Dokumen tersebut merupakan bagian dari bab empat yang berisi hasil penelitian. Data yang dideskripsikan adalah penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri dan langsung. Hasilnya menunjukkan rata-rata penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti model inkuiri lebih tinggi dibandingkan model langsung.
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains sebagai hasil
perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran
langsung. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test
kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Manova sebagai alat analisis
datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok
data sebagai berikut.
4.1.1 Deskripsi Data Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains
Variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains diukur dengan
kuesioner penalaran formal dengan jumlah pertanyaan 30 butir soal, dengan skor
minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 30, sehingga diperoleh rata-rata
ideal = 15, dan standar deviasi ideal = 5. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar
deviasi ideal tersebut, skor penalaran formal siswa pada pelajaran sains dapat
diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1 Klasifikasi Penalaran Formal siswa pada pelajaran sains
No Kriteria Interval Kualifikasi
1 > (Mi + 1,5 SDi) >22,50 Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 17,50 – 22,50 Tinggi
3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 14,75 –17,49 Sedang
4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 7,50 – 14,74 Rendah
5 < (Mi - 1,5 SDi) <7,50 Sangat Rendah
75
2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Hasil pengukuran terhadap variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains
memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Penalaran Formal Siswa
pada Pelajaran Sains
Statistik Model Pembelajaran
Inkuiri Pembelajaran Langsung
N 41 41
X 19,804 18,488
SD 2,064 2,063
SD2 4,260 4,256
Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata–rata
19,804, sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran
langsung mempunyai rata-rata 18,488. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal
siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model
pembelajaran langsung tergolong tinggi.
Hasil Pengukuran variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains
untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang mengikuti Model
Pembelajaran Inkuiri
Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata
19,804 dan simpangan baku 2,064. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa
pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri tergolong tinggi,
dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,260.
76
3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada Tabel 4.3 di bawah
ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Penalaran Formal pada Pelajaran
Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi
Absolut Relatif
1 14 –15 14,5 1 2,44
2 16 –17 16,5 3 7,31
3 18 –19 18,5 12 29,27
4 20 - 21 20,5 20 48,78
5 22 - 23 22,5 3 7,32
6 24 -25 24,5 2 4,88
Jumlah 41 100,00
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,78% siswa memperoleh
skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri, sebanyak 39,02% siswa memperoleh skor di bawah
rata-rata, dan sebanyak 12,20% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.
Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.3 disajikan dalam bentuk
gambar (histogram) seperti berikut.
77
4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Gambar 4.1 Histogram Penalaran Formal Siswa pada
Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
FREKUENSI 10
9
8 FREK.ABSOLUT
7
6
5
4
3
2
1
0
14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5
INTERVAL
Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak
pada rentangan skor 19,5 –21,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada
rentangan skor 13,5 – 15,5.
2) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti
Model Pembelajaran Langsung
Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata
rata 18,488 dan simpangan baku 2,063. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal
siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung
tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,256.
Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang
mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada Tabel 4.4 di bawah
ini.
78
5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Penalaran formal pada Pelajaran
Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran
Langsung
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi
Absolut Relatif
1 13 - 14 13,5 1 2,44
2 15 - 16 15,5 4 9,76
3 17 - 18 17,5 19 46,34
4 19 - 20 19,5 12 29,27
5 21 -22 21,5 3 7,31
6 23 – 24 23,5 2 4,88
Jumlah 41 100,00
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sebanyak 29,27% siswa memperoleh
skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti
model pembelajaran langsung, sebanyak 58,542% siswa memperoleh skor di
bawah rata-rata, dan sebanyak 12,19% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.
Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.4 disajikan dalam
bentuk gambar (histogram) seperti berikut.
79
6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Gambar 4.2 Histogram Penalaran Formal Siswa pada
Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran
Langsung
19
18
17
16
15
14
13
12
11
FREKUENSI 10
9
8
7 FREK.ABSOLUT
6
5
4
3
2
1
0
13,5 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5
INTERVAL
Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang
mengikuti model pembelajaran langsung, tampak bahwa frekuensi tertinggi
terletak pada rentangan skor 16,5 – 18,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak
pada rentangan skor 12,5 – 14,5.
