2. Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
Penyusun : Najelaa Shihab
Bukik Setiawan
Komunitas Guru Belajar
Desainer sampul dan isi : Rizqy Rahmat Hani
Reviewer : Iwan Ardhie Priyana,
Ameliasari Teuresia Kesuma
Sugih
ALL RIGHT RESERVED
Juni 2018
Jalan Ciater Rawa Mekar Jaya, Serpong
Tangerang Selatan - 15310
Hubungi kami :
Website : Kampusgurucikal.com
Email :kampusguru@cikal.co.id
Instagram : @kampusgurucikal
Twitter : @kampusgurucikal
Facebook : Kampus Guru Cikal
Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
3. 3Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
Kata Pengantar
Komunitas Guru Belajar:
Mulai dari Kecil,
Menggerakkan Perubahan Pendidikan
“Sudah sampai Simatupang Mas. Di bawah jembatan penyebrangan”. Itulah
pesan yang masuk ke telepon genggam saya pada suatu siang tiga tahun yang
lalu. Pesan yang dikirim oleh guru Rizqy dan guru Rudy.
Saya kemudian mengendarai motor untuk menjemput dan mengajak dua guru
sekolah negeri dari Pekalongan yang berkeringat akibat naik kereta ekonomi
dan angkot menuju kos saya. Setelah mereka, berdatangan guru-guru lain dari
10 daerah yang berbeda mulai Ambon, Bandung, Cirebon, Depok, Jember,
Lampung, Purwakarta, Semarang, Soroako hingga Timika. Mereka datang
dengan semangat yang sama, melakukan perubahan pendidikan sekaligus
mendukung gagasan Komunitas Guru Belajar.
Malam hari pertama, para penggerak berkumpul di rumah Bu Najelaa Shihab,
berbagi keresahan tentang dunia pendidikan sekaligus berbagi kemungkinan
tindakan yang bisa dilakukan. Bukan hal-hal besar, rekan-rekan guru yang
hadir membicarakan praktik perubahan yang sudah dilakukan di daerah mas-
ing-masing. Sambil sesekali menunjukkan foto di telepon genggam, para guru
menceritakan apa yang sudah mereka lakukan dengan penuh rasa bangga.
Tidak terasa obrolan sesama rekan perjuangan sampai melewati tengah malam
dan terpaksa dihentikan karena besok pagi akan menghadiri Temu Pendidik
Nusantara 2015. Guru laki-laki menginap di rumah Bu Elaa, panggilan akrab
Najelaa Shihab, guru perempuan meninap di rumah Bu Hani Kariko, salah satu
pimpinan Sekolah Cikal. Hanya satu yang nyeleneh, Guru Ivan dari Lampung,
4. yang memilih tidur berdempetan di kos saya :)
Sebelum Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2015 dimulai, para guru sarapan
pagi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Obrolan di sarapan
pagi adalah versi singkat dari obrolan lewat tengah malam. Ternyata obrolan
tersebut menarik minat sehingga Pak Menteri meminta pengalaman tersebut
ditulis. Penulisan pengalaman guru ini yang kemudian menjadi cikal bakal
Surat Kabar Guru Belajar yang hari ini telah terbit 15 edisi, konsisten setiap
dua bulan.
Temu Pendidik Nusantara 2015 dimulai yang pada puncaknya mendeklarasikan
Komunitas Guru Belajar (KGB) sekaligus meluncurkan buku Panduan KGB ver-
si pertama. Pada versi pertama, konten terbesar adalah prinsip dan gamba-
ran besar, hanya sedikit panduan teknis, yaitu panduan Temu Pendidik. Ses-
uai TPN 2015, Komunitas Guru Belajar berkomunikasi secara intens melalui
grup WA baik berbagi praktik cerdas pengajaran maupun mencari strategi
mengembangkan KGB. Berawal dari ide-ide liar, dirapikan, dicoba, gagal,
diperbaiki, coba lagi hingga berhasil. Eksperimentasi teman-teman di satu
daerah, menjadi pelajaran bagi daerah itu sendiri maupun daerah yang lain.
Upaya coba-gagal-coba lagi perlahan merangkum banyak pelajaran, disebar-
kan dan pada akhirnya Komunitas Guru Belajar menular ke berbagai daerah
yang lain. Dari 10 daerah pada 2015, 43 daerah pada 2016, 67 daerah pada
2017 dan 145 daerah pada 2018. Semakin banyak daerah yang terlibat KGB
merupakan suatu tanda kemajuan tapi sekaligus tantangan besar. Sesederha-
na pada masa sebelumnya semua guru penggerak bisa bergabung di 1 grup
WA, sekarang sudah harus dibagi menjadi sejumlah regional yang mewakili
provinsi, pulau atau wilayah tertentu.
Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai karakteristik dan kecepatan perkem-
bangan yang beragam, bahkan ada pula yang jalan di tempat. Pola-pola
pengembangannya pun bervariasi sesuai dinamika daerah masing-masing
yang mudah telihat pada variasi cara keterlibatan pada TPN 2017 yang lalu.
Komunitas Guru Belajar Sanggau yang digerakkan sejumlah guru sekolah
negeri berprestasi berhasil membangun kolaborasi dengan dinas pendidikan
berkat rangkaian aktivitas di daerah yang berdampak positif. Komunitas Guru
Belajar Pekalongan yang digerakkan guru-guru muda menginisiasi berag-
am aktivitas belajar sehingga berhasil menabung untuk memberangkatkan
1 bis guru ke TPN 2017. Komunitas Guru Belajar Makassar yang digerakkan
guru-guru dengan latar belakang aktivis dengan jaringan yang luas berhasil
menyelenggarakan Pesta Pendidikan 2017 di Makassar. Tiga daerah terse-
Buku Komunitas Guru Belajar 2.04
5. 5Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
but setidaknya mencerminkan 3 pola pengembangan KGB melalui tahapan
perkembangan yang berbeda.
Di luar perkembangan KGB berbasis daerah, ada pula perkembangan KGB
berbasis minat. Awalnya dipicu penerbitan Surat Kabar Guru Belajar yang mel-
ibatkan guru secara bertahap. Pada awalnya, kebanyakan guru terlibat sebatas
menjadi penulis, tapi kemudian berkembang menjadi penyunting hingga de-
sainer grafis. Dinamika ini yang kemudian melahirkan Klub Guru Belajar Menulis
dan Klub Guru Belajar Komunikasi Visual. Jadi selain meluas dan berkembang
berdasarkan daerah, juga berdasarkan minat.
Terlepas perkembangan berdasarkan daerah maupun minat, kesemuanya mer-
upakan bukti nyata dari 4 kunci pengembangan guru: kemerdekaan, kompe-
tensi, kolaborasi dan karier. Guru yang merdeka menentukan cita-citanya, bela-
jar menguasai kompetensi, membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga
dan komunitas, pada akhirnya membuahkan hasil karya yang mencerminkan
karier guru secara individual maunpun sebagai komunitas.
Beragam dinamika dan berbagai perkembangan Komunitas Guru Belajar se-
lama 3 tahun ini yang disarikan menjadi pelajaran-pelajaran penting bagi sia-
papun yang menjadi guru penggerak KGB. Pelajaran tersebut disusun menjadi
buku Panduan KGB 2.0, panduan berdasar bukti nyata. Proses penyusunannya
tidak mudah, mulai dari mencari pelajaran dari berbagai daerah, menyusun
menjadi sebuah bangunan, mengkaji berulang kali dengan melibatkan berb-
agai pihak, hingga pada akhirnya hadir di tangan Anda.
Panduan dalam buku ini bukan barang mati yang siap pakai, tapi perlu dipela-
jari untuk mendapat esensinya, dipraktikkan, direfleksikan dan dikembangkan
lagi. Panduan ini menjembatani otonomi setiap daerah dengan keteraturan se-
bagai sebuah komunitas yang harapannya melahirkan percikan kreativitas un-
tuk menggerakkan perubahan pendidikan yang lebih luas dan bermakna bagi
anak-anak Indonesia.
Pada akhirnya, sebuah kehormatan bagi kami, Kampus Guru Cikal, karena telah
dipercaya rekan-rekan guru untuk menjadi inisiator serta teman belajar bagi
Komunitas Guru Belajar. Kobarkan semangat untuk terus merdeka belajar ber-
sama.
