SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
A. KOMPETENSI DASAR
Melakukan pengukuran kekasaran permukaan dengan cara dan prosedur
yang benar
B. SUB KOMPETENSI DASAR
1. Melakukan pengukuran kekasaran secara tidak langsung dengan cara meraba
(Touch Inspection)
2. Melakukan pengukuran kekasaran secara langsung dengan roughness tester
DASAR TEORI
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memeriksa tingkat kekasaran
permukaan. Cara yang paling sederhana adalah dengan meraba atau menggaruk
permukaan yang diperiksa. Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan
peralatan yang dilengkapi dengan jarum peraba (stylus). Peralatan ini memiliki
sistem kerja berdasarkan prinsip elektris. Dengan peralatan yang dilengkapi dengan
stylus maka hasil pengukuran permukaan dapat langsung dibaca. Bila dilihat dari
proses pengukurannya maka cara pengukuran permukaan dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu: pengukuran permukaan secara tak langsung atau
membandingkan dan pengukuran permukaan secara langsung.
Dalam pemeriksaan permukaan secara tidak langsung atau membandingkan ini ada
beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan meraba (touch inspection),
melihat/mengamati (visual inspection), menggaruk (scratch inspection), dengan
mikroskop (microscopic inspection) dan dengan potografi permukaan (surface
photographs).
Pemeriksaan kekasaran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
meraba. Dengan kepekaan perasaan dalam meraba maka dapat dirasakan kasar
halusnya suatu permukaan. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kehalusannya
biasanya dilakukan dengan permukaan standar (surface finish comparator).
Permukaan benda ukur yang akan diperiksa diraba dengan ujung jari, kemudian
ganti meraba beberapa lempengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan.
Bila dirasakan ada salah satu lempengan yang tingkat kehalusannya sama dengan
kehalusan dari permukaan yang diperiksa, maka kehalusan permukaan yang
diperiksa adalah sama dengan kehalusan permukaan pembanding. Angka tingkat
kehalusan/kekasaran bisa dibaca pada lempengan pembanding (surface finish
comparator).
Pemeriksaan permukaan secara langsung adalah dengan menggunakan
peralatan yang dilengkapi dengan peraba yang disebut stylus. Stylus merupakan
peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida.
Bagian ujung dari stylus ini ada yang berbentuk rata dan ada pula yang berbentuk
radius. Untuk ujung stylus yang berbentuk radius, jari-jari keradiusannya biasanya
sekitar 2 µm. Bila stylus bergeser maka setiap perubahan yang dialami oleh stylus
karena permukaan yang tidak halus akan nampak pada kertas grafik dari peralatan
ukurnya karena perubahan ini terekam secara otomatis.
C. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Benda ukur
2. Surface finish comparator
3. Surface roughness tester
4. Alat-alat pembersih
D. KESELAMATAN KERJA
1. Benda ukur dan alat ukur harus dalam keadaan bersih
2. Letakkan benda ukur dan alat ukur dengan benar dan jangan bertumpuk
3. Berhati-hatilah terutama dalam menggunakan surface rougness tester
E. LANGKAH KERJA
1. Ambil benda yang akan diukur
2. Tandai panjang pengukuran
3. Lakukan pengukuran dnegan surface finish comparator dengan terlebih
dahulu meraba permukaan benda ukur kemudian bandingkan dengan
surface finish comparator
4. Lakukan pengukuran dnegan surface roughness tester pada panjang yang
telah ditentrukan
5. Catat hasil pengukuran
DATA PENGUKURAN
Surface roughness tester
* Sekrap
DATA PENGUKURAN
BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 16 16
Rp 10 10
Ra 2,5 2,5
Rz 14 14
B
Rt 16 16
Rp 10 10
Ra 2,5 2,5
Rz 14 14
C
Rt 10 16
Rp 5 10
Ra 1,6 2,5
Rz 8 14
D
Rt 16 16
Rp 10 10
Ra 2,5 2,5
Rz 14 14
* Surface grinding
DATA PENGUKURAN
BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 1,6 1,6
Rp 0,6 0,6
Ra 0,3 0,3
Rz 1,2 1,2
B
Rt 2,5 2,5
Rp 0,8 0,8
Ra 0,35 0,35
Rz 2 2
C
Rt 1,6 2,5
Rp 0,6 0,8
Ra 0,3 0,35
Rz 1,2 2
* Turning
DATA PENGUKURAN
BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 5 5
Rp 3,5 3,5
Ra 1,5 1,5
Rz 4 4
B
Rt 10 5
Rp 6 3,5
Ra 3 1,5
Rz 8 4
C
Rt 5 5
Rp 3,5 3,5
Ra 1,5 1,5
Rz 4 4
* Bubut kombinasi
DATA PENGUKURAN
BIDANG
DIMENS
I
ORANG
I
ORANG
II
A
Rt 25 25
Rp 15 15
Ra 6 6
Rz 23 23
B
Rt 60 40
Rp 35 25
Ra 15 10
Rz 53 37
C
Rt 40 40
Rp 25 25
Ra 10 10
Rz 37 37
D
Rt 40 40
Rp 25 25
Ra 10 10
Rz 37 37
E
Rt 25 25
Rp 15 15
Ra 6 6
Rz 23 23
* Periphal milling
DATA PENGUKURAN
BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A Rt 2 2
Rp 1 1
Ra 0,3 0,3
Rz 1,7 1,7
B Rt 6 6
Rp 3,5 3,5
Ra 1,5 1,5
Rz 5 5
C
Rt 10 10
Rp 5,5 5,5
Ra 2,5 2,5
Rz 9 9
* Milling
DATA PENGUKURAN
BIDANG
DIMENS
I
ORANG
I
ORANG
II
A
Rt 10 10
Rp 7 7
Ra 2,3 2,3
Rz 8,5 8,5
B Rt 10 10
Rp 7 7
Ra 2,3 2,3
Rz 8,5 8,5
C
Rt 10 10
Rp 7 7
Ra 2,3 2,3
Rz 8,5 8,5
D
Rt 10 10
Rp 7 7
Ra 2,3 2,3
Rz 8,5 8,5
E
Rt 16 10
Rp 10 7
Ra 4 2,3
Rz 13 8,5
F
Rt 10 10
Rp 7 7
Ra 2,3 2,3
Rz 8,5 8,5
Suhu ruang : 27 ° C Mengetahui
Kelembaban : 80 % Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum : 2 Desember 2014
………………………………
ANALISIS DATA HASIL PENGUKURAN
