SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
1
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN
IMPLIKASINYA BAGI KEMANDIRIAN EKONOMI
(Studi di Kabupaten Tulungagung)
Mahendra Adi Nugraha, SE
Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) dan menganalisis implikasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
terhadap kemandirian ekonomi pada Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini
lebih difokuskan pada kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten
Tulungagung dan implikasinya bagi kemandirian ekonomi. Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus (case study). Sumber data
berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen-dokumen. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis model interaktif Miles and Huberman yaitu
mereduksi data, menyajikan data serta menarik kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini di deskripsikan bahwa kinerja BUMDes ditinjau
dari Aspek Pelayanan dapat melayani masyarakat dengan baik, ditinjau dari
Aspek Akuntabilitas dapat mewadahi berbagai program pemerintah, ditinjau dari
Aspek Peningkatan Taraf Hidup dapat memiliki penghasilan tambahan dari
BUMDes, ditinjau dari Aspek Ketaatan terhadap Undang-undang telah
dilaksanakkan. Sedangkan implikasinya terhadap Kemandirian Ekonomi
Mayarakat yaitu, kinerja BUMDes terkait aspek Pelayanan berimplikasi terhadap
Kemandirian Ekonomi Mayarakat, kinerja BUMDes terkait aspek Akuntabilitas
berimplikasi terhadap Meningkatnya Pendapatan Asli Desa, kinerja BUMDes
terkait aspek Peningkatan Taraf Hidup berimplikasi terhadap pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi pedesaan, kinerja BUMDes terkait aspek Ketaatan
Peraturan Perundang-undangan berimplikasi dalam kemampuan dalam
pengelolaan potensi desa.
Kata Kunci: Kinerja, Kemandirian Ekonomi
PENDAHULUAN
Tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan umum atau
kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan jika kemiskinan dapat dikurangi,
sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat dilakukan melalui
upaya penanggulangan kemiskinan. Masalah kemiskinan dan kesenjangan ini
secara ekonomi, baik antar golongan maupun antar wilayah (perdesaan dan
perkotaan) sangat menarik untuk dibahas. Mengingat sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal diperdesaan, maka perlu dikedepankan pembangunan untuk
perbaikan perekonomian desa dan yang nantinya dapat meningkatkan
kemandirian masyarakat serta mengentaskan kemiskinan. Dalam pengentasan
kemiskinan, Negara Indonesia memiliki bermacam strategi salah satunya adalah
2
pemebrdayaan masyarakat yaitu dengan memaksimalkan masyarakat lokal.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki.
Dan dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan konsep
kebutuhan masyarakat.
Pemerintah telah memberikan solusi perubahan, pada era reformasi
tahun 1999 di putuskan UU 22/1999 (pasal 108) yang mendorong pembentukan
badan usaha atau lembaga yang digunakan untuk mengelola sumber dayanya
secara efisien. Lalu diperjelas oleh PP 72/2005 (pasal 78 ayat 1) yang
menyatakan bahwa “Dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan desa,
Pemerintahan Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa”, karena desa
perlu suatu lembaga untuk mengelola potensinya untuk meningkatkan
perekonomian, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa.
Dalam pendirian BUMDes ini dikenal empat tahapan; Pertama,
pemerintah desa dan masyarakat bersepakat mendirikan BUMDes, lalu diadakan
Pengelolaan BUMDes dan penetapan Persyaratan Pemegang Jabatan, diadakan
pula Monitoring dan Evaluasi, dan yang terakhir diadakan Pelaporan
Pertanggungjawaban Pengelola. Dalam kegiatan harian maka pengelola harus
mengacu pada tata aturan yang sudah disepakati bersama sebagaimana yang
telah tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
BUMDes, serta sesuai prinsip-prinsip tata kelola BUMDes.
Ketimpangan dalam pelaksanaannya, dan hasil yang tidak merata tidak
bisa lepas dari perkembangan program BUMDes. Masih banyak BUMDes yang
gagal, namun banyak pula BUMDes yang berhasil dan mandiri. Sebagai contoh,
kita dapat melihat keberhasilan BUMDes yang tercapai Seperti BUMDes Desa
Sukamaju Kecamatan Lunyuk pada tahun 2012 lalu yang memperoleh
keuntungan sebesar Rp 263,815 juta dengan jumlah deviden sebesar Rp 79,115
juta untuk desa. Kontribusi dari BUMDes tersebut hampir sama besarnya dengan
jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan setiap tahun oleh
pemerintah melalui APBD (Sumbawa Raya, 2013).
Penelitian ini diadakan pada daerah yang memiliki area perdesaan yang
luas yaitu di Kabupaten Tulungagung, di mana merupakan daerah yang memiliki
beragam macam produk lokal yang tersebar di berbagai kecamatan dan desa. Di
Kabupaten Tulungagung, program pemberdayaan masyarakat melalui BUMDes
sudah berjalan namun terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai daerah.
3
Terdapat BUMDes yang berhasil dan masih banyak BUMDes yang gagal
menggali potensi desanya, banyak pula BUMDes yang berhasil meningkatkan
perekonomian desanya dan mendorong kemandirian masyarakat.
Penelitian akan dilaksanakan di lingkup Kabupaten Tulungagung,
mengingat banyaknya desa yang melaksanakan program BUMDes ini serta
masih terjadi ketimpangan antar desa pelaksana program BUMDes. Juga perlu
dilakukan penelitian lebih dalam agar dapat diungkap apakah pada program
BUMDes di Kabupaten Tulungagung, masyarakat lebih terlibat sebagai pelaku
ataukah hanya sebagai obyek. Oleh karena itu, dinilai perlu untuk mengadakan
penelitian mengenai “Analisis Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
dan Implikasinya Bagi Kemandirian Ekonomi” di wilayah Kabupaten
Tulungagung.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kinerja BUMDes
Kinerja BUMDes dapat diukur dari berbagai unsur, antara lain:
1. Tingkat Kooperatif, Partisipasi, dan Emansipasif pengelola dan
masyarakat dalam program pemberdayaan
2. Transparansi, Akuntabilitas, dan Sustainabilitas BUMDes.
3. Implikasi terhadap Kemandirian Ekonomi masyarakat
Menurut Panduan Pendirian dan Pengelolaan (PPP) BUMDes (2007)
perlu dilakukan identifikasi terhadap kinerja dan prospek kedepan. Misalnya:
1. Bagaimana perkembangan omzet penjualan dalam setiap periode
(bulanan/ tahunan)?
2. Bagaimana perolehan laba/rugi pada setiap periode (bulanan/tahunan)?
3. Bagaimana kondisi barang/jasa yang diusahakan (kuantitas, kualitas,
keragaman pilihan, dll)?
4. Bagaimana sistem pelayanannya kepada konsumen?
5. Upaya promosi apa saja yang sudah dilakukan?
6. Di mana letak lokasi usahanya?
7. Mungkinkah suatu unit usaha melakukan ekspansi?
Bila perkembangan omzet penjualan lambat atau perputaran barang/jasa
rendah, berarti unit usaha tersebut ada masalah. Masalah inilah yang harus
segera diatasi agar omzet penjualan bisa meningkat. Tugas mengevaluasi
kinerja unit usaha ini adalah menjadi tanggungjawab manajer unit usaha beserta
pengurus BUMDes.
Dalam penelitian ini output BUMDes berupa kinerja BUMDes dalam
penelitian ini ditinjau melalui beberapa aspek yang merupakan tujuan dari
BUMDes itu sendiri berdasarkan PPP BUMDes (2007), yaitu:
1. Pelayanan–Keuntungan–Keberlangsungan;
4
2. Akuntabilitas–Perkembangan Aset Desa;
3. Peningkatan Taraf Hidup Pengurus–Komisaris–Masyarakat;
4. Ketaatan BUMDes terhadap peraturan dan Perundang–Undangan.
2. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sumaryadi (2005) bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam
pemberdayaan masyarakat,diperlukan adanya suatu pendekatan-pendekatan
dalam pemberdayaan, yaitu:
1. The Welfare Approach : Pendekatan ini mengarah pada pendekatan
manusia dan bukan untuk memberdayakan masyarakat dalam
menghadapi proses politik dan kemiskinan masyarakat, tetapi justru untuk
memperkuat keberdayaan masyarakat yang dilatar belakangi oleh
kekuatan potensi lokal masyarakat.
2. The Development Approach : Pendekatan ini bertujuan untuk
mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan
kemampuan, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat.
3. The Empowerment Approach : Pendekatan yang melihat bahwa
kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha
memberdayakan rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat.
3. Konsep Partisipasi
Mikkelsen dalam Soetomo (2006) bahwa pembangunan pada dasarnya
merupakan proses perubahan dan salah satu bentuk perubahan yang
diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Conyer dalam Soetomo
(2006), mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan
masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri
masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk
melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:
1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi
yang diperlukan.
2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya
sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang
dibutuhkan dalam perencanaan.
3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan
peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk
berpartisipasi.
4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.
5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community
development)
Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka
partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :
5
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas
input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.
3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.
4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi
input.
5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa partisipasi masyarakat merupakan
salah satu variabel yang dapat mempengaruhi proses pemberdayaan
masyarakat, oleh karena itu partisipasi masyarakat dinilai penting dalam proses
pemberdayaan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai pada
keberlangsungan program itu sendiri. Hal ini juga diungkapkan oleh Sulaiman
(1985:6) bahwa partisipasi sosial adalah keterlibatan aktif warga masyarakat
secara perseorangan, kelompok atau dalam kesatuan masyarakat dalam
pembuatan keputusan bersama, perencanaan, dan pelaksanaan program, serta
usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial didalam dan atau
diatur lingkungan masyarakatnya atas dasar rasa dan kesadaran tanggung
jawab sosialnya.
4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan
untuk memajukan partisipasi masyarakat yaitu:
1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang
beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan,
teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian
partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke
bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat
vertical.
2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para
petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan.
3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu
diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan
pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab
atas kegiatan tersebut.
4. Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan
mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang
diambil oleh masyarakat setempat.
5. Strategi Partisipasi Masyarakat
Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat
Desa (LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa
6
dan kelurahan. Tugasnya adalah merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembangunan di kesehatan. Tenaga kesehatan
dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini untuk menjual idenya,
dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program LKPMD.
2. Kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program
kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.
3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat
perencanaannya adalah di desa (LKPMD), dan petugas kesehatan
adalah merupakan motivator dan dinamisatornya.
4. Dokter puskesmas atau petugas kesehatan yang lain dapat membentuk
suatu team work yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-instansi lain.
5. Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah
seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar
puskesmas dapat memonitor dan membimbingnya dengan baik.
Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai pusat
pengembangan untuk desa yang lain.
6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari
tingkat RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah
diorganisasi.
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa metode yang dapat dipakai pada
partisipasi masyarakat sebagai berikut:
1. Pendekatan Masyarakat : diperlukan untuk memperoleh simpati
masyarakat, terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat baik
secara formal dan informal.
2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim)
a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa
b. Tim kerja yang dibentuk tiap RT.
3. Survei Diri (Community Self Survey) : melakukan survei dan diolah serta
dipresentasikan kepada warganya masing-masing.
4. Perencanaan Program : dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah
mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja.dan memecahkan
masalahnya.
5. Training : untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh
dokter puskesmas.
6. Rencana Evaluasi : perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan suatu
program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau
kader kesehatan sendiri.
Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan
gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau
berhasil.
2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh
pengertian yang menumbuhkan kesadaran.
3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.
7
4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati
sendiri tanpa dipaksa orang lain.
5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat
dan penolakan eksternal terhadap pemerintah.
2. Kurangnya dana.
3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat,
dan
4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Konsep kemandirian Ekonomi Masyarakat
Menurut Avilliani (2012) kemandirian ekonomi diartikan sebagai bangsa
yang memiliki ketahanan ekonomi terhadap berbagai macam krisis dan tidak
bergantung pada negara lain. Terkait dengan hal ini Aviliani menyampaikan
beberapa kondisi Indonesia sebagai berikut:
1. Indonesia memiliki banyakpotensi untuk menggerakan perekonomian
nasional, baik Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya
manusia (SDM). Contoh di bidang SDA adalah agro industri dan
sektor riil. Pertanian menjadi penyedia lapangan kerja sebesar (40%
dari total angkatan kerja), tetapi daya saing produk pertanian lemah.
2. Indonesia berhasil melewati krisis ekonomi global (2008) dengan
baik, sejajar dengan Republik Cina (RRC) dan India melalui
pertumbuhan ekonomi yang positif.
Terdapat tiga solusi untuk meningkatkan jati diri dan kemandirian
Ekonomi Bangsa, yaitu:
1. Efisiensi, pemerintah harus menjamin uang APBN dan APBD
dikeluarkan dengan prinsip efisiensi
2. Ekspansi, perusahaan (BUMN) harus melakukan ekspansi pada
sektor strategis dan menasionalisasi beberapa sektor, seperti migas
diserahkan saja ke Pertamina.
3. Penetrasi pasar, dalam hal ini BUMN dan swasta lokal harus
melakukan penetrasi pasar, agar tidak direbut negara lain
Kemandirian ekonomi dapat dimulai dari pembangunan ekonomi lokal
terkait dengan sikap dan langkah pemerintah lokal dalam merancang dan
melaksanakan Local Economic Development (LED) atau Pembangunan Ekonomi
Lokal. Pernyataan ini, senada dengan pendapat Sarbini (1987) yang
menyarankan perlunya reorientasi pembangunan sebagai berikut:
1. Pembangunan diprioritaskan ke perdesaan mengingat populasi
terbesar masyarakat Indonesia berada di perdesaan. Pembangunan
8
perkotaan lebih diarahkan untuk mendukung perekonomian
perdesaan
2. Pengembangan kapasitas SDM perdesaan secara intens dan
peningkatan produktivitas masyarakat melalui teknologi madya dan
pemerataan penguasaan alat produksi
3. Pengembangan industrialisasi perdesaan yang berorientasi
pemenuhan kebutuhan pasar domestik ataupun pasar luar
4. Penataan kembali usaha budidaya pertanian agar bisa memenuhi
skala yang ekonomis.
Hal tersebut diperkuat oleh Department For International Development
(2003) yang menyatakan bahwa LED berarti bekerja secara langsung
membangun kekuatan ekonomi lokal suatu wilayah untuk memperbaiki ekonomi
tersebut dan kualitas hidup masyarakat dimasa depan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Hal ini disebabkan karena peneliti berkeinginan
kuat untuk penghayatan (verstehen), memahami dan mengamati secara lebih
mendalam dan juga melakukan eksplorasi (penggalian) yang lebih dalam dan
pengungkapan (eksplore) secara detail dan luas tentang bagaimana Kinerja
BUMDes di Kabupaten Tulungagung dan implikasinya bagi Kemandirian
ekonomi masyarakat.
Penelitian ini didalam menganalisis data menggunakan model Miles and
Huberman. Dalam menganalisa data Miles dan Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Lebih lanjut Miles dan Huberman
mengklasifikasikan aktivitas dalam menganalisa data kedalam tahapan sebagai
berikut: data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
PEMBAHASAN
6.1 Kinerja BUMDes di Kabupaten Tulungagung
6.1.1 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Layanan-Keuntungan-Keberlangsungan
BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial (sosial institution) dan komersial (commmercial
institutions). Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus
selalu ditekankan. Dengan demikian diharapkan keberadaan BUMDes mampu
mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan.
Menurut PKDSP (2007), yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah
jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti: 1) usaha jasa
keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya; 2)
penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa; 3) Perdagangan hasil
pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
agrobisnis; 4) Industri dan kerajinan rakyat.
9
Berdasarkan informasi dari beberapa informan bahwa layanan BUMDes
di Kabupaten Tulungagung dilaksanakan dengan profesional dan fleksible, hal ini
dapat meningkatkan produktivitas masyarakat desa tersebut serta
pengembangan usaha riil pada BUMDes dapat menyerap tenaga kerja lebih
besar dam meningkatkan pendapatan. Selain pendapatan jasa dari usaha
pinjam, usaha riil juga bisa memicu pertumbuhan sektor informal lainnya serta
dapat mendorong kreatifitas jiwa kewirausahaan masyrakat dalam berkarya.
Keuntungan dari usaha-usaha riil yang di bentuk oleh BUMDes yang sesuai
dengan potensi yang ada didesa, sehingga dapat memaksimalkan keunggulam
dan keuntungan yang akan berdampak pada masyarakat sekitar sehingga dapat
dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat yang mengelola usaha-usaha
BUMDes.
Dari seluruh penjabaran sebelumnya, diketahui bahwa kinerja BUMDes
yang baik dapat ditinjau dari hubungan antara layanan, keuntungan, dan
keberlangsungannya. kualitas layanan yang diberikan pada masyarakat sangat
mempengaruhi aspek yang lain. Dari pelayanan yang baik akan memicu
masyarakat untuk ikut berpartisipasi pada BUMDes, kenaikan jumlah nasabah
juga akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan akhirnya keuntungan yang
diperoleh juga akan mengalami kenaikan. Pendapatan dan keuntungan yang
stabil dan terus meningkat akan menjaga keberlangsungan BUMDes itu sendiri.
Namun, disisi lain pelayanan BUMDes yang berazas kekeluargaan ini juga
terkadang menimbulkan masalah, kemudahan–kemudahan yang diberikan
pengurus BUMDes terkadang dinilai tidak sesuai standar operasional. Proses
pengajuan pinjaman, pencairan dana, hingga pengembalian angsuran terkadang
dilaksanakan tidak pada tempatnya walaupun segala transaksi tetap dicatat
dalam pembukuan BUMDes. Kemudahan pinjaman dan layanan kekeluargaan
memang merupakan tujuan utama BUMDes, namun akan lebih baik jika sebuah
BUMDes memiliki batasan-batasan sehingga akan tercipta ketertiban
administrasi, yang juga akan memicu ketertiban pembayaran oleh nasabah –
nasabahnya.
6.1.2 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Akuntabilitas-Perkembangan Aset Desa
Menurut Hayyuna, dkk (2012) mengemukakan bahwa salah satu cara
untuk menyukseskan pembangunan di desa adalah dengan meningkatkan
pendapatan desa. Besar kecilnya pendapatan desa dipengaruhi oleh strategi
yang dilakukan oleh BUMDES dalam mengelola dan memaksimalkan aset-aset
yang ada di desa. Karena menurut PP no 72 tahun 2005 pasal 78 Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) merupakan badan usaha yang dibentuk dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli desa.
Strategi-strategi yang dilakukan untuk meningkatkan aset desa menurut
Hayyuna, dkk (2012) bahwa perlu ada strategi melalui:
Pertama, mengamati lingkungan yang hasilnya dapat mengetahui potensi
kegiatan usaha apa yang sesuai untuk diterapkan di BUMDes. Adapun strategi
10
yang dapat digunakan oleh BUMDes meliputi strategi pengembangan produk,
penetapan harga dan strategi keuangan.
Kedua, Penyusunan strategi, 1) Pengembangan Produk, 2) Penetapan
Harga, 3) Strategi Keuangan.
Ketiga, Pelaksanaan Strategi, yang dilakukan di Kabupaten Tulungagung
dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh BUMDes dapat
berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan desa.
Keempat, Evaluasi atau Kontrol, yang dilakukan oleh Kepala Desa hal
tersebut dikarenakan Kepala Desa diberi wewenang oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung untuk mengawasi serta bertanggung jawab atas BUMDes di desa.
Dari penelitian yang di laksanakan ini diambil kesimpulan bahwa Strategi
manajemen aset (peningkatan akuntabilitas) yang telah dilakukan oleh BUMDES
di Kabupaten Tulungagung ini telah berkontribusi sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan desa dari tahun 2011-2013.
Dari peningkatan akuntabilitas BUMDes yang dilakukan tersebut, aset
desa dapat terselamatkan. Semua program bantuan dari pemerintah yang turun
dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijaga keberadaannya. Dengan
BUMDes yang berperan sebagai wadah untuk program-program lainnya, maka
diharapkan nantinya seluruh aset desa yang didapat bisa tercatat.
dipertanggungjawabkan dan dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan
BUMDes itu sendiri.
6.1.3 Kinerja BUMDes Ditinjau dari peningkatan Taraf Hidup Pengurus –
Komisaris – Masyarakat
Mengacu pada salah satu tujuan BUMDes yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian, maka dapat
diidentifikasi salah satu kinerja BUMDes dapat ditinjau dari peningkatan taraf
hidup pengurus, komisaris dan masyarakat. Dengan terbentuknya BUMDes di
desa-desa tentunya akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat yang ikut
andil dalam pengelolaan BUMDes, yang hakikatnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat desa setempat. Dan diharapkan BUMDes tersebut
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakatnya,
seperti halnya antara lain dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan desa
setempat, sehingga menurunkan tingkat pengangguran di desa.
Selain pemberian dana ang teratur dari BUMDes untuk meningkatkan
sumber daya manusia harus dilakukan juga pelatihan peningkatan kemampuan
keterampilan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pengurus yang
nantinya ilmu dan wawasan tersebut dapat bermanfaat bagi pengurus dan dapat
digunakan untuk meningkatkan pendapatan jika semalin profesional maka
nantinya akan meningkatkan kualitas dan kinerja BUMDes, serta dapat menjaga
keberlangsungan program BUMDes di desa tersebut.
6.1.4 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Ketaatan Pada Peraturan dan Perundang-
undangan
11
Selain dua tinjauan kinerja BUMDes yang telah dikemukakan
sebelumnya, kinerja BUMDes yang lain ditinjau dari bagaimana BUMDes
mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Seluruh aspek
BUMDes diatur dalam perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah,
kepatuhan pada standar operasional dapat menentukan baik atau buruknya
perkembangan BUMDes. Secara sederhana ketaatan peraturan ini dapat
digambarkan dengan pelaporan tahunan.
Pada pengelolaan BUMDes yang baik, undang-undang dan peraturan