Atas nama
Tim Kampus Guru Cikal
Bukik Setiawan
7. DAFTAR
ISI
Halaman depan
Kata pengantar
Testimoni tentang Komunitas Guru Belajar
Menjadi Guru Belajar
A. Panduan Pengembangan Guru
B. Panduan Umum Komunitas Guru Belajar
C. Panduan Gerak Komunitas Guru Belajar
D. Panduan Komunikasi
Komunitas Guru Belajar
E. Panduan Pengembangan
Komunitas Guru Belajar
F. Tanya Jawab Komunitas Guru Belajar
G. Panduan Temu Pendidik
H. Surat Kabar Guru Belajar
Kemerdekaan Guru Kemerdekaan Belajar
1
5
14
27
35
41
47
53
61
74
83
87
7Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
8. Testimoni tentang
Komunitas Guru Belajar
Juliawati
SDN 8 Sanggau
Penggerak KGB Sanggau
Komunitas Guru Belajar itu..bagi saya seperti
menemukan oase di padang pasir. Selalu
memberikan inspirasi, kekuatan, dan semangat
dalam mendidik anak-anak bangsa. Banyak hal-
hal positif dan praktik cerdas pengajaran yang
saya dapatkan dari teman-teman Komunitas
Guru Belajar Nusantara yang bisa saya terapkan
di kelas, dan saya tularkan kembali ke teman-
teman Komunitas Guru Belajar di daerah.
Erni Erawati
SD IU Nawa Kartika Selogiri,
KGB Wonogiri
Luar biasa bergabung di Komunitas Guru Belajar.
Kami bisa belajar bareng bersama guru PAUD,
TK, SD, SMP, SMA, SMK, sampai dosen. Ada
25 kacamatan di kabupaten Wonogiri, dan
tempat kami berjauhan tetapi kami bisa akrab
dan saling menginspirasi. Teman-teman sangat
mengapresiasi kegiatan Komunitas Guru Belajar
dibuktikan dengan diskusi online setiap rabu
malam, dan uniknya semua guru berani tampil
dan bersedia jadi narasumber dan moderator
setiap minggunya.
Indra Litasari
SDN 2 Nambangan Selogiri,
KGB Wonogiri
Ada lagi yang ingin saya sampaikan. Setiap kali
mengikuti KKG pada setiap sabtu, saya selalu
diminta menceritakan tentang Komunitas Guru
Belajar, Temu Pendidik Nusantara dan semua
yang berkaitan. Bergabung di Komunitas Guru
Belajar memudahkan kami belajar apa saja yang
penting betah saja belajar.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.08
9. Daru Kuswanta
Guru di SMKN 2 Purwokerto
Penggerak KGB Purwokerto
Banyak guru-guru baik dengan kebiasaan baik
pengajaran tapi tidak saling mengenal. Di
Komunitas Guru Belajar, guru-guru dari lintas
jenjang tersebut saling mengenal, berbagi,
menginspirasi dan berkolaborasi.
Umi Rukailah Safari
Guru SMA Negeri Ambulu
KGB Jember
Saya mengintegrasikan Temu Pendidik Daerah
Komunitas Belajar Guru Jember ke dalam
Workshop in Training Service Kurikulum 2013
yang pesertanya guru-guru SMA swasta se-
Kabupaten Jember. Sesi simulasi mengajar yang
selama ini menjadi momok karena menjadi ajang
kritik pedas yang saling menjatuhkan berubah
menjadi fasilitas berbagi praktek baik dan
berbagi inspirasi yang sangat menyenangkan
dan bikin ketagihan. Kita mengedepankan
semangat semua murid semua guru dan
mengutamakan semangat berkolaborasi dari
pada berkompetisi. Merdeka Belajar yuk!
Syafi’ Maulida
Guru di SMK N 1 Plosoklaten,
KGB Kediri
Komunitas Guru Belajar (KGB) bagi saya
seolah sebagai tempat penyegaran yang
mengembalikan semangat guru dalam belajar
dan mengajar. Menjadi penyegar karena
kita mengajar terus menerus dan berulang.
Dan dengan KGB, saya mendapat pesegaran
dan variasi maupun pengembangan strategi
mengajar. Lebih dari itu, Komunitas Guru Belajar
mempertemukan saya dengan kawan guru yang
kadang memiliki permasalahan yang sama tapi
saling mengingatkan untuk selalu kembali pada
tujuan mulia kita sebagai guru.
9Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
10. Iwan Ardhie Priyana
Guru di SMP Negeri 1 Nagreg &
SMP YP 17 Nagreg
Penggerak KGB Kab. Bandung
Komunitas Guru Belajar bagi saya seperti
menemukan tempat saya untuk bercengkrama,
berdiskusi dan bertukar pikiran berkaitan
dengan proses belajar mengajar. Masuk ke KGB
mendorong saya untuk bereksperimen yang
hasilnya kelak saya bagikan. Meskipun yang saya
bagikan bukan praktek cerdas tapi lebih tepat
disebut praktek coba coba, saya senang ada
yang mengapresiasi. Komunitas Guru Belajar
adalah kelas besar saya untuk belajar dan
menemukan banyak hal baru.
Eka Wardana
Guru IPS dan PKn di SDIT AL
QUDS Kota Bogor
Penggerak KGB Bogor
Komunitas Guru Belajar membawa saya pada
cakrawala mengajar yang berbeda. Banyak
pendekatan belajar yang saya pelajari dan
praktikkan ternyata membuahkan hasil bagi anak
untuk lebih menyenangi belajar. Yang kedua,
dan saya rasa penting; membangun komunitas
guru yang saling belajar menambah semangat
mengajar lebih baik.
Rahmiyanti
Guru SMPN 2 Lengayang
KGB Pesisir Selatan
Komunitas Guru Belajar mengubah pola pikir
saya tentang bagaimana proses mendidik yang
baik dan benar. Ada banyak praktik simpel dan
sederhana tetapi miliki makna yang luar biasa.
Saya pernah mengajak murid untuk melakukan
tepuk keren dikelas ketika suasana kelas mulai
gaduh...ternyata tepuk keren sekarang sudah
menjadi yel yel di sekolah kami.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.010
11. Suhud Rois
SD Peradaban Insan Mulia
Cimahi
KGB Cimahi
Bagi saya, hal terpenting dari Temu Pendidik
Komunitas Guru Belajar adalah belajar ikhlas.
Dengan kesungguhan di sela-sela kesibukan,
saya harus mempersiapkan Temu Pendidik
sebaik mungkin. Mulai dari memilih topik,
mencari narasumber, membuat poster, mengajak
anggota untuk hadir, sampai menyipakan tempat
dan peralatan. Banyak yang harus dikorbankan,
dan kemudian ketika hari pelaksanaan ternyata
peserta hanya beberapa orang saja.
Sepintas tidak sesuai dengan pengorbanan, dan
ketika itulah saya belajar ikhlas. Bukan masalah
seberapa banyak orang yang datang, tapi
seberapa besar usaha yang saya lakukan agar
berbagi lebih banyak.
Temu pendidik membuat saya belajar
memperbaiki niat :)
M. Niamil Hida
Kepala MI Kranji 01
Kedungwuni Pekalongan.
Penggerak KGB Pekalongan
Berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan
berarti berkompetisi. Di Komunitas Guru
Belajar, kebaikan-kebaikan strategi mengajar
dibagikan guru dari berbagai lintas jenjang dan
golongan dengan semangat kolaborasi yang
menyenangkan. Materi-materi yang disampaikan
pun kekinian mengikuti kebutuhan zaman,
yang sangat membantu problem-problem
pengajaran yang terus berkembang dengan
ruh memanusiakan hubungan. Semoga semakin
banyak guru yang menerapkan fastabiqul khoirot
melalui kolaborasi di Komunitas Guru Belajar.
11Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
12. Budiyanti Dwi Hardanie
Guru di Sekolah Mutiara Bunda
Bandung
Penggerak KGB Bandung
Penulis buku Diferensiasi
Saya dulunya kurang percaya pada kekuatan
belajar bersama. Dari pengalaman saya, belajar
bersama sering kali tidak efektif, kemungkinan
pergeseran ke topik-topik tidak penting sangat
besar terjadi. Saya pelajar mandiri.
Setelah bergabung dengan Komunitas Guru
Belajar (KGB), saya menyadari bahwa mandiri
ketika belajar itu tidaklah cukup. Ketika hasil
belajar tidak memberi dampak pada orang di
luar diri kita, apalah gunanya. Maka bersama
KGB Bandung saya belajar untuk berinteraksi
ketika belajar, belajar untuk melihat berbagai
sudut pandang dan peristiwa lain yang dialami
para pendidik Bandung. Ternyata, seru, ya? Dan
meski suasananya santai, saya belajar banyak,
juga punya kesempatan berbagi seperti pendidik
lainnya.
Belum lagi kegiatan Temu Pendidik Nusantara
(TPN) yang fenomenal itu. Suasana penuh
semangat berbagi dan semangat belajar dari
sesama pendidik yang sangat kental sulit saya
lupakan. Sampai-sampai saya dan beberapa
teman membuat sebuah grup sebagai komitmen
kami untuk mempersiapkan diri menjadi salah
satu pendidik yang berbagi di TPN tahun ini.
