SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 64
Pengembangan Destinasi Wisata Pada Tingkat Tapak
Lahan Dengan Pendekatan Analisis Swot
Hary Hermawan
STP ARS Internasional, haryhermawan8@gmail.com
ABSTRAK
Kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terjadi ketimpangan kunjungan wisata antar
kabupaten yang cukup mencolok karena kualitas destinasi wisata antar Kabupaten belum merata.
Artikel ini mencoba untuk menggali konsep dalam pengembangan destinasi yang berbasis alam
di Kawasan Puspo Ardi, dikaji dengan pendekatan SWOT. Hasil analisis merujuk pada strategi
memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang (WO). Aplikasi dalam pengembangan
destinasi tingkat tapak lahan, meliputi : Penataan taman atau landscaping; Pembangunan sarana
wisata dan aksebilitas; Rekomendasi menggarap potensi daya tarik alam budaya serta potensi
flora khas yang ada untuk dikemas menjadi daya tarik wisata yang indah, unik dan otentik
dengan penataan taman atau landscaping sebagai kesan pertama dan icon wisata Puspo Ardi,
Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat duduk
umum, gazebo, toilet, parkir dan seterusnya, dan pembangunan daya tarik yang iconik, atau
instagramable untuk memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi.
Kata kunci: Pengembangan destinasi, daya tarik wisata, tapak lahan, landskaping
ABSTRACT
Tourist visits to Yogyakarta from year to year experienced a fairly rapid growth. But it can not
be denied that there is still an imbalance in tourist visits between districts is quite striking
because the quality of tourist destinations between districts has not been evenly distributed. This
article attempts to explore concepts in the development of natural-based destinations in the
Puspo Ardi region, studied by the SWOT approach. The results of the analysis refer to the
strategy of fixing weaknesses to take opportunities (WO). Applications in the development of
land-level destination sites, including: Arrangement of parks or landscaping; Development of
tourism facilities and accessibility; The construction of the Recommendations on the Group of
natural charm and culture group flora typical tourist attraction to be included in a beautiful,
unique and authentic with a garden or landscape configuration as the first impression and a
tourist icon Puspo Ardi, the procurement of the start faslititas the most basic such as parking,
mark penujuk, General seating, gazebo, toilets, parking and so on, and the development of
iconik attractions, or instagramable to maximize the Group's young market with trends selfie.
Keywords: Destination development,tourism attraction, tread land, landscaping
PENDAHULUAN
Kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Menurut rangkuman data statistik statistik
kepariwisataan tahun 2015, jumlah
wisatawan mancanegara yang menginap di
Hotel Bintang Yogyakarta mengalami
kenaikan sebesar 16,06% dibanding tahun
2014 sebanyak 199.864 orang. Sedangkan
jumlah wisatawan nusantara mengalami
kenaikan sebesar 32,59% dibanding tahun
2014 sebanyak 1.194.148 orang.
Pertumbuhan berdasarkan angka statistik
diatas menggambarkan peluang yang sangat
potensial bagi pengembangan usaha
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 65
destinasi wisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Bahkan pernah
dikatakan bahwa potensi DIY menduduki
peringkat kedua setelah Bali (Muallidin,
2007).
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
masing-masing Kabupaten/ Kota di
Yogyakarta berlomba-lomba
mengembangkan destinasi wisata baru,
berharap mampu menarik kunjungan
wisatawan sebanyak mungkin ke
daerahnya. Akan tetapi, jika dikaji lebih
jauh, angka kunjungan di atas ternyata
belum dapat terserap secara merata pada
setiap kabupaten dan kota di
D.I.Yogyakarta.
Ketimpangan kunjungan wisata antar
kabupaten di Yogyakarta masih terlihat
cukup mencolok. Sebagai gambaran Kota
Yogyakarta berhasil meraih kunjungan
sebanyak 5.251.352 wisatawan, Kabupaten
Sleman dengan kunjungan 4.223.958
wisatawan, sedangkan Kabupaten
Kulonprogo hanya mampu menarik
kunjungan wisatawan sebanyak 904.972
wisatawan (Statistik Kepariwisataan,
2015). Padahal jika dilihat dari sumber daya
alamnya Kabupaten Kulonprogo termasuk
daerah cukup potensial bagi pengembangan
kepariwisataan. Isu perpindahan bandara
internasional dari Kota ke Kabupaten
Kulonprogo merupakan magnet bisnis yang
bagus bagi pengusaha bisnis pariwisata
untuk berinvestasi (Prianggoro &
Kurniawan, 2016).
Sayangnya potensi pengembangan
pariwisata di Kulonprogo masih dihantui
masalah klasik tentang kurangnya inovasi
maupun konsep-konsep baru masih menjadi
persoalan dalam pengembangan daya tarik
destinasi. Otonomi daerah memberikan
kewenangan kepada masing-masing
kabupaten/ kota, namun disisi lain justru
menimbulkan persaingan bauran produk
yang belum terspesialisasi (Prihatno, 2010).
Destinasi-destinasi wisata baru yang
bermunculan cenderung monoton, konsep
yang ditawarkan cenderung itu-itu saja.
Sehingga, destinsi wisata yang banyak
bermunculan cenderung kurang diminati.
Akibatnya banyak destinasi wisata yang
hanya sebentar tenar sesaat kemudian redup
kembali, akibat rendahnya kualitas daya
tarik destinasi.
Padahal daya tarik wisata yang berkualitas
merupakan faktor kunci yang sangat
menentukan minat berkunjung wisatawan
(Basiya & Rozak, 2012); (Sopyan &
Widiyanto, 2015); dan (Nasution et al.,
2009)..
Albarq (2014) mengatakan bahwa minat
berkunjung wisatawan berarti sama dengan
minat pembelian. Dalam dimensi
pemasaran minat beli akan dipengaruhi oleh
stimulus-stimulus serta perasaan positif
terhadap suatu produk atau biasa disebut
persepsi positif (Susanto & Kotler, 2000).
Sedangkan dalam pariwisata stimulus yang
membentuk daya tarik wisata meliputi:
keunikan, keindahan, keaslian, dan nilai
(value destinasi) (Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
2009).
Puspo Ardi merupakan salah satu puncak di
dalam kawasan pegunungan menoreh
Kulon Progo yang sedang diinisiasi oleh
masyarakat lokal setempat untuk
dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Akan tetapi, wacana tersebut sampai saat
ini belum menemukan desain serta konsep
pengembangan yang jelas. Padahal telah
menjadi pemahaman umum bahwa kunci
sukses dari pengembangan destinasi wisata
ditentukan dari konsep dan perencanaan
daya tarik destinasi yang matang.
Oleh karena itu, kajian-kajian serta dimulai
dari level tapak lahan serta konsep
perencanaanya merupakan hal penting
sebelum dilakukan pembangunan.
Berdasarkan permasalahan diatas, artikel ini
mencoba untuk menggali perumusan ide,
atau konsep dalam pengembangan destinasi
yang berbasis pada kawasan alam
perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun
Talunombo, Desa Sidomulya, Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY), dikaji dengan pendekatan Kekuatan
(Strengs), Kelemahan (Weakness), Peluang
(Opportunities), dan Ancaman (Treaths)
atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 66
KAJIAN PUSTAKA
Destinasi Wisata
Pitana (2009), destinasi adalah tempat yang
dikunjungi dengan waktu yang signifikan
selama perjalanan seseorang dibandingkan
dengan tempat lain yang dilalui selama
perjalanan (misalnya daerah transit).
Menurut Penggolongan destinasi menurut
Kusudianto dalam Pitana & Diarta (2009)
adalah seperti berikut : 1. Destinasi sumber
daya alam seperti iklim, pantai, hutan; 2.
Destinasi sumber daya budaya seperti
tempat bersejarah, museum, teater, dan
masyarakat lokal; 3. Fasilitas rekreasi
seperti taman hiburan. 4. Event seperti
Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba,
pasar malam dan sebagainya.
Ditinjau dari askpek fisik, Puspo Ardi
termasuk destinasi wisata berwujud sumber
daya alam dengan potensi budaya situs
Damarwulan.
Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor
10 tentang Kepariwisataan bahwa unsur
produk wisata atau destinasi setidaknya ada
3 yaitu : Attraksi/ daya tarik wisata,
Ammenities dan Aksebilities biasa disingkat
3 A pariwisata. Pengembangan destinasi
wisata pada tingkatan tapak lahan
setidaknya memperhitungkan 3 poin kunci
tersebut.
Daya Tarik Wisata (Attractions)
Menurut Pendit (2002), daya tarik wisata
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
dilihat.
Daya tarik wisata disebutkan secara lebih
spesifik menjadi tiga jenis, yaitu: daya tarik
wisata alam, daya tarik wisata budaya,
maupun daya tarik wisata buatan (Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan).
Daya tarik wisata alam merupakan segala
sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, keaslian serta nilai berupa
keanekaragaman alam hasil ciptaan Tuhan
YME. Sedangkang daya tarik wisata
budaya adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, keaslian
serta nilai berupa keanekaragaman hasil
budaya manusia (Undang-undang Nomor
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
Daya tarik alam dapat berwujud
pegunungan, pantai, hutan, sungai dan
sebagainya. Sedangkan daya tarik budaya
dapat berupa ide-ide, gagasan, nilai, atau
norma, pola aktifitas atau pola tindakan
manusia dalam masyarakat, maupun benda-
benda hasil karya manusia
(Koenjaraningrat, 2005).
Daya tarik wisata dalam penelitian
terdahulu telah terbukti menjadi salah satu
faktor utama yang wajib diperhitungkan
dalam perencanaan destinasi wisata, karena
akan sangat menentukan tingkat kepuasan
wisatawaan (Naidoo, Ramseook-
Munhurrun, & Seegoolam, 2011).
Sarana Wisata (Ammenities)
Baud Bovy & Lawson (1998) dalam
bukunya “Tourism and Recreation
Handbook of Planning and Design”
mengatakan bahwa amenitas merupakan
semua bentuk fasilitas yang memberikan
pelayanan bagi wisatawan untuk segala
kebutuhanya selama tinggal atau
berkunjung pada suatu daerah tujuan
wisata, contohnya hotel, motel, restaurant,
bar, discotheques, kafa, shopping center,
souvenir shop. Perusahaan-perusahaan
inilah yang memberi pelayanan bila mereka
datang berkunjung pada suatu destinasi
wisata.
Untuk memenuhi kebutuhan perjalanan
wisata perlu disediakan fasilitas, mulai dari
pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari
tempat tinggal wisatawan, selama berada di
destinasi pariwisata, maupun pada saat
wisatawan kembali ke tempat semula
(Suryadana, 2015).
Aksebilitas
Aksesibilitas yang baik akan menentukan
mudah atau tidaknya lokasi untuk
dijangkau. Selain itu Jaringan jalan juga
merupakan salah satu yang berpengaruh
terhadap kelancaran pelayanan umum yang
sangat penting (Sumarabawa, 2013).
Aksebilitas sangat penting dalam
pengembangan destinasi wisata karena
menjamin keterjangkauan, serta efetifitas
dan efisiensi bagi kunjungan wisatawan.
Tapak Lahan
Tapak adalah lahan dengan luas tertentu
yang dialokasikan untuk pembangunan
suatu fasilitas bagi kegiatan manusia,
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 67
termasuk salah satunya kegiatan pariwisata.
Lokasi tapak dapat dilihat dari sisi
geografis dan dari sisi guna lahan. Oleh
karena itu lokasi merupakan salah satu
aspek yang menentukan karakter tapak
(Rustiadi, 2009).
Permasalahan tapak lahan pada arsitektur
perencanaan destinasi alam salah satunya
ada pada pemilihan vegetasi atau tanaman,
yang disesuaikan dengan fungsi. Sehingga
keberadaan vegetasi mampu menjadi
indikator kondisi tapak yang dinamis.
Pemilihan vegetasi disesuikan fungsi
(Kurniawan, 2010). Vegetasi untuk taman
pada destinasi pariwisata tentu
dipertimbangkan juga mengenai masalah
estetika dan daya tariknya untuk
menimbulkan kesan positif bagi wisatawan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan kualitatif dengan analisis
SWOT dipilih untuk menggali data serta
merumuskan konsep pengembangan
destinasi yang berbasis pada kawasan
perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun
Talunombo.
Selain itu pendekatan kualitatif digunakan
untuk memperoeh gambaran diskriptif yang
lebih luas mengenai fenomena yang
diamatai (Moleong, 1995). Karena,
pendekatan kualitatif dipandang mampu
menggali pemaknaan terhadap fenomena
secara lebih mendalam (Creswell, 1994).
Fenomena yang dimaksud mengenai
potensi kawasan perbukitan di Dusun
Talunombo yang bernama “Puspo Ardhi.”
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
observasi langsung terhadap kawasan untuk
memperoleh data diskriptif. Didukung
dengan data dari narasumber (key person)
untuk memberikan penilaian terhadap
variabel-variabel pada objek teramati
(judment value). Adapun pihak-pihak yang
menjadi keyperson dalam penentuan nilai
judgement adalah 1) Kepala Desa Sido
Mulyo; 2) Dhimas Setyo Nugroho
(akademisi pariwisata); 3) Ivas (praktisi
pariwisata).
Analisis data yang digunakan adalah
analisis SWOT dengan melihat faktor-
faktor yang menjadi kekuatan objek
(strengs), kelemahan objek (weakness),
peluang pengembangan (opportunities),
serta kemungkinan faktor-faktor luar yang
menjadi ancaman (treaths) (Rangkuti,
2011).
Kemudian dirumuskan strategi serta
kemungkinan konsep baru dalam
pengembangan objek untuk dikembangkan
menjadi destinasi wisata.
Pendekatan Perencanaan Strategik
Perencanaan strategis muncul dan diminati
berkaitan dengan semakin terbatasnya
sumber daya internal organisasi dan
banyaknya tantangan eksternal yang
dipengaruhi kinerja dan peran organisasi
(Baiquni, 2004).
Suatu perencanaan yang strategis
mengandung unsur efektif dan efisien
dalam menggali sumber daya. Perencanaan
strategis dalam hubungannya dengan
pengembangan kawasan dibutuhkan
literatur yang aktual dan relevan dengan
kondisi dan konsep perencanaan kawasan
(Hunger & Wheelen, 2001).
Manajemen strategis mengamati lingkungan
eksternal untuk melihat kesempatan dan
ancaman serta mengamati lingkungan
internal melihat kekuatan dan kelemahan.
Faktor-faktor lingkungan itu disebut dengan
SWOT yaitu Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats (Hunger &
Wheelen, 2001).
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pucak Puspo Ardi
dan Masyarakat Dusun Talunombo
Puncak Puspo Ardi terletak di Dusun
Talunombo/ Desa Sidomulyo, Kecamatan
Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Puspo Ardi
terletak di dataran tinggi pegunungan
menoreh memiliki bentang alam yang unik.
Puspo Ardi diapit beberapa barisan
pegunungan menawarkan potensi
pemandangan alam yang unik serta
bentangan pegunungan lain yang
mengelilingi puncak tertinggi (Puspa
Ardhi) menghadirkan resonansi suara-suara
air suangai yang lembut, unik jika didengar.
Kawasan ini memiliki iklim tropis
pegunungan dengan suhu siang hari sekitar
25ºC dan cenderung kering.
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 68
Batuan yang ada di desa Sido mulyo juga
cukup unik yang sering dinamai dengan
watu gembel (kemungkinan adalah
campuran brangkal batuan andesit dan
endapan yang menjadi satu bongkahan-
bongkahan batuan yang besar). Sedangkan
tanah pada kawasan ini adalah tanah liat
berwarna merah.
Flora dan fauna yang berkembang di
kawasan ini adalah flora dan fauna khas
pegunungan yang mampu beradaptasi di
iklim kering. Flora khas yang biasa
ditananam di dataran tinggi maupun
tanaman liar yang mampu beradaptasi,
antara lain: 1. Tanaman buah seperti :
sirsak, pisang, kakao, duwet; 2. Tanaman
umbi-umbian salah satunya ketela/
singkong; 3 Tanaman obat : jahe, laos,
serai, dan lainya; 4. Tanaman hias seperti :
Anggrak tanah, Bunga bangkai
amorphophallus paeniifolius (suweg); 5.
Tanaman kayu seperti : akasia dan mahoni
merupakan tanaman terbanyak di kawasan
ini.
Ditinjau berdasarkan aspek demografi, 90%
warga Desa Sidomulyo bekerja sebagai
petani. Potensi budaya yang ada berupa
cerita rakyat Damarwulan (Tokoh pada
masa Kerajaan Majapahit), beserta
petilasanya. Selain itu, Desa Sidomulyo
memiliki berbagai kesenian tradisional
seperti ketoprak, tari tradisional, orkes
dangdut, perjanjen (sholawat) dan lainya.
Pengembangan destinasi wisata Puspa
Ardhi sebelumnya telah diinisiasi
masyarakat, berupa pembangunan sarana
prasarana seperti pembetonan jalan setapak,
pendapa, tempat parkir, toilet dan
seterusnya. Pada tahun 2012 Pemkab
Kulonprogo juga telah meresmikan Dusun
Talunombo di Desa Sidomulyo sebagai
destinasi wisata (Kepala Desa Sidomulyo,
2016).
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi di
lapangan terlihat bahwa kawasan ini masih
memiliki beberapa kelemahan sebagai
sebuah destinasi wisata, antara lain: 1.
Kawasan masih belum tertata rapi, bahkan
taman sebagai first impresion belum ada; 2.
Belum tersedia Sarana Wisata: gazebo-
gazebo dan tempat duduk di titik-titik yang
dapat digunakan wisatawan untuk
beristirahat, dan menikmati pemandangan
dengan nyaman dan aman; 3. Belum
tersedia plang-plang penunjuk seperti tanda
larangan, maupun plang informasi yang
mampu membuat destinasi wsiata menjadi
hidup 4. Belum tersedia sarana air bersih
dengan kapasitas yang mencukupi; 5.
Aksebilitas/ jalur menuju lokasi yang
sempit, sehingga rawan untuk mobil yang
berpapasan; 6. Belum tersedia pusat
cinderamata dan oleh-oleh yang dapat
menjadi ciri khas Desa Sidomulyo.
Peluang pengembangan destinasi wisata
Puspo Ardhi masih sangat terbuka lebar
mengingat perkembangan ekonomi, sosial-
budaya, teknologi, serta permintaan produk
pariwisata itu sendiri yang sangat baik.
Peluang ditinjau dari sudut pandang
teknologi, saat ini adalah mulai tumbuhnya
masarakat online, pengguna internet, atau
yang lebih dikenal sebagai netizen di
Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
Negara dengan pertumbuhan pengguna
internet paling besar di Asia (Kertajaya,
2013). Fonomena penggunaan sosial media
sebagai media sharing foto-foto berwisata
sesama pengguna media sosial terutama
melalui Instagram, dipandang penulis
sebagai media promosi yang paling efektif
dan efisien untuk saat ini. Ditinjau dari
sudut padang sosial menunjukan
kecenderungan bahwa semakin banyak
masyarakat yang mulai menyadari bahwa
pariwisata merupakan kebutuhan yang
cukup penting bagi kehidupanya.
Petumbuhan ekonomi diduga menjadi
faktor yang mendorong masyarakat untuk
berwisata. Data statistik membuktikan
bahwa pertumbuhan permintaan produk
wisata di Kbupaten Kulonprogo dari tahun
ke tahun semakin meningkat;
Gambar 1: Pertumbuhan wisatawan ke
Kulonprogo
Sumber: (Statistik Kepariwisataan, 2015)
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 69
Motivasi berwisata untuk bersenang-
senang, atau sekedar berfoto selfi menjadi
hal umum dikalangan masyarakat saat ini,
terutama kalangan muda.
Prospek perkembangan pariwisata di
Kulonprogo dimasa yang akan datang
diprediksi akan semakin meningkat dengan
dibangunya Bandara Internasional Kulon
Progo, tentu akses menuju destinasi dengan
moda transportasi udara akan semakin
mudah.
Ananlisis Internal-Ekternal
Data diperoleh dengan metode observasi/
pengamatan, kemudian ditentukan skor
kinerja objek dengan cara penilaian
(judgement) dari para narasumber sesuai
bidang keahlianya. Skala penilaian untuk
faktor positif (kekuatan dan peluang)
sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat lemah,
2 untuk nilai lemah, 3 untuk nilai kuat dan
4 untuk nilai sangat kuat. Sedangkan untuk
menilai faktor negatif (kelemahan dan
ancaman) digunakan skala dengan pola
sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat kuat),
2 untuk nilai kuat, 3 untuk nilai lemah, dan
4 untuk nilai sangat lemah.
Nilai bobot ditentukan tergantung seberapa
penting faktor tersebut, sesuai hasil kajian
teori-teori kepariwisataan. Jumlah
keseluruhan nilai bobot maksimal adalah
satu (1). Untuk mempermudah pemberian
nilai skor dan bobot digunakan bagan
internal faktor strategi (IFAS) dan eksternal
faktor strategi (EFAS) sebagai berikut :
Tabel 1: Analisis Internal Faktor (IFAS)
No Internal Faktor (IFAS) Skor Bobot Jumlah
Kekuatan
1 Kekayaan alam yang beraneka ragam dan serta memiliki kunikan 4 0.2 0.8
2 Keindahan pemandangan alam 3 0.2 0.6
3 Kenaka ragaman potensi flora yang dimiliki 3 0.1 0.3
Kelemahan
1
Kurangnya fasilitas : Plang petunjuk, parkir, toilet, tempat duduk yang
nyaman dst 2 0.05 0.1
2 Penataan kawasan/ fisik objek belum maksimal sebagai first Impresion 1 0.1 0.1
3 Aksebilitas seperti jalan dan moda transportasi sangat minim 2 0.05 0.1
4 Belum ada cinderamata khas sebagai unsur memorabiliti 1 0.05 0.05
5 Belum terlihat adanya upaya promosi 1 0.05 0.05
6 Pengemasan daya tarik masih minim oleh pengelola 1 0.1 0.1
7 Air bersih dan akses sinyal telepon/ internet sangat minim 2 0.1 0.2
Total 1 2.4
Tabel 2: Analisis Eksternal Faktor (EFAS)
No Eksternal Faktor (EFAS) Skor Bobot Jumlah
Peluang
1 Pertumbuhan teknologi komunikasi dan pengguna internet 4 0.2 0.8
2 Meningkatnya wisatawan muda dengan ternd selfi 4 0.1 0.4
3 Pertumbuhan kunjungan wasata di Yogyakarta 2 0.05 0.1
4 Pembangunan bandara internasional di Kabupaten Kulonprogo 3 0.15 0.45
Ancaman
1 Keterjangkauan lokasi rendah dibanding destinasi lain 3 0.2 0.6
2 Destinasi wisata lain di daerah sekitar banyak (persaingan) 1 0.3 0.3
Total 1 2.7
Dari kedua bagan diatas diketahui bahwa
nilai internal faktor strategi sebesar 2,4 atau
dibulatkan satu digit menjadi 2 (lemah).
Sedangkan nilai ekternalnya faktor strategi
adalah 2,7 atau dibulatkan satu digit menjadi
3 (kuat). Kemudian untuk merumuskan
strategi pengembangan penulis menggunakan
diagram bantu berikut :
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 70
Gambar 2: Diagram SWOT
Karena nilai IFAS sebesar 2 sedangkan nilai
EFAS 3 maka dengan alat bantu diagram diatas
dipilihlah strategi memperbaiki kelemahan untuk
mengambil peluang atau weaknese to oprtunity
(WO).
Adapun strategi perbaikan kelamahan yang
dapat diterapkan pada level pengembangan
tapak lahan sebagai berikut : 1. Menggarap
potensi daya tarik alam budaya serta potensi
flora khas yang ada untuk dikemas menjadi
daya tarik wisata yang indah, unik dan
otentik dengan penataan taman atau
landscaping sebagai icon wisata Puspo Ardi
2. Pengadaan faslititas mulai yang paling
dasar seperti tempat parkir, plang penujuk,
tempat duduk umum, gazebo, toilet, parkir
dan seterusnya; 3. Memaksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan daya tarik yang iconik, atau
dalam bahasa populer dikenal dengan istilah
instagramable.
Selain itu rekomendasi memaksimalkan
peluang dengan cara melakukan upaya
promosi melalui media elektronik dan
internet, seperti pembuatan website, sosial
media dan lain sebagainya. internet dipilih
sebagai media paling efektif mengingat
peluang pasar (pengguna internet / sosial
media) sangat besar. Maksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan prasarana dan daya tarik yang
iconik, atau instagramable.
Berdasarkan hasil analisis data yang merujuk
pada strategi memperbaiki kelemahan untuk
mengambil peluang atau weaknese to
oprtunity (WO), maka dirumuskan beberapa
rekomendasi konsep pengambangan dan
perbaikan atau penataan ulang kawasan
perbukitan Puspo Ardi sebagai berikut :
1. Upaya meningkatkan daya tarik dengan
landscaping (penataan taman)
Untuk merepresentasikan nama Destinasi
Wisata Puspha Ardhi yang memiliki arti
sebagai Bunga Gunung, maka penataan
taman dianggap sangat penting. Selain itu
taman di sekitar pintu masuk sampai pendopo
merupakan first impression tamu, yang
menentukan kesan pertama apakah destinasi
ini menarik atau tidak. Kesan pertama yang
memikat akan membuat wisatawan semakin
penasaran dan tertarik untuk mencoba
berwisata lebih jauh lagi. Dalam perencanaan
taman di Destinasi Wisata Puspa Ardhi,
konsep taman bergaya eropa cocok