4.1.2 Deskripsi Data Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains
Variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains
diukur dengan penilaian proyek, dengan skor maksimum ideal = 32 dan skor
minimum ideal = 8, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 20, dan standar deviasi
ideal = 4. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor
kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan
sebagai tertera dalam Tabel 4.5.
80
7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.5 Klasisfikasi Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada
Pelajaran Sains
No Kriteria Interval Kualifikasi
1 > (Mi + 1,5 SDi) > 26 Sangat Baik
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 22 –26 Baik
3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 18 – 22 Cukup
4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 14 – 18 Kurang
5 < (Mi - 1,5 SDi) <14 Sangat Kurang
Baik
Hasil pengukuran terhadap variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada
pelajaran sains memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.6
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Menulis
Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains
Statistik Model Pembelajaran
Inkuiri Pembelajaran Langsung
N 41 41
X 20,61 19,15
SD 2,33 2,29
Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
mempunyai rata-rata 20,61 sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti
model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 19,15. Hal ini berarti rata-rata
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong cukup.
81
8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Hasil Pengukuran variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada
pelajaran sains untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang
Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri
Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
mempunyai rata-rata 20,61 dan simpangan baku 2,33. Hal ini berarti rata-rata
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor pada
kelompoknya sebesar 5,43.
Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada
pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada
Tabel 4.7di bawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Imiah
pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model
Pembelajaran Inkuiri
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi
Absolut Relatif
1 15 –16 15,5 2 4,88
2 17 – 18 17,5 7 17,07
3 19 – 20 19,5 5 12,20
4 21 –22 21,5 19 46,34
5 23 –24 23,5 7 17,07
6 25 - 26 25,5 1 2,44
Jumlah 41 100,00
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46,34% siswa memperoleh
skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
82
9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, sebanyak 34,15% siswa memperoleh
skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 19,51% siswa memperoleh skor di atas rata-
rata.
Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.7 disajikan dalam bentuk
gambar (histogram) seperti berikut.
Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah
Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model
Pembelajaran Inkuiri
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
FREKUENSI
9
8
FREK.ABSOLUT
7
6
5
4
3
2
1
0
15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5
INTERVAL
Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada rentangan skor 20,5 – 22,5. Sedangkan frekuensi terendah
terletak pada rentangan skor 24,5 – 26,5.
83
10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
2) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang
Mengikuti Model Pembelajaran Langsung
Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung
mempunyai rata rata 19,15 dan simpangan baku 2,29. Hal ini berarti rata-rata
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti
model pembelajaran langsung tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor
pada kelompoknya sebesar 5,24.
Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada
pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada
Tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model
Pembelajaran Langsung
No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi
Absolut Relatif
1 14 -15 14,5 1 2,44
2 16 - 17 16,5 9 21,94
3 18 - 19 18,5 14 34,15
4 20 - 21 20,5 11 26,83
5 22 - 23 22,5 4 9,76
6 24 - 25 24,5 2 4,88
Jumlah 41 100,00
84
11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa sebanyak 26,83% siswa memperoleh
skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains
yang mengikuti model pembelajaran langsung, sebanyak 58,53 siswa memperoleh
skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 14,64 siswa memperoleh skor di atas rata-
rata.
Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.8 disajikan dalam
bentuk gambar (histogram) seperti berikut.
Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah
Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model
Pembelajaran Langsung
14
13
12
11
10
9
8
FREKUENSI 7
6
FREK.ABSOLUT
5
4
3
2
1
0
14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5
INTERVAL
Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, terlihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada rentangan skor 17,5 – 19,5. Sedangkan, untuk frekuensi
terendah terletak pada rentangan 13,5 – 15,5.
