
Observasi
1. Pantau kadar adanya tanda dan
gejala overhidrasi yang
memburuk misalnya edema.
2. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
3. Dapatkan spesimen laboratorium
untuk pemantauan perubahan
cairan atau elektrolit (misalnya,
hematokrit, BUN, protein,
natrium dan kadar kalium), yang
sesuai
Manajemen Elektrolit/cairan
Observasi
1. Edema adalah kondisi dimana
terjadi peningkatan elektrolit dan
cairan dalam tubuh. Makanya
diperlukan pemantauan untuk
mencegah perburukan dari
kondisi klien.
2. Retensi cairan atau penumpukan
cairan dalam tubuh pada
penderita gagal ginjal kronik
dapat menyebabkan edema,
sehingga perlunya pemantauan
yang lebih.
3. Pada kondisi gagal ginjal kronik
akan terjadi peningkatan pada
hasil pemeriksaan lab BUN,
Natrium dan kadar kalium,
sedangkan protein dan
hematokrit menurun.
24. kronik 3. Fungsi ginjal
a. Peningkatan nitrogen
urea darah (4)
b. Peningkatan kreatin
serum (4)
c. Peningkatan protein urin
(4)
d. Hipertensi (4)
e. Anemia (4)
f. Edema (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
4. Status Nutrisi : Asupan
Nutrisi
a. Asupan zat besi (4)
b. Asupan vitamin (4)
c. Asupan Protein (4)
d. Asupan kalsium (4)
e. Asupan Natrium (4)
Ket :
1. (1) = sangat terganggu
2. (2) = banyak terganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4) = sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
Mandiri
4. Berikan cairan yang sesuai
5. Pastikan bahwa larutan intravena
yang mengandung elektrolit
diberikan dengan aliran yang
konstan dan sesuai
6. Berikan resep diet yang tepat
untuk cairan tertentu atau pada
ketidakseimbangan elektrolit
(misalnya, rendah sodium, dan
tidak menambahkan garam)
Mandiri
4. Cairan yang diberikan pada
pasien GGk harus diseimbangkan
antara cairan yang masuk dengan
cairan yang keluar, kalau tidak
akan menyebabkan kelebihan
cairan dalam tubuh.
5. Pemberian cairan intravena harus
diseimbangkan dan tidak
mengandung natrium yang tinggi
karena dapat menyebabkan
kelebihan cairan dalam tubuh dan
menyebabkan edema
6. Dengan diet rendah garam ini
diharapkan jumlah garam yang
dikeluarkan tubuh sama dengan
jumlah garam yang dikonsumsi.
Jika kadar garam di dalam tubuh
terlalu tinggi Dapat menyebabkan
keseimbangan cairan tubuh
terganggu. Akibatnya, terjadi
retensi garam dan air dalam
jaringan tubuh (endema) dan
25. Healt Education
7. Intruksikan pasien dan
keluarga mengenai alasan
untuk pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukan
Manajemen cairan
Observasi
1. Monitor status hidrasi (misalnya
tekanan darah ortostatik)
2. Monitor tanda-tanda vital pasien
3. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya edema)
meningkatkan tekanan darah
(hipertensi).
Healt Education
7. Agar keluarga pasien
mengetahui guna dari
pembatasan pemberian
cairan, tindakan hidrasi atau
administrasi elektrolit
tambahan tersebut untuk
pasien.
Manajemen cairan
Observasi
1. Kelebihan cairan dapat
meningkatkan tekanan pembuluh
darah, sehingga perlu di monitor
2. Pasien gagal ginjal kronik sering
mengalami ketidakstabilan tanda
tanda vital, seperti pada tekanan
darah klien bisa mengalami
hipertensi dan juga bisa sampai
mengalami hipotensi.
3. Memudahkan perawat dalam
memberikan intervensi yang
26. 4. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian.