Rt adalah Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil
referensi sampai dengan profil dasar. Satuannya adalah dalam micron (μm).
Parameter Rt juga sering digunakan untuk menjelaskan ketidak teraturan
permukaan. Dengan mengetahui harga Rt berarti dapat diketahui pula
besarnya celah dari profil permukaan.
Rp adalah Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari
profil referensi sampai dengan profil terukur. Bila juga dikatakan bahwa
kedalaman perataan merupakan jarak antara profil tengah dengan profil
referensi. Lihat Gambar di bawah ini.
Rz adalah Kekasaran Rata-rata Kuadratis Besarnya harga kekasaran
rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari harga profil
terukur sampai dengan profil tengah.
Ra adalah Kekasaran Rata-rata Aritnetismerupakan harga-harga
rata-rata secaraaritmetis dari harga absolut antara harga profil terukur
dengan profil tengah Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu
permukaan tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian
permukaan dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus
dari pada dengan menggunakan mesin bubut.
Tabel 5. Tingkat kekasaran rata-rata permukaan menurut proses
pengerjaannya
Tabel diatas memberikan contoh harga kekasaran rata-rata menurut
proses pengerjaannya. Dengan menggunakan tabel tersebut kami
bandingkan dengan hasil pengamatan yang kami lakukan. Kami ambil
contoh
a. Hasil pengamatan benda Turning yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan
kami adalah 1,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar
antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra
pada tabel tersebut maka benda kerja turning memiliki tingkat
kekasaran yaitu N7.
b. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki
tingkat kekasaran yaitu N8.
c. Hasil pengamatan benda surface grinding yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin gerinda datar. Harga Ra rata-rata dari
data pengamatan kami adalah 0,3 μm, sedangkan pada tabel diatas
harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira
kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja surface
grinding memiliki tingkat kekasaran yaitu N4.
d. Hasil pengamatan benda bubut kombinasi yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 6 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra
berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja bubut kombinasi
memiliki tingkat kekasaran yaitu N9.
e. Hasil pengamatan benda periphal milling yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja periphal miling
memiliki tingkat kekasaran yaitu N8.
f. Hasil pengamatan benda milling yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan
kami adalah 2,3 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar
antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra
pada tabel tersebut maka benda kerja milling memiliki tingkat
kekasaran yaitu N7.
g. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki
tingkat kekasaran yaitu N8.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
harga kekasaran suatu permukaan benda memiliki toleransi sendiri-sendiri
tergantung proses pengerjaan yang digunakan pada pembuatan benda
tersebut. Dari data pengamatan kami pada menurut harga Ra dapat
disimpulkan bahwa proses pengerjaan yang memiliki tingkat kekasaran
paling tinggi adalah proses pengerjaan dengan mesin bubut kombinasi ,
sedangkan proses pengerjaan dengan tingkat kekasaran paling rendah
adalah dengan mesin gerinda. Akan tetapi ada factor lain yang dapat
mempengaruhi hasil kekasaran pada pengerjaan suatu benda kerja,
diantaranya yaitu factor alat potong, kecepatan putar (rpm), kecepata
pemakanan (cs), dan juga dari human error dan mesin yang digunakan itu
sendiri. Oleh karena itu data hasil pengamatan dapat berubah-ubah sesuai
hasil pengerjaan benda kerja itu sendiri.
PENGUKURAN DENGAN ANGLE DEKKOR
1. Kompetensi
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan:
Terampil dalam mengukur kedataran dengan angle dekkor dan mampu
menganalisis hasil pengukuran tersebut.
2. Dasar Teori
Angle dekkor adalah alat ukur yang menggunakan prinsip optis. Komponen
utama berupa lensa kolimator. Dengan bantuan prisma, sumber cahaya diatur
supaya menyinari garis berskala (dibuat pada keping gelas tipis) yang terletak
pada fokus dari kolimator. Garis berskala tersebut akan diproyeksikan keluar
dari lensa kolimator berupa berkas cahaya yang sejajar.
Gambar 6. Prinsip Kerja Angle Dekkor
Apabila didepan kolimator diletakkan permukaan yang rata dan mengkilat
(reflektor), maka berkas cahaya ini akan dipantulkan menuju kolimator dan
difokuskan kembali pada bidang fokusnya. Melalui okuler kita dapat melihat
garis skala yang dipantulkan (skala pantul) bersama-sama dengan garis skala
(skala tetap) yang juga dibuat pada keping gelas tepat pada sumbu optis. Untuk
suatu kedudukan reflektor yang tertentu (benda standar) kedua garis akan
saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu (garis skala pantul berfungsi
sebagai garis indeks untuk membaca harga pada skala tetap, berlaku juga hal
sebaliknya). Apabila permukaan reflektor-reflektor yang tertentu (benda
standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu
(garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada
skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor dibuat
sedikit menyudut dari posisi semula (diganti dengan benda ukur yang akan
dibandingkan) maka skala pantul akan bergerak ke atas atau ke bawah dan
selain itu mungkin ke kanan atau ke kiri relatif terhadap skala tetap, dengan
demikian mereka akan berpotongan pada posisi yang berbeda dari semula.
Selisih dari kedua pembacaan (dua kali pada skala pantul dan dua kali pada
skala tetap) menunjukkan dua harga sudut pembukaan antara bidang standar
dan bidang ukur, dengan demikian sudut bidangnya dapat diketahui.
Kapasitas ukur dari angle dekkor hanya sampai 60 menit dengan pembagian
skala (kecermatan) sampai 1 atau ½ menit.
Gambar 7. Angle Dekkor
Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda
kerja yang tepat. Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk
pemasangan dan perawatan yang baik kita harus mengetahui spesifikasinya
baut tersebut, apakah whitworth atau metris dan apa macam ulirnya? Salah satu
alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan ketelitiannya yang
cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur dan Floating
Carrriage Micrometer.
3. Prosedur Praktikum
A. Alat dan Perlengkapannya
Angle Dekkor dengan dudukannya, meja rata, alat bantu lainnya, dan blok
ukur.
B. Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam menyetel posisi angle dekkor untuk menghindari lensa
pecah ataupun lampu angle dekkor padam.
C. Langkah Kerja
1) Pasang Angle Dekkor pada dudukannya diatas meja rata.
2) Reflektor ditempatkan di depan Angle Dekkor.
3) Setting skala referensi dan skala utama (tidak perlu tepat pada angka nol
yang penting tepat pada angka bulat) dan catat sebagai pembacaan
utama (datum).
4) Ganti kedudukan reflektor dengan benda ukur. Apabila benda ukur tidak
dapat memantulkan sinar dapat digunakan blok ukur, tempatkan diatas
benda ukur.
5) Apabila benda ukur benar-benar datar maka pantulan sinar pada sumbu
referensi tepat pada pembacaan pertama (No. 3), tetapi apabila terjadi
penyimpangan berarti benda ukur tersebut miring atau tidak datar.
Garis Indeks Pembacaan
Skala Vertikal (Longitudinal)
Pembacaan pada Graticule, ukuran
satu devisi terkecil = 0,5 menit
Gambar 8. Pembacaan Skala pada Angle Dekkor
Contoh pembacaan :
Transversal (Horizontal) = 35 menit
Longitudinal (Vertikal) = 36 menit
Garis Indeks Pembacaan Skala
Horizontal (Transversal)
D. Data Pengukuran
Tabel 6. Tabel hasil Pengamatan Benda Kerja dengan Angle Dekkor
Pengamatan
Pembacaan
Skala Longitudinal Skala Transversal
0°
(L1)
180°
(L1)
0°
(T1)
180°
(T1)
1 19,5 24,5 27 28
2 21,5 19 27,5 26,5
3 19,5 19 25,5 24,5
Harga Rerata 20,16 20,83 26,67 26,33
Pembacaan Datum
(Awal)
Longitudinal Transversal
L = 19,5 menit T = 27 menit
Perbedaan dengan
Pembacaan Datum
(Harga Absolut)
ΔL = L - L1 ΔT = T - T1
0° 180° 0° 180°
19,5 –
20,16 =
-0,66
19,5 –
20,83 =
-1,33
27 – 26,67
= 0,33
27 – 26,33
= 0,67
Harga Rerata
Perbedaan
-0,995 0,5
Menghitung Sudut
dalam menit
α'L = ΔL . 0,5 α'T = ΔT . 0,5
α'L = -0,4975 = -
0⁰29’51’’
α'T = 0,025 = 0⁰15’0’’
Menghitung Sudut
dalam Radian
α L =-1,447 x 1 = -
0⁰0’0,25’’
α T = 7,272 x 1 =
0⁰0’0,26’’
Dimensi Benda Ukur Panjang (a) = 37 Lebar (b) = 24
Menghitung
Penyimpangan (µm)
d L = α L . a. 103
d T = α T . b. 103
d L = -5,3539 d T = 1,74528
Suhu ruang : 28 ° C Mengetahui
Kelembaban : 82 % Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum : 18 Desember 2014
………………………………
E. Analisa Data Ukur dan Pembahasan
Dalam praktikum pengukuran angle dekkor ini pertama adalah
menyetting skala referensi dan skala utama kemudian mencatat pembacaan
datum awalnya. Setelah itu mengukur benda kerja dengan meletakannya
dibawah lensa dan diatasnya diletakkan blok ukur seperti pada gambar 7
kemudian melihat pada skala pembacaan dan catat pembacaan datum yang
terbaca. Selanjutnya memutar benda kerja 180° kemudian melihat skala
pembacaan dan mencatatnya. Pengamatan tersebut kami lakukan sebanyak
3 kali sesuai dengan tabel 6. Untuk skala longitudinal ditunjukkan ole garis
vertikal sedangkan untuk skala transversal ditunjukkan oleh garis
horisontal.
Dari hasil pembacaan angle dekkor tersebut didapatkan data dari
pembacaan datum awal yaitu untuk longitudinal (L) adalah 19,5 sedangkan
untuk transversal (T) adalah 27 kemudian untuk harga rerata perbedaannya
untuk (L) adalah -0,995 sedangkan untuk (T) adalah 0,5. Setelah melakukan
perhitungan dengan rumus seperti yang tertera pada tabel 6 diperoleh
penyimpangan benda kerjanya. Untuk skala longitudinal diperoleh
penyimpangan -5,3539 µm dan untuk skala transversal diperoleh 1,7458
µm.
F. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang kami peroleh dapat
disimpulkan bahwa benda kerja yang kami amati memiliki penyimpangan
yang tidak terlalu besar. yakni pada skala longitudinal/bidang vertikal dan
juga pada skala transversal/bidang horisontal yakni masing-masing adalah
-5,3539 µm untuk skala longitudinal dan 1,7458 µm untuk skala transversal.

