11. code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional.
12. code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan kegiatan komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas yang positif demi kepentingan publik.
13.
14. Perlu adanya satu kode perilaku (Code of Conduct) yang dapat diterapkan secara regional atau nasional, yang didasari oleh standar dan moral yang diterima.
15. Dilarang mengambil keuntungan dari kode etik dengan memanfaatkan situasi etik, yaitu bertindak etis hanya pada situasi yang tidak merugikan orang yang bersangkutan.
16. Seorang praktisi public relations harus mengambil tanggung jawab penulisan kode etik perusahaan atau perilaku karyawan.
17.
18. Public relations berorientasi pada prinsip pelayanan dan mengutamakan kepentingan umum dan bukan kepentingan pribadi.
19. Dalam cara kerjanya, public relations pada umumnya berupaya mencari dukungan dari pihak luar (target audience), agar program jangka panjang maupun jangka pendek dapat tercapai, maka public interest merupakan unsur yang perlu mendapat perhatian. Dalam melakukan tugas ini public relations harus mempunyai keberanian untuk mengatakan tidak kepada khalayak-khalayak dan program-program yang tidak masuk akal.
20. Dalam cara kerjanya sehari-hari, public relations tidak terlepas dari penggunaan media, karena itu harus berteman baik dengan media, maka jalinan media relations harus kuat.
21. Public relations pada dasarnya selalu berfungsi sebagai mediator antara kepentingan perusahaan dan publiknya, karena itu dituntut mempunyai kemampuan berkomunikasi yang prima.
22. Public relations dalam melakukan komunikasi harus selalu dua arah dan harus bertanggung jawab sebagai komunikator yang baik, dan dalam hal ini harus mendasarkan cara kerjanya kepada hasil-hasil penelitian pendapat.
23. Public relations dalam batas-batas tertentu diharuskan menjelaskan sesuatu yang menjadi masalah bagi perusahaan, sebelum masalah itu berkembang menjadi apa yang disebut dengan krisis public relations.
24.
25. The profil, the knowledge about an attitude towards, we want our various interest group to have. (Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap apa yang kita inginkan untuk memiliki kelompok kepentingan kita yang beragam).
26. The ethics is branch of philosophy, it is a moral philosophy or philosophical thinking about morality. Often used as equivalent right or good. (Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat moral atau pemikiran filosofi moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan).Dari konsep etika public relations diatas dapat ditarik suatu pengertian umum bahwa citra adalah cara masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita. Penampilan selalu berorientasi kedepan mengenai bagaimana sebenarnya harapan tentang keadaan diri kita, sedangkan bahasan etika merupakan acuan bagi kode perilaku moral yang baik dan tepat dalam menjalankan profesi kehumasan.<br />Maka dari semua penjelasan ini dapat dikatakan bahwa kegiatan public relations adalah aktivitas informasi berskala besar, yang menyangkut keterlibatan orang banyak dan menuntut pula tanggung jawab sosial yang tidak ringan. Sekalipun kegiatan public relations merupakan rangkaian tindakan berdimensi ekonomis, namun harus disadari bahwa kepedulian pokoknya tetap pada usaha untuk menghasilkan hubungan yang harmonis antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan eksistensi suatu lembaga.<br />BAB III<br />KESIMPULAN<br />Etika adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai baik buruknya tindakan yang dilakukan oleh manusia. Etika sendiri adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan kebaikan atau moralitas dari perilaku manusia. Etika berlaku hamir di segala tempat, selama manusia bergaul dan berinteraksi dengan manusia yang lain, maka selama itulah etika akan terus digunakan.<br />Sejarah public relations di Indonesia muncul sekitar tahun 1950 ketika Pertamina membentuk divisi humas di perusahaannya. Langkah ini kemudian diikuti oleh perusahaan yang lain. Kemudian pemerintah membuat peraturan mengenai kewajiban suatu instansi untuk memiliki divisi humas. Tak lama setelah itu muncullah wadah bagi para praktisi humas yaitu Perhumas dan muncul pula wadah bagi public relations yang bergerak di bidang-bidang tertentu.<br />Dalam dunia profesi etika juga diperlukan untuk menjadi landasan dan pedoman. Hampir semua profesi yang bersifat formal memerlukan etika profesi di dalamnya. Etika ini mengatur semua hak dan kewajiban seseorang yang memiliki profesi yang bersangkutan. Semua aturan ini kemudian lazim disebut sebagai kode etik profesi. Kode etik ini dibuat oleh persatuan atau asosiasi yang emnaungi suatu profesi dan kode ini harus dipatuhi oleh semua anggota dan apabila terjadi pelanggaran makan dapat ditindak dan diberlakukan hukuman.<br />Public relations sebagai salah satu profesi juga memiliki kode etik tersendiri. Kode etik ini dibuat oleh Perhumas dan berlaku bagi semua anggotanya dan orang-orang yang menjalankan praktik kehumasan di Indonesia. Selain itu, ada pula IPRA yang menaungi seluruh asosiasi di seluruh dunia. IPRA sendiri memiliki kode etik yang berbeda dengan Perhumas. Kode etik yang dibuat IPRA lebih bersifat umum dan dapat diterapkan di semua negara.<br />Seorang public relations harus mampu menjaga citra baik dirinya maupun organisasi yang diwakili olehnya, maka dari itu kehadiran kode etik disini membantu public relations untuk tetap dapat menjaga citra tersebut. Dalam hubungannya dengan kegiatan menejemen perusahaan, sikap etis harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas juga harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang humas pada khususnya.<br />Prinsip kerja public relations yang sesuai dengan kode etik menyatakan bahwa public relations harus senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan pihak stakeholder, manajemen perusahaan dan publik eksternalnya. Public relations juga harus bekerja berdasarkan fakta dan dilandasi dengan penelitian dan mampu menjadi sistem peringatan dini apabila terjadi isu ataupun krisis yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.<br />Maka dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa kegiatan public relations adalah aktivitas informasi berskala besar, yang menyangkut keterlibatan orang banyak dan menuntut pula tanggung jawab sosial yang tidak ringan.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks.<br />Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja: Santusta.<br />Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar – Dasar Public Relation. Bandung: Rosda.<br />Willcox, Dennis L. dkk. 2006. Public Relation Strategy & Taktik. Batam: Inter Aksara.<br />Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.<br />Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris Munandar). Jakarta: Erlangga.<br />Cutlip, Scott M.dkk. 2000. Effectives Public : Merancang & Melaksanakan Kegiatan Kehumasan. Jakarta: Indeks.<br />Sofa. 24 Januari 2008. Evaluasi, Pengawasan Pelaksanaan dan Kode Etik Humas. http://massofa.wordpress.com/2008/01/24/evaluasi-pengawasan-pelaksanaan-dan-kode-etik-humas/. Diakses tanggal 8 Desember 2010.<br />Jafis. 7 Januari 2010. Sejarah Perkembangan Public Relations Di Indonesia. http://jafis.net/hr/sejarah-perkembangan-public-relations-di-indonesia.html. Diakses tanggal 8 Desember 2010.<br />