diaplikasikan di area pintu masuk ke arah
pendopo.
Taman bergaya eropa adalah konsep taman
yang menekankan kepada perpaduan tanaman
hias yang mudah dibentuk dengan seni
geometri dan perpaduan warna-warna
tanaman hias yang indah. Berikut merupakan
salah satu contoh desain lanskape yang dapat
digunakan.
Gambar 3a: Salah Satu Sudut di Puspo Ardi
(sebelum)
Gambar 3b: Kemungkinan Desain Taman yang
Dapat Diadaptasi (asumsi setelah penataan),
Sumber :
https://sixtotenallaroundtheworld.wordpress.com,
diakses 20 Juli 2017
Taman bergaya eropa dipilih karena
keindahanya berupa perpaduan tanaman hias
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 71
dan bunga yang warna-warni, tidak terkesan
monoton dengan alam asli yang dominan
hijau.
Sedangkan area depan pendapa dan lainya
menggunakan konsep taman bergaya jawa/
bali dengan disesuaikan alur cerita rakyat
Dammar Wulan sebagai kearifan lokal
dengan penggunaan patung-patung.
Gambar 4a: Jalur Pejalan Kaki Belum Tertata
(sebelum penataan)
Gambar 4b: Kemungkinan Desain Jalur Pejalan
Kaki yang Dapat Diadaptasi (asumsi setelah
penataan), Sumber :
https://djangki.wordpress.com, diakses 20 Juli
2017
Berikut adalah bagan fungsi tanaman dalam
pembuatan taman serta jenis tanaman yang
dapat digunakan pada tanah liat.
Tabel 3
Fungsi dan Contoh Jenis Tanaman untuk
Aplikasi Pembuatan Taman
Fungsi Contoh tanaman
Penutup tanah Rumput gajah,
rumput jepang.
Sebagai pagar/list The-tehan, pucuk
merah
Sebagai tirai/
penutup area
Bambu kuning,
atau bamboo cina
Sebagai perindang Cemara, pinus,
beringin, akasia
Sebagai penunjuk
arah
Pohon palem
yang dijejer
Sebagai pewarna
dan penghias
Aneka bunga
seperti amarilis,
bunga kertas,
mawar, kamboja,
adenium dan
sebagainya
Sumber : Arifin (2010)
Pembuatan taman dapat diimplementasikan
dengan bekerjasama dengan sponsor,
seniman seni supa, atau akademisi dari
Sekolah Seni di Yogyakarta.
2. Mengoptimalkan pemandangan di
puncak 1
Puncak 1 memang memiliki pemandangan
yang cukup menarik, namun area ini
merupakan area batu gembel yang paling
besar jumlahnya. Batu gembel sendiri juga
merupakan potensi daya tarik tersendiri jika
mampu digali informasi yang benar mengenai
sejarah atau fase geologi terbentuknya
dengan bekerja sama dengan ahli-ahli
geologi. Kemudian hasil riset diterangkan
dalam sebuah media (papan informasi) agar
menghasilkan narasi/ cerita yang mampu
membuat wisatawan tertarik untuk
mempelajarinya.
Gambar 5 : Puncak 1 Puspo Ardhi
Oleh karena itu untuk area ini pembangunan
yang sifatnya permanen (semen beton)
diminimalkan, namun disediakan gazebo
yang sifatnya natural (berbahan kayu) serta
tidak terletak tepat diatas batu gembel.
Pemberian gazebo di sekitar puncak 1 juga
cukup penting mengingat area ini minim
tanaman perindang sehingga cukup panas.
3. Mengoptimalkan pemandangan di
puncak 2
Puncak dua lebih ideal dibanding puncak
pertama karena pada dasarnya kawasan ini
juga memiliki pemandangan menarik dengan
view Uatara, barat dan selatan.
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 72
Puncak 2 menjadi lebih menarik llagi berkat
suara2 alam yang terdengar jelas karena
resonansi gelombang suara oleh bentang alam
pegunungan sehingga mampu menentramkan
jiwa. Puncak 2 sudah cukup sejuk karena
kawasan ini cukup rindang oleh pohon
akasia, namun tetap diperlukan area untuk
istirahat dan bersantai pengunjung dengan
pembuatan kursi-kursi dari kayu maupun besi
yang di buat semenarik mungkin sehngga
wisatawan betah berlama lama di area ini.
Kemungkinan di diami pengunjung lebih
lama dengan kepadatan yang lebih banyak di
bandingkan puncak lain, sehingga perlu
difikirkan mengenai aspek keamanan dan
kenyamanan yang lebih, selain pembangunan
gazebo-gazebo kecil juga penting untuk
dibuatkan pagar pembatas yang cukup kuat.
Gambar 6a : Puncak 2 Puspo ardhi
Gambar 6b : Konsep Puncak 2 Mengadaptasi
Pagar Permanen, Sumber :
http://www.piknikdong.com, diakses 20 Juli 2017
4. Pembangunan gasibu sebagai sarana
wisata
Pemberian gazebo dimaksudkan sebagai
tempat beristirahat dan berteduhnya
wisatawan. Pembangunanan Gazebo dipilih
dari bahan kayu alam karena beberapa alasan
sebagai berikut: a. Selain terkesan natural
juga terkesan tradisional; b. Bahan kayu tidak
terlalu mencolok (kontras) dan mampu
bersinergi menimbulkan energy positif bagi
penguna; c. Gazebo kayu juga lebih ramah
lingkungan selain itu bahan kayu mudah
didapatkan di lokasi.
Gambar 7: Contoh Desain Gasibu yang Serasi
dengan Alam, Sumber :
http://arroundofjogja.blogspot.co.id, Diakses 20
Juli 2017
6. Papan informasi
Pemberian papan informasi permanen sangat
penting sebagai panduan wisatawan, papan
informasi meliputi : a. nama area destinasi
yang menjadi point of view; b. Papan
petunjuk; c. Papan larangan; d. Petunjuk jalan
dan lain sebagainya.
7. Pembangunan toilet dan kamar mandi
Pembangunan toilet dengan memperhatikan
higyene dan sanitasi dengan pemasangan
keramik agar mudah dibersihkan dan tidak
menyerap bau. Perlu juga memperhatikan
masalah keamanan dengan pembuatan kamar
mandi umum yang tertutup rapat.
8. Pembangunan parkir
Pembangunan parkir dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah pengunjung dan
moda transportasi yang digunakan. Bekerja
sama dengan warga sekitar bukit yang
memiliki pekarangan cukup luas dirasa
sangat perlu untuk menambah daya tampung
sarana parkir.
9.Pembangunan aksebilitas/ rekayasa jalur
Aksebilitas menuju dan keluar dari lokasi
diperlukan rekayasa jalur yang sedikit extra,
mengingat jalur utama menuju lokasi sangat
sempit untuk mobil berpapasan maka perlu
difikirkan jalur akses lain untuk keluar area
(pulang). Dalam teori pariwisata, satu
destinasi sedikitnya memiliki 3 jalur akses,
jalur masuk area, jalur keluar dan satu jalur
alternatif.
Selain itu plangisasi disepanjang jalur juga
sangat diperlukan untuk mempermudah
wisatawan menuju dan keluar lokasi
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 73
Selain perencanaan teknis, penting juga
implementasi upaya pemasaran untuk
maksimalisasi peluang dengan cara sebagai
berikut :
10. Pembuatan website resmi
Pembuatan website yang aktif
mempromosikan destinasi wisata sangat perlu
mengingat mayoritas pasar saat ini adalah
netizent. Website digunakan utuk
mengenalkan daya tarik wisata yang dimiliki
dan juga sebagai customer servis yang dapat
digunakan untuk menjalin relasi dengan
pelanggan.
11. Pengelolaan media sosial
Acount media sosial penting untuk
digunakan, facebook atau instagram dapat
digunakan untuk memaksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan prasarana dan daya tarik yang
iconik, atau instagramable. Mengingat
banyaknya segmen anak muda yang senang
memamerkan destinasi baru yang
dikunjunginya di isntagram telah terbukti
ampuh diterapkan di destinasi lain.
PENUTUP
Hasil analisis SWOT merujuk pada strategi
memperbaiki kelemahan untuk mengambil
peluang atau weaknese to oprtunity (WO).
Rekomendasi strategi perbaikan kelamahan
yang dapat diterapkan dalam pengembangan
Puspo Ardi pada level tapak lahan meliputi :
1. Menggarap potensi daya tarik alam budaya
serta potensi flora khas yang ada untuk
dikemas menjadi daya tarik wisata yang
indah, unik dan otentik dengan penataan
taman atau landscaping sebagai kesan
pertama dan icon wisata Puspo Ardi 2.
Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar
seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat
duduk umum, gazebo, toilet, parkir dan
seterusnya; 3. Pembangunan daya tarik yang
iconik, atau instagramable untuk
memaksimalkan potensi pasar anak muda
dengan trend selfi.
Sedangkan rekomendasi memaksimalkan
peluang dengan cara melakukan upaya
promosi melalui media elektronik dan
internet, seperti pembuatan website, sosial
media dan lain sebagainya. internet dipilih
sebagai media paling efektif mengingat
peluang pasar (pengguna internet / sosial
media) sangat besar. Maksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan prasarana dan daya tarik yang
iconik, atau instagramable.
DAFTAR PUSTAKA
Albarq, A. N. (2014). Measuring the Impacts
of Online Word-of-Mouth on Tourists’
Attitude and Intentions to Visit Jordan:
An Empirical Study. International
Business Research, 7(1), 14.
Arifin, H. S. (2010). Tanaman dan Desain
Penanaman.
Baiquni, M. (2004). Manajemen Strategis.
Buku Ajar.
Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas
Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat
Kunjungan Kembali Wisatawan
Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal
Ilmiah Dinamika Kepariwisataan,
11(2).
Baud-Bovy, M., & Lawson, F. (1998).
Tourism and Recreation: Handbook of
Planning and Design. Butterworth-
Heinemann Ltd.
Creswell, J. W. (1994). Research Design–
Qualitative, Quantitative, and Mixed
Method. London: SAGE Publications.
Hunger, J. D., & Wheelen, T. L. (2001).
Strategic Management. 1996. Fifth
Editions. Addison-Wesley Publishing
Company, Inc. Agung J.(penterjemah).
Kertajaya, H. (2013). Tourism Marketing 3.0.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Koenjaraningrat. (2005). Pengantar
Antropologi II, Pokok-pokok Etnograf
(2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, L. (1995). Metode penelitian.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muallidin, I. (2007). Model pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat di kota
Yogyakarta. Jurnal Penelitian BAPEDA
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 74
Yogyakarta, (2).
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., &
Seegoolam, P. (2011). An Assessment
of Visitor Satisfaction with Nature-
Based Tourism Attractions.
Nasution, S., Nasution, M. A., & Damanik, J.
(2009). Persepsi Wisatawan
Mancanegara Terhadap Kualitas Objek
dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
Sumatera Utara.
Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: andi.
Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi
Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Prianggoro, A. A., & Kurniawan, A. (2016).
Persepsi Masyarakat dan Potensi
Reorientasi Usaha Berkaitan Dengan
Pembangunan Bandara Internasional di
Kulon Progo. Jurnal Bumi Indonesia,
5(1).
Prihatno, P. (2010). Memulihkan Citra
Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
Meningkatkan Jumlah Wisatawan.
Wahana Informasi Pariwisata: MEDIA
WISATA.
Rangkuti, F. (2011). SWOT: Balanced
Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sopyan, S., & Widiyanto, I. (2015). Analisi
Pengaruh Daya Tarik Wisata dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Minat
Berkunjung Ulang Pengunjung dengan
Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Cagar Budaya
Gedung Lawang Sewu). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.
Statistik Kepariwisataan. (2015). D.I.
Yogyakarta Indonesia: Dinas Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta. Retrieved
from
http://visitingjogja.web.id/assets/upload
s/files/bank_data/Buku_Statistik_Kepari
wisataan_DIY_2015_05092016040516.
pdf, diakses 5 Juni 2017
Sumarabawa, I. G. A. dkk. (2013).
Ketersediaan Aksesibilitas Serta Sarana
dan Prasarana Pendukung Bagi
Wisatawan Di Daerah Wisata Pantai
Pasir Putih, Desa Prasi, Kecamatan
Karangasem. Jurnal Pendidikan
Geografi, 3(1), 1–14. Retrieved from
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/
article/download/1220/1084, Diakses 03
Juni 2017
Suryadana, M. V. O. (2015). Pengantar
Pemasaran Pariwisata. Bandung
Indonesia: Alfabeta.
Susanto, A. B., & Kotler, P. (2000).
Manajemen Pemasaran di Indonesia.
Jakarta: Salemba.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
PROFIL PENULIS
Penulis adalah dosen di STP ARS
Internasional Bandung, saat ini mengampu
mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
Pariwisata.