pemerintah menjadi acuan untuk menjaga keberlangsungan dan kinerja
BUMDes agar tetap maksimal. Kepatuhan pengurus BUMDes terhadap
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku merupakan salah satu aspek
tinjauan kinerja suatu BUMDes karena dengan pengelolaan yang sesuai
prosedur akan didapat hasil maksimal yang dapat menguntungkan untuk
BUMDes, tapi disisi lain masyarakat juga terbantu dan pada akhirnya masyarakat
mengalami peningkatan kesejahteraan dan pendapatan dari pengembangan
perekonomiannya yang didukung oleh BUMDes di desa tersebut. BUMDes yang
dikelola sesuai prosedur dan peraturan akan berjalan baik, dapat dilaporkan dan
akan terus berkembang untuk ikut berpartisipasi mensejahterakan masyarakat
desa.
Pengelolaan BUMDes telah dilakukan sesuai standar operasional,
pelaporan keuangan, pelayanan, pembagian SHU, penetapan bunga dan
standar persyaratan peminjaman dana telah dilaksanakan sesuai peraturan.
Namun seringkali kredit macet tetap dialami karena nasabah tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman, hal ini disebabkan karena standar operasional
dalam pelayanan dilaksanakan berazaskan kekeluargaan dan jaminan
kepercayaan, sehingga kemampuan nasabah hanya akan bisa dinilai malalui
data historis ketika nasabah telah mampu mengembalikan dana pinjaman.
6.2 Implikasi BUMdes terhadap kemandirian Ekonomi Masyarakat di
Kabupaten Tulungagung
6.2.1Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Perekonomian Desa
Dalam hal Kinerja Pelayanan BUMDes, diketahui terdapat perbedaan
layanan antara BUMDes dan lembaga keuangan mikro lainnya di desa. Pada
BUMDes, pelayanan lebih menitikberatkan kemudahan dengan asas
kekeluargaan dan kepercayaan untuk para nasabahnya. Sedangkan pada
lembaga keuangan mikro lain, proses pinjaman harus dilaksanakan dengan baik
dan sesuai prosedur, tanpa ada pengecualian. Selain itu ditemukan bahwa
bahwa layanan di BUMDes dilaksanakan dengan profesional dan fleksibel,,
prosedur yang digunakan lebih ringkas sehingga tidak membebani nasabahnya,
kemudahan–kemudahan pada persyaratan pinjamannya serta tingkat bunga
yang relatif rendah.
Dalam hal Kinerja Keuntungan BUMDes, ditemukan bahwa keuntungan
atau pendapatan BUMDes juga dipengaruhi oleh pendapatan yang diterima dari
usaha BUMDes yang lain seperti usaha-usaha riil yang dikelola oleh BUMDes
12
tersebut. Usaha BUMDes pun dapat dibentuk sesuai potensi yang ada didesa,
sehingga dapat memaksimalkan keunggulan dan keuntungan. Perkembangan
usaha riil BUMDes ini pun berdampak pada masyarakat sekitar, usaha ini dapat
menjadikan sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat yang mengelola
usaha-usaha BUMDes.
Implikasi Kinerja Pelayanan, Keuntungan dan Keberlanjutan BUMDes di
salah satu BUMDes di Kabupaten Tulungagung ditemukan memiliki pengaruh
dalam Peningkatkan Perekonomian Desa. Pelayanan yang dilakukan BUMDes di
Kabupaten Tulungagung ini dapat meningkatkan produktivitas para nasabahnya,
karena untuk mendapatkan pinjaman tidak diperlukan waktu yang lama dan
proses yang berbelit-belit. Dan pada akhirnya produksi dapat segera dilakukan
setelah bahan telah dibeli menggunakan uang pinjaman dari BUMDes tersebut.
6.2.2 Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa
Dalam hal kinerja Akuntanbilitas BUMDes diketahui bahwa strategi
managemen aset (peningkatan akuntabilitas) yang telah dilakukan BUMDes di
Kabupaten Tulungagung ini telah berkontribusi sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan desa dari tahun 2011-2013. Selain itu, dari total jumlah BUMDes di
Kabupaten Tulungagung lebih dari 50% BUMDes sudah dapat mewadahi
program-program bantuan lainnya yang didapat dari pemerintah dan membantu
mewadahi dana-dana program pemerintah yang masuk ke desa secara tidak
langsung akan turut menjaga aset desa.
Melalui program BUMDes ini telah menyumbang Pendapatan Asli Desa
(PADes) di mana strategi yang dilakukan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan pendapatan desa. Sebagian besar BUMDes yang terdapat di
Kabupaten Tulungagung membawa dampak yang positif, contohnya yaitu dapat
mewadahi program-program bantuan pemerintah, menjaga aset-aset program
yang ada serta menjaga aset desa itu sendiri.
Meningkatnya PADes tersebut, ditemukan masih terdapat beberapa
hambatan dalam pengelolaannya. Faktor penghambat dari segi managemen
aset yang dilakukan oleh BUMDes, yaitu mengenai kesulitan dalam melakukan
perkembangan usaha baru, terbatasnya inovasi dalam mengembangkan produk
lokal, kurangnya sarana dan prasarana, rendahnya pengawasandari Pemerintah
Daerah Kabupaten.
6.2.3 Implikasi BUMDes sebagai Tulang Punggung Pertumbuhan dan
Pemerataan Ekonomi Pedesaan
Diketahui bahwa Kinerja BUMDes terkait Aspek Peningkatan
Taraf Hidup Pengurus-Komisaris-Masyarakat dinilai berimplikasi terhadap
Kemandirian Ekonomi Masyarakat khususnya dalam hal kemampuan sebagai
Tulang Punggung pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Pedesaan. Implikasi
Kinerja dalam Peningkatan Taraf Hidup Pengurus, Komisaris dan Masyarakat
tersebut dinilai merupakan bentuk keberhasilan BUMDes menjadi Tulang
Punggung Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Perdesaan. Mengacu pada
salah satu tujuan BUMDes yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
13
menumbuhkan perekonomian, maka dapat diidentifikasi salah satu kinerja
BUMDes dapat ditinjau dari peningkatan taraf hidup pengurus, komisaris dan
masyarakat. Disediakan honor dari hasil pengelolaan BUMDes, yang merupakan
sumber penghasilan tambahan bagi para pengurus dan komisaris BUMDes,
yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masing-masing pengurus dan
komisaris.
Selain kemampuan menjadi Tulang Punggung Pertumbuhan dan
Pemerataan Ekonomi Pedesaan yang dicapai BUMDes tersebut masih
ditemukan kekurangan dalam pelaksanaannya, antara lain masih kurangnya
sumber daya terdidik, terlatih dan profesional untuk mendukung diversivikasi
usaha BUMDes pada sektor riil selain pada sektor simpan pinjam. Selain itu,
kinerja yang baik akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan BUMDes,
secara otomatis pendapatan pengurus dan komisaris BUMDes akan meningkat.
Namun disisi lain, manfaat tak langsung belum nampak, kurangnya minat,
kemampuan, dan keberanian merupakan penyebab rendahnya jumlah
masyarakat pekerja yang berani untuk berwirausaha sendiri sehingga baik dari
pihak pengurus maupun pihak masyarakat masih kurang kesadaran dalam
mewujudkan pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya di sektor riil dan
usaha mikro.
6.2.4 Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Pengolahan Potensi Desa Sesuai
Dengan Kebutuhan Masyarakat
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Kinerja BUMDes terutama Kinerja
BUMDes terkait Aspek Ketaatan pada Peraturan Perundang-Undangan dinilai
berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Masyarakat khususnya dalam hal
Kemampuan dalam Pengolahan Potensi Desa Sesuai Dengan Kebutuhan
Masyarakat. Pengelolaan BUMDes telah dilakukan sesuai standar operasional,
pelaporan keuangan, pelayanan, pembagian SHU,penetapan bunga dan standar
persyaratan peminjaman dana telah dilaksanakan sesuai peraturan.
Namun, terlepas dari capaian tersebut, dalam pelaksanaannya masih
terjadi ketidakpahaman masyarakat tentang maksud dan tujuan didirikannya
BUMDes ini. BUMDes yang harusnya berperan sebagai stimulan untuk
menumbuh kembangkan swadaya masyarakat, justru menjadi tempat
bergantung oleh segelintir masyarakat yang mengharapkan dana hibah dari
pemerintah dan mengganggap dana tersebut tidak perlu dikembalikan karena
merupakan hibah dari pemerintah.
Stabilitas pendapatan BUMDes tidak selalu baik, terkadang banyak
masalah bermunculan seiring dengan perkembangannya, Mulai dari masalah di
program simpan pinjam, sampai pada usaha riil BUMDes. Banyaknya kredit
macet juga dialami mayoritas BUMDes di Kabupaten Tulungagung, namun
mengingat BUMDes membawa misi sosial dari pemerintah, tidak ada target
ketepatan waktu dalam pengembalian modal usaha (dana pinjaman) seperti
pada lembaga keuangan pada umumnya.
14
Selain masih ditemuikannya pola pikir masyarakat yang kurang baik,
yang membuat tingkat pengembalian dana menurun. Terkadang, terjadi juga
kesalahpahaman antara pemerintah dengan pengelola BUMDes, yang
menyebabkan berbagai masalah seperti kesalahan penggunaan dana hingga
dana yang hilang karena sebab-sebab tertentu. Kesalahan prosedural pernah
dialami pada salah satu BUMDes di Kabupaten Tulungagung, dikarenakan
penyaluran dana yang kurang tepat sasaran, sehingga nasabah tidak dapat
mengembalikan dana pinjaman dan hasilnya 70% program tidak dapat
berkembang dan mati ditengah jalan.
Lebih lanjut, ditemukan salah satu faktor penghambat yang paling
dominan adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar, akibatnya justru
menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola
dan menjalankan mesin ekonomi di perdesaan. Sistem dan mekanisme
kelembagaan ekonomi di perdesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat
kemandirian
SARAN
Berdasarkan kesimpulan terkait Kinerja BUMDes dan Implikasinya
terhadap Kemandirian Ekonomi Masyarakat yang telah dikemukakan
sebelumnya, saran yang dapat diberikan di tiap aspek antara lain;
1. Mengacu pada Kinerja Pelayanan, Keuntungan dan Keberlanjutan
terkait standar operasional yang masih kurang baik, maka perlu
ditingkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan-pelatihan manajemen
dan administrasi untuk para pengelola atau pengurus juga dilakukan
pengawasan dari pihak di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(BPMD), agar tetap tercipta standar pelayanan yang tetap fleksibel
namun memiliki wibawa, batasan-batasan tegas dan selektif serta
mampu mencari solusi terbaik dari setiap kasus.
Selanjutnya mengacu pada Kinerja Aspek Akuntabilitas dan
Perkembangan Aset Desa terkait alokasi SHU terhadap PADes yang
masih kurang, maka perlu dibuat suatu standar operasional, baik
pada layanan, administrasi, maupun manajemen pada BUMDes,
agar dana dari program-program lain yang diwadahi oleh BUMDes
dapat terjaga dan meminimalisir kredit macet, selain itu peningkatan
keuntungan dari besarnya jumlah nasabah dapat tewujud dan alokasi
dana desa dapat ditingkatkan sehingga dapat menyumbang PADes
lebih besar.
2. Mengacu pada Kinerja Aspek Peningkatan Taraf Hidup terkait masih
rendahnya minat, kemampuan dan kesadaran pengelola BUMDes
dan masyarakat untuk berfokus pada pembangunan usaha sektor riil
dan tidak hanya berfokus pada sektor simpan pinjam maka perlu
diberikan sosialisasi pentingnya kemandirian berwirausaha pada
masyarakat dan konsultasi mengenai potensi bisnis yang dapat
15
dijalannya. Selain itu dapat dilakukan pelatihan-pelatihan ketrampilan
dan kewirausahaan yang intensif baik secara kuantitas dan kualitas
untuk pengurus yang terlibat dalam BUMDes maupun masyarakat
sekitar agar dapat mengubah pola pikir masyarakat pekerja untuk
lebih berani membuka usaha baru. Selain itu, diperlukan adanya
pembagian kerja yang lebih spesifik dalam pengurus BUMDes di
mana sebaiknya ada sumber daya khusus yang dipecah menjadi dua
bagian yaitu bagian yang fokus pada usaha sektor simpan pinjam
dan ada bagian yang berfokus pada pengembangan sektor riil yang
dikelola BUMDes sendiri sehingga BUMDes dapat lebih berkembang
dan berkelanjutan.
Selanjutnya mengacu pada Kinerja Ketaatan terhadap Peraturan
Perundang-Undangan terkait tingkat pengembalian dana, maka
pengurus BUMDes hendaknya lebih bijak dan bisa memilih prioritas,
sehingga tidak ada dana yang terbuang percuma. Selain itu, perlu
ada standarisasi persyaratan, prioritas, prosedur dan peraturannya
yang harus dibuat untuk calon nasabah, juga perlunya seleksi calon
nasabah agar didapat nasabah yang memang benar-benar
membutuhkan dana usaha yang dampaknya dapat mengantispasi
terjadinya kredit macet. Lebih lanjut, selain melalui prosedur
pelaporan perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas
pengawasan secara langsung dari di Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (BPMD) serta Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Pusat agar prosedur penanganan kredit
macet tetap dilakukan.

