SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
DPP 2015
S.19 - 1
S.19
PERLINTASAN
1. RUANG LINGKUP
a. Bagian ini mencakup persyaratan untuk pembongkaran dan rekonstruksi
Perlintasan Aspal yang ada, dengan tujuan untuk menyesuaikan level permukaan
perlintasan disebabkan adanya jalan rel baru seperti yang tertera dalam gambar
dan sesuai petunjuk Konsultan.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, dan peralatan untuk
penyelesaian pekerjaan ini.
2. STANDAR DAN PERATURAN YANG BERLAKU
Peraturan (standar) yang digunakan untuk pekerjaan ini dalam bagian ini adalah bagian
dari spesifikasi teknis :
- American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)
3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU
a. Pengendalian Mutu sesuai pada BAGIAN JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU.
b. Contoh material dan pengujian harus disiapkan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan termasuk metode pengujian. Pengujian harus dilakukan dalam jumlah
yang mencukupi dan pada lokasi yang sesuai/mewakili sehinga material dan
pemasangan sesuai dengan persyaratan. Pengujian meliputi material agregate yang
digunakan dan aspal beton (Aspalt Treatment Base maupun Aspalt Surface).
4. SUBMITTAL
Pengajuan harus dibuat sesuai BAGIAN SUBMITTAL dan ketentuan ini.
5. PERSYARATAN TEKNIS
5.1. MATERIAL
5.1.1. Agregat dan Bahan Pengikat.
a. Agregat harus terdiri dari batu pecah, terak, kerikil pecah, pasir kaku atau bahan lain
yang disetujui. Agregat harus tampak bagus dan tahan lama, bebas dari bongkahan
tanah/lempung, bahan organik, atau bahan asing lainnya. Bahan yang tertahan
DPP 2015
S.19 - 2
pada saringan No. 4 (4.76 mm) adalah agregat kasar dan yang lolos disebut
sebagai Agregat halus.
b. Agregat kasar yang terdiri dari fragmen anguler dengan kualitas dan kepadatan
seragam, harus mempunyai keausan tidak lebih dari 40% setelah 500 putaran jika
diuji AASHTO T 96. Jumlah partikel pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 30 %.
Partikel pipih adalah bahan yang mempunyai rasio lebar dibanding tebal lebih besar
dari 3 dan partikel panjang adalah bahan yang mempunyai rasio antara panjang dan
lebar lebih dari 3. Hanya tipe yang sama yang boleh digunakan dalam proyek dan
keterangan mengenai bahan harus disampaikan.
c. Bahan pengikat harus terdiri dari pasir yang disaring, pasir kaku, atau bahan alami
yang bercampur dengan agregat kasar. Persyaratan Liquid-limit dan plasticity-index
harus diterapkan pada komponen yang digunakan agar sesuai dengan persyaratan
gradasi. Porsi komponen yang lolos pada saringan No. 40 (0.42 mm) harus berupa
bahan nonplastic atau yang mempunyai liquid limit tidak lebih besar dari 25 dan
plasticity index tidak lebih dari 5.
d. Persyaratan Gradasi berikut untuk lapisan dasar. Agregat harus mempunayi ukuran
maksimum 40 mm dan memiliki gradasi sebagai berikut:
Ukuran Saringan
Prosentase berat lolos
saringan persegi.
2-inch (50.8mm) 100
1-1/2-inch (38.1mm) 70 - 100
1-inch (25.4mm) 45 - 80
1/2-inch (12.7mm) 30 - 60
No. 4 (4.76mm) 20 - 50
No. 10 (2.0mm) 15 - 40
No. 40 (0.42mm) 5 - 25
No. 200 (0.074 mm) 0 - 10
CATATAN )
 Partikel yang memiliki diameter kurang dari 0.02 millimeter tidak boleh lebih dari
3 persen berat total sampel yang diuji.
5.1.2. Aspal
a. Semen aspalt harus memenuhi AASHTO, grade penetrasi: 80 - 100.
b. Jika diperlukan Konsultan, Kontraktor harus melakukan pengambilan contoh dan
pengujian bahan perkerasan, tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
DPP 2015
S.19 - 3
5.1.3. Bituminous prime and tack coat
Emulsified asphalt untuk prime dan tack coating harus memenuhi AASHTO T82 atau
AASHTO M140 untuk prime coat dan tack coat.
5.2. PELAKSANAAN
5.2.1.UMUM
a. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan jadwal
dan metode kerja detail untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Pemberi
Tugas, yang terdiri dari urutan kerja, kaitan dengan pekerjaan lain, cara
pengendalian lalu lintas jalan dan keselamatan operasi KA yang tercantum dalam
BAGIAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA.
b. Konstruksi perlintasan harus dibuat simultan dengan pekerjaan utama yakni
pemasangan rel sesuai pada BAGIAN PEMASANGAN TRACK.
5.2.2.PEMBONGKARAN KONSTRUKSI JALAN
a. Pembongkaran perlintasan aspal lama tidak boleh merusak utilitas yang ada.
b. Segera setelah penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan, permukaan tanah
dasar perlintasan harus dipadatkan sesuai persyaratan pada BAGIAN
PEKERJAAN URUGAN TANAH UNTUK BADAN JALAN
c. Material galian harus dibuang keluar dari lokasi kerja oleh Kontraktor.
5.2.3.PERSIAPAN TANAH DASAR
Tanah Dasar harus disiapkan sebagai permukaan kasar sesuai dengan persyaratan
pada BAGIAN PENYIAPAN TANAH DASAR DAN SUBBALAS.
5.2.4.PEMASANGAN TRACK BARU
Pemasangan track baru dilaksanakan sesuai persyaratan pada BAGIAN
PEMASANGAN TRACK.
5.2.5.PERKERASAN ASPAL
a. Batu pecah dengan gradasi baik harus dihamparkan pada balas sampai ketinggian
rel dan dipadatkan.
b. Perkerasan jalan harus dibuat lapisan per lapisan berturut turut dari tipe material
yang berbeda sesuai dengan ketentuan dan persyaratan.
c. Setiap lapisan dari bahan harus diratakan dan dipadatkan sebelum pemasangan
lapisan berikutnya dilakukan
d. Detail pekerjaan pengaspalan sesuai BAGIAN PEKERJAAN PERKERASAN
JALAN.
DPP 2015
S.20 - 1
S.20
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN
1. RUANG LINGKUP
a Bagian ini mencakup persyaratan menganai penyediaan material dan pelaksanaan
pekerjaan perkerasan untuk relokasi dan/atau perbaikan jalan pada lokasi, ukuran
dan batas seperti tercantum dalam gambar.
b Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, dan peralatan untuk
menyelesaikan pekerjan ini.
2. PERATURAN YANG BERLAKU
Peraturan berikut merupakan bagian dari spesifikasi teknis :
 Standard Industri Indonesia ( SII )
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)
standard
 American Society for Testing and Materials (ASTM)
3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU
Kontraktor harus memenuhi peraturan yang berlaku yang tercantum pada BAGIAN
JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU.
4. SUBMITTAL
Pengajuan harus dibuat sesuai dengan persyaratan pada BAGIAN SUBMITTAL.
5. PERSYARATAN TEKNIS
5.1. MATERIAL
5.1.1.Material Lapisan Subbase untuk Jalan
Subbase class B harus terdiri dari campuran kerikil dan atau fraksi batuan yang keras dan
mempunyai specific gravity lebih besar dari pada pasir, silt and clay/lempung, sesuai