85
12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, yang diajarkan
dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Hasil uji
normalitas disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data
Penalaran Formal dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
Siswa pada Pelajaran Sains
Kelompok Data Shapiro-Wilk df Sig
A1 0.966 41 0.395
A2 0.947 41 0.085
A3 0.956 41 0.214
A4 0.914 41 0.060
Keterangan:
A1 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa
yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
A2 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa
yang diajar dengan model pembelajaran langsung
A3 = Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk
kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
A4= Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk
kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung
Hasil pengujian normalitas seperti tertera dalam Tabel 4.9 menunjukkan
bahwa nilai-nilai statistik Shapiro-Wilk semua menunjukkan angka signifikansi
yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan sebaran data
86
13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran
sains berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok
yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian
perbedaan yang terjadi dalam uji hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan
antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.
Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains baik secara bersama-
sama menggunakan uji Box’M menghasilkan angka signifikansi = 0,996 dan
secara sendiri-sendiri dengan uji Levene Test menghasilkan angka signifikansi =
0,889 untuk variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains, dan angka
signifikansi = 0,997 untuk variabel kemampuan menulis karya ilmiah pada
pelajaran sains. Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 24 halaman
279.
Tampak bahwa angka signifikansi yang dihasilkan baik secara bersama-
sama maupun secara sendiri-sendiri lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
berarti bahwa matrik varians-kovarians pada variabel penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains adalah homogen.
4.3 Hasil Manova dan Pengujian Hipotesis
4.3.1 Hasil Manova
Uji multivariat adalah untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama-sama. Hasil analisis dengan Manova dapat
disajikan dalam Tabel 4.10
87
14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Multivariat
Efek Statistik F Sig.
Model Pillai’s Trace 5,542 0,006
Pembelajaran Wilks’ Lambda 5,542 0,006
Hotelling’s Trace 5,542 0,006
Roy’s Largest Root 5,542 0,006
( Hasil analisis dalam Lampiran 25 halaman 280)
Sedangkan uji pengaruh antar subjek adalah untuk meneliti pengaruh
variabel independent terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Hasil
analisis dengan manova dapat disajikan dalam Tabel 4.11
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Pengaruh antar Subjek
Source Dependent Variabel F Sig
Model Pembelajaran Penalaran formal 8,351 0,005
Kemampuan menulis Karya ilmiah 8,228 0,005
( Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)
4.3.2 Pengujian Hipotesis
Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk pengujian
ketiga hipotesis penelitian didasarkan pada hasil analisis Manova
88
15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
4.3.2.1 Uji Hipotesis 1
Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan kemampuan menulis
karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model inkuiri
dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka signifikansi = 0,006
pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest
Root = 5,542. Karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan
bahwa: hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian.
Analisis deskriptif tentang penalaran formal dan kemampuan menulis
karya ilmiah siswa pada pelajaran sains menunjukkan: 1) rata-rata penalaran
formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
sebesar 19,80 lebih besar dari pada rata-rata penalaran formal siswa yang diajar
dengan model pembelajaran langsung yakni sebesar 18,48. Demikian juga untuk
rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Inkuiri sebesar 20,61 lebih besar dari pada rata-rata
kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
langsung yakni sebesar 19,15. Jadi, dari rata-rata yang dihasilkan menunjukkan
bahwa dengan pengajaran yang dilakukan dengan model inkuiri lebih baik
dibandingkan dengan yang dilakukan dengan model pembelajaran langsung
terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa.
Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa “ penalaran formal dan kemampuan menulis karya
ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran langsung”.
89
16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
4.3.2.2 Uji Hipotesis 2
Tabel 4.12 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Penalaran Formal
Dependent Sum of df Mean F Sig.
Variable Squares Square
P.FORMAL Contrast 35.561 1 35.561 8.351 .005
Error 340.683 80 4.259
Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap
penalaran formal siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai statistik F = 8,351
dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.
Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan
penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung,
ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat perbedaan penalaran formal siswa pada
pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran langsung.
Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan penalaran formal
siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan
yang diajar dengan model pembelajaran langsung, disajikan nilai rata-rata ( µ )
dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa pada pelajaran sains dalam
Tabel 4.12.
Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Penalaran
Formal Siswa pada Pelajaran Sains
Variabel Model µ SB Intervensi Konvidensi 95%
Devendent Pembelajaran Terendah Tertinggi
Penalaran 1.00 19,805 0,322 19,164 20,446
Formal 2.00 18,488 0,322 17,846 19,129
90
17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)
Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan
baku dalam Tabel 4.12, dapat dianalisis signifikansi perbedaan penalaran formal
siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Signifikansi perbedaan
nilai- rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least significant difference
( LSD).
Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing
kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α
= 0,05 diperoleh nilai statistik t tabel
= t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai
t tabel
tersebut dan nilai MSε = 4,259 untuk variabel terikat penalaran formal siswa
pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,456. Kriteria, penalaran
formal siswa pada pelajaran sains berbeda secara signifikan apabila ∆µ > LSD.
Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada
pelajaran sains disajikan dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.14 Signifikansi Perbedaan Penalaran Formal Siswa pada
Pelajaran Sains
Variabel (I) (J) µ (I) - µ (J) SB Sig
dependent Model Model ∆µ
Penalaran 1.00 2.00 1,317 0,456 0.005
Formal 2.00 1.00 -1,317 0,456 0.005
(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)
Berdasarkan Tabel 4.13 harga mutlak ∆ µ = 1,317 dengan simpangan
baku 0,456 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil
91
18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti penalaran formal siswa pada
pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi
dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung
4.3.2.3 Uji Hipotesis 3
Tabel 4.15 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Kemampuan
Menulis Karya Ilmiah Siswa
Dependent Sum of df Mean F Sig.
Variable Squares Square
K.M.KI Contrast 43.902 1 43.902 8.228 .005
Error 426.878 80 5.336
Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai
statistik F = 8,228 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak
terdapat perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa
yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran langsung, ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat
perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran langsung.
Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan kemampuan
menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung,
disajikan nilai rata-rata ( µ ) dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa
pada pelajaran sains dalam Tabel 4.13.
92
19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku
Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran
Sains
Variabel Model Intervensi Konvidensi
Devendent Pembelajaran µ SB 95%
Terendah Tertinggi
Kemampuan 1.00 20,610 0,361 19,892 21,328
menulis Karya 2.00 19,146 0,361 18,428 19,864
Ilmiah
(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)
Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan
baku dalam Tabel 4.14, dapat dianalisis signifikansi perbedaan kemampuan
menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung.
Signifikansi perbedaan nilai rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least
significant difference ( LSD).
Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing
kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α
= 0,05 diperoleh nilai statistik t tabel
= t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai
t tabel
tersebut dan nilai MSε = 5,336 untuk variabel terikat kemampuan menulis
karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,51.
Kriteria kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains berbeda
secara signifikan apabila ∆µ > LSD. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains disajikan dalam
Tabel 4.14.
93
20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Tabel 4.17 Signifikansi Perbedaan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
Siswa pada Pelajaran Sains
Variabel dependent (I) (J) µ (I) - µ (J) SB Sig
Model Model ∆µ
Kemampuan menulis Karya 1.00 2.00 1,463 0,510 0,005
Ilmiah 2.00 1.00 -1,463 0,510 0,005
(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)
Berdasarkan Tabel 4.15 harga mutlak ∆ µ = 1,463 dengan simpangan
baku 0,510 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti kemampuan menulis karya ilmiah
siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran
langsung.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara penalaran formal dan kemampuan menulis karya
ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran
inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Secara
keseluruhan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah
siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan
dengan yang menggunakan model pembelajaran langsung. Temuan ini
membuktikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru sains dalam
proses belajar mengajar, utamanya model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah.