More Related Content

What's hot

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025Anindya Kenyo Larasti
 
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungUrban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungjunsumaya
 
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyRencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyHairullah Gazali
 
Desa wisata, wisata alternatif unggulan
Desa wisata, wisata alternatif unggulanDesa wisata, wisata alternatif unggulan
Desa wisata, wisata alternatif unggulanRahmat Darsono
 
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanMotivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanAde Ela Pratiwi
 
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...guztymawan
 
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaPengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaYani Adriani
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Community Based Tourism Desa Wisata
Community Based Tourism Desa WisataCommunity Based Tourism Desa Wisata
Community Based Tourism Desa WisataRieAwan
 
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025Anindya Kenyo Larasti
 
Tantangan pariwisata bukittinggi
Tantangan pariwisata bukittinggi Tantangan pariwisata bukittinggi
Tantangan pariwisata bukittinggi Yani Adriani
 
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang PariwisataPaparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisataasholahuddin
 
KSPN Kepulauan Seribu
KSPN Kepulauan SeribuKSPN Kepulauan Seribu
KSPN Kepulauan SeribuYani Adriani
 
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota Bandung
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota BandungProspek pengembangan bisnis pariwisata di Kota Bandung
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota BandungRicky Muchtar
 

What's hot (20)

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
 
Kuliah 6 komplementaris atraksi dan motif(2)
Kuliah 6 komplementaris atraksi dan motif(2)Kuliah 6 komplementaris atraksi dan motif(2)
Kuliah 6 komplementaris atraksi dan motif(2)
 
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandungUrban tourism dalam pembangunan kota bandung
Urban tourism dalam pembangunan kota bandung
 
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diyRencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah riparda rippda diy
 
Desa wisata, wisata alternatif unggulan
Desa wisata, wisata alternatif unggulanDesa wisata, wisata alternatif unggulan
Desa wisata, wisata alternatif unggulan
 
Kuliah 4 motif dan-atraksi-wisata-motif
Kuliah 4 motif dan-atraksi-wisata-motifKuliah 4 motif dan-atraksi-wisata-motif
Kuliah 4 motif dan-atraksi-wisata-motif
 
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanMotivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran Wisatawan
 
Industri pariwisata.
Industri pariwisata.Industri pariwisata.
Industri pariwisata.
 
KEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAANKEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAAN
 
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...
Laporan akhir MetodologiPenelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi K...
 
