Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak herbal. Standarisasi adalah proses menetapkan standar yang dilakukan secara tertib dengan memperhatikan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. Standarisasi mencakup parameter kualitas seperti kemurnian, kandungan zat aktif, dan ketiadaan zat berbahaya seperti logam berat dan residu pestisida. Standarisasi bertujuan mempertahankan konsistensi
1. STANDARISASI DAN SPESIFIKASI SIMPLISIA DAN
EKSTRAK
1. Pengertian
Standarisasi adalah proses dalam menetapkan atau merumuskan
dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib.
Standar adalah sesuatu yang dibakukan dan disusun berdasarkan
konsesus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
kesehatan, keamanan, keselamatan lingkungan, berdasarkan
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
2. Standarisasi dalam penerapan teknologi
a. Pre-Farm
b. On-Farm
c. Off-Farm
d. Teknologi panca panen
e. Teknologi ekstrak standar
f. Teknologi pengujian khasiat dan toksisitas
g. Teknologi produksi obet herbal
3. Standarisasi simplisia
Syarat yang harus dipenuhi antara lain kemurnian simplisia, tidak
mengandung pestisida berbahaya, logam berat, dan senyawa toksik
dan beberapa persyaratan lain dalam Farmakope Indonesia.
4. Standarisasi ekstrak
Kegunaan ekstrak obat terstandar antara lain memepertahankan
konsistensi kandungan senyawa aktif batch yang diproduksi,
pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak.
Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak antara
lain: parameter non spesifik dan parameter spesifik.
Parameter non spesifik yaitu susut pengeringan dan bobot jenis, kadar
air, kadar abu, sisa pelarut, residu pestisida
Parameter spesifik yaitu identitas, organoleptik, senyawa terlarut pada
pelarut polar dan non polar serta profil kromatografi.
5. Herbal terstandar dan fitofarmaka
Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisisa
adalah:
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari
buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus
diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan
organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi,
kromatografi.
2. 6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
a.Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
b.Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan
bantuan kaca pembesar.
c.Mikroskopis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah
mikroskop.
d.Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat
dari simplisia.
e.Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman.
f. Reaksi warna, pengendapan, dan reaksi lain.
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah
diserbuk. Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan
simplisia yang jernih.
g.Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan
murah.
h. Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini
adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat
yang harus dikandung oleh simplisia
i. Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak
berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
j. Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam
berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbal
Daftar Pustaka
Anonim. 2008, Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi.Jimbaran: Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Udayana.