SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
PELAKU DAN KORBAN
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI SERTA
THERAPEUTIC JURISPUDENCE
PADA KASUS KEKERASAN SEKSUAL
Oleh:
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
Semua Jenis Kekerasan
merupakan tindakan tidak bisa
ditolerir
2
JENIS KEKERASAN UU 23 nomer 2014 :
•kekerasan fisik;
•kekerasan psikis;
•kekerasan seksual;
•penelantaran rumah tangga.
Memahami Apa Kekerasan
Seksual?
•Definisi ini sangat luas karena sangat dipengaruhi oleh
budaya, sosial, agama dan masih banyak lagi
•Oleh karena itu Hukum perlu mendapat wawasan dari
berbagai sudut pandang keilmuan
•Agar pemahaman kekerasan seksual dapat dipahami
secara komprehensif
4
Kekerasan selalu memberi
dampak negatif pada
korban
• Korban menjadi trauma, permasalahan emosi, selalu takut,
cemas, mudah tersinggung, mudah marah, dan bahkan
depresi.
• Pada anak akan mengalami masalah dalam hubungannya
dengan orang lain di sekolah. Misalnya bermasalah dengan
kedisiplinan, menghindar dari tugas-tugas, menarik diri.
• Reaksi ekstrem terhadap kontak fisik (sangat menarik diri vs
ketertarikan yang besar untuk bermain-main dengan organ
seksnya)
Pendekatan Psikologis
terhadap korban
• Tenaga Psikologi akan melakukan asesmen kepada korban
untuk menentukan dampak psikologis korban.
• Asesmen tidak hanya pada korban tetapi memahami
masyarakat, dan konteks budaya dimana ia tinggal.
• Dampak Psikologis pada korban bisa berbeda karena adanya
perbedaan psikologis dan perbedaan kasus
• Hasil asesmen akan menentukan rehabilitasi dan
intervensinya.
• Rehabilitasi bertujuan membuat kesehatan mental korban
menjadi lebih baik
Memahami pelaku kekerasan
Seksual dari sisi Psikologis
• Pelaku kekerasan seksual juga memiki permasalahan
psikologis
• Latarbelakang kehidupan yang dialaminya selama ini
menyebabkan ia menjadi pelaku
• Tenaga Psikologi dalam menangani pelaku akan melakukan
asesmen terhadap pelaku untuk memahami
permasalahannya. Dapat sangat berat sampai ringan
• Tenaga Psikologi kemudian akan melakukan rehabilitasi dan
intervensi terhadap pelaku kekerasan seksual
Skema dinamika pelaku
kekerasan
sebuah contoh kasus
Pola asuh
buruk,
membiarkan,
memberi
contoh
kekerasan,
menjadi korban
kekerasan
Harga diri,
regulasi
emosi, norma
buruk, mulai
berperilaku
melanggar
aturan
Terlibat dalam
gank/kelomp
ok yang
bermasalah –
belajar
tentang
kekerasan,
seks bebas
Menjadi
pelaku
kekerasan
KAPAN TENAGA PSIKOLOGI BISA
MEMBANTU KASUS KEKERASAN SEKSUAL?
PREVENSI/PENCEGAHAN
• Keluarga
• Pendidikan
• Organisasi
• Masyarakat
Melalui berbagai program untuk
melakukan perubahan:
• Proses berpikir
• Karakter dan mental
• Perilaku dalam proses penyidikan dan
lainnya
KURATIF.
Sesuai dengan KUHAP, tenaga psikologi
dapat membantu pada proses di :
• Kepolisian
• Kejaksaan
• Pengadilan
• LAPAS
• BAPAS
• Proses mediasi untuk diversi sesuai
UU 11/2012 tentang peradilan anak,
LPKS/LPKA
• Shelter atau rumah pendamping bagi
korban/pelaku
Therapeutic Jurisprudence Pada
Kasus Kekerasan Seksual
Outline
• Kapasitas Korektif
• Opsi Perlakuan
• Therapeutik Jurisprudence
• Aspek Terapeutik
• Peran Psikologi dalan TJ: Yang Bisa Dikontribusikan?
Kapasitas sistem penegakan
hukum/korektif (“Intervensi
Perilaku”) (Birgden, 2004)
❑Punitif/Retributif (penghukuman): Pendekatan “populis” terhadap Kekerasan Seksual (KS)
❑Pelaku KS kehilangan rasa kendali (sense of control), fatalistik.
❑Pelaku KS tidak mencari bantuan untuk hidup lebih baik.
❑Tidak ada bukti tentang efektivitasnya, bahkan aktor KS “makin menjadi”.
❑Preventif dan Rehabilitatif
❑Menyadari: Hukum (normatif) mengintegrasikan pendekatan ilmu-ilmu sosial (social
sciences).
❑KS dipandang sebagai “Produk sistem sosial dan konteks lain”: konteks fisik (akses),
ekonomi, fisiologi, dsb.
❑Perlakuan terhadap KS juga dipengaruhi proses sosial, politik, dsb (Ada sistem lain di
luar sistem hukum) ➔ Bisa menyebabkan: Ada intervensi yang tidak perlu
(unnecessary intervention), ada hukuman yang anti-terapeutik.
❑Pendekatan Psikologi Positif (strength-based approach, life’s meaning) memberikan
ruang kepada pertanyaan: Apa yang masih bisa dikontribusikan oleh pelaku KS?
Opsi Perlakuan terhadap
Aktor KS (Birgden, 2004)
❑Pendekatan Manajemen Risiko