5. Monitor reaksi pasien terhadap
terapi elektrolit yang diresepkan
Mandiri
6. Berikan cairan dengan tepat
7. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output (pasien)
tepat terutama dalam
penanganan mengatasi adanya
edema
4. Mengetahui apakah asupan yang
diberikan sudah sesuai dengan
kebutahan tubuh klien serta
mengetahui pengaruh makanan
terhadap status kesehatan klien
5. Mengetahui perubahan pada
tubuh kalien setelah pemberian
terapi elektrolit salah satunya
jika tubuh pasien mengalami
perubahan seperti alergi
Mandiri
6. Agar kebutuhan cairan pasien
terpenuhi dengan baik dan tidak
menyebabkan penumpukan
cairan berlebihan dalam tubuh
7. Dengan menjaga intake dan
asupan yang akurat maka
kebutuhan cairan klien tetap
teratasi dan dengan mencatat
output (pasien).
27. Kolaborasi
8. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap atau
memburuk.
Monitor cairan
Observasi
1. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan
2. Monitor asupan dan pengeluaran
3. Monitor kadar serum dan
elektrolit urine
4. Monitor kadar serum albumin
dan protein total
5. Cek grafik asupan dan
Kolaborasi
8. Untuk menentukan tindak lanjut
yang diperlukan oleh pasien
Monitor cairan
Observasi
1. Untuk memantau denyut nadi dan
tekanan darah pasien agar pasien
tidak mengalami peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi.
2. Untuk mengetahui jumlah dari
asupan yang di berikan dan
jumlah pengeluaran pada pasien
3. Karena kadar serum dan elektrolit
urine dapat membantu dalam
mengindikasi seberapa parah
penyakit klien.
4. Agar perawat dapat mengetahui
kadar elektrolit yang di keluarkan
dalam urine dan protein total
5. Untuk mengetahui berapa banyak
28. pengeluaran secara berkala untuk
memastikan pemberian layanan
yang baik
Mandiri
6. Tentukan faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
(misalnya, patologi ginjal)
7. Batasi dan alokasikan asupan
cairan
8. Berikan cairan dengan tepat
Manajemen Hipervolemia
Observasi
1. Monitor status hemodinamik,
meliputi tekanan darah
asupan yang akan diberikan
kepada pasien yang sesuia dengan
kebutuhan pasien
Mandiri
6. Pada klien dengan gagal ginjal
kronik terjadi ketikseimbangan
cairan akibat retensi natrium
yang tidak bisa dikeluarkan dari
dalam tubuh akibat gangguan
ginjal
7. Dengan pembatasan cairan kita
dapat mengukur input dan output
pada penderita penyakit gagal
ginjal
8. Karena ketepatan cairan yang di
berikan harus sesuai dengan
kebutuhan untuk penderita gagal
ginjal
Manajemen Hipervolemia
Observasi
1. Karena apabila ada peningkatan
TD, berarti ada penumpukan
29. 2. Monitor data laboratorium yang
menandakan adanya
hemokonsentrasi (misalnya
Natrium )
Mandiri
3. Berikan obat yang diresepkan
untuk mengurangi preload
(misalnya furosemide dan
Spironolactone
cairan dan ada ketidak
abnormalitas dalam tubuh klien.
2. Dengan memonitoring data
laboratorium dapat mengetahui
kadar natrium pada klien
sehingga kita dapat membatasi
asupan natrium untuk
menghindari peningkatan
tekanan darah
Mandiri
3. Furosemide adalah obat
golongan diuretik yang
digunakan untuk membuang
cairan atau garam berlebih di
dalam tubuh melalui urine dan
meredakan pembengkakan yang
disebabkan penyakit ginjal atau
kondisi terkait. Obat ini juga
digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi.
Sedangkan Spironolactone
adalah obat dengan fungsi untuk
mengobati tekanan darah tinggi.
30. 4. Tingkatkan citra diri dan harga
diri yang positif jika pasien
mengekspresikan kepedulian
akibat retensi cairan yang
berlebih.
Health Education
5. Intruksikan pasien dan keluarga
penggunaan catatan asupan dan
output sesuai kebutuhan
Monitor Tanda-tanda Vital
Observasi
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernapasan
dengan tepat
Menurunkan tekanan darah
tinggi dapat mencegah stroke,
serangan jantung, dan masalah
pada ginjal.
4. Pada klien gagal ginjal yang
mengalami udem misalnya pada
ekstremitas bawah, biasanya dapat
mengalami gangguan citra diri.
