Dokumen ini membahas tentang pewahyuan Kristiani dalam sejarah keselamatan, dimulai dari janji Allah kepada Abraham hingga pemenuhan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Pewahyuan Allah terjadi secara progresif melalui Perjanjian Lama dan berpuncak pada inkarnasi Yesus sebagai pewahyuan penuh.
2. Apa itu wahyu?
• Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988):
– Istilah “pewahyuan” berasal dari kata
“wahyu”, yang didefinisikan sebagai “petunjuk
dari Allah yang diturunkan hanya kepada para
Nabi dan Rasul melalui mimpi dan sebagainya”
– Istilah yang dirumuskan dari perspektif Islam,
wahyu menunjuk pada huda (petunjuk) dari
Allah, dan bagi Islam wahyu menunjuk pada Al
Qur’an
3. • Oxford Dictionary of English:
– Revelation:
• A surprising and previously unknown fact that
has been disclosed to others
• The making known of something that was
previously secret or unknown
• The divine or supernatural disclosure to
humans of something relating to human
existence
4. – To reveal:
• Make (previously unknown or secret
information) known to others
• Cause or allow (something) to be seen
• Make (something) known to human by divine
or supernatural means
– Origin: late middle English: from Old French
reveler or Latin revelare, from re- (again)
(expressing reversal) + velum (veil)
5.
6. Istilah “Pewahyuan” dalam Kitab Suci
• Perjanjian Lama:
– Empat kata kerja Ibrani yang digunakan dalam PL
untuk menunjuk tindakan Allah dalam
pewahyuan: glh (membuka, menyingkapkan), yd’
(memaklumkan, memperkenalkan), nggd
(menyampaikan, mengkomunikasikan) dan dvr
(bersabda).
– Hakekat pewahyuan adalah pernyataan diri
Allah kepada umat-Nya sebagaimana Ia
memperkenalkan diri (Kel 6:2) dan berbicara
kepada mereka (Kel 25:22) serta terutama
membawa mereka keluar dari Mesir (Yeh 20:9)
dan masuk dalam perjanjian dengan mereka.
7. – Dalam PL, pewahyuan dilihat sebagai:
• Allah yang berbicara dengan sabda yang
berdaya guna dan dinamik
• Dengan sabda-Nya, Allah menjumpai manusia
secara personal
• Dengan begitu, Allah menciptakan relasi
khusus dengan orang-orang pilihan-Nya: para
bapa bangsa (Abraham, Ishak, Yakub), para raja
dan para nabi serta umat Allah.
8. • Perjanjian Baru:
– Dalam PB, penyataan pewahyuan diungkapkan
dengan beraneka kata kerja yunani seperti
apokaluptein (menyingkapkan, mengambil
selubung, menyatakan), phaneroun
(menunjukkan, menyatakan, memperlihatkan
dalam terang) dan exègeomai (menjelaskan,
menunjukkan, memaklumkan).
– Berdasar pemahaman pewahyuan dalam PL,
penulis-penulis PB, khususnya Paulus dan
Yohanes, melihat pewahyuan sebagai komunikasi
diri Allah dalam dan melalui Yesus Kristus.
9. – Semua penulis PB percaya bahwa Yesus
“memahkotai” pernyataan Allah yang telah
dimulai dalam PL.
– “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali
dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek
moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka
pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada
kita dengan perantaraan Anak-Nya” (Ibr 1:1-2).
– Jika sebelumnya, pernyataan diri Allah datang
dalam bentuk janji (Inggris: promise), maka
inkarnasi Sang Sabda adalah kepenuhan (Inggris:
fulfillment).
10. • “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi
Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan
yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian
bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh 4:10)
11. Pewahyuan dalam Sejarah Keselamatan
• Meskipun misteri hidup Allah dalam Trinitas
sejatinya selalu lebih besar (Latin: semper
maior), Ia membuat diri-Nya sendiri sejarah.
• Sejarah, dengan demikian, menjadi manifestasi
Allah, tempat di mana Allah hadir dan juga
tempat keputusan manusia untuk berusaha
mengikuti-Nya (Iman).
• “Sejarah adalah tempat pertemuan Allah dan
manusia dalam kebebasan.” (John O’Donnell)
12. • Teologi kristiani kontemporer berbicara tentang
historisitas wahyu dalam dua pengertian: wahyu
kategoris dan wahyu universal.
• Wahyu universal berkaitan dengan bagaimana Allah
dapat dipahami melalui ciptaan-Nya “Langit
menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mazmur
19:1).
• Wahyu kategoris, yaitu, "peristiwa-peristiwa obyektif
dalam sejarah dunia di mana Allah memanifestasikan
diri-Nya sendiri."
13. • Bagi orang kristiani, peristiwa historis par excellence
di mana Allah memanifestasikan diri-Nya adalah
Yesus Kristus.
• Dari Abraham (janji) sampai Yesus Kristus
(pemenuhan), hanya ada satu sejarah pewahyuan,
yang dipenuhi tahap demi tahap, baik dalam
kuantitas maupun kualitas.
