SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Setelah pada minggu sebelumnya dijelaskan tentang manusia dan agama,
serta kaitan antara keduanya, pada makalah kali ini dijelaskan bagaimana membuat
antara kedua berjalan secara harmonis dan tidak saling tumpang tindih.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal untuk berpikir dan
bertindak sesuai dengan fitrahnya. Manusia juga merupakan satu-satunya makhluk
ciptaan Allah yang diberikan beban amanat menjadi khalifah di muka bumi untuk
dipertanggung jawabkan ketika ciptaan yang lainnya mengatakan tidak sanggup
memikul amanat tersebut. Namun ketika manusia menjalankan tugasnya tersebut,
pasti terdapat kelemahan yang membuat terkadang semuanya tidak berjalan dengan
mudah, terlebih lagi dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk yang
beragama. Kerap kali agama dijadikan kambing hitam karena menurut beberapa
orang yang memiliki pandangan tertentu, agama memiliki kelemahan, tapi
sebenarnya kelemahan yang dimiliki agama itu karena manusia yang menjalani
agama tersebut pasti mempunyai kelemahan, dan hal itu bisa mengakar, sehingga
terlihat dengan kasat mata agama yang membawa kelemahan itu. Sebagai orang
yang beragama kita patut memahami agama ini adalah sebuah sistem kompleks
yang dibuat oleh Tuhan, jadi tidak mungkin ada seorang manusia yang notabene
adalah makhluk ciptaannya mampu membuat sistem yang lebih baik.
Untuk menutupi kelemahan manusia dalam menjalani agama tersebut ada 5
pokok pengajaran yang patut dipahami dengan baik, yaitu : Akhlak, Ibadah,
Mu’amalah, Syariah, Aqidah. Hal ini merupakan pengembangan dari suatu hadis
Nabi s.a.w yang menyatakan bahwa pokok pengajaran Islam itu ada tiga, yaitu :
Iman, Islam dan Ihsan. Berdasarkan penjabaran tadi Iman dikembangkan menjadi
Aqidah, Islam menjadi Sya’riah, Ibadah, dan Mu’amalah, sedangkan Ihsan
berkembang menjadi Akhlak. Pokok pengajaran ini dapat diibaratkan sebagai suatu
bangunan, dimana pondasi kokohnya terbuat dari Aqidah, kemudian pengisi
interior ada Sya’riah lengkap dengan Mu’amalah dan Ibadah sebagai tiang-tiang
2
penyangganya, dan terakhir sebagai penutup, hiasan namun tetap memiliki peran
vital adalah Akhlak. Perumpamaan ini menunjukan jika dari 5 aspek itu tidak
terpenuhi, maka bangunan yang kita harapkan tidak akan pernah berdiri, kalaupun
berdiri pasti memiliki sebuah cacat. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang
beragama kita seharusnya dapat mengetahui atau setidaknya mulai mempelajari 5
aspek tersebut, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dan kehidupan
yang layak bagi generasi yang akan datang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. AKIDAH ISLAM
1.1 Pengertian Akidah
Akidah secara bahasa berasal dari kata ( ‫)عقد‬ yang berarti ikatan.
Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘akidah’ tersebut
dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula
digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah akidah
Islam, akidah nasrani; ada akidah yang benar atau lurus dan ada akidah
yang sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, akidah Islam (al-akidah al-Islamiyah)
merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut
dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal
ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab radiyallahu anha yang dikenal
dengan ‘Hadits Jibril’
1.2 Ruang Lingkup Akidah
1.2.1 Menurut Hasan Al-Banna
Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup
Akidah Islam meliputi :
 Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang
berhubungan dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah,
sifat Allah dll
 Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan
mengenai kitab-kitab Allah dll
 Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll
 Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
hanya bisa diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa
4
Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan
Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.
1.2.2 Akidah cabang
Yang dimaksud akidah cabang adalah cabang-cabang
akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing
aspek rukun iman yang enam. Misalnya munculnya perbedaan
pendapat dalam membicarakan zat Tuhan, sifat Tuhan, dan
perbuatan Tuhan. Misalnya dalam soal zat Tuhan, muncul
pertanyaan apakah Tuhan berjisim atau tidak. Dalam masalah
sifat Tuhan apakah Tuhan mempunyai sifat? Dalam soal
perbuatan, apakah tuhan wajib melakukan perbuatan? Dalam
soal percaya kepada malaikat, apakah iblis termasuk golngan
malaikat? Delam soal iman kepada kitab, apakah wahyu
makhluk atau bukan. Semua isu tesebut muncul setelah umat
Islam terpecah atas beberapa golongan seperti Syiah, Khawarij,
dan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
1.3 Kedudukan Akidah dalam Islam
Apabila Islam diibaratkan dengan sebuah bangunan, maka
Akidah adalah fondasi paling bawah dari bangunan itu. Karena
akidah adalah pegangan kepercayaan (iman). Sedang kedudukan
iman dalam Islam telah dikatakan dalam Al-quran “bukanlah
menghadapkan wajah ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kita-kitab, dan nabi-nabi . .
..”(Q.S Al-Baqarah: 177).
Maka, akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi
tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah subahanahu
wata`ala berfirman:
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak
5
menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah subahanahu wata`ala juga berfirman:.
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada
nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan
kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-
benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar:
65)
Mengingat pentingnya kedudukan akidah di atas, maka
para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam
dari aspek akidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah salallahu
`alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di
kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai akidah atau keimanan,
dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih
tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin
yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan
yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan
keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan
yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya.
Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat
dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat,
yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran
bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya akidah
atau keimanan dalam ajaran Islam.
1.4 Pengembangan Akidah dalam Ilmu Kalam
Ilmu tauhid ini telah melalui beberapa masa, yaitu:
1.4.1 Perkembangan Ilmu Tauhid di masa Rasulullah
SAW.Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan
akidah dan peraturan-peraturan dengan prinsip kesatuan
umatdan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur
dikembalikan langsung kepada Rasulullah saw sehingga
6
beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara
ummatnya. Masing-masing pihak tentu mempertahankan
kebenaran pendapatnya dengan dalil-dalil, sebagaimana
telah terjadi dlam agama-agama sebelum Islam. Rasulullah
mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah swt dan
RasulNya serta menghindari dari perpecahan yang
menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang
sehingga menimbulkan kekacauan. Allah swt berfirman
dalam Al-Quran surat al-Anfal ayat 46, yang artinya: “Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Dan
surat Al-Maidah ayat 15, yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah
kamu membelakangi mereka (mundur)”.
Pengalaman pahit orang Kristen menjadi bukti karena
perpecahan membuat mereka hancur. Mereka melupakan
perjanjian Allah swt akan beriman teguh, sehingga Allah
menumbuhkan rasa permusuhan dalam dada mereka yang
mengakibatkan timbulnya golongan yang saling bertengkar
dan bercerai berai seperti golongan Nasturiyah, Ya’kubiyah
dan Mulkaniah. Perbedaan pendapat memang dibolehkan
tetapi jangan sampai pada pertengkaran, terutama dalam
maslah akidah ini. Demikian pula dalam menghadapi agama
lain, kaum muslimin harus bersikap tidak membenarkan apa
yang mereka sampaikan dan tidak pula mendustainya.
Yang harus dikata kaum muslimin adalah telah beriman
kepada Allah dan wahyuNya, yang telah diturunkan kepada
kaum muslimin juga kepada mereka. Tuhan Islam dan Tuhan
mereka adalah satu (Esa). Bila terjadi perdebatan haruslah
7
dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat dengan
cara baik dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan,
sehingga terhindar dari pertengkaran. Allah swt berfirman
dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125, yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah saw tidak
sampai kepada perdebatan dan polemik yang
berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi penengahnya.
1.4.2 Perkembangan Ilmu Tauhid pada masa
Khullafaurrasyidun.Setelah Rosulullah saw wafat, dalam
masa kholifah pertama dan kedua, umat islam tidak sempat
membahas dasar-dasar akidah karena mereka sibuk
menghadapi musuh dan berusaha memprtahankan kesatuan
dan kesatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedan dalam
bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al
qur’an tanpa mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca.
Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi
larangannya.mereka mensifatkan allah swt dengan apa yang
allah swt sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan allah swt
dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan allah swt.
Apabila mereka menghadapi ayat-ayat yang mutasyabihah
mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan
penta’wilannya kepada allah swt sendiri.Di masa kholifah
ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan
terbunuhnya kholifah usman umat islam menjadi terpecah
menjadi beberapa golongan dan partai, barulah masing-
8
masing partai dan golonongan-golongan itu dengan
perkataan dan usaha dan terbukalah pintu ta’wil bagi nas al
qur’an dan hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah
mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan
kian hari kian membesar dan meluas.
1.4.3 Perkembangan Ilmu Tauhid di masa Daulah
Umayyah.
Dalam masa ini kedaulatan Islam bertambah kuat
sehingga kaum muslimin tidak perlu lagi berusaha untuk
mempertahankan Islam seperti masa seebelumnya.
Kesempatan ini digunakan kaum muslimin untuk
mengembangkan pengetahuan dan pengertian tentang ajaran
Islam. Lebih lagi dengan berduyun-duyun pemeluk agama
lain memeluk Islam, yang jiwanya belum bisa sepenuhnya
meninggalkan unsur agamanya, telah menyusupkan
beberapa ajarannya. Masa inilah mulai timbul keinginan
bebas berfikir dan berbicara yang selama ini didiamkan oleh
golongan Salaf.
Muncullah sekelompok umat Islam membicarakan
masalah Qadar (Qadariyah) yang menetapkan bahwa
manusia itu bebas berbuat, tidak ditentukan Tuhan.
Sekelompok lain berpendapat sebaliknya, manusia
ditentukan Tuhan, tidak bebas berbuat (Jabariyah).
Kelompok Qadariyah ini tidak berkembang dan melebur
dalam Mazhab mu’tazilah yang menganggap bahwa manusia
itu bebas berbuat (sehingga mereka menamakan dirinya
dengan “ahlu al-adli”), dan meniadakan semua sifat pada
Tuhan karena zat Tuhan tidak tersusun dari zat dan sifat, Ia
Esa (inilah mereka juga menamakan dirinya dengan “ahlu at-
Tauhid”).Penghujung abad pertama Hijriah muncul pula
kaum Khawarij yang mengkafirkan orang muslim yang
9
mengerjakan dosa besar, walaupun pada mulanya mereka
adalah pengikut Ali bin Abi Thalib, akhirnya memisahkan
diri karena alasan politik. Sedangkan kelompok yang tetap
memihak kepada Ali membentuk golongan Syi’ah.
1.4.4 Perkembangan Ilmu Tauhid Di Masa Daulah
Abbasyiah.
Masa ini merupakan zaman keemasan dan kecemerlangan
Islam, ketika terjadi hubungan pergaulan dengan suku-suku
di luar arab yang mempercepat berkembangnya ilmu
pengetahuan. Usaha terkenal masa tersebut adalah
penterjemahan besar-besaran segala buku Filsafat. Para
khalifah menggunakan keahlian orang Yahudi, Persia dan
Kristen sebagai juru terjemah, walaupun masih ada diantara
mereka kesempatan ini digunakan untuk mengembangkan
pikiran mereka sendiri yang diwarnai baju Islam tetapi
dengan maksud buruk. Inilah yang melatar belakangi
timbulnya aliran-aliran yang tidak dikehendaki Islam. Dalam
masa ini muncul polimik-polimik menyerang paham yang
dianggap bertentangan. Misalnya dilakukan oleh ‘Amar bin
Ubaid al-Mu’tazili dengan bukunya “Ar-Raddu ‘ala al-
Qadariyah” untuk menolak paham Qadariyah. Hisyam bin
al-Hakam As-Syafi’i dengan bukunya “al-Imamah, al-
Qadar, al-Raddu ‘ala Az-Zanadiqah” untuk menolak paham
Mu’tazilah. Abu Hanifah dengan bukunya “al-Amin wa al-
Muta’allim” dan “Fiqhu al-Akbar” untuk mempertahankan
akidah Ahlussunnah.
Dengan mendasari diri pada paham pendiri Mu’tazilah
Washil bin Atha’, golongan Mu’tazilah mengembangkan
pemahamannya dengan kecerdasan berpikir dan memberi
argumen. Sehingga pada masa khalifah al-Makmun, al-
Mu’tasim dan al-Wasiq, paham mereka menjadi mazhab
10
negara, setelah bertahun-tahun tertindas di bawah Daulah
Umayyah. Semua golongan yang tidak menerima Mu’tazilah
ditindas, sehingga masyarakat bersifat apatis kepada mereka.
Saat itulah muncul Abu Hasan al-‘Asy’ary, salah seorang
murid tokoh Mu’tazilah al-Jubba’i menentang pendapat
gurunya dan membela aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Dia
berpandangan “jalan tengah” antara pendapat Salaf dan
penentangnya. Abu Hasan menggunakan dalil naqli dan aqli
dalam menentang Mu’tazilah. Usaha ini mendapat dukungan
dari Abu al-Mansur al-Maturidy, al-Baqillani, Isfaraini,
Imam haramain al-Juaini, Imam al-Ghazali dan Ar-Razi
yang datang sesudahnya.Usaha para mutakallimin
khususnya al-Asy’ary dikritik oleh Ibnu Rusydi melalui
bukunya “Fushush al-Maqal fii ma baina al-Hikmah wa asy-
syarizati min al-Ittishal” dan “al-Kasyfu an Manahiji al-