Contenu connexe

Tendances

Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangEssyKarundeng
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusIndra Cecen
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARMOSES HADUN
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 
Basic cnc programming awal
Basic cnc programming awalBasic cnc programming awal
Basic cnc programming awalEko Supriyadi
 
Tutorial mastercam x ; bubut cnc
Tutorial mastercam x ; bubut cncTutorial mastercam x ; bubut cnc
Tutorial mastercam x ; bubut cncZul Abidin
 
Tutorial solidworks stress analysis pada rangka meja
Tutorial solidworks  stress analysis pada rangka mejaTutorial solidworks  stress analysis pada rangka meja
Tutorial solidworks stress analysis pada rangka mejaZul Abidin
 
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...Aan Aan
 

Tendances (20)

Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurus
 
Modul inventor baru
Modul inventor baruModul inventor baru
Modul inventor baru
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
Rpp frais xii
Rpp frais xiiRpp frais xii
Rpp frais xii
 
Basic cnc programming awal
Basic cnc programming awalBasic cnc programming awal
Basic cnc programming awal
 
PRESS TOOL
PRESS TOOLPRESS TOOL
PRESS TOOL
 
JIg fixture 4.pptx
JIg fixture 4.pptxJIg fixture 4.pptx
JIg fixture 4.pptx
 
Tutorial mastercam x ; bubut cnc
Tutorial mastercam x ; bubut cncTutorial mastercam x ; bubut cnc
Tutorial mastercam x ; bubut cnc
 
Tutorial solidworks stress analysis pada rangka meja
Tutorial solidworks  stress analysis pada rangka mejaTutorial solidworks  stress analysis pada rangka meja
Tutorial solidworks stress analysis pada rangka meja
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Jobsheet milling septian
Jobsheet milling septianJobsheet milling septian
Jobsheet milling septian
 
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...
TUTORIAL MENGGAMBAR 3D DAN SURFACE MILLING DENGAN MASTERCAM X5 SERTA SIMULASI...
 
