Riding and Capitalizing the Next Wave of Information Technology
Revitalisasi Pendidikan
1. Kolom Telematika
Revitalisasi Teknologi Pendidikan Indonesia
Penulis: Goutama Bachtiar - detikinet
Selasa, 27/08/2013 10:24 WIB
Ilustrasi (detikcom)
Jakarta - Tergelitik untuk menyisir kembali perkembangan terakhir teknologi
pendidikan (educational technology atau kerap kali dikenal sebagai technology in
education dalam bahasa Inggris) di Indonesia dalam hubungannya dengan
konsumerisasi TI adalah alasan mengapa tulisan ini dihadirkan kehadapan para
pembaca.
Pada dasarnya teknologi pendidikan (selanjutnya disingkat TP) adalah kajian teori
dan praktik dimana sumber daya manusia, gagasan, peralatan, prosedur dan
organisasi bersinergi dalam menciptakan masalah pembelajaran.
Selanjutnya pada akhirnya, kegiatan belajar menjadi efektif dan efisien, sehingga
tujuan belajar tidak hanya dapat tercapai, namun kualitas belajar juga diharapkan
meningkat.
Berada di sektor pendidikan dan pelatihan selama lebih dari satu dasawarsa, dengan
fokus pada pendayagunaan dan pemanfaatan Telematika dalam aktivitas
pembelajaran di pendidikan tingkat dasar dan menengah serta tinggi, ada beberapa
kendala dan tantangan membuat kondisinya menjadi relatif stagnan.
Infrastruktur
Tidak bisa dipungkiri hadirnya Jardiknas belum cukup membantu peningkatan peran
TP dalam dunia pendidikan di Nusantara.
Terdiri dari 4 zona jaringan (kantor Dinas/Institusi, Perguruan Tinggi, Sekolah, Guru
dan Siswa) dikenal lewat nama DiknasNet, INHERENT, SchoolNet, TeacherNet dan
StudentNet), Wide Area Network pendidikan dengan skala nasional yang dibiayai
lewat anggaran Kementerian Pendidikan Nasional kerap dipertanyakan oleh banyak
kalangan.
Mulai dari manfaat untuk bangsa, siswa, pengajar, sampai dengan keraguan atas
berhasil atau tidaknya serta indikator lainnya. Konkritnya, apakah IT literacy level
1|i n et . d eti k . c om/r ea d/ 201 3/ 08/ 27/ 10 03 47 /23 414 77 /39 8/ 2/r evit ali sa si
teknol ogi -pendi di kan-i ndonesia
-
2. siswa dan guru meningkat? Apakah mereka sudah mampu untuk berinteraksi lewat
mailing list, forum, atau jenis media sosial lainnya.
Termasuk juga dari sisi kuantitasnya seperti berapa banyak presentase dari mereka
yang mampu menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran?
Bagi siswa dan mahasiswa sebagai pembelajar, mereka dapat menikmati layanan
pembelajaran yang dilakukan secara online, yaitu dengan memanfaatkan internet
dan juga sekaligus mengikuti ujian.
Kondisi lain, sehubungan dengan infrastruktur, tidak bisa disangkal bahwa tidak
meratanya kualitas koneksi internet antara major dan minor cities berkaitan dengan
jumlah pengguna di suatu lokasi tertentu tidak banyak membantu perkembangan
pemanfaatan TP di sektor ini.
Sumber Daya Manusia
Walaupun sulit mencari data mengenai jumlah pengajar yang memahami teknologi
dan terlebih lagi, mengintegrasikan serta memanfaatkannya untuk pembelajaran,
yang jelas hampir dapat dipastikan tingkat pertumbuhannya tidak setinggi tingkat
pertumbuhan pengguna internet yang mencapai 2-5 persen per tahun.
Telah dicapainya angka 55 juta pengguna internet tidak memberikan gambaran pasti
dan tidak secara otomatis berbanding lurus dengan jumlah guru dan dosen yang
melek TI.
Apabila ditelisik lebih detil, tentunya akan sangat sedikit jumlah tenaga pengajar
yang memahami teknologi pembelajaran, serta mendayagunakannya sebagai media
pembelajaran.
Ditambah lagi masalah mendasar seperti kompensasi para pendidik dimana sebagian
besar masih dalam tingkat minimum, membuat mereka lebih sibuk dengan aktivitas
mengajar di institusi pendidikan lainnya dibandingkan dengan memahami TI dan TP
secara lebih mendalam.
Dari segi jumlah guru dan dosen, berdasarkan estimasi atas data terakhir DikNas
tahun lalu, jumlahnya mencapai kurang lebih 3 juta dan 300 ribu, jumlahnya
sebenarnya lebih dari cukup.
Mengutip pernyataan Anies Badewan, penggagas Indonesia Mengajar, persoalan
terletak pada penyebarannya. Sebanyak 66% di daerah terpencil kekurangan
sementara sekolah di lokasi lain berlebihan jumlahnya. Rasio antara jumlah guru
dengan jumlah murid saat ini adalah 1:18 sementara dosen dengan mahasiswa 1:15.
Sejauh yang diamati, dari beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia,
tingkat keahlian para pengajarnya atas skillset TI maupun TP dan juga tenaga
pendidik bidang TI sendiri masih tergolong rendah.
Tingkatan pengguna di power-user jarang dijumpai. Mayoritas masih di user-level.