94
21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Dalam membelajarkan siswa untuk menguasai sains bukan pada
banyaknya konsep yang harus dihapal, tetapi lebih kepada bagaimana agar siswa
berlatih menemukan konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah,
dan siswa dapat melakukan kerja ilmiah mulai dari merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan
suatu pertanyaan yang jawabannya dicari melalui pengumpulan data. Melakukan
eksperimen merupakan kegiatan dengan menerapkan berbagai keterampilan
proses yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk menemukan atau mengklarifikasi
atau menemukan pengetahuan baru. Menginterpretasikan data merupakan
kegiatan yang meliputi membuat prediksi, membuat hipotesis berdasarkan data
yang diperoleh. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan merumuskan penjelasan
yang paling mungkin terhadap suatu hasil pengamatan.Terkait dengan model
inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan adalah siswa memiliki kesempatan
untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya, sehingga hal itu akan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Di samping
itu juga, dengan model inkuiri siswa sudah mulai diajarkan untuk menganalisa
dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, telah mampu
berpikir sistematis, terarah dan mempunyai tujuan yang jelas, disamping mampu
berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan
menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Kaitannya dengan hasil penelitian ini, perlu disadari bahwa tidak semua
pokok bahasan dalam pelajaran sains dapat diajarkan dengan model pembelajaran
yang sama, terutama kaitannya dengan mengembangkan penalaran formal siswa
95
22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
pada pelajaran sains dan dalam usaha meningkatkan kemampuan menulis karya
ilmiah siswa pada pelajaran sains. Pemilihan model pembelajaran yang tepat
untuk suatu pokok bahasan tertentu akan dapat mengembangkan penalaran formal
siswa pada pelajaran sains. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang
tepat diterapkan guru dalam proses pembelajaran sains dalam rangka
meningkatkan penalaran formal siswa. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian
Lawson (dalam Putrayasa, 2005) yang menunjukkan bahwa perkuliahan biologi
yang berorientasi inkuiri lebih berhasil meningkatkan penalaran formal siswa.
Pengalaman belajar yang didapatkan siswa dalam pembelajaran inkuiri akibat
diberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan gagasan, diberikan kesempatan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri terhadap permasalahan yang
diberikan, memberikan dampak terhadap kemampuan siswa untuk dapat berpikir
dengan pola penetapan kemungkinan untuk dapat menemukan kenyataan. Hal
yang sama terhadap pembelajaran model inkuiri seperti diungkapkan oleh Bruner
(1978) bahwa keuntungan atau keunggulan model inkuiri salah satunya adalah
dapat meningkatkan potensi intelektual siswa. Sejalan dengan Bruner, Dahar
(1998: 126) menyatakan kebaikan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan adalah dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir bebas.
Pada kegiatan pembelajaran dengan inkuiri peran guru adalah sebagai
pemimpin, pembimbing dan fasilitator. Dalam pembelajaran sains dengan inkuiri
yang paling utama adalah memberikan kondisi yang seluas-luasnya kepada siswa
untuk memperoleh pengalaman bagaimana mengkonstruksi pengetahuan itu
sendiri. Oleh karena itu siswa ditempatkan sebagai pusat dalam proses kegiatan
96
23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
belajar mengajar, baik yang dilakukan secara individu maupun secara kelompok.
Melalui implementasi model inkuiri dapat memberikan kepada siswa kesempatan
untuk bekerja sebagai ilmuan yaitu menemukan masalah, selanjutnya
merumuskan hipotesis, mengujinya melalui eksperimen dan menginformasikan
hasil penyelidikan dan penelitiannya. Oleh karena itu melalui impelementasi
model inkuiri, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada
pelajaran sains diharapkan dapat meningkat.
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
didasarkan pada behaviorisme. Paradigma behaviorisme memandang belajar
sebagai perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus-respon
(S-R). Oleh karena itu, teori ini juga disebut teori stimulus-respon (Burns, 1995:
102). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian
muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement atau penguatan.
