Proses metamorfisme adalah perubahan batuan akibat tekanan dan panas yang tinggi. Hal ini mengakibatkan perubahan tekstur dan komposisi mineral batuan serta pembentukan batuan metamorf baru. Agen utama metamorfisme adalah panas, tekanan, dan larutan kimia. Proses ini dapat membentuk berbagai jenis batuan metamorf seperti batusabak, sekis, dan genes.
2. Proses Metamorfisme
• Proses metamorfisme adalah proses perubahan
batuan yang sudah ada menjadi batuan
metamorf karena perubahan tekanan dan
temperatur yang besar.
• Batuan asal dari batuan metamorf tersebut
dapat batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf sendiri yang sudah ada.
• Agen atau media menyebabkan terjadinya
proses metamorfisme adalah panas, tekanan
dan cairan kimia aktif.
• Perubahan yang terjadi pada batuan meliputi
tekstur dan komposisi mineral.
3. • Proses
metamorfisme dapat berlangsung tidak
sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada
batuan asal tidak terlalu besar hanya kekompakkannya
yang bertambah.
• Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi.
• Pada kondisi perubahan yang sangat ekstrim,
peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan,
padahal
perubahan
batuan
selama
proses
metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat.
Apabila peningkatan temperatur sampai meleburkan
batuan, maka proses tersebut sudah tidak termasuk
pada proses metamorfisme lagi, tetapi sudah menjadi
proses aktivitas magma.
4. • Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi
lingkungan batuan mengalami perubahan yang
tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan
terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak stabil.
• Untuk mendapatkan kestabilannya kembali pada
kondisi yang baru maka batuan mengalami
perubahan.
• Perubahan terjadi pada kondisi tekanan dan
temperatur tekanan dan temperatur yang berada
beberapa kilometer di bawah permukaan bumi.
5. Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari
tiga fenomena pembentukan batuan metamorf :
•
Pertama, pada proses pembentukan pegunungan, batuan yang
menyusun suatu daerah yang luas, mengalami tekanan dan
perubahan temperatur bersamaan dengan terjadinya deformasi
pada batuan tersebut. Proses ini disebut dengan proses
metamorfisme regional.
• Kedua, ketika batuan bersentuhan atau dekat dengan aktivitas
magma, akan terjadi proses metamorfisme kontak. Pada proses
ini perubahan disebabkan terutama oleh peningkatan temperatur
yang sangat tinggi dari magma, sehingga terjadi efek
pemanggangan (baking efect) pada batuan disekitar magma.
• Ketiga, merupakan proses metamorfime yang mengalami
perubahan sepanjang zona sesar. Pada proses ini batuan
disepanjang zona tersebut mengalami penghancuran menjadi
material yang sangat halus yang disebut milonat, atau material yang
kasar yang disebut breksi sesar, karena kenampakannya seperti
breksi pada batuan sedimen. Proses ini disebut proses
metamorfisme dinamik.
6. Agen Proses Metamorfisme
• Agen atau media yang menyebabkan proses
metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia
aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersamasama pada batuan yang mengalami proses
metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan
kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda.
• Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi
temperatur dan tekanan hanya sedikit di atas kondisi
proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan
pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya
sedikit di bawah kondisi proses peleburan batuan.
7. Panas Sebagai Agen Metamorfisme
• Panas merupakan agen metamorfisme yang paling
penting. Batuan yang terbentuk dekat permukaan bumi
akan
mengalami
perubahan
kalau
mengalami
pemanasan yang tinggi pada waktu diterobos oleh
magma dari dalam bumi. Akibat dari proses
penerobosan ini tidak atau sedikit terlihat apabila proses
tersebut terjadi pada atau dekat permukaan bumi. Hal ini
terjadi karena pada tempat tersebut panas dari magma
sudah tidak terlalu berbeda dengan kondisi batuan
disekitarnya. Pada keadaan yang demikian hanya akan
terjadi proses pembakaran saja pada batuan yang
disebut baking efect.
8. Pembentukan Batuan Metamorfisma Akibat
Magma Dapat Dibagi Menjadi 4 Zona :
•
•
•
•
Zona I merupakan zona kontak,
temperatur antara 800-600°C.
Zona II merupakan kontak aureole,
temperatur 600-500°C.