Komunitas Guru Belajar membuat saya ketagihan
kumpul-kumpul santai tapi bermakna.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.012
13. Rusdi Al Farisi
Penggerak KGB Palu
Pengalaman yang sangat menarik bagi saya pribadi
sebagai pendidik ketika bergabung di Komunitas
Guru Belajar yang ada di Kota Palu, Sulawesi
Tengah.
Ada kecenderungan menghadapi anak zaman
now butuh kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya.
Komunitas Guru Belajar sangat membantu dan
memberikan pengalaman yang sangat menarik.
Salah satunya adalah ketika seorang guru mengajar
di kelas menggunakan metode yang sederhana,
seperti permainan yang bermakna.
Saya sangat bersyukur berada di komunitas
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis, kreatif dan produktif seorang guru dalam
melaksanakan proses belajar. Dapat terus menerus
mencari dan menggali metode-metode yang dapat
membuat murid menjadi aktif, kreatif, inovatif dan
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
(problem solver).
Komunitas guru belajar merupakan salah satu
wadah yang dapat memberikan inspirasi baru bagi
pendidik. Melakukan sharing sesama pendidik,
saling tukar pemikiran pada proses belajar dengan
metode yang digunakan masing-masing pendidik.
Dengan tujuan memperbaiki dan mencari solusi
dalam menerapkan pengalaman-pengalaman baru
untuk meningkatkan kualitas belajar ke arah yang
lebih baik.
Saya sangat berharap suatu saat Komunitas
Guru Belajar menjadi suatu wadah yang
diperhatikan oleh pemerintah setempat. Semoga
semakin banyak penggerak yang ikut serta dan
berpartisipasi pada komunitas belajar ini. Amin
“Mulailah budaya belajar dari organisasi Anda
sekarang, atau bersiaplah untuk tertinggal.”
13Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
14. Decky Cahyadi
Guru di SDN 21 Inggis II, Mukok,
Sanggau
KGB Sanggau
Saya bangga dapat bergabung dengan
Komunitas Guru Belajar, karena benar-benar
sangat menginspirasi kami sebagai guru
bagaimana cara kita merdeka belajar yang
selama ini kita masih terkungkung dengan
aturan yang seharusnya tidak perlu. Soalnya
murid harus bisa mengembangkan bakat dan
potensinya. Dengan adanya Komunitas Guru
Belajar, saya mendapat banyak ilmu, juga dapat
berteman dengan guru-guru hebat...Mudah-
mudahan Komunitas Guru Berlanjut terus
berlanjut dan tetap eksis...
Nazilatul Khusna
KGB Pekalongan
Bagi saya, mengikuti kegiatan Temu Pendidik
daerah adalah sesuatu yang istimewa dan
berharga. Kegiatannya menyenangkan,
menambah wawasan, sekaligus mengesankan.
Melalui kegiatan tersebut saya dapat belajar
banyak hal, termasuk bagaimana cara
memahami kebutuhan anak. Dan pada akhirnya
pun saya bisa mempraktikkan, merealisasikan
hasil dari apa yang saya dapat di kegiatan Temu
Pendidik daerah.
Mufrianda
Guru PAI SMAN 2 Palu
Penggerak Komunitas Guru Belajar
Palu
Pengalaman yang sangat menyenangkan
ketika bergabung di Komunitas Guru Belajar
(KGB) Kota Palu. Ada dua hal yang membuat
komunitas ini membangkitkan semangat belajar
para guru yang ada di Kota Palu. Pertama,
saya menemukan sahabat baru di setiap Temu
Pendidik. Kedua, materi Temu Pendidik selalu
menarik sehingga menambah wawasan dalam
mengembangkan metode belajar di kelas.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.014
15. Baginda Rahmat Baqi
Guru di SD Permata Ihsan
KGB Tangerang Kabupaten
Belajar di Komunitas Guru Belajar (KGB) itu
seperti mendapatkan kebutuhan hidup bagi
saya.
Inti dari KGB yang paling utama adalah
perubahan paradigma bagi semua guru. Dari
yang hanya mengajar sekadar mengajar menjadi
mengajar adalah kebutuhan. Kedua, KGB adalah
tempat berbagi praktik baik yang kita lakukan
di kelas setelah guru memiliki paradigma yang
benar tentang mengajar. Paradigma itulah yang
saya tanam di dalam diri saya sebagai seorang
guru agar bisa menemukan praktik-praktik baik
dalam mengajar.
Pengalaman menarik saya di KGB adalah
ketika saya harus menjapri beberapa orang
untuk diajak menjadi narasumber saat Mudik,
mengajak guru-guru bergabung di grup WA
hingga mengajak guru untuk mau membagikan
pengalaman mengajarnya (ini yang masih sulit).
Menariknya di mana? Itukan hal yang biasa. Ya
benar, bagi sebagian orang mungkin itu biasa
saja tapi tidak bagi saya. Itu adalah hal yang
luar biasa bagi saya. Karena di daerah tempat
tinggal saya mayoritas guru masih berfikir bahwa
“enak jadi guru SD pulangnya cepat”. Adalagi
yang mengatakan “ngajar SD mah gampang,
kan cuma anak-anak”. Adalagi “kalau menjadi
panitia sebuah acara itu asyik karena kita jadi
tidak mengajar”. Itulah tantangan bagi saya
sampai sekarang yang ingin mengembangkan
paradigma guru yang sesungguhnya.
Sementara sesingkat ini dulu keseruan yang saya
ceritakan, seiring pengalaman ke depan nanti
saya yakin akan lebih banyak lagi yang saya
temukan.
15Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
16. Intan Ayu Ekawati
Penggerak Komunitas Guru
Belajar Cimahi
Bersama dan di dalam Komunitas Guru
Belajar, saya sanggup melakukan hal-hal yang
sebelumnya tidak pernah terbayang akan
saya lakukan. Belajar membuat desain belajar
(lesson plan) dalam bentuk dongeng, kemudian
langsung mempraktikkan dongengnya di hari itu
juga. Tak terpikir sebelumnya bahwa saya akan
pernah mendongeng di hadapan orang-orang
yang baru sesaat saja berkenalan. _Seruuuuu!_”.
Muhammad Soleh
SMKN 1 Sanggau
KGB Sanggau
Komunitas Guru Belajar Sanggau menjadi
vitamin bagi saya untuk menghasilkan energi
yang sangat positif guna mengelola lingkungan
di sekolah dan menghadapi murid dengan
gembira. Salam hangat!
Mulyani
Guru SMAN 1 Sanggau
Penggerak Komunitas Guru Belajar
Sanggau
Saya bersyukur dapat bergabung di Komunitas
Guru Belajar Sanggau. Meskipun sebagian
besar anggotanya guru SD, namun saya sebagai
guru SMA jadi sangat terinspirasi. Saya ingin
menunjukkan kepada rekan sejawat tentang
manfaat belajar yang bermakna dan merdeka
belajar agar bisa lebih mengembangkan
kemampuan murid dan juga gurunya. Te O Pe
bingit bisa berkolaborasi dengan rekan yang
mau mendobrak kebiasaan menjadi sesuatu
yang ruarrr biasa. Salam merdeka belajar!
Buku Komunitas Guru Belajar 2.016
17. Menjadi Guru Belajar*
Najelaa Shihab
17Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
*tulisan ini dipublikasikan pertama kali
di Buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas
18. G
uru dan belajar, dua kata yang jarang disandingkan, padahal guru belajar
adalah esensial sebelum mencapai cita-cita. Tanpa cita-cita, sulit untuk
memotivasi diri dan menjalani profesi. Cita-cita guru akan menentukan
pencapaian cita-cita anak dan keseluruhan tujuan pendidikan di lembaga kecil
maupun di lingkup kebangsaan.
Pertanyaan “apa cita-citamu?” sering kita ajukan ke anak, tetapi kita lupa kalau
gurunya tidak punya cita-cita, bagaimana anak bisa meraih bintang nan jauh
di sana, bahkan untuk mengangkat tangan bertanya pun tidak bisa. Namun
sebagian besar guru yang saya temui, hanya terpaku saat ditanya apa yang ingin
dituju. Padahal setiap perilaku pasti bertujuan, saat tujuan tidak dinyatakan atau
disadari, saat itulah kita sering kali (merasa) menjadi korban. Korban peraturan,
korban penindasan pimpinan, korban ambisi orangtua di lingkungan, dan
seterusnya. Tanpa sadar bahwa korban sesungguhnya dari sistem pendidikan
saat semua orang merasa menjadi korban, adalah anak-anak.
Cita-cita guru berkait dengan kapasitas dirinya dan kondisi lingkungannya.