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di IndonesiaPengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
Pengembangan Pariwisata Kreatif di Indonesia
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
 
Daya tarik wisata
Daya tarik wisataDaya tarik wisata
Daya tarik wisata
 
Community Based Tourism Desa Wisata
Community Based Tourism Desa WisataCommunity Based Tourism Desa Wisata
Community Based Tourism Desa Wisata
 
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
PENJELASAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 - 2025
 
Tantangan pariwisata bukittinggi
Tantangan pariwisata bukittinggi Tantangan pariwisata bukittinggi
Tantangan pariwisata bukittinggi
 
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang PariwisataPaparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
 
KSPN Kepulauan Seribu
KSPN Kepulauan SeribuKSPN Kepulauan Seribu
KSPN Kepulauan Seribu
 
Industri pariwisata
Industri pariwisataIndustri pariwisata
Industri pariwisata
 
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota Bandung
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota BandungProspek pengembangan bisnis pariwisata di Kota Bandung
Prospek pengembangan bisnis pariwisata di Kota Bandung
 

Similar to Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan analisis swot

Best practice pembangunan dewi.pdf
Best practice pembangunan dewi.pdfBest practice pembangunan dewi.pdf
Best practice pembangunan dewi.pdfbaktiman
 
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxEKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxBagasMaulana28
 
Digital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxDigital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxssuserd99934
 
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ay
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ayStrategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ay
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ayTri Damayantho
 
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptx
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptxPPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptx
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptxAswdfg1
 
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluanGeografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluanReiza Miftah
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatifguztymawan
 
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...Lalu Permadi
 
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeran
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeranDampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeran
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeranhary hermawan
 
Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B RaflesTarihoran
 
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfRohanaJuitaRamahLumb
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...STISIPWIDURI
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...samerdanta sinulingga
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...samerdanta sinulingga
 
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...RONI KA
 

Similar to Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan analisis swot (20)

Best practice pembangunan dewi.pdf
Best practice pembangunan dewi.pdfBest practice pembangunan dewi.pdf
Best practice pembangunan dewi.pdf
 
1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptxEKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
EKOWISATA kelompok 8 lokpol.pptx
 
Materi geopark
Materi geoparkMateri geopark
Materi geopark
 
Digital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptxDigital Sustainable Tourism.pptx
Digital Sustainable Tourism.pptx
 
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ay
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ayStrategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ay
Strategi pembangunan pariwisata 2017 kemenpar ay
 
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptx
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptxPPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptx
PPT KELOMPOK 8 PEMBANGUNAN REGIONAL-B INDRALAYA.pptx
 
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluanGeografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure)    pendahuluan
Geografi pariwisata indonesia (manajemen resort dan leisure) pendahuluan
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
 
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
 
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeran
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeranDampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeran
Dampak ekonomi pengembangan desa wisata nglanggeran
 
Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B
 
The Planner ePortoFolio
The Planner ePortoFolioThe Planner ePortoFolio
The Planner ePortoFolio
 
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
 
Wisata kota
Wisata kotaWisata kota
Wisata kota
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Paparan ripparda Bapak Tazbir SH MHum,Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Da...
Paparan ripparda Bapak Tazbir SH MHum,Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Da...Paparan ripparda Bapak Tazbir SH MHum,Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Da...
Paparan ripparda Bapak Tazbir SH MHum,Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Da...
 
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...
Ronika,Peranan kuliner dalam meningkatkan citra destinasi pariwisata,Universi...
 

More from hary hermawan

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelan
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik PerhotelanUjian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelan
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelanhary hermawan
 
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata hary hermawan
 
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020hary hermawan
 
002 kosep ekonomi dalam pariwisata
002 kosep ekonomi dalam pariwisata002 kosep ekonomi dalam pariwisata
002 kosep ekonomi dalam pariwisatahary hermawan
 
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)hary hermawan
 
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)hary hermawan
 
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)hary hermawan
 
001 definisi dan konsep ekonomi
001 definisi dan konsep ekonomi001 definisi dan konsep ekonomi
001 definisi dan konsep ekonomihary hermawan
 
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku hary hermawan
 
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitalityPengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitalityhary hermawan
 
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitalityPengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitalityhary hermawan
 
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)hary hermawan
 
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...hary hermawan
 
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandung
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandungUpaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandung
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandunghary hermawan
 
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalEvaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalhary hermawan
 
Pelayanan prima untuk Pariwisata
Pelayanan prima untuk PariwisataPelayanan prima untuk Pariwisata
Pelayanan prima untuk Pariwisatahary hermawan
 
Perencanaan Geowisata
Perencanaan GeowisataPerencanaan Geowisata
Perencanaan Geowisatahary hermawan
 
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)hary hermawan
 

More from hary hermawan (18)

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelan
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik PerhotelanUjian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelan
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Statistik Perhotelan
 
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Pariwisata
 
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020S1 soal uts met. kuantitatif   versi 2020
S1 soal uts met. kuantitatif versi 2020
 
002 kosep ekonomi dalam pariwisata
002 kosep ekonomi dalam pariwisata002 kosep ekonomi dalam pariwisata
002 kosep ekonomi dalam pariwisata
 
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)
004 Kajian makro ekonomi pariwisata (ekonomi pariwisata)
 
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)
003 Aspek aspek industri pariwisata (Ekonomi Pariwisata)
 
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)
001b_Hakikat Ekonomi dan Bisnis (Materi pendukung slide 001)
 
001 definisi dan konsep ekonomi
001 definisi dan konsep ekonomi001 definisi dan konsep ekonomi
001 definisi dan konsep ekonomi
 
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku
Sertifikat Penghargaan Sebagai Penulis Buku
 
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitalityPengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: kunci sukses bisnis hospitality
 
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitalityPengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitality
Pengantar Manajemen Hospitality: karakteristik bisnis hospitality
 
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)
Pengantar Hospitality: definisi dan konsep hospitality (tourism)
 
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...
Kajian desain keselamatan berbasis lokalitas dalam meningkatkan kepuasan wisa...
 
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandung
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandungUpaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandung
Upaya mewujudkan wisata edukasi di kampung tulip bandung
 
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalEvaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
 
Pelayanan prima untuk Pariwisata
Pelayanan prima untuk PariwisataPelayanan prima untuk Pariwisata
Pelayanan prima untuk Pariwisata
 
Perencanaan Geowisata
Perencanaan GeowisataPerencanaan Geowisata
Perencanaan Geowisata
 
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)
Dampak sosial budaya pengembangan desa wisata nglanggeran (2)
 

Recently uploaded

“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal FaizinKanaidi ken
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxafkarzidan98
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfHendroGunawan8
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWKafe Buku Pak Aw
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Kanaidi ken
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3SatriaPamungkas18
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++BayuYudhaSaputra
 

Recently uploaded (20)