Zona III merupakan zona yang terkena
efek termal dengan temperatur berkisar
antara 500-400°C.
Zona IV atau zona thermal mempunyai
kisaran temperatur antara 400-300°
9. • Batuan yang terbentuk di permukaan juga dapat
mengalami perubahan temperatur yang tinggi apabila
batuan tersebut mengalami proses penimbunan yang
dalam. Seperti telah diketahui bahwa temperatur akan
meningkat dengan meningkatnya kedalaman (gradien
geothermal). Pada kerak bumi bagian atas, rata-rata
penaikan temperatur sekitar 30oC per kilometer. Pada
pertemuan lempeng tektonik yang konvergen, batuan
dapat mengalami pemindahan tempat ke tempat yang
lebih dalam yaitu pada zona subduksi.
• Pada pemindahan yang tidak begitu dalam, hanya
beberapa kilometer, mineral tertentu seperti mineral
lempung menjadi tidak stabil, dan akan mengalami
rekristalisasi menjadi mineral yang lebih stabil pada
kondisi lingkungannya yang baru. Mineral lain yang
umumnya dijumpai pada batuan kristalin dan stabil pada
kondisi temperatur dan tekanan yang lebih tinggi, akan
mengalami proses metamorfisme pada kedalaman
sekitar 30 kilometer.
10. Tekanan Sebagai Agen Metamorfisme
• Tekanan akan meningkat dengan meningkatnya
kedalaman.
• Tekanan ini seperti tekanan gas, akan sama besarnya
ke segala arah. Tekanan yang terdapat di dalam bumi ini
merupakan tekanan tambahan dari tekanan pada batuan
oleh pembebanan batuan di atasnya. Batuan akan
mengalami tekanan juga pada waktu terjadinya proses
pembentukan pegunungan atau deformasi. Pada
keadaan ini batuan akan mengalami penekanan yang
berarah, dan pemerasan.
• Batuan pada tempat yang dalam akan menjadi platis
pada waktu mengalami proses deformasi. Sebaliknya
pada tempat yang dekat permukaan bumi, batuan akan
mengalami keretakan pada waktu mengalami deformasi.
Hasilnya batuan yang bersifat rapuh (brittle) akan hancur
dan menjadi mineral yang halus.
11. Proses Metamorfisme dan Aktivitas
Larutan Kimia
•
•
•
•
•
Larutan kimia aktif, umumnya air yang mengandung ion-ion terlarut,
juga dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfisme.
Air dijumpai pada pori-pori batuan dan dalam struktur kristal pada
beberapa mineral hidrat.
Bila terjadi penimbunan yang dalam pada batuan, air yang terdapat
di dalam mineral akan ditekan keluar dari struktur kristalnya, dan
akan memungkinkan terjadinya reaksi kimia. Air yang terdapat
disekitar kristal merupakan katalisator terjadinya perpindahan ion.
Mineral biasanya mengalami rekristalisasi untuk membentuk
konfigurasi struktur kristal yang lebih stabil. Pertukaran ion pada
mineral akan membentuk mineral-mineral yang baru.
Disepanjang pematang pegunungan lantai dasar samudera,
sirkulasi air laut pada batuan yang masih panas mengubah mineral
pada batuan beku basalt yang berwarna gelap menjadi mineralmineral metamorfisme seperti serpentin dan talk.
12. Perubahan Tekstur dan Komposisi Mineral
•
•
•
Derajat metamorfisme direfleksikan oleh kenampakan tekstur dan
komposisi mineral batuan metamorf.
MetamorfIsme tingkat rendah, batuan akan lebih kompak dan padat
dibandingkan dengan batuan asalnya. Sebagai contoh, batuan metamorf
batusabak (slate) terbentuk dari proses kompaksi lanjut dari serpih (shale).
Pada kondisi yang lebih ekstrim, tekanan dapat menyebabkan mineralmineral tertentu mengalami rekristalisasi. Air memegang peranan yang
sangat penting pada proses rekristalisasi dengan mempercepat terjadinya
perpindahan ion pada mineral. Pada umumnya proses rekristalisasi
memungkinkan pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Hal ini
mengakibatkan banyak batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral yang
berbutir kasar seperti pada batuan fanerik. Kristal-kristal dari beberapa
mineral seperti mika mempunyai struktur lembaran, dan hornblende yang
mempunyai struktur butiran yang panjang, apabila mengalami rekristalisasi
akan membentuk penjajaran mineral. Orientasi mineral baru ini biasanya
tegak lurus terhadap arah gaya tekan yang menyebabkan rekristalisasi
tersebut. Hasil dari penjajaran mineral ini menyebabkan batuan menunjukan
kenampakan seperti perlapisan yang disebut foliasi.