Cita-cita kebanyakan pendidik kita terlalu sederhana; anak tenang di kelas,
cakupan materi terselesaikan, KKM terpenuhi dan ujian dengan nilai tinggi
yang membuat semua (orangtua, kepala sekolah, gubernur) senang hati. Jarang
kita mendengar percakapan di ruang rapat pejabat, ruang istirahat guru atau
halaman bermain sekolah tentang tujuan pendidikan berkait demokrasi, anti
Buku Komunitas Guru Belajar 2.018
19. korupsi atau masa depan negeri ini. Tidak
heran, ujian identik dengan kecurangan
bukan perbaikan. Tak jarang, pencapaian
murid lebih penting dari kebutuhan murid.
Tak aneh, yang bisa dilakukan anak untuk
sekolah lebih penting dari apa yang bisa
dilakukan sekolah untuk murid.
Dalam satu kata, guru-guru kita sering kali
cita-citanya sebatas “survival”. Bagaimana
bertahan dari hari ke hari. Untuk guru-guru
yang sering kali merasa tidak berdaya, saya
selalu berkata cita-cita mereka di pendidikan
jauh lebih penting dan mungkin berhasil
dibanding cita-cita di regulasi bahkan milik
kepala negara.
Cita-cita membutuhkan inisiatif diri. Guru
mencapai cita-citanya saat ia mampu
memlilih opsi-opsi dalam sebuah situasi dan
memilih mana yang paling tepat dilakukan
untuk mencapai tujuan profesinya. Cita-
cita tidak muncul hanya karena kebiasaan,
peraturan atau saat tidak punya pilihan.
Peran guru sangat sentral dalam proses
pendidikan. Pendapat ini diterima secara
umum tanpa perdebatan. Di sisi lain, analisis
terhadap berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh guru hanya berperan
sekitar 1-14% pada prestasi akademik
pelajar. Lebih sedikit dibandingkan dengan
faktor-faktor yang melekat pada struktur dan
kondisi sekolah (sekitar 7-20%), apalagi bila
dibandingkan dengan faktor terbesar (60-
80%) yang ada pada individu pelajar sendiri,
seperti pola asuh dan aspirasi orangtua,
kondisi sosial- emosional, makanan
dan kesehatan anak, serta budaya dan
pengalaman (ASA, 2014).
“Pertentangan” di atas merupakan contoh
betapa pemahaman tentang peran guru yang
selama ini ada belum utuh. Data penelitian
Pertanyaan
“Apa cita-
citamu?”
sering kita
ajukan
ke anak,
tetapi kita
lupa kalau
gurunya
tidak punya
cita-cita..”
19Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
20. dapat dipahami keterbatasannya,
karena guru dan perannya sering
kali sulit diukur lewat tes prestasi.
Sebagaimanakitaalami,pengaruhdan
tanggung jawab guru yang terbesar
justru pada perkembangan pribadi
dan minat pelajar, keterampilan
berpikir dan budi pekerti, serta
berbagai kompetensi lain yang
berkaitan dengan kemampuan dan
kemauan untuk belajar sepanjang
hayat. Kami di Kampus Guru Cikal
yakin bahwa peran guru sangat
signifikan apabila kita melihat
konteks pendidikan dengan utuh,
bukan hanya peningkatan kualifikasi
atau pencapaian akademik dalam
arti sempit. Karena itu, perhatian
pada peningkatan kualitas guru
seyogianya menjadi salah satu fokus
dalam percepatan mutu pendidikan.
Guru belajar memengaruhi sistem
pendidikan karena konteks hubungan
guru sebagai pemangku kepentingan
sangat luas.
Guru belajar adalah hal yang tidak
mudah diperjuangkan, tetapi secara
jangka panjang paling efektif untuk
perubahan pendidikan apabila
kita percaya kekuatan perubahan
yang tidak dipaksakan dari pusat.
Indonesia sudah mengalami begitu
banyak reformasi, begitu sering
kurikulum direvisi, sampai titik
upaya menciptakan sistem yang
tidak “membutuhkan” guru. Seolah-
olah dokumen yang seragam untuk
seluruh negeri, uji kompetensi
seumur hidup sekali, serta simplifikasi
dan standardisasi lain bisa menjadi
solusi. Sebaliknya, pengembangan
guru mencapai cita-cita melalui guru
belajar justru menguatkan peran
guru.
Guru yang berperan sentral
dalam proses pengembangan
60-80%
7-20%
1-14%
Faktor-faktor yang melekat pada struktur
dan kondisi sekolah
Pengaruh guru
Individu pelajar sendiri, seperti pola asuh
dan aspirasi orangtua, kondisi sosial-
emosional, makanan dan kesehatan anak,
serta budaya dan pengalamanASA : 2014
Buku Komunitas Guru Belajar 2.020
21. kompetensinya sendiri. Hattie (2010)
mengatakan bahwa proses belajar
yang ideal menempatkan pelajar
sebagai guru yang mengendalikan
dan bertanggung jawab pada proses
belajarnya, dan guru berperan utama
sebagai pelajar yang belajar sensitif
dan memenuhi kebutuhan murid.
Apabila kita berbicara tentang student
centered process saat menjelaskan
bentuk proses belajar mengajar yang
ideal, maka sulit mengelak bahwa
proses pengembangan guru yang
terjadi di negara kita saat ini tidak
berpusat pada guru. Pada akhirnya
melihat isu pengembangan guru
secara utuh, dalam kaitan dengan
keseluruhan budaya dan sistem
pendidikan adalah sebuah keharusan.
Sistem yang ideal adalah sistem
yang lingkar umpan baliknya berjalan
dengan baik. Karena proses inilah yang
memungkinkan munculnya berbagai
strategi intervensi berdasarkan praktek
baik dan bukti lapangan. Pertanyaan
utama dari sistem yang saat ini muncul
adalah “Apa yang bisa dilakukan guru”
dalam piramida, guru berada di posisi
terbawah yang menerima kebijakan
dan instruksi dari pusat. Sistem
harus membalik prosesnya dengan
meletakkan guru sebagai sumber
inovasi dan kebijakan, sehingga
pertanyaan yang harus dijawab
menjadi apa yang bisa dilakukan oleh
sekolah, daerah dan pemerintah pusat
untuk mendukung guru.
Selama ini, reformasi pendidikan
di tingkat kelas sangat sulit terjadi.
Terlepas dari berbagai kebijakan dan
intervensi dalam berbagai skala, apa
yang dilakukan oleh tiap guru pada
setiap murid tidak jauh berbeda
dengan 200 tahun lalu (Tyack & Cuban,
1995). Niat baik dan kerja keras
reformasi di pendidikan di negara kita,
baru dinikmati sebagian kecil warga
negara, belum semua dan setiap anak
Indonesia. Salah satu penyebab utama
gagalnya upaya perubahan adalah
program pengembangan guru yang
tidak berdampak signifikan (Kulik dan
Kulik, 1989).
Hattie (2010) mengatakan bahwa proses belajar yang
ideal menempatkan pelajar sebagai guru yang
mengendalikan dan bertanggung jawab pada proses
belajarnya, dan guru berperan utama sebagai pelajar
yang belajar sensitif dan memenuhi kebutuhan murid.
21Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
22. Banyak program peningkatan kompetensi yang sudah dilakukan, semuanya
membawa hasil, tapi tidak besar dan berkelanjutan. Kampus Guru Cikal
sendiri sudah pernah menyelenggarakan sejumlah pelatihan guru dengan
mendapatkan hasil serupa. Proses belajar guru yang hanya berkait dengan
peningkatan kompetensi di ruang pelatihan kurang berdampak pada proses
belajar di ruang kelas.
Karenanya kami yakin, salah satu salah kaprah utama dalam pengembangan
guru selama ini adalah tujuan yang hanya berfokus pada kompetensi.
Pencapaian cita-cita guru, oleh dirinya sendiri dengan dukungan dari pemangku
kepentingan lain dalam ekosistem pendidikan, hanya akan tercapai apabila ia
memiliki empat kunci: Kemerdekaan, Kompetensi, Kolaborasi dan Karier.
Kemerdekaan berarti guru punya komitmen pada tujuan. Guru yang merdeka
paham kenapa perlu mengajar suatu materi dan kaitannya dengan aplikasi
sehari-hari. Guru yang merdeka itu mandiri, selalu bergantung pada dirinya
untuk mengatasi tantangan, tidak mudah menyerah menghadapi tantangan
atau menyalahkan orang lain dan keadaan. Guru yang merdeka itu reflektif,
berani meminta umpan balik secara aktif dan menilai diri sendiri dengan
objektif. Salah satu faktor utama yang memengaruhi rasa berdaya guru
adalah pengalamannya sebagai murid, baik di masa lalu maupun saat ini.
Sebagaimana akan diuraikan dalam bagian berikutnya, Kemerdekaan guru
membutuhkan lingkungan yang mendukung.