Adillah”. Beliau mengatakan bahwa para mutakallimin
mengambil dalil dan muqaddimah palsu yang diambil dari
Mu’tazilah berdasarkan filsafat, tidak mampu diserap oleh
akal orang awam. Sudah barang tentu tidak mencapai sasaran
dan jauh bergeser dari garis al-Quran. Yang benar adalah
mempertemukan antara syariat dan filsafat.
Dalam mengambil dalil terhadap akidah Islam jangan
terlalu menggunakan filsafat karena jalan yang diterangkan
oleh al-Quran sudah cukup jelas dan sangat sesuai dengan
fitrah manusia. Disnilah letaknya agama Islam itu
memperlihatkan kemudahan. Dengan dimasukkan filsafat
malah tambah sukar dan membingungkan.
1.4.5 Perkembangan Ilmu Tauhid sesudah Daulah
Abbasyiah.
Sesudah masa Bani Abbasiyah datanglah pengikut Al
Asy‘ari yang terlalu jauh menceburkan dirinya ke dalam
11
falsafah, mencampurkan mantiq dan lain-lain, kemudian
mencampurkan semuanya itu dengan ilmu kalam
sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Baidlawi dalam
kitabnya Ath Thawawi dan Abuddin Al-Ijy dalam kitab Al-
Mawaqif.
Madzhab Al-Asy‘ari berkembang pesat kesetara pelosok
hingga tidak ada lagi madzhab yang menyalahinya selain
madzhab hambaliyah yang tetap bertahan dalam madzhab
salaf, yaitu beriman sebagaimana yang tersebut dalam
alquran dan al hadits tanpa mentakwilkan ayat-ayat atau
hadits-hadits itu. Pada permulaan abad kedelapan hijriyah
lahirlah di Damaskus seorang ulama’ besar yaitu Taqiyuddin
Ibnu Taimayah menentang urusan yang berlebih-lebihan dari
pihak-pihak yang mencampur adukkan falsafah dengan
kalam, atau menentang usaha-usaha yang memasukkan
prinsip-prinsip falsafah ke dalam akidah islamiyah.
Ibnu Tamiyah membela madzab salaf ( sahabat, tabi’in
dan imam-imam mujahidin) dan membantah pendirian-
pendirian golongan al asy’ariyah dan lain-lain, baik dari
golongan rafidhah, maupun dari golongan sufiyah. Maka
karenanya masyarakat islam pada masa itu menjadi dua
golongan, pro dan kontra, ada yang menerima pandapat-
pendapat ibnu taimiyah dengan sejujur hati, karena itulah
akidah ulama’ salaf dan ada pula yang mengatakan bahwa
ibnu taimiyah itu orang yang sesat.
Jalan yang ditempuh oleh Ibnu Taimiyah ini diteruskan oleh
muridnya yang terkemuka yaitu Ibnu Qayyimil Jauziyah.
Maka sesudah berlalu masa ini, tumpullah kemauan,
lenyaplah daya kreatif untuk mempelajari ilmu kalam
seksama dan tinggallah penulis-penulis yang hanya
memperkatakan makna-makna lafadz dan ibarat-ibarat dari
kitab-kitab peninggalan lama.
12
Kemudian diantara gerakan ilmiah yang mendapat
keberkahan dariAllah, ialah gerakan al iman Muhammad
‘abdu dan gurunya jmaluddin Al-Afghani yang kemudian
dilanjutka oleh As-Said Rosyid Ridla. Usaha-usaha beliau
inilah, yang telah membangun kembali ilmu-ilmu agama dan
timbullah jiwa baru yang cenderung untuk mempelajari
kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan muridnya. Anggota-anggota
gerakan ini dinamakan salafiyyin
2. IMPLEMENTASI AGAMA ISLAM
2.1 Implementasi Akidah Islam dalam Kehidupan Pribadi dan
Sosial
Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai
dalam kehidupan tentunya telah diatur sedemikian rupa oleh
masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti akan ketetapan
dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya.
Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang
kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki
pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya.
Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan
pada kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja
dan kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan terdorong oleh
luapan-luapan perasaan atau tindakan yang melampaui batas-batas
ketentuan Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap bijaksana
dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.Tanpa aqidah, masyarakat
akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang diwarnai oleh
kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh
perasaan ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena
masyarakatnya menjadi berprilaku liar dan buas. Yang ada di benak
mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.
13
Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat
Islam yaitu aqidah "Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah."
Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam
benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga
berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun
hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki
aqidah tersebut serta berusaha menghalau pemikiran-pemikiran
yang tidak benar dan perbuatan yang menyesatkan. Masyarakat.
tersebut juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-
keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu
maupun sosial dengan perantara dari sarana alat komunikasi yang
berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-
sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan
seni dalam segala bidang, seperti puisi. prosa, kisah-kisah dan teater.
Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih baik oleh
mereka yang menerimanya.Demikianlah aqidah dan pengaruhnya
dalam kehidupan masyarakat dan demikianlah hendaknya pengaruh
aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan menjadi
masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang.
Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan
karakteristiknya adalah merupakan dasar yang kokoh untuk
membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak
tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di
atas pasir yang mudah runtuh.Begitulah nilai-nilai aqidah dalam
kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung nilai-nilai
kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai
yang akan membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat
untuk lingkungannya sehingga nanti secara otomatis dapat
menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta
bermanfaat.
14
2.2 Implementasi Akidah Islam dalam Kehidupan Budaya, Seni,
dan IPTEK
a. IPTEK
“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu,
barang siapa ingin menguasai akhirat dengan ilmu,
dan barang siapa ingin menguasai keduaduanya juga
harus dengan ilmu” (AlHadist). Perubahan
lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai
dampak globalisasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah
memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas
dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi lain,
memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan
perilaku khususnya para pelajar dan generasi muda
kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang
cenderung menjauh dari nilainilai spiritualitas.
Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua
serta pendidik khususnya guru, yang kerap
bersentuhan langsung dengan siswa.
Dari sisi positif, perkembangan iptek telah
memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian
pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan
keterampilan. Utamanya untuk menyongsong
kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka
mengisi era milenium ketiga yang disebut sebagai era
informasi dan era bioteknologi. Ini sekurang-
kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi
pelajar kita umumya telah memiliki kesiapan dalam
menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam
bukunya Growing up Digital (1999), telah melakukan
survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia
menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero),
15
yang akan mengisi masa tersebut. Ciriciri itu, para
remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan
akses yang tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat
internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup
didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga
inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnya
pada how usesomething asgoodas possible bukanhow
does it work. Sikap optimis terhadap keadaan sebagian
pelajar ini tentu harus diimbangi dengan memberikan
pemahaman, arti penting mengembangkan aspek
spiritual keagamaan dan aspek pengendalian
emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan
kebutuhan otak dan hati (kolbu). Penanaman
kesadaran pentingnya nilainilai agama memberi
jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan
keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi
juga kelak di akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak
menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari
kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang
justru akan merugikan masa depannya serta
memperburuk citra kepelajarannya. Amatilah pesta
tahunan pasca ujian nasional, yang kerap
dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para
pelajar. Itulah salah satu contoh potret buram kondisi
sebagian komunitas pelajar kita saat ini. Untuk itu,
komponen penting yang terlibat dalam pembinaan
keimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di
sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut
mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus
diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak
dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada
pembentukan karakter siswa. Kepada guru harapan
16
tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan.
Ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 Undang-
undang No. 20 tahun2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri. Sekaligus jadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan,
proses dan hasil harus mempertimbangkan
keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan
intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa
memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun
praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya
bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup
berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak
berproses secara simultan. Upaya melibatkan semua
guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan
ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang
diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak
Departeman Pendidikan Nasional maupun
Departemen Agama. Survei membuktikan,
mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata ajar selain
pendidikan agama adalah sesuatu yang mungkin.
Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang
menjadi beban setiap guru yang harus tuntas serta
pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-
muatan imtaq yang harus disampaikan, menyebabkan
keinginan menyisipkan unsur imtak menjadi
terabaikan. Memang tak ada sanksi apapun jika
seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan
unsur imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung
17
jawabnya. Jujur saja guru umumnya takut salah jika
berbicara masalah agama, merekamencariamanhanya
mengajarkan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab
guru agama, tapi tanggung jawab semuanya. Dalam
kacamata Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran
agama kewajiban setiap muslim yang mengaku
beriman kepada Allah, Tuhan YangMaha Kuasa.
b. Seni
Kata“seni”adalahsebuahkatayangsemuaorangdi
pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar
pemahamanyangberbeda.Kononkataseniberasaldari
kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu
di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya
kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan
ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu
sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya
ini. Allah melalui kalamnya di Al Qur’an mengajak
manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang
ada di atas mereka, bagaimanaKami meninggikannya
dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak
retak?” [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah
prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para
sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw.bersabda :
18
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya
terbetik sifat sombong seberat atom.”Ada orang
berkata,” Sesungguhnya seseorang senang
berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah,
menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah
sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain.”(HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-
Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga
para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya
merasa kalah berhadapan dengan keindahan
sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi
irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka
menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita
dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan
akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya
sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah AlQur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai
representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan
tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan
kehidupan manusia. Namun bagaimana dengan
fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan
seharihari nyanyiannyanyian cinta ataupun gambar-
gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh
sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi
orangorang bahkan anakanak.Sebaiknya di
kembalikan kepada AlQur’an dan AsSunnah. Bahwa
dalam AlQur’an disebutkan :
19
“Dan diantara manusia (ada) orang yang
mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai
olok olokan. Mereka itu memperoleh azab yang
menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau katakata dalam nyanyian itu merupakan
perkataanperkataan yang tidak berguna bahkan
menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka haram
nyanyian tersebut. Nyanyiannyanyian yang membuat
manusia terlena, mengkhayalkan halhal yang tidak
patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.
3. SYARIAH ISLAM
