3. IBADAH HAJI
Merupakan kegiatan ibadah wajib yang memerlukan kesiapan fisik yang
prima karena mengandung aktifitas fisik yang lebih berat dari kegiatan kita
sehari-hari.
Aktivitas fisik yang dimaksud di atas adalah :
1. Sholat 5 waktu di Mesjidil Haram / Mesjid Nabawi :
Berjalan dari pemondokan atau batas masuk kendaraan ke area
Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.
2. Tawaf : Berjalan mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam sebanyak
7 kali.
3. Sa’I : Berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah
sebanyak 7 kali (7 x ± 420 meter = 2, 9 Km).
4. Kegiatan Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina) :
Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah termasuk melontar jumroh
5. Kegiatan lain, seperti : Kegiatan dari daerah asal ke embarkasi, di pesawat,
ziarah selama di Tanah Suci dan kepulangan di Tanah Air.
4. KEBUGARAN JASMANI
Pemeliharaan kebugaran jasmani
bagi Jemaah haji dimaksudkan
sebagai sarana mencapai dan
menjamin kondisi kesehatan
yang optimal menjelang
keberangkatan sampai kembali
ke Tanah Air.
Pelaksanaannya dapat secara
mandiri dan kelompok,
berkesinambungan sejak di
daerah asal, di perjalanan,
embarkasi / debarkasi haji, selama
di Arab Saudi dan
setelah kembali ke Tanah Air.
5. Komponen Kebugaran Jasmani : terdiri dari 2 kelompok yaitu
1. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
Terdiri dari :
a.Daya tahan jantung-paru,
b. Kekuatan dan daya tahan otot,
c. Fleksibilitas
d. Komposisi tubuh.
a. Daya tahan jantung-paru (Cardiorespiratory endurance)
- merupakan komponen yang terpenting dalam penilaian
status kebugaran jasmani atau stamina seseorang dan sangat
dibutuhkan dalam kegiatan ibadah haji
- besarnya daya tahan jantung-paru diukur dengan menilai
volume oksigen maksimal yang dapat digunakan oleh tubuh
(VO2max)
6. b. Kekuatan dan Daya tahan otot (Muscle Strength and
endurance)
- adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang
berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dan
maksimal dalam jangka waktu tertentu
- merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan dan
penurunan kekuatan otot ini akan mengganggu
keseimbangan tubuh dan peningkatan resiko jatuh
- pada kegiatan ibadah haji kekuatan dan daya tahan otot
sangat diperlukan pada tungkai, lengan dan punggung
misalnya saat melakukan tawaf, melontar jumrah, naik turun
tangga , kegiatan yang banyak berdiri dan berjalan,
membawa barang bawaan dsb.
7. c. Fleksibilitas / Kelenturan (Flexibility)
- Adalah kemampuan persendian untuk melakukan
gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal
- keleluasaan gerak tubuh pada persendian sangat
dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon dan ligamen
sekitar sendi serta sendi itu sendiri
- mempengaruhi postur tubuh seseorang,
- mempermudah gerak tubuh,
- mengurangi kekakuan,
- meningkatkan ketrampilan dan
- mengurangi risiko terjadinya cedera.
8. d. Komposisi tubuh (Body composition)
- terdiri dari massa tubuh tanpa lemak dan lemak tubuh.
- Parameternya terdiri dari :
1. Indeks massa tubuh adalah IMT = BB (kg) / TB² (m)
yang menggambarkan proporsi BB terhadap TB atau
Pengukuran Lemak Tubuh Total
< 18,4 : KURUS
18,5 – 25 : NORMAL
25,1 – 27 : GEMUK RINGAN
> 27,1 : GEMUK
2. Lingkaran Pinggang
11. 2. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan
ketrampilan
dari komponen kecepatan gerak, kelincahan,
keseimbangan, waktu/ kecepatan reaksi, koordinasi dan
daya ledak otot.
Berdasarkan hal tersebut diatas, komponen kebugaran
jasmani yang penting bagi jemaah haji adalah :
1. Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi)
2. Kekuatan dan daya tahan otot
3. Kelenturan
4. Keseimbangan
5. Daya ledak otot (power)
12. LATIHAN FISIK BAGI JEMAAH HAJI :
1. Jemaah haji sebaiknya tetap melakukan
aktivitas fisik di rumah setiap hari secara
teratur disesuaikan dgn kondisi kesehatan.
2. Bagi jemaah haji yang bekerja tetap
melakukan aktivitas fisik di tempat kerja
seperti naik turun tangga, berjalan cepat antar
ruangan, dll.
3. Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai
dengan menambah aktivitas fisik dengan
latihan fisik sebelum, selama dan setelah
beribadah haji secara baik, benar, terukur dan
teratur.