“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
 

Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan analisis swot

  • 1. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 64 Pengembangan Destinasi Wisata Pada Tingkat Tapak Lahan Dengan Pendekatan Analisis Swot Hary Hermawan STP ARS Internasional, haryhermawan8@gmail.com ABSTRAK Kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terjadi ketimpangan kunjungan wisata antar kabupaten yang cukup mencolok karena kualitas destinasi wisata antar Kabupaten belum merata. Artikel ini mencoba untuk menggali konsep dalam pengembangan destinasi yang berbasis alam di Kawasan Puspo Ardi, dikaji dengan pendekatan SWOT. Hasil analisis merujuk pada strategi memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang (WO). Aplikasi dalam pengembangan destinasi tingkat tapak lahan, meliputi : Penataan taman atau landscaping; Pembangunan sarana wisata dan aksebilitas; Rekomendasi menggarap potensi daya tarik alam budaya serta potensi flora khas yang ada untuk dikemas menjadi daya tarik wisata yang indah, unik dan otentik dengan penataan taman atau landscaping sebagai kesan pertama dan icon wisata Puspo Ardi, Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat duduk umum, gazebo, toilet, parkir dan seterusnya, dan pembangunan daya tarik yang iconik, atau instagramable untuk memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi. Kata kunci: Pengembangan destinasi, daya tarik wisata, tapak lahan, landskaping ABSTRACT Tourist visits to Yogyakarta from year to year experienced a fairly rapid growth. But it can not be denied that there is still an imbalance in tourist visits between districts is quite striking because the quality of tourist destinations between districts has not been evenly distributed. This article attempts to explore concepts in the development of natural-based destinations in the Puspo Ardi region, studied by the SWOT approach. The results of the analysis refer to the strategy of fixing weaknesses to take opportunities (WO). Applications in the development of land-level destination sites, including: Arrangement of parks or landscaping; Development of tourism facilities and accessibility; The construction of the Recommendations on the Group of natural charm and culture group flora typical tourist attraction to be included in a beautiful, unique and authentic with a garden or landscape configuration as the first impression and a tourist icon Puspo Ardi, the procurement of the start faslititas the most basic such as parking, mark penujuk, General seating, gazebo, toilets, parking and so on, and the development of iconik attractions, or instagramable to maximize the Group's young market with trends selfie. Keywords: Destination development,tourism attraction, tread land, landscaping PENDAHULUAN Kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Menurut rangkuman data statistik statistik kepariwisataan tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di Hotel Bintang Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 16,06% dibanding tahun 2014 sebanyak 199.864 orang. Sedangkan jumlah wisatawan nusantara mengalami kenaikan sebesar 32,59% dibanding tahun 2014 sebanyak 1.194.148 orang. Pertumbuhan berdasarkan angka statistik diatas menggambarkan peluang yang sangat potensial bagi pengembangan usaha
  • 2. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 65 destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan pernah dikatakan bahwa potensi DIY menduduki peringkat kedua setelah Bali (Muallidin, 2007). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masing-masing Kabupaten/ Kota di Yogyakarta berlomba-lomba mengembangkan destinasi wisata baru, berharap mampu menarik kunjungan wisatawan sebanyak mungkin ke daerahnya. Akan tetapi, jika dikaji lebih jauh, angka kunjungan di atas ternyata belum dapat terserap secara merata pada setiap kabupaten dan kota di D.I.Yogyakarta. Ketimpangan kunjungan wisata antar kabupaten di Yogyakarta masih terlihat cukup mencolok. Sebagai gambaran Kota Yogyakarta berhasil meraih kunjungan sebanyak 5.251.352 wisatawan, Kabupaten Sleman dengan kunjungan 4.223.958 wisatawan, sedangkan Kabupaten Kulonprogo hanya mampu menarik kunjungan wisatawan sebanyak 904.972 wisatawan (Statistik Kepariwisataan, 2015). Padahal jika dilihat dari sumber daya alamnya Kabupaten Kulonprogo termasuk daerah cukup potensial bagi pengembangan kepariwisataan. Isu perpindahan bandara internasional dari Kota ke Kabupaten Kulonprogo merupakan magnet bisnis yang bagus bagi pengusaha bisnis pariwisata untuk berinvestasi (Prianggoro & Kurniawan, 2016). Sayangnya potensi pengembangan pariwisata di Kulonprogo masih dihantui masalah klasik tentang kurangnya inovasi maupun konsep-konsep baru masih menjadi persoalan dalam pengembangan daya tarik destinasi. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada masing-masing kabupaten/ kota, namun disisi lain justru menimbulkan persaingan bauran produk yang belum terspesialisasi (Prihatno, 2010). Destinasi-destinasi wisata baru yang bermunculan cenderung monoton, konsep yang ditawarkan cenderung itu-itu saja. Sehingga, destinsi wisata yang banyak bermunculan cenderung kurang diminati. Akibatnya banyak destinasi wisata yang hanya sebentar tenar sesaat kemudian redup kembali, akibat rendahnya kualitas daya tarik destinasi. Padahal daya tarik wisata yang berkualitas merupakan faktor kunci yang sangat menentukan minat berkunjung wisatawan (Basiya & Rozak, 2012); (Sopyan & Widiyanto, 2015); dan (Nasution et al., 2009).. Albarq (2014) mengatakan bahwa minat berkunjung wisatawan berarti sama dengan minat pembelian. Dalam dimensi pemasaran minat beli akan dipengaruhi oleh stimulus-stimulus serta perasaan positif terhadap suatu produk atau biasa disebut persepsi positif (Susanto & Kotler, 2000). Sedangkan dalam pariwisata stimulus yang membentuk daya tarik wisata meliputi: keunikan, keindahan, keaslian, dan nilai (value destinasi) (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, 2009). Puspo Ardi merupakan salah satu puncak di dalam kawasan pegunungan menoreh Kulon Progo yang sedang diinisiasi oleh masyarakat lokal setempat untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Akan tetapi, wacana tersebut sampai saat ini belum menemukan desain serta konsep pengembangan yang jelas. Padahal telah menjadi pemahaman umum bahwa kunci sukses dari pengembangan destinasi wisata ditentukan dari konsep dan perencanaan daya tarik destinasi yang matang. Oleh karena itu, kajian-kajian serta dimulai dari level tapak lahan serta konsep perencanaanya merupakan hal penting sebelum dilakukan pembangunan. Berdasarkan permasalahan diatas, artikel ini mencoba untuk menggali perumusan ide, atau konsep dalam pengembangan destinasi yang berbasis pada kawasan alam perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun Talunombo, Desa Sidomulya, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dikaji dengan pendekatan Kekuatan (Strengs), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Treaths) atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.
  • 3. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 66 KAJIAN PUSTAKA Destinasi Wisata Pitana (2009), destinasi adalah tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Menurut Penggolongan destinasi menurut Kusudianto dalam Pitana & Diarta (2009) adalah seperti berikut : 1. Destinasi sumber daya alam seperti iklim, pantai, hutan; 2. Destinasi sumber daya budaya seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal; 3. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan. 4. Event seperti Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba, pasar malam dan sebagainya. Ditinjau dari askpek fisik, Puspo Ardi termasuk destinasi wisata berwujud sumber daya alam dengan potensi budaya situs Damarwulan. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 10 tentang Kepariwisataan bahwa unsur produk wisata atau destinasi setidaknya ada 3 yaitu : Attraksi/ daya tarik wisata, Ammenities dan Aksebilities biasa disingkat 3 A pariwisata. Pengembangan destinasi wisata pada tingkatan tapak lahan setidaknya memperhitungkan 3 poin kunci tersebut. Daya Tarik Wisata (Attractions) Menurut Pendit (2002), daya tarik wisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Daya tarik wisata disebutkan secara lebih spesifik menjadi tiga jenis, yaitu: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, maupun daya tarik wisata buatan (Undang- undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Daya tarik wisata alam merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, keaslian serta nilai berupa keanekaragaman alam hasil ciptaan Tuhan YME. Sedangkang daya tarik wisata budaya adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, keaslian serta nilai berupa keanekaragaman hasil budaya manusia (Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Daya tarik alam dapat berwujud pegunungan, pantai, hutan, sungai dan sebagainya. Sedangkan daya tarik budaya dapat berupa ide-ide, gagasan, nilai, atau norma, pola aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat, maupun benda- benda hasil karya manusia (Koenjaraningrat, 2005). Daya tarik wisata dalam penelitian terdahulu telah terbukti menjadi salah satu faktor utama yang wajib diperhitungkan dalam perencanaan destinasi wisata, karena akan sangat menentukan tingkat kepuasan wisatawaan (Naidoo, Ramseook- Munhurrun, & Seegoolam, 2011). Sarana Wisata (Ammenities) Baud Bovy & Lawson (1998) dalam bukunya “Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design” mengatakan bahwa amenitas merupakan semua bentuk fasilitas yang memberikan pelayanan bagi wisatawan untuk segala kebutuhanya selama tinggal atau berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, contohnya hotel, motel, restaurant, bar, discotheques, kafa, shopping center, souvenir shop. Perusahaan-perusahaan inilah yang memberi pelayanan bila mereka datang berkunjung pada suatu destinasi wisata. Untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisata perlu disediakan fasilitas, mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari tempat tinggal wisatawan, selama berada di destinasi pariwisata, maupun pada saat wisatawan kembali ke tempat semula (Suryadana, 2015). Aksebilitas Aksesibilitas yang baik akan menentukan mudah atau tidaknya lokasi untuk dijangkau. Selain itu Jaringan jalan juga merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan umum yang sangat penting (Sumarabawa, 2013). Aksebilitas sangat penting dalam pengembangan destinasi wisata karena menjamin keterjangkauan, serta efetifitas dan efisiensi bagi kunjungan wisatawan. Tapak Lahan Tapak adalah lahan dengan luas tertentu yang dialokasikan untuk pembangunan suatu fasilitas bagi kegiatan manusia,