Untuk mengatasi citra diri pada
klien perawat dapat memberikan
terapi atau intervensi lainnya agar
dapat mengurangi udem pada
klien, dan sehingga citra diri klien
dapat meningkat.
Health Education
5. Untuk menghindari mengurangi
adanya penumpukan
Monitor Tanda-tanda Vital
Observasi
1. Untuk memantau denyut nadi
dan tekanan darah pasien agar
pasien tidak mengalami
31. 2. Catat daya dan fluktuasi yang
luas pada tekanan darah
Mandiri
3. Auskultasi tekanan darah dikedua
lengan dan bandingkan
Manajemen Elekrolit
Observasi
1. Monitor nilai serum elektrolit
yang abnormal
2. Monitor dengan ketat terkait
dengan adanya level serum
potassium pada pasien yang
mengkonsusmsi obat-obat
digitalis dan diuretik
Mandiri
3. Berikan diet sesuai dengan
kondisi ketidakseimbangan
peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi.
2. Agar dapat memantau daya dan
ketidaktetapan pada tekanan
darah
Mandiri
3. Melihat apakah ada
perbedaan antara melakukan
auskultasi pada kedua tangan
tesebut
Manajemen Elekrolit
Observasi
1. Untuk mengetahui adanya
kelainan mengenai metabolism
cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui keseimbangan
elektrolit dan asam basah di dalam
tubuh
Mandiri
3. Untuk menstabilkan kembali
keseimbangan cairan daan
32. elektrolit klien (misalnya, kaya
potassium, rendah sodium dan
makanan rendah karbohidrat
4. Berikan elektrolit terikat/
electrolyte binding atau elektrolit
terikat zat (misalnya sodium
polystyrene sulfonate
[kayexalate]) sesuai resep dan
keperluan
Kolaborasi
5. Konsultasikan pada dokter terkait
pemberian elektrolit dengan
sedikit obat-obatan (misalnya
spiranoklaton)
elektrolit di dalam tubuh klien
4. Pemberian elektrolit dapat
membantu mengikat zat-zat yang
telah melebihi batas normal.
Sodium polystyrene sulfonate
adalah obat yang digunakan untuk
mengobati heperkalemia,
gangguan kadar kalium yang
tinggi dalam darah. Sodium
polystyrene sulfonate dapat
mempengaruhi pertukaran kalium
dan natrium dalam tubuh.
Kolaborasi
5. Mencegah terjadinya kesalahan
dalam memberikan intervensi.
Spiranoklaton merupakam obat
yang digunakan untuk mengobati
pasien tertentu, misalnya paien
dengan edema (retensi cairan)
yang disebkan oleh berbagai
kondisi termasuk penyakit ginjal
33. 6. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan /
atau elektrolit menetap atau
memburuk
Manajemen Elektrolit:
Hiperkalemia
Observasi
1. Monitor fungsi ginjal (misalnya
kadar urea dan tingkat kreatinin)
2. Monitor penyebab terjadinya
peningkatan tingkat kalium serum
(misalnya, gagal ginjal, asupan
yang berlebihan) yang sesuai.
3. Monitor intake/asupan kalium
yang tidak disengaja (misalnya,
6. Menjadi acuan untuk tindakan
medis selanjtnya serta mencegah
keterlambatan tindakan untuk
mencegah kondisi klien
bertambah buruk.
Manajemen Elektrolit:
Hiperkalemia
Observasi
1. Pada pasien yang mengalami
kerusakan ginjal terlebih pasien
gagal ginjal kronik akan
mengalami peningkatan kadar
ureum dan kreatinin seiring
dengan penurunan fungsi ginjal
2. Gagal ginjal merupakan salah satu
penyebab terjadinya peningkatan
kadar kalium dalam darah akibat
penurunan fungsi ginjal sehingga
kalium tidak dapat keluar melalui
urin.
3. Untuk menghindari agar tidak
terjadi peningkatan kalium
34. penisilin G kalium atau makanan
yang diberikan)
4. Monitor hiperkalemia terkait
dengan reaksi darah dengan tepat
Mandiri
5. Pertahankan pembatasan kalium
6. Berikan diuretik yang [telah]
ditentukan dengan tepat misalnya
Tablet Hydrochlorothiazide
(HCT)
didalam darah.
4. Untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan kalium di dalam
darah yang terjadi akibat reaksi
darah itu sendiri.
Mandiri
5. Kalium memiliki fungsi untuk
meningkatkan kerja otot, syaraf,
serta jantung. Maka apabila
terjadi peningkatan kalium akan
memperparah kerja otot terutama
otot jantung, dan lama kelamaan
bsa menyebabkan henti jantung.
6. Hydrochlorothiazide (HCT)
adalah salah satu jenis diuretik
yang akan meningkatkan
pembentukan urin oleh ginjal
yang akan membantu mengurangi
kadar cairan dalam tubuh. Obat
ini juga dapat menangani
hipertensi akibat penumpukan
cairan dalam tubuh.
35. 7. Dukung kepatuhan pasien
terhadap diet (misalnya,
menghindari makanan kalium,
memenuhi kebutuhan makanan
dengan pengganti garam dan
makanan rendah kalium)
Healt Education
8. Arahkan pasien dan/atau keluarga
pada langkah-langkah sesuia
protokol untuk mengobati
hiperkalemia
Manajemen Elektrolit:
Hipernatremia
Observasi
1. Monitor kadar natrium dengan
ketat pada pasien yang
mengalami peningkatan kadar
natrium.
2. Monitor adanya
ketidakseimbangan elektrolit
yang berkaitan degan
hipernatremia jika diperlukan
7. Hal ini dapat mencegah terlalu
tingginya kadar kalium dalam
tubuh dan mengurangi
penumpukan natrium dalam
tubuh.
Healt Education
8. Agar klien dan keluarga dapat
melakukan tindakan mandiri
tanpa dibantu oleh perawat
dalam mengobati hiperkalemia.
Manajemen Elektrolit:
Hipernatremia
Observasi
1. Untuk mengetahui jumlah
natrium yang ada dalam tubuh
apakah terjadi peningkatan
natrium.
2. Untuk mengidentifikasi
ketidakseimbangan elektrolit yang
dapat menyebabkan hipertremia
36. 3. Monitor efek samping yang
timbul akibat dari koreksi
hipernatrremia yang dilakukan
dengan cepat
Mandiri
4. Hindari pemberian atau masukan
obat-obatan yang mengandung
natrium yang tinggi (misalnya,
sodium bicarbonat, larutan
hipotonik)
5. Pertahankan pembatasan natrium,
termasuk memonitor obat-obatan
yang mengandung natrium tinggi
Health Education
6. Ajarkan pada pasien cara
penggunaan pengganti garam
dengan tepat
7. Ajarkan pada pasien dan keluarga
mengenai makanan dan obat-
3. Untuk melihat efek samping yang
ditimbulkan oleh hipertremia
untuk dilakukan intervensi
selanjutnya
Mandiri
4. Kadar natrium dalam tubuh yang
meningkat, dapat menyebabkan
retensi cairan pada tubuh. Hal ini
juga dapat meningkatkan tekanan
yang diberikan oleh aliran darah
terhadap dinding pembuluh darah
sehingga terjadi hipertensi
5. Mencegah kadar natrium pada
klien tetap dalam batasan normal
Health Education
6. Untuk meminimalisir keluhan
yang diakibatkan oleh makanan
bergaram yang memperparah
penyakit
7. Kadar natrium yang tinggi dapat
memperparah penyakit yang
37. obatan yang mengandung kadar
natrium yang tinggi (misalnya,
makanan kaleng, dan antasida)
8. Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai cara-cara
untuk menangani hipernatremia.
Terapi Hemodialisa
Observasi
1. Monitor tekanan darah, denyut
nadi, penapasan, suhu dan respon
pasien selama dialisis
2. Catat tanda-tanda vital: berat
badan, suhu, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah
dialami pasien dan untuk
meminimalisir bertambah
parahnya penyakit
8. Untuk memberitahukan dan
memberikan informasi pada
keluarga dank lien tentang cara
penanganan hipertermia secara
mandiri dirumah tanpa bantuan
dari perawat
Terapi Hemodialisa
Observasi
1. Pada saat dilakukan hemodialisa
pasien dapat mengalami hipotensi
akibat perpindahan darah dari
pembuluh darah kemesin dializer,
makanya diperlukan pemantauan
TTV klien.
