SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Kateterisasi	Jantung	Koroner,	Kapan	Harus	dilakukan	?	
dr.	Isman	Firdaus,	SpJP(K),	FIHA,	FAPSIC,	FAsCC,	FESC,	FSCAI	
	
Akhir-akhir	ini	kateterisasi	jantung	menjadi	salah	satu	modalitas	penting	dalam	pengobatan	
dan	tatalaksana	penyakit	kardiovaskular,	dan	bahkan	telah	berevolusi	untuk	tatalaksana	di	
luar	 penyakit	 kardiovaskular.	 Kateterisasi	 (berasal	 dari	 kata	 cardiac	 catheterization,	 atau	
kateterisasi	jantung	dan	disingkat	menjadi	kateterisasi)	adalah	tindakan	memasukkan	selang	
kecil	 (kateter)	 secara	 perkutan	 ke	 dalam	 pembuluh	 darah	 arteri	 dan	 atau	 vena	 dan	
menelusurinya	hingga	ke	jantung,	pembuluh	darah	lainnya	dan	atau	organ	lain	yang	dituju	
dengan	bantuan	sinar-X,		bertujuan	untuk	diagnostik	(mencari	gangguan	struktur	dan	atau	
fungsi	pada	pembuluh	darah	jantung,	pembuluh	darah	lainnya,	dan	atau	organ	lain)	dan	atau	
terapetik	 (memperbaiki	 gangguan	 struktur	 dan	 atau	 fungsi	 pembuluh	 darah	 jantung,	
pembuluh	darah	lainnya,	dan	atau	organ	lain).	Untuk	tujuan	terapetik,	tindakan	ini	lazim	
disebut	disebut	prosedur	intervensi	invasif	non-bedah	atau	intervensi	kateterisasi	perkutan.		
	
	
Angiografi	Koroner	Perkutan		
Angiografi	koroner	perkutan	merupakan	tindakan	kateterisasi	dengan	menyemprotkan	zat	
kontras	 ke	 dalam	 arteri	 koroner	 untuk	 melihat	 anatomi	 arteri	 koroner	 sehingga	 dapat	
mendeteksi	 ada	 atau	 tidaknya	 penyempitan	 (stenosis)	 yang	 dimonitor	 melalui	 sinar	 X.	
Gambar	 1	 menunjukkan	 gambaran	 skematik	 pembuluh	 koroner	 yang	 dilihat	 melalui	
kateterisasi.		Angiografi	arteri	koroner	merupakan	tindakan	baku	emas	dalam	mendeteksi	
penyakit	jantung	koroner	(PJK)	yang	dilakukan	oleh	seorang	Spesialis	Jantung	dan	Pembuluh	
Darah.	
Indikasi	angiografi	koroner	perkutan	antara	lain:	
1. Pasien	simptomatik	dengan	keluhan	angina	pektoris	derajat	2-3	(CCS	2-3)	disertai	
kelainan	rekam	listrik	jantung	EKG	(elketrokardiografi)	berupa	depresi	segmen	ST	atau	
inversi	gelombang	T	pada	minimal	2	lead	yang	berkaitan,	atau	pada	pasien	tanpa	
kelainan	EKG	pasca	pemasangan	ring	koroner	atau	pasca	CABG.	Angina	adalah	rasa	
tidak	nyaman	atau	nyeri	dilokasi	sub-sternum	akibat	iskemik	miokard.	Pada	beberapa	
populasi	pasien	dengan	keluhan	angina	dapat	berupa	rasa	sesak	nafas	atau	bahkan	
tanpa	gejala.		
2. Pasien	 asimptomatik,	 namun	 terdapat	 tanda-tanda	 iskemik	 dengan	 pemeriksaan	
treadmill	test,	atau	pemeriksaan	Nuklir/MRI,	atau	ditemukan	gambaran	hipokinesia	
miokard	 melalui	 ekokardiografi,	 atau	 terdapat	 gambaran	 lesi	 melalui	 pemeriksaan	
MSCT	koroner.
3. Pasien	asimptomatik	dengan	gambaran	EKG	gelombang	Q,	atau	kelainan	segmen	ST	
dan	gelombang	T	dengan	risiko	tinggi	PJK	seperti	diabetes	melitus,	atau	riwayat	infark	
lama	(pernah	serangan	jantung)	
4. Pasien	dengan	angina	tidak	stabil	atau	angina	progresif	(CCS	3-4)	dengan	gambaran	
EKG	abnormal	atau	normal.	
5. Pasien	yang	akan	menjalani	operasi	bedah	jantung		
6. Pemeriksaan	noninvasif	menunjukan	hasil	yang	meragukan	atau	saling	berlawanan.	
7. Kalsifikasi	 berat	 dengan	 probabilitas	 menengah	 sedang	 yang	 terlihat	 dari	 CT	
Angiografi,	pada	pasien	dengan	gejala	ringan	dan	tanpa	gejala	disarankan	menjalani	
imaging	stress	test.		
	
	
	
	
	
	
	
	
	
Gambar	1.	Anatomi	Arteri	Koroner	skematik.	
	
	
Gambar	 2.	 Gambaran	 angiografi	 koroner	 sebelum	 dan	 sesudah	 pemasangan	 stent	 pada	
tindakan	intervensi	koroner	perkutan	(IKP)
Saat	ini	tidak	ada	kontraindikasi	mutlak	tindakan	kateterisasi	jantung,	namun	secara	umum	
apabila	fasilitas	ruang	dan	peralatan	tidak	memadai	sebaiknya	tidak	dilakukan.	
Komplikasi	 atau	 penyulit	 juga	 dapat	 terjadi	 pada	 tindakan	 kateterisasi	 antara	 lain	 cedera	
arteri	koroner	atau	kejadian	cedera	pembuluh	darah	lainnya	atau	kejadian	penyakit	sistemik.	
Kejadian	kardiovaskular	mayor	pada	prosedur	diagnostik	sebesar	kurang	dari	1:1000	antara	
lain		kematian,	stroke,	infark	miokard	dan	iskemia	yang	membutuhkan	bedah	pintas	koroner	
darurat	termasuk	dlaam	kejadian	kardiovaskular	mayor.	Komplikasi	lain	yaitu	nefropati	akibat	
kontras,	 perdarahan	 masif,	 komplikasi	 askes	 vaskular,	 hipotensi,	 aritmia,	 tamponade	 dan	
perforasi.	Risiko	tindakan	makin		meningkat	pada	pasien	sindroma	koroner	akut,	usia	≥75	
tahun,	 gagal	 jantung,	 diabetes	 melitus,	 stenosis	 aorta,	 fungsi	 ventrikel	 kiri	 yang	 buruk,	
stenosis	 pada	 ketiga	 pembuluh	 darah	 kororner,	 riwayat	 kejadian	 serebral	 sebelumnya,	
obesitas,	 insufisiensi	 renal,	 suspek	 penyempitan	 di	 cabang	 utama	 dan	 hipertensi	 tidak	
terkontrol.		
	