Buku jurus cepat belajar inventor
Buku jurus cepat belajar inventorBuku jurus cepat belajar inventor
Buku jurus cepat belajar inventor
 
Tanda pengerjaan
Tanda pengerjaanTanda pengerjaan
Tanda pengerjaan
 

Similaire à Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor

BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANAmrih Prayogo
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...bram santo
 
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirDaya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirMuslimin Salim
 
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirDaya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirMuslimin Salim
 
Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala wwwRendi Myung
 

Similaire à Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor (6)

BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
 
Vernier caliper
Vernier caliperVernier caliper
Vernier caliper
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
 
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirDaya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
 
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondirDaya dukung tanah_dari_data_sondir
Daya dukung tanah_dari_data_sondir
 
Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala www
 

Plus de Ahmad Ramdani

Pengertian motor bakar
Pengertian motor bakarPengertian motor bakar
Pengertian motor bakarAhmad Ramdani
 
Data hasil praktikum
Data hasil praktikumData hasil praktikum
Data hasil praktikumAhmad Ramdani
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Ahmad Ramdani
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinAhmad Ramdani
 
Diktat termodinamika
Diktat termodinamikaDiktat termodinamika
Diktat termodinamikaAhmad Ramdani
 
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiAhmad Ramdani
 

Plus de Ahmad Ramdani (9)

Pengertian motor bakar
Pengertian motor bakarPengertian motor bakar
Pengertian motor bakar
 
Peranan bimbel
Peranan bimbelPeranan bimbel
Peranan bimbel
 
Tugas superposisi
Tugas superposisiTugas superposisi
Tugas superposisi
 
Data hasil praktikum
Data hasil praktikumData hasil praktikum
Data hasil praktikum
 
Lenturan 2
Lenturan 2Lenturan 2
Lenturan 2
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesin
 
Diktat termodinamika
Diktat termodinamikaDiktat termodinamika
Diktat termodinamika
 