2. Biasanya pasien setelah
melakukan hemodialisa akan
mengalami penurunan berat badan
akibat cairan yang menumpuk
dalam darah sudah menurun.
Perlunya catatan tentang TTV
38. Mandiri
3. Jelaskan prosedur hemodialisa
dan tujuannya
4. Periksa peralatan dan cairan,
sesuai peraturan
5. Lakukan teknik steril untuk
memulai hemodialisis, insersi
jarum dan pemasangan kateter
6. Lakukan hemodialisis, sesuai
peraturan
7. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
membersihkan sejumlah cairan
dengan tepat
juga untuk memantau kondisi
klien, apabila pasien mengalami
demam atau tekanan darah rendah
perlu diberikan penanganan yang
lebih.
Mandiri
3. Agar klien tidak merasa takut dan
enggan untuk melakukan
hemodialisa.
4. Agar prosedur dan tindakan
berjalan lancar tanpa adaya
gangguan serta mencegah
komplikasi akibat kerusakan
alat.
5. Untuk mencegah terjadinya
infeksi.
6. Agar tidak terjadi komplikasi
yang diakibatkan kesalahan
prosedur.
7. Tekanan filtrasi yang tepat dapat
mengoptimalkan penyaringan
zat yang dibutuhkan tubuh serta
39. Health Education
8. Ajarkan pasien untuk memantau
sendiri tanda dan gejala yang
mengindikasikan perlunya
perawatan medis (misalnya,
demam)
Kolaborasi
9. Berkolaborasi dengan pasien
untuk meringankan
ketidaknyamanan akibat efek
samping penyakit dan pengobatan
(misalnya anemia)
10. Berkolaborasi dengan pasien
untuk menyesuaikan kebutuhan
akan lama dialisis, pengaturan
diet, rasa sakit dan pengalihan
membuang zat yang sisa dengan
kadar yang tepat maupun
membuang seluruh racun.
Health Education
8. Agar klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang abnormal sehingga
dapat klien melaporkanya
secara cepat .
Kolaborasi
9. Klien mampu menyesuikan diri
serta mampu mengatasi efek
pengobatan. Apabila kekurangan
darah pasien dapat
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti
sumplemen penambah darah atau
mengkonsumsi makanan seperti
sayur bayam, kacang merah.
10. Agar klien mampu mentolerir
serta menyesuaikan diri dgn
kondisi penyakitnya saat ini
sehingga dapat mengoptimalkan
40. untuk mencapai manfaat yang
optimal dari pengobatan.
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan
yang dimiliki klien
2. Monitor kalori asupan
makanan
3. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
Mandiri
4. Tentukan status gizi dan
proses pengobatan.
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Untuk menghindari efek
alergi yang akan timbul jika
kita salah memberikan
makanan.
2. Klien dengan gagal ginjal
kronik terlebih sudah
melakukan HD dianjurkan
untuk mendapatkan asupan
makanan yang seimbang
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi Klien.
3. Untuk memantau asupan gizi
seimbang yang dikonsumsi
klien untuk mencegah
indikasi penyakit.
Mandiri
4. Pasien dengan gagal ginjal
kronik harus membatasi
41. kemampuan [pasien] untuk
memenuhi kebutuhan gizi
5. Tentukan yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien, terutama
yang mengalami anemia
6. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
(misalnya buah dan sayuran)
7. Atur diet yang diperlukn (yaitu:
asupan nutrisi, asupan
kalium, asupan protein dan
meningkatkan asupan zat
besi.
5. Pasien gagal ginjal bisa
mengalami anemia akibat
hormon EPO yang di
hasilkan ginjal tidak lagi
optimal, akibatnya
pembentukan SDM tidak
optimal, sehingga pasien
mengalami anemia. Maka
dari itu pasien harus banyak
mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi
seperti kacang merah, dahing
sayu bayam namun dalam
rentang yang normal.
6. Menentukan menu diet yang
sesuai dengan kondisi klien
dapat mempercepat proses
penyembuhan.