❑Perencanaan Pencegahan Kambuh (Relapse Prevention Plan)
❑Mengenali perilaku-perilaku berisiko tinggi, dan situasi/tempat yang perlu dihindari oleh
aktor KS.
❑Kelemahan: Tidak mempertimbangkan keragaman usia, gaya belajar, kultur, dan
penghalang-penghalang partisipasi dalam merehabilitasi diri sendiri.
❑Good Lives Model (GLM)
❑Mengenali kekuatan, kelemahan, sudut pandang dan kebutuhan pelaku: Tailored Plan
supaya Aktor KS dapat hidup dengan identitas baru yang lebih adaptif (Promosi hidup
yang baik plus reduksi risiko)
❑ Kondisi internal: kemampuan, keterampilan antarpribadi.
❑ Kondisi eksternal: dukungan sosial, kesempatan kerja (jauh dari akses terhadap orang-orang yang
rentan menjadi korban)
❑Mempertimbangkan konteks : kesesuaian antara aktor KS dan lingkungan; meng-assess
kesiapan berubah (readiness to change) KS.
❑Therapeutic Jurisprudence : Mengambil aspek-aspek positif.
Therapeutic Jurisprudence (TJ)
(Birgden, 2004)
❑Tokoh: Wexler (1990) dan Winick (1998)
❑“The law can influence behavior as a psyehosocial process (Wexler, 1990).”
❑Hukum sebagai agen terapeutik.
❑Hukum berpengaruh terhadap proses pikir, perilaku, dan Responsivity to treatment.
❑Distres akibat proses hukum yang “konfrontatif” hanya akan berujung aktor mengulangi KS, karena
aktor tidak menerima tanggungjawab sepenuhnya (tidak ada proses kontemplatif, melainkan
resistif).
❑Yang diproteksi: Masa Depan (Tidak “Kambuh”/Reoffending).
❑Cognitive restructuring dapat dibantu oleh hakim, pengacara, dsb melalui motivational interview,
pemantauan, dsb.
❑Prinsip-prinsip:
❑ Hukum dapat memiliki efek positif, negatif, atau netral terhadap kesejahteraan (well being) pelaku.
❑ Saat aktor KS berhadapan dengan hukum, hukum berkesempatan memicu gaya hidup pro-sosial dalam diri aktor KS.
❑ Hukum dapat memanfaatkan ilmu sosial untuk menemukan cara meningkatkan kesejahteraan aktor KS.
❑ Hukum hendaknya menyelesaikan masalah “tanpa masalah”.
❑ Hukum dapat mendorong aktor KS mengikuti treatment dalam komunitas guna menunjukkan perilaku baru (asal komunitas
bersedia). Tidak semata-mata mengedepankan proteksi komunitas.
❑ Aktor KS secara berkala dinilai kembali tingkat risikonya dalam komunitas, berdasarkan perubahan sikap & perilakunya (“Re-biografi”,
“De-registrasi”). Dilakukan dengan kehati-hatian.
Aspek Terapeutik (Dilakukan
secara Persuasif, bukan
Koersif) (Birgden, 2004)
❑new procedures,
❑judges can ask offenders to clearly state on oath how they committed the offence and the impact
upon victims (Penting untuk proses terapeutik, semacam “kontrak psikologis”)
❑sentencing options
❑community-based treatment vs. ordinary prison sentence
❑between treatment techniques or treatment providers (friends and families included)
❑Juvenile defendants can demonstrate reasoning and self-control by preparing their own relapse
prevention plans for courts
❑Low-risk sex offenders should have their sentence reduced and be diverted into community
treatment programs (tapi perlu manage public perception – least intrusive)
❑interagency cooperation
❑The reentry court manages offenders' transition back to the community through positive
reinforcement, graduated sanctions, and interagency cooperation
❑Reentry courts can take a prevention approach to correct deficits such as electronic monitoring and
intensive supervision with home visits
• “Maruna (2001) menemukan bahwa para
pelanggar yang berhenti melakukan KS
memiliki narasi diri tentang penebusan
(redemption), sementara para pelanggar
yang “kambuh” (relaps) meyakini bahwa
mereka akan gagal.”
• “Therapeutic Jurisprudence (Hukum
Terapeutik) dapat menyediakan kerangka
kerja psikolegal yang diperlukan untuk
menangani penilaian (Asesmen), perlakuan
(Treatment), dan pengelolaan (Manajemen)
pelaku kekerasan seksual dan untuk
menyeimbangkan perlindungan komunitas dan
aktor kekerasan di seluruh sistem
peradilan pidana.”
(Birgden, 2004)
(Birgden, 2004)
(Birgden, 2004)
• SUMBER LITERASI THERAPEUTIC JURISPRUDENCE
DALAM PAPARAN INI
34
Maluku Utara | Bangka Belitung | Maluku | Kalimantan Utara | Gorontalo | Sulawesi Barat | Papua Barat
18
Ikatan
Psikolog Klinis
Indonesia
Asosiasi
Psikologi
Kepolisian
Asosiasi
Psikometrika
Indonesia
Asosiasi
Psikologi
Indigenos dan
Kultural
16
17
18
Asosiasi
Psikologi
Pendidikan
Indonesia
Terimakasih