More Related Content

What's hot

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanDadang Solihin
 
Logframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka LogisLogframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka LogisArsad Rahim Ali
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Identifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisIdentifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisardinmarL
 
Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaFormasi Org
 
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaContoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaAbu Amar Fikri
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaPemdes Seboro Sadang
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDadang Solihin
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Salma Van Licht
 
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.SiBab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.SiUbaidillah Armok
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Dadang Solihin
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaDadang Solihin
 
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Makalah PROSES PERENCANAAN
Makalah PROSES PERENCANAAN Makalah PROSES PERENCANAAN
Makalah PROSES PERENCANAAN febi diostovel
 
Program Inovasi Desa
Program Inovasi DesaProgram Inovasi Desa
Program Inovasi DesaEka Saputra
 
Keuangan publik
Keuangan publikKeuangan publik
Keuangan publikAry Efendi
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjkppnpelaihari
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahRandy Wrihatnolo
 

What's hot (20)

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
 
Logframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka LogisLogframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka Logis
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Identifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategisIdentifikasi dan kerangka isu strategis
Identifikasi dan kerangka isu strategis
 
Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik DesaBadan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa
 
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaContoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswa
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
 
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.SiBab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa
 
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
 
Makalah PROSES PERENCANAAN
Makalah PROSES PERENCANAAN Makalah PROSES PERENCANAAN
Makalah PROSES PERENCANAAN
 