4. CJH risti yang akan melakukan latihan fisik
harus dengan pertimbangan medis yang
cukup dengan prinsip aman dan memberikan
manfaat yang optimal, sehingga dapat
meningkatkan kondisi fisik jemaah haji.
13. 1. MANFAAT LATIHAN FISIK :
a. Mengendalikan BB, sehingga menurunkan risiko menjadi obesitas;
b. Mencegah, menurunkan atau mengendalikan tekanan darah tinggi;
c. Mencegah, menurunkan atau mengendalikan gula darah pada DM tipe 2;
d. Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung;
e. Mengurangi risiko penyakit pembuluh darah tepi
f. Meningkatkan kadar kolesterol HDL;
g. Menurunkan kadar kolesterol LDL;
h. Mencegah atau mengurangi risiko osteoporosis pada wanita;
i. Membantu mengendalikan stres / kecemasan serta depresi dan
menimbulkan rasa percaya diri khususnya pada kegiatan yang dilakukan
secara berkelompok;
j. Memperbaiki fleksibiltas otot dan sendi serta memperbaiki postur tubuh
sehingga dapat mencegah nyeri punggung bawah;
k. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko
penyakit menular (misalnya influenza);
l. Meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap
perubahan suhu dan kelembaban lingkungan (aklimatisasi).
14. KONTRA INDIKASI LATIHAN :
a. Kontra Indikasi mutlak :
Pada kondisi ini jemaah haji sama sekali tidak dianjurkan
untuk melakukan latihan fisik.
1. Ada kelainan EKG istirahat ( dengan adanya
kemungkinan infark )
2. Angina Pectoris tidak stabil
3. Aritmia Ventrikel tidak terkontrol
4. Hipertensi tidak terkontrol
5. NIDDM yang tidak terkontrol atau IDDM
6. Thrombophlebitis
7. Infeksi akut
8. Psikosis
15. b. Kontra Indikasi relatif :
Pada kondisi ini jemaah haji dapat melakukan latihan fisik
dengan pengawasan tenaga kesehatan terlatih
1. Hipertensi ≥ 160 / 100 mmHg
2. Kadar gula darah sewaktu ≥ 250 mg/dL
3. Penyakit infeksi kronis (TBC aktif )
4. Gangguan neuro/muskuloskeletal atau radang sendi
16. PRINSIP- PRINSIP LATIHAN FISIK
a. Perlu menerapkan prinsip latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan
teratur guna mencegah timbulnya dampak yang tidak diinginkan.
b. Latihan fisik terdiri dari pemanasan, latihan inti dan diakhiri dengan
pendinginan.
Pemanasan dan pendinginan berupa peregangan dan relaksasi otot serta
sendi serta dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan.
c. Frekuensi latihan fisik dilakukan 3-5 x/minggu dengan selang 1 hari
istirahat.
d. Latihan fisik dilakukan pada intensitas ringan-sedang dengan denyut
nadi : 70 – 80 % x Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk jemaah haji sehat
dan 60 – 70 % x Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk jemaah haji risti.
DNM = 220 – umur.
e. Latihan fisik dilakukan secara bertahap dan bersifat individual, namun
dapat dilakukan secara mandiri dan berkelompok
f. Latihan fisik bagi jemaah haji risti dilakukan dibawah pengawasan tenaga
kesehatan yang terlatih dalam kesehatan olahraga.
19. Berdasarkan prakiraan cuaca, suhu ekstrim ini akan semakin
meningkat antara 43-50 derajat celsius. Jamaah haji yang terpapar
dengan cuaca panas yang ekstrim di Arab Saudi dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang
diakibatkan oleh terjadinya dehidrasi atau kekurangan
cairan yang dapat menimbulkan heat stroke atau
memperburuk penyakit yang telah diderita.
Untuk itu CJH harus melakukan pemeriksaan kesehatan yang
bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan calon jamaah haji
terkena penyakit ketika melaksanakan ibadah Haji di Arab Saudi.
Bila CJH memiliki sejumlah penyakit kronik seperti gangguan paru
kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi
dan penyakit lainnya maka perlu mempersiapkan penanganan,
misalnya membawa obat yang dibutuhkan.