More Related Content

What's hot

Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologi
Irvan Khoerul
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
Ayu W. Shepty
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
elmakrufi
 
Pendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak diniPendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak dini
septi wulandani
 
Problem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masyProblem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masy
Dae Zhun
 

What's hot (20)

Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar PernikahanPermasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
 
Ppt seks bebas
Ppt seks bebasPpt seks bebas
Ppt seks bebas
 
Kesehatan mental
Kesehatan mentalKesehatan mental
Kesehatan mental
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologi
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksual
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
 
Pendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak diniPendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak dini
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
 
Perilaku Prososial
Perilaku PrososialPerilaku Prososial
Perilaku Prososial
 
Tes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitifTes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitif
 
Planned Behavior Theory
Planned Behavior TheoryPlanned Behavior Theory
Planned Behavior Theory
 
Stop pronografi
Stop pronografiStop pronografi
Stop pronografi
 
Ppt abnormal
Ppt abnormalPpt abnormal
Ppt abnormal
 
Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi Komunitas
 
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
 
Problem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masyProblem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masy
 
Masa Remaja
Masa RemajaMasa Remaja
Masa Remaja
 
Perkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaPerkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remaja
 

Similar to Kekerasan Seksual: Perspektif Psikologi

Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
KANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
KANDA IZUL
 
10-intervensi klinis.pptx
10-intervensi klinis.pptx10-intervensi klinis.pptx
10-intervensi klinis.pptx
Neng37
 
Pengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkupPengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkup
andisgrasi
 
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptxASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
DlacxNy
 

Similar to Kekerasan Seksual: Perspektif Psikologi (20)

Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GunungKidul
 
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidulPencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
Pencegahan dan Penanggulangan KDRT JerukWudel Girisubo GKidul
 
