Dokumen tersebut membahas tentang Job Safety Analysis dan Risk Assessment. Job Safety Analysis digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko dari suatu pekerjaan, sedangkan Risk Assessment digunakan untuk menilai risiko yang ada di tempat kerja dan menentukan tindakan pencegahan. Dokumen ini juga menjelaskan proses pelaksanaan Job Safety Analysis dan Risk Assessment secara sistematis.
4. Definisi
Job Safety Analysis adalah suatu
metode sistematis yang digunakan
untuk mengidentifikasi bahaya dan
risiko dari suatu pekerjaan,
hubungannya antara pekerja dengan
pekerjaannya, pekerjaan itu sendiri,
peralatan yang digunakan serta metode
kerja dan/atau proses pekerjaan.
5. Keuntungan Menerapkan Job
Safety Analysis (1)
Memberikan pelatihan individu dalam hal
keselamatan dan prosedur kerja efisien.
Membuat kontak keselamatan pekerja.
Mempersiapkan observasi keselamatan yang
terencana.
Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan
luar biasa.
Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan
terjadi.
Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang
memungkinkan dalam metode kerja.
6. Keuntungan Menerapkan Job
Safety Analysis (2)
Mengidentifikasi usaha perlindungan ynag
dibutuhkan di tempat kerja.
Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan
yang mereka pimpin.
Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di
tempat kerja.
Mengurangi absent.
Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih
rendah.
Meningkatkan produktivitas.
Adanya sikap positif terhadap keselamatan.
7. Ruang Lingkup Pekerjaan yang
Memerlukan Job Safety Analysis
Pekerjaan dengan tingkat risiko/ bahaya kecelakaan
dan penyakit yang tinggi
Pekerjaan dengan potensi yang tinggi untuk
terjadinya cidera yang parah, walaupun belum
pernah terjadi sebelumnya.
Pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan atau
cidera berat yang diakibat kesalahan orang yang
sangat kecil.
Pekerjaan yang ada kaitannya dengan kegiatan
operasional atau mempunyai perubahan dalam
proses atau prosedur.
Pekerjaan yang memerlukan instruksi tertulis.
8. Pelaksanaan Job Safety
Analysis (1)
Melibatkan pekerja dan sub-kontraktor.
JSA harus diisi oleh petugas yang
kompeten/ mengetahui tahapan pekerjaan,
jenis peralatan yang akan digunakan,
metode kerja, dan lain-lain, sehingga dapat
mengidentifikasi jenis bahaya dan risiko
dari pekerjaan yang akan dilaksanakan dan
jenis pengendalian yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan
atau cidera pada pekerja.
9. Pelaksanaan Job Safety
Analysis (2)
Penguraian langkah-langkah pelaksanaan
pekerjaan:
Uraikan jenis pekerjaan dalam langkah-langkah
yang akan dilaksanakan.
Uraikan secara garis besar saja, hindari
penguraian langkah pekerjaan yang terlalu
mendetail.
Dilarang memasukkan item-item yang tidak
diperlukan.
Periksa kembali bersama-sama pekerja yang akan
melakukan pekerjaan tersebut untuk memastikan
setiap komponen pekerjaan sudah tertulis.
10. Pelaksanaan Job Safety
Analysis (3)
Identifikasi Bahaya Pekerjaan
Dalam mengidentifikasi bahaya dalam
suatu pekerjaan, gunakan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
Apa yang bisa menjadi kesalahan ?
Apa konsekuensi yang dapat terjadi ?
Dimana dapat terjadi (area/lingkungan) ?
Bagaimana dan apa yang akan terjadi (pajanan) ?
Bagaimana bisa terjadi ?
Apakah ada faktor lalin yang terlibat ?
11. Pelaksanaan Job Safety
Analysis (3)
Identifikasi sumber bahaya
Potensi terjadinya bahaya
Potensi terjadinya kecelakaan atau kondisi yang
tidak aman
Potensi bagian tubuh pekerja yang dapat cidera/
terluka
Periksa kembali keterkaitan antara sumber
bahaya, pekerja, pekerjaan, peralatan dan
lingkungan kerja.
12. Pelaksanaan Job Safety
Analysis (4)
Mencegah terjadinya cidera/ kecelakaan
Memilih metode pengendalian cidera atau
kecelakaan
Metode pengendalian yang dilakukan
antara lain: engineering control,
administrative control, dan terakhir dengan
menggunakan alat pelindung diri.
13. Review Job Safety Analysis
Job Safety Analysis harus ditinjau
secara periodik.
Peninjauan tersebut ditujukan:
Untuk menjamin kesinambungan dan
penurunan kejadian cidera atau kecelakaan
ditempat kerja.
Untuk melihat apakah terdapat potensi
bahaya yang baru dari pekerjaan yang
sama.
