SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
1:3




               UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                        NOMOR 6 TAHUN 1953
                               TENTANG
PERNYATAAN PERLUNYA BEBERAPA TANAH PARTIKELIR DIKEMBALIKAN MENJADI TANAH
                                NEGERI

                   DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang    :   bahwa beberapa tanah partikelir yang terletak di dalam dan di sekitar
                 Kotapraja Jakarta Raya guna kepentingan umum perlu dengan segera
                 untuk seluruhnya dikembalikan menjadi tanah Negeri.



Mengingat    :   Pasal-pasal 27, 38 dan 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik
                 Indonesia, Undang-undang tanggal 7 Nopember 1910 (Staatsblad 1911 Nr
                 38) dan Pasal 3 Keputusan Raja tanggal 12 Agustus 1912 Nomor 54
                 (Staatsblad 1912 Nr 480).

                                 Dengan persetujuan :
                        Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
                                    Memutuskan:

PERTAMA: Menyatakan, bahwa kepentingan umum menghendaki dikembalikannya
beberapa tanah partikelir, sebagai yang tertera di dalam daftar lampiran Undang-undang
ini, untuk seluruhnya menjadi tanah Negeri.

KEDUA: Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                                            Disahkan di Jakarta,
                                                            pada tanggal 11 Maret 1953.
                                                               Presiden Republik Indonesia,
                                                                            ttd.
                                                                     SOEKARNO.
                                                                  Menteri Dalam Negeri,
                                                                             ttd
                                                                MOHAMMAD ROEM.
Diundangkan
pada tanggal 23 Maret 1953
       Menteri Kehakiman,
               ttd.
    LOEKMAN WIRIADINATA.
2:3




PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 6 TAHUN 1953
                           TENTANG
PERNYATAAN PERLUNYA BEBERAPA TANAH PARTIKELIR DIKEMBALIKAN MENJADI
                        TANAH NEGERI
  1. Sebagaimana diketahui, usaha pengembalian tanah-tanah partikelir di
     tangan Negara dari rakyat, seperti yang kini sedang diselenggarakan oleh
     Pemerintah itu, adalah merupakan salah satu acara dalam program politik
     Pemerintah. Adapun pokok maksudnya ialah melenyapkan instituut tanah
     partikelir yang masih terdapat di Indonesia ini, suatu keadaan yang ternyata
     bertentangan dengan dasar-dasar Negara, dan karena itu pada azasnya
     harus segera ditiadakan.
  2. Meskipun menilik dari maksud yang prinsipiil itu pada hakekatnya
     pelaksanaan program tersebut harus terlepas dari pada soal dibutuhkan
     atau tidaknya tanah-tanah yang bersangkutan untuk sesuatu keperluan
     Negara yang khusus, namun berhubung dengan keadaan keuangan Negara
     kita dewasa ini dalam prakteknya usaha termaksud hingga sekarang
     dijalankan, tiap-tiap kali berdasar atas pertimbangan sesuatu kepentingan
     Negara atau umum yang mendesak mengenai tanah-tanah partikelir yang
     tertentu.
  3. Tentang caranya melaksanakan program tersebut, Pemerintah
     berpendirian, bahwa pada dasarnya pengembalian tanah-tanah partikelir
     menjadi tanah Negeri itu dijalankan pertama-tama dengan jalan damai,
     yakni dengan perundingan antara Pemerintah dan tuan-tuan tanah yang
     bersangkutan. Apabila jalan ini ternyata tidak akan membawa hasil yang
     diinginkan, maka barulah dipertimbangkan tindakan melalui prosedur
     quot;Onteigeningquot; seperti dimaksud dalam Staatsblad 1911 Nomor 38 juncto
     Staatsblad 1912 Nr 480. Hingga sekarang 96% dari semua tanah-tanah
     partikelir yang ada semula telah dapat dikembalikan dengan jalan
     persetujuan.
  4. Akan tetapi pada saat ini mengenai beberapa tanah partikelir sebagai
     tersebut dalam daftar terlampir, perundingan antara Pemerintah dan tuan
     tanah yang bersangkutan tidak mencapai hasil dalam menetapkan uang
     ganti rugi. Perlu dikemukakan lebih dulu, bahwa penetapan harga
     quot;pembelian kembaliquot; tanah-tanah partikelir itu telah diatur dalam Staatsblad
     1912 No. 480 (peraturan pelaksanaan dari wet tentang pengembalian tanah
     partikelir menjadi tanah Negeri). Pasal 27 memberi pedoman tentang
     penilaian tadi, atas dasar jumlah sebenarnya menurut pendapat bersih yang
     diperoleh tuan tanah dari pungutan-pungutan yang sah atas penduduk
     tanahnya, termasuk juga uang pungutan sebagai gantinya kerja rodi.
     Pendapatan bersih itu dikalikan suatu kapitalisatie-faktor 14, yang sejak
     tahun 1949 dengan persetujuan tuan-tuan tanah sendiri ditinjau lagi dan
     ditentukan oleh Pemerintah waktu itu menjadi 17,9.
  5. Bagi Pemerintah quot;pembelian kembaliquot; tanah-tanah partikelir itu bukannya
     terutama berarti mendapat tanah yang mempunyai nilai dagang, tetapi yang
     terpenting baginya ialah pembebasan hak rakyat, penduduk tanah tersebut,
     sehingga mereka kemudian mendapat hak milik atas tanahnya masing yang
     sampai sekarang dipegangnya hanya dengan quot;hak usahaquot;. Bagi tuan tanah
3:3