Penguatan berfungsi untuk memotivasi mahasiswa agar ia merasakan adanya
kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respons yang diberikan dalam
tugas itu. Guru dalam model pembelajaran ini lebih dominan dalam rangka
membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif
adalah pengetahuan yang terstruktur dengan baik. Oleh karena itu siswa akan
dapat mempelajari selangkah demi selangkah, misalnya dalam menghafal nama-
nama bagian dari suatu alat. Syarat penting yang perlu diperhatikan agar
pembelajaran efektif adalah perencanaan dan pelaksanaan yang ekstra hati- hati
dari guru, karena model ini berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.
97
24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Bagi siswa yang mengikuti pembelajaran langsung, pada awal
pembelajarannya terpaksa harus melakukan transfer of knowledge, yakni berupa
konsep-konsep sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dengan terpaksa
memahami konsep-konsep sains secara formal. Apabila timbul keraguan maka dia
bertanya hanya kepada guru, padahal konsep-konsep dalam sains dirumuskan dan
didefinisikan oleh ahli atau pakar dalam sains. Akibat pembelajaran langsung,
siswa tidak mendapat pengalaman untuk memahami konsep secara konkret, dan
jika terdapat keragu-raguan dalam memahami konsep secara formal, siswa tidak
akan bisa melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat konkret.
Efek langsung dari peristiwa ini, siswa terpaksa harus menghapal konsep-konsep.
Secara empiris dalam penelitian ini adalah: terdapat perbedaan penalaran
formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains secara
bersama-sama antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kedua, penalaran
formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih tinggi
daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini
disebabkan oleh model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran
yang telah ditetapkan, keterlibatan siswa mendapat porsi yang jelas. Misalnya,
siswa dihadapkan terhadap suatu masalah, kemudian siswa diminta sendiri
memecahkan masalah melakukan pencarian data dan eksperimentasi dalam
rangka membuktikan kajian data yang mengarah pada penemuan konsep-konsep
yang sedang dipelajari, dan lain-lain. Dalam satu unit pembelajaran, siswa
mendapat kesempatan untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki
98
25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
sebelumnya dan melatih keterampilan mereka bekerja berdasarkan konsep kerja
ilmiah. Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang
diajar dengan model inkuiri lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan oleh rangkaian kegiatan pembelajaran
sains dengan inkuiri, sebagian besar, dilakukan sendiri oleh siswa baik secara
individu maupun berkelompok. Keadaan ini akan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir
dan berbuat.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada
pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik
yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek
pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan topik,
monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya
kurang baik.(lampiran 17 halaman 180-181).
Pada pembelajaran langsung, aspek pembuatan map/diagram terhadap
topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada
aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan
topik, monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan
hasilnya kurang baik.(lampiran 17 halaman 181). Hal ini mengindikasikan bahwa
pada aspek-aspek yang belum menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil
yang baik, sedangkan aspek yang menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang
baik.
Pembelajaran sains akan menjadi lebih bermakna karena apa yang
dipelajari dari awal sampai akhir proses menyentuh bidang kehidupannya sehari-
99
26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
hari, dimana orientasinya lebih kepada kejadian dan pengalamannya sehari-hari
selama berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya
siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa perumusan konsep-
konsep sains yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan. Siswa dalam
pembelajaran inkuiri telah memiliki konsep awal terhadap kejadian-kejadian alam
yang berkaitan dengan konsep yang mereka pelajari. Konsep inilah yang nantinya
akan dirubah menjadi konsep ilmiah melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Akibatnya siswa akan memiliki pengalaman dan menguasai metode ilmiah, yaitu
prosedur-prosedur penemuan yang bermanfaat dan berkemampuan untuk
menggeneralisasikannya ke dalam situasi baru. Karena pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, maka hasil belajar akan terpendam lama dalam ingatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
diimplementasikan guru akan sangat mempengaruhi penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Berbagai upaya telah dilakukan dalam penelitian ini untuk dapat mencapai
hasil yang optimal. Namun demikian, penelitian ini tetap memiliki berbagai
keterbatasan yang sekaligus merupakan kelemahan penelitian ini. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, variabel yang mempengaruhi penalaran formal dan kemampuan
menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains dalam penelitian ini hanya model
pembelajaran. Variabel lain seperti: intelegensi, sikap, prestasi, minat, motivasi,
gaya kognitif, dan lain-lain tidak dilibatkan karena keterbatasan kemampuan
100
27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
peneliti. Untuk itu, diharapkan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian
sejenis dengan menggunakan rancangan eksperimen yang lebih kompleks,
sehingga dapat mengendalikan pengaruh variabel lain secara statistik.