POPO_Psikologi Forensik_David Canter_Chapter 2
POPO_Psikologi Forensik_David Canter_Chapter 2POPO_Psikologi Forensik_David Canter_Chapter 2
POPO_Psikologi Forensik_David Canter_Chapter 2
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
UPAYA KESPRO PADA PRIA DAN WANITA USIA SUBUR.pptx
UPAYA KESPRO PADA PRIA DAN WANITA USIA SUBUR.pptxUPAYA KESPRO PADA PRIA DAN WANITA USIA SUBUR.pptx
UPAYA KESPRO PADA PRIA DAN WANITA USIA SUBUR.pptx
 
10-intervensi klinis.pptx
10-intervensi klinis.pptx10-intervensi klinis.pptx
10-intervensi klinis.pptx
 
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
 
model konseptual mental psikiatri
model konseptual mental psikiatrimodel konseptual mental psikiatri
model konseptual mental psikiatri
 
PKHS
PKHSPKHS
PKHS
 
Askep transkultural
Askep transkulturalAskep transkultural
Askep transkultural
 
213 1156-1-pb
213 1156-1-pb213 1156-1-pb
213 1156-1-pb
 
Norma dan Praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan reproduksi...
Norma dan Praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan reproduksi...Norma dan Praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan reproduksi...
Norma dan Praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan reproduksi...
 
Model dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptModel dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.ppt
 
Pengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkupPengertian dan ruang lingkup
Pengertian dan ruang lingkup
 
Aspek seksualitas dalam keperawatan
Aspek seksualitas dalam keperawatanAspek seksualitas dalam keperawatan
Aspek seksualitas dalam keperawatan
 
Antropologi, sehat sakit 2021
Antropologi, sehat sakit 2021Antropologi, sehat sakit 2021
Antropologi, sehat sakit 2021
 
Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
 
Konsep diri2
Konsep diri2Konsep diri2
Konsep diri2
 
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptxASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
ASPEK ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN.pptx
 

More from Juneman Abraham

Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
Juneman Abraham
 
Mental Health: A New Social Dilemma (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
Mental Health: A New Social Dilemma  (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...Mental Health: A New Social Dilemma  (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
Mental Health: A New Social Dilemma (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
Juneman Abraham
 

More from Juneman Abraham (20)

Kesehatan Mental di AIESEC in BINUS
Kesehatan Mental di AIESEC in BINUSKesehatan Mental di AIESEC in BINUS
Kesehatan Mental di AIESEC in BINUS
 
Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
Mengapropriasi Wikipedia (Webinar Miskonsepsi Wikipedia Dalam Pendidikan)
 
Mental Health: A New Social Dilemma (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
Mental Health: A New Social Dilemma  (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...Mental Health: A New Social Dilemma  (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
Mental Health: A New Social Dilemma (Kesehatan Mental sebagai Isu Sosial Ber...
 
Ulasan Buku Psikologi Indigenos karya Yosef Dedy Pradipto (2021)
Ulasan Buku Psikologi Indigenos karya Yosef Dedy Pradipto (2021)Ulasan Buku Psikologi Indigenos karya Yosef Dedy Pradipto (2021)
Ulasan Buku Psikologi Indigenos karya Yosef Dedy Pradipto (2021)
 
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa PandemiPengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
Pengasuhan yang Tangguh dan Bersahabat di Masa Pandemi
 
Ethical clearance : Untuk apa dan oleh siapa?
Ethical clearance  : Untuk apa dan oleh siapa?Ethical clearance  : Untuk apa dan oleh siapa?
Ethical clearance : Untuk apa dan oleh siapa?
 
Road to PKM 2022 (Program Kreativitas Mahasiswa)
Road to PKM 2022 (Program Kreativitas Mahasiswa)Road to PKM 2022 (Program Kreativitas Mahasiswa)
Road to PKM 2022 (Program Kreativitas Mahasiswa)
 
Pemanfaatan Repositori Ilmiah Nasional (RIN)
Pemanfaatan Repositori Ilmiah Nasional (RIN)Pemanfaatan Repositori Ilmiah Nasional (RIN)
Pemanfaatan Repositori Ilmiah Nasional (RIN)
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021
Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021
Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021
 
Siapakah Pengarang - Siapakah Kontributor? Membaca dan Menulis di Jurnal Ilmiah
Siapakah Pengarang  - Siapakah Kontributor? Membaca dan Menulis di Jurnal IlmiahSiapakah Pengarang  - Siapakah Kontributor? Membaca dan Menulis di Jurnal Ilmiah
Siapakah Pengarang - Siapakah Kontributor? Membaca dan Menulis di Jurnal Ilmiah
 