20. HEAT STROKE
1. Kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai lebih dari 40°C atau
lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau
aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh
2. Penyebab
• Kondisi suhu lingkungan yang terlalu tinggi
• Aktivitas yang berlebihan
• memakai pakaian yang terlalu tebal
3. Tanda dan Gejala
• Kenaikan suhu, sampai 40°C atau lebih
• Tidak berkeringat. Jika heat stroke disebabkan oleh karena suhu lingkungan
yang sangat panas,kulit cenderung terasa panas dan kering
• Kemerahan pada kulit
• Nafas menjadi cepat dan terasa berat
• Denyut jantung semakin cepat
• Sakit kepala seperti ditusuk-tusuk
• Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi
• Otot bisa terasa kram, lalu selanjutnya terasa lumpuh
21. 4. Tahapan Heat Stroke
Heat stroke merupakan gabungan dari 2 kondisi serius yang
berhubungan dengan suhu
• Kondisi pertama adalah heat cramp/ kram akibat kenaikan
suhu tubuh, dimana terjadi karena paparan suhu yang sangat
tinggi. Biasanya ditandai dengan keringat berlebihan,
kelelahan, haus, kram otot
• Kondisi yang lain adalah heat exhaustion/ kelelahan akibat
kenaikan suhu tubuh.
Heat exhaustion muncul jika anda tidak mempedulikan gejala
dari ‘heat cramp’ yang muncul gejalanya termasuk sakit
kepala, pusing, kepala terasa ringan, mual, kulit dingin dan
terasa lembab, kram otot
5. Akibat
• Syok, karena aliran darah yang kurang secara tiba-tiba
• kerusakan pada otak dan organ lainnya
• Kematian
22. 6. Cara Pencegahan
• Tetaplah di dalam ruangan yang sejuk jika memungkinkan
• Minum air putih dalam jumlah cukup sebelum melakukan
aktivitas di luar ruangan
• Kurangi mengkonsumsi minuman seperti teh, kopi, alkohol
• Pakailah pakaian yang ringan, longgar, berwarna cerah,
dan menyerap keringat
• Lindungi diri dari matahari dengan menggunakan payung
atau topi saat di luar ruangan
• Jangan berada di luar ruangan pada saat matahari sedang
sangat terik
• Jika melakukan aktivitas di luar ruangan, usahakan untuk
sering minum setiap 15 sampai 20 menit
23. 7. Cara Penanganan Heat Stroke
• Lepaskan pakaian
• Turunkan suhu inti (internal) sampal dengan 39°C
- Gunakan pakaian dingin dan handuk
- Taruh es pada kulit sambil menyemprot
dengan air biasa.
- Gunakan Selimut Pendingin
• Masase pasien untuk meningkatkan sirkulasi
• Posisikan kipas angin listrik sehingga menghembus
pada pasien
• Pantau secara konstan suhu, dan tanda tanda vital
• Berikan oksigen dan pasang infus bila ada
• Segera bawa ke unit pelayanan kesehatan terdekat
24. MERS – CoV
MERS – CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus.
Virus ini merupakan jenis baru dari kelompokCoronavirus (Novel
Corona Virus).
Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di
Arab Saudi.
MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang
disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran
pernapasan mulai dari yg ringan s/d berat. Gejalanya adalah
Demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien
memiliki penyakit ko-morbid.
Median usia 50 tahun (range 2-94 tahun). 61 % kasus laki – laki.
Kasus dengan Ko-morbid
25. Cara penularan MERS-CoV
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak
terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.
Kemungkinan penularannya dapat melalui :
1. Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu
atau bersin.
2. Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi virus.
Negara yang terserang
Ada 9 negara yangtelah melaporkan kasus MERS CoV (Perancis,
Italia,Jordania, Qatar, ArabSaudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni
EmiratArab). Semua kasus berhubungan dgnegara di TimurTengah
(Jazirah Arab),baik secara langsung maupun tidak langsung.
26. Pencegahan dan Pengobatannya
Belum ada vaksin yang tersedia.
Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum ada, dan
pengobatan yang dilakukan tergantung dari kondisi pasien.
Pencegahan dengan PHBS
1. Menghindari kontak erat denganpenderita,
2. Menggunakan masker,
3. Menjaga kebersihan tangan dengan sering CTPS
4. menerapkan etika batuk ketika sakit.
27.
28.
29. 29
PHBS – perilaku Hidup Bersih & Sehat
1. Istirahat Yang Cukup
2. Makan dengan menu gizi seimbang
3. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari
4. Buang sampah pada tempatnya.
5. Menggunakan Air Bersih
6. Menggunakan Jamban Sehat
7. Kesesuaian Luas lantai dgn Jumlah Penghuni
8. Cuci Tangan Pakai Sabun
9. Tidak Merokok di dalam Rumah
30. Persiapan Fisik, Mental dan Material
Tujuan :
1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji
sebelum keberangkatan.
2. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat
selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di
tanah air.
3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular
yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah
haji.
31. Persiapan :
1. Fisik dan Mental :
- Sebelum Keberangkatan
- Selama Ibadah haji
- Setelah Ibadah Haji
2. Material