3.1 Pengertian Syariah Islam
Makna syariah dalam bahasa Arab sebagaimana orang-orang
Arab di masa lalu memaknai kata syariah ini, yaitu metode atau jalan
yang lurus (‫الطريقة‬ ‫.)المستقية‬ Di dalam Lisanul Arab, kata syariah
bermakna :
ُ‫د‬ِ‫ر‬ْ‫و‬َ‫م‬ ُِ‫ء‬َ‫ا‬‫الم‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬َ‫ص‬ْ‫ق‬‫ي‬ ُِ‫ب‬ْ‫ر‬ُّ‫ش‬‫ل‬ِ‫ل‬
Sumber mata air yang dijadikan tempat untuk minum.
Adapun secara istilah dalam ilmu fiqih, Syariah didefinisikan
oleh para ulama sebagai :
ُ‫َه‬‫ع‬َ‫ر‬َ‫ش‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫للا‬ ُِ‫ه‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ِ‫ل‬ َُ‫ن‬ِ‫م‬ ُِ‫ام‬َ‫ك‬ْ‫ح‬َ‫األ‬ ‫ي‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َُ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ي‬ِ‫َب‬‫ن‬ َُ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ُِ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬‫أل‬ ُ‫اء‬َ‫و‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ق‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬
ُِ‫د‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫ال‬ِ‫ا‬‫ب‬ َُ‫َات‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ال‬َ‫و‬ ُِ‫ت‬َ‫ال‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬‫الم‬َ‫و‬ ُِ‫ق‬َ‫ال‬ْ‫خ‬َ‫األ‬َ‫و‬ ُِ‫م‬َ‫ا‬‫ظ‬ِ‫ن‬َ‫و‬ ُِ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ال‬
Apa yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-
Nya dari hukum-hukum yang telah dibawa oleh Nabi dari para nabi,
20
baik yang terkait dengan keyakinan, ibadah muamalah, akhlaq dan
aturan dalam kehidupan.
Syariah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasul-
Nya yang merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam
melakukan hubungan vertical kepada Pencipta (hablum minallah), dan
hubungan horizontal kepada sesamanya (hablum minannas) termasuk
di dalamnya hubungan dengan alam semesta. Melihat arti syari’ah itu
yang begitu luas ada yang menyebutnya sebagai Islam itu sendiri,
yang tercakup di dalamnya berbagai aspek kehidupan. Para ulama,
untuk memudahkan pemahaman terhadap syari’ah itu
mengklasifikasikannya dalam dua pendekatan.
Dari segi tujuan syari’ah yaitu untuk menjaga kehormatan
manusia sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau menjamin
lima hal yaitu:
a. Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha
Esa)
b. Menjamin kehidupan yang layak (memelihara jiwa)
c. Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga
keturunan)
d. Menjamin kebebasan berpikir (memelihara akal)
e. Menjamin kehidupan dengan tersedianya lapangan kerja
yang pantas (memelihara harta)
Apa saja yang menyangkut pemeliharaan terhadap lima hal
tersebut akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam seperti wajib,
sunnah, haram, makruh, dan mubah. Kita dapat mengambil contoh
untuk mempertahankan agama wajib hukumnya, seperti wajib
memegang akidah, dan menjalankan ibadah. Sebaliknya hal-hal yang
bersifat akan merobohkan agama seperti meninggalkan shalat dan
perbuatan syirik adalah haram hukumnya. Demikian juga dalam hal
memelihara jiwa (makan, minum, dan lain-lain) adalah wajib
hukumnya. Karena apabila seseorang tidak makan maka jiwanya akan
21
terancam yaitu terancam mati. Oleh karenanya pada kondisi mendesak
seperti ini makanan yang semulanya diharamkan menjadi dibolehkan
demi tujuan untuk memelihara jiwa dan sepanjang semuanya
dilakukan secara tidak berlebih-lebihan. Adapun contoh dari
memleihara keturunan yaitu seperti berhubungan suami isteri untuk
niatan agar memperoleh keturunan yang shalih/shalihah, diwajibkan
menikah, dan diharamkan untuk melakukan zina.
3.2 Ruang Lingkup Syariah Islam
Ruang lingkup hukum Islam dalam makna syariah Islam sangat
luas. Oleh karena ruang lingkup hukum Islam dalam makna syariah
meliputi seluruh ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan keimanan,
amaliah ibadah ataupun akhlak. Berbeda apabila ruang lingkup hukum
Islam yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Ilmu fiqih itu sendiri
merupakan bagian dari syariah, sehingga ruang lingkup hukum islam
dalam makna ilmu fiqih lebih sempit daripada ruang lingkup hukum
islam dalam makna syariah islam.
Berikut adalah ruang lingkup hukum islam atau syariah islam,
antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal
diantaranya meliputi, shalat, puasa, zakat, naik haji dan lain
sebagainya;
b. Hubungan manusia muslim dengan sesama muslim antara
lain meliputi, tolong menolong, bekerja sama, sillaturrahmi
dan lain sebagainya;
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia, antara lain
meliputi tolong menolong, mewujudkan perdamaian,
bekerja sama dalam meningkatkan kesejahteraan dan lain
sebagainya;
d. Hubungan manusia dengan alam di lingkungan sekitarnya
dan alam semesta;
22
e. Hubungan manusia dengan kehidupan, yakni hidup dengan
berusaha mencari karunia Allah yang halal, mensyukuri
nikmat-Nya, dan lain sebagainya.
Ruang lingkup hukum islam sebagaimana disebutkan diatas,
ranahnya sangat luas. Syariah islam mencakup segala hal yang
bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul. Adapun fiqih, juga
bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul yang dirumuskan
berdasarkan ijtihad para ahli hukum islam.
Selain ruang lingkup sebagaimana dimaksud diatas, terdapat
pula pendapat lain mengenai ruang lingkup hukum islam sebagaimana
ditulis oleh Mustafa Ali, dalam buku yang berjudul Hukum dalam
Perspektif Hukum Islam, yang menyebutkan bahwa ruang lingkup
syariah islam meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Munakahat, yakni mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan;
b. Wirasah, yakni mengatur segala hal yang berhubungan
dengan waris (pewarisan);
c. Muamalat, yakni mengatur segala hal yang berhubungan
dengan jual-beli dan sewa menyewa serta pinjam meminjam
dan lain sebagainya;
d. Jinayat, yakni mengatur segala hal mengenai perbuatan yang
dapat diancam dengan hukuman pidana;
e. Al-ahkam as-sulthaniyah, yakni mengatur segala hal yang
berhubungan dengan hukum tata negara;
f. Siyar, yakni mengatur segala hal yang berkaitan dengan
peperangan;
g. Mukhasamat, yakni mengatur segala hal mengenai peradilan
dan kehakiman serta hukum acara.
Selain itu, terdapat pula pendapat Fathi Osman, yang
menyatakan bahwa ruang lingkup hukum islam, antara lain
meliputi:
a. Al ahkam as-syakhsiyah atau hukum perorangan
23
b. Al ahkam al-madaniyah atau hukum kebendaan
c. Al ahkam al-jinaiyah atau hukum pidana
d. Al ahkam al-murafaat atau hukum perdata
e. Al ahkam al-dusturiyah atau hukum tata negara
f. Al ahkam al-iqtishadiyah atau hukum ekonomi dan
keuangan
3.3 Perbedaan Syariah Islam dan Fikih
Kata fiqih (‫)فقه‬ secara bahasa punya dua makna. Makna pertama
adalah al-fahmu al-mujarrad (‫الفهم‬ ‫د‬ّ‫ر‬‫,)المج‬ yang artinya kurang lebih
adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja. Makna
yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (‫الفهم‬ ‫,)الدقيق‬ yang artinya adalah
mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. Kata fiqih
yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat
Al-Quran Al-Kariem, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi
Syu’aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.
‫وا‬‫ال‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ُ‫ْب‬‫ي‬َ‫ع‬‫ش‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ول‬‫َق‬‫ت‬
“Mereka berkata: "Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang
apa yang kamu katakan itu (QS. Hud: 91)
Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-
orang munafik yang tidak memahami pembicaraan.
ُِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ُِ‫ء‬‫ال‬‫َؤ‬‫ه‬ ُِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ال‬ َُ‫ون‬‫اد‬َ‫ك‬َ‫ي‬ َُ‫ون‬‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬
Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa
orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun?” (QS. An Nisa: 78)
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk
ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-
ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli
di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak
disebut sebagai faqih atau ahli fiqih. Sedangkan secara istilah, kata fiqih
didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-
beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi
24
ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu
sendiri. Sehingga berdasarkan pengertian yang telah kita dapatkan,
jelaslah bahwa syariah dan fiqih memiliki perbedaan, antara lain:
a. Ruang Lingkup
Dari segi ruang lingkup, ternyata syariah lebih luas dari ruang
lingkup fiqih. Karena syariah mencakup masalah akidah, akhlaq,
ibadah, muamalah, dan segala hal yang terkait dengan ketentuan Allah
SWT kepada hambanya.
Sedangkan ruang lingkup fiqih terbatas masalah teknis hukum
yang bersifat amaliyah atau praktis saja, seperti hukum-hukum tentang
najis, hadats, wudhu’, mandi janabah, tayammum, istinja’, shalat, zakat,
puasa, jual-beli, sewa, gadai, kehalalan makanan dan seterusnya.
Objek pembahasan fiqih berhenti ketika kita bicara tentang ha-
hal yang menyangkut aqidah, seperti kajian tentang sifat-sifat Allah,
sifat para nabi, malaikat, atau hari qiyamat, surga dan neraka.
Objek pembahasan fiqih juga keluar dari wilayah hati serta
perasaan seorang manusia, seperti rasa rindu, cinta dan takut kepada
Allah. Termasuk juga rasa untuk berbaik sangka, tawakkal dan
menghamba kepada-Nya dan seterusnya.
Objek pembahasan fiqih juga keluar dari pembahasan tentang
akhlaq mulia atau sebaliknya. Fiqih tidak membicarakan hal-hal yang
terkait dengan menjaga diri dari sifat sombong, riya’, ingin dipuji,
membanggakan diri, hasad, dengki, iri hati, atau ujub.
Sedangkan syariah, termasuk di dalamnya semua objek
pembahasan dalam ilmu fiqih itu, plus dengan semua hal di atas, yaitu
masalah aqidah, akhlaq dan juga hukum-hukum fiqih.
b. Syariah Bersifat Universal
Syariah adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat universal,
bukan hanya berlaku buat suatu tempat dan masa yang terbatas, tetapi
menembus ruang dan waktu.
25
Kita menyebut ketentuan dan peraturan dari Allah SWT kepada
Bani Israil di masa nabi-nabi terdahulu sebagai syariah, dan tidak kita
sebut dengan istilah fiqih.
Misalnya ketika mereka melanggar aturan yang tidak
membolehkan mereka mencari ikan di hari Sabtu. Aturan itu di dalam
Al-Quran disebut dengan istilah syurra’a (‫َّع‬‫ر‬‫)ش‬ yang akar katanya sama
dengan syariah.
ُْ‫م‬‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ْأ‬‫س‬َ‫ا‬‫و‬ ُِ‫ن‬َ‫ع‬ ُِ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ َُ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ض‬‫ا‬َ‫ح‬ ُِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َُ‫ون‬‫ْد‬‫ع‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُِ‫ت‬ْ‫ب‬َّ‫س‬‫ال‬ ُْ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُْ‫م‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫َأ‬‫ت‬ ُْ‫م‬‫ه‬‫َان‬‫ت‬‫ي‬ِ‫ح‬ َُ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َُ‫س‬ُْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ب‬
ًُ‫ا‬‫َّع‬‫ر‬‫ش‬
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di
dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu. (QS. Al-
A’raf : 163)
Di dalam ayat yang lain juga disebutkan istilah syariah dengan
pengertian bahwa Allah SWT menetapkan suatu aturan dan ketentuan
kepada para Nabi di masa lalu.
َُ‫ع‬َ‫َر‬‫ش‬ ‫م‬‫ك‬َ‫ل‬ َُ‫ن‬ِّ‫م‬ ُِ‫ن‬‫ِّي‬‫د‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫َّى‬‫ص‬َ‫و‬ ُِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ح‬‫و‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫و‬َ‫أ‬ َُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َّ‫ص‬َ‫و‬ ُِ‫ه‬ِ‫ب‬ َُ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬‫م‬َ‫و‬
‫ى‬َ‫س‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫و‬
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa. (QS. As-Syura : 13)
Karena itulah maka salah satu istilah dalam ilmu ushul fiqih disebut
dengan dalil syar’u man qablana, bukan fiqhu man qablana. Apa yang
Allah SWT berlakukan buat umat terdahulu disebut sebagai syariah,
tetapi tidak disebut dengan istilah fiqih. Semua ini menunjukkan bahwa
syariah lebih universal dibandingkan dengan fiqih.
4. IMPLEMENTASI SYARIAH ISLAM
4.1 Implementasi Ibadan dan Muamalah dalam kehidupan
Syariat yang berarti “jalan untuk diikuti” merupakan bagian integral
dalam kehidupan komunitas muslim. Setiap muslim diwajibkan bertahkim
pada syariat sebagaimana terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
26
Maslah implemenyasi tuntunan syariat muncul karena seorang muslim
“berada di bumi” dan sekaligus “ berada bersama “ dengan yang lain, yang
belum termasuk dalam wilayah tuntutan yang dimaksud.
Masalah yang muncul dapat berwujud kultural, sosiologis, dan
politis. Masalah secara kultural adalah sudahnya seorang muslim
mengalami pembatinan (internalisasi) nilai-nilai islam dalam sistem
keperibadiannya sebagai hasil proses dakwah islam sehingga merasakan
sehingga merasakan adanya tuntutan untuk mengekspresikan syariat itu
dalam pola berpikir, sikap dan bertindak (eksternalisasi). Atau sebaliknya
justru kesadaran refleksif-tauhidinya terputus karena desakan dan tawaran
nilai lingkungan yang begitu gencar, dengan bungkus logika komunikasi
yang menawan dan dengan dukungan kekuasaan yang kokoh.
Sementara itu pembatinan nilai-nilai islam belum terjadi pada
seluruh sudut kepribadian, sehingga belum memiliki daya antisipatif. Oleh
karena itu dalam setiap komunitas akan tampak heterogenetas penghayatan,
pemahaman, sikap, dan perilaku bersyariat. Jika diamati, akan tampak
adanya lapisan-lapisan kultur islam dengan kadar kedalaman berbeda-beda.
Ketika terjadi proses transformasi nilai-nilai ilsam dalam komunitas
muslim, tampaklah betapa beragam realitas kelembagaan dan struktur sosial
yang ada.
Sesama muslim tidak bersepakat mengenai bagaimana seharusnya
syariat dipraktikkan dalam hidup berbangsa dan bernegara, itu adalah
maslaah sosiologis. Selanjutnya muncul masalah epistemolgis, yaitu