Persiapan	Kateterisasi	
Penjelasan	 perihal	 tindakan	 atau	 informasi	 kepada	 pasien	 sangat	 penting	 meliputi	 risiko,	
manfaat,	alternatif	terapi	dan	potensial	yang	diperlukan	untuk	prosedur	lanjutan	saat	itu	juga	
(adhoc	 atau	 standby	 PCI).	 Operator	 juga	 harus	 menjelaskan	 adanya	 potensial	 terjadinya	
pembedahan	darurat.		
Perlindungan	tenaga	medis	dan	non	medis	meliputi	kewaspadaan	akan	penyakit	menular	dan	
penggunaan	 alat	 perlindungan	 diri	 yang	 adekuat,	 metode	 pembuangan	 dan	 teknik	
disinfektan.		
Persiapan	 :	 1)	 Data	 laboratorium	 rutin	 meliputi	 hemoglobin,	 hitung	 jenis,	 elektrolit	 dan	
kreatinin	 yand	 didapat	 2-4	 minggu	 sebelum	 prosedur.	 2)	 Prothrombin	 time	 bagi	 pasien	
dengan	gangguan	hati,	hematologi	dan	yang	mendapatkan	warfarin.	3)	Puasa	tidak	lebih	dari	
2	jam	untuk	clear	liquid	atau	6	jam	setelah	makan	ringan.	Hidrasi	merupakan	hal	penting	
sbelum	pemberian	kontras.	4)	Perempuan	usia	produktif	harus	menjalani	tes	beta-hCG	serum	
atau	urin	dalam	dua	minggu	sebelum	prosedur.	Hal	ini	diperlukan	karena	terdapat	resiko	
minimal	untuk	janin	berusia	dua	minggu	gestasi.		
	
Intervensi	Koroner	Perkutan	(IKP)	
Tujuan	tindakan	intervensi	perkutan	adalah	menghilangkan	tanda	dan	gejala	iskemik	koroner	
dan	menurunkan	resiko	kematian	akibat	infark	miokard	akut.	IKP	juga	harus	disertai	dengan	
terapi	medikamentosa	optimal	setelah	prosedur	yaitu	kontrol	hipertensi	dan	diabetes,	latihan
fisik	dan	berhenti	merokok.	Penggunaan	statin	dalam	pengelolaan	lemak	juga	merupakan	
komponen	penting.	
Indikasi	
1. Intervensi	 koroner	 perkutan	 atau	 CABG	 (coronary	 artery	 bypass	 grafting)	 elektif	
dilakukan	 jika	 ditemukan	 bukti	 iskemik	 dari	 pemeriksaan	 penunjang	 non	 invasif	
(treadmill	test,	MSCT,	Nuklir,	MRI	dan	Echocardiografi)	yang	disertai	lesi	signifikan	
arteri	koroner	berdasarkan	pemeriksaan	angiografi	koroner.	
2. Kriteria	 lesi	 signifikan	 di	 LM	 (left	 main),	 LAD	 (left	 artery	 descending),	 LCx	 (left	
circumflex)	dan	RCA	(right	coronary	artery):		
a. terdapat	stenosis	LM	(left	main)	>	50%,		
b. terdapat	stenosis	LAD	di	osteal/proksimal	>50%,		
c. terdapat	stenosis	LAD	di	mid-distal	>	70%,		
d. terdapat	stenosis	LCx		stenosis	>	70%	
e. terdapat	stenosis	RCA	stenosis	>70%.		
3. Pada	lesi-lesi	non	signifikan	yang	dijumpai	bukti	adanya	iskemia	yang	luas	memerlukan	
pemeriksaan	menggunakan	FFR	(flow	fraction	ration).	Nilai	FFR	<	0,85	menunjukkan	
lesi	 signifikan.	 Pada	 tempat	 yang	 tidak	 memiliki	 fasilitas	 FFR	 maka	 pemeriksaan	
iskemik	stress	test	dapat	membantu	apakah	lesi	sebagai	penyebab	iskemik.	
4. Indikasi	CABG	:	Lesi	panjang	atau	multiple	stenosis	(>	3	pembuluh	koroner)	dengan	
atau	tanpa	diabetes	mellitus.	
5. Pada	kasus-kasus	multivessel	disease	dimana	CABG	mempunyai	risiko	tinggi	(Fraksi	
ejeksi	>	35%,	usia>75	tahun	atau	pembuluh	distal	kurang	baik	untuk	grafting)	maka	
dapat	 dilakukan	 IKP	 selektif	 dan	 bertahap	 (selective	 and	 Stagging	 PCI)	 dengan	
mempertimbangkan	kondisi	klinis	pasien,	lama	radiasi,	jumlah	zat	kontras	dan	lama	
tindakan.		
6. IKP	lanjutan	dapat	dikerjakan	dalam	kurun	waktu	1-3	bulan	kemudian	jika	kondisi	
klinis	stabil.	
7. IKP	lanjutan	harus	dipercepat	jika	terdapat	keluhan	bermakna	(simptomatik).	
8. IKP	 primer	 (Primary	 PCI)	 wajib	 dilakukan	 pada	 kondisi	 akut	 seperti	 pada	 pasien	
serangan	 jantung	 sindroma	 koroner	 akut	 STEMI	 (ST	 elevasi	 myocardial	 infarction)	
dengan	onset	kurang	dari	12	jam.		
9. IKP	dini	(early	PCI)	yaitu	tindakan	intervensi	koroner	perkutan	pada	pasien-pasien	
sindroma	 koroner	 akut	 dengan	 gambaran	 tanpa	 elevasi	 (Non-STEMI),	 atau	 pada	
angina	pektoris	tidak	stabil	yang	masih	mengalami	angina	(simtomatik).
Kateterisasi	pada	pasien	dengan	Sindroma	Koroner	Akut	(SKA)	
Pasien	dengan	Angina	Pektoris	Tidak	Stabil	(APTS)	dan	infark	miokard	tanpa	elevasi	segmen	
ST	 akan	 mendapat	 manfaat	 mortalitas	 dan	 menurunkan	 angka	 reinfark	 melalui	 tindakan	
revaskularisasi.	Strategi	invasif	dini	harus	diterapkan	pada	pasien	iskemia	berulang	walaupun	
dengan	terapi	optimal,	troponin	yang	meningkat,	adanya	depresi	segmen	ST	baru,	munculnya	
keluhan	 baru	 atau	 perburukan	 gagal	 jantung,	 fungsi	 ventrikel	 kiri	 yang	 memburuk,	
hemodinamik	 tidak	 stabil,	 takikardi	 ventrikel	 yang	 menetap	 dan	 adanya	 riwayat	 IKP	 atau	
operasi	pintas	koroner.	
IKP	Primer	harus	dilakukan	dalam	waktu	kurang	dari	12	jam	pada	pasien	infark	miokard	akut	
dengen	elevasi	segmen	ST.	Standar	waktu	yang	diukur	dalam	tindakan	IKP	primer	disebut	
door-to-balloon	time	(DTBT),	yaitu	waktu	sejak	pasien	tiba	di	instalasi	gawat	darurat	hingga	
dilakukan	balonisasi	intra	koroner.		DTBT	yang	diharapkan	dalam	pelaksanaan	IKP	primer	
adalah	kurang	dari	90	menit.		
IKP	pasien	sindroma	koroner	akut	pada	pasien	tanpa	elevasi	(Non-STEMI)	sebaiknya	dilakukan	
dalam	48	jam	atau	durante	perawatan	di	Rumah	Sakit	untuk	menurunkan	angka	kematian.	
Pada	 akhir	 tindakan	 IKP	 akan	 di	 nilai	 lesi	 koroner	 pasca	 stenting	 atau	 balonisasi	 meliputi	
residual	stenosis	dan	aliran	flow	koroner,	aliran	flow	ini	diukur	dengan	nilai	TIMI	flow	0	sampai	
dengan	3.	TIMI	1-3	terdapat	aliran	,	sedangkan	TIMI	0	tidak	ada	alairan.	
Obat-obatan	heparin	sebelum	tindakan	dan	obat	anti	platelet	ganda	berupa	kombinasi	oral	
aspirin	160	mg	+	cliopidogrel	600	mg	atau	aspirin	160	mg	+	ticaglerol	160	mg	harus	sudah	
diberikan	sesuai	dosis	sebelum	tindakan	IKP.	
	