Sekilas ANJANI (Anjungan Integritas Akademik)
Sekilas ANJANI (Anjungan Integritas Akademik)Sekilas ANJANI (Anjungan Integritas Akademik)
Sekilas ANJANI (Anjungan Integritas Akademik)
 
Employability berbasis Enrichment
Employability berbasis EnrichmentEmployability berbasis Enrichment
Employability berbasis Enrichment
 
Tata Kelola Jurnal Ilmiah
Tata Kelola Jurnal Ilmiah Tata Kelola Jurnal Ilmiah
Tata Kelola Jurnal Ilmiah
 
Self diagnose-diagnosis diri - perspektif sosial
Self diagnose-diagnosis diri - perspektif sosialSelf diagnose-diagnosis diri - perspektif sosial
Self diagnose-diagnosis diri - perspektif sosial
 
Pekerti Sains Terbuka
Pekerti Sains TerbukaPekerti Sains Terbuka
Pekerti Sains Terbuka
 
Indeksasi Terbitan Ilmiah: Berkah dan Salah Kaprahnya
Indeksasi Terbitan Ilmiah: Berkah dan Salah KaprahnyaIndeksasi Terbitan Ilmiah: Berkah dan Salah Kaprahnya
Indeksasi Terbitan Ilmiah: Berkah dan Salah Kaprahnya
 
Makna di balik Akreditasi Jurnal Ilmiah
Makna di balik Akreditasi Jurnal IlmiahMakna di balik Akreditasi Jurnal Ilmiah
Makna di balik Akreditasi Jurnal Ilmiah
 
Terbuka Pada Dunia: Menulis Ilmiah di Bidang Psikologi dan Kesehatan
Terbuka Pada Dunia: Menulis Ilmiah di Bidang Psikologi dan KesehatanTerbuka Pada Dunia: Menulis Ilmiah di Bidang Psikologi dan Kesehatan
Terbuka Pada Dunia: Menulis Ilmiah di Bidang Psikologi dan Kesehatan
 
Kiat Sukses Menulis Metode, Pembahasan, dan Kesimpulan
Kiat Sukses Menulis Metode, Pembahasan, dan KesimpulanKiat Sukses Menulis Metode, Pembahasan, dan Kesimpulan
Kiat Sukses Menulis Metode, Pembahasan, dan Kesimpulan
 
Isu Etika Dalam Penelitian
Isu Etika Dalam PenelitianIsu Etika Dalam Penelitian
Isu Etika Dalam Penelitian
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Recently uploaded (20)

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Kekerasan Seksual: Perspektif Psikologi