Situasi ini semakin mengkhawatirkan karena rendahnya intensitas pelatihan,
2|i n et . d eti k . c om/r ea d/ 201 3/ 08/ 27/ 10 03 47 /23 414 77 /39 8/ 2/r evit ali sa si
teknol ogi -pendi di kan-i ndonesia
-
3. workshop, dan event sejenisnya baik dari sektor swasta maupun pemerintah dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya.
Kelangkaan sumber daya instructional designer sedikit banyak turut berkontribusi
atas statisnya kondisi sebagaimana dijabarkan pada paragraf sebelumnya.
Lulusan Teknologi Pendidikan diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan praktis
atas educational media, namun lebih diutamakan lagi mempunyai kemampuan
mendesain media pembelajaran yang ideal.
Tingkat Pemanfaatan
Selain rendahnya integrasi TI dalam aktivitas pembelajaran (Computer-Based
Training, Web-Based Training, e-Learning dan lain sebagainya), pemanfaatannya
dalam pengelolaan manajemen pendidikan juga masih sangat minim terutama dari
sisi kuantitas.
Utilisasi Learning Management Systems (LMS) lebih banyak ditemui di lembaga
pendidikan swasta ketimbang negeri namun tetap saja jumlahnya tidaklah signifikan.
Akar masalahnya adalah kurangnya komitmen dari jajaran pimpinan untuk
menerapkan TI dan TP di dalam institusinya mulai dari tataran infrastruktur,
perangkat, tenaga pengajar sampai dengan pendidik di jajaran struktural.
Kurikulum
Rendahnya penerapan TI dalam pembelajaran dan berbagai kegiatan pendidikan
tercermin dari kurikulum terutama Satuan Acara Pembelajaran dan Kalendar
Akademik.
Diakomodasinya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimulai dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di tahun 2004 jelas merupakan langkah yang
tidak dapat dihindarkan.
Peran TI pada kurikulum terletak pada desain sistem pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajarannya dimana tujuan dari desain adalah menciptakan efektivitas dan
efisiensi dalam proses pembelajaran.
3|i n et . d eti k . c om/r ea d/ 201 3/ 08/ 27/ 10 03 47 /23 414 77 /39 8/ 2/r evit ali sa si
teknol ogi -pendi di kan-i ndonesia
-
4. Metodologi
Bagi institusi yang sudah memanfaatkannya elemen Instructional Design sehingga
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam setiap pelajaran dalam terpenuhi.
Secara umum, bisa disimpulkan bahwa integrasi TI secara penuh pada aktivitas dan
pemanfaatannya untuk mengelola pendidikan masih sangat terbatas.
Apabila sudah pun, belum dimanfaatkan secara meluas. Penggunaan internet dan
medianya lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi ketimbang sebagai
sarana pendidikan interaktif.
Beberapa lembaga terutama perguruan tinggi sudah cukup intensif dalam
menggunakan internet sebagai media belajar – mengajar. Slide presentasi, tugas
perkuliahan, paper, latihan dan project dari dosen diunggah di situs web, dan
mahasiswa diarahkan untuk mengirimkan tugas, paper, project maupun latihan
sampai dengan skripsi melalui web site tersebut maupun melalui surat elektronik.
Kita semua tentu masih ingat dengan program pendidikan melalui media televisi satu
dekade silam. Ditujukan pada pendidikan luar sekolah (SMP Terbuka), inisiatif dari
Televisi Pendidikan Indonesia ini, selain berisi tentang materi pelajaran sesuai dengan
kurikulum saat itu, juga menayangkan berbagai program pengetahuan umum,
pertanian dan peternakan.
4|i n et . d eti k . c om/r ea d/ 201 3/ 08/ 27/ 10 03 47 /23 414 77 /39 8/ 2/r evit ali sa si
teknol ogi -pendi di kan-i ndonesia
-
5. Memang peran TP dan saat ini TI di dunia pendidikan di Indonesia telah berjalan
cukup lama. Harus diakui bahwa radio dan televisi telah memegang peranan penting
dalam meningkatkan penyebaran kesempatan pendidikan, dalam hal ini untuk
aktivitas pembelajaran mandiri dan juga jarak jauh.
Satu harapan pasti adalah bahwa adanya goodwill di pemerintahan mendatang
khususnya kementerian pendidikan serta komunikasi dan informasi agar lebih
memperhatikan sektor ini, sementara di sisi lain terus menggulirkan ide–ide, wacana,
gagasan, feedback melalui asosiasi profesi baik IPTPI maupun ISTPI.
Sementara itu mereka yang berprofesi sebagai pendidik dan pengajar, jika memang
dimungkinkan,
terus
mengasah
kemampuannya
dalam
memahami,
mengimplementasi, dan mendayagunakan TI dan TP ke dalam kurikulum dan
aktivitas belajar mengajar dimana institusi juga meningkatkan utilisasi TI dalam
pengelolaan manajemen pendidikan.
Semua demi efisiensi dan efektivitas serta meningkatnya kualitas belajar yang pada
akhirnya membawa peningkatan atas kualitas murid dan mahasiswa sebagai manusia
seutuhnya.
5|i n et . d eti k . c om/r ea d/ 201 3/ 08/ 27/ 10 03 47 /23 414 77 /39 8/ 2/r evit ali sa si
teknol ogi -pendi di kan-i ndonesia
-