Pemilihan	Stent	Koroner	
Stent	koroner	digunakan	lebih	dari	90%	prosedur	IKP	seluruh	dunia.	Stent	koroner	berperan	
sebagai	 perancah	 untuk	 diseksi	 arteri	 koroner,	 sehingga	 menurunkan	 insiden	 penutupan	
pembuluh	 darah	 dan	 operasi	 pintas	 koroner,	 menurunkan	 frekuensi	 restenosis	 dengen	
mencegah	 recoil	 arteri.	 Generasi	 kedua	 stent	 memiliki	 tingkat	 fleksiilitas	 yang	 tinggi,	
kemudahan	penghantaran	dan	kemudahan	akses	cabang	koroner.
Gambar	3.	Pemasangan	stent	koroner	
	
Pada	awal	pengunaan	stent	koroner	angka	trombosis	subakut	cukup	tinggi	walaupun	dengen	
terapi	 antitrombotik	 yang	 agresif.	 Trombosis	 subakut	 menghasilkan	 keadaan	 klinis	 yang	
berujung	pada	infark	miokard,	kematian	atau	revaskularisasi	emergensi.	Kejadian	trombosis	
subakut	semakin	jarang	(0.5%-1%)	dengan	digunakannya	inflasi	balon	tekanan	tinggi	saat	
pemasangan	stent	dan	dengan	penggunaan	antiplatelet	ganda	sebelum	tindakan	(gambar	3).	
Bare	Metal	Stent	(BMS)	digunakan	hanya	pada	10%-30%	pasien	yang	menjalani	IKP,	paling	
sering	karena	ketidakmampuan	mengonsumsi	terapi	antiplatelet	ganda	jangka	panjang;	pada	
pembuluh	darah	besar	(>4	mm)	dimana	resiko	stenosis	nya	rendah	dan	pada	infark	miokard	
akut.	Kejadian	restenosis	dan	angina	berulang	pada	pemasangan	BMS	lebih	sering	terjadi	
dibandingkan	dengan	angioplasti	balon.	
Drug	Eluting	Stent	(DES)	dikembangkan	pada	tahun	2000-an	dengan	komponen	utama	yaitu	
balon	untuk	mengembangkan	stent,	lapisan	polimer	yang	membawa	obat	dan	obat	itu	sendiri	
untuk	menghambat	hiperplasi	intima.	Stent	ini	telah	terbukti	pada	pasien	dengan	lesi	fokal	
dan	de	novo	dengen	diameter	2.5-3.5	mm	dan	panjang	lesi	15-30	mm.	Penelitian	lain	juga	
membuktikan	manfaat	DES	untuk	lesi	panjang	(>30	mm)	dan	pembuluh	kecil	(<2.5mm),	oklusi	
total	kronis,dan	arteri	mamari	interna,	restenosis	in	stent	dan	STEMI	(ilustrasi	gambar	4).
Gambar	4.	Stent	Koroner	
	