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasi
 

Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor

  • 1. PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN A. KOMPETENSI DASAR Melakukan pengukuran kekasaran permukaan dengan cara dan prosedur yang benar B. SUB KOMPETENSI DASAR 1. Melakukan pengukuran kekasaran secara tidak langsung dengan cara meraba (Touch Inspection) 2. Melakukan pengukuran kekasaran secara langsung dengan roughness tester DASAR TEORI Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memeriksa tingkat kekasaran permukaan. Cara yang paling sederhana adalah dengan meraba atau menggaruk permukaan yang diperiksa. Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan jarum peraba (stylus). Peralatan ini memiliki sistem kerja berdasarkan prinsip elektris. Dengan peralatan yang dilengkapi dengan stylus maka hasil pengukuran permukaan dapat langsung dibaca. Bila dilihat dari proses pengukurannya maka cara pengukuran permukaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran permukaan secara tak langsung atau membandingkan dan pengukuran permukaan secara langsung. Dalam pemeriksaan permukaan secara tidak langsung atau membandingkan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan meraba (touch inspection), melihat/mengamati (visual inspection), menggaruk (scratch inspection), dengan mikroskop (microscopic inspection) dan dengan potografi permukaan (surface photographs). Pemeriksaan kekasaran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara meraba. Dengan kepekaan perasaan dalam meraba maka dapat dirasakan kasar halusnya suatu permukaan. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kehalusannya biasanya dilakukan dengan permukaan standar (surface finish comparator). Permukaan benda ukur yang akan diperiksa diraba dengan ujung jari, kemudian ganti meraba beberapa lempengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan. Bila dirasakan ada salah satu lempengan yang tingkat kehalusannya sama dengan kehalusan dari permukaan yang diperiksa, maka kehalusan permukaan yang
  • 2. diperiksa adalah sama dengan kehalusan permukaan pembanding. Angka tingkat kehalusan/kekasaran bisa dibaca pada lempengan pembanding (surface finish comparator). Pemeriksaan permukaan secara langsung adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan peraba yang disebut stylus. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida. Bagian ujung dari stylus ini ada yang berbentuk rata dan ada pula yang berbentuk radius. Untuk ujung stylus yang berbentuk radius, jari-jari keradiusannya biasanya sekitar 2 µm. Bila stylus bergeser maka setiap perubahan yang dialami oleh stylus karena permukaan yang tidak halus akan nampak pada kertas grafik dari peralatan ukurnya karena perubahan ini terekam secara otomatis. C. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Benda ukur 2. Surface finish comparator 3. Surface roughness tester 4. Alat-alat pembersih D. KESELAMATAN KERJA 1. Benda ukur dan alat ukur harus dalam keadaan bersih 2. Letakkan benda ukur dan alat ukur dengan benar dan jangan bertumpuk 3. Berhati-hatilah terutama dalam menggunakan surface rougness tester E. LANGKAH KERJA 1. Ambil benda yang akan diukur 2. Tandai panjang pengukuran 3. Lakukan pengukuran dnegan surface finish comparator dengan terlebih dahulu meraba permukaan benda ukur kemudian bandingkan dengan surface finish comparator 4. Lakukan pengukuran dnegan surface roughness tester pada panjang yang telah ditentrukan 5. Catat hasil pengukuran
  • 3. DATA PENGUKURAN Surface roughness tester * Sekrap DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II A Rt 16 16 Rp 10 10 Ra 2,5 2,5 Rz 14 14 B Rt 16 16 Rp 10 10 Ra 2,5 2,5 Rz 14 14 C Rt 10 16 Rp 5 10 Ra 1,6 2,5 Rz 8 14 D Rt 16 16 Rp 10 10 Ra 2,5 2,5 Rz 14 14 * Surface grinding
  • 4. DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II A Rt 1,6 1,6 Rp 0,6 0,6 Ra 0,3 0,3 Rz 1,2 1,2 B Rt 2,5 2,5 Rp 0,8 0,8 Ra 0,35 0,35 Rz 2 2 C Rt 1,6 2,5 Rp 0,6 0,8 Ra 0,3 0,35 Rz 1,2 2 * Turning DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II A Rt 5 5 Rp 3,5 3,5 Ra 1,5 1,5 Rz 4 4 B Rt 10 5 Rp 6 3,5 Ra 3 1,5 Rz 8 4 C Rt 5 5 Rp 3,5 3,5 Ra 1,5 1,5 Rz 4 4 * Bubut kombinasi
  • 5. DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENS I ORANG I ORANG II A Rt 25 25 Rp 15 15 Ra 6 6 Rz 23 23 B Rt 60 40 Rp 35 25 Ra 15 10 Rz 53 37 C Rt 40 40 Rp 25 25 Ra 10 10 Rz 37 37 D Rt 40 40 Rp 25 25 Ra 10 10 Rz 37 37 E Rt 25 25 Rp 15 15 Ra 6 6 Rz 23 23
  • 6. * Periphal milling DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II A Rt 2 2 Rp 1 1 Ra 0,3 0,3 Rz 1,7 1,7 B Rt 6 6 Rp 3,5 3,5 Ra 1,5 1,5 Rz 5 5 C Rt 10 10 Rp 5,5 5,5 Ra 2,5 2,5 Rz 9 9 * Milling DATA PENGUKURAN BIDANG DIMENS I ORANG I ORANG II A Rt 10 10 Rp 7 7 Ra 2,3 2,3 Rz 8,5 8,5 B Rt 10 10 Rp 7 7
  • 7. Ra 2,3 2,3 Rz 8,5 8,5 C Rt 10 10 Rp 7 7 Ra 2,3 2,3 Rz 8,5 8,5 D Rt 10 10 Rp 7 7 Ra 2,3 2,3 Rz 8,5 8,5 E Rt 16 10 Rp 10 7 Ra 4 2,3 Rz 13 8,5 F Rt 10 10 Rp 7 7 Ra 2,3 2,3 Rz 8,5 8,5 Suhu ruang : 27 ° C Mengetahui Kelembaban : 80 % Instruktur/Laboran Tanggal Praktikum : 2 Desember 2014 ………………………………