      quot;pembelian kembaliquot; berarti menerima modal dari Pemerintah dengan
      sekaligus, sedangkan mengingat sikap rakyat tanah partikelir dewasa ini
      tidak mungkin modal sebesar itu dapat dikumpulkan dari pungutan-
      pungutan atas penduduk tanahnya, bahkan pungutan-pungutan itu sekarang
      berhenti sama sekali, berdasar atas larangan pemerintah pada tahun 1946
      (peraturan CCO - AMACAB 8 - 11 - 1946 No. XXIX).
   6. Jika diingat bahwa dari jumlah luasnya tujuh tanah termuat dalam daftar
      yang ñ 1600 HA itu, ñ 1400 HA adalah tanah usaha penduduk yang sah, maka
      nilai pembelian kembali yang ditaksir oleh Pemerintah sekarang sekitar Rp.
      1,- per m2 sudahlah patut, sebagaimana lebih jelas teryata dari perhitungan-
      perhitungan persil demi persil di bawah ini. Andaikata permintaan tuan
      tanah yang tidak suka menerima kurang dari Rp. 2,- per m2 dikabulkan,
      maka hal itu akan berarti pengeluaran beaya per HA-nya dua kali, atau Rp.
      10.000,- lebih dari pada taksiran menurut perhitungan di atas. Buat
      quot;pembelian kembaliquot; 1400 HA tanah usaha tersebut kelebihan itu akan
      berjumlah 1400 x Rp. 1 0.000,- = Rp 14.000.000,- yang tidak dapat
      dipertanggungjawabkan. Penjelasan persil demi persil adalah sebagai
      tertera dalam lampiran berikut.
   7. Demikianlah, karena pengembalian tanah partikelir menjadi tanah Negeri;
      dan sejalan dengan itu pembebasan hak rakyat atas tanah dari kekuasaan
      tuan tanah, pada azasnya sudah menjadi kewajiban Pemerintah, maka
      perselisihan antara taksiran Pemerintah dan keinginan tuan tanah itu perlu
      segera diakhiri dengan jalan hukum, yaitu melalui Undang-undang tersebut
      Staatsblad 1911 No. 38 jo. pasal 3 Staatsblad 1912 No. 480.
   8. Perlunya Undang-undang tersebut ialah untuk menegaskan:
         a. kepada umum dan kepada pemilik bahwa tanah itu sungguh harus
            dan akan dibeli oleh Pemerintah;
         b. kepada Hakim untuk mengambil keputusan sesuai dengan peraturan
            yang khusus, yaitu yang termuat dalam Staatsblad 1912 Nr 480;
         c. bahwa harga itu ditetapkan menurut pendapat ahli, yang ditunjuk
            oleh Hakim, jadi dapat menggambarkan penetapan harga yang adil.

Diketahui:

  Menteri Kehakiman,

             ttd

LOEKMAN WIRIADINATA.
        WIRIADINATA.