mengenai kemungkinan terjadinya transformasi syariat dalam sistem
hukum nasional di Indonesia. Pada sisi lain, perbedaan sikap politik
antarkomunitas muslim disebabkan antara lain oleh ketiadaan klarifikasi
epistemologis dalam menangkap isu yang berkembang karena tiap-tiap
komunitas telah terjangkit diotomik epistemik.
Secara perlahan, umat islam akhirnya menyadari bahwa perbedaan
itu perlu segera digabung mellui sebuah proses dialog yang intens. Karena
perbedaan epistemik berimplikasi pada perbedaan sikap dan kepentingan
politis, maka dialog ini bisa jadi akan cukup melelahkan.
27
4.2 Peningkatan Kualitas Ibadah dan Muamalah
(Padahal) mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus.(QS. al Bayyinah:5)
Tujuan utama diciptakannya manusia semata-mata untuk ibadah kepada
Allah swt. Kualitas penghambaannya didasarkan pada kualitas ibadahnya,
semakin berkualitas ibadah seseorang maka semakin berkualitas pula status
penghambaannya.
Oleh karena itu penting bagi kita semua sebagai seorang hamba untuk
senantiasa meningkatkan kualitas ibadah yang kita punya.
Manusia dijadikan Allah SWT sebaga makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengn yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah SWT yang ada
dimuka bumi ini sebagai sumber kehidupannya. Manusia tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Untuk itu,
sebagaimana cara menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta dan
sesama manusia menjadi hal terpenting dalam kehidupan ini.
Ditingkatkannya kualitas ibadah dan bermuamalah yang baik menjadi
modal penting yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim. Muamaah
adalah aturan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam usahnya untuk mendapatkan alat-alat keperluan suatu upaya
manusia untuk menunjukan rasa patuh dan bersyukur terhadapat Allah SWT
yang telah menciptakan berbagai macam sumbee kehidupan.
Meningkatkannya kualitas ibadah dan hubungan sosial sesama manusia
dapat memberikan suatu yang bermanfaat lagi bagi manusia itu sendiri.
Upaya-upaya meningkatkan kualitas dan muamalah dapat dilakukan dengan
cara lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjalin silahtuhrahmi
dengan sesama umat muslim. Kualitas ibadah dapat menjadi tolak ukur
tingkat keimanan seseorang, sementara muamalah atau biasa dimengerti
sebagai hubungan sosial sesama manusia adalah cermin sikap kita sehari-
28
hari terhadap orang lain. Akan sangat baik sekali hidup seorang manusia
jika dia bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Dari uaraian diatas
dapat diketahui makna dari ibadah dan muamalah serta upaya
peningkatannya agar manusia mendapat karunia dari Allah SWT. Seorang
muslim yang baik tentunya tahu bahwa kedua hal diatas menjadi karunia
Allah SWT. Seorang muslim yang baik tentunya tahu bahwa kedua hal
diatas menjadi hal penting dalam menjalani kehidupan ini, karena tidak bisa
dipungkiri manusia butuh Tuhan dan orang lain agar bisa hidup. Tuhan
sebagai Sang Pencipta dan orang lain sebagai pelengkap.
5. HIKMAH IBADAH DAN MU’AMALAH
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan
membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju
kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya
manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat
darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir
(butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan
minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap
kepada Allah.m Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar
daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena
sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya
tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan
beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan
ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun
seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka
kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa
yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka
itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah
kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka,
barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni
29
ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah
sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta
menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali
ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa
idak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila
ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah
hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling
dicintainya daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya ibadah dapat
meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda
musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa
sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk juga dalam keutamaannya ibadah, bahwasanya seorang
hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari
belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa
cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar
karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan
sebab utama untuk meraih keridhaan Allah yang merupakan jalan masuk Surga
dan selamat dari siksa Neraka.
6. AKHLAK ISLAMI
6.1 Pengertian Akhlak Islami
Secara etiomologi akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khulqun yang berarti perangai (al-sajiyah),
adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-
thabi’ah), perbedaan yang baik (a-maru’ah), dan agama (ad-din).
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan
manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu
ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-
30
petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan
menghindarkan keburykan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya :
1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau
kriteria suatu perbuatan
2. Perbuatan itu sesuia dengan petunjuk Ilmu Akhlak, ini termasuk
ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia
untuk melakukan suatu perbuatan.
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka
akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan
akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia
dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping
mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran
atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati kedua
orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan
bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat
dimanifestasikan oleh hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh
kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal itu
berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau
moral, walau etika dan moral itu di perlukan dalam rangka menjabarkan
akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini disebabkan karena
etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya
berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk
31
menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika dan moral.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya
daripada yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula
beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan
dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur
ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa
tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa
yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik,
karena kebohongan esensinya buruk
.
6.2 Ruang Lingkup Akhlak Islam
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan.
Akhlak diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek, dimulai dari
akhlak terhadap Allah, hinga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan
ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai
berikut :
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah
menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang
diproses menjadi benih. Degan demikian sebagai yang diciptakan
32
sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
(َُ‫ق‬ِ‫ل‬‫ُخ‬َّ‫م‬ِ‫م‬ُ‫ن‬ٰ‫ـ‬َ‫س‬‫ن‬ِ ۡ‫ُٱۡل‬ِ‫ر‬‫نظ‬َ‫ي‬ۡ‫ل‬َ‫ف‬٥(ُ ٍ۬‫ق‬ِ‫ف‬‫َا‬‫د‬ُ ٍ۬‫ء‬ٓ‫ا‬َّ‫م‬ُ‫ن‬ِ‫م‬َُ‫ق‬ِ‫ل‬‫)ُخ‬٦ُِ‫ب‬ۡ‫ل‬ُّ‫ُٱلص‬ِ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ب‬ُ ۢ‫ن‬ِ‫م‬ُ‫ج‬‫ر‬ ۡ‫خ‬َ‫ي‬ُ)
(ُِ‫ب‬ِ‫ٮ‬ٓ‫ا‬َ‫ر‬َّ‫ت‬‫ٱل‬َ‫و‬٧)
Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari
antara tulang sulbi dan tulang dada.”
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati
sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada
manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai
bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia,
seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,
udara, binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Banyak cara
yang dapat dilakuka ndalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya
dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-
Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya da bertaubat,
mensyukuri nikmat-Nya, selal bedoa kepada-Nya, beribadah, dan
selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu,
jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak
memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa
bertawakkal kepada-Nya, yaitu denganmenjadikan Tuhan sebagai
satu-satunya yang menguasai diri manusia.
33
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan
dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative
seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa
alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati
dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli
aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada
yang disakiti hatinya itu.
َُ‫ه‬‫ع‬َ‫ب‬ۡ‫ت‬َ‫ي‬ٍُ۬‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬ُ‫ن‬ِّ‫م‬ُ ٍ۬‫ر‬ۡ‫َي‬‫خ‬ُ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ ۡ‫غ‬َ‫م‬َ‫و‬ُ ٍ۬‫وف‬‫ر‬ ۡ‫ع‬َّ‫م‬ُ ٍ۬‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫ق‬‫ى‬
ًٍ۬‫ذ‬َ‫ُأ‬ٓ‫ا‬ٍُُۗ۬‫يم‬ِ‫ل‬َ‫ح‬ُ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫غ‬ُ َّ‫ٱَّلل‬َ‫و‬ُ
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah
;263)
Disisi lain Al-Qur’an menerangkan bahwa setiap orang
hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain
tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang
dikeluarkan adalah ucapan yang baik.
َُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ء‬ٓ‫ٲ‬َ‫ر‬ ۡ‫س‬ِ‫إ‬ُٓ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬َُ‫ق‬ٰ‫ـ‬َ‫ث‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫َا‬‫ن‬ ۡ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫ُأ‬ ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُُ‫ى‬ِ‫ذ‬َ‫و‬ُ‫ا‬ًٍ۬‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ ۡ‫ح‬ِ‫إ‬ُِ‫ن‬ۡ‫َي‬‫د‬ِ‫ل‬‫ٲ‬َ‫و‬ۡ‫ٱل‬ِ‫ب‬َ‫و‬َُ َّ‫ُٱَّلل‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬َُ‫ون‬‫د‬‫ب‬ ۡ‫َع‬‫ت‬ُ َ‫ال‬
ُ‫َُث‬‫ة‬ ٰ‫َو‬‫ڪ‬َّ‫ز‬‫ُٱل‬ْ‫وا‬‫ات‬َ‫ء‬َ‫و‬َُ‫ة‬ ٰ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ُٱل‬ْ‫وا‬‫يم‬ِ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ُ‫ا‬ًٍ۬‫ن‬ ۡ‫س‬‫ُح‬ِ‫اس‬َّ‫ن‬‫ل‬ِ‫ل‬ُْ‫وا‬‫ول‬‫ق‬َ‫و‬ُِ‫ِين‬‫ڪ‬ٰ‫ـ‬َ‫س‬َ‫م‬ۡ‫ٱل‬َ‫ُو‬ ٰ‫ى‬َ‫م‬ٰ‫ـ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ۡ‫ٱل‬َ‫و‬ُ ٰ‫ى‬َ‫ب‬ ۡ‫ر‬‫ق‬ۡ‫ٱل‬ُ ۡ‫م‬‫ت‬ۡ‫ي‬َّ‫ل‬َ‫َو‬‫ت‬َُّ‫م‬
ُ‫ض‬ِ‫ر‬ ۡ‫ع‬ُّ‫م‬ُ‫م‬‫نت‬َ‫أ‬َ‫و‬ُ ۡ‫م‬‫نڪ‬ِّ‫م‬ًٍُ۬‫ال‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ُ َّ‫ال‬ِ‫إ‬َُ‫ون‬
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani
Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)
Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,
34
‫ا‬َ‫ہ‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ٰٓ‫ـ‬َ‫ي‬ُ‫ا‬ ًٍ۬‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫س‬ًٍُ۬‫ال‬ ۡ‫و‬َ‫ق‬ُْ‫وا‬‫ول‬‫ق‬َ‫ُو‬َ َّ‫ُٱَّلل‬ْ‫وا‬‫ق‬َّ‫ت‬‫ُٱ‬ْ‫وا‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬َُ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)
Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak
wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan
keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan
buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan.
Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang
memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga
dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu
amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepetingan
sendiri.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu
yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan
mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum
mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada
mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-
proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain
35
setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan
pada diri manusia sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa
semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta
semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya
adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur’an yang
melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan
binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang,
kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti
harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan
terbesar. Allah berfirman :
َُ‫ين‬ِ‫ق‬ِ‫س‬ٰ‫ـ‬َ‫ف‬ۡ‫ُٱل‬َ‫ى‬ِ‫ز‬ ۡ‫خ‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ُو‬ِ َّ‫ُٱَّلل‬ِ‫ن‬ ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ُ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬‫ص‬‫ُأ‬ٰٓ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ًُ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ٮ‬ٓ‫ا‬َ‫ق‬ُ‫َا‬‫ه‬‫و‬‫م‬‫ت‬ ۡ‫ڪ‬َ‫ر‬َ‫ت‬ُ ۡ‫و‬َ‫ُأ‬‫َة‬‫ن‬‫ي‬ِّ‫ل‬ُ‫ن‬ِّ‫م‬ُ‫م‬‫ت‬ ۡ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ق‬ُ‫ا‬َ‫م‬
Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik
orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas
pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena
Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS.
Al-Hasyr :5)
Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada
manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya.
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan
dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus
dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan
keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda
: “Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang,
kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami
sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk
36
yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka karena secara
fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk
Tuhan itu akan berdampak negative bagi makhluk lainnya.
Adapun ruang lingkup bidang studi akhlak adalah :
1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya
disertai dengan larangan merusakk, membinasakan dan menganiyaya
diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun
secara rohani (membiarkan larut dalam kesedihan)
2. Akhlak dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang tua,
menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang menyakitkan
mereka.
3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani
kehidupan social, menolong sesame, menciptakan masyarakat yang
adil dan berlandaskan Al-Qur’an dan hadist.
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri
selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun
Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah. Taat kepada Rosul serta
meniru segala tingkah lakunya.
6.3 Nilai-nilai Akhlak Islam
Akhlak mengandung semua nilai yang diperlukan oleh manusia
untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nilai-nilai
tersebut dapat dibagi menjadi 5 macam, yakni:
1. Al – akhlaq al – diniyyah (nilai – nilai keagamaan)
Nilai- nilai agama adalah akhlak yang bersangkutan dengan
kewajiban hamba kepada Tuhannya, hal ini meliputi:
37
a. Beriman kepada Allah, kepada rasul – rasul-Nya, malaikat –
malaikat-Nya, kitab – kitab-Nya, qodlo dan qodhar, serta beriman
kepada hari akhir. Bersyahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Taat kepada Allah secara mutlak yakni menjalankan semua
perintah – Nya, dan menjauhi segala larangan – Nya serta takutlah
pada Allah.
c. Memikirkan ayat-ayat –Nya
d. Mensyukuri nikmat – Nya
e. Bertawaqal kepada – Nya
f. Berdo’a kepada Allah dengan penuh takut dan harap
g. Tidak putus asa dari rahmat – Nya
h. Menggantungkan segala perbuatan masa depan kepada kehendak –
Nya, maksudnya adalah jangan kita berjanji untuk mengerjakan
suatu hal. Kecuali dengan mengucapkan “insya Allah”
i. Selalu mengingat Allah
j. Menyucikan dan membesarkan – Nya dengan cara bedzikir kepada
Allah dan bertasbih kepada Allah dikala waktu pagi dan petang
k. Mengerjakan shalat yang diwajibkan
l. Mengerjakan haji
m. Bertobat dan memohon ampunan kepada – Nya
n. Mencintai Allah melebihi segala-galanya
o. Tidak membalas cercaan orang musryik
p. Menjauhi majleis-majelis yang membantah kebenaran Allah
q. Jangan banyak bersumpah dengan nama Allah
r. Menghormati sumpah, bila telah bersumpah
2. Al – akhlaq al –fardiyyah (nilai – nilai perseorangan)
a. Kesucian jiwa
b. Lurus di jalan Allah
c. Menguasai nafsu
38
d. Menjaga nafsu makan dan seks yaitu dengan menjalankan puasa dan
tidak mengumpuli pasangan halal kita pd waktu-waktu tertentu,
seperti haid
e. Menahan rasa marah yaitu memaafkan kesalahan orang lain
f. Teguh pendirian
g. Lemah lembut dan rendah hati
h. Berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berlaku teliti dalam
mengambil tindakan
i. Menjauhi buruk sangka
j. Istiqomah dan sabar
k. Teladan yang baik
l. Sederhana
m.Beramal soleh
n. Berlomba-lomba dalam kebaikan
o. Berhati ikhlas
p. Pintar mendengan dan menyelidiki informasi, yakni jagan kegabah
mengambil persepsi
3. Al – akhlaq al – usratiyyah (nilai – nilai kekeluargaan)
a. Berbuat baik dan menghormati orang tua
b. Memelihara kehidupan anak-anak
c. Memberikan pendidikan akhlak keapada anak
d. Persamakan hak dan kewajiban antara istri dan suami
e. Berusaha memperbaiki dalam keadaan berselisih
f. Berbagi kepada kaum kerabat dan berwasiat untuk mereka
4. Al – akhlaq al – ijtima’iyyah (nilai – nilai sosial)
a. Yang diperintahkan:
1) Memenuhi amanah
39
2) Mengatur perjanjian untuk menyelesaikan sesuatu yang
meragukan
3) Menepati janji
4) Member persaksian yang benar
5) Mendamaikan orang mukmin yang berselisih
6) Memaafkan
7) Kasih sayang timbal balik
8) Memelihara hubungan silaturrohmi
9) Tolong menolong
10) Membelanjakan harta di jalan Allah
11) Memuliakan tamu
12) Menyempurnakan takaran dan timbangan
13) Mengembangkan harta anak yatim
14) Memerdekakan hamba atau memudahkan pembebasannya
15) Tidak mengabaikan kejahatan
16) Mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran
17) Menyebarkan ilmu pengetahuan
18) Persaudaraan dan sifat pemurah
19) Kecintaan secara umum
b. Yang terlarang :
1) Membunuh manusia, termasuk membunuh anak karena takut
miskin
2) Mencuri, menipu/curang
3) Zina
4) Riba
5) Judi
6) Hak milik yang tidak halal
7) Memakan harta anak yatim
8) Menganiaya
9) Mengejek atau mengolok-olok
10) Memata-matai orang (mencari-cari kesalahan orang)
11) Memperlakukan anak yatim dan orang miskin dengan buruk
40
12) Sombong
13) Bermaksud jahat atau menuduh wanita yang baik berzina
14) Kikir atau bakhil
c. Tata tertib kesopanan
1) Meminta izin sbelum masuk ke rumah orang lain
2) Merendahkan suara dan jangan memanggil orang dewasa dari
jauh dengan berteriak-teriak
3) Memberi salam ketika masuk ke rumah orang lain
4) Membalas salam dengan lebih baik
5) Duduk dengan baik
6) Pembahasan bicara yang baik
7) Meminta izin sehendak pulang, pergi.
5. Al – akhlaq al – dauliyyah (nilai –nilai kenegaraan).
a. Hubungan antara kepala Negara dengan rakyat, yang meliputi:
1) Kewajiban kepala Negara yang meliputi:
 Bermusyawarah dengan rakyat
 Menandatangani keputusan terakhir
 Sesuai dengan prinsip keadilan
 Menjaga ketentraman
 Menjaga harta benda rakyat
 Mengumpulkan zakat
 Tidak membatasi kegunaan harta bagi orang-orang tertentu
saja (kaya, berkuasa, dll)
 Melaksanakan hukum Allah
 Golongan minoritas dalam masyarakat mempunyai hak
yang sama dari segi undang-undang
41
2) Kewajiban rakyat yang meliputi:
 Displin
 Taat yang bersyarat
 Bersatu disekitar cita-cita yang tertinggi
 Bermusyawaroh dalam persoalan orang banyak
 Menjauhi kerusakan
 Menyiapkan diri untuk membela Negara
 Menjaga mutu moral dan semangat rakyat
 Menjauhi supaya tidak membantu musuh
b. Hubungan-hubungan luar negeri:
 Menjaga hubungan antar Negara dan menjalin persaudaraan
dengan Negara lain
7. IMPLEMENTASI AKHLAK ISLAM
7.1 Penerapan Nilai, Karakter Keagamaan
Akhlak, disamping perintah yang bersifat aturan-aturan (hukum)
didalam Al-Quran juga terdapat serangkaian anjuran yang bersifat etik.
Oleh karena itu, akhlak adalah merupakan suatu ilmu untuk menjabarkan
dan mengoperasionalisasikan ketentuan yang terdapat didalam Alquran
yang belum dijelaskan secara detail tentang pelaksanaannya seperti
carannya berbuat baik kepada kedua orang tua, menghormati
kepada sesama muslimin, menutup aurat model pakaian, ukuran dan
potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak dan sebagainya, jelas
memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan
masyarakat untuk menggunakannya.
Akhlak berbentuk aturan mutlak dengan ukuran pasti yang datang dari
Allah SWT. yang terdapat didalam Alquran yang secara keseluruhannya
telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Dari uraian
diatas dapat dipahami Akhlak dalam Islam telah di Implementasikan oleh
Rasulullah SAW dalam kehidupannya dalam berbagai sektor, sebagaimana
yang diuraikan sebagai berikut:
42
1. Jujur
Jujur dapat diartikan bisa menjaga amanah. Jujur merupakan salah
satu sifat manusia yang mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya
mendapat kepercayaan dari orang lain. Sudah tentu setiap kita sangat tidak
menyukai orang-orang yang suka berbohong atau berdusta. Sifat jujur
merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan
umum karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah 119).
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Hendaklah kamu
semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan
kebaikan membawa pada surga.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW mengajak kita kepada kejujuran dan memerintahkan
supaya bertindak jujur, sebab bertindak jujur dapat menenteramkan
hati,sehingga ketenangan dapat menyelimuti jiwa dan orang dapat menjadi
aman dan nyaman. Sebaliknya kedustaan yang menyempitkan jiwa
merupakan satu sifat yang menimbulkan kegoncangan dan keragu-raguan
didalam hati. Rasulullah bersabda yang artinya “Tinggalkanlah perkara
yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu, karena
kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan adalah keraguan.
Sumber kejujuran adalah hati maka jujur harus disesuaikan dengan
niat yang benar dan ikhlas, seseorang mukmin akan benar-benar mendapat
derajat kemuliaan yang tinggi dengan melihat pada kebenaran niatnya yang
sempurna serta kesucian hati dan batinnya.
Imam Ghazali membagi jujur kedalam 5 bentuk yaitu sebagai berikut
1) Jujur dalam ucapan :
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
43
2) Jujur dalam berniat :
Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan
kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga
mewujudkan niatnya tersebut.
3) Jujur dalam kemauan :
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari
kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir
masak" sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan
‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.
4) Jujur dalam menepati janji :
Menepati janji bukan sembarang sikap. Dengan sikap jujur, janji
akan tertunai dan amanah akan dijalankan.
5) Jujur dalam perbuatan :
Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-
adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak
menambah dan mengurangi.
2. Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskanorang untuk tunduk kepada keputusan,
perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap
mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkantanpa pamrih.Dalam
ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan
disiplin dalam artiketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain
surat An Nisa ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu
kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari
(kalangan) kamu …” (An Nisa: 59)
Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai
sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan
berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang
dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat dalam kehidupan
pribadinya.
44
Beberapa jenis disiplin dalam kehidupan kita :
 Disiplin dalan beribah.
 Disiplin dalam bermasyarakat.
 Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Kerjasama
Untuk menjadi bangsa yang luhur, kita harus menanamkan
nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku,
bahasa, ras dan agama menjadikan Bhineka Tunggal Ika(biarpun
berbeda tetapi tetap satu Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas
segalanya. Telah banyak darah tumpah tuk membela sang saka
merah putih dan menyatukan keanekaragaman budaya, suku,
bahasa, ras dan agama tersebut demi tercapainya kemerdekaan
Indonesia tercinta.
 Kerjasama Dalam Keluarga:
 Pergaulan Baik dengan Sahabat:
 Kerjasama Dengan Tetangga:
4. Transparansi dan Toleransi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat
atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian
(pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri. toleransi merupakan salah satu diantara
sekian ajaran inti dari Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran
fundamental yang lain, seperti kasih sayang (rahmah) kebijaksanaan
(hikmah), kemaslahatan universal (al-Maslahah al-ammah), dan
keadilan .
Hakikat toleransi pada intinya adalah usaha kebaikan,
khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur
yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar
agama.
45
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َُّ‫د‬َ‫ش‬ُ‫ى‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ُ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ُأ‬ ْ‫َن‬‫ع‬َُ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫ُو‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ىُللا‬َّ‫ل‬َ‫ُص‬ِ‫للا‬ُِ‫ل‬ْ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ُ ْ‫َن‬‫ع‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُ‫ُللا‬ َ‫ي‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ُ‫س‬ْ‫و‬َ‫ُأ‬ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ادُا‬
َُ‫ال‬َ‫ق‬: ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫ف‬ُْ‫م‬‫ت‬ْ‫ح‬َ‫ب‬َ‫ذ‬ُ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬َُ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ت‬ِ‫ق‬ْ‫واُال‬‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫ف‬ُْ‫م‬‫ت‬ْ‫َل‬‫ت‬َ‫ق‬ُ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ُ،‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ُِّ‫ل‬‫ىُك‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُ َ‫َان‬‫س‬ْ‫ح‬ِ‫ۡل‬ْ‫ُا‬ َ‫َب‬‫ت‬َ‫ك‬َُ‫للا‬ُ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ُ‫وا‬
ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫ُأ‬َّ‫د‬ِ‫ح‬‫ي‬ْ‫ل‬َ‫و‬َُ‫ة‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ِّ‫ذ‬‫ال‬ُ‫َه‬‫ت‬َ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ذ‬ُْ‫ح‬ِ‫ر‬‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ُو‬‫َه‬‫ت‬َ‫ر‬ْ‫ف‬َ‫ش‬ُْ‫م‬‫ك‬ . [‫]رواهُمسلم‬
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika
kalian membunuh (dalam qishah atau perang, -pent) maka berbuat
baiklah dalam cara membunuh, dan bila kalian menyembelih, maka
berbuat baiklah dalam cara menyembelih, hendaklah salah seorang
diantara kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan
sembelihannya" [Hadits Riwayat Muslim No. 1955, Ashabus Sunan
dan yang lainnya]
Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya)