15. Definisi
Penilaian risiko adalah suatu cara untuk
memeriksa potensi risiko apa saja yang
terdapat ditempat kerja anda, apakah risiko
tersebut dapat menimbulkan kerugian baik
terhadap asset dan pekerja, sehingga dengan
mengetahui hasil penilaian risiko tersebut
diharapkan kita dapat menentukan tindakan
pencegahan atau pengendalian untuk
mencegah terjadinya kerugian-kerugian
tersebut.
16. 7 Langkah Penilaian Risiko
Identifikasi bahaya
Identifikasi jenis-jenis bahaya
Identifikasi siapa yang bisa terluka &
bagaimana bisa terluka
Beri penilaian pada setiap risiko yang ada
Gunakan pengukuran pengendalian bahaya
untuk mengurangi risiko
Catat, periksa ulang, dan perbaiki bila
diperlukan
Komunikasi
17. 1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dengan mengumpulkan semua
informasi yang berasal dari:
Ketentuan lokal dan dokumen penunjang
Pedoman atau petunjuk dari perindustrian dan
perdagangan
Saran dari tenaga ahli dan peenlitian yang relevan
Informasi proses termasuk peralatan (mesin)
Informasi produk seperti MSDS atau manual dari
pabrik yang bersangkutan
18. 1. Identifikasi Bahaya
Lingkungan kerja (suhu, kebisingan,
penerangan, sirkulasi udara terbatas,
getaran, ruang terbatas, kebersihan dan
kerapihan, dan lain-lain.
Pengetahuan dan pengalaman dari
karyawan
Data-data pendukung (data kecelakaan,
cidera, sakit akibat kerja) yang berasal dari
area-area proyek perusahaan, departemen
HSE dan pihak luar.
19. 1. Identifikasi Bahaya
Gunakan cara yang paling umum, jangan gunakan
cara yang rumit.
Karyawan harus berkonsultasi mengenai bahaya-
bahaya yang terdapat di aktivitas kerjanya sehari-
hari.
Identifikasi sumber bahaya dapat:
Sumber bahaya sederhana: Melalui pengamatan
dan penggunaan pengetahuan umum
Sumber bahaya kompleks: Melalui pengukuran
Sumber bahaya mekanis & listrik: Memerlukan
tenaga ahli yang terlibat langsung dalam proses
pengoperasian mesin tersebut.
20. 2. Identifikasi Jenis-jenis Bahaya
Jenis-jenis bahaya:
Bahaya fisik: Bising, radiasi (pengion, non-pengion
dan elektromagnetik), panas, getaran, dan
tekanan.
Bahaya kimia: Melalui berbagai macam tindakan.
Bahaya dari bahan kimia yang digunakan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan kerusakan
properti. Selain itu juga, kesalahan dalam
penggunaan bahan kimia dapat mengakibatkan
terjadinya kebakaran, ledakan, korosif, keracunan,
dan menyebabkan kanker.
21. 2. Identifikasi Jenis-jenis Bahaya
Bahaya biologis: Terutama yang berasal dari infeksi
atau reaksi alergi. Bahaya biologi dapat berasal dari
virus, bakteri, jamur dan organisme lain.
Bahaya ergonomis: Terutama berasal dari pola kerja,
tata ruang atau aktivitas kerja yang buruk.
Bahaya psikososial: Stres akibat kerja, kekerasan
ditempat kerja, waktu kerja yang terlalu panjang,
tidak ada pengendalian terhadap keputusan yang
diambil yang dapat berpengaruh buruk pada kinerja
pekerja.
22. 3. Identifikasi Siapa yang terluka
& Bagaimana dapat terluka
Setiap sumber bahaya yang teridentifikasi, perlu juga
untuk mengidentifikasi siapa saja yang bisa terluka
dan bagaimana dapat terluka/ cidera.
Yang berpotensi terpapar oleh bahaya bisa pekerja,
karyawan lain, kontraktor dan tamu perusahaan,
pengguna produk dan pelayanan, serta lingkungan
umum.
23. Pendataan Risiko
Data-data yang dilihat antara lain:
Jenis cidera, termasuk luka
Sakit akibat pekerjaan
Kebakaran
Kerusakan aset atau harta benda milik
perusahaan
24. Pendataan Risiko
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam
mendata risiko:
Seberapa sering setiap
bahaya dapat
menyebabkan
keparahan (Likelihood)
Kemungkinan tingkat
keparahan dapat
dilihat dari:
Likelihood/
Probability
Rating Description
Frequent 5 Selalu
terjadi
Probable 4 Sering
terjadi
Occasional 3 Kadang-
kadang
dapat terjadi
Unlikely 2 Mungkin
dapat terjadi
Improbable 1 Sangat
jarang
terjadi
25. Pendataan Risiko
Jika suatu bahaya dapat menyebabkan
keparahan, apa yang akan menjadi
konsekuensinya.
