SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN 
SEMI SOLID 
MEMBUAT DRY SYRUP KOTRIMOXAZOL 
Di susun Oleh : 
Nama : Hani Novita Santosa 
Kelas / Semester : Pagi (B) / II 
NIM : 13.0330 
AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 
Jl. Gajah Mada no. 91
DRY SYRUP KOTRIMOXAZOL 
I. Tujuan 
1 Mahasiswa mampu membuat sediaan Dry Syrup Kotrimoxazol 
yang baik dan benar 
2 Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan dry syrup (Organoleptis, 
pH, BJ, Viskositas, Waktu rekonstitusi, volume sedimentasi, 
ukuran partikel, jenis suspensi) 
3 Mahasiswa mampu membuat kemasan sekunder untuk Dry Syrup 
Kotrimoxazol 
II. Dasar Teori 
Serbuk obat untuk penggunaan internal ada pula yang digunakan secara 
eksternal. Kebanyakan serbuk untuk penggunaan internal diberikan secara 
oral sesudah dicampur dengan air. Sediaan serbuk lain untuk tujuan 
pengobatan lokal atau efek sistemik diberikan dengan cara inhalasi. 
Serbuk kering lain, dikemas secara komersial untuk rekonstitusi dengan 
pelarut cair, atau pembawa cair yang dapat diberikan secara oral, atau 
untuk digunakan sebagai sediaan injeksi (parenteral). Ada pula yang 
digunakan sebagai douche vaginal. ( Agoes, Goeswin, 2012) 
Alasan untuk membuat formulasi dalam bentuk sediaan rekonstitusi 
adalah: 
1. Untuk mengatasi masalah stabilitas fisika yang sering ditemukan dalam 
suspensi konvensional, misalnya peningkatan kelarutan obat akibat 
perubahan pH hasil dari penguraian kimia, inkompabilitas komponen 
formulasi, perubahan viskositas, konversi, konversi polimorfisme, dan 
pertumbuhan masa padat kompak (cacking) 
2. Formulasi untuk direkonstitusi mengurangi berat akhir sediaan karena 
tidak terdapat pelarut / pembawa air sehingga mengurangi biaya 
transportasi dan resiko transportasi, misal kemasan botol pecah selama
transportasi kedaerah terpencil sehingga seluruh sediaan tidak dapat 
digunakan . ( Agoes, Goeswin, 2012) 
Suspensi untuk rekonstitusi ini perlu memperhatikan persyaratan khusus 
karena ada 2 tahap yang harus dilakukan sebelum rekonstitusi campuran 
serbuk / granul, yaitu : pertama mengembangkan formulasi campuran 
serbuk atau granul untuk direkonstitusi sehingga dihasilkan suspensi 
dengan sifat yang dapat diterima sebelum, selama dan sesudah 
direkonstitusikan. Kedua formulator harus menyadari bahwa tahap 
preparasi produk dilakukan diapotek atau rumah sakit yang tidak berada 
dibawah pengawasan apotaker industri. ( Agoes, Goeswin, 2012) 
Karakteristik yang perlu diperhatikan dari campuran serbuk atau granul 
untuk direkonstitusikan adalah : 
1. Campuran serbuk atau granul haruslah merupakan campuran 
homogeny dari bahan aktif obat dan excipient 
2. Selama rekonstitusi, campuran serbuk atau granul harus melarutkan / 
terdispersi dengan cepat dan sempurna dalam pelarut atau pembawa 
air. 
3. Suspensi hasil rekonstitusi harus dengan mudah diredispersi dan 
dituang dari botol oleh pasien untuk menakar dosis secara akurat dan 
uniform 
4. Produk jadi akhir harus menunjukkan tampilan bau dan rasa yang 
dapat diterima oleh pasien 
5. Campuran serbuk atau granul untuk rekonstitusi harus memenuhi 
spesifikasi yang dinyatakan dalam farmakope (misal kadar air, 
disolusi, waktu rekonstitusi dan lain sebagainya) 
6. Masa kadaluarsa campuran serbuk atau granul dan hasil rekonstitusi 
harus diteliti dan dinyatakan pada label ; disamping ketentuan lain, 
misal penyimpanan, suhu penyimpanan, cairan untuk rekonstitusi dan 
lain sebagainya
7. Campuran untuk direkonstitusi dapat berbentuk campuran 
serbuk,granul, dan campuran serbuk dan granul ( Agoes, Goeswin, 
2012) 
Keuntungan dan kerugian suspensi rekonstitusi : 
 Keuntungan : 
1. Campuran serbuk lebih ekonomis, resiko 
ketidakstabilannya rendah 
2. Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran, 
kurang pemisahan, debu 
3. Campuran serbuk dan granul mengurangi biaya 
penggunaan komponen peka panas 
 Kerugian : 
1. Masalah campuran dan pemisahan serbuk dan kehilangan 
obat 
2. Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, 
penggranulasi pada obat dan excipient 
3. Campuran serbuk dan granul menjamin tidak ada 
pemisahan campuran granul dan non granul ( Agoes, 
Goeswin, 2012) 
Panduan proses pencampuran kering : 
Campuran kering untuk direkonstitusi dapat berupa campuran serbuk, 
granul, dan campuran serbuk dan granul. Hal berikut perlu diperhatikan : 
1. Gunakan pencampur yang efisien. Evaluasi kinerja pencampuran bets 
dilakukan pada skala pilot, tidak pada skala laboratorium. 
2. Tentukan dan validasi durasi pencampuran. 
3. Hindari akumulasi panas dan kelembaban selama pencampuran. 
4. Batasi variasi temperature (biasanya 700C) dan kelembaban relative 
(biasanya < 40%).
5. Bets akhir harus terlindungi dari kelembaban. Simpan dalam container 
tertutup dan kedap dengan kantong pengering serbuk. 
6. Sampel untuk keseragaman bets. Ambil contoh dari bagian atas, tengah 
dan bawah campuran kering ( Agoes, Goeswin, 2012) 
Cairan untuk rekonstitusi 
Untuk merekonstitusi suspensi oral digunakan air yang dimurnikan 
(seperti air demineralisasi atau air destilasi). Jangan menggunakan air 
minum karena mengandung elektrolit. Selain itu, ambang mikrobanya 
tidak pasti karena air minum (di Indonesia) belum tentu potable (boleh 
diminum tanpa dimasak). Untuk rekonstitusi larutan atau suspensi 
parenteral digunakan air untuk injeksi (WFI). (Agoes, Goeswin, 2012) 
III. Alat dan Bahan 
Alat Bahan 
1 Mortir 
2 Erlenmeyer 
3 Beakerglass 
4 Ayakan no. 18 
5 Cawan Porselen 
6 Oven 
7 Loyang 
8 Botol Rekonstitusi 
1. Zat aktif (Kotrimoxazol) 
2. Suspending Agent (CMC Na) 
3. Glidant (Aerosil) 
4. Pemanis (Sacch. Album) 
5. Pengikat (Kollidon) 
6. Pengawet(Nipagin, Nipasol) 
7. Corrigen Coloris (FDC 
Sunset Yellow) 
8. Corrigen Odoris (Ess. 
Mangga) 
9. Aquadest 
IV. Formula 
R/ Kotrimoxazol 240 mg / 5 mL 
CMC Na 1% 
Aerosil 1,0% 
Sacch. Album 20%
PVP 1% 
Etanol 10% 
Nipasol 0,02% 
Nipagin 0,2% 
Sunset Yellow 0,1% 
Ess. Mangga 1 tetes 
Aquadest ad 50 mL 
V. Pemerian Bahan 
1. Kotrimoxazol (Kombinasi dari Sulfametaxon 200 mg dan 
Trimetropim 40 mg) 
1) Sulfametaxon 
Pemerian : Serbuk hablur ; putih sampai hampir putih ; praktis 