13. • Ada beberapa foliasi tergantung pada derajat
metamorfismenya. Selama perubahan dari serpih
menjadi batusabak, mineral lempung yang stabil pada
kondisi pemukaan, mengalami rekristalisasi menjadi
lembaran-lembaran mineral mika yang halus, yang stabil
pada kondisi tekanan dan temperatur yang tinggi.
• Selama kristalisasi, kristal-kristal mika yang halus
membentuk orientasi, sehingga bidangnya yang datar
akan membentuk penjajaran. Akibatnya batusabak
sangat mudah dipecahkan melalui bidang lapisan dari
mineral mikanya. Sifat yang demikian disebut belahan
batuan (rock cleavage). Karena kristal-kristal mika yang
menyusun batusabak sangat halus, maka foliasi pada
batusabak tidak musah dilihat. Tetapi karena batusabak
menunjukkan belahan batuan dengan sangat baik yang
disebabkan oleh penjajaran dari mineral penyusunnya,
maka batusabak disebut batuan metamorf berfoliasi.
14. •
Pada kondisi tekanan dan temperatur yang lebih tinggi, butiran mika
yang sangat halus pada batusabak akan berkembang beberapa kali
lebih besar. Kristal-kristal mika yang besar ini akan menyebabkan
kenampakan batuan yang pipih. Kenampakan batuan yang
demikian disebut sekistositas (schistosity), dan batuan dengan
kenampakan yang demikian disebut batuan metamorf sekis (schist).
Beberapa batuan sekias diberi nama sesuai dengan mineral yang
menyusunnya. Apabila mineral yang menyusun dominan mineral
mika, muscovit dan biotit, maka batuannya disebut sekis mika.
• Pada proses metamorfisme tingkat tinggi, perpindahan ion-ion
cukup ekstrim, sehingga menyebabkan terjadinya segregasi mineral
butiran yang memberikan kenampakan “banded” pada batuan.
Kenampakan ini ditunjukan oleh penjajaran mineral butiran seperti
kuarsa. Batuan metamorf dengan kenampakan yang demikian
disebut genes (gneiss). Batuan metamorf ini biasanya terbentuk dari
ubahan batuan beku granit atau diorit, bahkan dapat juga terbentuk
dari gabro atau serpih yang mengalami proses metamorfisme
tingkat tinggi.
15. •
Batuan metamorf yang tidak menunjukkan struktur foliasi disebut
batuan metamorf nonfoliasi. Batuan metamorf ini biasanya hanya
disusun oleh satu jenis mineral dengan bentuk kristal
equidimensional, sehingga sering juga batuan ini disebut batuan
metamorf kristalin.
• Contoh yang baik adalah batugamping yang berbutir halus
mengalami proses metamorfisme, maka butiran mineral kalsit yang
halus tersebut bergabung membentuk kristal yang saling mengisi.
Hasilnya adalah batuan metamorf yang mirip dengan batuan beku
yang berbutir kasar. Batuan metamorf yang berasal dari
batugamping disebut marmer (marble). Walaupun batuan tersebut
cenderung nonfoliasi, tetapi pada kenampakan mikroskopis batuan
ini menunjukkan pemipihan dan penjajaran butiran mineral. Lapisan
tipis mineral lempung sering juga dijumpai pada batugamping, yang
akan mengalami distorsi pada waktu proses metamorfisme. Distorsi
yang berwarna gelap ini memberikan tekstur yang bagus pada
marmer.
16. • Pada proses metamorfisme serpih menjadi batusabak,
mineral lempung mengalami rekristalisasi menjadi mika.