Penilaian konsekuensi dari tingkat keparahan
yang dapat terjadi, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
26. Penilaian Konsekuensi dari Tingkat
Keparahan
Severity Index Rating Description
Catastrophic 5 Meninggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran bahan B3, kerugian
finansial yang sangat besar. Biaya pengobatan untuk PAK
> 50 juta.
Major 4 Hilang hari kerja (akibat kecelakaan), cacat
permanen/sebagian, kerusakan lingkungan sedang,
kerugian finansial besar. Biaya pengobatan untuk PAK =
50 juta.
Moderate/Serious 3 Membutuhkan perawatan medis, terganggunya
pekerjaan, kerugian finansial cukup besar, perlu bantuan
pihal luar. Biaya pengobatan untuk PAK= 10 juta
Minor 2 Penanganan P3K, tidak terlalu membutuhkan bantuan
pihak luar, kerugian finansial sedang. Biaya pengobatan
untuk PAK < 1 juta
Negligible 1 Tidak mengganggu proses pekerjaan, tidak cidera / luka.
Biaya pengobatan untuk PAK = < 100 ribu.
27. Risk Rate
Nilai Risiko = Tingkat
Keparahan x Kemungkinan
Terjadi
Peringkat Risiko:
Peringkat Risiko Deskripsi
19-25 Risiko Sangat
Tinggi
13-18 Risiko Tinggi
6-12 Risiko Sedang
1-11 Risiko Rendah
28. Peringkat Risiko (Keterangan):
Risiko sangat tinggi: Diperlukan tindakan serius
dari Manajer Konstruksi melalui konsultasi dengan
personil khusus dan dilakukan penilaian dari
seluruh tim.
Risiko tinggi: Pekerjaan dapat dilakukan, namun
dengan pengawasan dan pengendalian secara
ketat.
Risiko sedang: Tingkat risiko masih dapat
diterima, namun masih diperlukan pengawasan
dan pengendalian lebih lanjut.
Risiko rendah: Tingkat risiko masih dapat diterima,
pengendalian dan pengawasan dilakukan apabila
diperlukan.
30. Hirarki Pengendalian
Eliminasi.
Substitusi, contoh: Perancah kayu/bambu, diganti dengan
menggunakan perancah besi dengan sistem knock down.
Rekayasa teknik, contoh: menggunakan safe guard/pengaman
mesin, menggunakan tirai pelindung (welding shield),
menggunakan exhaust van.
Pengendalian administratif, contoh: surat izin kerja, prosedur
kerja aman, pembatasan waktu kerja, pengawasan penggunaan
bahan berbahaya, alarm, papan peringatan dan papan
pemberitahuan, kursus dan pelatihan.
Alat pelindung diri.
31. Rumusan tindakan pengendalian berdasarkan
Tingkat Risiko dan Tingkat Keparahan
Tingkat Risiko Tindakan Pengendalian
Score Level Tindakan
Pengendalian
Hirarki
Pengendalian
18-25 Risiko sangat
tinggi
E=1+2+3+4+5 1= Eliminasi
13-18 Risiko tinggi H=3+4+5 2= Substitusi
6-12 Risiko sedang M=4+5 3= Rekayasa
teknik
1-11 Risiko rendah L=5 4= Pengendalian
administratif
5= APD
32. Pengawasan, Pemeriksaan Ulang,
Pencatatan dan Perbaikan (Bila perlu)
Pada saat melakukan identifikasi bahaya, harus
dilakukan pengawasan pada setiap penerapannya.
Tujuan dari pengawasan itu sendiri adalah untuk
melihat efektifitas dari tindakan pengendalian yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan cidera akibat kerja.
Pengawasan juga ditujukan untuk melihat apakah
tindakan pengendalian yang diambil sudah dapat
menurunkan Severity Rate (SR) maupun Probability
Rate (PR).
33. Pengawasan, Pemeriksaan Ulang,
Pencatatan dan Perbaikan (Bila perlu)
Pemeriksaan ulang ditujukan untuk
mengetahui apakah terjadi perubahan selama
pekerjaan berlangsung (proses, metode
kerja, peralatan kerja).
Pemeriksaan ulang juga ditujukan untuk
mengetahui apakah terdapat bahaya dan
risiko baru dari setiap perubahan atau
penambahan mesin baru, proses produksi
atau produk kimia baru.
34. Pencatatan dan Perbaikan
Setiap penilaian risiko yang dilakukan harus
dicatat dan disimpan paling lama dalam
rentang waktu 1 tahun.
Jika pada saat pelaksanaan audit ditemukan
adanya bahaya dan risiko baru, maka
rekomendasi dari audit tersebut harus dicatat
dan disimpan dengan baik.
35. Komunikasi
Setiap hasil dari penilaian risiko harus
dikomunikasikan kepada pekerja
mengenai temuan-temuan.
Libatkan pekerja dalam melakukan
tindakan perbaikan.
Bila dirasa perlu, berikan pelatihan dan
kursus kepada pekerja.