daripada mafhum kemanusiaan masa kini, karena toleransi ini
menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar
lubuk hati yang paling dalam.
 As Samahah (Toleransi) Dalam Islam
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena
kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa
penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah
tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa
Ta’ala tanpa ada rasa keberatan
46
7.2 Tantangan Akhlak dalam Kehidupan
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama
penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu
melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala
larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia
diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada
untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai
manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa
sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern,
tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi
lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita
butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk
mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang
sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan
teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup
yang materialistis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh
manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap
sikap hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama
maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif
yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan
itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa
satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material.
Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan
nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara
dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah
ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang
semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam
kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.
47
Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat
mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya
hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita
tahu selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang
berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan
kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah
banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang
bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal
kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji,
tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih
untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa
manfaatnya.
Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja
tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan
hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup
hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga
ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak
memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua
perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat
memecahkan persoalan hidup.
Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah
dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan
akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi
segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat
menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang
kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik
terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak
yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam
perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam
kesesatan.
48
7.3 Upaya Peningkatan Akhlak
Upaya yang penting dalam meningkatkan akhlak adalah
dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak usia dini, sehingga
mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian
seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan
agama, serta mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan
memberikan contoh dari realitas yang ada. Ibnu Maskawaih
menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang baik,
antara lain:
a. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk
berlatih terus menerus dan menahan diri untuk memperoleh
keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai dengan
keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia
tidak memperturutkan kemauan jiwa alsyahwaniyyat, yang sangat
terkait dengan alat tubuh. Maka wujud latihan dalam menahan diri
dapat dilakukan antara lain dengan melakukan puasa, mengerjakan
shalat dengan khusyu’, dan mengerjakan perbuatan yang baik
yang didalamnya ada unsur melelahkan.
b. Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain
sebagai cermin bagi dirinya.
c. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini
mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha
mencari cacat /aib diri sendiri.
d. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu
dan amal.
Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak
Rasulullah adalah al-Qur’an. Oleh sebab itu salah satu upaya yang
juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas akhlak adalah
dengan mempelajari al-Qur’an,memahami, dan mengamalkannya.
Al- Qur’an adalah sumber ajaran agama. Islam yang paling pokok,
di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk bagi orang
muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Qur’an
49
adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan
akhlak. Peningkatan kualitas akhlak sangat diperlukan, maka kita
sudah seharusnya berupaya untuk meningkatkan akhlak dengan
memulainya dari diri kita sendiri. Kita dapat mencoba beberapa
langkah di atas untuk meningkatkan akhlak kita. Kita juga bisa
memulainya dengan menghilangkan atau menghindari kebiasaan-
kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam
Agar dapat bertahan dari pengaruh buruk globalisasi ini kita harus
dapat menyaring hal yang baik dan hal yang buruk serta
memperbaharui akhlakul karimah (akhlak baik) kita. Adapun cara
atau metode untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas akhlak
baik, adalah sebagai berikut:
a. Metode Uswah (Teladan)
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah,
tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain,
membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian
yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir,
membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting
orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang
tugasnya.
b. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal
teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh
lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada
padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk
mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan
yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa
pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan
tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’,
terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan,
50
terbiasa membaca al-Qur’an dan Asma ul-husna shalat berjamaah
di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa
makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik
adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta
didik dan anak didik.
c. Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni
membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan
kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan
syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan
bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal
yang dilarang syara’ dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini
sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan
sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif
seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup
tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai
menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
d. Metode Pengembangan Diri
Metode yang bercorak psiko-edukatif ini
didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang
kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat
baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam
pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning)
seperti pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya
meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi.
Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten
akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji
yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode
pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin
51
dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode
pertama.
e. Metode spiritual
Metode ini bercorak spiritual-religius dan
bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra
Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali
dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al-
riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk
menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan,
taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri
pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah.
Dan masih ada beberapa metode lainnya, namun yang paling
penting adalah dengan kesadaran kita untuk menauladani sifat-
sifat rosullullah SAW. Serta menaati perintah Alloh SWT dan
menjauhi larangannya. Jika masing masing orang sudah seperti itu
Insya Allah kita akan menjadi manusia yang berakhlaq walaupun
dalam derasnya modernisasi dan globalisasi.
Cara-cara penjagaan diri untuk peningkatan kualitas
akhlak
1. Musahabah diri
2. Taubat dari segala dosa
3. Mengerjakan amalan-amalan iman Antara lain :
a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
c. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran
dan berdzikir
4. Bergaul dengan orang-orang shaleh
5. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh
52
7.4 Integrasi Akidah , Syariah , dan Akhlak
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu
kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan
tetapi tidak bisa dipisahkan.Aqidah sebagai system kepercayaan yg
bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan
sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.
Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan
tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yg baik adalah orang
yg memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk
melaksanakan syariah yang hanya ditujukan pada Allah sehingga
tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan
itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik,tetapi tidak
dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke
dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau
beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu
disebut fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan
melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang tidak
lurus disebut munafik.
Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman
dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal
saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak. Seseorang yang
melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik.
Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah.
Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap
Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
53
7.5 Peran Aqidah , Syariah dan Akhlak dalam Pembentukan
Manusia Takwa
 Takwa merupakan manifestasi kepahaman seorang Muslim akan
kebaikan dan keburukan serta perintah dan larangan Allah SWT.
 Ketakwaan adalah cermin sinergi dari Aqidah, Syariah dan
Akhlak, seperti yang tersirat dalam Q.S Al-Baqarah 2: 2-3, 177.
 Muttaqiin adalah mereka yang berhasil menyatukan seluruh pokok
ajaran agama danmenyeimbangkan akal dan nafsu serta
menunjukkan totalitas identitas sebagai Mukmin
 Tantangan zaman sukses dihadapi dengan keteguhan dalam
keimanan, kesungguhan dalam kepatuhan ibadah, dan pengamalan
nilai agama dengan bulat hati dan ikhlas.
54
BAB III
PENUTUP
Penjelasan diatas berisikan tentang pondasi-pondasi dasar agama islam,
dimana pondasi-pondasi tersebut sangat penting dalam mengatur kehidupan
manusia, baik dalam hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dalam
konteks makhluk kepada Tuhannya.
Sebagai permisalan dari bangunan yang kuat, sebuah bangunan tidak
akan berdiri kokoh tanpa memiliki pondasi yang kuat, begitupun agama
pondasi-pondasi ini dibentuk oleh syariah, akhlak dan aqidah, dimana
semuanya ini memiliki keterkaitan yang erat dan tidak akan pernah bisa
dilepaskan satu dengan yang lainnya
Oleh karena penting bagi kita untuk memahami hal yang sangat
mendasar dalam kehidupan kita, inilah satu bentuk fungsi nyata dari kita
mempelajari MPK Agama
55
DAFTAR PUSTAKA
 Al qur’an
 Kaelany. (2014). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
 Kaelany. (2014). Akhlak Mulia. Jakarta: Midada Rahma Press
 http://ujid.tripod.com/islam/taawun8806-2.html ( Di akses pada tanggal 7
Oktober 2014 pukul 20.00)
 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).
 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural(Jakarta:
Erlangga 2005).
 http://sulsel.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=24458
 Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Quran, 1989, Bandung: Mizan.
 Akhlak Tasawuf oleh Drs. H. Abuddin Nata, M ,A.
 Akhlak Tasawuf oleh Drs. A. Mustofa.
 Akhlak Tasawuf 1 mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi oleh Drs.
Mahjuddin M.Pd.I
 An-Nawawi , Syaikh Imam , Matan Hadits Arba’in, Pustaka Ibnu Umar,
Jakarta, 2012.
 Muhammad bin Abdillah Al Imam, As-Syaikh, Pedoman Seorang Muslim,
Jakarta: As-Shaff Media, 2010.
 Takwin, B., Hadinata, F., dan Putri, S., Kekuatan dan Keutamaan Karakter,
Filsafat, dan Etika, Depok: Universitas Indonesia, 2015.
 Wachyudin, Achmad, Syaifullah, M., Ilyas, M., Muhibbin ,Z., Pendidikan
Agama Islam, Surabaya: Grasindo. 2009.