Dalam beberapa hal komposisi kimia dari batuan yang
mengalami rekristalisasi tidak mengalami perubahan,
kecuali terjadinya penggabungan dari mineral penyusun
batuan dengan ion tertentu yang terdapat dalam air
untuk membentuk mineral baru yang lebih stabil pada
kondisinya yang baru. Sebagai contoh mineral batuan
metamorf yang umum adalah wolastonit. Mineral ini
terbentuk pada waktu batugamping (CaCO3) yang
banyak mengandung kuarsa (SiO2) mengalami
metamorfisme kontak. Pada temperatur yang tinggi
mineral kalsit dan kuarsa akan bereaksi membentuk
wolastonit (CaSiO3) dan melepaskan karbon dioksida.
17. • Proses metamorfisme seringkali membentuk mineralmineral baru. Batuan samping dari suatu tubuh magma
yang besar, akan mengalami ubahan oleh ion-ion yang
banyak terdapat dalam larutan hidrotermal. Perkolasi air
laut pada batuan kerak samudera yang baru terbentuk
banyak mengandung ion-ion yang aktif yang bereaksi
dengan batuan yang sudah ada. Proses ini
menyebabkan banyak batuan kerak samudera kaya
akan bijih tembaga.
• Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses
metamorfisme
dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan pada batuan termasuk peningkatan densitas
batuan, pertumbuhan kristal-kristal besar, reorientasi
dari butiran mineral menjadi perlapisan atau penjajaran
yang disebut foliasi, dan transformasi dari mineral stabil
pada temperatur tinggi. Juga ion-ion yang aktif dapat
membentuk mineral baru yang bersifat ekonomis.
18. Beberapa Contoh Batuan Berfoliasi :
•
Batusabak (slate), berbutir halus dan disusun oleh mineral mika,
cleavage sangat bagus. Terbentuk dari shale dan batuan beku
volkanik yang mengalami metamofisme tingkat rendah. Warna
dipengaruhi kandungan mineralnya. Warna hitam banyak
mengandung material organik, merah mengandung banyak oksida
besi, dan hijau mengandung banyak mineral klorit, mineral yang
menyerupai mika terbentuk dari Fe silikat. Karena batusabak
terbentuk pada metamorfisme tingkat rendah, maka bidang
perlapisan batuan asal kadang masih terlihat. Tetapi orientasi
cleavage batuan batusabak pada umumnya cenderung memotong
perlapisan batuan asal. Jadi tidak seperti shale yang dapat
memisah melalui bidang perlapisan, batusabak memecah
memotong bidang perlapisan.
• Filit (phyllite), terbentuk pada derajat lebih tinggi dari batusabak.
Batuan ini disusun oleh mineral-mineral pipih yang lebih besar
daripada mineral yang menyusun batusabak, tetapi tidak cukup
besar untuk dibedakan tanpa alat pembesar. Walaupun
kenampakan filit hampir sama dengan batusabak, tetapi berbeda
dengan batusabak dari kenampakannya yang lebih mengkilap. Filit
biasanya menunjukan adanya cleavage dan disusun terutama oleh
mineral-mineral halus seperti klorit dan mika.
19. •
•
Sekis mengandung lebih dari 50% mineral pipih umumnya biotit dan
muskovit. Juga berasal dari batuan yang berbutis halus seperti shale, tetapi
metamorfismenya lebih tinggi. Bila batuan asalnya banyak mengandung
silika, sekis akan mengandung lapisan tipis kuarsa atau feldspar.
Penamaan sekis tergantung pada komposisi mineral yang dominan. Sekis
yang disusun terutama oleh muskovit dan biotit dengan sedikit kuarsa dan
feldspar disebut sekis mika. Sekis mika kadang-kadang mengandung
mineral yang unik karena pengaruh mineral l tambahan. Mineral tambahan
diantaranya garnet, staurolit dan silamanit. Ada juga sekis yang
mengandung grafit. Sekis juga kadang disusun oleh mineral klorit dan talk
yang disebut sekis klorit dan sekis talk yang terbentuk dari batuan basaltik.
Genes (geneiss), terutama disusun oleh mineral butiran. Umumnya :
kuarsa, potas feldspar, sodium feldspar. Sedang mineral tambahan adalah
muskovit, biotit dan horblende. Kebanyakan genes terdiri dari selang seling
antara mineral yang kaya feldspar yang berwarna putih atau kemerahan
dengan lapisan mineral feromagnesian yang berwarna gelap.Genes
biasanya mempunyai komposisi yang hampir sama dengan granit dan
kemungkinan berasal dari granit atau batuan afanitik granitik, juga berasal
dari shale yang mengalami metamorfisme derajat tinggi. Dalam hal ini,
genes merupakan batuan terakhir dari sekuen shale, batusabak, filit, sekis
dan genes. Juga kadang dijumpai juga mineral garnet dan staurolit. Apabila
foliasi batuan disusun terutama oleh mineral gelap, maka batuannya disebut
amfibolit, yang berasal dari nama mineral amfibol.