dengan persyaratan dibawah ini :
DPP 2015
S.20 - 2
Standard ukuran saringan
ASTM
Persentase Lolos
berdasar berat
2” 100
1 1/2" 70-100
1” 55-85
3/4“ 50-80
3/8” 40-70
No. 4 30-60
No. 10 20-50
No. 40 10-30
No. 200 5-15
 Keausan :
ASTM no. 12 (AASHTO T 96) 40 % max
 Soaked CBR:
(AASHTO T 180) 40 %
5.1.2.Material Lapisan Base untuk Jalan
Lapisan base/ macadam, terdiri dari batu pecah yang didapatkan dari pemecahan batu
atau kerikil. Aggregate untuk lapisan macadam harus sesuai persyaratan berikut :
a. Agregat Kasar
.Standard ukuran saringan
Persentase Lolos
berdasar berat
75 mm 100
60 mm 90-100
50 mm 35-75
40 mm 0 - 15
25 mm 0-5
Keausan (AASHTO T 96) 40 % max.
b. Agregat Pengunci
.Standard ukuran saringan
Persentase Lolos
berdasar berat
25 mm 100
18 mm 95 -100
9 mm 0 -5
Keausan (AASHTO T 96) 40 % max.
DPP 2015
S.20 - 3
5.1.3.Lapisan Prime Coat untuk Jalan.
Material "Aspal"
Prime coat adalah "Medium Curing Cutback", tingkat MC-0, MC-1 atau MC-2, atau aspal
emulsi sesuai dengan syarat-syarat pada AASHTO-82 dan AASHTO M140.
5.1.4.Lapisan Perkerasan Aspal Beton
a. Umum
Material yang akan digunakan harus mempunyai sifat campuran yang proporsional
sesuai dengan formula dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas.
b. Agregate kasar.
Proporsi dari agregate yang tertahan pada saringan No.8 (ukuran mm) dikenal sebagai
agregate kasar yang merupakan batu pecah/kerikil pecah. Hanya satu jenis batu pecah
yang harus dipakai.
Batu pecah atau kerikil pecah harus bersih, keras, bebas dari kotoran atau lumpur atau
bahan lain yang mengganggu penyatuan dengan bahan aspal.
c. Agregate halus
Agregat halus adalah agregate yang lolos saringan No. 8 (ukuran mm) yang terdiri dari
pasir alam, sisa material ayakan atau kombinasi dengan sejumlah pasir alam, kecuali
jika pemakaian sebelumnya dengan sisa ayakan batu kapur tidak licin bagi lalu lintas.
Agregate halus harus bersih, keras, permukaan yang kasar, bebas dari lumpur atau
tanah liat.
d. Material pengisi
Material pengisi terdiri dari batu kapur, dolomite dust, semen PC atau material lain yang
disetujui Konsultan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan-bahan pengganggu seperti
lumpur, sampah, dll.
DPP 2015
S.20 - 4
Material pengisi harus kering dan tidak menggumpal ketika diperiksa di laboratorium dan
memenuhi gradasi dibawah ini:
Ukuran Ayakan
Prosentase Berat Lolos
(AASHTO T27)
No. 30
No. 80
No. 200
100
95-100
65-100
e. Gradasi Campuran
Campuran material harus mempunyai gradasi yang seragam dari kasar sampai halus
dan sesuai persyaratan gradasi AASHTO T11 dan T27 dibawah ini:
Ukuran Ayakan Standard
ASTM
Prosentase Berat Lolos
A B
1”
3/4“
3/8”
No. 4
No. 8
No. 30
No. 50
No. 200
100
95-100
56-78
38-60
27-47
13-28
9-20
4-8
-
100
74-92
48-70
33-53
15-30
10-20
4-9
f. Aspal
Material aspal berupa aspal semen tipe penetrasi 60 –70.
Contoh dan pengujian aspal semen tersebut harus sesuai dengan standar AASHTO,
yaitu :
Sampling / contoh material T 40
Kandungan Air T 55
Penetrasi T 49
Solubility in tetra chloride, method no.1
cp. CCl4 substituted for Cs2
T 44
Ductility T 51
Flash Point T 48
Thin-Film oven test T 179
Spot Test T 102
g. Karakteristik Campuran Aspal Beton
Jika pengujian sesuai dengan metode Marshall (ASTM D 1883), campuran aspal beton
harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
- Stabilitas (Kg) min. 700
- Flow (mm) max 5
- Rongga dalam total campuran ( % ) 4 - 6
- Rongga berisi aspal( % ) 65 - 75
DPP 2015
S.20 - 5
5.2. PELAKSANAAN
5.2.1. PERSIAPAN
Kontraktor harus memasang patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan ini sesuai
dengan BAGIAN 01302: PENGUKURAN, PEMATOKAN DAN KONTROL
PENGUKURAN
5.2.2. LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE)
a. Tanah dasar/Subgrade harus disiapkan dengan pemadatan yang dilakukan sesuai
dengan BAGIAN 02201: PERSIAPAN TANAH DASAR DAN SUBBALAS.
b. Material subbase harus dipadatkan sehingga menghasilkan suatu tingkat kepadatan
yang disyaratkan pada setiap kedalaman dari setiap lapisan 100% dari tingkat
kepadatan maksimum yang telah ditentukan sesuai dengan AASHTO T 180 ( metode
D ) dan nilai CBR 40 %.
5.2.3. LAPISAN PONDASI ATAS (BASE)
a. Lapisan Base adalah suatu bagian yang terletak antara bagian atas lapisan subbase
dan dibawah lapisan aspal treatment. Lebar lapisan base ini harus disesuaikan dengan
gambar atau sesuai petunjuk Konsultan.
b. Material base harus dipadatkan sehingga menghasilkan suatu tingkat kepadatan yang
disyaratkan pada setiap kedalaman dari setiap lapisan 100% dari tingkat kepadatan
maksimum dan nilai CBR 80 %..
5.2.4. LAPISAN PRIME COAT
a. Pekerjaan ini terdiri dari penyiapan dan pelapisan material aspal cair pada lapisan
base yang telah disiapkan sesuai ketentuan dan gambar.
b. Prime coat harus dilaksanakan hanya jika permukaan lapisan tersebut kering atau
sedikit lembab sampai pada suhu 15o
C, dan jika cuaca tidak berkabut atau hujan
deras.
c. Pelapisan material aspal harus memakai alat penyemprot yang disetujui oleh
Konsultan. Penyemprotan dilakukan merata antara 1.0 - 2.5 Kg/m2 .
d. Tidak diijinkan ada lalu lintas pada lapisan prime coat sampai material aspal terserap
dan kering serta telah disetujui Konsultan.
5.2.5. LAPISAN PERKERASAN ASPAL BETON
a. Sebelum menghamparkan campuran aspal beton, permukaan yang ada harus bersih
dari lumpur dan bahan-bahan yang merusak. Bila perlu dilakukan pembersihan
dengan compresor dan atau sapu lidi.
DPP 2015
S.20 - 6
b. Penghamparan material aspal beton agar dimulai pada tempat yang paling jauh dari
unit pencampur aspal dan bergerak secara terus menerus ke arah lokasi
pencampuran/pengolahan.
c. Sesampai ditempat yang dituju, campuran dihampar ditempat, sesuai dengan
kemiringan, elevasi dan potongan melintang dan lebar sesuai ketentuan.
d. Segera sesudah campuran dihampar dan diratakan, permukaan akan diperiksa
kemudian dipadatkan secara menyeluruh dengan mesin penggilas.
e. Pemadatan awal untuk satu lapisan agar dilaksanakan dengan 2 atau 3 axle tandem
roller yang dioperasikan segera dibelakang mesin penghampar.
f. Kepadatan dari campuran yang bersatu seperti yang ditentukan oleh AASHTO T 166,
harus > 95 kepadatan contoh dilaboratorium dan dilaksanakan sesuai ASTM D 1883.
g. Ketebalan lapisan permukaan aspal tidak boleh bervariasi lebih 5 mm dari ketebalan
yang telah ditetapkan.
h. Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-150oC, dengan tebal
penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20%-25%) untuk mencapai ketebalan
aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang terdapat
pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher.
i. Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah agregat aspal
yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-125oC. Saat pemadatan
pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau kekurangan aspal, jika ada
maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan sekrop. Pemadatan tahap pertama
dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 1 passing dengan
kecepatan 5,8 km/jam.
j. Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah pemadatan tahap
pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada temperatur hamparan yang
sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara 80oC-90oC. Penggilasan
tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton), dengan kecepatan 5-8 km/jam,
sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama dan tujuan dilakukan searah dengan
sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan akhirnya kebagian tengah.
k. Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah pemadatan tahap
kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan tandem roller (kapasitas
8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8 km/jam.
DPP 2015
S.21 - 1
S.21
PEKERJAAN PEMAGARAN DENGAN BETON
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan pagar, pembuatan pondasi pagar,
pekerjaan sloof dan cerucuk.
2. PEDOMAN DAN STANDAR
Peraturan dan standard yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971-NI.2) dan SKSNI T-15-1991.
b. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBB 170 NI.3),
dan PUBI 1981.
3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu”
4. SUBMITTAL
Sesuai dengan ketentuan dalam “Submittal”
5. PERSYARATAN TEKNIS
5.1. MATERIAL
a. Plat beton dengan persyaratan sbb :
Tebal : tebal 8 cm
Mutu Beton : K-300,
Dimensi : sesuai gambar teknis.
b. Adukan untuk pondasi dan sloof:
Kuat tekan karakteristik minimum 225 kg/cm2 (pada umur 28 hari), dengan
kandungan semen (PC) minimum 275 kg/m3 dan kandungan / ratio air semen =
0.60.
c. Material beton untuk pondasi:
Pekerjaan beton dimaksud adalah untuk pekerjaan pondasi tiang pagar.
DPP 2015
S.21 - 2
Persyaratan bahan untuk beton pondasi adalah sebagai berikut :
1) Adukan :
Kuat tekan karakteristik minimum 225 kg/cm2 (pada umur 28 hari) dan
mengacu pada pekerjaan BAGIAN BETON.
2) A i r.
Air yang dipergunakan harus bersih tak bercampur dengan minyak, garam,
asam, alkali, gula dan material lain yang dapat merugikan.
3) Pasir.
Pasir (Agregat halus) yang dipakai harus terdiri dari pasir alam atau sungai
yang mempunyai karekteristik yang sama dan mempunyai partikel yang keras
serta tidak mengandung material yang dapat merusak konstruksi dan melebihi
batas ketentuan sebagai berikut :
- Tanah Lumpur = 1 %
- Material lolos saringan no. 200 = 4 %
- Gradasi material harus memenuhi persyaratan :
Ukuran Saringan (ASTM)
Prosentase Lolos Saringan
(Berdasarkan Berat)
3/8 inch
No. 4
No. 4
No. 16
No. 30
No. 50
No.100
100
90 – 100
80 – 100
45 – 80
25 – 80
10 – 30
2 - 100
4) Koral.
Koral (Agregat kasar) yang dipakai harus terdiri dari batu pecah, kerikil atau
material lain yang mempunyai karakteristik yang sama dan mempunyai partikel
yang keras serta tidak mengandung material yang dapat merusak konstruksi
dan melebihi batas ketentuan sebagai berikut:
- Tanah Lumpur = 0.25 %
- Material lolos saringan no. 200 = 1 %
DPP 2015
S.21 - 3
5) Semen (PC).
Semen (PC) yang dipakai harus sesuai dengan SNI dan berasal dari produk
yang sama.
Semen yang dipakai harus terlindung dari hujan dan tempat penyimpanannya
harus terjaga kelembabannya, semen yang sudah mengeras akibat pengaruh
kelembaban udara tidak boleh digunakan.
5.2. PERALATAN
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan minimal:
1) Crane 3 ton
5.3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan Bowplank.
Pemasangan bowplank harus dilaksanakan dengan pengukuran untuk menentukan
elevasi ketinggian pagar, jarak tiang pagar dan pondasi pagar yang akan
dilaksanakan serta digunakan sebagai referensi pekerjaan galian pondasi.
Bowplank harus dipasang pada setiap rencana posisi pondasi pagar.
b. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Beton.
Pekerjaan galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan dimensi dan posisi yang
ditentukan dan harus didasarkan pada gambar kerja yang telah disetujui oleh
Penerima Tugas / Pemberi Tugas.
Tanah bekas galian dapat digunakan sebagai urugan kembali dan diratakan setelah
dilaksanakan pengecoran beton pondasi.
c. Pemasangan Tiang Pagar Beton.
Pekerjaan pemasangan tiang pagar beton dapat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan, terutama ukuran antara tiang dengan tiang berikutnya
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Tiang pagar beton harus di set tegak lurus dengan menggunakan waterpass
dan kedalaman tiang yang ditanam sedalam 115 cm dari permukaan tanah
pada lubang pondasi beton dan disesuaikan dengan gambar rencana.
2) Sebelum dilaksanakan pengecoran, tiang tersebut harus ditopang dengan kayu
atau material lainnya sebagai penahan.
DPP 2015
S.21 - 4
d. Pekerjaan Pondasi Beton.
Pengecoran pondasi dilaksanakan dengan metode pengadukan / pencampuran
menggunakan beton mollen (mixer) dengan komposisi campuran sesuai spesifikasi
teknis sebagaimana disyaratkan dalam dokumen lelang.
e. Pekerjaan Pondasi Batu Kali.
Pasangan pondasi pada tanah yang daya dukungnya kecil seperti tanah sawah,
kondisi tertentu seperti pada tepi / tebing sungai pondasi yang digunakan pondasi
bore pile atau yang sesuai, agar kedudukan pagar stabil. Untuk memperkuat
pondasi dapat menggunakan cerucuk kayu (kayu dolken) atau dengan pondasi batu
kali dengan dimensi dan bentuk sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan
(Penerima Tugas) atau oleh Pemberi Tugas.
f. Pekerjaan Urugan kembali.
Setelah dilakukan pengecoran pondasi tiang maka tanah bekas galian galian
pondasi dapat diratakan pada lokasi disekitar pagar.
g. Pemasangan Panel Beton.
Pemasangan panel beton dilaksanakan setelah pemasangan tiang pagar memenuhi
persyaratan beban, pemasangan dilaksanakan dengan metode dan peralatan yang
cukup dengan menggunakan peralatan yang sesuai.
Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus dicatat, disimpan, dan
dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh konsultan. Sedangkan material yang
tidak dapat digunakan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.