tidak berbau 
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air ; larut dalam 50 
bagian etanol (95%) P ; dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut 
dalam larutan natrium hidroksida 
Khasiat : Antibakteri (Depkes RI, 1979) 
2) Trimetoprim 
Pemerian : Serbuk ; putih ; tidak berbau ; rasa sangat pahit 
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; larut dalam 300 
bagian etanol (95%) P ; dalam 55 bagian kloroform P dan dalam 80 
bagian metanol P ; praktis tidak larut dalam eter P 
Khasiat : Antibakteri (Depkes RI, 1979) 
2. CMC Na (Carboxylmethilsellulosa Natrium) 
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning 
gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik 
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air, membentuk suspensi 
koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam 
perlarut organik lain.
Konsentrasi : 0,1 – 1,0% (Anonim, 2009) 
Fungsi : Suspending Agent (Depkes RI, 1979) 
3. Aerusil (Colloidal Silicon Dioxide) 
Pemerian : Serbuk silika koloid higroskopik dan dengan 
ukuran partikel 15 mm, sangat terang, berwarna putih kebiru – 
biruan 
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik air dan 
asam kecuali acidum hydrowork, larut dalam larutan alkaili, 
hydroxida panas, coloid yang dapat terdidpersi dalam air 
Konsentrasi : 0,1 – 1,0% ( Anonim, 2009 ) 
Fungsi : Glidant ( Anonim, 2009 ) 
4. Saccharum Album 
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau massa hablur, serbuk 
berwana putih, tidak berbau, rasa manis 
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian 
etanol (95%) P 
Konsentrasi : 2 – 20% (Anonim, 1994) 
Fungsi : Pemanis (Depkes RI, 1979) 
5. Povidon 
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan : berbau lemah 
atau tidak berbau , hygroskopik 
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan 
kloroform P , kelarutan tergantung dari bobot molekul rata – rata ; 
praktis tidak larut dalam eter P 
Konsentrasi : 0,5% - 5% (Anonim, 2009) 
Fungsi : Pengikat (Depkes RI, 1979) 
6. Nipagin 
Pemerian : Serbuk hablur halus ; putih ; hampir tak berbau ; 
tidak mempunyai rasa. Kemudian agak membakar diikuti rasa tebal 
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air 
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian
aseton P ; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali 
hidroksida ; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 
bagian minyak lemak nabati panas. Jika didinginkan larutan tetap 
jernih 
Konsentrasi : 0,015% – 0,2% (Anonim, 2009) 
Fungsi : Pengawet (Depkes RI, 1979) 
7. Nipasol 
Pemerian : Serbuk hablur putih ; tidak berbau ; tidak berasa. 
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; larut dalam 3,5 
bagian etanol (95%) P. Dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut 
dalam larutan alkali hidroksida. 
Konsentrasi : 0,01% - 0,02% (Anonim, 2009) 
Fungsi : Pengawet (Depkes RI, 1979) 
8. FDC Sunset Yellow 
Pemerian : Serbuk berwarna kuning jingga 
Kelarutan : Mudah larut dalam air 
Konsentrasi : < 0,5% 
Fungsi : Pewarna (Depkes RI, 2010) 
9. Essence Mangga 
Pemerian : Cairan berwarna orange barbau khas mangga 
Kelarutan : Mudah larut dalam air 
Fungsi : Odoris (Depkes RI, 2010) 
10. Aquadest 
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak 
mempunyai rasa. 
Fungsi : Pelarut (Depkes RI, 1979) 
VI. Perhitungan Jumlah Bahan 
Usul : BJ sediaan di anggap 1 gram / mL 
1. Kotrimoxazol = 240 mg / 5 mL x 60 mL = 2880 mg = 2,88 gram x 
7 = 20160 mg
 Sulfametaxon = 5/6 x 20160 = 16800 mg x 7 = 117600 mg 
 Trimetropim = 1/6 x 20160 = 3360 mg x 7 = 23520 mg 
2. CMC Na = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 
3. Aerosil = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 
4. Sacch. Album = 20% x 60 mL = 12 gram x 7 = 84 gram 
5. PVP = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 
6. Etanol = 10% x 60 mL = 6 mL x 7 = 42 mL 
7. Nipasol = 0,02% x 60 mL = 0,012 gram x 7 = 0,084 gram 
8. Nipagin = 0,2% x 60 mL = 0,3 gram x 7 = 2,1 gram 
9. Sunset Yellow = 0,1% x 60 mL = 0,06 gram x 7 = 0,42 gram 
10. Aquadest 
= 240 mL – (20,16 + 4,2 + 4,2 + 84 + 4,2 + 42 + 0,084 + 2,1 + 
0,42) 
= 240 mL – 161,364 mL 
= 78,636 mL 
VII. Perhitungan Dosis 
1 Kotrimoxazol (Depkes RI, 2000) 
Dosis : 960 mg / hari tiap 12 jam 
Jadi, dosis 1x : 24:12 = 2 
960/2 = 480 mg 
1hr : 960 mg 
 Perhitungan dosis pemakaian 1x: 
Usia 
(tahun) 
Perhitungan dosis 
1x 
Rentang 
Dosis 
(mg) 
Pemakaian 
1x (sendok 
takar) 
Cek Dosis 1x 
2 2/14 x 480 mg 68,57 ¼ 60/68,57 = 0,87≠ OD 
3 3/15 x 480 mg 96 ¼ 60/96 = 0,625 ≠ OD 
4 4/16 x 480 mg 120 ¼ 60/120= 0,5 ≠ OD 
5 5/ 17 x 480 mg 141 ½ 120/141 = 0,85≠ OD
6 6/ 18 x 480 mg 160 ½ 120/160 = 0,75 ≠ OD 
7 7/19 x 480 mg 176,8 ½ 120/176,8 =0,678≠ OD 
8 8/20 x 480 mg 192 ½ 120/192 = 0,625≠ OD 
9 9/20 x 480 mg 216 ½ 120/216 = 0,55≠ OD 
10 10/20 x 480 mg 240 ½ 120/240 = 0,5 ≠ OD 
11 11/20 x 480 mg 264 1 240/264 = 0,9 ≠ OD 
12 12/ 20 x 480 mg 288 1 240/288 = 0,83 ≠ OD 
 Penetapan aturan pakai 
¼ sendok takar = 60 mg 
½ sendok takar = 120 mg 
1 sendok takar = 240 mg 
1½ sendok takar = 360 mg 
2 sendok takar = 480 mg 
2 ½ sendok takar = 600 mg 
3 sendok takar = 720 mg 
 Perhitungan dosis pemakaian 1hari: 
Usia 
(tahun) 
Perhitungan 
dosis 
1 hari 
Rentang 
Dosis (mg) 
Pemakian 1 
hari (sendok 
takar) 
Cek Dosis 1 hari 
2 2/14 x 960 mg 137 2 x ¼ 120/137 = 0,875≠ OD 
3 3/15 x 960 mg 192 2 x ¼ 120/192 = 0,625 ≠ OD 
4 4/16 x 960 mg 240 2 x ¼ 120/240 = 0,5 ≠ OD 
5 5/ 17 x 960 mg 282 2 x ½ 240/282 = 0,85≠ OD 
6 6/ 18 x 960 mg 320 2 x ½ 240/320 = 0,75 ≠ OD 
7 7/19 x 960 mg 353 2 x ½ 240/353 = 0,67 ≠ OD
8 8/20 x 960 mg 384 2 x ½ 240/384 = 0,625 ≠ OD 
9 9/20 x 960 mg 432 2 x ½ 240/432 = 0,55 ≠ OD 
10 10/20 x 960 mg 480 2 x ½ 240/480 = 0,5 ≠ OD 
11 11/20 x 960 mg 528 2 x 1 480/528 = 0,9 ≠ OD 
12 12/ 20 x 960 mg 576 2 x 1 480/576 = 0,83 ≠ OD 
 Aturan pakai 
2 – 4 tahun = 2 x sehari ¼ sendok takar 
5 – 10 tahun = 2 x sehari ½ sendok takar 
11 – 12 tahun = 2 x sehari 1 sendok takar 
>12 tahun = 2 x sehari 1½ sendok takar 
VIII. Cara Kerja 
Timbang PVP 4,2 gram dan masukkan ke dalam beakerglass serta 
tambahkan 42 mL etanol dan aduk hingga larut dan homogen 
 