20. Contoh Batuan non Foliasi
•
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari
batugamping atau dolomit. Pada pengamatan megaskopis, marmer
sangat mirip dengan batugamping kristalin. Marmer yang murni
berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral kalsit..
• Kadang-kadang batugamping sebagai batuan asal marmer, banyak
mengandung mineral-mineral pengotor yang akan mempengaruhi
warna dari marmer. Jadi marmer dapat berwarna pink, abu-abu,
hijau atau bahkan hitam. Juga mineral-mineral pengotor tersebut
mengalami metamorfisme, akan membentuk mineral-mineral
tambahan seperti klorit, mika, garnet dan wolastonit. Apabila
marmer berasal dari batugamping yang berselingan dengan shale,
akan memberi kenampakan banded. Seringkali marmer akan pecah
melalui jalur tersebut yang memperlihatkan mineral mika yang
berasal dari rekristalisasi mineral lempung. Pada deformasi yang
kuat, lajur ini akan berlipat-lipat (contorted) dan akan memberikan
desai yang artistik.
21. • Kuarsit adalah batuan metamorf yang sangat keras dan
terbentuk dari batupasir kuarsa. Pada metamorfisme
menengah sampai tinggi, butiran kuarsa dalam batupasir
akan mengalami rekristalisasi yang sempurna. Karena
rekristalisasi yang sempurna ini maka apabila batuan ini
pecah akan memotong mineral kuarsa. Struktur sedimen
yang terdapat pada batupasir seperti cross bedding akan
memberikan kenampakkan banded pada kuarsit.
• Meskipun kuarsit yang murni berwarna putih, kadangkadang batuan ini mengandung oksida besi yang akan
memberikan warna pink atau merah. Mineral gelap yang
terdapat dalam kuarsit akan memberikan warna abuabu.
• Seperti marmer, kuarsit juga hanya disusun oleh satu
jenis
mineral
yang
merupakan
kristal
yang
equidimensional. Oleh sebab itu mineral penyusun
kuarsit tidak membentuk penjajaran sehingga tidak
membentuk foliasi.
22. Kejadian Batuan Metamorf
Batuan metamorf umumnya dibentuk oleh
satu dari tga kondisi lingkungan, yaitu :
– sepanjang zona sesar
– pada kontak tubuh batuan beku
– pada waktu pembentukan pegunungan.
23. Metamorfisme Sepanjang Jalur Sesar
• Ketika terjadinya pensesaran dekat permukaan bumi,
tekanan dan panas yang terbentuk di sepanjang jalur
sesar tersebut akan membentuk batuan lepas yang
disusun oleh fragmen-fragmen batuan. Bila batuan ini
disusun oleh fragmen-fragmen yang menyudut disebut
breksi sesar (fault breccia). Batuan metamorf yang
terbentuk di zona sesar dan pada tempat yang dalam,
kadang-kadang menunjukan butiran yang memanjang
yang hampir sama dengan batuan hasil proses
metamorfisme lainnya.
• Jumlah batuan metamorf yang terbentuk oleh proses ini
relatif sangat kecil dibandingkan dengan yang dibentuk
oleh proses lainnya. Tetapi pada tempat tertentu batuan
ini cukup dominan.
24. Metamorfisme Kontak
• Metamorfisme kontak terjadi ketika magma
bersentuhan dengan batuan samping yang
relatif dingin. Kontak metamorfisme dapat jelas
terlihat apabila terjadi pada lingkungan pada
atau dekat dengan permukaan, dimana
perbedaan temperatur antara magma dengan
batuan samping sangat besar. Tetapi kontak
metamorfisme juga terjadi pada tempat yang
dalam, sehingga batuannya hampir sama
dengan batuan hasil ubahan metamorfime
regional.