More Related Content

What's hot

Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian betongede sancita
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton Arnas Aidil
 
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiBahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiAtika Purwanti
 
laporan uji slump beton
laporan uji slump beton laporan uji slump beton
laporan uji slump beton Intan Kusuma
 
Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)
  Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)  Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)
Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)Hidayat Kharis
 
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaPerbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaAdita Utami
 
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonPedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonArmida Share
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisizulki zul
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran betonindah0330
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix DesignAfif Yulfriza
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGtrisna gallaran
 
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...wandi rusfiandi
 
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...Debora Elluisa Manurung
 
Sni 2000
Sni 2000Sni 2000
Sni 2000cen119
 
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIPerhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIArnas Aidil
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalMira Pemayun
 
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALAN
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALANMETODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALAN
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALANChay Chay
 

What's hot (20)

Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian beton
 
metode kerja beton
metode kerja betonmetode kerja beton
metode kerja beton
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiBahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
 
laporan uji slump beton
laporan uji slump beton laporan uji slump beton
laporan uji slump beton
 
Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)
  Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)  Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)
Ik-7.5.1-5-23 uji daya lekat coating menggunakan metoda tape test (5)
 
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaaPerbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
Perbaikan Beton dan pelaksanaannyaa
 
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan betonPedoman pelaksanaan pekerjaan beton
Pedoman pelaksanaan pekerjaan beton
 
Modul 2
Modul 2Modul 2
Modul 2
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisi
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran beton
 
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 editBab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNGMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG
 
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...
Tinjauan sifat-sifat-agregat-untuk-campuran-aspal-panas-studi-kasus-beberapa-...
 