Timbang 2,1 gram Nipagin, timbang 0,084 gram Nipasol dan timbang 2,1 
gram Sunset Yellow. Campur satu per satu ke dalam larutan PVP + Etanol 
aduk hingga larut dan homogen 
 
Timbang Kotrimoxazol 20,16 gram, masukkan ke dalam mortir. Timbang 
4,2 gram CMC Na, masukkan kedalam mortir dan aduk hingga homogen. 
Timbang Saccharum Album 84 gram, masukkan ke dalam mortir dan aduk 
hingga semuanya homogen 
 
Larutan I di tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran II aduk 
hingga warna muncul dan semua serbuk sudah terwarnai. 
 
Kempa serbuk yang sudah basah dan ayak di atas pengayak 18
 
Keringkan di dalam oven, tambahkan corigen odoris dan aerosil, campur 
homogen 
 
Lakukan pengujian 
IX. Evaluasi 
1) LOD Granul 
Alat : Moisture Balance 
Tancapkan stopkontak 
 
Nyalakan alat, tekan TARE. Setelah itu buka alat Moisture Balance, timbang 
bobot granul sebanyak 4 gram. Tutup Moisture Balance 
 
Set suhu 1050 C dan tunggu selama 5 menit. 
 
Catat kadar air dan bobot setelah LOD 
2) Waktu Rekonstitusi 
Timbang 10 gram dry syrup dan masukkan ke dalam wadah sacchet 
 
Larutkan dengan 200 mL air 
 
Setiap sacchet di perlakukan berbeda yaitu 400 C dan 800 C 

Amati kecepatan suspensi kering yang tersuspensi. Semakin cepat waktu 
rekonstitusi maka sediaan tersebut semakin baik 
 
Catat hasilnya 
3) Organoleptis 
Ambil sedikit suspensi kering 
 
Amati bentuk dan warna . Cicip rasanya. Cium aromanya dari suspensi kering 
 
Catat hasilnya 
4) Bobot Jenis 
Alat : Piknometer 
Di timbang 1 gram suspensi kering, masukkan ke dalam beakerglass dan 
tambahkan air 20 mL. Aduk hingga larut 
 
Bersihkan piknometer dengan alkohol 
 
Timbang bobot pikno kosong (A) 
 
Masukkan aqua ke dalam pikno yang telah di bersihkan. Timbang pikno yang 
berisi air (B) 

Ganti aqua dengan sediaan yang telah di larutkan dengan air. Masukkan ke dalam 
piknometer dan timbang bobotya (C) 
 
Hitung BJ sediaan dengan cara dibawah ini : 
Bobot pikno kosong : A 
Bobot pikno + air : B 
Bobot pikno + sediaan : C 
Bobot aqua (D) : B – A 
Bobot sediaan (E) : C – A 
Volume aqua (F) : D /  
BJ sediaan : E / F dengan satuan g / mL 
5) Viskositas 
Alat : Viskometer Brookfield 
Timbang 10 gram suspensi kering dan larutkan dalam 200 mL aquadest, aduk 
hingga larut dan homogen. Beri stirrer magnetic 
 
Pasang spindle yang sesuai pada viskometer kemudian celupkan pada larutan dan 
nyalakan 
 
Catat tiap data yang diperoleh pada layar tentang No. Spindle, RPM, CPS dan 
prosentase. Viskositas larutan di lihat dari CPS pada prosentase tertinggi 
6) pH 
Alat : pH meter 
Timbang 5 gram suspensi kering dan larutkan dalam 100 mL aquadest 

Celupkan elektroda ke dalam ke dalam larutan suspensi dan ukur pH suspensi 
 
Catat pH suspensi 
7) Volume Sedimentasi 
Ambil 10 mL dry syrup yang telah dilarutkan dengan air 
 
Tuang ke dalam mattglass 10 mL 
 
Diamkan selama 7 hari dan amati skala endapan yang terjadi 
8) Ukuran Partikel 
Ambil sedikit dry syrup yang telah dilarutkan kedalam air 
 
Letakkan diatas objectglass 
 
Amati di mikroskop ukuran tiap suspensi 
9) Jenis Suspensi 
Ambil 10 mL dry syrup yang telah dilarutkan dengan air 
 