More Related Content

What's hot

Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaRahmanzie Share
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)Leks&Co
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuLeks&Co
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 
Analisis kasus pertanahan
Analisis kasus pertanahanAnalisis kasus pertanahan
Analisis kasus pertanahanlukipower
 
Agraria fh uaj
Agraria fh uajAgraria fh uaj
Agraria fh uajHana Bell
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjitojonatanwardian
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Vallen Hoven
 
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahAtiek Hafifah
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganNakano
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Ilham Mustafa
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaTaufik Rahman
 
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di Indonesia
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di IndonesiaKebijakan Umum Pengadaan Tanah di Indonesia
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di IndonesiaOswar Mungkasa
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahAkram Naufal
 
Undang undang-no-5-tahun-1960-1
Undang undang-no-5-tahun-1960-1Undang undang-no-5-tahun-1960-1
Undang undang-no-5-tahun-1960-1Wahyu Novarianto
 

What's hot (20)

Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesia
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
Analisis kasus pertanahan
Analisis kasus pertanahanAnalisis kasus pertanahan
Analisis kasus pertanahan
 
Agraria fh uaj
Agraria fh uajAgraria fh uaj
Agraria fh uaj
 
Uu 06 1952
Uu 06 1952Uu 06 1952
Uu 06 1952
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjito
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
 
Uu 14 1952
Uu 14 1952Uu 14 1952
Uu 14 1952
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggungan
 
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
Peraturan dasar pokokpokok_agraria_(uu_5_thn_1960_5
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesia
 
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di Indonesia
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di IndonesiaKebijakan Umum Pengadaan Tanah di Indonesia
Kebijakan Umum Pengadaan Tanah di Indonesia
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanah
 
Uu 09 1952
Uu 09 1952Uu 09 1952
Uu 09 1952
 
Undang undang-no-5-tahun-1960-1
Undang undang-no-5-tahun-1960-1Undang undang-no-5-tahun-1960-1
Undang undang-no-5-tahun-1960-1
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Food of Ireland
Food of IrelandFood of Ireland
Food of Ireland
 
Online Collaborative Activities
Online Collaborative ActivitiesOnline Collaborative Activities
Online Collaborative Activities
 
Uu 10 1953
Uu 10 1953Uu 10 1953
Uu 10 1953
 
Uu 01 1952
Uu 01 1952Uu 01 1952
Uu 01 1952
 
Metro Boludos
Metro BoludosMetro Boludos
Metro Boludos
 
AGENTES GEOLÓGICOS
AGENTES GEOLÓGICOSAGENTES GEOLÓGICOS
AGENTES GEOLÓGICOS
 
Uu 12 1952
Uu 12 1952Uu 12 1952
Uu 12 1952
 

Similar to TANAH PARTIKELIR

ppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptxppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptxAkbarRachmaddi
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxary-red78
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikvinnalusianaSHMkn
 
Masalah pertanahan di indonesia
Masalah pertanahan di indonesiaMasalah pertanahan di indonesia
Masalah pertanahan di indonesiaAyu Ana Inayah
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupadedihartono
 
UU No 5 tahun 1960 Pembaharuan Agraria
UU No 5 tahun 1960  Pembaharuan AgrariaUU No 5 tahun 1960  Pembaharuan Agraria
UU No 5 tahun 1960 Pembaharuan AgrariaYossy Suparyo
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uuparaes_bastard
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria Mr.Mahmud
 
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Reki Rek
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfnesyanurhalimah1
 
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiaMAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiasitirahmadalimunte
 

Similar to TANAH PARTIKELIR (20)

ppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptxppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptx
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
 
Masalah pertanahan di indonesia
Masalah pertanahan di indonesiaMasalah pertanahan di indonesia
Masalah pertanahan di indonesia
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupa
 
UU No 5 tahun 1960 Pembaharuan Agraria
UU No 5 tahun 1960  Pembaharuan AgrariaUU No 5 tahun 1960  Pembaharuan Agraria
UU No 5 tahun 1960 Pembaharuan Agraria
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupa
 
Uu 5 tahun 1960 uupa
Uu 5 tahun 1960  uupaUu 5 tahun 1960  uupa
Uu 5 tahun 1960 uupa
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria
 