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
 
Sni 2000
Sni 2000Sni 2000
Sni 2000
 
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACIPerhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
Perhitungan Beton Mutu Tinggi Metode ACI
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
 
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALAN
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALANMETODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALAN
METODE PELAKSANAAN DAN EVALUASI JALAN
 

Similar to Perkerasan Jalan Aspal

perkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxperkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxFadliST
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANMOSES HADUN
 
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdf
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdfpedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdf
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdfssuserc949b1
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptxHidayatNm1
 
METODE pelaksanaan gedung bertingkat diklat
METODE  pelaksanaan gedung bertingkat diklatMETODE  pelaksanaan gedung bertingkat diklat
METODE pelaksanaan gedung bertingkat diklatAlif Mahardika
 
metode pelaksanaan jalan
metode pelaksanaan jalanmetode pelaksanaan jalan
metode pelaksanaan jalanAlif Mahardika
 
Syarat syarat teknis pekerjaan aspal
Syarat syarat teknis pekerjaan aspalSyarat syarat teknis pekerjaan aspal
Syarat syarat teknis pekerjaan aspalRizky Faisal
 
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdf
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdfDIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdf
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdfHARIDARANI
 
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxPER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxdevanopurwono
 
5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry sealIra Falkiya
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanismailacox.blogspot.com
 
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaan
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam PembinaanPengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaan
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaannikone78
 
Spesifikasi teknis (28)
Spesifikasi teknis (28)Spesifikasi teknis (28)
Spesifikasi teknis (28)AndikCahyono2
 
Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931twaruiyo
 
SNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfSNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfJhon772482
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode acinoussevarenna
 

Similar to Perkerasan Jalan Aspal (20)

perkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptxperkerasan berbutir.pptx
perkerasan berbutir.pptx
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAAN
 
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdf
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdfpedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdf
pedoman-pelaksanaan-perkerasan-jalan-beton-semen.pdf
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
 
METODE pelaksanaan gedung bertingkat diklat
METODE  pelaksanaan gedung bertingkat diklatMETODE  pelaksanaan gedung bertingkat diklat
METODE pelaksanaan gedung bertingkat diklat
 
metode pelaksanaan jalan
metode pelaksanaan jalanmetode pelaksanaan jalan
metode pelaksanaan jalan
 
Syarat syarat teknis pekerjaan aspal
Syarat syarat teknis pekerjaan aspalSyarat syarat teknis pekerjaan aspal
Syarat syarat teknis pekerjaan aspal
 
Speck jar lapen
Speck jar lapenSpeck jar lapen
Speck jar lapen
 
Aspal
AspalAspal
Aspal
 
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdf
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdfDIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdf
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN.pdf
 
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptxPER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
PER 09_Aspal Beton(2020-2021)Ganjil_UNIVARSITAS BINA DARMA.pptx
 
5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal5. spek khusus slurry seal
5. spek khusus slurry seal
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
 
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaan
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam PembinaanPengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaan
Pengenalan Ujian Bahan Binaan Dalam Pembinaan
 
Spesifikasi teknis (28)
Spesifikasi teknis (28)Spesifikasi teknis (28)
Spesifikasi teknis (28)
 
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
.Tatap Muka VI (aspal-beton).ppt
 
Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931Infopublik20120813120931
Infopublik20120813120931
 
SNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdfSNI 03-2461-2002.pdf
SNI 03-2461-2002.pdf
 
Pelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan rayaPelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan raya
 
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aciTeknik Sipil - Perancangan beton metode aci
Teknik Sipil - Perancangan beton metode aci
 

Recently uploaded

Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenRatihPuspitaSiwi
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1RifkiIntipeNerakajah
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyEndarto Yudo
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAgusTriyono78
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 

Recently uploaded (16)

Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 

Perkerasan Jalan Aspal

  • 1. DPP 2015 S.19 - 1 S.19 PERLINTASAN 1. RUANG LINGKUP a. Bagian ini mencakup persyaratan untuk pembongkaran dan rekonstruksi Perlintasan Aspal yang ada, dengan tujuan untuk menyesuaikan level permukaan perlintasan disebabkan adanya jalan rel baru seperti yang tertera dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan. b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, dan peralatan untuk penyelesaian pekerjaan ini. 2. STANDAR DAN PERATURAN YANG BERLAKU Peraturan (standar) yang digunakan untuk pekerjaan ini dalam bagian ini adalah bagian dari spesifikasi teknis : - American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) 3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU a. Pengendalian Mutu sesuai pada BAGIAN JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU. b. Contoh material dan pengujian harus disiapkan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan termasuk metode pengujian. Pengujian harus dilakukan dalam jumlah yang mencukupi dan pada lokasi yang sesuai/mewakili sehinga material dan pemasangan sesuai dengan persyaratan. Pengujian meliputi material agregate yang digunakan dan aspal beton (Aspalt Treatment Base maupun Aspalt Surface). 4. SUBMITTAL Pengajuan harus dibuat sesuai BAGIAN SUBMITTAL dan ketentuan ini. 5. PERSYARATAN TEKNIS 5.1. MATERIAL 5.1.1. Agregat dan Bahan Pengikat. a. Agregat harus terdiri dari batu pecah, terak, kerikil pecah, pasir kaku atau bahan lain yang disetujui. Agregat harus tampak bagus dan tahan lama, bebas dari bongkahan tanah/lempung, bahan organik, atau bahan asing lainnya. Bahan yang tertahan
  • 2. DPP 2015 S.19 - 2 pada saringan No. 4 (4.76 mm) adalah agregat kasar dan yang lolos disebut sebagai Agregat halus. b. Agregat kasar yang terdiri dari fragmen anguler dengan kualitas dan kepadatan seragam, harus mempunyai keausan tidak lebih dari 40% setelah 500 putaran jika diuji AASHTO T 96. Jumlah partikel pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 30 %. Partikel pipih adalah bahan yang mempunyai rasio lebar dibanding tebal lebih besar dari 3 dan partikel panjang adalah bahan yang mempunyai rasio antara panjang dan lebar lebih dari 3. Hanya tipe yang sama yang boleh digunakan dalam proyek dan keterangan mengenai bahan harus disampaikan. c. Bahan pengikat harus terdiri dari pasir yang disaring, pasir kaku, atau bahan alami yang bercampur dengan agregat kasar. Persyaratan Liquid-limit dan plasticity-index harus diterapkan pada komponen yang digunakan agar sesuai dengan persyaratan gradasi. Porsi komponen yang lolos pada saringan No. 40 (0.42 mm) harus berupa bahan nonplastic atau yang mempunyai liquid limit tidak lebih besar dari 25 dan plasticity index tidak lebih dari 5. d. Persyaratan Gradasi berikut untuk lapisan dasar. Agregat harus mempunayi ukuran maksimum 40 mm dan memiliki gradasi sebagai berikut: Ukuran Saringan Prosentase berat lolos saringan persegi. 2-inch (50.8mm) 100 1-1/2-inch (38.1mm) 70 - 100 1-inch (25.4mm) 45 - 80 1/2-inch (12.7mm) 30 - 60 No. 4 (4.76mm) 20 - 50 No. 10 (2.0mm) 15 - 40 No. 40 (0.42mm) 5 - 25 No. 200 (0.074 mm) 0 - 10 CATATAN )  Partikel yang memiliki diameter kurang dari 0.02 millimeter tidak boleh lebih dari 3 persen berat total sampel yang diuji. 5.1.2. Aspal a. Semen aspalt harus memenuhi AASHTO, grade penetrasi: 80 - 100. b. Jika diperlukan Konsultan, Kontraktor harus melakukan pengambilan contoh dan pengujian bahan perkerasan, tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
  • 3. DPP 2015 S.19 - 3 5.1.3. Bituminous prime and tack coat Emulsified asphalt untuk prime dan tack coating harus memenuhi AASHTO T82 atau AASHTO M140 untuk prime coat dan tack coat. 5.2. PELAKSANAAN 5.2.1.UMUM a. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan jadwal dan metode kerja detail untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Pemberi Tugas, yang terdiri dari urutan kerja, kaitan dengan pekerjaan lain, cara pengendalian lalu lintas jalan dan keselamatan operasi KA yang tercantum dalam BAGIAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA. b. Konstruksi perlintasan harus dibuat simultan dengan pekerjaan utama yakni pemasangan rel sesuai pada BAGIAN PEMASANGAN TRACK. 5.2.2.PEMBONGKARAN KONSTRUKSI JALAN a. Pembongkaran perlintasan aspal lama tidak boleh merusak utilitas yang ada. b. Segera setelah penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan, permukaan tanah dasar perlintasan harus dipadatkan sesuai persyaratan pada BAGIAN PEKERJAAN URUGAN TANAH UNTUK BADAN JALAN c. Material galian harus dibuang keluar dari lokasi kerja oleh Kontraktor. 5.2.3.PERSIAPAN TANAH DASAR Tanah Dasar harus disiapkan sebagai permukaan kasar sesuai dengan persyaratan pada BAGIAN PENYIAPAN TANAH DASAR DAN SUBBALAS. 5.2.4.PEMASANGAN TRACK BARU Pemasangan track baru dilaksanakan sesuai persyaratan pada BAGIAN PEMASANGAN TRACK. 5.2.5.PERKERASAN ASPAL a. Batu pecah dengan gradasi baik harus dihamparkan pada balas sampai ketinggian rel dan dipadatkan. b. Perkerasan jalan harus dibuat lapisan per lapisan berturut turut dari tipe material yang berbeda sesuai dengan ketentuan dan persyaratan. c. Setiap lapisan dari bahan harus diratakan dan dipadatkan sebelum pemasangan lapisan berikutnya dilakukan d. Detail pekerjaan pengaspalan sesuai BAGIAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN.
  • 4. DPP 2015 S.20 - 1 S.20 PEKERJAAN PERKERASAN JALAN 1. RUANG LINGKUP a Bagian ini mencakup persyaratan menganai penyediaan material dan pelaksanaan pekerjaan perkerasan untuk relokasi dan/atau perbaikan jalan pada lokasi, ukuran dan batas seperti tercantum dalam gambar. b Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan, dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjan ini. 2. PERATURAN YANG BERLAKU Peraturan berikut merupakan bagian dari spesifikasi teknis :  Standard Industri Indonesia ( SII )  American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) standard  American Society for Testing and Materials (ASTM) 3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU Kontraktor harus memenuhi peraturan yang berlaku yang tercantum pada BAGIAN JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU. 4. SUBMITTAL Pengajuan harus dibuat sesuai dengan persyaratan pada BAGIAN SUBMITTAL. 5. PERSYARATAN TEKNIS 5.1. MATERIAL 5.1.1.Material Lapisan Subbase untuk Jalan Subbase class B harus terdiri dari campuran kerikil dan atau fraksi batuan yang keras dan mempunyai specific gravity lebih besar dari pada pasir, silt and clay/lempung, sesuai dengan persyaratan dibawah ini :