Tuang ke dalam mattglass 10 mL 

Diamkan selama 7 hari dan amati skala endapan yang terjadi 
 
Jika endapan dari volume pertama ke volume berikutnya sangat jauh berarti itu 
adalah deflokulasi, begitu juga sebaliknya 
X. Hasil 
1. LOD Granul 
Bobot awal = 3,080 gram 
Waktu = 10 menit 
LOD = 6,02% 
Suhu = 1000C 
2. Waktu Rekonstitusi 
I. 00 : 01 : 14 : 28 
II. 00 : 00 : 38 : 70 
3. Organoleptis 
 Sebelum Rekonstitusi 
Bentuk : Granul 
Warna : Orange Muda 
Bau : Tidak Berbau 
Rasa : Tidak Berasa 
 Setelah Rekonstitusi 
Bentuk : Cair 
Warna : Orange Muda 
Bau : Khas Mangga 
Rasa : Pahit 
4. Bobot Jenis 
Bobot pikno kosong : 11,93 gram (A) 
Bobot pikno + aqua : 21,97 gram (B) 
Bobot pikno + elixir : 22,06 gram (C) 
Bj air () : 1
Bobot aqua : 
= [Bobot pikno + aqua] – [Bobot pikno kosong] 
= 21,97 gram – 11,93 gram 
= 10,04 gram (D) 
Bobot elixir : 
= [Bobot pikno + elixir] – [Bobot pikno kosong] 
= 22,06 gram – 11,93 gram 
= 10,13 gram (E) 
Volume aqua : Bobot aqua /  
= 10,04 / 1 
= 10,04 gram / mL (F) 
BJ syrup : Bobot elixir / Volume aqua 
= 10,13 gram / 10,04 gram / mL 
= 1,008964143 gram / mL 
5. Viskositas 
 RPM = 100 
 CPS = 57,6 
 % = 99,2 
6. pH sediaan = 7,51 
7. Volume Sedimentasi 
Hari ke - Volume 
1 
10 mL 
2 
5,1 mL 
3 
4,5 mL 
4 
4,3 mL 
5 
4,2 mL 
6 
4,1 mL 
7 
4 mL
12 
10 
8 
6 
4 
2 
0 
Hari ke - 1 2 3 4 5 6 7 
1.2 
1 
0.8 
0.6 
0.4 
0.2 
0 
Hari ke - 1 2 3 4 5 6 7 
8. Jenis Suspensi = Deflokulasi 
9. Ukuran Partikel 
Partikel 1 = (16 + 13) / 2 = 14,5 
Partikel 2 = (18 + 18) / 2 = 18 
Partikel 3 = (10 + 10) / 2 = 10 
Partikel 4 = (25 + 35) / 2 = 30 
Partikel 5 = (13 + 27) / 2 = 20 
Partikel 6 = (27 + 23) / 2 = 38,5 
Partikel 7 = (21 + 16) / 2 = 18,5 
Partikel 8 = (20 + 16) / 2 = 18
Partikel 9 = (12 + 11) / 2 = 11,5 
Partikel 10 = (14 + 19) / 2 = 16,5 
XI. Pembahasan 
Didalam praktikum kali ini, kami membuat dry syrp Kotrimoxazol 
yang merupakan kombinasi dari Sulfametaxon dan Trimetroprim, yang 
mempunyai khasiat antibiotik yaitu untuk infeksi pada saluran nafas, 
gastrointestinal (GI), infeksi pada saluran kemih kelamin, infeksi pada 
kulit dan septikemia. Didalam formula juga terdapat zat tambahan 
seperti CMC Na yang berfungsi sebagai pengental. Aerosil yang untuk 
pengisi untuk dry syrup. Saccharum pulvis digunakan sebagai pemanis 
untuk menutupi rasa pahit yang berasal dari suspensi tersebut. Larutan 
PVP berguna untuk pengikat dengan memberi daya adhesi pada massa 
serbuk pada granulasi dan cetak langsung serta untuk menambah daya 
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Nipagin dan nipasol 
memiliki fungsi yang serupa yaitu sebagai pengawet agar suspensi 
lebih stabil serta untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada 
suspensi, walaupun mempunyai khasiat yang sama tetapi nipagin dan 
nipasol memiliki konsentrasi yang berbeda dalam penggunaan, jika 
nipagin memiliki konsentrasi 0,015 – 0,2% sedangkan nipasol 
memiliki konsentrasi 0,01 – 0,02%. Sunset yellow sebagai pewarna 
untuk menambah nilai estetika dan essens mangga untuk menutupi 
aroma kurang sedap pada sediaan agar saat pasien meminumnya 
khususnya pasien anak-anak suka dengan aroma mangga dan rasa 
manis sehingga diharapkan anak-anak meminumnya dengan mudah 
karena mempunyai warna yang menarik dan juga aromanya yang 
sedap. 
Permasalahan yang kelompok kami hadapi yaitu pada saat 
mencampurkan bahan larutan PVP, nipasol dan nipagin karena sedikit 
sukar larut dan membentuk seperti gumpalan putih tetapi dengan 
diaduk perlahan – lahan dan diaduk cukup lama akan larut.
Permasalahan selanjutnya adalah pada saat bahan Kotrimoksazol, 
CMC Na dan Saccharum Pulv dicampur dengan campuran larutan 
PVP, Nipagin, Nipasol dan Sunset Yellow akan mengumpal tetapi 
dapat diatasi dengan menambahkan campuran larutan ke dalam 
campuran serbuk sedikit demi sedikit sambil terus di aduk agar serbuk 
terwarnai secara homogen dan agar serbuk tidak menggumpal. 
Campuran larutan ditambahkan ke campuran serbuk hingga 
terbentuk kalis atau sampai campuran tersebut digenggam tidak 
memisah kembali tetapi jika digenggam akan menggumpal, jika sudah 
kalis tidak perlu ditambahkan larutan campuran. Campuran serbuk 
harus benar – benar kalis karena akan berpengaruh pada proses 
granulasi dan pengeringan. Jika kurang kalis pada proses granulasi 
akan sulit terbentuk granul dan pada saat pengeringan granul akan 
sangat kering sehingga pada saat direkonstitusi dengan air akan sulit 
terdispersi ke dalam air sedangkan jika terlalu kalis pada proses 
granulasi, granul yang terbentuk besar – besar dan pada saat 
pengeringan granul akan sulit untuk kering sehingga lebih lama 
pengeringannya dan pada saat direkonstitusi dengan air akan sulit 
terdispersi ke dalam air. Pada formula dibuat dalam sediaan suspensi 
agar mudah digunakan khususnya untuk pasien anak-anak dan agar 
mudah di absorbsi sehingga cepat memberikan efek terapi. Sebelum 
sediaan digunakan harus direkonstitusi atau diencerkan dengan air 
yang dimurnikan, tidak boleh diencerkan dengan air minum. 
Setelah sediaan jadi, kelompok kami melakukan pengujian 
diantaranya : 
1. LOD Granul 
Syarat kadar air pada sediaan dry syrup <2% dan kelompok 
kami menghasilkan angka 6,02%. Dan ini menyebabkan 
serbuk yang dihasilkan terlalu basah dan menyebabkan 
selama penyimpanan serbuk menjadi lembab dan mampu 
mengikat antar serbuk, selain itu penambahan air yang
terlalu berlebih menyebabkan pengeringan di dalam oven 
serta pengaturan suhu yang kurang tepat 
2. Waktu Rekonstitusi 
I. 00 : 01 : 14 : 28 
II. 00 : 00 : 38 : 70 
Pada uji waktu rekonstitusi pada suspensi yang telah 
direkonstitusi pertama menghasilkan waktu 1 menit 14 
detik dan yang kedua hanya 38 detik hal ini disebabkan 
oleh ukuran granul, sifat granul. Semakin kecil ukuran 
granul maka semakin cepat pula terdistribusinya granul, 
selain itu kandungan HPMC tiap bahan jika kandungan 
HPMC semakin banyak maka semakin lama suspensi untuk 
di rekonstitusikan dan juga suhu air yang digunakan jika 
semakin tinggi suhu air yang akan digunakan maka 
suspensi semakin cepat untuk direkonstitusikan. 
3. Organoleptis 
Sebelum sediaan direkonstitusi organoleptis yang 
dihasilkan sediaan dalam bentuk granul yang berwarna 
orange muda karena menggunakan sunset yellow dan 
beraroma khas mangga karena menggunakan odoris 
mangga, dan rasa pada sediaan menghasilkan tidak berasa. 
Ternyata setelah sediaan direkonstitusi uji organoleptis 
menghasilkan sediaan dalam bentuk cair yang berwarna 
orang muda dan beraroma khas manga tetapi rasa sediaan 
pahit karena rasa dari Ibuprofennya yang memang sudah 
pahit selain itu jumlah Saccharin yang digunakan kurang. 
4. Bobot Jenis 
Bobot jenis yang dihasilkan oleh kelompok kami adalah 
1,008964143 dan ini sudah benar karena memang 
seharusnya bobot jenis sediaan harus lebih besar 
dibandingkan air. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
jumlah bahan yang digunakan untuk membuat suspensi, 
selain itu bobot tiap bahan yang berbeda – beda. 
5. Vikositas 
Pada uji viskositas dengan RPM 100, CPS 57,6, Spindle 62 
sediaan kami menghasilkan 99,2% karena dalam formula 
terdapat CMC Na dan HPMC yang berguna untuk 
meningkatkan kekentalan maka viskositas dalam sediaan 
bertambah. Selain itu, viskositas berhubungan dengan 
bobot jenis, semakin besar viskositasnya maka semakin 
tinggi pula bobot jenisnya 
6. pH 
Pada sediaan kami menghasilkan pH 7,51 yang 
menunjukkan sediaan bersifat netral. Hal ini dikarenakan 
kebersihan dan peralatan yang digunakan oleh para 
mahasiswa sudah bersih, kemudian sanitasi dan higiene dari 
para personilnya yang sudah benar 
7. Ukuran Partikel 
Berdasarkan hasil sediaan kami menghasilkan ukuran 
partikel yang berbeda – beda antar partikel satu dengan 
yang lainnya, ada yang besar ada yang kecil yang 
menyebabkan distribusi tidak stabil. Seharusnya ukuran 
partikel itu sama agar distribusi granul yang telah 
direkonstitusikan harus stabil 
8. Jenis suspensi 
Berdasarkan dari grafik sedimentasi dapat disimpulkan 
bahwa jenis suspensi sediaan kami adalah deflokulasi. Hal 
ini menyebablan partikel yang terdapat didalam suspensi 
akan mengandap perlahan – lahan dan pada akhirnya akan 
membentuk cake yang sangat keras sehingga menyebabkan 
sukar sekali untuk terdispersi kembali.
9. Volume Sedimentasi 
Volume sedimentasi yang telah dilakukan oleh kelompok 
kami selama 7 hari menunjukkan pennurunan yang sangat 
drastis dari hari pertama hingga hari ke tujuh. Volume 
sedimentasi dari hari ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 berdasarkan grafik 
sediaan kami mengalami penurunan pengendapan yang 
drastis dari hari – 1 ke hari ke – 2 dan hari selanjutnya dari 
hari ke – 3, ke – 4, ke – 5, ke – 6 sampai ke – 7 mengalami 
penurunan yang stabil. 
XII. Kesimpulan 
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan Dry Syrup Kotrimoxazol 
yang baik dan benar 
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan dry syrup (Organoleptis, 
pH, BJ, Viskositas, Waktu rekonstitusi, volume sedimentasi, 
ukuran partikel, jenis suspensi) 
3. Mahasiswa mampu membuat kemasan sekunder untuk Dry Syrup 
Kotrimoxazol
XIII. Daftar Pustaka 
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida 
(SFI – 7). ITB : Bandung 
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI – 6). ITB : 
Bandung 
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen 
Kesehatan RI : Jakarta 
Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. 
Departemen Kesahatan RI : Jakarta 
Anonim, 2010. Kondeks Makanan Indonesia. Departemen 
Kesehatam RI : Jakarta 
Raymond,dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 
Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists 
Association. Inggris 
Semarang, 6 Maret 2014 
Dosen Pembimbing Praktikum 
Hani Novita

More Related Content

What's hot

Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirupsisabihi
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenKezia Hani Novita
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Nova Rizky
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik SterilisasiRukmana Suharta
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClLaporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClyassintaeka
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 

What's hot (20)

Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Gel
GelGel
Gel
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClLaporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
Penanganan hewan coba
Penanganan hewan cobaPenanganan hewan coba
Penanganan hewan coba
 