Pengembangan kemerdekaan guru bukan sekadar soal mengubah kebijakan,
tetapi soal perilaku harian yang muncul dari kita. Guru yang merdeka memahami
kewajiban, tetapi juga memiliki otonomi dan menggunakan otoritas dengan
bijak.
Kompetensi guru bukan sekadar tahu tentang banyak hal dan bisa mengajar
di atas kertas tapi mampu menunjukkan aksi dan berinovasi. Guru yang
kompeten, berarti mampu beradaptasi, karena kompetensi bukan kata yang
berdiri sendiri, harus didefinisikan berbeda untuk bidang apa, siapa muridnya
dan di mana konteksnya. Guru tidak mungkin kompeten sendiri, di Kampus
Guru Cikal kami sadar betul bahwa yang dimiliki guru sebagai individu
hanyalah potensi, dan akan terwujud menjadi kompetensi bila ditumbuhkan
oleh ekosistem yang mendukung.
Guru harus berada di lingkungan yang aman untuk belajar dari orang lain.
Sebagaimana kita menerapkan diferensiasi pada pelajar, kita juga perlu yakin
bahwa keragaman guru berarti proses peningkatan kompetensinya pun pasti
berbeda. Di lingkungan yang mendukung, selain saling berempati terhadap
kebutuhan yang berbeda, semangat berubah dan belajar juga ditularkan.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.022
23. Semua guru menjadi contoh individu
yang belajar sepanjang hayat.
Proses akuntabilitas dan
tanggungjawab, “cambuk” yang
sering digunakan untuk membuat
guru meningkatkan kompetensinya,
muncul bukan karena kompetensi
satu atau beberapa guru, tapi karena
pengaruh kolektif dari rekan sejawat
dan lingkungan yang mendukung.
Untuk menumbuhkan kepercayaan ini,
lingkungan kerja perlu mengurangi rasa
takut salah, menghormati dan proses
pemecahan masalah bersama, optimis
memfasilitasi usaha guru, memberikan
umpan balik yang berdasarkan bukti
dan observasi yang direncanakan.
Isu utama yang menghantui proses
pengembangan kompetensi dengan
berbagai tujuan jangka panjang
dan beragam metode ini adalah
Waktu. Waktu kerja guru di luar jam
kelas memberikan pengaruh yang
sangat besar pada keseluruhan
persepsi mengenai kepuasaan
kerjanya dan motivasi dirinya untuk
mengembangkan diri. Selain berkait
dengan beban jam mengajar, waktu
juga esensial karena proses berinovasi
memang membutuhkan tahapan waktu
untuk berhasil. Guru perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan, jadi ada tahapan dan kurva
belajar. Kemudian merancang rencana
aksi termasuk strategi saat menghadapi
masalah dan cara memantau kemajuan
usahanya. Guru juga butuh waktu untuk
membangun pengalaman sukses dan
pada akhirnya kepercayaan dirinya
untuk terus berinovasi.
Banyak program peningkatan
kompetensi yang sudah dilakukan,
semuanya membawa hasil, tapi
tidak besar dan berkelanjutan.
Peningkatan
kompetensi di ruang
pelatihan kurang
berdampak pada
proses belajar di
ruang kelas.
Salah satu salah kaprah utama
dalam pengembangan guru selama
ini adalah tujuan yang hanya
berfokus pada kompetensi.
23Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
24. Untuk bisa memantau proses dengan baik, guru belajar membutuhkan alat bantu
yang mendorong asesmen mandiri (self assessment). Guru merencanakan dan
membicarakan proses belajar-mengajar, menerima dan memberikan umpan balik.
Dalam keseluruhan proses ini, harus diperhatikan jangan sampai muncul beban-
beban administratif dan birokratis yang tidak perlu dan memunculkan skeptis.
Pengalaman menunjukkan banyak prosedur yang diterapkan malah menjadi
beban tambahan yang menghabiskan waktu tanpa memberi dampak signifikan
pada kualitas proses maupun hasil (Benner, 2007). sering kali juga prosedur ini
dijadikan alat untuk menghukum atau memberi ganjaran guru, tanpa proses yang
adil dan transparan
Salah satu bagian paling menarik saat berbicara tentang kompetensi guru, adalah
sulitnya menemukan kesepakatan mengenai standar baik yang berlaku umum
yang ditunjukkan guru di kelas sehari-hari. Saat para ahli dan pakar pendidikan
berada dalam kelas yang sama dan diminta merating kompetensi guru setelah
mengobservasi jalannya kelas, reliabilitas penilaiannya sangat rendah. Apa
yang penting dipelajari guru adalah prinsip belajar mengajar, apa yang sudah
dibuktikan efektif dan paling berhasil digunakan guru tertentu dalam konteks
pelajar, kelas dan komunitas tertentu. Jadi bukan menghafal resepnya, yang
dilakukan guru saat belajar adalah proses mempersonalisasi apa yang dipelajari
ke dalam situasinya masing-masing.
Kemerdekaan Kompetensi
Kolaborasi Karier
Guru yang merdeka memahami
kewajiban, tetapi juga memiliki
otonomi dan menggunakan otoritas
dengan bijak.
Guru yang kompeten, berarti mampu
beradaptasi.
Guru yang berkolaborasi dengan guru
lain menggunakan contoh nyata dari
pengalaman praktiknya, keberhasilan dan
kegagalannya, memberikan konteks yang
utuh kepada sesama guru. Guru yang
belajar bersama guru lain berbagi alat
dan sumber belajar-mengajar.
Guru perlu mengembangkan diri
sepanjang hayat.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.024
25. Sumber daya material seperti kondisi fisik dan sarana prasarana sekolah,
tentunya memiliki pengaruh besar untuk peningkatan kompetensi guru dan
murid. Namun data menunjukkan sering kali kita berfokus pada aspek material
yang tidak tepat. Kemampuan membeli peralatan atau aplikasi mengolah data
akan sia-sia bila penggunaannya tidak langsung di lokasi terdekat dengan
masalah nyata di masyarakat dan hanya di laboratorium sekolah dengan kasus
yang tercantum di LKS.
Guru belajar dengan memahami apa yang dimaknai sebagai standar dan
praktik yang baik, dalam konteksnya. Prosesnya sirkular; mendapat inspirasi,
memikirkan solusi, menghasilkan aksi dan kemudian melakukan refleksi
berkelanjutan. Hasil dari proses belajar guru tahu bagaimana dan kapan
menggunakan strategi yang berbeda dan lebih efektif. Guru terus terdorong
fleksibel berinovasi saat strategi rutin tidak berjalan.
Kolaborasi; pengalaman bekerja dan belajar bersama rekan sejawat adalah
pengalaman yang tak ternilai dan lebih penting dari belajar dari ahli.
Kesempatan ini luar biasa berharga karena guru lain sejatinya adalah sumber
belajar yang selalu tersedia di mana pun kita berada - guru lain adalah sumber
inspirasi sekaligus bukti dari praktik baik yang sudah teruji. Kolaborasi lewat
Temu Pendidik di Komunitas Guru Belajar yang diinisiasi Kampus Guru Cikal
melibatkan guru dari berbagai bidang studi, beragam jenjang dan struktur
insititusi pendidikan formal dan non formal.
Berbagai penelitian tentang strategi pengembangan guru menunjukkan
bahwa setting dan proses belajar jauh lebih berpengaruh pada efektifitas
daripada materi yang diajarkan. Sebagaimana prinsip belajar orang dewasa
secara umum, relevansi dan keterlibatan adalah kunci. Pelajaran utama yang
didapat dari pengembangan profesi di berbagai bidang lain adalah kolaborasi
antar sesama jauh lebih efektif dari pada pelatihan yang “top down” berasal
dari ahli atau pakar. Guru yang berkolaborasi dengan guru lain menggunakan
contoh nyata dari pengalaman praktiknya, keberhasilan dan kegagalannya,
memberikan konteks yang utuh kepada sesama guru. Guru yang belajar
bersama guru lain berbagi alat dan sumber belajar-mengajar yang menjadi
pendorong aplikasi, untuk menggunakan teknik yang dipelajari di kelas
masing-masing. Guru yang belajar bersama guru lain juga menjadi inspirasi
yang realistis tentang tanggung jawab profesional guru pada lingkungan di luar
kelas masing-masing. Pengembangan diri tidak berarti meninggalkan kelas dan
sekolah. Proses belajar yang terjadi di kelas dan di sekolah selalu dipandang
lebih efektif dan berguna. Keterlibatan guru lebih tinggi, pendekatan lebih
personal, dan praktik langsung dilakukan. Pemantauan jangka panjang juga
menunjukkan bahwa refleksi yang terjadi dalam sesi yang menggunakan “peer
tutoring” ataupun “peer sharing” jauh lebih dalam dan menghasilkan rencana
25Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
26. aksi yang lebih aplikatif. Pengalaman kolaborasi di dalam lembaga, menjadi
bagian yang penting dari kolaborasi dengan cakupan yang lebih luas. Peran
pemimpin sekolah sangat krusial. Lembaga pendidikan yang berhasil, memiliki
hubungan timbal balik yang kuat karena kepercayaan antarindividu yang tinggi.