  • 1. PELAKU DAN KORBAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI SERTA THERAPEUTIC JURISPUDENCE PADA KASUS KEKERASAN SEKSUAL Oleh: Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
  • 2. Semua Jenis Kekerasan merupakan tindakan tidak bisa ditolerir 2 JENIS KEKERASAN UU 23 nomer 2014 : •kekerasan fisik; •kekerasan psikis; •kekerasan seksual; •penelantaran rumah tangga.
  • 3. Memahami Apa Kekerasan Seksual? •Definisi ini sangat luas karena sangat dipengaruhi oleh budaya, sosial, agama dan masih banyak lagi •Oleh karena itu Hukum perlu mendapat wawasan dari berbagai sudut pandang keilmuan •Agar pemahaman kekerasan seksual dapat dipahami secara komprehensif
  • 4. 4 Kekerasan selalu memberi dampak negatif pada korban • Korban menjadi trauma, permasalahan emosi, selalu takut, cemas, mudah tersinggung, mudah marah, dan bahkan depresi. • Pada anak akan mengalami masalah dalam hubungannya dengan orang lain di sekolah. Misalnya bermasalah dengan kedisiplinan, menghindar dari tugas-tugas, menarik diri. • Reaksi ekstrem terhadap kontak fisik (sangat menarik diri vs ketertarikan yang besar untuk bermain-main dengan organ seksnya)
  • 5. Pendekatan Psikologis terhadap korban • Tenaga Psikologi akan melakukan asesmen kepada korban untuk menentukan dampak psikologis korban. • Asesmen tidak hanya pada korban tetapi memahami masyarakat, dan konteks budaya dimana ia tinggal. • Dampak Psikologis pada korban bisa berbeda karena adanya perbedaan psikologis dan perbedaan kasus • Hasil asesmen akan menentukan rehabilitasi dan intervensinya. • Rehabilitasi bertujuan membuat kesehatan mental korban menjadi lebih baik
  • 6. Memahami pelaku kekerasan Seksual dari sisi Psikologis • Pelaku kekerasan seksual juga memiki permasalahan psikologis • Latarbelakang kehidupan yang dialaminya selama ini menyebabkan ia menjadi pelaku • Tenaga Psikologi dalam menangani pelaku akan melakukan asesmen terhadap pelaku untuk memahami permasalahannya. Dapat sangat berat sampai ringan • Tenaga Psikologi kemudian akan melakukan rehabilitasi dan intervensi terhadap pelaku kekerasan seksual
  • 7. Skema dinamika pelaku kekerasan sebuah contoh kasus Pola asuh buruk, membiarkan, memberi contoh kekerasan, menjadi korban kekerasan Harga diri, regulasi emosi, norma buruk, mulai berperilaku melanggar aturan Terlibat dalam gank/kelomp ok yang bermasalah – belajar tentang kekerasan, seks bebas Menjadi pelaku kekerasan
  • 8. KAPAN TENAGA PSIKOLOGI BISA MEMBANTU KASUS KEKERASAN SEKSUAL? PREVENSI/PENCEGAHAN • Keluarga • Pendidikan • Organisasi • Masyarakat Melalui berbagai program untuk melakukan perubahan: • Proses berpikir • Karakter dan mental • Perilaku dalam proses penyidikan dan lainnya KURATIF. Sesuai dengan KUHAP, tenaga psikologi dapat membantu pada proses di : • Kepolisian • Kejaksaan • Pengadilan • LAPAS • BAPAS • Proses mediasi untuk diversi sesuai UU 11/2012 tentang peradilan anak, LPKS/LPKA • Shelter atau rumah pendamping bagi korban/pelaku
  • 10. Outline • Kapasitas Korektif • Opsi Perlakuan • Therapeutik Jurisprudence • Aspek Terapeutik • Peran Psikologi dalan TJ: Yang Bisa Dikontribusikan?
  • 11. Kapasitas sistem penegakan hukum/korektif (“Intervensi Perilaku”) (Birgden, 2004) ❑Punitif/Retributif (penghukuman): Pendekatan “populis” terhadap Kekerasan Seksual (KS) ❑Pelaku KS kehilangan rasa kendali (sense of control), fatalistik. ❑Pelaku KS tidak mencari bantuan untuk hidup lebih baik. ❑Tidak ada bukti tentang efektivitasnya, bahkan aktor KS “makin menjadi”. ❑Preventif dan Rehabilitatif ❑Menyadari: Hukum (normatif) mengintegrasikan pendekatan ilmu-ilmu sosial (social sciences). ❑KS dipandang sebagai “Produk sistem sosial dan konteks lain”: konteks fisik (akses), ekonomi, fisiologi, dsb. ❑Perlakuan terhadap KS juga dipengaruhi proses sosial, politik, dsb (Ada sistem lain di luar sistem hukum) ➔ Bisa menyebabkan: Ada intervensi yang tidak perlu (unnecessary intervention), ada hukuman yang anti-terapeutik. ❑Pendekatan Psikologi Positif (strength-based approach, life’s meaning) memberikan ruang kepada pertanyaan: Apa yang masih bisa dikontribusikan oleh pelaku KS?