7. Pasien harus mengurangi
42. menambah atau mengurangi
vitamin, mineral atau suplemen
serta menyarankan menggunakan
bumbu atau rempah sebagai
alternatif garam)
8. Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi
sakit (yaitu: untuk pasien dengan
penyakit ginjal, pembatasan
natrium, kalium, protein dan
ciran)
konsumsi garam, mengurangi
konsumsi kalium, konsumsi air,
konsumsi protein agar tidak
menumpuk dalam tubuh akibat
tidak dapat difiltrasi oleh ginjal
8. Mengatur diet yang tepat sesuai
dengan kondisi penyakit saat ini
dapat membantu proses
pengobatan maupun mencegah
memburuk nya kondisi klien
terutama anemia serta hipertensi
yang diderita klien penumpukan
natrium dalam tubuh akibat tidak
bisa di eksresikan.
Resiko Perfusi Serebral Tidak
Eefektif (D.0017)
Kategori : Fisiologis
Sub Kategori : Sirkulasi
Definisi : Berisiko mengalami
penurunan sirkulasi darah ke
otak.
Batasan Karakteristik
NOC
Circulation status
Tissue prefusion : serebral
Tujuan : Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan …. X 24 jam,
Kerusakan integritas kulit dapat
diatasi dengan
Kritria Hasil :
Mendemonstrasikan status
NIC
Perpheral sensation management
(manajement sensasi periper)
Observasi
Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paratese
Agar klien dapat
membedakan rangsangan
Agar klien dapat mengetahui
43. Ds :
- Klien mengeluh bengkak
pada ekstremitas bawah.
Do :
- Konjungtiva pucat
- kulit menghitam
- TD : 150/110 mmHg
- Natrium : 147 mmol/L
- Kalium : 6 mmol/L
- Ureum : 53 mg/dl
- Kreatinin : 2,1 mg/dl
Kondisi klinis terkait :
Penyakit ginjal : Gagal ginjal
kronik
sirkulasi yang ditandai
dengan :
Tekanan sistol dan diastol
dalam rentang yang di
harapkan
Tidak ada
ortostatikhipertensi
Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
Mendemonstrasikan
kemampuan kongnitif yang
ditandai dengan :
Beri komunikasi dengan
jelas dan sesuai kemampuan
Menunjukkan perhatian
konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi sensori
Monitor kemampuan BAB
Monitor adanya
tromboplebitis
Health Educatio
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lisi atau laserasi
Kolaborasi
Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
adanya paratese
Untuk mengetahui
kemampuan BAB klien
Untuk mengetahui adanyan
tromboplebitis
Agar keluarga dapat
mengetahui adanya cedera
pada kulit klien
Untuk mengetahui adanya
perubahan sensasi klien
Untuk menghilangkan nyeri
yang dirasakan klien
44. Resiko Kerusakan Integritas
Kulit
(000047)
Domain 11 :
Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cidera Fisik
Definisi : Rentan mengalami
kerusakan epidermis dan / dermis,
yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik
Ds : -
Do :
- Pemeriksaan fisik kulit
menghitam
- Ureum 53 mg/dl
- Kreatin 2,1 mg/dl
motori kranial yang utuh :
tingkat kesadaran yang baik
tidak ada gerakan-gerakan
involunter
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …
x24 jam di harapkan Kelebihan
Volume Cairan dapat diatasi dengan
Kriteria hasil :
1. Integritas jaringan :
Kulit dan membrane
mukosa :
a. Integritas Kulit (4)
b. Pigmentasi abnormal (4)
Ket :
1. (1)= sangat terganggu
2. (2)=banyakterganggu
3. (3) = cukup terganggu
4. (4)= sedikit terganggu
5. (5) = tidak terganggu
Menajemen obat
Health Education
Pantau kepatuhan mengenai regimen
obat
kolaborasi
Tentukan obat apa yang diperlukan
dan kelola menurut resep dan/atau
protocol
Pengecekan Kulit
Observasi
1. amati warna kehangatan bengkak
pulsasi tekstur edema da ulserasi
pada ekstremitas
2. monitor warna dan suhu kulit
Agar klien dapat mengetahui
penggunnaan obat
Agar pemberian obat yang diberikan
pada klien sesuai resep dokter
Mengetahui warna dan pembekakan
pada kulit
Agar dapat memgetahu tingkat