Hubungan informal sama kuatnya dengan hubungan formal, sebagian besar
pengelompokkan dalam kolaborasi dipilih mandiri bukan dipaksa ditunjuk, diskusi
substansi terjadi lebih sering daripada briefing administrasi. Praktik seperti open
door policy untuk semua guru, murid dan orangtua, observasi kelas antarsesama
guru atau hal sederhana yang sangat memengaruhi kualitas kolaborasi dengan
melakukan kebiasaan baru.
Penguatan juga muncul apabila proses Kolaborasi ini dirancang beragam,
menyediakan kesempatan untuk berada dalam kelompok dan bentuk interaksi
yang berbeda. Seorang guru perlu menjadi bagian dari kelompok guru di dalam
sekolah yang sama, serta bagian dari kelompok antarsekolah, antardaerah
maupun negara. Seorang guru perlu berkolaborasi dengan rekan di tingkat kelas
yang sama ataupun lebih rendah/lebih tinggi, mata pelajaran yang sama maupun
berbeda, konteks yang mirip ataupun bersebrangan. Berbagai bentuk interaksi
ini esensial karena membantu kompetensi guru untuk memahami keseluruhan
kontinum pendidikan dan juga melihat koneksi dan integrasi antar disiplin ilmu.
Banyak upaya Kolaborasi antarpendidik yang tidak memberikan efek kepada
murid. Hal ini biasanya terjadi saat faktor seperti kurangnya kepercayaan antar
guru yang terlibat atau tidak adanya semangat kolegial yang dirasakan. Ada juga
kelompok kolaborasi yang tidak mendapatkan pengalaman belajar maksimal
Guru yang Merdeka
1. Paham mengapa perlu mengajar suatu materi
2. Mandiri, tidak menyalahkan keadaan.
3. Reflektif, berani meminta umpan balik dan
menilai diri secara objektif.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.026
27. karena terjebak pada penyeragaman, termasuk penyeragaman pikiran dan gagal
mendorong keragaman serta perdebatan sudut pandang yang jadi sumber
utama belajar. Berkolabolasi bukan hanya menghemat waktu pengembangan
diri tetapi memungkinkan akses pada sumber daya dan keahlian yang ada di
sekeliling daerah atau sekolah yang awalnya mungkin hanya dinikmati sebagian
guru dan murid.
Jebakan lain kolaborasi adalah penetapan tujuan bersama yang harus didahului
kebutuhan dan inisiatif masing-masing guru dan konteksnya. Terlalu banyak
kesempatan kolaborasi yang sebetulnya disiapkan hanya untuk mensukseskan
agenda pemangku kepentingan tertentu, termasuk kebijakan atau inovasi yang
belum tentu dianggap penting oleh guru karena tidak ada proses pemahaman
dan penyelarasan cita-cita.
Kolaborasi memungkinkan setiap guru yang terlibat bukan hanya meminta
dukungan, tetapi juga memberikan dukungan. Kolaborasi guru perlu
memperhatikan aspek kualitas dan juga keluasan jangkauan hubungan.
Guru, sebagaimana profesi apa pun membutuhkan Karier, dengan penjenjangan
dan pengembangan. Selama ini karier guru sejak awal sampai pensiun banyak
yang cenderung stagnan, atau terbatas hanya sebagai kepala sekolah atau jabatan
struktural dengan pengangkatan lainnya. Pengembangan karier guru diperlukan
semua, bukan hanya guru dengan cita-cita tertentu atau yang mengajukan diri
sebagai pemimpin.
Guru yang Kompeten
1. Mampu beradaptasi, siapa muridnya di mana
konteksnya
2. Guru tidak bisa kompeten sendirian.
27Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
28. Di Kampus Guru Cikal, kami mendorong pengembangan guru menjadi pembuat
materi ajar, menjadi pelatih guru, dan menulis berbagai referensi. Kami percaya
bahwa keinginan mengembangkan karier tidak dibatasi oleh masa jabatan. Guru
perlu mengembangkan diri sepanjang hayat. Beberapa penelitian menunjukkan
guru yang sempat meniti karier di tempat lain sebelum memilih profesi ini,
memiliki motivasi dan kapasitas lebih baik karena pengalaman profesional yang
beragam. Kesempatan eksplorasi ini, saat berada dalam profesi, masih sangat
dibutuhkan.
Perdebatan lain yang sering muncul berkait dengan karier, adalah apakah guru
sebetulnya pekerjaan yang sifatnya teknikal, profesi yang mengandalkan keahlian
diri atau panggilan jiwa. Saya yakin menjadi guru adalah gabungan dari ketiganya.
Keunikan dan kompleksitas inilah yang membuat hanya orang-orang pilihan yang
mampu menjalankan peran ini dalam jangka panjang.
Uraian tentang empat kunci pengembangan guru tadi: Kemerdekaan,
Kompetensi, Kolaborasi dan Karier, tentunya saling berhubungan. Benang merah
utama di antara keempat hal tersebut adalah betapa proses pengembangan
guru tidak bisa dibebankan pada kapasitas dirinya sendiri di saat ini. Saya sangat
khawatir pada kecenderungan menyalahkan dan melabel orang per orang dalam
ekosistem pendidikan kita. Hubungan antar pemangku kepentingan pendidikan,
dan apa yang dipercaya masing-masing akan sangat memengaruhi kesuksesan
kita dalam perubahan. Bagaimana kita memandang anak; misalnya apakah ia
memiliki kesiapan belajar sejak lahir atau memerlukan iming-iming dan ancaman
eksternal untuk belajar, memengaruhi disiplin sekolah dan orangtua. Bagaimana
Guru yang Belajar dengan Sesama Guru
1. Menggunakan contoh nyata dari pengalaman
berhasil dan gagalnya
2. Menjadi inspirasi yang realistis
Buku Komunitas Guru Belajar 2.028
29. kita melihat peran guru; apakah ia fasilitator proses belajar yang
dibutuhkan di masa depan ataukah penguasa ilmu pengetahuan di saat
informasi sudah begitu banyak ada di dunia digital - akan memengaruhi
tujuan kurikulum. Bagaimana nilai yang kita alami dan praktikkan, dari
pengalaman mengesankan atau tidak mengenakan puluhan tahun lalu di
pendidikan atau persaingan saat di pekerjaan dan kejadian yang dibaca
koran, akan menentukan orang seperti apa yang mendaftar di pendidikan
guru. Pada akhirnya kualitas pendidikan ditentukan bukan oleh guru
semata tapi pengajaran yang didapatkan dari semua orang dewasa.
Bukan sekadar pengajar yang baik yang dibutuhkan, tetapi pengajaran
yang baik dari semua pemangku kepentingan pendidikan.
Sebagian besar guru memilih profesinya karena yakin akan membuat
perubahan, bekerja sampai malam, sudah tahu bahwa ini pekerjaan
yang tidak akan menghasilkan uang banyak. Guru harus punya cita-
cita, menjadi subjek dari pengembangan dirinya sendiri. Bagaimana
mau membuat perubahan di pendidikan, memberdayakan murid dan
mencapai tujuan demokrasi kalau guru yang menjadi kunci tidak berdaya
untuk mengembangkan diri. Di Kampus Guru Cikal, kita barengan
membuktikan bahwa prasyarat dari mewujudkan murid yang terus belajar
sepanjang hayat adalah guru yang juga terus belajar. Sudah terlalu
lama kita yang di pendidikan mengalami kebingungan tujuan serta
ketidakjelasan cara. Yakinlah, pengembangan guru, paradigma merdeka
belajar dan perubahan pendidikan tidak menunggu siapa-siapa, kecuali
kita yang terus belajar, bergerak dan bermakna.
Guru Mengembangkan Karier
1. Mengembangkan karier tidak dibatasi oleh
masa jabatan
2. Guru perlu mengembangkan diri sepanjang
hayat
29Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
30. Panduan
Pengembangan Guru
A
Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar bersama-
sama melakukan pengembangan guru dengan mengacu
pada 4 Kunci Pengembangan Guru. Pencapaian cita-cita
guru, oleh dirinya sendiri dengan dukungan dari pemangku
kepentingan lain dalam ekosistem pendidikan, hanya akan
tercapai apabila guru memiliki empat kunci, yaitu:
Buku Komunitas Guru Belajar 2.030
82. Buku Komunitas Guru Belajar 2.082
KARIER
Memberi kesempatan pada pendidik untuk memperke-
nalkan karya dan layanan yang memberi dampak positif
terhadap pengajaran dan pendidikan.