  • 5. DPP 2015 S.20 - 2 Standard ukuran saringan ASTM Persentase Lolos berdasar berat 2” 100 1 1/2" 70-100 1” 55-85 3/4“ 50-80 3/8” 40-70 No. 4 30-60 No. 10 20-50 No. 40 10-30 No. 200 5-15  Keausan : ASTM no. 12 (AASHTO T 96) 40 % max  Soaked CBR: (AASHTO T 180) 40 % 5.1.2.Material Lapisan Base untuk Jalan Lapisan base/ macadam, terdiri dari batu pecah yang didapatkan dari pemecahan batu atau kerikil. Aggregate untuk lapisan macadam harus sesuai persyaratan berikut : a. Agregat Kasar .Standard ukuran saringan Persentase Lolos berdasar berat 75 mm 100 60 mm 90-100 50 mm 35-75 40 mm 0 - 15 25 mm 0-5 Keausan (AASHTO T 96) 40 % max. b. Agregat Pengunci .Standard ukuran saringan Persentase Lolos berdasar berat 25 mm 100 18 mm 95 -100 9 mm 0 -5 Keausan (AASHTO T 96) 40 % max.
  • 6. DPP 2015 S.20 - 3 5.1.3.Lapisan Prime Coat untuk Jalan. Material "Aspal" Prime coat adalah "Medium Curing Cutback", tingkat MC-0, MC-1 atau MC-2, atau aspal emulsi sesuai dengan syarat-syarat pada AASHTO-82 dan AASHTO M140. 5.1.4.Lapisan Perkerasan Aspal Beton a. Umum Material yang akan digunakan harus mempunyai sifat campuran yang proporsional sesuai dengan formula dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas. b. Agregate kasar. Proporsi dari agregate yang tertahan pada saringan No.8 (ukuran mm) dikenal sebagai agregate kasar yang merupakan batu pecah/kerikil pecah. Hanya satu jenis batu pecah yang harus dipakai. Batu pecah atau kerikil pecah harus bersih, keras, bebas dari kotoran atau lumpur atau bahan lain yang mengganggu penyatuan dengan bahan aspal. c. Agregate halus Agregat halus adalah agregate yang lolos saringan No. 8 (ukuran mm) yang terdiri dari pasir alam, sisa material ayakan atau kombinasi dengan sejumlah pasir alam, kecuali jika pemakaian sebelumnya dengan sisa ayakan batu kapur tidak licin bagi lalu lintas. Agregate halus harus bersih, keras, permukaan yang kasar, bebas dari lumpur atau tanah liat. d. Material pengisi Material pengisi terdiri dari batu kapur, dolomite dust, semen PC atau material lain yang disetujui Konsultan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan-bahan pengganggu seperti lumpur, sampah, dll.
  • 7. DPP 2015 S.20 - 4 Material pengisi harus kering dan tidak menggumpal ketika diperiksa di laboratorium dan memenuhi gradasi dibawah ini: Ukuran Ayakan Prosentase Berat Lolos (AASHTO T27) No. 30 No. 80 No. 200 100 95-100 65-100 e. Gradasi Campuran Campuran material harus mempunyai gradasi yang seragam dari kasar sampai halus dan sesuai persyaratan gradasi AASHTO T11 dan T27 dibawah ini: Ukuran Ayakan Standard ASTM Prosentase Berat Lolos A B 1” 3/4“ 3/8” No. 4 No. 8 No. 30 No. 50 No. 200 100 95-100 56-78 38-60 27-47 13-28 9-20 4-8 - 100 74-92 48-70 33-53 15-30 10-20 4-9 f. Aspal Material aspal berupa aspal semen tipe penetrasi 60 –70. Contoh dan pengujian aspal semen tersebut harus sesuai dengan standar AASHTO, yaitu : Sampling / contoh material T 40 Kandungan Air T 55 Penetrasi T 49 Solubility in tetra chloride, method no.1 cp. CCl4 substituted for Cs2 T 44 Ductility T 51 Flash Point T 48 Thin-Film oven test T 179 Spot Test T 102 g. Karakteristik Campuran Aspal Beton Jika pengujian sesuai dengan metode Marshall (ASTM D 1883), campuran aspal beton harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut: - Stabilitas (Kg) min. 700 - Flow (mm) max 5 - Rongga dalam total campuran ( % ) 4 - 6 - Rongga berisi aspal( % ) 65 - 75
  • 8. DPP 2015 S.20 - 5 5.2. PELAKSANAAN 5.2.1. PERSIAPAN Kontraktor harus memasang patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan ini sesuai dengan BAGIAN 01302: PENGUKURAN, PEMATOKAN DAN KONTROL PENGUKURAN 5.2.2. LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE) a. Tanah dasar/Subgrade harus disiapkan dengan pemadatan yang dilakukan sesuai dengan BAGIAN 02201: PERSIAPAN TANAH DASAR DAN SUBBALAS. b. Material subbase harus dipadatkan sehingga menghasilkan suatu tingkat kepadatan yang disyaratkan pada setiap kedalaman dari setiap lapisan 100% dari tingkat kepadatan maksimum yang telah ditentukan sesuai dengan AASHTO T 180 ( metode D ) dan nilai CBR 40 %. 5.2.3. LAPISAN PONDASI ATAS (BASE) a. Lapisan Base adalah suatu bagian yang terletak antara bagian atas lapisan subbase dan dibawah lapisan aspal treatment. Lebar lapisan base ini harus disesuaikan dengan gambar atau sesuai petunjuk Konsultan. b. Material base harus dipadatkan sehingga menghasilkan suatu tingkat kepadatan yang disyaratkan pada setiap kedalaman dari setiap lapisan 100% dari tingkat kepadatan maksimum dan nilai CBR 80 %.. 5.2.4. LAPISAN PRIME COAT a. Pekerjaan ini terdiri dari penyiapan dan pelapisan material aspal cair pada lapisan base yang telah disiapkan sesuai ketentuan dan gambar. b. Prime coat harus dilaksanakan hanya jika permukaan lapisan tersebut kering atau sedikit lembab sampai pada suhu 15o C, dan jika cuaca tidak berkabut atau hujan deras. c. Pelapisan material aspal harus memakai alat penyemprot yang disetujui oleh Konsultan. Penyemprotan dilakukan merata antara 1.0 - 2.5 Kg/m2 . d. Tidak diijinkan ada lalu lintas pada lapisan prime coat sampai material aspal terserap dan kering serta telah disetujui Konsultan. 5.2.5. LAPISAN PERKERASAN ASPAL BETON a. Sebelum menghamparkan campuran aspal beton, permukaan yang ada harus bersih dari lumpur dan bahan-bahan yang merusak. Bila perlu dilakukan pembersihan dengan compresor dan atau sapu lidi.