Viewers also liked

Ilmu barang farmasi
Ilmu barang farmasiIlmu barang farmasi
Ilmu barang farmasiSofie Via
 
Pengantar farmakologi
Pengantar farmakologiPengantar farmakologi
Pengantar farmakologiSofie Via
 
Rancangan Formularium 1
Rancangan Formularium 1Rancangan Formularium 1
Rancangan Formularium 1Sisca Yoliza
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan SuspensiAkfar ikifa
 
Pengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasiPengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasiSofie Via
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawatarymita
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Alljabar Rahmat
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 

Viewers also liked (13)

Laporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup ggLaporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup gg
 
Ilmu barang farmasi
Ilmu barang farmasiIlmu barang farmasi
Ilmu barang farmasi
 
Pengantar farmakologi
Pengantar farmakologiPengantar farmakologi
Pengantar farmakologi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ilmu resep
Ilmu resepIlmu resep
Ilmu resep
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Efek obat
Efek obatEfek obat
Efek obat
 
Rancangan Formularium 1
Rancangan Formularium 1Rancangan Formularium 1
Rancangan Formularium 1
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan Suspensi
 
Pengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasiPengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasi
 
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk PerawatCara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
Cara Pemberian Antibiotik untuk Perawat
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 

Similar to Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol

19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.Maranata Gultom
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatErsa Yuliza
 
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholLaporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholKezia Hani Novita
 
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020RestuHendriSulistyaw
 
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptxPPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptxRiyanUge
 
Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonKezia Hani Novita
 
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptxPPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptxChyntiaAngeline
 
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptx
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptxSESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptx
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptxdiah72
 
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badan
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badanKel 9 kelas m preparat kebersihan badan
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badandanyindriawaty
 
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdf
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdfFormulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdf
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdfHayatusSaadah4
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksirnzaraa
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksirnzaraa
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabMaranata Gultom
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakKezia Hani Novita
 
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baikProduksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baikDyah Arum Anggraeni
 

Similar to Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol (20)

19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
 
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholLaporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
 
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020
 
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptxPPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
 
Salbutamol Sirup
Salbutamol SirupSalbutamol Sirup
Salbutamol Sirup
 
Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortison
 
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptxPPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
 
Ppt fts
Ppt ftsPpt fts
Ppt fts
 
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptx
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptxSESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptx
SESI-10 SIRUP DAN SUSPENSI KERING.pptx
 
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badan
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badanKel 9 kelas m preparat kebersihan badan
Kel 9 kelas m preparat kebersihan badan
 
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdf
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdfFormulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdf
Formulasi dan Evaluasi Mutu Tablet Salut - Copy.pdf
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Tablet kunyah
Tablet kunyahTablet kunyah
Tablet kunyah
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Kuliah fts csp salep2013
Kuliah fts csp salep2013Kuliah fts csp salep2013
Kuliah fts csp salep2013
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tab
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baikProduksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
 

Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol

  • 1. LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID MEMBUAT DRY SYRUP KOTRIMOXAZOL Di susun Oleh : Nama : Hani Novita Santosa Kelas / Semester : Pagi (B) / II NIM : 13.0330 AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG Jl. Gajah Mada no. 91
  • 2. DRY SYRUP KOTRIMOXAZOL I. Tujuan 1 Mahasiswa mampu membuat sediaan Dry Syrup Kotrimoxazol yang baik dan benar 2 Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan dry syrup (Organoleptis, pH, BJ, Viskositas, Waktu rekonstitusi, volume sedimentasi, ukuran partikel, jenis suspensi) 3 Mahasiswa mampu membuat kemasan sekunder untuk Dry Syrup Kotrimoxazol II. Dasar Teori Serbuk obat untuk penggunaan internal ada pula yang digunakan secara eksternal. Kebanyakan serbuk untuk penggunaan internal diberikan secara oral sesudah dicampur dengan air. Sediaan serbuk lain untuk tujuan pengobatan lokal atau efek sistemik diberikan dengan cara inhalasi. Serbuk kering lain, dikemas secara komersial untuk rekonstitusi dengan pelarut cair, atau pembawa cair yang dapat diberikan secara oral, atau untuk digunakan sebagai sediaan injeksi (parenteral). Ada pula yang digunakan sebagai douche vaginal. ( Agoes, Goeswin, 2012) Alasan untuk membuat formulasi dalam bentuk sediaan rekonstitusi adalah: 1. Untuk mengatasi masalah stabilitas fisika yang sering ditemukan dalam suspensi konvensional, misalnya peningkatan kelarutan obat akibat perubahan pH hasil dari penguraian kimia, inkompabilitas komponen formulasi, perubahan viskositas, konversi, konversi polimorfisme, dan pertumbuhan masa padat kompak (cacking) 2. Formulasi untuk direkonstitusi mengurangi berat akhir sediaan karena tidak terdapat pelarut / pembawa air sehingga mengurangi biaya transportasi dan resiko transportasi, misal kemasan botol pecah selama
  • 3. transportasi kedaerah terpencil sehingga seluruh sediaan tidak dapat digunakan . ( Agoes, Goeswin, 2012) Suspensi untuk rekonstitusi ini perlu memperhatikan persyaratan khusus karena ada 2 tahap yang harus dilakukan sebelum rekonstitusi campuran serbuk / granul, yaitu : pertama mengembangkan formulasi campuran serbuk atau granul untuk direkonstitusi sehingga dihasilkan suspensi dengan sifat yang dapat diterima sebelum, selama dan sesudah direkonstitusikan. Kedua formulator harus menyadari bahwa tahap preparasi produk dilakukan diapotek atau rumah sakit yang tidak berada dibawah pengawasan apotaker industri. ( Agoes, Goeswin, 2012) Karakteristik yang perlu diperhatikan dari campuran serbuk atau granul untuk direkonstitusikan adalah : 1. Campuran serbuk atau granul haruslah merupakan campuran homogeny dari bahan aktif obat dan excipient 2. Selama rekonstitusi, campuran serbuk atau granul harus melarutkan / terdispersi dengan cepat dan sempurna dalam pelarut atau pembawa air. 3. Suspensi hasil rekonstitusi harus dengan mudah diredispersi dan dituang dari botol oleh pasien untuk menakar dosis secara akurat dan uniform 4. Produk jadi akhir harus menunjukkan tampilan bau dan rasa yang dapat diterima oleh pasien 5. Campuran serbuk atau granul untuk rekonstitusi harus memenuhi spesifikasi yang dinyatakan dalam farmakope (misal kadar air, disolusi, waktu rekonstitusi dan lain sebagainya) 6. Masa kadaluarsa campuran serbuk atau granul dan hasil rekonstitusi harus diteliti dan dinyatakan pada label ; disamping ketentuan lain, misal penyimpanan, suhu penyimpanan, cairan untuk rekonstitusi dan lain sebagainya
  • 4. 7. Campuran untuk direkonstitusi dapat berbentuk campuran serbuk,granul, dan campuran serbuk dan granul ( Agoes, Goeswin, 2012) Keuntungan dan kerugian suspensi rekonstitusi :  Keuntungan : 1. Campuran serbuk lebih ekonomis, resiko ketidakstabilannya rendah 2. Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran, kurang pemisahan, debu 3. Campuran serbuk dan granul mengurangi biaya penggunaan komponen peka panas  Kerugian : 1. Masalah campuran dan pemisahan serbuk dan kehilangan obat 2. Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, penggranulasi pada obat dan excipient 3. Campuran serbuk dan granul menjamin tidak ada pemisahan campuran granul dan non granul ( Agoes, Goeswin, 2012) Panduan proses pencampuran kering : Campuran kering untuk direkonstitusi dapat berupa campuran serbuk, granul, dan campuran serbuk dan granul. Hal berikut perlu diperhatikan : 1. Gunakan pencampur yang efisien. Evaluasi kinerja pencampuran bets dilakukan pada skala pilot, tidak pada skala laboratorium. 2. Tentukan dan validasi durasi pencampuran. 3. Hindari akumulasi panas dan kelembaban selama pencampuran. 4. Batasi variasi temperature (biasanya 700C) dan kelembaban relative (biasanya < 40%).
  • 5. 5. Bets akhir harus terlindungi dari kelembaban. Simpan dalam container tertutup dan kedap dengan kantong pengering serbuk. 6. Sampel untuk keseragaman bets. Ambil contoh dari bagian atas, tengah dan bawah campuran kering ( Agoes, Goeswin, 2012) Cairan untuk rekonstitusi Untuk merekonstitusi suspensi oral digunakan air yang dimurnikan (seperti air demineralisasi atau air destilasi). Jangan menggunakan air minum karena mengandung elektrolit. Selain itu, ambang mikrobanya tidak pasti karena air minum (di Indonesia) belum tentu potable (boleh diminum tanpa dimasak). Untuk rekonstitusi larutan atau suspensi parenteral digunakan air untuk injeksi (WFI). (Agoes, Goeswin, 2012) III. Alat dan Bahan Alat Bahan 1 Mortir 2 Erlenmeyer 3 Beakerglass 4 Ayakan no. 18 5 Cawan Porselen 6 Oven 7 Loyang 8 Botol Rekonstitusi 1. Zat aktif (Kotrimoxazol) 2. Suspending Agent (CMC Na) 3. Glidant (Aerosil) 4. Pemanis (Sacch. Album) 5. Pengikat (Kollidon) 6. Pengawet(Nipagin, Nipasol) 7. Corrigen Coloris (FDC Sunset Yellow) 8. Corrigen Odoris (Ess. Mangga) 9. Aquadest IV. Formula R/ Kotrimoxazol 240 mg / 5 mL CMC Na 1% Aerosil 1,0% Sacch. Album 20%
  • 6. PVP 1% Etanol 10% Nipasol 0,02% Nipagin 0,2% Sunset Yellow 0,1% Ess. Mangga 1 tetes Aquadest ad 50 mL V. Pemerian Bahan 1. Kotrimoxazol (Kombinasi dari Sulfametaxon 200 mg dan Trimetropim 40 mg) 1) Sulfametaxon Pemerian : Serbuk hablur ; putih sampai hampir putih ; praktis tidak berbau Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air ; larut dalam 50 bagian etanol (95%) P ; dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut dalam larutan natrium hidroksida Khasiat : Antibakteri (Depkes RI, 1979) 2) Trimetoprim Pemerian : Serbuk ; putih ; tidak berbau ; rasa sangat pahit Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; larut dalam 300 bagian etanol (95%) P ; dalam 55 bagian kloroform P dan dalam 80 bagian metanol P ; praktis tidak larut dalam eter P Khasiat : Antibakteri (Depkes RI, 1979) 2. CMC Na (Carboxylmethilsellulosa Natrium) Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam perlarut organik lain.
  • 7. Konsentrasi : 0,1 – 1,0% (Anonim, 2009) Fungsi : Suspending Agent (Depkes RI, 1979) 3. Aerusil (Colloidal Silicon Dioxide) Pemerian : Serbuk silika koloid higroskopik dan dengan ukuran partikel 15 mm, sangat terang, berwarna putih kebiru – biruan Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik air dan asam kecuali acidum hydrowork, larut dalam larutan alkaili, hydroxida panas, coloid yang dapat terdidpersi dalam air Konsentrasi : 0,1 – 1,0% ( Anonim, 2009 ) Fungsi : Glidant ( Anonim, 2009 ) 4. Saccharum Album Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau massa hablur, serbuk berwana putih, tidak berbau, rasa manis Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol (95%) P Konsentrasi : 2 – 20% (Anonim, 1994) Fungsi : Pemanis (Depkes RI, 1979) 5. Povidon Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan : berbau lemah atau tidak berbau , hygroskopik Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan kloroform P , kelarutan tergantung dari bobot molekul rata – rata ; praktis tidak larut dalam eter P Konsentrasi : 0,5% - 5% (Anonim, 2009) Fungsi : Pengikat (Depkes RI, 1979) 6. Nipagin Pemerian : Serbuk hablur halus ; putih ; hampir tak berbau ; tidak mempunyai rasa. Kemudian agak membakar diikuti rasa tebal Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian
  • 8. aseton P ; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida ; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas. Jika didinginkan larutan tetap jernih Konsentrasi : 0,015% – 0,2% (Anonim, 2009) Fungsi : Pengawet (Depkes RI, 1979) 7. Nipasol Pemerian : Serbuk hablur putih ; tidak berbau ; tidak berasa. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P. Dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Konsentrasi : 0,01% - 0,02% (Anonim, 2009) Fungsi : Pengawet (Depkes RI, 1979) 8. FDC Sunset Yellow Pemerian : Serbuk berwarna kuning jingga Kelarutan : Mudah larut dalam air Konsentrasi : < 0,5% Fungsi : Pewarna (Depkes RI, 2010) 9. Essence Mangga Pemerian : Cairan berwarna orange barbau khas mangga Kelarutan : Mudah larut dalam air Fungsi : Odoris (Depkes RI, 2010) 10. Aquadest Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Fungsi : Pelarut (Depkes RI, 1979) VI. Perhitungan Jumlah Bahan Usul : BJ sediaan di anggap 1 gram / mL 1. Kotrimoxazol = 240 mg / 5 mL x 60 mL = 2880 mg = 2,88 gram x 7 = 20160 mg
  • 9.  Sulfametaxon = 5/6 x 20160 = 16800 mg x 7 = 117600 mg  Trimetropim = 1/6 x 20160 = 3360 mg x 7 = 23520 mg 2. CMC Na = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 3. Aerosil = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 4. Sacch. Album = 20% x 60 mL = 12 gram x 7 = 84 gram 5. PVP = 1% x 60 mL = 0,6 gram x 7 = 4,2 gram 6. Etanol = 10% x 60 mL = 6 mL x 7 = 42 mL 7. Nipasol = 0,02% x 60 mL = 0,012 gram x 7 = 0,084 gram 8. Nipagin = 0,2% x 60 mL = 0,3 gram x 7 = 2,1 gram 9. Sunset Yellow = 0,1% x 60 mL = 0,06 gram x 7 = 0,42 gram 10. Aquadest = 240 mL – (20,16 + 4,2 + 4,2 + 84 + 4,2 + 42 + 0,084 + 2,1 + 0,42) = 240 mL – 161,364 mL = 78,636 mL VII. Perhitungan Dosis 1 Kotrimoxazol (Depkes RI, 2000) Dosis : 960 mg / hari tiap 12 jam Jadi, dosis 1x : 24:12 = 2 960/2 = 480 mg 1hr : 960 mg  Perhitungan dosis pemakaian 1x: Usia (tahun) Perhitungan dosis 1x Rentang Dosis (mg) Pemakaian 1x (sendok takar) Cek Dosis 1x 2 2/14 x 480 mg 68,57 ¼ 60/68,57 = 0,87≠ OD 3 3/15 x 480 mg 96 ¼ 60/96 = 0,625 ≠ OD 4 4/16 x 480 mg 120 ¼ 60/120= 0,5 ≠ OD 5 5/ 17 x 480 mg 141 ½ 120/141 = 0,85≠ OD
  • 10. 6 6/ 18 x 480 mg 160 ½ 120/160 = 0,75 ≠ OD 7 7/19 x 480 mg 176,8 ½ 120/176,8 =0,678≠ OD 8 8/20 x 480 mg 192 ½ 120/192 = 0,625≠ OD 9 9/20 x 480 mg 216 ½ 120/216 = 0,55≠ OD 10 10/20 x 480 mg 240 ½ 120/240 = 0,5 ≠ OD 11 11/20 x 480 mg 264 1 240/264 = 0,9 ≠ OD 12 12/ 20 x 480 mg 288 1 240/288 = 0,83 ≠ OD  Penetapan aturan pakai ¼ sendok takar = 60 mg ½ sendok takar = 120 mg 1 sendok takar = 240 mg 1½ sendok takar = 360 mg 2 sendok takar = 480 mg 2 ½ sendok takar = 600 mg 3 sendok takar = 720 mg  Perhitungan dosis pemakaian 1hari: Usia (tahun) Perhitungan dosis 1 hari Rentang Dosis (mg) Pemakian 1 hari (sendok takar) Cek Dosis 1 hari 2 2/14 x 960 mg 137 2 x ¼ 120/137 = 0,875≠ OD 3 3/15 x 960 mg 192 2 x ¼ 120/192 = 0,625 ≠ OD 4 4/16 x 960 mg 240 2 x ¼ 120/240 = 0,5 ≠ OD 5 5/ 17 x 960 mg 282 2 x ½ 240/282 = 0,85≠ OD 6 6/ 18 x 960 mg 320 2 x ½ 240/320 = 0,75 ≠ OD 7 7/19 x 960 mg 353 2 x ½ 240/353 = 0,67 ≠ OD
  • 11. 8 8/20 x 960 mg 384 2 x ½ 240/384 = 0,625 ≠ OD 9 9/20 x 960 mg 432 2 x ½ 240/432 = 0,55 ≠ OD 10 10/20 x 960 mg 480 2 x ½ 240/480 = 0,5 ≠ OD 11 11/20 x 960 mg 528 2 x 1 480/528 = 0,9 ≠ OD 12 12/ 20 x 960 mg 576 2 x 1 480/576 = 0,83 ≠ OD  Aturan pakai 2 – 4 tahun = 2 x sehari ¼ sendok takar 5 – 10 tahun = 2 x sehari ½ sendok takar 11 – 12 tahun = 2 x sehari 1 sendok takar >12 tahun = 2 x sehari 1½ sendok takar VIII. Cara Kerja Timbang PVP 4,2 gram dan masukkan ke dalam beakerglass serta tambahkan 42 mL etanol dan aduk hingga larut dan homogen  Timbang 2,1 gram Nipagin, timbang 0,084 gram Nipasol dan timbang 2,1 gram Sunset Yellow. Campur satu per satu ke dalam larutan PVP + Etanol aduk hingga larut dan homogen  Timbang Kotrimoxazol 20,16 gram, masukkan ke dalam mortir. Timbang 4,2 gram CMC Na, masukkan kedalam mortir dan aduk hingga homogen. Timbang Saccharum Album 84 gram, masukkan ke dalam mortir dan aduk hingga semuanya homogen  Larutan I di tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran II aduk hingga warna muncul dan semua serbuk sudah terwarnai.  Kempa serbuk yang sudah basah dan ayak di atas pengayak 18
  • 12.  Keringkan di dalam oven, tambahkan corigen odoris dan aerosil, campur homogen  Lakukan pengujian IX. Evaluasi 1) LOD Granul Alat : Moisture Balance Tancapkan stopkontak  Nyalakan alat, tekan TARE. Setelah itu buka alat Moisture Balance, timbang bobot granul sebanyak 4 gram. Tutup Moisture Balance  Set suhu 1050 C dan tunggu selama 5 menit.  Catat kadar air dan bobot setelah LOD 2) Waktu Rekonstitusi Timbang 10 gram dry syrup dan masukkan ke dalam wadah sacchet  Larutkan dengan 200 mL air  Setiap sacchet di perlakukan berbeda yaitu 400 C dan 800 C 
  • 13. Amati kecepatan suspensi kering yang tersuspensi. Semakin cepat waktu rekonstitusi maka sediaan tersebut semakin baik  Catat hasilnya 3) Organoleptis Ambil sedikit suspensi kering  Amati bentuk dan warna . Cicip rasanya. Cium aromanya dari suspensi kering  Catat hasilnya 4) Bobot Jenis Alat : Piknometer Di timbang 1 gram suspensi kering, masukkan ke dalam beakerglass dan tambahkan air 20 mL. Aduk hingga larut  Bersihkan piknometer dengan alkohol  Timbang bobot pikno kosong (A)  Masukkan aqua ke dalam pikno yang telah di bersihkan. Timbang pikno yang berisi air (B) 
  • 14. Ganti aqua dengan sediaan yang telah di larutkan dengan air. Masukkan ke dalam piknometer dan timbang bobotya (C)  Hitung BJ sediaan dengan cara dibawah ini : Bobot pikno kosong : A Bobot pikno + air : B Bobot pikno + sediaan : C Bobot aqua (D) : B – A Bobot sediaan (E) : C – A Volume aqua (F) : D /  BJ sediaan : E / F dengan satuan g / mL 5) Viskositas Alat : Viskometer Brookfield Timbang 10 gram suspensi kering dan larutkan dalam 200 mL aquadest, aduk hingga larut dan homogen. Beri stirrer magnetic  Pasang spindle yang sesuai pada viskometer kemudian celupkan pada larutan dan nyalakan  Catat tiap data yang diperoleh pada layar tentang No. Spindle, RPM, CPS dan prosentase. Viskositas larutan di lihat dari CPS pada prosentase tertinggi 6) pH Alat : pH meter Timbang 5 gram suspensi kering dan larutkan dalam 100 mL aquadest 
  • 15. Celupkan elektroda ke dalam ke dalam larutan suspensi dan ukur pH suspensi  Catat pH suspensi 7) Volume Sedimentasi Ambil 10 mL dry syrup yang telah dilarutkan dengan air  Tuang ke dalam mattglass 10 mL  Diamkan selama 7 hari dan amati skala endapan yang terjadi 8) Ukuran Partikel Ambil sedikit dry syrup yang telah dilarutkan kedalam air  Letakkan diatas objectglass  Amati di mikroskop ukuran tiap suspensi 9) Jenis Suspensi Ambil 10 mL dry syrup yang telah dilarutkan dengan air  Tuang ke dalam mattglass 10 mL 
  • 16. Diamkan selama 7 hari dan amati skala endapan yang terjadi  Jika endapan dari volume pertama ke volume berikutnya sangat jauh berarti itu adalah deflokulasi, begitu juga sebaliknya X. Hasil 1. LOD Granul Bobot awal = 3,080 gram Waktu = 10 menit LOD = 6,02% Suhu = 1000C 2. Waktu Rekonstitusi I. 00 : 01 : 14 : 28 II. 00 : 00 : 38 : 70 3. Organoleptis  Sebelum Rekonstitusi Bentuk : Granul Warna : Orange Muda Bau : Tidak Berbau Rasa : Tidak Berasa  Setelah Rekonstitusi Bentuk : Cair Warna : Orange Muda Bau : Khas Mangga Rasa : Pahit 4. Bobot Jenis Bobot pikno kosong : 11,93 gram (A) Bobot pikno + aqua : 21,97 gram (B) Bobot pikno + elixir : 22,06 gram (C) Bj air () : 1
  • 17. Bobot aqua : = [Bobot pikno + aqua] – [Bobot pikno kosong] = 21,97 gram – 11,93 gram = 10,04 gram (D) Bobot elixir : = [Bobot pikno + elixir] – [Bobot pikno kosong] = 22,06 gram – 11,93 gram = 10,13 gram (E) Volume aqua : Bobot aqua /  = 10,04 / 1 = 10,04 gram / mL (F) BJ syrup : Bobot elixir / Volume aqua = 10,13 gram / 10,04 gram / mL = 1,008964143 gram / mL 5. Viskositas  RPM = 100  CPS = 57,6  % = 99,2 6. pH sediaan = 7,51 7. Volume Sedimentasi Hari ke - Volume 1 10 mL 2 5,1 mL 3 4,5 mL 4 4,3 mL 5 4,2 mL 6 4,1 mL 7 4 mL