89. Bacaan bagi
Guru Belajar
S
aat kita bicara bahwa kita percaya kemerdekaan guru dan kemerdekaan
belajar, sebetulnya, kita dengan jelas menunjukkan kepercayaan kita pada
beberapa hal; bahwa proses belajar butuh kemerdekaan, sudah tentu.
Juga bahwa kemerdekaan itu harus melekat pada subjek yang melakukan pros-
es belajar, anak ataupun orang dewasa, dan bahwa proses menuju kemerdekaan
adalah proses yang harus melibatkan dukungan banyak pihak.
Kemerdekaan bukan sekadar kepatuhan atau perlawanan. Kemerdekaan adalah
sesuatu yang diperjuangkan, bukan diberikan.
Kenyataan yang paling menyedihkan dari pengembangan guru, percakapan
yang terjadi sering kali membuat guru merasa disalahkan bukan didengarkan.
Dalam hampir semua situasi, guru dikatakan kunci dalam pendidikan. Namun
kalimat ini sebenarnya bukan kalimat lengkap. Kunci sering diartikan sebagai
solusi segala masalah yang bisa ditinggal sendirian. Guru di kelas harus ber-
hadapan dengan anak yang tidak siap berkonsentrasi karena datang dengan
kondisi kelaparan, punya tingkat aktivitas terlalu tinggi karena terbiasa tinggal
dalam kepadatan, atau tidak berisiko melakukan perundungan karena dibesar-
kan dengan ancaman dan hukuman berlebihan. Kemiskinan, kegagalan keluar-
ga, adalah masalah yang sangat besar dan membutuhkan pendidikan di segala
bidang, bukan hanya peran guru di sekolah. Mengatakan guru adalah kunci,
sama saja dengan mengalihkan tanggung jawab dan menjebak guru untuk ga-
gal.
Kemerdekaan Guru
Kemerdekaan Belajar
89Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
Najelaa Shihab
90. Tentu guru berperan penting dalam pendi-
dikan, namun tuntutan akan besarnya peran
- atau secara spesifik tingginya kompetensi-
tidak akan tercapai saat guru tidak memililki
hal yang asasi, kemerdekaan. Kemerdekaan
guru dalam jangka panjang berperan sentral
untuk menumbuhkan kemerdekaan belajar
murid dan nantinya cita-cita demokrasi neg-
eri ini. Yang terjadi dalam pengembangan
guru kita, kemerdekaan sering kali dibungkam
dengan tunjangan atau tekanan. Pendidikan
menjadi proses yang penuh dengan kontrol,
bukan pemberdayaan. Di banyak negara, me-
masuki profesi guru adalah proses yang san-
gat selektif untuk orang-orang pilihan, namun
menjalaninya didukung dengan banyak ke-
merdekaan dan kemudahan. Di negeri kita se-
baliknya, menjadi guru sering kali mudah, na-
mun batasan dan tekanan di dalam profesinya
sangat menantang.
Kemerdekaan adalah bagian penting dari
pengembangan guru, karena sama seperti
burung yang tidak berani keluar dari kandang,
kompetensi guru tidak akan bisa optimal ber-
dampak tanpa kemerdekaan. Karena hanya
guru yang merdeka yang bisa membebaskan
anak, hanya guru yang antusias yang menular-
kan rasa ingin tahu pada anak dan hanya guru
belajar yang pantas mengajar.
Dalam diskursus tentang kemerdekaan guru,
kita perlu berhati-hati untuk tidak ikut mem-
bebankan kemerdekaan semata pada kapa-
sitas individual. Dalam kenyataannya begitu
banyak faktor konteks yang akan menentu-
kan apakah guru bisa merdeka. Kemerdekaan
berkait dengan hubungan yang ada di seke-
liling, berkait dengan situasi lingkungan. Ke-
merdekaan bukan dimiliki, tapi dicapai.
Apa yang dipercayai guru adalah bagian
penting dari apakah ia mampu mencapai
kemerdekaan. Pengalaman masa lalu, baik
Buku Komunitas Guru Belajar 2.090
91. pengalaman personal saat menjadi murid ataupun pengalaman profesional saat
menjadi guru memengaruhi apakah guru menganggap kemerdekaan bagian
yang penting dari pekerjaannya. Salah satu yang paling sulit dari perubahan pen-
didikan adalah sebagian besar guru tidak mengalami kemerdekaan saat menjadi
murid, sehingga juga tidak mengharapkan (dan memperjuangkan) kemerdekaan
saat menjadi guru.
Kalaupun guru sepakat pada aspirasi kemerdekaan, implementasinya sering
kali susah untuk optimal, bila kepercayaan terhadap anak belum berubah. Dari
pengalaman melakukan pengembangan guru di banyak daerah, saya masih
mendapatkan pandangan yang cenderung negatif kepada anak dari sesama
pendidik. Anak dianggap tidak bisa belajar sendiri, perlu ancaman dan sogokan
untuk disiplin diri. Tujuan pendidikan pun sering disederhanakan, contohnya
memberikan kualifikasi dalam pendidikan, fungsi sosialisasi nilai atau subjek-
tifikasi penumbuhan potensi jarang diungkapkan. Penyederhanaan tujuan pen-
didikan juga muncul dalam penekanan berlebihan pada fungsi pengetahuan
spesifik dari mata pelajaran tertentu. Kalaupun guru berbicara tentang tujuan
pendidikan yang lebih non konvensional, sering kali diskursusnya tidak spesifik.
Menumbuhkan anak yang suka belajar, namun tidak beranjak pada apa yang
dipelajari atau bagaimana materi bisa berbeda antardaerah.
Sebetulnya paradigma tentang anak dan pendidikan seperti ini tidak mengher-
ankan, karena sebagian besar guru tumbuh dengan pengalaman pribadi seperti
91Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
Kemerdekaan bukan sekadar
kepatuhan
atau perlawanan.
Kemerdekaan adalah
sesuatu yang diperjuangkan,
bukan diberikan.
92. ini. Riset menunjukkan pengalaman pribadi
jauh lebih berpengaruh terhadap pemben-
tukan kepercayaan dibanding pengalaman
profesional, di bidang apa pun. Karena itu,
perubahan pendidikan selalu sulit dilaku-
kan, apalagi saat sebagian besar orang
yang memilih profesi ini bukan saja tidak
mempunyai repertoire perilaku yang dibu-
tuhkan namun juga tidak merasakan pent-
ingnya melakukan perubahan dalam sistem
yang mereka rasa tidak bermasalah. Seba-
gian besar guru ternyata orang-orang yang
selama ini sukses dalam sistem konvension-
al dan cenderung menerima pada apa yang
dilaluinya.
Pengalaman ini tentu memengaruhi ke-
biasaannya - misalnya kebiasaan untuk
mengikuti pola yang sudah digariskan
atasan, pembatasan pikiran bahwa yang
boleh dilakukan hanya yang tertuang di
peraturan. Guru cenderung cemas meng-
hadapi kebijakan. Contoh disalahpahami
menjadi standar, pilihan disalahartikan se-
bagai resiko. Itulah budaya yang sekarang
menyelimuti ekosistem guru Indonesia. Bisa
dibayangkan sulitnya memutus lingkaran ini
dan mencapai kemerdekaan. sering kali ba-
hasa dalam tataran kebijakan memberikan
pengaruh positif yang luar biasa, percaka-
pan guru tentang perannya sebagai fasilita-
tor pengetahuan misalnya sekarang sudah
banyak terdengar di mana-mana.
Dalam situasi seperti ini, guru yang memiliki
Kemerdekaan juga sering kali disalahartikan
sebagai perlawanan. Terhadap aturan atau
kebijakan. Ini pendefinisian yang kurang
tepat, karena kemerdekaan sesungguhn-
ya selalu berkait dengan inisiatif diri. Guru
perlu merdeka untuk mencapai cita-cita,
bukan sekadar “merdeka” dari kungkungan
kebijakan. Punya cita-cita bukan berarti tak
mengikuti aturan, tetapi sekadar mengikuti
Buku Komunitas Guru Belajar 2.092
93. aturan atau kebijakan yang ditetapkan orang lain atau penguasa juga bukan
berarti sudah mencapai cita-cita.
Pertanyaan yang juga sering kali muncul saat membahas kemerdekaan ada-
lah efek umur dan generasi, perbedaan pemahaman tentang tanggungjawab,
otonomi dan otoritas ternyata tidak terlalu dipengaruhi kedua faktor tersebut.
Guru-guru merdeka ada yang muda dan tua, ada yang dari generasi berbeda.