Program Inovasi Desa
Program Inovasi DesaProgram Inovasi Desa
Program Inovasi Desa
 
Keuangan publik
Keuangan publikKeuangan publik
Keuangan publik
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
 

Viewers also liked

Badan usaha milik desa (bum des) ok
Badan usaha milik desa (bum des)  okBadan usaha milik desa (bum des)  ok
Badan usaha milik desa (bum des) okaris gunawan
 
Sosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSyamsul Azha
 
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESA
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESAIMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESA
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESAdzikry muhammad
 
11. pengelolaan bum desa
11. pengelolaan bum desa11. pengelolaan bum desa
11. pengelolaan bum desakeuangandesa
 
13. bum desa bersama
13. bum desa bersama13. bum desa bersama
13. bum desa bersamakeuangandesa
 
10. organisasi bum desa
10. organisasi bum desa10. organisasi bum desa
10. organisasi bum desakeuangandesa
 
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desakeuangandesa
 
22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasikeuangandesa
 
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desa
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desaPemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desa
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desariyanto apri
 
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desa
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desaMendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desa
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desaibnu istiawan
 
Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesibnu istiawan
 

Viewers also liked (12)

Panduan BUMDes
Panduan BUMDesPanduan BUMDes
Panduan BUMDes
 
Badan usaha milik desa (bum des) ok
Badan usaha milik desa (bum des)  okBadan usaha milik desa (bum des)  ok
Badan usaha milik desa (bum des) ok
 
Sosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM DesaSosialisasi BUM Desa
Sosialisasi BUM Desa
 
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESA
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESAIMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESA
IMPLEMENTASI HASIL PERENCANAAN KE DALAM RANCANGAN APB-DESA
 
11. pengelolaan bum desa
11. pengelolaan bum desa11. pengelolaan bum desa
11. pengelolaan bum desa
 
13. bum desa bersama
13. bum desa bersama13. bum desa bersama
13. bum desa bersama
 
10. organisasi bum desa
10. organisasi bum desa10. organisasi bum desa
10. organisasi bum desa
 
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa12. klasifikasi jenis usaha bum desa
12. klasifikasi jenis usaha bum desa
 
22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi22. bumdes dalam alur regulasi
22. bumdes dalam alur regulasi
 
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desa
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desaPemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desa
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan bum desa
 
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desa
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desaMendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desa
Mendorong bu mdes-menjadi-kekuatan-baru-ekonomi-desa
 
Penguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdesPenguatan kelembagaan bumdes
Penguatan kelembagaan bumdes
 

Similar to ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMANDIRIAN EKONOMI

Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6AbdulAzizm5
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Fardyansjah Hasan
 
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...rezhadsp
 
Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014Erwin Ginanjar
 
Tema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan MasyarakatTema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan MasyarakatAyu Pitas
 
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptx
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptxSPB 2.2 Revolusi Mental.pptx
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptxadkusn1
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatSafira Sahida
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spnurul khaiva
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatsamiaji
 
Dokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalDokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalRisqi Tomy
 
Pnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanPnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanBeta Iriawan
 

Similar to ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMANDIRIAN EKONOMI (20)

Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
 
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...
Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan d...
 
Jurnal.
Jurnal.Jurnal.
Jurnal.
 
Jurnal1
Jurnal1Jurnal1
Jurnal1
 
Props ppm-pemberdayaan-uep
Props ppm-pemberdayaan-uepProps ppm-pemberdayaan-uep
Props ppm-pemberdayaan-uep
 
Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014
 
Tema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan MasyarakatTema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan Masyarakat
 
Metode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasiMetode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasi
 
Metode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasiMetode pengembangan partisipasi
Metode pengembangan partisipasi
 
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptx
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptxSPB 2.2 Revolusi Mental.pptx
SPB 2.2 Revolusi Mental.pptx
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
 
Bidan sebagai social entrepreneur
Bidan  sebagai  social entrepreneurBidan  sebagai  social entrepreneur
Bidan sebagai social entrepreneur
 
kebijakan publik
kebijakan publikkebijakan publik
kebijakan publik
 
Ppt modul(1)(1)
Ppt modul(1)(1)Ppt modul(1)(1)
Ppt modul(1)(1)
 
Samiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibilitySamiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibility
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik sp
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
 
Dokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm finalDokumen roadmap pnpm final
Dokumen roadmap pnpm final
 
Pnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaanPnpm mandiri pedesaan
Pnpm mandiri pedesaan
 

Recently uploaded

Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxZainul Ulum
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxhartonohajar
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...ngrecopemdes
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 

Recently uploaded (8)

Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 

ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMANDIRIAN EKONOMI

  • 1. 1 ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMANDIRIAN EKONOMI (Studi di Kabupaten Tulungagung) Mahendra Adi Nugraha, SE Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan menganalisis implikasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terhadap kemandirian ekonomi pada Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini lebih difokuskan pada kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Tulungagung dan implikasinya bagi kemandirian ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus (case study). Sumber data berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen-dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif Miles and Huberman yaitu mereduksi data, menyajikan data serta menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian ini di deskripsikan bahwa kinerja BUMDes ditinjau dari Aspek Pelayanan dapat melayani masyarakat dengan baik, ditinjau dari Aspek Akuntabilitas dapat mewadahi berbagai program pemerintah, ditinjau dari Aspek Peningkatan Taraf Hidup dapat memiliki penghasilan tambahan dari BUMDes, ditinjau dari Aspek Ketaatan terhadap Undang-undang telah dilaksanakkan. Sedangkan implikasinya terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat yaitu, kinerja BUMDes terkait aspek Pelayanan berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat, kinerja BUMDes terkait aspek Akuntabilitas berimplikasi terhadap Meningkatnya Pendapatan Asli Desa, kinerja BUMDes terkait aspek Peningkatan Taraf Hidup berimplikasi terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan, kinerja BUMDes terkait aspek Ketaatan Peraturan Perundang-undangan berimplikasi dalam kemampuan dalam pengelolaan potensi desa. Kata Kunci: Kinerja, Kemandirian Ekonomi PENDAHULUAN Tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan jika kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat dilakukan melalui upaya penanggulangan kemiskinan. Masalah kemiskinan dan kesenjangan ini secara ekonomi, baik antar golongan maupun antar wilayah (perdesaan dan perkotaan) sangat menarik untuk dibahas. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal diperdesaan, maka perlu dikedepankan pembangunan untuk perbaikan perekonomian desa dan yang nantinya dapat meningkatkan kemandirian masyarakat serta mengentaskan kemiskinan. Dalam pengentasan kemiskinan, Negara Indonesia memiliki bermacam strategi salah satunya adalah
  • 2. 2 pemebrdayaan masyarakat yaitu dengan memaksimalkan masyarakat lokal. Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki. Dan dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan konsep kebutuhan masyarakat. Pemerintah telah memberikan solusi perubahan, pada era reformasi tahun 1999 di putuskan UU 22/1999 (pasal 108) yang mendorong pembentukan badan usaha atau lembaga yang digunakan untuk mengelola sumber dayanya secara efisien. Lalu diperjelas oleh PP 72/2005 (pasal 78 ayat 1) yang menyatakan bahwa “Dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintahan Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa”, karena desa perlu suatu lembaga untuk mengelola potensinya untuk meningkatkan perekonomian, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Dalam pendirian BUMDes ini dikenal empat tahapan; Pertama, pemerintah desa dan masyarakat bersepakat mendirikan BUMDes, lalu diadakan Pengelolaan BUMDes dan penetapan Persyaratan Pemegang Jabatan, diadakan pula Monitoring dan Evaluasi, dan yang terakhir diadakan Pelaporan Pertanggungjawaban Pengelola. Dalam kegiatan harian maka pengelola harus mengacu pada tata aturan yang sudah disepakati bersama sebagaimana yang telah tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUMDes, serta sesuai prinsip-prinsip tata kelola BUMDes. Ketimpangan dalam pelaksanaannya, dan hasil yang tidak merata tidak bisa lepas dari perkembangan program BUMDes. Masih banyak BUMDes yang gagal, namun banyak pula BUMDes yang berhasil dan mandiri. Sebagai contoh, kita dapat melihat keberhasilan BUMDes yang tercapai Seperti BUMDes Desa Sukamaju Kecamatan Lunyuk pada tahun 2012 lalu yang memperoleh keuntungan sebesar Rp 263,815 juta dengan jumlah deviden sebesar Rp 79,115 juta untuk desa. Kontribusi dari BUMDes tersebut hampir sama besarnya dengan jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan setiap tahun oleh pemerintah melalui APBD (Sumbawa Raya, 2013). Penelitian ini diadakan pada daerah yang memiliki area perdesaan yang luas yaitu di Kabupaten Tulungagung, di mana merupakan daerah yang memiliki beragam macam produk lokal yang tersebar di berbagai kecamatan dan desa. Di Kabupaten Tulungagung, program pemberdayaan masyarakat melalui BUMDes sudah berjalan namun terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai daerah.
  • 3. 3 Terdapat BUMDes yang berhasil dan masih banyak BUMDes yang gagal menggali potensi desanya, banyak pula BUMDes yang berhasil meningkatkan perekonomian desanya dan mendorong kemandirian masyarakat. Penelitian akan dilaksanakan di lingkup Kabupaten Tulungagung, mengingat banyaknya desa yang melaksanakan program BUMDes ini serta masih terjadi ketimpangan antar desa pelaksana program BUMDes. Juga perlu dilakukan penelitian lebih dalam agar dapat diungkap apakah pada program BUMDes di Kabupaten Tulungagung, masyarakat lebih terlibat sebagai pelaku ataukah hanya sebagai obyek. Oleh karena itu, dinilai perlu untuk mengadakan penelitian mengenai “Analisis Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Implikasinya Bagi Kemandirian Ekonomi” di wilayah Kabupaten Tulungagung. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kinerja BUMDes Kinerja BUMDes dapat diukur dari berbagai unsur, antara lain: 1. Tingkat Kooperatif, Partisipasi, dan Emansipasif pengelola dan masyarakat dalam program pemberdayaan 2. Transparansi, Akuntabilitas, dan Sustainabilitas BUMDes. 3. Implikasi terhadap Kemandirian Ekonomi masyarakat Menurut Panduan Pendirian dan Pengelolaan (PPP) BUMDes (2007) perlu dilakukan identifikasi terhadap kinerja dan prospek kedepan. Misalnya: 1. Bagaimana perkembangan omzet penjualan dalam setiap periode (bulanan/ tahunan)? 2. Bagaimana perolehan laba/rugi pada setiap periode (bulanan/tahunan)? 3. Bagaimana kondisi barang/jasa yang diusahakan (kuantitas, kualitas, keragaman pilihan, dll)? 4. Bagaimana sistem pelayanannya kepada konsumen? 5. Upaya promosi apa saja yang sudah dilakukan? 6. Di mana letak lokasi usahanya? 7. Mungkinkah suatu unit usaha melakukan ekspansi? Bila perkembangan omzet penjualan lambat atau perputaran barang/jasa rendah, berarti unit usaha tersebut ada masalah. Masalah inilah yang harus segera diatasi agar omzet penjualan bisa meningkat. Tugas mengevaluasi kinerja unit usaha ini adalah menjadi tanggungjawab manajer unit usaha beserta pengurus BUMDes. Dalam penelitian ini output BUMDes berupa kinerja BUMDes dalam penelitian ini ditinjau melalui beberapa aspek yang merupakan tujuan dari BUMDes itu sendiri berdasarkan PPP BUMDes (2007), yaitu: 1. Pelayanan–Keuntungan–Keberlangsungan;
  • 4. 4 2. Akuntabilitas–Perkembangan Aset Desa; 3. Peningkatan Taraf Hidup Pengurus–Komisaris–Masyarakat; 4. Ketaatan BUMDes terhadap peraturan dan Perundang–Undangan. 2. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Menurut Sumaryadi (2005) bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat,diperlukan adanya suatu pendekatan-pendekatan dalam pemberdayaan, yaitu: 1. The Welfare Approach : Pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan bukan untuk memberdayakan masyarakat dalam menghadapi proses politik dan kemiskinan masyarakat, tetapi justru untuk memperkuat keberdayaan masyarakat yang dilatar belakangi oleh kekuatan potensi lokal masyarakat. 2. The Development Approach : Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat. 3. The Empowerment Approach : Pendekatan yang melihat bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha memberdayakan rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat. 3. Konsep Partisipasi Mikkelsen dalam Soetomo (2006) bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu: 1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. 2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan. 3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi. 4. Perencanaan melalui pemerintah lokal. 5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development) Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :
  • 5. 5 1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya. 2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung. 4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa partisipasi masyarakat merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat, oleh karena itu partisipasi masyarakat dinilai penting dalam proses pemberdayaan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai pada keberlangsungan program itu sendiri. Hal ini juga diungkapkan oleh Sulaiman (1985:6) bahwa partisipasi sosial adalah keterlibatan aktif warga masyarakat secara perseorangan, kelompok atau dalam kesatuan masyarakat dalam pembuatan keputusan bersama, perencanaan, dan pelaksanaan program, serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial didalam dan atau diatur lingkungan masyarakatnya atas dasar rasa dan kesadaran tanggung jawab sosialnya. 4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk memajukan partisipasi masyarakat yaitu: 1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertical. 2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan. 3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. 4. Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat. 5. Strategi Partisipasi Masyarakat Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut: 1. Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa (LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa
  • 6. 6 dan kelurahan. Tugasnya adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembangunan di kesehatan. Tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program LKPMD. 2. Kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain. 3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya adalah di desa (LKPMD), dan petugas kesehatan adalah merupakan motivator dan dinamisatornya. 4. Dokter puskesmas atau petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu team work yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-instansi lain. 5. Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain. 6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat sebagai berikut: 1. Pendekatan Masyarakat : diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat, terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat baik secara formal dan informal. 2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim) a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa b. Tim kerja yang dibentuk tiap RT. 3. Survei Diri (Community Self Survey) : melakukan survei dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya masing-masing. 4. Perencanaan Program : dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja.dan memecahkan masalahnya. 5. Training : untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter puskesmas. 6. Rencana Evaluasi : perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri. Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu: 1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. 2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran. 3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.