Evaluasi	medikamentosa	pasca	IKP	
Obat	anti	platelet	ganda	wajib	dikonsumsi	oleh	pasien	pasca	pemasangan	stent	DES	selama	1	
tahun,	sedangkan	pada	pemasangan	BMS	cukup	6	bulan	saja.	Obat-obatan	rumatan	oral	yang	
wajib	diberikan	pada	pasien	pasca	IKP	antara	lain	aspirin	160	mg,	clopidogrel	75	mg	OD	atau	
Ticagleror	90	BD,	golongan	statin,	dan	golongan	beta	bloker.	Pada	kondisi	penurunan	fungsi	
ventrikel	 kiri	 atau	 fraksi	 ejeksi	 kurang	 dari	 40%	 maka	 memerlukan	 tambahan	 golongan	
penghambatan	angiotensin.		Obat-obatan	terkait	faktor	risiko	yang	melekat	perlu	diberikan	
seperti	diabetes	mellitus	dan	hipertensi.	Pemberian	suplemen	dan	vitamin	dilaporkan	tidak	
memberikan	manfaat	dalam	luaran	klinis	pada	pasien-pasien	PJK.	
Pasca	pemasangan	stent	pasien	memerlukan	kontrol	1-2	minggu	untuk	evaluasi	keluhan	klinis	
dan	 pemeriksaan	 luka	 akses	 vaskular	 IKP.	 Jika	 kondisi	 stabil	 dan	 tidak	 ada	 keluhan	 yang	
bermakna	 maka	 pasien	 dapat	 kontrol	 dalam	 3-4	 bulan	 dengan	 dibekali	 obat-obatan	
antiplatelet	ganda,	beta	bloker	dan	statin,	serta	obat	kendali	faktor	risiko	yang	menyertai	jika	
ada.	 Kontrol	 wajib	 dipercepat	 jika	 terdapat	 keluhan	 angina	 yang	 bermakna	 untuk	 dinilai	
apakah	keluhan	tersebut	merupakan	angina	yang	khas	untuk	terjadinya	re-stenosis	atau	akut	
trombosis.	Keluhan	angina	yang	dicurigai	suatu	re-stenosis	wajib	dilakukan	evaluasi	angiografi	
koroner	ulangan	untuk	memastikan	patensi	stent	yang	terpasang.	Obat	golongan	clopidogrel	
atau	ticagleror	sebaiknya	dihentikan	setelah	1	tahun	pemberian	pasca	pemasangan	stent.				
	
Kesimpulan	
Angiografi	arteri	koroner	perkutan	merupakan	baku	emas	dalam	diagnosis	penyakit	jantung	
koroner.	Angiografi	arteri	koroner	diindikasikan	secara	kuat	pada	pasien	dengan	kecurigaan	
PJK	 berdasarkan	 keluhan,	 EKG,	 dan	 atau	 pemeriksaan	 pencitraan	 non	 invasif	 atau	
pemeriksaan	stress	test.	
Intervensi	 koroner	 perkutan	 (IKP)	 merupakan	 prosedur	 terapeutik	 revaskularisasi	 atau	
membuka	aliran	pembuluh	darah	koroner	yang	menyempit.	Tindakan	IKP	bersifat	life	saving
pada	kasus-kasus	sindroma	koroner	akut	dan	penyempitan	kritis	di	pembuluh	utama	seperti	
Left	 Main	 dan	 LAD.	 Pemasangan	 Drug	 eluting	 stent	 (DES)	 pada	 tindakan	 	 IKP	 memiliki	
keunggulan	dibanding	Bare	metal	stent	(BMS)	dalam	hal	kejadian	trombosis	dan	restenosis.	
Pemberian	obat-obatan	antiplatelet	ganda,	golongan	beta	bloker	dan	statin	merupakan	satu	
kesatuan	 dalam	 tatalaksana	 pasien	 durante	 dan	 pasca	 pemasangan	 stent	 yang	 tidak	 bisa	
dipisahkan	karena	terkait	dengan	luaran	terjadinya	serangan	jantung	berulang	dan	kematian.			
	
Referensi	
1. Buku	Standar	Laboratorium	Kateterisasi	Jantung,	Perhimpunan	Intervensi	Kardiologi	
Indonesia-PERKI,	2017.	
2. Buku	Ajar	Kardiovaskular	FKUI,	2017	
3. Firdaus	I,	dkk,	Panduan	Praktek	Klinik	dan	Clinical	Pathway	PERKI	2016	
4. Firdaus	I,	dkk,	Panduan	Praktek	Klinik	RS	Jantung	dan	Pembuluh	Darah	Harapan	Kita	
2017-2019.	
5. Caluk	J.	Procedural	Techniques	of	Coronary	Angiography.	InTech	Europe.	2011.	
6. Montalescot	G,	Sechtem	U,	Achenbach	S,	Andreotti	F,	Arden	C,	Budaj	A,	et	al.	2013	
ESC	guidelines	on	the	management	of	stable	coronary	artery	diseaseThe	Task	Force	
on	the	management	of	stable	coronary	artery	disease	of	the	European	Society	of	
Cardiology.	European	Heart	Journal.	2013;34(38):2949-3003.	
7. Kern	MJ.	Cardiac	catheterization--	handbooks,	manuals.	Philadelphia:	Saunders;	
2011.	
8. Bashore	TM,	Balter	S,	Barac	A,	Byrne	JG,	Cavendish	JJ,	Chambers	CE,	et	al.	2012	
American	College	of	Cardiology	Foundation/Society	for	Cardiovascular	Angiography	
and	Interventions	Expert	Consensus	Document	on	Cardiac	Catheterization	
Laboratory	Standards	Update:	A	Report	of	the	American	College	of	Cardiology	
Foundation	Task	Force	on	Expert	Consensus	Documents.	Journal	of	the	American	
College	of	Cardiology.	2012;59(24):2221-305.	
9. King	SB,	Smith	SC,	Hirshfeld	JW,	Jacobs	AK,	Morrison	DA,	Williams	DO,	et	al.	2007	
Focused	Update	of	the	ACC/AHA/SCAI	2005	Guideline	Update	for	Percutaneous	
Coronary	Intervention.	A	Report	of	the	American	College	of	Cardiology/American	
Heart	Association	Task	Force	on	Practice	Guidelines:	2007	Writing	Group	to	Review	
New	Evidence	and	Update	the	ACC/AHA/SCAI	2005	Guideline	Update	for	
Percutaneous	Coronary	Intervention,	Writing	on	Behalf	of	the	2005	Writing	
Committee.	2008;117(2):261-95.