• “Rencana ini, yang pertama-tama terbatas pada
Israel, meluas pada seluruh umat manusia,
kemudian, di dalam Gereja, mencoba
menginkorporasikan semua orang dari segala
zaman."
14. Pewahyuan sebagai Janji
“Janji adalah pernyataan yang memaklumkan
suatu realitas yang belum di tangan. … Jika janji
ilahi terlibat, itu berarti bahwa masa depan ini
bukan hasil dari kemungkinan-kemungkinan
yang sudah ada, tetapi itu berasal dari
kemungkinan kreatif Allah.”
(J. Moltmann)
15. • Pewahyuan Janji Allah kepada Abraham
– Wahyu Allah dalam bentuk janji masa depan pertama
kali dibuat kepada Abraham.
– “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu
dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau
menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau
serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
menjadi berkat.” (Kej 12:1-2).
– Terhadap ketidakpastian masa depan ini, Abram
menyerahkan dirinya kepada janji Allah dalam sikap
ketergantungan. Abram percaya bahwa Allah
memimpin, meski ia tidak tahu kemana arahnya (Kej
15:1-21).
16. – Dalam janji Allah kepada Abraham, jelaslah
bahwa pewahyuan menjadi misteri dialog
personal antara Allah yang hidup dan manusia.
– Namun, perjanjian dengan Abraham ini bukan
perjanjian bilateral. Janji ini adalah janji sepihak
di mana Allah sungguh-sungguh menjanjikan
warisan kepada Abram dan keturunannya. Inisiatif
adalah eksklusif dari Allah.
– Dari pihaknya, Abraham merespon janji ini
dengan penerimaan total.
17. • Perjanjian dengan Israel: Tindakan Pilihan
– Fakta primordial adalah pembebasan Israel
dari perbudakan Mesir.
– Eksodus ini adalah karya Allah yang memaksa
Firaun melalui serangkaian tulah (Kel 7:14 –
12:34) dan membebaskan Israel dengan
keajaiban laut (Kel 14:15-31).
– Setelah menyeberangi Laut Merah, Musa
memimpin Israel dalam perjalanan di padang
gurun petualangan.
18. – Selain melahirkan Umat Kudus Allah, Perjanjian ini
juga memberikan kepada Israel yang sudah menjadi
orang bebas suatu hukum yang bertujuan untuk
memastikan bahwa tindakan Israel sesuai dengan
tuntutan panggilan yang agung dan luhur itu.
– Dekalog atau Sepuluh Firman (Kel 34:28; Ul 4:13; 10:4)
yang diucapkan oleh Yahweh adalah pewahyuan
kehendak Allah sekaligus penegasan-Nya sebagai
Tuhan atas Israel.
– Penerapan istilah “firman” pada hukum dari
Perjanjian Sinai (Kel 20:22-23) tersebut mau
menunjukkan bahwa seluruh kehidupan sehari-hari
orang Yahudi adalah subyek kehendak Allah sekaligus
tanda kehadiran-Nya.
19. • Wahyu Kenabian
– Kata Yunani prophētēs dalam Kitab Suci
Septuaginta digunakan terbatas untuk kata Ibrani
nābî, yang diidentifikasikan sebagai “orang yang
berbicara dengan jelas atas nama orang lain.”
– Para nabi adalah mediator sabda Allah yang
ditujukan kepada umat, seperti Musa adalah
pengantara Perjanjian dan Dekalog.
– Pusat perhatian kenabian adalah kehidupan
sehari-hari, kebisuan nyata dari fakta-fakta yang
tampaknya kontradiksi dengan janji Allah dan
pilihan umat.
20. • Nabi bertindak melalui dua kesiapan (Inggris:
immediacy): dengan sejarah dan dengan Allah. Nabi
adalah orang yang terlibat dalam sejarah pada
zamannya, karena yakin bahwa sejarah adalah tempat
untuk mengenal Allah pathos Ilahi.
• Bagi nabi, peristiwa pembuangan atau penderitaan
bukanlah pembenaran bagi seseorang untuk melarikan
diri dari sejarah dan dari dunia. Mengapa?
• Iman diperlukan tidak hanya ketika menyaksikan fakta
yang memaklumkan keajaiban Allah, tetapi juga ketika
mengalami realitas yang tampaknya menolak
kehadiran-Nya. Pesan nabi adalah faktor dari gerakan
sejarah yang dipahami sebagai proyek Allah (Yes 10:12;
28:29).
21. – Para nabi, khususnya Yeremia, Yesaya dan
Yehezkiel, kemudian mewahyukan aspek baru dari
perjanjian, suatu pembaruan yang tidak
tergantung pada perbuatan baik umat melainkan
tergantung sepenuhnya pada belas kasih Allah
yang sumpah-Nya berlangsung selamanya.
– Sejarah keselamatan adalah serangkaian dari
janji-janji ilahi, kesetiaan Allah, dan cinta tanpa
syarat-Nya dalam sejarah orang-orang pilihan
yang ditujukan kepada semua manusia dan
seluruh dunia.
– Dari sejarah Israel, kita tahu bahwa Allah adalah
Sang Penjaga Perjanjian.