  • 4. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 67 termasuk salah satunya kegiatan pariwisata. Lokasi tapak dapat dilihat dari sisi geografis dan dari sisi guna lahan. Oleh karena itu lokasi merupakan salah satu aspek yang menentukan karakter tapak (Rustiadi, 2009). Permasalahan tapak lahan pada arsitektur perencanaan destinasi alam salah satunya ada pada pemilihan vegetasi atau tanaman, yang disesuaikan dengan fungsi. Sehingga keberadaan vegetasi mampu menjadi indikator kondisi tapak yang dinamis. Pemilihan vegetasi disesuikan fungsi (Kurniawan, 2010). Vegetasi untuk taman pada destinasi pariwisata tentu dipertimbangkan juga mengenai masalah estetika dan daya tariknya untuk menimbulkan kesan positif bagi wisatawan. METODE PENELITIAN Pendekatan kualitatif dengan analisis SWOT dipilih untuk menggali data serta merumuskan konsep pengembangan destinasi yang berbasis pada kawasan perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun Talunombo. Selain itu pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoeh gambaran diskriptif yang lebih luas mengenai fenomena yang diamatai (Moleong, 1995). Karena, pendekatan kualitatif dipandang mampu menggali pemaknaan terhadap fenomena secara lebih mendalam (Creswell, 1994). Fenomena yang dimaksud mengenai potensi kawasan perbukitan di Dusun Talunombo yang bernama “Puspo Ardhi.” Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung terhadap kawasan untuk memperoleh data diskriptif. Didukung dengan data dari narasumber (key person) untuk memberikan penilaian terhadap variabel-variabel pada objek teramati (judment value). Adapun pihak-pihak yang menjadi keyperson dalam penentuan nilai judgement adalah 1) Kepala Desa Sido Mulyo; 2) Dhimas Setyo Nugroho (akademisi pariwisata); 3) Ivas (praktisi pariwisata). Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dengan melihat faktor- faktor yang menjadi kekuatan objek (strengs), kelemahan objek (weakness), peluang pengembangan (opportunities), serta kemungkinan faktor-faktor luar yang menjadi ancaman (treaths) (Rangkuti, 2011). Kemudian dirumuskan strategi serta kemungkinan konsep baru dalam pengembangan objek untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Pendekatan Perencanaan Strategik Perencanaan strategis muncul dan diminati berkaitan dengan semakin terbatasnya sumber daya internal organisasi dan banyaknya tantangan eksternal yang dipengaruhi kinerja dan peran organisasi (Baiquni, 2004). Suatu perencanaan yang strategis mengandung unsur efektif dan efisien dalam menggali sumber daya. Perencanaan strategis dalam hubungannya dengan pengembangan kawasan dibutuhkan literatur yang aktual dan relevan dengan kondisi dan konsep perencanaan kawasan (Hunger & Wheelen, 2001). Manajemen strategis mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan ancaman serta mengamati lingkungan internal melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor lingkungan itu disebut dengan SWOT yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (Hunger & Wheelen, 2001). PEMBAHASAN Gambaran Umum Pucak Puspo Ardi dan Masyarakat Dusun Talunombo Puncak Puspo Ardi terletak di Dusun Talunombo/ Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Puspo Ardi terletak di dataran tinggi pegunungan menoreh memiliki bentang alam yang unik. Puspo Ardi diapit beberapa barisan pegunungan menawarkan potensi pemandangan alam yang unik serta bentangan pegunungan lain yang mengelilingi puncak tertinggi (Puspa Ardhi) menghadirkan resonansi suara-suara air suangai yang lembut, unik jika didengar. Kawasan ini memiliki iklim tropis pegunungan dengan suhu siang hari sekitar 25ºC dan cenderung kering.
  • 5. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 68 Batuan yang ada di desa Sido mulyo juga cukup unik yang sering dinamai dengan watu gembel (kemungkinan adalah campuran brangkal batuan andesit dan endapan yang menjadi satu bongkahan- bongkahan batuan yang besar). Sedangkan tanah pada kawasan ini adalah tanah liat berwarna merah. Flora dan fauna yang berkembang di kawasan ini adalah flora dan fauna khas pegunungan yang mampu beradaptasi di iklim kering. Flora khas yang biasa ditananam di dataran tinggi maupun tanaman liar yang mampu beradaptasi, antara lain: 1. Tanaman buah seperti : sirsak, pisang, kakao, duwet; 2. Tanaman umbi-umbian salah satunya ketela/ singkong; 3 Tanaman obat : jahe, laos, serai, dan lainya; 4. Tanaman hias seperti : Anggrak tanah, Bunga bangkai amorphophallus paeniifolius (suweg); 5. Tanaman kayu seperti : akasia dan mahoni merupakan tanaman terbanyak di kawasan ini. Ditinjau berdasarkan aspek demografi, 90% warga Desa Sidomulyo bekerja sebagai petani. Potensi budaya yang ada berupa cerita rakyat Damarwulan (Tokoh pada masa Kerajaan Majapahit), beserta petilasanya. Selain itu, Desa Sidomulyo memiliki berbagai kesenian tradisional seperti ketoprak, tari tradisional, orkes dangdut, perjanjen (sholawat) dan lainya. Pengembangan destinasi wisata Puspa Ardhi sebelumnya telah diinisiasi masyarakat, berupa pembangunan sarana prasarana seperti pembetonan jalan setapak, pendapa, tempat parkir, toilet dan seterusnya. Pada tahun 2012 Pemkab Kulonprogo juga telah meresmikan Dusun Talunombo di Desa Sidomulyo sebagai destinasi wisata (Kepala Desa Sidomulyo, 2016). Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi di lapangan terlihat bahwa kawasan ini masih memiliki beberapa kelemahan sebagai sebuah destinasi wisata, antara lain: 1. Kawasan masih belum tertata rapi, bahkan taman sebagai first impresion belum ada; 2. Belum tersedia Sarana Wisata: gazebo- gazebo dan tempat duduk di titik-titik yang dapat digunakan wisatawan untuk beristirahat, dan menikmati pemandangan dengan nyaman dan aman; 3. Belum tersedia plang-plang penunjuk seperti tanda larangan, maupun plang informasi yang mampu membuat destinasi wsiata menjadi hidup 4. Belum tersedia sarana air bersih dengan kapasitas yang mencukupi; 5. Aksebilitas/ jalur menuju lokasi yang sempit, sehingga rawan untuk mobil yang berpapasan; 6. Belum tersedia pusat cinderamata dan oleh-oleh yang dapat menjadi ciri khas Desa Sidomulyo. Peluang pengembangan destinasi wisata Puspo Ardhi masih sangat terbuka lebar mengingat perkembangan ekonomi, sosial- budaya, teknologi, serta permintaan produk pariwisata itu sendiri yang sangat baik. Peluang ditinjau dari sudut pandang teknologi, saat ini adalah mulai tumbuhnya masarakat online, pengguna internet, atau yang lebih dikenal sebagai netizen di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan pertumbuhan pengguna internet paling besar di Asia (Kertajaya, 2013). Fonomena penggunaan sosial media sebagai media sharing foto-foto berwisata sesama pengguna media sosial terutama melalui Instagram, dipandang penulis sebagai media promosi yang paling efektif dan efisien untuk saat ini. Ditinjau dari sudut padang sosial menunjukan kecenderungan bahwa semakin banyak masyarakat yang mulai menyadari bahwa pariwisata merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupanya. Petumbuhan ekonomi diduga menjadi faktor yang mendorong masyarakat untuk berwisata. Data statistik membuktikan bahwa pertumbuhan permintaan produk wisata di Kbupaten Kulonprogo dari tahun ke tahun semakin meningkat; Gambar 1: Pertumbuhan wisatawan ke Kulonprogo Sumber: (Statistik Kepariwisataan, 2015)
  • 6. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 69 Motivasi berwisata untuk bersenang- senang, atau sekedar berfoto selfi menjadi hal umum dikalangan masyarakat saat ini, terutama kalangan muda. Prospek perkembangan pariwisata di Kulonprogo dimasa yang akan datang diprediksi akan semakin meningkat dengan dibangunya Bandara Internasional Kulon Progo, tentu akses menuju destinasi dengan moda transportasi udara akan semakin mudah. Ananlisis Internal-Ekternal Data diperoleh dengan metode observasi/ pengamatan, kemudian ditentukan skor kinerja objek dengan cara penilaian (judgement) dari para narasumber sesuai bidang keahlianya. Skala penilaian untuk faktor positif (kekuatan dan peluang) sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat lemah, 2 untuk nilai lemah, 3 untuk nilai kuat dan 4 untuk nilai sangat kuat. Sedangkan untuk menilai faktor negatif (kelemahan dan ancaman) digunakan skala dengan pola sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat kuat), 2 untuk nilai kuat, 3 untuk nilai lemah, dan 4 untuk nilai sangat lemah. Nilai bobot ditentukan tergantung seberapa penting faktor tersebut, sesuai hasil kajian teori-teori kepariwisataan. Jumlah keseluruhan nilai bobot maksimal adalah satu (1). Untuk mempermudah pemberian nilai skor dan bobot digunakan bagan internal faktor strategi (IFAS) dan eksternal faktor strategi (EFAS) sebagai berikut : Tabel 1: Analisis Internal Faktor (IFAS) No Internal Faktor (IFAS) Skor Bobot Jumlah Kekuatan 1 Kekayaan alam yang beraneka ragam dan serta memiliki kunikan 4 0.2 0.8 2 Keindahan pemandangan alam 3 0.2 0.6 3 Kenaka ragaman potensi flora yang dimiliki 3 0.1 0.3 Kelemahan 1 Kurangnya fasilitas : Plang petunjuk, parkir, toilet, tempat duduk yang nyaman dst 2 0.05 0.1 2 Penataan kawasan/ fisik objek belum maksimal sebagai first Impresion 1 0.1 0.1 3 Aksebilitas seperti jalan dan moda transportasi sangat minim 2 0.05 0.1 4 Belum ada cinderamata khas sebagai unsur memorabiliti 1 0.05 0.05 5 Belum terlihat adanya upaya promosi 1 0.05 0.05 6 Pengemasan daya tarik masih minim oleh pengelola 1 0.1 0.1 7 Air bersih dan akses sinyal telepon/ internet sangat minim 2 0.1 0.2 Total 1 2.4 Tabel 2: Analisis Eksternal Faktor (EFAS) No Eksternal Faktor (EFAS) Skor Bobot Jumlah Peluang 1 Pertumbuhan teknologi komunikasi dan pengguna internet 4 0.2 0.8 2 Meningkatnya wisatawan muda dengan ternd selfi 4 0.1 0.4 3 Pertumbuhan kunjungan wasata di Yogyakarta 2 0.05 0.1 4 Pembangunan bandara internasional di Kabupaten Kulonprogo 3 0.15 0.45 Ancaman 1 Keterjangkauan lokasi rendah dibanding destinasi lain 3 0.2 0.6 2 Destinasi wisata lain di daerah sekitar banyak (persaingan) 1 0.3 0.3 Total 1 2.7 Dari kedua bagan diatas diketahui bahwa nilai internal faktor strategi sebesar 2,4 atau dibulatkan satu digit menjadi 2 (lemah). Sedangkan nilai ekternalnya faktor strategi adalah 2,7 atau dibulatkan satu digit menjadi 3 (kuat). Kemudian untuk merumuskan strategi pengembangan penulis menggunakan diagram bantu berikut :
  • 7. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 70 Gambar 2: Diagram SWOT Karena nilai IFAS sebesar 2 sedangkan nilai EFAS 3 maka dengan alat bantu diagram diatas dipilihlah strategi memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang atau weaknese to oprtunity (WO). Adapun strategi perbaikan kelamahan yang dapat diterapkan pada level pengembangan tapak lahan sebagai berikut : 1. Menggarap potensi daya tarik alam budaya serta potensi flora khas yang ada untuk dikemas menjadi daya tarik wisata yang indah, unik dan otentik dengan penataan taman atau landscaping sebagai icon wisata Puspo Ardi 2. Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat duduk umum, gazebo, toilet, parkir dan seterusnya; 3. Memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi dengan pembangunan daya tarik yang iconik, atau dalam bahasa populer dikenal dengan istilah instagramable. Selain itu rekomendasi memaksimalkan peluang dengan cara melakukan upaya promosi melalui media elektronik dan internet, seperti pembuatan website, sosial media dan lain sebagainya. internet dipilih sebagai media paling efektif mengingat peluang pasar (pengguna internet / sosial media) sangat besar. Maksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi dengan pembangunan prasarana dan daya tarik yang iconik, atau instagramable. Berdasarkan hasil analisis data yang merujuk pada strategi memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang atau weaknese to oprtunity (WO), maka dirumuskan beberapa rekomendasi konsep pengambangan dan perbaikan atau penataan ulang kawasan perbukitan Puspo Ardi sebagai berikut : 1. Upaya meningkatkan daya tarik dengan landscaping (penataan taman) Untuk merepresentasikan nama Destinasi Wisata Puspha Ardhi yang memiliki arti sebagai Bunga Gunung, maka penataan taman dianggap sangat penting. Selain itu taman di sekitar pintu masuk sampai pendopo merupakan first impression tamu, yang menentukan kesan pertama apakah destinasi ini menarik atau tidak. Kesan pertama yang memikat akan membuat wisatawan semakin penasaran dan tertarik untuk mencoba berwisata lebih jauh lagi. Dalam perencanaan taman di Destinasi Wisata Puspa Ardhi, konsep taman bergaya eropa cocok diaplikasikan di area pintu masuk ke arah pendopo. Taman bergaya eropa adalah konsep taman yang menekankan kepada perpaduan tanaman hias yang mudah dibentuk dengan seni geometri dan perpaduan warna-warna tanaman hias yang indah. Berikut merupakan salah satu contoh desain lanskape yang dapat digunakan. Gambar 3a: Salah Satu Sudut di Puspo Ardi (sebelum) Gambar 3b: Kemungkinan Desain Taman yang Dapat Diadaptasi (asumsi setelah penataan), Sumber : https://sixtotenallaroundtheworld.wordpress.com, diakses 20 Juli 2017 Taman bergaya eropa dipilih karena keindahanya berupa perpaduan tanaman hias