  • 7. 7 4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain. 5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama. Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah. 2. Kurangnya dana. 3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan 4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6. Konsep kemandirian Ekonomi Masyarakat Menurut Avilliani (2012) kemandirian ekonomi diartikan sebagai bangsa yang memiliki ketahanan ekonomi terhadap berbagai macam krisis dan tidak bergantung pada negara lain. Terkait dengan hal ini Aviliani menyampaikan beberapa kondisi Indonesia sebagai berikut: 1. Indonesia memiliki banyakpotensi untuk menggerakan perekonomian nasional, baik Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya manusia (SDM). Contoh di bidang SDA adalah agro industri dan sektor riil. Pertanian menjadi penyedia lapangan kerja sebesar (40% dari total angkatan kerja), tetapi daya saing produk pertanian lemah. 2. Indonesia berhasil melewati krisis ekonomi global (2008) dengan baik, sejajar dengan Republik Cina (RRC) dan India melalui pertumbuhan ekonomi yang positif. Terdapat tiga solusi untuk meningkatkan jati diri dan kemandirian Ekonomi Bangsa, yaitu: 1. Efisiensi, pemerintah harus menjamin uang APBN dan APBD dikeluarkan dengan prinsip efisiensi 2. Ekspansi, perusahaan (BUMN) harus melakukan ekspansi pada sektor strategis dan menasionalisasi beberapa sektor, seperti migas diserahkan saja ke Pertamina. 3. Penetrasi pasar, dalam hal ini BUMN dan swasta lokal harus melakukan penetrasi pasar, agar tidak direbut negara lain Kemandirian ekonomi dapat dimulai dari pembangunan ekonomi lokal terkait dengan sikap dan langkah pemerintah lokal dalam merancang dan melaksanakan Local Economic Development (LED) atau Pembangunan Ekonomi Lokal. Pernyataan ini, senada dengan pendapat Sarbini (1987) yang menyarankan perlunya reorientasi pembangunan sebagai berikut: 1. Pembangunan diprioritaskan ke perdesaan mengingat populasi terbesar masyarakat Indonesia berada di perdesaan. Pembangunan
  • 8. 8 perkotaan lebih diarahkan untuk mendukung perekonomian perdesaan 2. Pengembangan kapasitas SDM perdesaan secara intens dan peningkatan produktivitas masyarakat melalui teknologi madya dan pemerataan penguasaan alat produksi 3. Pengembangan industrialisasi perdesaan yang berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar domestik ataupun pasar luar 4. Penataan kembali usaha budidaya pertanian agar bisa memenuhi skala yang ekonomis. Hal tersebut diperkuat oleh Department For International Development (2003) yang menyatakan bahwa LED berarti bekerja secara langsung membangun kekuatan ekonomi lokal suatu wilayah untuk memperbaiki ekonomi tersebut dan kualitas hidup masyarakat dimasa depan. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini disebabkan karena peneliti berkeinginan kuat untuk penghayatan (verstehen), memahami dan mengamati secara lebih mendalam dan juga melakukan eksplorasi (penggalian) yang lebih dalam dan pengungkapan (eksplore) secara detail dan luas tentang bagaimana Kinerja BUMDes di Kabupaten Tulungagung dan implikasinya bagi Kemandirian ekonomi masyarakat. Penelitian ini didalam menganalisis data menggunakan model Miles and Huberman. Dalam menganalisa data Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Lebih lanjut Miles dan Huberman mengklasifikasikan aktivitas dalam menganalisa data kedalam tahapan sebagai berikut: data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. PEMBAHASAN 6.1 Kinerja BUMDes di Kabupaten Tulungagung 6.1.1 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Layanan-Keuntungan-Keberlangsungan BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (sosial institution) dan komersial (commmercial institutions). Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. Dengan demikian diharapkan keberadaan BUMDes mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Menurut PKDSP (2007), yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti: 1) usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya; 2) penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa; 3) Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis; 4) Industri dan kerajinan rakyat.
  • 9. 9 Berdasarkan informasi dari beberapa informan bahwa layanan BUMDes di Kabupaten Tulungagung dilaksanakan dengan profesional dan fleksible, hal ini dapat meningkatkan produktivitas masyarakat desa tersebut serta pengembangan usaha riil pada BUMDes dapat menyerap tenaga kerja lebih besar dam meningkatkan pendapatan. Selain pendapatan jasa dari usaha pinjam, usaha riil juga bisa memicu pertumbuhan sektor informal lainnya serta dapat mendorong kreatifitas jiwa kewirausahaan masyrakat dalam berkarya. Keuntungan dari usaha-usaha riil yang di bentuk oleh BUMDes yang sesuai dengan potensi yang ada didesa, sehingga dapat memaksimalkan keunggulam dan keuntungan yang akan berdampak pada masyarakat sekitar sehingga dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat yang mengelola usaha-usaha BUMDes. Dari seluruh penjabaran sebelumnya, diketahui bahwa kinerja BUMDes yang baik dapat ditinjau dari hubungan antara layanan, keuntungan, dan keberlangsungannya. kualitas layanan yang diberikan pada masyarakat sangat mempengaruhi aspek yang lain. Dari pelayanan yang baik akan memicu masyarakat untuk ikut berpartisipasi pada BUMDes, kenaikan jumlah nasabah juga akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan akhirnya keuntungan yang diperoleh juga akan mengalami kenaikan. Pendapatan dan keuntungan yang stabil dan terus meningkat akan menjaga keberlangsungan BUMDes itu sendiri. Namun, disisi lain pelayanan BUMDes yang berazas kekeluargaan ini juga terkadang menimbulkan masalah, kemudahan–kemudahan yang diberikan pengurus BUMDes terkadang dinilai tidak sesuai standar operasional. Proses pengajuan pinjaman, pencairan dana, hingga pengembalian angsuran terkadang dilaksanakan tidak pada tempatnya walaupun segala transaksi tetap dicatat dalam pembukuan BUMDes. Kemudahan pinjaman dan layanan kekeluargaan memang merupakan tujuan utama BUMDes, namun akan lebih baik jika sebuah BUMDes memiliki batasan-batasan sehingga akan tercipta ketertiban administrasi, yang juga akan memicu ketertiban pembayaran oleh nasabah – nasabahnya. 6.1.2 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Akuntabilitas-Perkembangan Aset Desa Menurut Hayyuna, dkk (2012) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menyukseskan pembangunan di desa adalah dengan meningkatkan pendapatan desa. Besar kecilnya pendapatan desa dipengaruhi oleh strategi yang dilakukan oleh BUMDES dalam mengelola dan memaksimalkan aset-aset yang ada di desa. Karena menurut PP no 72 tahun 2005 pasal 78 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan badan usaha yang dibentuk dalam rangka meningkatkan pendapatan asli desa. Strategi-strategi yang dilakukan untuk meningkatkan aset desa menurut Hayyuna, dkk (2012) bahwa perlu ada strategi melalui: Pertama, mengamati lingkungan yang hasilnya dapat mengetahui potensi kegiatan usaha apa yang sesuai untuk diterapkan di BUMDes. Adapun strategi
  • 10. 10 yang dapat digunakan oleh BUMDes meliputi strategi pengembangan produk, penetapan harga dan strategi keuangan. Kedua, Penyusunan strategi, 1) Pengembangan Produk, 2) Penetapan Harga, 3) Strategi Keuangan. Ketiga, Pelaksanaan Strategi, yang dilakukan di Kabupaten Tulungagung dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh BUMDes dapat berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan desa. Keempat, Evaluasi atau Kontrol, yang dilakukan oleh Kepala Desa hal tersebut dikarenakan Kepala Desa diberi wewenang oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk mengawasi serta bertanggung jawab atas BUMDes di desa. Dari penelitian yang di laksanakan ini diambil kesimpulan bahwa Strategi manajemen aset (peningkatan akuntabilitas) yang telah dilakukan oleh BUMDES di Kabupaten Tulungagung ini telah berkontribusi sekaligus dapat meningkatkan pendapatan desa dari tahun 2011-2013. Dari peningkatan akuntabilitas BUMDes yang dilakukan tersebut, aset desa dapat terselamatkan. Semua program bantuan dari pemerintah yang turun dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijaga keberadaannya. Dengan BUMDes yang berperan sebagai wadah untuk program-program lainnya, maka diharapkan nantinya seluruh aset desa yang didapat bisa tercatat. dipertanggungjawabkan dan dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan BUMDes itu sendiri. 6.1.3 Kinerja BUMDes Ditinjau dari peningkatan Taraf Hidup Pengurus – Komisaris – Masyarakat Mengacu pada salah satu tujuan BUMDes yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian, maka dapat diidentifikasi salah satu kinerja BUMDes dapat ditinjau dari peningkatan taraf hidup pengurus, komisaris dan masyarakat. Dengan terbentuknya BUMDes di desa-desa tentunya akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat yang ikut andil dalam pengelolaan BUMDes, yang hakikatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa setempat. Dan diharapkan BUMDes tersebut memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakatnya, seperti halnya antara lain dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan desa setempat, sehingga menurunkan tingkat pengangguran di desa. Selain pemberian dana ang teratur dari BUMDes untuk meningkatkan sumber daya manusia harus dilakukan juga pelatihan peningkatan kemampuan keterampilan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pengurus yang nantinya ilmu dan wawasan tersebut dapat bermanfaat bagi pengurus dan dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan jika semalin profesional maka nantinya akan meningkatkan kualitas dan kinerja BUMDes, serta dapat menjaga keberlangsungan program BUMDes di desa tersebut. 6.1.4 Kinerja BUMDes Ditinjau dari Ketaatan Pada Peraturan dan Perundang- undangan