Walaupun proses mereka menuju kemerdekaan tidak sama. Guru tua dari gen-
erasi sebelumnya karena sudah melewati berbagai reformasi kemudian mema-
hami mana paradigma yang harus dipilih, guru muda dari generasi baru karena
lebih mudah menyesuaikan diri dengan tren pendidikan terkini. Salah satu fak-
tor persamaan antarmereka adalah persepsi terhadap resiko dari kemerdekaan.
Guru-guru yang didukung lingkungan, yakin mendapatkan rasa aman dari rekan
kerja atau pimpinan, jauh lebih mudah mempraktikan kemerdekaan. Peran
hubungan ini tidak mengherankan, karena salah satu paradigma yang paling
diterima tentang guru adalah sosok yang perlu memiliki hubungan “baik” den-
gan banyak pemangku kepentingan - murid, orangtua, guru lain, kepala seko-
lah dan seterusnya. Tampaknya ini salah satu modal penting dari pendidikan
guru di banyak negara.
Kemerdekaan sebagai salah satu kunci pengembangan guru, memiliki dimen-
si komitmen pada tujuan, mandiri dalam proses belajar dan reflektif selama
pengembangan.
1. Guru yang merdeka memiliki komitmen pada tujuan belajar. Ia memahami
mengapa perlu mengajarkan suatu materi atau keterampilan tertentu. Kita ha-
nya bisa komitmen pada saat target ditetapkan oleh diri sendiri, bukan suatu
tujuan yang ditetapkan pengawas dan pejabat pendidikan nun jauh di sana.
Semua dari kita yang setiap hari bergerak, setiap hari bergiat, memahami su-
litnya konsisten terhadap tujuan. Salah satu tantangan kita ini adalah membe-
dakan cara dengan tujuan. Kita terjebak pada tugas-tugas administratif, kita
terjebak pada ketentuan-ketentuan birokrasi sehingga ujian, akreditasi, seleksi,
nilai yang sebetulnya semua hanyalah cara lalu kemudian menjadi tujuan dan
menjadi prioritas utama. Tujuan “palsu” ini, sering kali bahkan menjadi lebih
tinggi dari prioritas tujuan pendidikan nasional sendiri dan dari cita-cita kita
masing-masing kenapa kita memilih menjadi pendidik.
2. Guru yang merdeka adalah guru yang mandiri, memahami bahwa ia memer-
lukan strategi yang efektif buat dirinya agar bisa meningkatkan kompetensi,
memperluas kolaborasi dan mengembangkan karier. Kemandirian jelas ban-
yak tingkatannya. Sayangnya masih banyak sekali upaya pengembangan guru
yang penuh dengan manipulasi. Banyak ketentuan, banyak jabatan, banyak
uang yang kemudian membuat proses guru belajar dan semangat guru belajar
93Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
94. itu menjadi sesuatu yang masih sulit buat sebagian dari kita. Sebagian dari kita
berhenti mungkin di anak tangga ketiga dari tahapan kemandirian guru, menjadi
teman interaksi atau memberikan masukan tapi masih jauh perjalanannya untuk
sampai berdaya dan memegang kendali atas proses belajar kita sendiri.
3. Guru yang merdeka adalah guru yang reflektif. Memahami kekuatannya dan
mengenali area yang perlu dikembangkan, serta terus menerus memantau pros-
es belajarnya untuk memahami keterkaitan dan keberlanjutan antara setiap taha-
pan. Refleksi ini juga mudah dikatakan tapi sulit sekali dilakukan. Guru seha-
rusnya aktif mencari dan memberi umpan balik. Sebagian dari kita cenderung
menutup mata menolak untuk melihat cermin dengan seribu satu alasan. Kita
bilang masyarakat belum paham, kita bilang anak-anak tidak mengerti, kita bil-
ang orang tua akan menentang. Padahal itu sebetulnya alasan dari ketakutan diri
kita sendiri untuk menuju perubahan.
Satu hal yang selalu saya katakan di awal pertemuan apa pun adalah pertanyaan
tentang apakah ibu dan bapak guru merasa merdeka atau punya aspirasi untuk
merdeka. Kata ini, resep dasar sebelum melangkah. Kalau kita sepakat bahwa
tujuan dari pendidikan kita adalah demokrasi di negara ini, maka emansipasi di
pendidikan sangat berarti. Walaupun memang proses yang sama sekali tidak mu-
dah.
Buku Komunitas Guru Belajar 2.094
Guru yang Merdeka
1. Komitmen pada
tujuan
2. Mandiri dalam
proses belajar
3. Reflektif
95. Pembahasan tentang tujuan, kemandirian, dan refleksi ataupun tentang
pendidikan secara umum memang tidak pernah. Segala niat baik dan tu-
juan mulia yang menjadi bekal kita di pendidikan memudahkan kesepa-
katan tentang cita-cita tetapi bukan kejelasan cara. betapa kompleksnya
sebetulnya permasalah pendidikan yang ada di negara kita. Di pengantar
guru belajar, kita melihat begitu banyak miskonsepsi tentang kompetensi
guru yang masih sangat beragam dan sering kali tidak berdampak pada
murid, tentang kesempatan dan jenjang karier bagi guru yang masih sangat
terbatas dan tentang kesempatan kolaborasi di antara guru yang juga be-
lum berkembang utuh. Sahlal di tahun 70an, pakar Pendidikan di Amerika,
membandingkan antara proses NASA pada saat mengirimkan Apollo ke
bulan dibandingkan dengan reformasi pendidikan. Menurutnya, reformasi
pendidikan jauh lebih sulit dilakukan, Karena selain butuh waktu yang san-
gat lama juga membutuhkan kesepakatan yang begitu banyak pemangku
kepentingan, dan keberhasilan itu sulit dilihat. Sehingga tidak heran banyak
di antara kita yang frustrasi, tidak heran banyak yang bilang pendidikan itu
penting tapi tidak menjadikan itu sebagai prioritas.
Kita semua sedang melawan miskonsepsi. Melawan miskonsepsi tentang
proses guru belajar. Melawan miskonsepsi tentang kemerdekaan belajar.
Banyak yang bilang guru itu hanya mau belajar kalau ada insentif. Guru
hanya mau belajar kalau mendapatkan serifikat atau uang. Yang kita buk-
95Buku Komunitas Guru Belajar 2.0
Tidak ada guru yang bisa be-
lajar sendirian, tidak ada guru
yang bisa kompeten sendirian
dan tidak ada guru yang bisa
merdeka belajar sendirian.
96. tikan adalah guru belajar karena kebutuhan alamiah. Inilah kemerdekaan belajar
yang sesungguhnya, gabungan dari tanggungjawab, otonomi dan otoritas pro-
fesi mulia ini.
Guru itu tidak perlu menjadi figur yang serba ahli, selama ia merdeka yang mem-
praktekan apa yang dia pelajari dan belajar dari banyak sekali kegagalan sebelum
akhirnya berhasil. Salah satu hal sederhana yang terbukti memberikan guru kes-
empatan mempraktikan kemerdekaan adalah kesempatan melakukan penelitian
keilmuan. Kesempatan menguji secara ilmiah yang akan meningkatkan pemaha-
man akan peran sekaligus diskursus paradigma tentang pendidikan.
Kemerdekaan juga akan memberi kesempatan guru untuk memahami tujuan
pengembangan diri dan konteks implementasi pada semua murid. Guru merde-
ka dalam perencanaan, pengajaran dan penilaian. Setiap murid kita butuh hal
yang berbeda dari kita. Dengan kata lain, setiap murid butuh kemerdekaan guru
untuk memilih dan beradaptasi, Setiap tahun ajaran setiap minggu bahkan setiap
hari.
Kemerdekaan belajar perlu didefinisikan dengan tepat, agar kita tidak mudah ter-
buai oleh ucapan guru adalah kunci untuk pendidikan. Saya butuh waktu cukup
lama untuk sadar bahwa guru adalah kunci itu tidak cukup. Guru yang merdeka
belajar adalah kunci. Pada saat orang bicara guru adalah kunci sebetulnya ser-
ing kali yang ada dibayangannya ini pabrik. Guru sekadar input sehingga dia
menjadi kunci terhadap sebuah keluaran yang dihasilkan murid-murid kita. Guru
sekadar alat untuk mensukseskan agenda reformasi pemangku kepentingan lain
(biasanya pembuat kebijakan). Sekali lagi, kemerdekaan itu adalah kapasitas indi-
vidu yang didukung oleh ekosistem yang baik. Tidak ada guru yang bisa belajar
sendirian, tidak ada guru yang bisa kompeten sendirian dan tidak ada guru yang
bisa merdeka belajar sendirian.
(tulisan ini dipublikasikan pertama kali di buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas)
Buku Komunitas Guru Belajar 2.096