UU No. 11 1967
UU No. 11 1967UU No. 11 1967
UU No. 11 1967
 
LANDREFORM.pptx
LANDREFORM.pptxLANDREFORM.pptx
LANDREFORM.pptx
 
1. sejarah pbb
1. sejarah pbb1. sejarah pbb
1. sejarah pbb
 
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
 
UUPA No_5_1960.pdf
UUPA No_5_1960.pdfUUPA No_5_1960.pdf
UUPA No_5_1960.pdf
 
Uu 20 1961
Uu 20 1961Uu 20 1961
Uu 20 1961
 
UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiaMAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
 
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok PokokagrariaUu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 

TANAH PARTIKELIR

  • 1. 1:3 UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1953 TENTANG PERNYATAAN PERLUNYA BEBERAPA TANAH PARTIKELIR DIKEMBALIKAN MENJADI TANAH NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa beberapa tanah partikelir yang terletak di dalam dan di sekitar Kotapraja Jakarta Raya guna kepentingan umum perlu dengan segera untuk seluruhnya dikembalikan menjadi tanah Negeri. Mengingat : Pasal-pasal 27, 38 dan 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Undang-undang tanggal 7 Nopember 1910 (Staatsblad 1911 Nr 38) dan Pasal 3 Keputusan Raja tanggal 12 Agustus 1912 Nomor 54 (Staatsblad 1912 Nr 480). Dengan persetujuan : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Memutuskan: PERTAMA: Menyatakan, bahwa kepentingan umum menghendaki dikembalikannya beberapa tanah partikelir, sebagai yang tertera di dalam daftar lampiran Undang-undang ini, untuk seluruhnya menjadi tanah Negeri. KEDUA: Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta, pada tanggal 11 Maret 1953. Presiden Republik Indonesia, ttd. SOEKARNO. Menteri Dalam Negeri, ttd MOHAMMAD ROEM. Diundangkan pada tanggal 23 Maret 1953 Menteri Kehakiman, ttd. LOEKMAN WIRIADINATA.
  • 2. 2:3 PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 6 TAHUN 1953 TENTANG PERNYATAAN PERLUNYA BEBERAPA TANAH PARTIKELIR DIKEMBALIKAN MENJADI TANAH NEGERI 1. Sebagaimana diketahui, usaha pengembalian tanah-tanah partikelir di tangan Negara dari rakyat, seperti yang kini sedang diselenggarakan oleh Pemerintah itu, adalah merupakan salah satu acara dalam program politik Pemerintah. Adapun pokok maksudnya ialah melenyapkan instituut tanah partikelir yang masih terdapat di Indonesia ini, suatu keadaan yang ternyata bertentangan dengan dasar-dasar Negara, dan karena itu pada azasnya harus segera ditiadakan. 2. Meskipun menilik dari maksud yang prinsipiil itu pada hakekatnya pelaksanaan program tersebut harus terlepas dari pada soal dibutuhkan atau tidaknya tanah-tanah yang bersangkutan untuk sesuatu keperluan Negara yang khusus, namun berhubung dengan keadaan keuangan Negara kita dewasa ini dalam prakteknya usaha termaksud hingga sekarang dijalankan, tiap-tiap kali berdasar atas pertimbangan sesuatu kepentingan Negara atau umum yang mendesak mengenai tanah-tanah partikelir yang tertentu. 3. Tentang caranya melaksanakan program tersebut, Pemerintah berpendirian, bahwa pada dasarnya pengembalian tanah-tanah partikelir menjadi tanah Negeri itu dijalankan pertama-tama dengan jalan damai, yakni dengan perundingan antara Pemerintah dan tuan-tuan tanah yang bersangkutan. Apabila jalan ini ternyata tidak akan membawa hasil yang diinginkan, maka barulah dipertimbangkan tindakan melalui prosedur quot;Onteigeningquot; seperti dimaksud dalam Staatsblad 1911 Nomor 38 juncto Staatsblad 1912 Nr 480. Hingga sekarang 96% dari semua tanah-tanah partikelir yang ada semula telah dapat dikembalikan dengan jalan persetujuan. 