Kedua, materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi
sains kelas VIII semester ganjil hanya pada pokok bahasan suhu, pemuaian, dan
kalor. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum tentu
akan sama dengan hasil penelitian terhadap pelajaran sains secara keseluruhan.
Oleh karena itu, perlu ada peneliti lain dengan melibatkan semua pokok bahasan
pada pelajaran sains, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model
pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal
dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains secara
keseluruhan.
101
28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk
kelompok yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata
19,804. Sedangkan untuk kelompok yang mengikuti model pembelajaran
langsung mempunyai rata-rata 18,44. Dalam tabel klasifikasi, interval 19,804 dan
18,44 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal
siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model
pembelajaran langsung tergolong tinggi. Data dari hasil pengukuran kemampuan
menulis karya ilmiah siswa untuk kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung
tergolong dalam kualifikasi cukup. Dalam tabel klasifikasi, rata-rata kemampuan
menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri sebesar 20,61,
untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai
rata-rata 19,15. Angka 20,61 dan 19,15 ini dalam termasuk dalam kualifikasi
cukup.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. Secara rinci dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa
pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik
daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Ini dibuktikan dengan
102
29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
uji F melalui Manova. Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan
kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar
dengan model inkuiri dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka
signifikansi= 0,006 pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace,
dan Roy’s Largest Root = 5,542. Karena angka signifikansinya lebih kecil dari
0,05, dengan demikian berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan penalaran formal yang
lebih tinggi dan kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan
dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.
Kedua, penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan
model pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada yang diajar dengan model
pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji metode
least significant difference ( LSD) yang menghasilkan harga mutlak ∆ µ = 1,317
dan dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,456), berarti penalaran formal siswa pada
pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi
dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung
Dengan demikian berarti penerapan model pembelajaran inkuiri dalam
pembelajaran sains bisa menghasilkan penalaran formal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.
Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada yang diajar dengan
model pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji
metode least significant difference (LSD) yang menghasilkan harga mutlak
103
30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
∆ µ = 1,463 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,51). Ini berarti kemampuan
menulis karya ilmiah siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model
pembelajaran langsung. Dengan demikian berarti bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan
menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan model
pembelajaran langsung.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada
pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik
yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek
pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil sedang, monitoring kerja proyek
dengan hasil kurang baik. Aspek pemilihan topik, aspek deskripsi temuan,
pembahasan, kesimpulan hasilnya sangat kurang baik.
Pada pembelajaran langsung pembuatan map/diagram terhadap topik yang
akan diinvestigasi, dan format laporan hasilnya sangat baik. Sedangkan aspek
pembuatan rincian terhadap proses hasilnya cukup. Aspek pemilihan topik, aspek
deskripsi temuan, monitoring kerja proyek, pembahasan, kesimpulan hasilnya
sangat kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pada aspek-aspek yang belum
menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil yang baik, sedangkan aspek yang
menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang baik.
104
31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
5.2 Implikasi
Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap: (1) Peran guru sains dalam
pembelajaran, (2) perencanaan dan pengembangan model pembelajaran sains, (3)
lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
1) Implikasi terhadap Peran Guru Sains
Penerapan model inkuiri dalam pembelajaran sains menuntut banyak
perubahan pada guru sains khususnya dalam manajemen kelas. Dalam upaya
menumbuhkan dan mengaktifkan situasi belajar, guru berperan sebagai
pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses, memimpin siswa agar hasil
dalam proses belajar sesuai dengan tujuan pengajaran serta sebagai fasilitator
dalam mempersiapkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Semestinya
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa akan lebih tertarik dan
lebih memudahkannya memahami konsep-konsep sains. Karena siswa dituntut
untuk tetap aktif dan memungkinkan siswa menemukan konsep-konsep yang baru.
