Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya:
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran: 185)
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada
hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada
Allah Subhanahu
wa
Ta’ala yang
telah
mencurahkan
kenikmatan- kepada kita sehingga kita berkumpul dalam
majelis ini. Kita realisasikan rasa syukur kita dengan
melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya.
َََّّٛ٠ّ ُّْو ّ َّٔف ّ ّذآئِمَ ُّ ّاٌّٛ ّ ّٚإَِّّٔب ّرُٛفََّّْٛ ّأُجُٛزو
ْ ُ َ
ْ َ َ َ ُ ً ْط َ خ ْ َ ْ د
ِ
َّّاٌم١َبِ ّ ّفَّّْٓ ّشدْ صحَّ ّػِّٓ ّاٌَّّ ّ ّٚأُدخًَّ ّاٌجَّٕ َّ ّفَمَدّْ ّفَبش
ْ ِ َ خ َ ُ ِ َ ٕبز َ ْ ِ ْ َ خ
ِ
ِ
ُ
َ َ ْ َ ح ْ ل َ ع ْ ُ ُٚز
ّ ِٚبّاٌذ١َب ُّّاٌدٔ١َبّإِ َِّّّزَب ّّاٌغس
ِ
Artinya:
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami
pribadi dan kepada jamaah semuanya, marilah kita tingkatkan
kualitas iman dan taqwa kita, karena keimanan dan
ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat
nanti.
pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu,
barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan
kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.”
(QS. Ali-Imran: 185)
Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang
dilahirkan-nya seseorang dari rahim ibunya. Kemudian
apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar
setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah
oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh
kenyataan yang tidak bisa dihindari, kenyataan sebuah
seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa
kematian yang akan menjemputnya.
dirinya pasti akan menemui kematian.
3. Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu
akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan
perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral
lain yang lebih abadi.
dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita memerlukan
perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu
perjalanan
yang
menentukan
apakah
kita
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ْ َ َ َ ِ َح
َٝٚ ْاألَخس ُّّخ١ْسٚأَثم
termasuk
penduduk surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita,
yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan
alam akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah
telah bersabda:
ْ ِ َ
ْ َ ُْ ْ ْ
ْ َ ْ َ َ ْل
.ٌَٛرَؼٍََِّّّْٛبّأَػٌٍََُُّّضذىزُُّّْلٍَِ١ ًٌَّّٚجَى١زُُّّْوثِ١سًا
artinya,“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih
ّ kekal.” (QS. Al-A‟la: 17).
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih
memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi
Allah.
Jamaah Jumat yang berbahagia.
“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui,
niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk
(Mutafaq „Alaih)
menyempurnakan perjalanan itu, yaitu dengan melakukan
Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan
ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan marilah kita
alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya niscaya kita
perbanyak taubat dari segala dosa-dosa yang telah kita
lakukan. Seorang penyair berkata:
4. .َّّإٌَِ َّّإِ َّّّ ُّّإٌَِِّّّْ ٍّْٛ ّّظىساد
ل ٗ ل للا
َ َ َ َ ْد
ِ
Lakukanlah bagimu taubat yang penuh pengharapan. Sebelum
kematian dan sebelum dikuncinya lisan. Cepatlah bertaubat
sebelum jiwa ditutup. Taubat itu sempurna bagi pelaku
“Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah, sesungguhnya
kebajikan.
di dalam kematian terdapat rasa sakit.” (HR. Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala‟ berfirman:
٠َبأَ٠َٙبّاٌَّر٠َّّٓءإُِٛاّرُٛثُٛاّإٌَِّٝ ِّّرَٛثَ ًَّّّٔصُٛدب
للا ْ خ
ً
َ َ ِ
Ingatlah di kala nyawa kita dicabut oleh malaikat maut. Nafas
kita tersengal, mulut kita dikunci, anggota badan kita lemah,
pintu taubat telah tertutup bagi kita. Di sekitar kita terdengar
tangisan dan rintihan handai taulan yang kita tinggalkan. Pada
Artinya:
saat itu tidak ada yang bisa menghindarkan kita dari sakaratul
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
maut. Tiada daya dan usaha yang bisa menyelamatkan kita
ّ dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS. At-Tahrim: 8)
dari kematian.