  • 9. DPP 2015 S.20 - 6 b. Penghamparan material aspal beton agar dimulai pada tempat yang paling jauh dari unit pencampur aspal dan bergerak secara terus menerus ke arah lokasi pencampuran/pengolahan. c. Sesampai ditempat yang dituju, campuran dihampar ditempat, sesuai dengan kemiringan, elevasi dan potongan melintang dan lebar sesuai ketentuan. d. Segera sesudah campuran dihampar dan diratakan, permukaan akan diperiksa kemudian dipadatkan secara menyeluruh dengan mesin penggilas. e. Pemadatan awal untuk satu lapisan agar dilaksanakan dengan 2 atau 3 axle tandem roller yang dioperasikan segera dibelakang mesin penghampar. f. Kepadatan dari campuran yang bersatu seperti yang ditentukan oleh AASHTO T 166, harus > 95 kepadatan contoh dilaboratorium dan dilaksanakan sesuai ASTM D 1883. g. Ketebalan lapisan permukaan aspal tidak boleh bervariasi lebih 5 mm dari ketebalan yang telah ditetapkan. h. Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-150oC, dengan tebal penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20%-25%) untuk mencapai ketebalan aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher. i. Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-125oC. Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8 km/jam. j. Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara 80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton), dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama dan tujuan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan akhirnya kebagian tengah. k. Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah pemadatan tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8 km/jam.
  • 10. DPP 2015 S.21 - 1 S.21 PEKERJAAN PEMAGARAN DENGAN BETON 1. RUANG LINGKUP Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan pagar, pembuatan pondasi pagar, pekerjaan sloof dan cerucuk. 2. PEDOMAN DAN STANDAR Peraturan dan standard yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut : a. Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971-NI.2) dan SKSNI T-15-1991. b. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBB 170 NI.3), dan PUBI 1981. 3. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” 4. SUBMITTAL Sesuai dengan ketentuan dalam “Submittal” 5. PERSYARATAN TEKNIS 5.1. MATERIAL a. Plat beton dengan persyaratan sbb : Tebal : tebal 8 cm Mutu Beton : K-300, Dimensi : sesuai gambar teknis. b. Adukan untuk pondasi dan sloof: Kuat tekan karakteristik minimum 225 kg/cm2 (pada umur 28 hari), dengan kandungan semen (PC) minimum 275 kg/m3 dan kandungan / ratio air semen = 0.60. c. Material beton untuk pondasi: Pekerjaan beton dimaksud adalah untuk pekerjaan pondasi tiang pagar.
  • 11. DPP 2015 S.21 - 2 Persyaratan bahan untuk beton pondasi adalah sebagai berikut : 1) Adukan : Kuat tekan karakteristik minimum 225 kg/cm2 (pada umur 28 hari) dan mengacu pada pekerjaan BAGIAN BETON. 2) A i r. Air yang dipergunakan harus bersih tak bercampur dengan minyak, garam, asam, alkali, gula dan material lain yang dapat merugikan. 3) Pasir. Pasir (Agregat halus) yang dipakai harus terdiri dari pasir alam atau sungai yang mempunyai karekteristik yang sama dan mempunyai partikel yang keras serta tidak mengandung material yang dapat merusak konstruksi dan melebihi batas ketentuan sebagai berikut : - Tanah Lumpur = 1 % - Material lolos saringan no. 200 = 4 % - Gradasi material harus memenuhi persyaratan : Ukuran Saringan (ASTM) Prosentase Lolos Saringan (Berdasarkan Berat) 3/8 inch No. 4 No. 4 No. 16 No. 30 No. 50 No.100 100 90 – 100 80 – 100 45 – 80 25 – 80 10 – 30 2 - 100 4) Koral. Koral (Agregat kasar) yang dipakai harus terdiri dari batu pecah, kerikil atau material lain yang mempunyai karakteristik yang sama dan mempunyai partikel yang keras serta tidak mengandung material yang dapat merusak konstruksi dan melebihi batas ketentuan sebagai berikut: - Tanah Lumpur = 0.25 % - Material lolos saringan no. 200 = 1 %
  • 12. DPP 2015 S.21 - 3 5) Semen (PC). Semen (PC) yang dipakai harus sesuai dengan SNI dan berasal dari produk yang sama. Semen yang dipakai harus terlindung dari hujan dan tempat penyimpanannya harus terjaga kelembabannya, semen yang sudah mengeras akibat pengaruh kelembaban udara tidak boleh digunakan. 5.2. PERALATAN Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan minimal: 1) Crane 3 ton 5.3. PELAKSANAAN a. Pemasangan Bowplank. Pemasangan bowplank harus dilaksanakan dengan pengukuran untuk menentukan elevasi ketinggian pagar, jarak tiang pagar dan pondasi pagar yang akan dilaksanakan serta digunakan sebagai referensi pekerjaan galian pondasi. Bowplank harus dipasang pada setiap rencana posisi pondasi pagar. b. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Beton. Pekerjaan galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan dimensi dan posisi yang ditentukan dan harus didasarkan pada gambar kerja yang telah disetujui oleh Penerima Tugas / Pemberi Tugas. Tanah bekas galian dapat digunakan sebagai urugan kembali dan diratakan setelah dilaksanakan pengecoran beton pondasi. c. Pemasangan Tiang Pagar Beton. Pekerjaan pemasangan tiang pagar beton dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan, terutama ukuran antara tiang dengan tiang berikutnya dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Tiang pagar beton harus di set tegak lurus dengan menggunakan waterpass dan kedalaman tiang yang ditanam sedalam 115 cm dari permukaan tanah pada lubang pondasi beton dan disesuaikan dengan gambar rencana. 2) Sebelum dilaksanakan pengecoran, tiang tersebut harus ditopang dengan kayu atau material lainnya sebagai penahan.
  • 13. DPP 2015 S.21 - 4 d. Pekerjaan Pondasi Beton. Pengecoran pondasi dilaksanakan dengan metode pengadukan / pencampuran menggunakan beton mollen (mixer) dengan komposisi campuran sesuai spesifikasi teknis sebagaimana disyaratkan dalam dokumen lelang. e. Pekerjaan Pondasi Batu Kali. Pasangan pondasi pada tanah yang daya dukungnya kecil seperti tanah sawah, kondisi tertentu seperti pada tepi / tebing sungai pondasi yang digunakan pondasi bore pile atau yang sesuai, agar kedudukan pagar stabil. Untuk memperkuat pondasi dapat menggunakan cerucuk kayu (kayu dolken) atau dengan pondasi batu kali dengan dimensi dan bentuk sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan (Penerima Tugas) atau oleh Pemberi Tugas. f. Pekerjaan Urugan kembali. Setelah dilakukan pengecoran pondasi tiang maka tanah bekas galian galian pondasi dapat diratakan pada lokasi disekitar pagar. g. Pemasangan Panel Beton. Pemasangan panel beton dilaksanakan setelah pemasangan tiang pagar memenuhi persyaratan beban, pemasangan dilaksanakan dengan metode dan peralatan yang cukup dengan menggunakan peralatan yang sesuai. Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus dicatat, disimpan, dan dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh konsultan. Sedangkan material yang tidak dapat digunakan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.