  • 8. ANALISIS DATA HASIL PENGUKURAN Rt adalah Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan profil dasar. Satuannya adalah dalam micron (μm). Parameter Rt juga sering digunakan untuk menjelaskan ketidak teraturan permukaan. Dengan mengetahui harga Rt berarti dapat diketahui pula besarnya celah dari profil permukaan. Rp adalah Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai dengan profil terukur. Bila juga dikatakan bahwa kedalaman perataan merupakan jarak antara profil tengah dengan profil referensi. Lihat Gambar di bawah ini. Rz adalah Kekasaran Rata-rata Kuadratis Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari harga profil terukur sampai dengan profil tengah. Ra adalah Kekasaran Rata-rata Aritnetismerupakan harga-harga rata-rata secaraaritmetis dari harga absolut antara harga profil terukur dengan profil tengah Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu permukaan tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian
  • 9. permukaan dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus dari pada dengan menggunakan mesin bubut. Tabel 5. Tingkat kekasaran rata-rata permukaan menurut proses pengerjaannya Tabel diatas memberikan contoh harga kekasaran rata-rata menurut proses pengerjaannya. Dengan menggunakan tabel tersebut kami bandingkan dengan hasil pengamatan yang kami lakukan. Kami ambil contoh a. Hasil pengamatan benda Turning yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 1,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja turning memiliki tingkat kekasaran yaitu N7. b. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki tingkat kekasaran yaitu N8. c. Hasil pengamatan benda surface grinding yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin gerinda datar. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 0,3 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira
  • 10. kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja surface grinding memiliki tingkat kekasaran yaitu N4. d. Hasil pengamatan benda bubut kombinasi yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 6 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja bubut kombinasi memiliki tingkat kekasaran yaitu N9. e. Hasil pengamatan benda periphal milling yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja periphal miling memiliki tingkat kekasaran yaitu N8. f. Hasil pengamatan benda milling yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 2,3 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja milling memiliki tingkat kekasaran yaitu N7. g. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan kami adalah 2,5 μm, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 μm. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki tingkat kekasaran yaitu N8. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa harga kekasaran suatu permukaan benda memiliki toleransi sendiri-sendiri tergantung proses pengerjaan yang digunakan pada pembuatan benda tersebut. Dari data pengamatan kami pada menurut harga Ra dapat disimpulkan bahwa proses pengerjaan yang memiliki tingkat kekasaran paling tinggi adalah proses pengerjaan dengan mesin bubut kombinasi ,
  • 11. sedangkan proses pengerjaan dengan tingkat kekasaran paling rendah adalah dengan mesin gerinda. Akan tetapi ada factor lain yang dapat mempengaruhi hasil kekasaran pada pengerjaan suatu benda kerja, diantaranya yaitu factor alat potong, kecepatan putar (rpm), kecepata pemakanan (cs), dan juga dari human error dan mesin yang digunakan itu sendiri. Oleh karena itu data hasil pengamatan dapat berubah-ubah sesuai hasil pengerjaan benda kerja itu sendiri. PENGUKURAN DENGAN ANGLE DEKKOR 1. Kompetensi Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan: Terampil dalam mengukur kedataran dengan angle dekkor dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut. 2. Dasar Teori Angle dekkor adalah alat ukur yang menggunakan prinsip optis. Komponen utama berupa lensa kolimator. Dengan bantuan prisma, sumber cahaya diatur supaya menyinari garis berskala (dibuat pada keping gelas tipis) yang terletak pada fokus dari kolimator. Garis berskala tersebut akan diproyeksikan keluar dari lensa kolimator berupa berkas cahaya yang sejajar.