25. •
Pada metamorfsime kontak, akan terbentuk zona disekitar magma
yang disebut aurole. Tubuh batuan beku intrusif sill dan dike
membentuk aurole yang kecil, sedangkan pada tubuh batolit dan
lakolit membentuk aurole yang tebalnya sampai beberapa kilometer.
Dekat dengan tubuh magma terbentuk mineral T > seperti garnet,
semakin jauh dari tubuh magma akan terbentuk mineral dengan T <
seperti klorit. Selain ukuran tubuh batuan beku, komposisi mineral
batuan samping dan jumlah air sangat berpengaruh terhadap
ketebalan aurole yang terbentuk. Pada batuan yang mudah
bereaksi seperti batugamping, zona ubahannya bisa mencapai 10
kilometer atau lebih dari tubuh batuan beku.
• Kebanyakan metamorfisme kontak merubah batuan menjadi keras.
Karena arah tekanan tidak merupakan faktor yang penting, maka
batuan yang terbentuk umumnya tidak berfoliasi. Batuan metamorf
yang keras dan tidak berfoliasi dinamakan hornfels.
• Bila kontak metamorfisme disebabkan oleh tubuh batuan beku yang
sangat besar, larutan hidrotermal yang berasal dari dalam magma,
dapat bermigrasi sampai jarak jauh. Larutan hidrotermal yang
meresap ke dalam batuan samping akan bereaksi dengan batuan
tersebut akan membentuk batuan metamorf.
26. Metamorfisme Regional
•
Batuan metamorf ini yang paling banyak terdapat. Terjadi pada
tempat yang dalam, meliputi daerah yang luas, dan berasosiasi
dengan proses pembentukan pegunungan. Pada proses
pembentukan pegunungan, batuan penyusun kerak bumi akan
mengalami deformasi membentuk lipatan dan sesar. Dan
menimbulkan tekanan dan temperatur lebih tinggi. Pada tempat
inilah terjadi proses metamorfisme yang kuat.
• Beberapa batuan yang mengalami deformasi mengalami kenaikan
temperatur yang tinggi sehingga akan mencair dan membentuk
magma. Magma, yang mempunyai densitas relatif lebih rendah dari
batuan disekitarnya, akan bergerak naik ke atas. Magma yang
mencapai dekat permukaan akan menyebabkan terjadinya
metamorfisme kontak di dalam zona metamorfisme regional.
• Karena
dipengaruhi juga oleh tekanan yang berarah, maka
batuannya
berfoliasi.
Metamorfisme
regional
umumnya
memperlihatkan perubahan derajat metamorfisme dari tingkat
terendah sampai tingkat tertinggi, sehingga perubahan tekstur dan
komposisi mineral dapat diamati.
27. •
Contoh sederhana dari progresif metamorfisme adalah batuan
sedimen, shale, menjadi batusabak selanjutnya berubah menjadi
sekis mika dan pada kondisi yang paling ekstrim, mineral mika
dalam sekis akan mengalami rekristalisasi menjadi mineral seperti
feldspar dan honrblende dan membentuk genes.
• Perubahan tekstur
juga akan mengalami perubahan
dari
metamorfisme tingkat rendah ke tingkat yang tinggi. Mineral baru
yang terbentuk pertama kali pada batusabak adalah klorit.
Kemudian bila derajat metamorfismenya lebih tinggi akan terbentuk
muskovit dan biotit. Sekis mika terbentuk pada kondisi yang lebih
ekstrim dan kemungkinan akan mengandung mineral garnet and
staurolit. Pada temperatur dan tekanan yang mendekati titik lebur
batuan, akan terbentuk mineral silimanit.
• Pada kondisi tekanan tendah dengan temperatur sekitar 800 oC,
sekis dan genes dengan komposisi kimia relatif sama dengan
granit, akan mulai mencair. Mineral silikat yang berwarna terang
seperti kuarsa dan potas feldspar, meruakan mineral yang pertama
mencair, sedangkan mineral silikat gelap seperti amfibol dan biotit
masih tetap padat. Bila batuan yang telah mencair sebagian itu
mengalami pendinginan, maka terbentuk batuan beku yang
berwarna terang bersama-sama dengan material metamorf yang
berwarna gelap. Batuan semacam ini merupakan peralihan antara
batuan beku dan batuan metamorf dan disebut migmatite.