More Related Content

What's hot

MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERRindang Abas
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSTabita P S, M.D
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)Adam Muhammad
 
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darah
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darahPemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darah
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darahZakiah dr
 
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)Isman Firdaus
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt
(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt
(364342723) penyakit jantung-koroner.pptBriliant Nissa
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumpade anggara
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 
normal sinus rhytm
normal sinus rhytmnormal sinus rhytm
normal sinus rhytmyus rendra
 
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIManagement of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIIsman Firdaus
 

What's hot (20)

MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLS
 
Aritmia1
Aritmia1Aritmia1
Aritmia1
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darah
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darahPemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darah
Pemeriksaan Asam urat kolesterol dan gula darah
 
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)Tatalaksana Gagal Jantung Akut  ( Acute Heart Failure Update)
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt
(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt
(364342723) penyakit jantung-koroner.ppt
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pump
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
Makalah ekg
Makalah ekg Makalah ekg
Makalah ekg
 
Angina pektoris
Angina pektorisAngina pektoris
Angina pektoris
 
normal sinus rhytm
normal sinus rhytmnormal sinus rhytm
normal sinus rhytm
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIManagement of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
 

Similar to Kateterisasi jantung koroner

Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...
Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...
Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...dimar aji
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)conesti08com
 
Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantungKateterisasi jantung
Kateterisasi jantungdhoan Evridho
 
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGTINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGAbdulMusyfiqAlayTami1
 
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxCBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxantoniuswawan2
 
Makalah askeb persalinan dan bbl 2
Makalah askeb persalinan dan bbl 2Makalah askeb persalinan dan bbl 2
Makalah askeb persalinan dan bbl 2Resti Wati
 
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.id
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.idBookllet pituitary BrainTumorCenter.id
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.idBrainTumorIndonesia
 
PDF Topik Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdf
PDF Topik  Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdfPDF Topik  Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdf
PDF Topik Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdfInaGumilar
 
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaAskep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaGunk Arie'sti
 
Acute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionAcute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionZakia Mahpob
 
Catheter Ablation vs MRC.ppt
Catheter Ablation vs MRC.pptCatheter Ablation vs MRC.ppt
Catheter Ablation vs MRC.pptShaoranAulia1
 
DIALISIS EBN.ppt
DIALISIS EBN.pptDIALISIS EBN.ppt
DIALISIS EBN.pptRESTU764520
 
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...Eltanin Vanriri
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxSarahShadiqa
 

Similar to Kateterisasi jantung koroner (20)

Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...
Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...
Makalah biologi tentang Teknologi pada Sistem Peredaran Darah Kelas XI Semest...
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantungKateterisasi jantung
Kateterisasi jantung
 
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGTINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
 
Penkes After CABG
Penkes After CABGPenkes After CABG
Penkes After CABG
 
PPT RD.pptx
PPT RD.pptxPPT RD.pptx
PPT RD.pptx
 
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptxCBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
CBD CAD Antonius Wahyu Hendrawan.pptx
 
Modul sap
Modul sapModul sap
Modul sap
 
Makalah askeb persalinan dan bbl 2
Makalah askeb persalinan dan bbl 2Makalah askeb persalinan dan bbl 2
Makalah askeb persalinan dan bbl 2
 
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.id
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.idBookllet pituitary BrainTumorCenter.id
Bookllet pituitary BrainTumorCenter.id
 
PDF Topik Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdf
PDF Topik  Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdfPDF Topik  Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdf
PDF Topik Fisioterapi Pada Kanker dan Oedem Paru, emboli paru.pdf
 
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptcaAskep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
Askep klien bedah jantung valvula plasti, cabg dan ptca
 
Acute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionAcute miocardium infarction
Acute miocardium infarction
 
Catheter Ablation vs MRC.ppt
Catheter Ablation vs MRC.pptCatheter Ablation vs MRC.ppt
Catheter Ablation vs MRC.ppt
 
DIALISIS EBN.ppt
DIALISIS EBN.pptDIALISIS EBN.ppt
DIALISIS EBN.ppt
 
Ca. Tiroid (2) (1).pptx
Ca. Tiroid (2) (1).pptxCa. Tiroid (2) (1).pptx
Ca. Tiroid (2) (1).pptx
 
Materi Kursus ACLS
Materi Kursus ACLSMateri Kursus ACLS
Materi Kursus ACLS
 
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...
Jurnal reading - one year risk of stroke after transient ischemic attack or m...
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
 

More from Isman Firdaus

Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptx
Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptxAutophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptx
Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptxIsman Firdaus
 
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr Dafsah
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr DafsahRespiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr Dafsah
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr DafsahIsman Firdaus
 
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018Isman Firdaus
 
Workshop of Low Cardiac Output Management, 2018
Workshop of Low Cardiac Output Management,  2018Workshop of Low Cardiac Output Management,  2018
Workshop of Low Cardiac Output Management, 2018Isman Firdaus
 
CTO PCI: Wire Seelection
CTO PCI: Wire SeelectionCTO PCI: Wire Seelection
CTO PCI: Wire SeelectionIsman Firdaus
 
Pendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaPendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaIsman Firdaus
 
Pelayanan intervensi harkit isman
Pelayanan intervensi harkit ismanPelayanan intervensi harkit isman
Pelayanan intervensi harkit ismanIsman Firdaus
 
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKI
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKINew Update NSTEMI Guideline 2018, PERKI
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKIIsman Firdaus
 
Hypertensive emergency ina acc 2018, isman
Hypertensive emergency  ina acc 2018, ismanHypertensive emergency  ina acc 2018, isman
Hypertensive emergency ina acc 2018, ismanIsman Firdaus
 
Acute Heart Failure 2017
Acute Heart Failure 2017Acute Heart Failure 2017
Acute Heart Failure 2017Isman Firdaus
 
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and Tricks
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and TricksCost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and Tricks
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and TricksIsman Firdaus
 
Isicam, high bleeding risk pci,2016,isman
Isicam, high bleeding risk pci,2016,ismanIsicam, high bleeding risk pci,2016,isman
Isicam, high bleeding risk pci,2016,ismanIsman Firdaus
 
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016 background asmiha,isman edit
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016  background asmiha,isman editIabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016  background asmiha,isman edit
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016 background asmiha,isman editIsman Firdaus
 

More from Isman Firdaus (13)

Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptx
Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptxAutophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptx
Autophagy and Apoptosis in Myoacardial Infarction, wecoc 2021.pptx
 
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr Dafsah
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr DafsahRespiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr Dafsah
Respiratory Failure and Mechanical Ventilation Management, dr Dafsah
 
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018
Fluid management and Fluid Responsiveness in ICCU / ICU at ASMIHA workshop 2018
 
Workshop of Low Cardiac Output Management, 2018
Workshop of Low Cardiac Output Management,  2018Workshop of Low Cardiac Output Management,  2018
Workshop of Low Cardiac Output Management, 2018
 
CTO PCI: Wire Seelection
CTO PCI: Wire SeelectionCTO PCI: Wire Seelection
CTO PCI: Wire Seelection
 
Pendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaPendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam Basa
 
Pelayanan intervensi harkit isman
Pelayanan intervensi harkit ismanPelayanan intervensi harkit isman
Pelayanan intervensi harkit isman
 
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKI
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKINew Update NSTEMI Guideline 2018, PERKI
New Update NSTEMI Guideline 2018, PERKI
 
Hypertensive emergency ina acc 2018, isman
Hypertensive emergency  ina acc 2018, ismanHypertensive emergency  ina acc 2018, isman
Hypertensive emergency ina acc 2018, isman
 
Acute Heart Failure 2017
Acute Heart Failure 2017Acute Heart Failure 2017
Acute Heart Failure 2017
 
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and Tricks
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and TricksCost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and Tricks
Cost Effectiveness Procedures in cathlab: Tips and Tricks
 
Isicam, high bleeding risk pci,2016,isman
Isicam, high bleeding risk pci,2016,ismanIsicam, high bleeding risk pci,2016,isman
Isicam, high bleeding risk pci,2016,isman
 
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016 background asmiha,isman edit
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016  background asmiha,isman editIabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016  background asmiha,isman edit
Iabp principle, hemodynamic, timing, weaning 2016 background asmiha,isman edit
 

Recently uploaded

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxLintangDwiCandra1
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 

Recently uploaded (20)