4. Akan tetapi pada saat ini mengenai beberapa tanah partikelir sebagai tersebut dalam daftar terlampir, perundingan antara Pemerintah dan tuan tanah yang bersangkutan tidak mencapai hasil dalam menetapkan uang ganti rugi. Perlu dikemukakan lebih dulu, bahwa penetapan harga quot;pembelian kembaliquot; tanah-tanah partikelir itu telah diatur dalam Staatsblad 1912 No. 480 (peraturan pelaksanaan dari wet tentang pengembalian tanah partikelir menjadi tanah Negeri). Pasal 27 memberi pedoman tentang penilaian tadi, atas dasar jumlah sebenarnya menurut pendapat bersih yang diperoleh tuan tanah dari pungutan-pungutan yang sah atas penduduk tanahnya, termasuk juga uang pungutan sebagai gantinya kerja rodi. Pendapatan bersih itu dikalikan suatu kapitalisatie-faktor 14, yang sejak tahun 1949 dengan persetujuan tuan-tuan tanah sendiri ditinjau lagi dan ditentukan oleh Pemerintah waktu itu menjadi 17,9. 5. Bagi Pemerintah quot;pembelian kembaliquot; tanah-tanah partikelir itu bukannya terutama berarti mendapat tanah yang mempunyai nilai dagang, tetapi yang terpenting baginya ialah pembebasan hak rakyat, penduduk tanah tersebut, sehingga mereka kemudian mendapat hak milik atas tanahnya masing yang sampai sekarang dipegangnya hanya dengan quot;hak usahaquot;. Bagi tuan tanah
  • 3. 3:3 quot;pembelian kembaliquot; berarti menerima modal dari Pemerintah dengan sekaligus, sedangkan mengingat sikap rakyat tanah partikelir dewasa ini tidak mungkin modal sebesar itu dapat dikumpulkan dari pungutan- pungutan atas penduduk tanahnya, bahkan pungutan-pungutan itu sekarang berhenti sama sekali, berdasar atas larangan pemerintah pada tahun 1946 (peraturan CCO - AMACAB 8 - 11 - 1946 No. XXIX). 6. Jika diingat bahwa dari jumlah luasnya tujuh tanah termuat dalam daftar yang ñ 1600 HA itu, ñ 1400 HA adalah tanah usaha penduduk yang sah, maka nilai pembelian kembali yang ditaksir oleh Pemerintah sekarang sekitar Rp. 1,- per m2 sudahlah patut, sebagaimana lebih jelas teryata dari perhitungan- perhitungan persil demi persil di bawah ini. Andaikata permintaan tuan tanah yang tidak suka menerima kurang dari Rp. 2,- per m2 dikabulkan, maka hal itu akan berarti pengeluaran beaya per HA-nya dua kali, atau Rp. 10.000,- lebih dari pada taksiran menurut perhitungan di atas. Buat quot;pembelian kembaliquot; 1400 HA tanah usaha tersebut kelebihan itu akan berjumlah 1400 x Rp. 1 0.000,- = Rp 14.000.000,- yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan persil demi persil adalah sebagai tertera dalam lampiran berikut. 7. Demikianlah, karena pengembalian tanah partikelir menjadi tanah Negeri; dan sejalan dengan itu pembebasan hak rakyat atas tanah dari kekuasaan tuan tanah, pada azasnya sudah menjadi kewajiban Pemerintah, maka perselisihan antara taksiran Pemerintah dan keinginan tuan tanah itu perlu segera diakhiri dengan jalan hukum, yaitu melalui Undang-undang tersebut Staatsblad 1911 No. 38 jo. pasal 3 Staatsblad 1912 No. 480. 8. Perlunya Undang-undang tersebut ialah untuk menegaskan: a. kepada umum dan kepada pemilik bahwa tanah itu sungguh harus dan akan dibeli oleh Pemerintah; b. kepada Hakim untuk mengambil keputusan sesuai dengan peraturan yang khusus, yaitu yang termuat dalam Staatsblad 1912 Nr 480; c. bahwa harga itu ditetapkan menurut pendapat ahli, yang ditunjuk oleh Hakim, jadi dapat menggambarkan penetapan harga yang adil. Diketahui: Menteri Kehakiman, ttd LOEKMAN WIRIADINATA. WIRIADINATA.