Ingatlah wahai saudaraku.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
Di kala kita merasakan pedihnya kematian maka Rasulullah
ُ َ َ َ ْ َح ْ َ ْد ْ َك
ُ
ِ ْٗ ِ د
ّ ١ٚجآءدّّْظىسُّّاٌّٛ ّّثِبٌذ ّّذٌِهَِّّبوٕذَِّّٕ ُّّرَذ
ِ
َ َ َ
sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.
wa Ta’ala telah bersabda,
Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaaf: 19)
Allah juga berfirman, artinya,
5. ُ َ َْْ ُ ِ ْ
ُ َ ْ
ُٚج ُ َ َ ح
ّأَ٠َّٕبّرَىُٛٔٛاّ٠ُدزوى ّّاٌّٛدٌَُّّّّْٚٛوٕزُُّّْفِّٟثُس ِّّش١َّد
ُ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu,
kendatipun kamu berada di benteng yang kuat.” (QS. AnNisaa‟: 78)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
َُّّْٛإَِّّٔبّاٌزَّٛثَ ُّّػٍَّٝ ٌٍَِِّّّر٠َّّٓ٠َؼٍَُّّّْٛاٌعٛءَّّثِجَٙبٌَ ّّثَُُّّّ٠َزُٛث
َ خ
ِ ْ خ َ للا
َ ْ
َ
ِّٓ ّلَس ّ ّفَؤُٚلَئِهَّ ّ٠َزُٛةُّ ّ ُّّػٍَ١ُّْٙ ّٚوبَّْ ّ ُّّػٍِ١ّب ّدى١ّب
ْ ِ٠ت
ِ
ً ِ َ ً َ للا َ ْ ِ َ َ للا
َ
ّ{17} ٌَّٚ١ع ّ ّاٌزَّٛثَ ُّ ٌٍَِّّر٠َّٓ ّ٠َؼٍَُّّْٛ ّاٌعَّ١ئَب ّ ّدزَّٝ ّإِذا
َ د
ِ
ِ َ ْ َذ ْ خ
ِ
َ ْ
ْ
}71{ّ…َّْدضسَّّأَددُُُّّ٘اٌّٛدُّّلَبيَّّإِّٟٔرُجْذُّّاٌئَب
َْْ ََ َ َ
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian
menjadi-kan hati bersedih, cukuplah kematian menjadikan air
mata
berlinang.
Perpisahan
dengan
saudara
tercinta.
Penghalang segala kenikmatan dan pemutus segala cita-cita.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, kapan kita
akan mati ? Di mana kita akan mati ?
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi
orang-orang
yang
mengerjakan
kejelekan
lantaran
kejahilannya, yang kemudian mereka bertaubat dengan
segera, maka mereka itulah yang diterima oleh Allah
taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
Demi Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui jawabannya,
mengerjakan
oleh karenanya marilah kita selalu bertaubat kepada Allah dan
datang kematian kepada seseorang di antara mereka, mereka
jangan kita menunda-nunda dengan kata nanti, nanti dan
berkata: Sesungguhnya aku bertaubat sekarang…” (QS. An-
nanti.
Nisaa‟: 17-18)
kejelekan
Sidang Jumat yang berbahagia.
(yang)
hingga
apabila
6. Marilah kita tanyakan kepada diri kita. Apa yang menjadikan
berfoya-foya? Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita
diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita
dari hari-hari yang telah kita lalui.
tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan
kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa
untuk menemui Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya amal
shalihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui
Allah.
Perlu kita ingat, umur kita semakin berkurang. Kematian pasti
akan
menjemput
kita.
Dosa
terus
bertambah.
Lakukanlah taubat sebelum ajal menjemput kita. Waktu yang
telah berlalu tidak akan kembali lagi.
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Maka marilah kita tingkatkan amalan shaleh kita sebagai
ْ
ُ َ
ّثَبزنَّّ ٌٌِّّّٟٚىُّّْفِّٝاٌمُسآِّّْاٌؼظ١ُِّْ.َّٚٔفَؼِّٕٝٚإِ٠َّبوُّّْثِّب
َُ للا
ِ َْ
َ ُ َ َ َ
bekal nanti menuju akhirat yang abadi. Marilah kita mencoba
merenungi sisa-sisa umur kita, muhasabah pada diri kita
masing-masing. Tentang masa muda kita, untuk apa kita
pergunakan.
Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya
bermain-main saja ? Tentang harta kita, dari mana kita
peroleh, halalkah ia atau haram ? Dan untuk apa kita
belanjakan, apakah untuk bersedekah ataukah hanya untuk
ّّ َِّٔفِ١ َِّّّّٓا٢٠َب ّّٚاٌرو ّّاٌذى١ُِّّْٚرَمَجًََِِّّّّٕٕٝٚىُّّْرِلٚرَ ّّإ
ُٗ ُ ٗ َ َ ُ ْ ِ َ ِ
ِ
ِ
َ ِ َ ْ ْٗ ِ ْ د َ ْ س
ِ
ْ َ ْ َ َ َ ْ َة
َُُّّّّ٘ٛاٌعّ١ ّّاٌؼٍِ١ُُّّ,ّٚلًُّّْز ّّاغفِسّّْٚازْ دُّّْٚأَذَّّخ١س
ُ
َ ْ َ ْ َّ ِ ْغ
َّْٓ١ّاٌسَّد
ِ ِ