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 

Kateterisasi jantung koroner

  • 1. Kateterisasi Jantung Koroner, Kapan Harus dilakukan ? dr. Isman Firdaus, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FSCAI Akhir-akhir ini kateterisasi jantung menjadi salah satu modalitas penting dalam pengobatan dan tatalaksana penyakit kardiovaskular, dan bahkan telah berevolusi untuk tatalaksana di luar penyakit kardiovaskular. Kateterisasi (berasal dari kata cardiac catheterization, atau kateterisasi jantung dan disingkat menjadi kateterisasi) adalah tindakan memasukkan selang kecil (kateter) secara perkutan ke dalam pembuluh darah arteri dan atau vena dan menelusurinya hingga ke jantung, pembuluh darah lainnya dan atau organ lain yang dituju dengan bantuan sinar-X, bertujuan untuk diagnostik (mencari gangguan struktur dan atau fungsi pada pembuluh darah jantung, pembuluh darah lainnya, dan atau organ lain) dan atau terapetik (memperbaiki gangguan struktur dan atau fungsi pembuluh darah jantung, pembuluh darah lainnya, dan atau organ lain). Untuk tujuan terapetik, tindakan ini lazim disebut disebut prosedur intervensi invasif non-bedah atau intervensi kateterisasi perkutan. Angiografi Koroner Perkutan Angiografi koroner perkutan merupakan tindakan kateterisasi dengan menyemprotkan zat kontras ke dalam arteri koroner untuk melihat anatomi arteri koroner sehingga dapat mendeteksi ada atau tidaknya penyempitan (stenosis) yang dimonitor melalui sinar X. Gambar 1 menunjukkan gambaran skematik pembuluh koroner yang dilihat melalui kateterisasi. Angiografi arteri koroner merupakan tindakan baku emas dalam mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) yang dilakukan oleh seorang Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Indikasi angiografi koroner perkutan antara lain: 1. Pasien simptomatik dengan keluhan angina pektoris derajat 2-3 (CCS 2-3) disertai kelainan rekam listrik jantung EKG (elketrokardiografi) berupa depresi segmen ST atau inversi gelombang T pada minimal 2 lead yang berkaitan, atau pada pasien tanpa kelainan EKG pasca pemasangan ring koroner atau pasca CABG. Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dilokasi sub-sternum akibat iskemik miokard. Pada beberapa populasi pasien dengan keluhan angina dapat berupa rasa sesak nafas atau bahkan tanpa gejala. 2. Pasien asimptomatik, namun terdapat tanda-tanda iskemik dengan pemeriksaan treadmill test, atau pemeriksaan Nuklir/MRI, atau ditemukan gambaran hipokinesia miokard melalui ekokardiografi, atau terdapat gambaran lesi melalui pemeriksaan MSCT koroner.
  • 2. 3. Pasien asimptomatik dengan gambaran EKG gelombang Q, atau kelainan segmen ST dan gelombang T dengan risiko tinggi PJK seperti diabetes melitus, atau riwayat infark lama (pernah serangan jantung) 4. Pasien dengan angina tidak stabil atau angina progresif (CCS 3-4) dengan gambaran EKG abnormal atau normal. 5. Pasien yang akan menjalani operasi bedah jantung 6. Pemeriksaan noninvasif menunjukan hasil yang meragukan atau saling berlawanan. 7. Kalsifikasi berat dengan probabilitas menengah sedang yang terlihat dari CT Angiografi, pada pasien dengan gejala ringan dan tanpa gejala disarankan menjalani imaging stress test. Gambar 1. Anatomi Arteri Koroner skematik. Gambar 2. Gambaran angiografi koroner sebelum dan sesudah pemasangan stent pada tindakan intervensi koroner perkutan (IKP)
  • 3. Saat ini tidak ada kontraindikasi mutlak tindakan kateterisasi jantung, namun secara umum apabila fasilitas ruang dan peralatan tidak memadai sebaiknya tidak dilakukan. Komplikasi atau penyulit juga dapat terjadi pada tindakan kateterisasi antara lain cedera arteri koroner atau kejadian cedera pembuluh darah lainnya atau kejadian penyakit sistemik. Kejadian kardiovaskular mayor pada prosedur diagnostik sebesar kurang dari 1:1000 antara lain kematian, stroke, infark miokard dan iskemia yang membutuhkan bedah pintas koroner darurat termasuk dlaam kejadian kardiovaskular mayor. Komplikasi lain yaitu nefropati akibat kontras, perdarahan masif, komplikasi askes vaskular, hipotensi, aritmia, tamponade dan perforasi. Risiko tindakan makin meningkat pada pasien sindroma koroner akut, usia ≥75 tahun, gagal jantung, diabetes melitus, stenosis aorta, fungsi ventrikel kiri yang buruk, stenosis pada ketiga pembuluh darah kororner, riwayat kejadian serebral sebelumnya, obesitas, insufisiensi renal, suspek penyempitan di cabang utama dan hipertensi tidak terkontrol. Persiapan Kateterisasi Penjelasan perihal tindakan atau informasi kepada pasien sangat penting meliputi risiko, manfaat, alternatif terapi dan potensial yang diperlukan untuk prosedur lanjutan saat itu juga (adhoc atau standby PCI). Operator juga harus menjelaskan adanya potensial terjadinya pembedahan darurat. Perlindungan tenaga medis dan non medis meliputi kewaspadaan akan penyakit menular dan penggunaan alat perlindungan diri yang adekuat, metode pembuangan dan teknik disinfektan. Persiapan : 1) Data laboratorium rutin meliputi hemoglobin, hitung jenis, elektrolit dan kreatinin yand didapat 2-4 minggu sebelum prosedur. 2) Prothrombin time bagi pasien dengan gangguan hati, hematologi dan yang mendapatkan warfarin. 3) Puasa tidak lebih dari 2 jam untuk clear liquid atau 6 jam setelah makan ringan. Hidrasi merupakan hal penting sbelum pemberian kontras. 4) Perempuan usia produktif harus menjalani tes beta-hCG serum atau urin dalam dua minggu sebelum prosedur. Hal ini diperlukan karena terdapat resiko minimal untuk janin berusia dua minggu gestasi. Intervensi Koroner Perkutan (IKP) Tujuan tindakan intervensi perkutan adalah menghilangkan tanda dan gejala iskemik koroner dan menurunkan resiko kematian akibat infark miokard akut. IKP juga harus disertai dengan terapi medikamentosa optimal setelah prosedur yaitu kontrol hipertensi dan diabetes, latihan
  • 4. fisik dan berhenti merokok. Penggunaan statin dalam pengelolaan lemak juga merupakan komponen penting. Indikasi 1. Intervensi koroner perkutan atau CABG (coronary artery bypass grafting) elektif dilakukan jika ditemukan bukti iskemik dari pemeriksaan penunjang non invasif (treadmill test, MSCT, Nuklir, MRI dan Echocardiografi) yang disertai lesi signifikan arteri koroner berdasarkan pemeriksaan angiografi koroner. 2. Kriteria lesi signifikan di LM (left main), LAD (left artery descending), LCx (left circumflex) dan RCA (right coronary artery): a. terdapat stenosis LM (left main) > 50%, b. terdapat stenosis LAD di osteal/proksimal >50%, c. terdapat stenosis LAD di mid-distal > 70%, d. terdapat stenosis LCx stenosis > 70% e. terdapat stenosis RCA stenosis >70%. 3. Pada lesi-lesi non signifikan yang dijumpai bukti adanya iskemia yang luas memerlukan pemeriksaan menggunakan FFR (flow fraction ration). Nilai FFR < 0,85 menunjukkan lesi signifikan. Pada tempat yang tidak memiliki fasilitas FFR maka pemeriksaan iskemik stress test dapat membantu apakah lesi sebagai penyebab iskemik. 4. Indikasi CABG : Lesi panjang atau multiple stenosis (> 3 pembuluh koroner) dengan atau tanpa diabetes mellitus. 5. Pada kasus-kasus multivessel disease dimana CABG mempunyai risiko tinggi (Fraksi ejeksi > 35%, usia>75 tahun atau pembuluh distal kurang baik untuk grafting) maka dapat dilakukan IKP selektif dan bertahap (selective and Stagging PCI) dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien, lama radiasi, jumlah zat kontras dan lama tindakan. 6. IKP lanjutan dapat dikerjakan dalam kurun waktu 1-3 bulan kemudian jika kondisi klinis stabil. 7. IKP lanjutan harus dipercepat jika terdapat keluhan bermakna (simptomatik). 8. IKP primer (Primary PCI) wajib dilakukan pada kondisi akut seperti pada pasien serangan jantung sindroma koroner akut STEMI (ST elevasi myocardial infarction) dengan onset kurang dari 12 jam. 9. IKP dini (early PCI) yaitu tindakan intervensi koroner perkutan pada pasien-pasien sindroma koroner akut dengan gambaran tanpa elevasi (Non-STEMI), atau pada angina pektoris tidak stabil yang masih mengalami angina (simtomatik).