22. Pewahyuan Sebagai Pemenuhan
• Bagi iman kristiani, misteri yang tersembunyi
dalam Allah dari segala kekekalan terwujud
secara penuh dalam Yesus.
• “Tidak seorangpun yang pernah melihat
Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-
Nya” (Yoh 1:18).
• Dalam Kristus, mysterium tremendum
menjadi misteri cinta tak bersyarat yang
hadir.
23. • Wahyu melalui Inkarnasi
– Allah tidak hanya masuk ke dalam sejarah. Dalam
rangka untuk menyatakan diri-Nya dan untuk
mengkomunikasikan rencana keselamatan, Ia juga
membuat diri-Nya sejarah.
– Allah mengambil untuk diri-Nya sendiri apa yang
paling tidak seperti diri-Nya: tubuh dan daging
manusia, dengan segala resiko dan keterbatasan
budaya, bahasa, rasa.
– Melalui tubuh dan dalam daging Yesus Kristus,
Allah membuat diri-Nya hadir untuk
kemanusiaan.
24. – Cara yang paling penting yang digunakan oleh
Kristus untuk mengungkapkan hal-hal ilahi kepada
manusia adalah berbicara lisan.
– Ia menggunakan kata-kata manusia dalam hidup
keseharian, untuk mengajar dan untuk
menyatakan misteri Kerajaan Allah.
– Orang kristiani percaya “sementara dalam kasus
para nabi, doktrin berasal dari Allah, tetapi kata-
kata dari para nabi; dalam kasus Kristus, baik
doktrin maupun kata-kata berasal dari Allah.”
25. • Yesus: Misteri yang akan Datang
– Isi pokok pengajaran Yesus Kristus adalah Kabar
Baik tentang Kerajaan Allah.
– “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat.Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
(Mrk 1:15; Mat 4:17; Luk 4:43).
– Meskipun realisasi masa depan Allah belum
lengkap, bagi Yesus, Kerajaan Allah, yaitu, Allah
sendiri yang menawarkan cinta tanpa syarat
kepada makhluk-Nya dan memberikan kepada
masing-masing partisipasi dalam hidup-Nya
sendiri, sudah terjadi dalam realitas sejarah.
26. – Hidup Yesus merupakan panggilan untuk berbalik
kepada kasih Allah, satu-satunya jaminan yang
bisa dipercayai.
– Pribadi Yesus menjadi faktor penting bagi
penerimaan atau penolakan terhadap Kerajaan
eskatologis Allah, yang adalah anugerah kasih
Tuhan sekaligus tugas untuk manusia.
– Mereka yang menerima Kerajaan Allah dengan
menjadi anak-anak Allah akan menunjukkan
kehadiran Kerajaan itu dengan berusaha
menjadikan semua manusia saudari-saudara
mereka.
27. • Yesus hidup dalam keyakinan bahwa Allah adalah
kasih, seperti seorang bapak mengenal sangat
baik anaknya dan memberikan apapun yang
diperlukan anaknya (bdk. Luk 11:9-13)
28. • Wafat & Kebangkitan: Puncak Pewahyuan Allah
– “Aspek yang paling mengejutkan dari pewahyuan
kristiani tentang kematian adalah bahwa Allah telah
mengubah kematian menjadi misteri cinta Kristus bagi
Bapa, dan pada saat yang sama, misteri cinta Bapa
bagi Kristus dan, melalui Ia, untuk semua manusia.
– Kematian manusia telah menjadi peristiwa
penyelamatan bagi Kristus dan bagi dunia.
– Kristus tidak menyangkal kematian tetapi memberikan
makna yang paling dalam. … Kematian, yang
merupakan wujud nyata dari dosa manusia dan
keterasingan dari Allah, dalam Kristus, menjadi
ekspresi tertinggi dari ketundukan kepada Allah.”
29. – “Orang-orang kristiani perdana mengenal dan
menyembah Allah mereka sebagai Allah
kebangkitan.”
– Dengan masuk dan mengambil keterpisahan
dalam kematian Yesus, Allah menunjukkan
perendahan diri-Nya yang terdalam.
– Dalam misteri inkarnasi dan penyaliban Putera
Allah yang bangkit dari kematian, pemberian
diri Allah mencapai klimaksnya, titik tertinggi
dan menentukan dari penyingkapan diri Allah.
30. Akhirnya …
• Dalam pemahaman kristiani, pewahyuan diimani sebagai
Allah – yang adalah kasih – memperkenalkan diri dan
menawarkan rencana keselamatan kepada manusia.
• Cara yang diambil tidak tanggung-tanggung: Allah masuk
dalam sejarah dengan janji dan pemenuhannya, dan pada
saat yang ditentukan-Nya, mengutus Anak-Nya yang
tunggal, yang dengan perbuatan dan perkataan, hidup
dan mati, menghadirkan cinta-Nya sekaligus
mencurahkan Roh-Nya kepada kita.
• Melalui Roh Kudus itulah pemberian diri Allah dalam
sejarah yang berpuncak pada Yesus Kristus sampai
kepada kita, hari ini dan di sini, dan sampai akhir zaman.
31. a Patre
per Filium
in Spiritu Sancto
ad Patrem