  • 12. Gambar 6. Prinsip Kerja Angle Dekkor Apabila didepan kolimator diletakkan permukaan yang rata dan mengkilat (reflektor), maka berkas cahaya ini akan dipantulkan menuju kolimator dan difokuskan kembali pada bidang fokusnya. Melalui okuler kita dapat melihat garis skala yang dipantulkan (skala pantul) bersama-sama dengan garis skala (skala tetap) yang juga dibuat pada keping gelas tepat pada sumbu optis. Untuk suatu kedudukan reflektor yang tertentu (benda standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu (garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor-reflektor yang tertentu (benda standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu (garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor dibuat sedikit menyudut dari posisi semula (diganti dengan benda ukur yang akan dibandingkan) maka skala pantul akan bergerak ke atas atau ke bawah dan selain itu mungkin ke kanan atau ke kiri relatif terhadap skala tetap, dengan demikian mereka akan berpotongan pada posisi yang berbeda dari semula. Selisih dari kedua pembacaan (dua kali pada skala pantul dan dua kali pada skala tetap) menunjukkan dua harga sudut pembukaan antara bidang standar dan bidang ukur, dengan demikian sudut bidangnya dapat diketahui. Kapasitas ukur dari angle dekkor hanya sampai 60 menit dengan pembagian skala (kecermatan) sampai 1 atau ½ menit.
  • 13. Gambar 7. Angle Dekkor Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda kerja yang tepat. Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk pemasangan dan perawatan yang baik kita harus mengetahui spesifikasinya baut tersebut, apakah whitworth atau metris dan apa macam ulirnya? Salah satu alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan ketelitiannya yang cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur dan Floating Carrriage Micrometer. 3. Prosedur Praktikum A. Alat dan Perlengkapannya Angle Dekkor dengan dudukannya, meja rata, alat bantu lainnya, dan blok ukur. B. Keselamatan Kerja Hati-hati dalam menyetel posisi angle dekkor untuk menghindari lensa pecah ataupun lampu angle dekkor padam. C. Langkah Kerja
  • 14. 1) Pasang Angle Dekkor pada dudukannya diatas meja rata. 2) Reflektor ditempatkan di depan Angle Dekkor. 3) Setting skala referensi dan skala utama (tidak perlu tepat pada angka nol yang penting tepat pada angka bulat) dan catat sebagai pembacaan utama (datum). 4) Ganti kedudukan reflektor dengan benda ukur. Apabila benda ukur tidak dapat memantulkan sinar dapat digunakan blok ukur, tempatkan diatas benda ukur. 5) Apabila benda ukur benar-benar datar maka pantulan sinar pada sumbu referensi tepat pada pembacaan pertama (No. 3), tetapi apabila terjadi penyimpangan berarti benda ukur tersebut miring atau tidak datar. Garis Indeks Pembacaan Skala Vertikal (Longitudinal) Pembacaan pada Graticule, ukuran satu devisi terkecil = 0,5 menit
  • 15. Gambar 8. Pembacaan Skala pada Angle Dekkor Contoh pembacaan : Transversal (Horizontal) = 35 menit Longitudinal (Vertikal) = 36 menit Garis Indeks Pembacaan Skala Horizontal (Transversal)
  • 16. D. Data Pengukuran Tabel 6. Tabel hasil Pengamatan Benda Kerja dengan Angle Dekkor Pengamatan Pembacaan Skala Longitudinal Skala Transversal 0° (L1) 180° (L1) 0° (T1) 180° (T1) 1 19,5 24,5 27 28 2 21,5 19 27,5 26,5 3 19,5 19 25,5 24,5 Harga Rerata 20,16 20,83 26,67 26,33 Pembacaan Datum (Awal) Longitudinal Transversal L = 19,5 menit T = 27 menit Perbedaan dengan Pembacaan Datum (Harga Absolut) ΔL = L - L1 ΔT = T - T1 0° 180° 0° 180° 19,5 – 20,16 = -0,66 19,5 – 20,83 = -1,33 27 – 26,67 = 0,33 27 – 26,33 = 0,67 Harga Rerata Perbedaan -0,995 0,5 Menghitung Sudut dalam menit α'L = ΔL . 0,5 α'T = ΔT . 0,5 α'L = -0,4975 = - 0⁰29’51’’ α'T = 0,025 = 0⁰15’0’’ Menghitung Sudut dalam Radian α L =-1,447 x 1 = - 0⁰0’0,25’’ α T = 7,272 x 1 = 0⁰0’0,26’’ Dimensi Benda Ukur Panjang (a) = 37 Lebar (b) = 24 Menghitung Penyimpangan (µm) d L = α L . a. 103 d T = α T . b. 103 d L = -5,3539 d T = 1,74528 Suhu ruang : 28 ° C Mengetahui Kelembaban : 82 % Instruktur/Laboran Tanggal Praktikum : 18 Desember 2014 ………………………………
  • 17. E. Analisa Data Ukur dan Pembahasan Dalam praktikum pengukuran angle dekkor ini pertama adalah menyetting skala referensi dan skala utama kemudian mencatat pembacaan datum awalnya. Setelah itu mengukur benda kerja dengan meletakannya dibawah lensa dan diatasnya diletakkan blok ukur seperti pada gambar 7 kemudian melihat pada skala pembacaan dan catat pembacaan datum yang terbaca. Selanjutnya memutar benda kerja 180° kemudian melihat skala pembacaan dan mencatatnya. Pengamatan tersebut kami lakukan sebanyak 3 kali sesuai dengan tabel 6. Untuk skala longitudinal ditunjukkan ole garis vertikal sedangkan untuk skala transversal ditunjukkan oleh garis horisontal. Dari hasil pembacaan angle dekkor tersebut didapatkan data dari pembacaan datum awal yaitu untuk longitudinal (L) adalah 19,5 sedangkan untuk transversal (T) adalah 27 kemudian untuk harga rerata perbedaannya untuk (L) adalah -0,995 sedangkan untuk (T) adalah 0,5. Setelah melakukan perhitungan dengan rumus seperti yang tertera pada tabel 6 diperoleh penyimpangan benda kerjanya. Untuk skala longitudinal diperoleh penyimpangan -5,3539 µm dan untuk skala transversal diperoleh 1,7458 µm. F. Kesimpulan Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa benda kerja yang kami amati memiliki penyimpangan yang tidak terlalu besar. yakni pada skala longitudinal/bidang vertikal dan juga pada skala transversal/bidang horisontal yakni masing-masing adalah -5,3539 µm untuk skala longitudinal dan 1,7458 µm untuk skala transversal.