  • 12. Opsi Perlakuan terhadap Aktor KS (Birgden, 2004) ❑Pendekatan Manajemen Risiko ❑Perencanaan Pencegahan Kambuh (Relapse Prevention Plan) ❑Mengenali perilaku-perilaku berisiko tinggi, dan situasi/tempat yang perlu dihindari oleh aktor KS. ❑Kelemahan: Tidak mempertimbangkan keragaman usia, gaya belajar, kultur, dan penghalang-penghalang partisipasi dalam merehabilitasi diri sendiri. ❑Good Lives Model (GLM) ❑Mengenali kekuatan, kelemahan, sudut pandang dan kebutuhan pelaku: Tailored Plan supaya Aktor KS dapat hidup dengan identitas baru yang lebih adaptif (Promosi hidup yang baik plus reduksi risiko) ❑ Kondisi internal: kemampuan, keterampilan antarpribadi. ❑ Kondisi eksternal: dukungan sosial, kesempatan kerja (jauh dari akses terhadap orang-orang yang rentan menjadi korban) ❑Mempertimbangkan konteks : kesesuaian antara aktor KS dan lingkungan; meng-assess kesiapan berubah (readiness to change) KS. ❑Therapeutic Jurisprudence : Mengambil aspek-aspek positif.
  • 13. Therapeutic Jurisprudence (TJ) (Birgden, 2004) ❑Tokoh: Wexler (1990) dan Winick (1998) ❑“The law can influence behavior as a psyehosocial process (Wexler, 1990).” ❑Hukum sebagai agen terapeutik. ❑Hukum berpengaruh terhadap proses pikir, perilaku, dan Responsivity to treatment. ❑Distres akibat proses hukum yang “konfrontatif” hanya akan berujung aktor mengulangi KS, karena aktor tidak menerima tanggungjawab sepenuhnya (tidak ada proses kontemplatif, melainkan resistif). ❑Yang diproteksi: Masa Depan (Tidak “Kambuh”/Reoffending). ❑Cognitive restructuring dapat dibantu oleh hakim, pengacara, dsb melalui motivational interview, pemantauan, dsb. ❑Prinsip-prinsip: ❑ Hukum dapat memiliki efek positif, negatif, atau netral terhadap kesejahteraan (well being) pelaku. ❑ Saat aktor KS berhadapan dengan hukum, hukum berkesempatan memicu gaya hidup pro-sosial dalam diri aktor KS. ❑ Hukum dapat memanfaatkan ilmu sosial untuk menemukan cara meningkatkan kesejahteraan aktor KS. ❑ Hukum hendaknya menyelesaikan masalah “tanpa masalah”. ❑ Hukum dapat mendorong aktor KS mengikuti treatment dalam komunitas guna menunjukkan perilaku baru (asal komunitas bersedia). Tidak semata-mata mengedepankan proteksi komunitas. ❑ Aktor KS secara berkala dinilai kembali tingkat risikonya dalam komunitas, berdasarkan perubahan sikap & perilakunya (“Re-biografi”, “De-registrasi”). Dilakukan dengan kehati-hatian.
  • 14. Aspek Terapeutik (Dilakukan secara Persuasif, bukan Koersif) (Birgden, 2004) ❑new procedures, ❑judges can ask offenders to clearly state on oath how they committed the offence and the impact upon victims (Penting untuk proses terapeutik, semacam “kontrak psikologis”) ❑sentencing options ❑community-based treatment vs. ordinary prison sentence ❑between treatment techniques or treatment providers (friends and families included) ❑Juvenile defendants can demonstrate reasoning and self-control by preparing their own relapse prevention plans for courts ❑Low-risk sex offenders should have their sentence reduced and be diverted into community treatment programs (tapi perlu manage public perception – least intrusive) ❑interagency cooperation ❑The reentry court manages offenders' transition back to the community through positive reinforcement, graduated sanctions, and interagency cooperation ❑Reentry courts can take a prevention approach to correct deficits such as electronic monitoring and intensive supervision with home visits
  • 15. • “Maruna (2001) menemukan bahwa para pelanggar yang berhenti melakukan KS memiliki narasi diri tentang penebusan (redemption), sementara para pelanggar yang “kambuh” (relaps) meyakini bahwa mereka akan gagal.” • “Therapeutic Jurisprudence (Hukum Terapeutik) dapat menyediakan kerangka kerja psikolegal yang diperlukan untuk menangani penilaian (Asesmen), perlakuan (Treatment), dan pengelolaan (Manajemen) pelaku kekerasan seksual dan untuk menyeimbangkan perlindungan komunitas dan aktor kekerasan di seluruh sistem peradilan pidana.” (Birgden, 2004) (Birgden, 2004)
  • 17. • SUMBER LITERASI THERAPEUTIC JURISPRUDENCE DALAM PAPARAN INI
  • 18. 34 Maluku Utara | Bangka Belitung | Maluku | Kalimantan Utara | Gorontalo | Sulawesi Barat | Papua Barat