  • 8. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 71 dan bunga yang warna-warni, tidak terkesan monoton dengan alam asli yang dominan hijau. Sedangkan area depan pendapa dan lainya menggunakan konsep taman bergaya jawa/ bali dengan disesuaikan alur cerita rakyat Dammar Wulan sebagai kearifan lokal dengan penggunaan patung-patung. Gambar 4a: Jalur Pejalan Kaki Belum Tertata (sebelum penataan) Gambar 4b: Kemungkinan Desain Jalur Pejalan Kaki yang Dapat Diadaptasi (asumsi setelah penataan), Sumber : https://djangki.wordpress.com, diakses 20 Juli 2017 Berikut adalah bagan fungsi tanaman dalam pembuatan taman serta jenis tanaman yang dapat digunakan pada tanah liat. Tabel 3 Fungsi dan Contoh Jenis Tanaman untuk Aplikasi Pembuatan Taman Fungsi Contoh tanaman Penutup tanah Rumput gajah, rumput jepang. Sebagai pagar/list The-tehan, pucuk merah Sebagai tirai/ penutup area Bambu kuning, atau bamboo cina Sebagai perindang Cemara, pinus, beringin, akasia Sebagai penunjuk arah Pohon palem yang dijejer Sebagai pewarna dan penghias Aneka bunga seperti amarilis, bunga kertas, mawar, kamboja, adenium dan sebagainya Sumber : Arifin (2010) Pembuatan taman dapat diimplementasikan dengan bekerjasama dengan sponsor, seniman seni supa, atau akademisi dari Sekolah Seni di Yogyakarta. 2. Mengoptimalkan pemandangan di puncak 1 Puncak 1 memang memiliki pemandangan yang cukup menarik, namun area ini merupakan area batu gembel yang paling besar jumlahnya. Batu gembel sendiri juga merupakan potensi daya tarik tersendiri jika mampu digali informasi yang benar mengenai sejarah atau fase geologi terbentuknya dengan bekerja sama dengan ahli-ahli geologi. Kemudian hasil riset diterangkan dalam sebuah media (papan informasi) agar menghasilkan narasi/ cerita yang mampu membuat wisatawan tertarik untuk mempelajarinya. Gambar 5 : Puncak 1 Puspo Ardhi Oleh karena itu untuk area ini pembangunan yang sifatnya permanen (semen beton) diminimalkan, namun disediakan gazebo yang sifatnya natural (berbahan kayu) serta tidak terletak tepat diatas batu gembel. Pemberian gazebo di sekitar puncak 1 juga cukup penting mengingat area ini minim tanaman perindang sehingga cukup panas. 3. Mengoptimalkan pemandangan di puncak 2 Puncak dua lebih ideal dibanding puncak pertama karena pada dasarnya kawasan ini juga memiliki pemandangan menarik dengan view Uatara, barat dan selatan.
  • 9. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 72 Puncak 2 menjadi lebih menarik llagi berkat suara2 alam yang terdengar jelas karena resonansi gelombang suara oleh bentang alam pegunungan sehingga mampu menentramkan jiwa. Puncak 2 sudah cukup sejuk karena kawasan ini cukup rindang oleh pohon akasia, namun tetap diperlukan area untuk istirahat dan bersantai pengunjung dengan pembuatan kursi-kursi dari kayu maupun besi yang di buat semenarik mungkin sehngga wisatawan betah berlama lama di area ini. Kemungkinan di diami pengunjung lebih lama dengan kepadatan yang lebih banyak di bandingkan puncak lain, sehingga perlu difikirkan mengenai aspek keamanan dan kenyamanan yang lebih, selain pembangunan gazebo-gazebo kecil juga penting untuk dibuatkan pagar pembatas yang cukup kuat. Gambar 6a : Puncak 2 Puspo ardhi Gambar 6b : Konsep Puncak 2 Mengadaptasi Pagar Permanen, Sumber : http://www.piknikdong.com, diakses 20 Juli 2017 4. Pembangunan gasibu sebagai sarana wisata Pemberian gazebo dimaksudkan sebagai tempat beristirahat dan berteduhnya wisatawan. Pembangunanan Gazebo dipilih dari bahan kayu alam karena beberapa alasan sebagai berikut: a. Selain terkesan natural juga terkesan tradisional; b. Bahan kayu tidak terlalu mencolok (kontras) dan mampu bersinergi menimbulkan energy positif bagi penguna; c. Gazebo kayu juga lebih ramah lingkungan selain itu bahan kayu mudah didapatkan di lokasi. Gambar 7: Contoh Desain Gasibu yang Serasi dengan Alam, Sumber : http://arroundofjogja.blogspot.co.id, Diakses 20 Juli 2017 6. Papan informasi Pemberian papan informasi permanen sangat penting sebagai panduan wisatawan, papan informasi meliputi : a. nama area destinasi yang menjadi point of view; b. Papan petunjuk; c. Papan larangan; d. Petunjuk jalan dan lain sebagainya. 7. Pembangunan toilet dan kamar mandi Pembangunan toilet dengan memperhatikan higyene dan sanitasi dengan pemasangan keramik agar mudah dibersihkan dan tidak menyerap bau. Perlu juga memperhatikan masalah keamanan dengan pembuatan kamar mandi umum yang tertutup rapat. 8. Pembangunan parkir Pembangunan parkir dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah pengunjung dan moda transportasi yang digunakan. Bekerja sama dengan warga sekitar bukit yang memiliki pekarangan cukup luas dirasa sangat perlu untuk menambah daya tampung sarana parkir. 9.Pembangunan aksebilitas/ rekayasa jalur Aksebilitas menuju dan keluar dari lokasi diperlukan rekayasa jalur yang sedikit extra, mengingat jalur utama menuju lokasi sangat sempit untuk mobil berpapasan maka perlu difikirkan jalur akses lain untuk keluar area (pulang). Dalam teori pariwisata, satu destinasi sedikitnya memiliki 3 jalur akses, jalur masuk area, jalur keluar dan satu jalur alternatif. Selain itu plangisasi disepanjang jalur juga sangat diperlukan untuk mempermudah wisatawan menuju dan keluar lokasi
  • 10. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 73 Selain perencanaan teknis, penting juga implementasi upaya pemasaran untuk maksimalisasi peluang dengan cara sebagai berikut : 10. Pembuatan website resmi Pembuatan website yang aktif mempromosikan destinasi wisata sangat perlu mengingat mayoritas pasar saat ini adalah netizent. Website digunakan utuk mengenalkan daya tarik wisata yang dimiliki dan juga sebagai customer servis yang dapat digunakan untuk menjalin relasi dengan pelanggan. 11. Pengelolaan media sosial Acount media sosial penting untuk digunakan, facebook atau instagram dapat digunakan untuk memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi dengan pembangunan prasarana dan daya tarik yang iconik, atau instagramable. Mengingat banyaknya segmen anak muda yang senang memamerkan destinasi baru yang dikunjunginya di isntagram telah terbukti ampuh diterapkan di destinasi lain. PENUTUP Hasil analisis SWOT merujuk pada strategi memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang atau weaknese to oprtunity (WO). Rekomendasi strategi perbaikan kelamahan yang dapat diterapkan dalam pengembangan Puspo Ardi pada level tapak lahan meliputi : 1. Menggarap potensi daya tarik alam budaya serta potensi flora khas yang ada untuk dikemas menjadi daya tarik wisata yang indah, unik dan otentik dengan penataan taman atau landscaping sebagai kesan pertama dan icon wisata Puspo Ardi 2. Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat duduk umum, gazebo, toilet, parkir dan seterusnya; 3. Pembangunan daya tarik yang iconik, atau instagramable untuk memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi. Sedangkan rekomendasi memaksimalkan peluang dengan cara melakukan upaya promosi melalui media elektronik dan internet, seperti pembuatan website, sosial media dan lain sebagainya. internet dipilih sebagai media paling efektif mengingat peluang pasar (pengguna internet / sosial media) sangat besar. Maksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi dengan pembangunan prasarana dan daya tarik yang iconik, atau instagramable. DAFTAR PUSTAKA Albarq, A. N. (2014). Measuring the Impacts of Online Word-of-Mouth on Tourists’ Attitude and Intentions to Visit Jordan: An Empirical Study. International Business Research, 7(1), 14. Arifin, H. S. (2010). Tanaman dan Desain Penanaman. Baiquni, M. (2004). Manajemen Strategis. Buku Ajar. Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Dinamika Kepariwisataan, 11(2). Baud-Bovy, M., & Lawson, F. (1998). Tourism and Recreation: Handbook of Planning and Design. Butterworth- Heinemann Ltd. Creswell, J. W. (1994). Research Design– Qualitative, Quantitative, and Mixed Method. London: SAGE Publications. Hunger, J. D., & Wheelen, T. L. (2001). Strategic Management. 1996. Fifth Editions. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Agung J.(penterjemah). Kertajaya, H. (2013). Tourism Marketing 3.0. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Koenjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi II, Pokok-pokok Etnograf (2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, L. (1995). Metode penelitian. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muallidin, I. (2007). Model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian BAPEDA
  • 11. Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 74 Yogyakarta, (2). Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., & Seegoolam, P. (2011). An Assessment of Visitor Satisfaction with Nature- Based Tourism Attractions. Nasution, S., Nasution, M. A., & Damanik, J. (2009). Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumatera Utara. Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: andi. Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Prianggoro, A. A., & Kurniawan, A. (2016). Persepsi Masyarakat dan Potensi Reorientasi Usaha Berkaitan Dengan Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo. Jurnal Bumi Indonesia, 5(1). Prihatno, P. (2010). Memulihkan Citra Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Meningkatkan Jumlah Wisatawan. Wahana Informasi Pariwisata: MEDIA WISATA. Rangkuti, F. (2011). SWOT: Balanced Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sopyan, S., & Widiyanto, I. (2015). Analisi Pengaruh Daya Tarik Wisata dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang Pengunjung dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu). Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Statistik Kepariwisataan. (2015). D.I. Yogyakarta Indonesia: Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Retrieved from http://visitingjogja.web.id/assets/upload s/files/bank_data/Buku_Statistik_Kepari wisataan_DIY_2015_05092016040516. pdf, diakses 5 Juni 2017 Sumarabawa, I. G. A. dkk. (2013). Ketersediaan Aksesibilitas Serta Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Wisatawan Di Daerah Wisata Pantai Pasir Putih, Desa Prasi, Kecamatan Karangasem. Jurnal Pendidikan Geografi, 3(1), 1–14. Retrieved from ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/ article/download/1220/1084, Diakses 03 Juni 2017 Suryadana, M. V. O. (2015). Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung Indonesia: Alfabeta. Susanto, A. B., & Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Sekretariat Negara. Jakarta § (2009). Indonesia. PROFIL PENULIS Penulis adalah dosen di STP ARS Internasional Bandung, saat ini mengampu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis Pariwisata.