  • 5. Kateterisasi pada pasien dengan Sindroma Koroner Akut (SKA) Pasien dengan Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST akan mendapat manfaat mortalitas dan menurunkan angka reinfark melalui tindakan revaskularisasi. Strategi invasif dini harus diterapkan pada pasien iskemia berulang walaupun dengan terapi optimal, troponin yang meningkat, adanya depresi segmen ST baru, munculnya keluhan baru atau perburukan gagal jantung, fungsi ventrikel kiri yang memburuk, hemodinamik tidak stabil, takikardi ventrikel yang menetap dan adanya riwayat IKP atau operasi pintas koroner. IKP Primer harus dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam pada pasien infark miokard akut dengen elevasi segmen ST. Standar waktu yang diukur dalam tindakan IKP primer disebut door-to-balloon time (DTBT), yaitu waktu sejak pasien tiba di instalasi gawat darurat hingga dilakukan balonisasi intra koroner. DTBT yang diharapkan dalam pelaksanaan IKP primer adalah kurang dari 90 menit. IKP pasien sindroma koroner akut pada pasien tanpa elevasi (Non-STEMI) sebaiknya dilakukan dalam 48 jam atau durante perawatan di Rumah Sakit untuk menurunkan angka kematian. Pada akhir tindakan IKP akan di nilai lesi koroner pasca stenting atau balonisasi meliputi residual stenosis dan aliran flow koroner, aliran flow ini diukur dengan nilai TIMI flow 0 sampai dengan 3. TIMI 1-3 terdapat aliran , sedangkan TIMI 0 tidak ada alairan. Obat-obatan heparin sebelum tindakan dan obat anti platelet ganda berupa kombinasi oral aspirin 160 mg + cliopidogrel 600 mg atau aspirin 160 mg + ticaglerol 160 mg harus sudah diberikan sesuai dosis sebelum tindakan IKP. Pemilihan Stent Koroner Stent koroner digunakan lebih dari 90% prosedur IKP seluruh dunia. Stent koroner berperan sebagai perancah untuk diseksi arteri koroner, sehingga menurunkan insiden penutupan pembuluh darah dan operasi pintas koroner, menurunkan frekuensi restenosis dengen mencegah recoil arteri. Generasi kedua stent memiliki tingkat fleksiilitas yang tinggi, kemudahan penghantaran dan kemudahan akses cabang koroner.
  • 6. Gambar 3. Pemasangan stent koroner Pada awal pengunaan stent koroner angka trombosis subakut cukup tinggi walaupun dengen terapi antitrombotik yang agresif. Trombosis subakut menghasilkan keadaan klinis yang berujung pada infark miokard, kematian atau revaskularisasi emergensi. Kejadian trombosis subakut semakin jarang (0.5%-1%) dengan digunakannya inflasi balon tekanan tinggi saat pemasangan stent dan dengan penggunaan antiplatelet ganda sebelum tindakan (gambar 3). Bare Metal Stent (BMS) digunakan hanya pada 10%-30% pasien yang menjalani IKP, paling sering karena ketidakmampuan mengonsumsi terapi antiplatelet ganda jangka panjang; pada pembuluh darah besar (>4 mm) dimana resiko stenosis nya rendah dan pada infark miokard akut. Kejadian restenosis dan angina berulang pada pemasangan BMS lebih sering terjadi dibandingkan dengan angioplasti balon. Drug Eluting Stent (DES) dikembangkan pada tahun 2000-an dengan komponen utama yaitu balon untuk mengembangkan stent, lapisan polimer yang membawa obat dan obat itu sendiri untuk menghambat hiperplasi intima. Stent ini telah terbukti pada pasien dengan lesi fokal dan de novo dengen diameter 2.5-3.5 mm dan panjang lesi 15-30 mm. Penelitian lain juga membuktikan manfaat DES untuk lesi panjang (>30 mm) dan pembuluh kecil (<2.5mm), oklusi total kronis,dan arteri mamari interna, restenosis in stent dan STEMI (ilustrasi gambar 4).
  • 7. Gambar 4. Stent Koroner Evaluasi medikamentosa pasca IKP Obat anti platelet ganda wajib dikonsumsi oleh pasien pasca pemasangan stent DES selama 1 tahun, sedangkan pada pemasangan BMS cukup 6 bulan saja. Obat-obatan rumatan oral yang wajib diberikan pada pasien pasca IKP antara lain aspirin 160 mg, clopidogrel 75 mg OD atau Ticagleror 90 BD, golongan statin, dan golongan beta bloker. Pada kondisi penurunan fungsi ventrikel kiri atau fraksi ejeksi kurang dari 40% maka memerlukan tambahan golongan penghambatan angiotensin. Obat-obatan terkait faktor risiko yang melekat perlu diberikan seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Pemberian suplemen dan vitamin dilaporkan tidak memberikan manfaat dalam luaran klinis pada pasien-pasien PJK. Pasca pemasangan stent pasien memerlukan kontrol 1-2 minggu untuk evaluasi keluhan klinis dan pemeriksaan luka akses vaskular IKP. Jika kondisi stabil dan tidak ada keluhan yang bermakna maka pasien dapat kontrol dalam 3-4 bulan dengan dibekali obat-obatan antiplatelet ganda, beta bloker dan statin, serta obat kendali faktor risiko yang menyertai jika ada. Kontrol wajib dipercepat jika terdapat keluhan angina yang bermakna untuk dinilai apakah keluhan tersebut merupakan angina yang khas untuk terjadinya re-stenosis atau akut trombosis. Keluhan angina yang dicurigai suatu re-stenosis wajib dilakukan evaluasi angiografi koroner ulangan untuk memastikan patensi stent yang terpasang. Obat golongan clopidogrel atau ticagleror sebaiknya dihentikan setelah 1 tahun pemberian pasca pemasangan stent. Kesimpulan Angiografi arteri koroner perkutan merupakan baku emas dalam diagnosis penyakit jantung koroner. Angiografi arteri koroner diindikasikan secara kuat pada pasien dengan kecurigaan PJK berdasarkan keluhan, EKG, dan atau pemeriksaan pencitraan non invasif atau pemeriksaan stress test. Intervensi koroner perkutan (IKP) merupakan prosedur terapeutik revaskularisasi atau membuka aliran pembuluh darah koroner yang menyempit. Tindakan IKP bersifat life saving
  • 8. pada kasus-kasus sindroma koroner akut dan penyempitan kritis di pembuluh utama seperti Left Main dan LAD. Pemasangan Drug eluting stent (DES) pada tindakan IKP memiliki keunggulan dibanding Bare metal stent (BMS) dalam hal kejadian trombosis dan restenosis. Pemberian obat-obatan antiplatelet ganda, golongan beta bloker dan statin merupakan satu kesatuan dalam tatalaksana pasien durante dan pasca pemasangan stent yang tidak bisa dipisahkan karena terkait dengan luaran terjadinya serangan jantung berulang dan kematian. Referensi 1. Buku Standar Laboratorium Kateterisasi Jantung, Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia-PERKI, 2017. 2. Buku Ajar Kardiovaskular FKUI, 2017 3. Firdaus I, dkk, Panduan Praktek Klinik dan Clinical Pathway PERKI 2016 4. Firdaus I, dkk, Panduan Praktek Klinik RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita 2017-2019. 5. Caluk J. Procedural Techniques of Coronary Angiography. InTech Europe. 2011. 6. Montalescot G, Sechtem U, Achenbach S, Andreotti F, Arden C, Budaj A, et al. 2013 ESC guidelines on the management of stable coronary artery diseaseThe Task Force on the management of stable coronary artery disease of the European Society of Cardiology. European Heart Journal. 2013;34(38):2949-3003. 7. Kern MJ. Cardiac catheterization-- handbooks, manuals. Philadelphia: Saunders; 2011. 8. Bashore TM, Balter S, Barac A, Byrne JG, Cavendish JJ, Chambers CE, et al. 2012 American College of Cardiology Foundation/Society for Cardiovascular Angiography and Interventions Expert Consensus Document on Cardiac Catheterization Laboratory Standards Update: A Report of the American College of Cardiology Foundation Task Force on Expert Consensus Documents. Journal of the American College of Cardiology. 2012;59(24):2221-305. 9. King SB, Smith SC, Hirshfeld JW, Jacobs AK, Morrison DA, Williams DO, et al. 2007 Focused Update of the ACC/AHA/SCAI 2005 Guideline Update for Percutaneous Coronary Intervention. A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines: 2007 Writing Group to Review New Evidence and Update the ACC/AHA/SCAI 2005 Guideline Update for Percutaneous Coronary Intervention, Writing on Behalf of the 2005 Writing Committee. 2008;117(2):261-95.