  • 18. 12 10 8 6 4 2 0 Hari ke - 1 2 3 4 5 6 7 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Hari ke - 1 2 3 4 5 6 7 8. Jenis Suspensi = Deflokulasi 9. Ukuran Partikel Partikel 1 = (16 + 13) / 2 = 14,5 Partikel 2 = (18 + 18) / 2 = 18 Partikel 3 = (10 + 10) / 2 = 10 Partikel 4 = (25 + 35) / 2 = 30 Partikel 5 = (13 + 27) / 2 = 20 Partikel 6 = (27 + 23) / 2 = 38,5 Partikel 7 = (21 + 16) / 2 = 18,5 Partikel 8 = (20 + 16) / 2 = 18
  • 19. Partikel 9 = (12 + 11) / 2 = 11,5 Partikel 10 = (14 + 19) / 2 = 16,5 XI. Pembahasan Didalam praktikum kali ini, kami membuat dry syrp Kotrimoxazol yang merupakan kombinasi dari Sulfametaxon dan Trimetroprim, yang mempunyai khasiat antibiotik yaitu untuk infeksi pada saluran nafas, gastrointestinal (GI), infeksi pada saluran kemih kelamin, infeksi pada kulit dan septikemia. Didalam formula juga terdapat zat tambahan seperti CMC Na yang berfungsi sebagai pengental. Aerosil yang untuk pengisi untuk dry syrup. Saccharum pulvis digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit yang berasal dari suspensi tersebut. Larutan PVP berguna untuk pengikat dengan memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan cetak langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Nipagin dan nipasol memiliki fungsi yang serupa yaitu sebagai pengawet agar suspensi lebih stabil serta untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada suspensi, walaupun mempunyai khasiat yang sama tetapi nipagin dan nipasol memiliki konsentrasi yang berbeda dalam penggunaan, jika nipagin memiliki konsentrasi 0,015 – 0,2% sedangkan nipasol memiliki konsentrasi 0,01 – 0,02%. Sunset yellow sebagai pewarna untuk menambah nilai estetika dan essens mangga untuk menutupi aroma kurang sedap pada sediaan agar saat pasien meminumnya khususnya pasien anak-anak suka dengan aroma mangga dan rasa manis sehingga diharapkan anak-anak meminumnya dengan mudah karena mempunyai warna yang menarik dan juga aromanya yang sedap. Permasalahan yang kelompok kami hadapi yaitu pada saat mencampurkan bahan larutan PVP, nipasol dan nipagin karena sedikit sukar larut dan membentuk seperti gumpalan putih tetapi dengan diaduk perlahan – lahan dan diaduk cukup lama akan larut.
  • 20. Permasalahan selanjutnya adalah pada saat bahan Kotrimoksazol, CMC Na dan Saccharum Pulv dicampur dengan campuran larutan PVP, Nipagin, Nipasol dan Sunset Yellow akan mengumpal tetapi dapat diatasi dengan menambahkan campuran larutan ke dalam campuran serbuk sedikit demi sedikit sambil terus di aduk agar serbuk terwarnai secara homogen dan agar serbuk tidak menggumpal. Campuran larutan ditambahkan ke campuran serbuk hingga terbentuk kalis atau sampai campuran tersebut digenggam tidak memisah kembali tetapi jika digenggam akan menggumpal, jika sudah kalis tidak perlu ditambahkan larutan campuran. Campuran serbuk harus benar – benar kalis karena akan berpengaruh pada proses granulasi dan pengeringan. Jika kurang kalis pada proses granulasi akan sulit terbentuk granul dan pada saat pengeringan granul akan sangat kering sehingga pada saat direkonstitusi dengan air akan sulit terdispersi ke dalam air sedangkan jika terlalu kalis pada proses granulasi, granul yang terbentuk besar – besar dan pada saat pengeringan granul akan sulit untuk kering sehingga lebih lama pengeringannya dan pada saat direkonstitusi dengan air akan sulit terdispersi ke dalam air. Pada formula dibuat dalam sediaan suspensi agar mudah digunakan khususnya untuk pasien anak-anak dan agar mudah di absorbsi sehingga cepat memberikan efek terapi. Sebelum sediaan digunakan harus direkonstitusi atau diencerkan dengan air yang dimurnikan, tidak boleh diencerkan dengan air minum. Setelah sediaan jadi, kelompok kami melakukan pengujian diantaranya : 1. LOD Granul Syarat kadar air pada sediaan dry syrup <2% dan kelompok kami menghasilkan angka 6,02%. Dan ini menyebabkan serbuk yang dihasilkan terlalu basah dan menyebabkan selama penyimpanan serbuk menjadi lembab dan mampu mengikat antar serbuk, selain itu penambahan air yang
  • 21. terlalu berlebih menyebabkan pengeringan di dalam oven serta pengaturan suhu yang kurang tepat 2. Waktu Rekonstitusi I. 00 : 01 : 14 : 28 II. 00 : 00 : 38 : 70 Pada uji waktu rekonstitusi pada suspensi yang telah direkonstitusi pertama menghasilkan waktu 1 menit 14 detik dan yang kedua hanya 38 detik hal ini disebabkan oleh ukuran granul, sifat granul. Semakin kecil ukuran granul maka semakin cepat pula terdistribusinya granul, selain itu kandungan HPMC tiap bahan jika kandungan HPMC semakin banyak maka semakin lama suspensi untuk di rekonstitusikan dan juga suhu air yang digunakan jika semakin tinggi suhu air yang akan digunakan maka suspensi semakin cepat untuk direkonstitusikan. 3. Organoleptis Sebelum sediaan direkonstitusi organoleptis yang dihasilkan sediaan dalam bentuk granul yang berwarna orange muda karena menggunakan sunset yellow dan beraroma khas mangga karena menggunakan odoris mangga, dan rasa pada sediaan menghasilkan tidak berasa. Ternyata setelah sediaan direkonstitusi uji organoleptis menghasilkan sediaan dalam bentuk cair yang berwarna orang muda dan beraroma khas manga tetapi rasa sediaan pahit karena rasa dari Ibuprofennya yang memang sudah pahit selain itu jumlah Saccharin yang digunakan kurang. 4. Bobot Jenis Bobot jenis yang dihasilkan oleh kelompok kami adalah 1,008964143 dan ini sudah benar karena memang seharusnya bobot jenis sediaan harus lebih besar dibandingkan air. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
  • 22. jumlah bahan yang digunakan untuk membuat suspensi, selain itu bobot tiap bahan yang berbeda – beda. 5. Vikositas Pada uji viskositas dengan RPM 100, CPS 57,6, Spindle 62 sediaan kami menghasilkan 99,2% karena dalam formula terdapat CMC Na dan HPMC yang berguna untuk meningkatkan kekentalan maka viskositas dalam sediaan bertambah. Selain itu, viskositas berhubungan dengan bobot jenis, semakin besar viskositasnya maka semakin tinggi pula bobot jenisnya 6. pH Pada sediaan kami menghasilkan pH 7,51 yang menunjukkan sediaan bersifat netral. Hal ini dikarenakan kebersihan dan peralatan yang digunakan oleh para mahasiswa sudah bersih, kemudian sanitasi dan higiene dari para personilnya yang sudah benar 7. Ukuran Partikel Berdasarkan hasil sediaan kami menghasilkan ukuran partikel yang berbeda – beda antar partikel satu dengan yang lainnya, ada yang besar ada yang kecil yang menyebabkan distribusi tidak stabil. Seharusnya ukuran partikel itu sama agar distribusi granul yang telah direkonstitusikan harus stabil 8. Jenis suspensi Berdasarkan dari grafik sedimentasi dapat disimpulkan bahwa jenis suspensi sediaan kami adalah deflokulasi. Hal ini menyebablan partikel yang terdapat didalam suspensi akan mengandap perlahan – lahan dan pada akhirnya akan membentuk cake yang sangat keras sehingga menyebabkan sukar sekali untuk terdispersi kembali.
  • 23. 9. Volume Sedimentasi Volume sedimentasi yang telah dilakukan oleh kelompok kami selama 7 hari menunjukkan pennurunan yang sangat drastis dari hari pertama hingga hari ke tujuh. Volume sedimentasi dari hari ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 berdasarkan grafik sediaan kami mengalami penurunan pengendapan yang drastis dari hari – 1 ke hari ke – 2 dan hari selanjutnya dari hari ke – 3, ke – 4, ke – 5, ke – 6 sampai ke – 7 mengalami penurunan yang stabil. XII. Kesimpulan 1. Mahasiswa mampu membuat sediaan Dry Syrup Kotrimoxazol yang baik dan benar 2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan dry syrup (Organoleptis, pH, BJ, Viskositas, Waktu rekonstitusi, volume sedimentasi, ukuran partikel, jenis suspensi) 3. Mahasiswa mampu membuat kemasan sekunder untuk Dry Syrup Kotrimoxazol
  • 24. XIII. Daftar Pustaka Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida – Semisolida (SFI – 7). ITB : Bandung Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI – 6). ITB : Bandung Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta Anonim, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesahatan RI : Jakarta Anonim, 2010. Kondeks Makanan Indonesia. Departemen Kesehatam RI : Jakarta Raymond,dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Inggris Semarang, 6 Maret 2014 Dosen Pembimbing Praktikum Hani Novita