Aplikasi dari model inkuiri menuntut seorang guru yang memiliki
kemampuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan
harapan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi.
2) Implikasi terhadap Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran
Sains
Temuan bahwa penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah
pada pelajaran sains siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri lebih baik
daripada model pembelajaran langsung memberikan petunjuk bahwa model
pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan pengajaran langsung memberikan
dampak yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran langsung .
105
32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
Implikasi terhadap perencanaan dan pengembangan model pembelajaran
sains meliputi: (1) pengaturan desain awal pembelajaran, (2) orientasi
pembelajaran (3) penyesuaian materi pembelajaran.
a) Pengaturan Desain Awal Pembelajaran
Desain materi pembelajaran disusun dengan struktur yang dapat
mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri. Orientasi pembelajaran
dengan model ini bertumpu pada pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang
dapat mengemukakan kejadian-kejadian alam yang biasa dialaminya.
b) Orientasi Pembelajaran
Pembelajaran sains dengan model inkuiri berorientasi pada kemampuan
siswa untuk mengemukakan argumentasi dan mengorganisasikan pengalamannya,
serta mengaitkan dengan prinsip-prinsip, teori atau hukum dengan objek atau
kejadian-kejadian alam yang berupa fakta dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu dengan model inkuiri ini memungkinkan ditemukan konsep baru.
c) Penyesuaian materi Pembelajaran
Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pokok bahasan suhu, kalor, gaya dan
takanan, cahaya, listrik dan magnet yang kiranya cocok diajarkan dengan model
inkuiri. Sedangkan materi pencernaan, sumber daya alam, dan sebagainya yang
sifatnya pengetahuan deklaratif lebih cocok diajarkan dengan model
pembelajaran langsung.
3) Implikasi terhadap lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Model-model pembelajaran yang telah diujicobakan melalui penelitian
maupun dari hasil pengembangan diupayakan untuk diajarkan kepada mahasiswa
106
33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
yang akan menjadi calon pendidik. Demikian juga kelebihan, kekuatan dan
kekurangan dari masing-masing model pembelajaran, sehingga calon guru sains
akan memiliki pengetahuan dan kemampuan awal yang lebih baik mengenai
model-model pembelajaran untuk dapat diterapkan setelah menjadi pendidik.
5.3 Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Kepada guru mata pelajaran sains, hendaknya memasukkan penulisan
karya ilmiah dalam pengalaman belajar siswa. Karena dalam kurikulum mata
pelajaran sains SMP, salah satu tujuan yang diharapkan adalah melakukan inkuiri
ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir anak.
Apabila menerapkan penulisan karya ilmiah dalam pengalaman belajar,
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berikan kepada siswa
wawasan terlebih dahulu tentang karya tulis ilmiah, (2) Memberikan tugas kepada
siswa berkelompok mencari topik sains dalam kehidupan sehari-hari yang
dianggap menarik untuk diteliti, (3) Siswa ditugaskan melakukan penelitian
lapangan maupun eksperimen di laboratorium, (4) Melaporkan hasil
penelitiannya dalam bentuk laporan tertulis (karya tulis), (5) Melakukan seminar
terhadap laporan penelitian siswa di kelas.
Berdasarkan temuan dalam pelaksanaan penelitian ternyata masih adanya
keterbatasan yaitu masih ada siswa yang kurang mampu melakukan kegiatan yang
diharapkan guru, seperti mengamati, dan menarik kesimpulan . Kemampuan guru,
secara umum masih menunjukkan keterbatasan, seperti masih suka mendikte
siswa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru maupun oleh
107
34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com
teman-temannya. Guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah. Oleh karena
itu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa untuk
memecahkan masalah, menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi,
menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, berkomunikasi dengan baik, terbuka
terhadap pengalaman baru, dan mampu mengekplorasi hal-hal yang ada
dihadapannya.
108