  • 11. 11 Selain dua tinjauan kinerja BUMDes yang telah dikemukakan sebelumnya, kinerja BUMDes yang lain ditinjau dari bagaimana BUMDes mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Seluruh aspek BUMDes diatur dalam perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, kepatuhan pada standar operasional dapat menentukan baik atau buruknya perkembangan BUMDes. Secara sederhana ketaatan peraturan ini dapat digambarkan dengan pelaporan tahunan. Pada pengelolaan BUMDes yang baik, undang-undang dan peraturan pemerintah menjadi acuan untuk menjaga keberlangsungan dan kinerja BUMDes agar tetap maksimal. Kepatuhan pengurus BUMDes terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku merupakan salah satu aspek tinjauan kinerja suatu BUMDes karena dengan pengelolaan yang sesuai prosedur akan didapat hasil maksimal yang dapat menguntungkan untuk BUMDes, tapi disisi lain masyarakat juga terbantu dan pada akhirnya masyarakat mengalami peningkatan kesejahteraan dan pendapatan dari pengembangan perekonomiannya yang didukung oleh BUMDes di desa tersebut. BUMDes yang dikelola sesuai prosedur dan peraturan akan berjalan baik, dapat dilaporkan dan akan terus berkembang untuk ikut berpartisipasi mensejahterakan masyarakat desa. Pengelolaan BUMDes telah dilakukan sesuai standar operasional, pelaporan keuangan, pelayanan, pembagian SHU, penetapan bunga dan standar persyaratan peminjaman dana telah dilaksanakan sesuai peraturan. Namun seringkali kredit macet tetap dialami karena nasabah tidak mampu mengembalikan dana pinjaman, hal ini disebabkan karena standar operasional dalam pelayanan dilaksanakan berazaskan kekeluargaan dan jaminan kepercayaan, sehingga kemampuan nasabah hanya akan bisa dinilai malalui data historis ketika nasabah telah mampu mengembalikan dana pinjaman. 6.2 Implikasi BUMdes terhadap kemandirian Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tulungagung 6.2.1Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Perekonomian Desa Dalam hal Kinerja Pelayanan BUMDes, diketahui terdapat perbedaan layanan antara BUMDes dan lembaga keuangan mikro lainnya di desa. Pada BUMDes, pelayanan lebih menitikberatkan kemudahan dengan asas kekeluargaan dan kepercayaan untuk para nasabahnya. Sedangkan pada lembaga keuangan mikro lain, proses pinjaman harus dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur, tanpa ada pengecualian. Selain itu ditemukan bahwa bahwa layanan di BUMDes dilaksanakan dengan profesional dan fleksibel,, prosedur yang digunakan lebih ringkas sehingga tidak membebani nasabahnya, kemudahan–kemudahan pada persyaratan pinjamannya serta tingkat bunga yang relatif rendah. Dalam hal Kinerja Keuntungan BUMDes, ditemukan bahwa keuntungan atau pendapatan BUMDes juga dipengaruhi oleh pendapatan yang diterima dari usaha BUMDes yang lain seperti usaha-usaha riil yang dikelola oleh BUMDes
  • 12. 12 tersebut. Usaha BUMDes pun dapat dibentuk sesuai potensi yang ada didesa, sehingga dapat memaksimalkan keunggulan dan keuntungan. Perkembangan usaha riil BUMDes ini pun berdampak pada masyarakat sekitar, usaha ini dapat menjadikan sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat yang mengelola usaha-usaha BUMDes. Implikasi Kinerja Pelayanan, Keuntungan dan Keberlanjutan BUMDes di salah satu BUMDes di Kabupaten Tulungagung ditemukan memiliki pengaruh dalam Peningkatkan Perekonomian Desa. Pelayanan yang dilakukan BUMDes di Kabupaten Tulungagung ini dapat meningkatkan produktivitas para nasabahnya, karena untuk mendapatkan pinjaman tidak diperlukan waktu yang lama dan proses yang berbelit-belit. Dan pada akhirnya produksi dapat segera dilakukan setelah bahan telah dibeli menggunakan uang pinjaman dari BUMDes tersebut. 6.2.2 Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Dalam hal kinerja Akuntanbilitas BUMDes diketahui bahwa strategi managemen aset (peningkatan akuntabilitas) yang telah dilakukan BUMDes di Kabupaten Tulungagung ini telah berkontribusi sekaligus dapat meningkatkan pendapatan desa dari tahun 2011-2013. Selain itu, dari total jumlah BUMDes di Kabupaten Tulungagung lebih dari 50% BUMDes sudah dapat mewadahi program-program bantuan lainnya yang didapat dari pemerintah dan membantu mewadahi dana-dana program pemerintah yang masuk ke desa secara tidak langsung akan turut menjaga aset desa. Melalui program BUMDes ini telah menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes) di mana strategi yang dilakukan dapat berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan desa. Sebagian besar BUMDes yang terdapat di Kabupaten Tulungagung membawa dampak yang positif, contohnya yaitu dapat mewadahi program-program bantuan pemerintah, menjaga aset-aset program yang ada serta menjaga aset desa itu sendiri. Meningkatnya PADes tersebut, ditemukan masih terdapat beberapa hambatan dalam pengelolaannya. Faktor penghambat dari segi managemen aset yang dilakukan oleh BUMDes, yaitu mengenai kesulitan dalam melakukan perkembangan usaha baru, terbatasnya inovasi dalam mengembangkan produk lokal, kurangnya sarana dan prasarana, rendahnya pengawasandari Pemerintah Daerah Kabupaten. 6.2.3 Implikasi BUMDes sebagai Tulang Punggung Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Pedesaan Diketahui bahwa Kinerja BUMDes terkait Aspek Peningkatan Taraf Hidup Pengurus-Komisaris-Masyarakat dinilai berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Masyarakat khususnya dalam hal kemampuan sebagai Tulang Punggung pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Pedesaan. Implikasi Kinerja dalam Peningkatan Taraf Hidup Pengurus, Komisaris dan Masyarakat tersebut dinilai merupakan bentuk keberhasilan BUMDes menjadi Tulang Punggung Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Perdesaan. Mengacu pada salah satu tujuan BUMDes yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
  • 13. 13 menumbuhkan perekonomian, maka dapat diidentifikasi salah satu kinerja BUMDes dapat ditinjau dari peningkatan taraf hidup pengurus, komisaris dan masyarakat. Disediakan honor dari hasil pengelolaan BUMDes, yang merupakan sumber penghasilan tambahan bagi para pengurus dan komisaris BUMDes, yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masing-masing pengurus dan komisaris. Selain kemampuan menjadi Tulang Punggung Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Pedesaan yang dicapai BUMDes tersebut masih ditemukan kekurangan dalam pelaksanaannya, antara lain masih kurangnya sumber daya terdidik, terlatih dan profesional untuk mendukung diversivikasi usaha BUMDes pada sektor riil selain pada sektor simpan pinjam. Selain itu, kinerja yang baik akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan BUMDes, secara otomatis pendapatan pengurus dan komisaris BUMDes akan meningkat. Namun disisi lain, manfaat tak langsung belum nampak, kurangnya minat, kemampuan, dan keberanian merupakan penyebab rendahnya jumlah masyarakat pekerja yang berani untuk berwirausaha sendiri sehingga baik dari pihak pengurus maupun pihak masyarakat masih kurang kesadaran dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya di sektor riil dan usaha mikro. 6.2.4 Implikasi BUMDes dalam Meningkatkan Pengolahan Potensi Desa Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Kinerja BUMDes terutama Kinerja BUMDes terkait Aspek Ketaatan pada Peraturan Perundang-Undangan dinilai berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Masyarakat khususnya dalam hal Kemampuan dalam Pengolahan Potensi Desa Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat. Pengelolaan BUMDes telah dilakukan sesuai standar operasional, pelaporan keuangan, pelayanan, pembagian SHU,penetapan bunga dan standar persyaratan peminjaman dana telah dilaksanakan sesuai peraturan. Namun, terlepas dari capaian tersebut, dalam pelaksanaannya masih terjadi ketidakpahaman masyarakat tentang maksud dan tujuan didirikannya BUMDes ini. BUMDes yang harusnya berperan sebagai stimulan untuk menumbuh kembangkan swadaya masyarakat, justru menjadi tempat bergantung oleh segelintir masyarakat yang mengharapkan dana hibah dari pemerintah dan mengganggap dana tersebut tidak perlu dikembalikan karena merupakan hibah dari pemerintah. Stabilitas pendapatan BUMDes tidak selalu baik, terkadang banyak masalah bermunculan seiring dengan perkembangannya, Mulai dari masalah di program simpan pinjam, sampai pada usaha riil BUMDes. Banyaknya kredit macet juga dialami mayoritas BUMDes di Kabupaten Tulungagung, namun mengingat BUMDes membawa misi sosial dari pemerintah, tidak ada target ketepatan waktu dalam pengembalian modal usaha (dana pinjaman) seperti pada lembaga keuangan pada umumnya.
  • 14. 14 Selain masih ditemuikannya pola pikir masyarakat yang kurang baik, yang membuat tingkat pengembalian dana menurun. Terkadang, terjadi juga kesalahpahaman antara pemerintah dengan pengelola BUMDes, yang menyebabkan berbagai masalah seperti kesalahan penggunaan dana hingga dana yang hilang karena sebab-sebab tertentu. Kesalahan prosedural pernah dialami pada salah satu BUMDes di Kabupaten Tulungagung, dikarenakan penyaluran dana yang kurang tepat sasaran, sehingga nasabah tidak dapat mengembalikan dana pinjaman dan hasilnya 70% program tidak dapat berkembang dan mati ditengah jalan. Lebih lanjut, ditemukan salah satu faktor penghambat yang paling dominan adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin ekonomi di perdesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di perdesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian SARAN Berdasarkan kesimpulan terkait Kinerja BUMDes dan Implikasinya terhadap Kemandirian Ekonomi Masyarakat yang telah dikemukakan sebelumnya, saran yang dapat diberikan di tiap aspek antara lain; 1. Mengacu pada Kinerja Pelayanan, Keuntungan dan Keberlanjutan terkait standar operasional yang masih kurang baik, maka perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan-pelatihan manajemen dan administrasi untuk para pengelola atau pengurus juga dilakukan pengawasan dari pihak di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), agar tetap tercipta standar pelayanan yang tetap fleksibel namun memiliki wibawa, batasan-batasan tegas dan selektif serta mampu mencari solusi terbaik dari setiap kasus. Selanjutnya mengacu pada Kinerja Aspek Akuntabilitas dan Perkembangan Aset Desa terkait alokasi SHU terhadap PADes yang masih kurang, maka perlu dibuat suatu standar operasional, baik pada layanan, administrasi, maupun manajemen pada BUMDes, agar dana dari program-program lain yang diwadahi oleh BUMDes dapat terjaga dan meminimalisir kredit macet, selain itu peningkatan keuntungan dari besarnya jumlah nasabah dapat tewujud dan alokasi dana desa dapat ditingkatkan sehingga dapat menyumbang PADes lebih besar. 2. Mengacu pada Kinerja Aspek Peningkatan Taraf Hidup terkait masih rendahnya minat, kemampuan dan kesadaran pengelola BUMDes dan masyarakat untuk berfokus pada pembangunan usaha sektor riil dan tidak hanya berfokus pada sektor simpan pinjam maka perlu diberikan sosialisasi pentingnya kemandirian berwirausaha pada masyarakat dan konsultasi mengenai potensi bisnis yang dapat
  • 15. 15 dijalannya. Selain itu dapat dilakukan pelatihan-pelatihan ketrampilan dan kewirausahaan yang intensif baik secara kuantitas dan kualitas untuk pengurus yang terlibat dalam BUMDes maupun masyarakat sekitar agar dapat mengubah pola pikir masyarakat pekerja untuk lebih berani membuka usaha baru. Selain itu, diperlukan adanya pembagian kerja yang lebih spesifik dalam pengurus BUMDes di mana sebaiknya ada sumber daya khusus yang dipecah menjadi dua bagian yaitu bagian yang fokus pada usaha sektor simpan pinjam dan ada bagian yang berfokus pada pengembangan sektor riil yang dikelola BUMDes sendiri sehingga BUMDes dapat lebih berkembang dan berkelanjutan. Selanjutnya mengacu pada Kinerja Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-Undangan terkait tingkat pengembalian dana, maka pengurus BUMDes hendaknya lebih bijak dan bisa memilih prioritas, sehingga tidak ada dana yang terbuang percuma. Selain itu, perlu ada standarisasi persyaratan, prioritas, prosedur dan peraturannya yang harus dibuat untuk calon nasabah, juga perlunya seleksi calon nasabah agar didapat nasabah yang memang benar-benar membutuhkan dana usaha yang dampaknya dapat mengantispasi terjadinya kredit macet. Lebih lanjut, selain melalui prosedur pelaporan perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas pengawasan secara langsung dari di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) serta Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Pusat agar prosedur penanganan kredit macet tetap dilakukan.