More Related Content

What's hot

Iman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarIman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarNurul Wulandari
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamKris Feby
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamWachidatin N C
 
Presentasi integrasi iman, ilmu, dan amal
Presentasi  integrasi iman, ilmu, dan amalPresentasi  integrasi iman, ilmu, dan amal
Presentasi integrasi iman, ilmu, dan amalRizqy Putra
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agamaIndra West
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul kiatbelajar95
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeRidwan Hidayat
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahWarnet Raha
 
Hak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam IslamHak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam IslamAdita Utami
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamWulandari Rima Kumari
 
Sejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki UsmaniSejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki UsmaniLuthfi Nk
 
Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan
Iman  dan  pengaruhnya  dalam  kehidupan Iman  dan  pengaruhnya  dalam  kehidupan
Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan Ulfa Nurajizah
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN Desi Rahmawati
 

What's hot (20)

Iman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadarIman kepada qadha dan qadar
Iman kepada qadha dan qadar
 
Aqidah ppt
Aqidah pptAqidah ppt
Aqidah ppt
 
Akhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam IslamAkhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam Islam
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Presentasi integrasi iman, ilmu, dan amal
Presentasi  integrasi iman, ilmu, dan amalPresentasi  integrasi iman, ilmu, dan amal
Presentasi integrasi iman, ilmu, dan amal
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agama
 
Hubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsanHubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsan
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of life
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
 
Hak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam IslamHak Asasi Manusia dalam Islam
Hak Asasi Manusia dalam Islam
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 
Makalah puasa 2
Makalah puasa 2Makalah puasa 2
Makalah puasa 2
 
Sejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki UsmaniSejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki Usmani
 
Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan
Iman  dan  pengaruhnya  dalam  kehidupan Iman  dan  pengaruhnya  dalam  kehidupan
Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
 
Islam dan Ruang Lingkupnya
Islam dan Ruang LingkupnyaIslam dan Ruang Lingkupnya
Islam dan Ruang Lingkupnya
 
PPT puasa
PPT puasaPPT puasa
PPT puasa
 

Similar to Manusia dan agama

186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah
186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah
186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidahNurul Fatin
 
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq muliaAqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq muliaChamid Imamsyafi'i
 
Rpp 1 akidah islam
Rpp 1 akidah islamRpp 1 akidah islam
Rpp 1 akidah islamopik13
 
Pokok pokok ajaran islam
Pokok pokok ajaran islamPokok pokok ajaran islam
Pokok pokok ajaran islamHanaMZ
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Pembatalan dan kerosakan iman
Pembatalan dan kerosakan imanPembatalan dan kerosakan iman
Pembatalan dan kerosakan imanKau Ilhamku
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMMAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMHerry Rachmat Safi'i
 
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakPemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakynabiel
 
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdf
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdfpptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdf
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdfherlinguru
 

Similar to Manusia dan agama (20)

186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah
186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah
186677588 modul-pim-3112-pengajian-akidah
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Makalah tugas tik
Makalah tugas tikMakalah tugas tik
Makalah tugas tik
 
Modul pim 3112
Modul pim 3112Modul pim 3112
Modul pim 3112
 
Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam
Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam IalamMenyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam
Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam
 
Bab i mw
Bab i mwBab i mw
Bab i mw
 
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq muliaAqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
 
Rpp 1 akidah islam
Rpp 1 akidah islamRpp 1 akidah islam
Rpp 1 akidah islam
 
Pokok pokok ajaran islam
Pokok pokok ajaran islamPokok pokok ajaran islam
Pokok pokok ajaran islam
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
 
Pembatalan dan kerosakan iman
Pembatalan dan kerosakan imanPembatalan dan kerosakan iman
Pembatalan dan kerosakan iman
 
Modul PIM 3123 SEM6
Modul PIM 3123 SEM6Modul PIM 3123 SEM6
Modul PIM 3123 SEM6
 
Kalam
KalamKalam
Kalam
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMMAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
 
Studi Islam
Studi IslamStudi Islam
Studi Islam
 
iman islam dan ihsan
iman islam dan ihsaniman islam dan ihsan
iman islam dan ihsan
 
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakPemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlak
 
Mastering Studi Islam
Mastering Studi IslamMastering Studi Islam
Mastering Studi Islam
 
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdf
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdfpptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdf
pptaqidahislam-150517090646-lva1-app6891.pdf
 

More from Khairunnisa Nazhifah (20)

Review lembar jawaban kita-khairunnisa nazhifah yudyawati
Review lembar jawaban kita-khairunnisa nazhifah yudyawatiReview lembar jawaban kita-khairunnisa nazhifah yudyawati
Review lembar jawaban kita-khairunnisa nazhifah yudyawati
 
Makalah mpk agama islam peran keluarga dlm lgbt
Makalah mpk agama islam peran keluarga dlm lgbtMakalah mpk agama islam peran keluarga dlm lgbt
Makalah mpk agama islam peran keluarga dlm lgbt
 
syariah islam Ltm 2
syariah islam Ltm 2 syariah islam Ltm 2
syariah islam Ltm 2
 
Pengertian islam
Pengertian islamPengertian islam
Pengertian islam
 
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
 
Print out globalisasi pkn
Print out globalisasi pknPrint out globalisasi pkn
Print out globalisasi pkn
 
Laporan field trip
Laporan field trip Laporan field trip
Laporan field trip
 
Contoh penyimpangan sosial
Contoh penyimpangan sosialContoh penyimpangan sosial
Contoh penyimpangan sosial
 
Geo litosfer
Geo litosferGeo litosfer
Geo litosfer
 
Geo hidrosfer
Geo hidrosferGeo hidrosfer
Geo hidrosfer
 
Geo atmosfer
Geo atmosferGeo atmosfer
Geo atmosfer
 
Alat optik 1
Alat optik 1Alat optik 1
Alat optik 1
 
Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Laporan presentasi biologi
Laporan presentasi biologiLaporan presentasi biologi
Laporan presentasi biologi
 
Agama2
Agama2Agama2
Agama2
 
Definisi analytical exposition
Definisi analytical expositionDefinisi analytical exposition
Definisi analytical exposition
 
Dinamika hidrosfer
Dinamika hidrosferDinamika hidrosfer
Dinamika hidrosfer
 
Explanation text
Explanation textExplanation text
Explanation text
 
Narrative text x 2
Narrative text x 2Narrative text x 2
Narrative text x 2
 
Bentuk bentuk interaksi sosial x
Bentuk bentuk interaksi sosial xBentuk bentuk interaksi sosial x
Bentuk bentuk interaksi sosial x
 

Recently uploaded

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANGilbertFibriyantAdan
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxWahyuSolehudin1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxMarto Marbun
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...RobertusLolok1
 

Recently uploaded (8)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
 

Manusia dan agama

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Setelah pada minggu sebelumnya dijelaskan tentang manusia dan agama, serta kaitan antara keduanya, pada makalah kali ini dijelaskan bagaimana membuat antara kedua berjalan secara harmonis dan tidak saling tumpang tindih. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan fitrahnya. Manusia juga merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang diberikan beban amanat menjadi khalifah di muka bumi untuk dipertanggung jawabkan ketika ciptaan yang lainnya mengatakan tidak sanggup memikul amanat tersebut. Namun ketika manusia menjalankan tugasnya tersebut, pasti terdapat kelemahan yang membuat terkadang semuanya tidak berjalan dengan mudah, terlebih lagi dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk yang beragama. Kerap kali agama dijadikan kambing hitam karena menurut beberapa orang yang memiliki pandangan tertentu, agama memiliki kelemahan, tapi sebenarnya kelemahan yang dimiliki agama itu karena manusia yang menjalani agama tersebut pasti mempunyai kelemahan, dan hal itu bisa mengakar, sehingga terlihat dengan kasat mata agama yang membawa kelemahan itu. Sebagai orang yang beragama kita patut memahami agama ini adalah sebuah sistem kompleks yang dibuat oleh Tuhan, jadi tidak mungkin ada seorang manusia yang notabene adalah makhluk ciptaannya mampu membuat sistem yang lebih baik. Untuk menutupi kelemahan manusia dalam menjalani agama tersebut ada 5 pokok pengajaran yang patut dipahami dengan baik, yaitu : Akhlak, Ibadah, Mu’amalah, Syariah, Aqidah. Hal ini merupakan pengembangan dari suatu hadis Nabi s.a.w yang menyatakan bahwa pokok pengajaran Islam itu ada tiga, yaitu : Iman, Islam dan Ihsan. Berdasarkan penjabaran tadi Iman dikembangkan menjadi Aqidah, Islam menjadi Sya’riah, Ibadah, dan Mu’amalah, sedangkan Ihsan berkembang menjadi Akhlak. Pokok pengajaran ini dapat diibaratkan sebagai suatu bangunan, dimana pondasi kokohnya terbuat dari Aqidah, kemudian pengisi interior ada Sya’riah lengkap dengan Mu’amalah dan Ibadah sebagai tiang-tiang
  • 2. 2 penyangganya, dan terakhir sebagai penutup, hiasan namun tetap memiliki peran vital adalah Akhlak. Perumpamaan ini menunjukan jika dari 5 aspek itu tidak terpenuhi, maka bangunan yang kita harapkan tidak akan pernah berdiri, kalaupun berdiri pasti memiliki sebuah cacat. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang beragama kita seharusnya dapat mengetahui atau setidaknya mulai mempelajari 5 aspek tersebut, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dan kehidupan yang layak bagi generasi yang akan datang.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 1. AKIDAH ISLAM 1.1 Pengertian Akidah Akidah secara bahasa berasal dari kata ( ‫)عقد‬ yang berarti ikatan. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘akidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah akidah Islam, akidah nasrani; ada akidah yang benar atau lurus dan ada akidah yang sesat atau menyimpang. Dalam ajaran Islam, akidah Islam (al-akidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab radiyallahu anha yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’ 1.2 Ruang Lingkup Akidah 1.2.1 Menurut Hasan Al-Banna Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Akidah Islam meliputi :  Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll  Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll  Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll  Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa
  • 4. 4 Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb. 1.2.2 Akidah cabang Yang dimaksud akidah cabang adalah cabang-cabang akidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman yang enam. Misalnya munculnya perbedaan pendapat dalam membicarakan zat Tuhan, sifat Tuhan, dan perbuatan Tuhan. Misalnya dalam soal zat Tuhan, muncul pertanyaan apakah Tuhan berjisim atau tidak. Dalam masalah sifat Tuhan apakah Tuhan mempunyai sifat? Dalam soal perbuatan, apakah tuhan wajib melakukan perbuatan? Dalam soal percaya kepada malaikat, apakah iblis termasuk golngan malaikat? Delam soal iman kepada kitab, apakah wahyu makhluk atau bukan. Semua isu tesebut muncul setelah umat Islam terpecah atas beberapa golongan seperti Syiah, Khawarij, dan Ahlus Sunnah wal Jamaah. 1.3 Kedudukan Akidah dalam Islam Apabila Islam diibaratkan dengan sebuah bangunan, maka Akidah adalah fondasi paling bawah dari bangunan itu. Karena akidah adalah pegangan kepercayaan (iman). Sedang kedudukan iman dalam Islam telah dikatakan dalam Al-quran “bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kita-kitab, dan nabi-nabi . . ..”(Q.S Al-Baqarah: 177). Maka, akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah subahanahu wata`ala berfirman: Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak
  • 5. 5 menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110) Allah subahanahu wata`ala juga berfirman:. Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar- benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65) Mengingat pentingnya kedudukan akidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek akidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai akidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya akidah atau keimanan dalam ajaran Islam. 1.4 Pengembangan Akidah dalam Ilmu Kalam Ilmu tauhid ini telah melalui beberapa masa, yaitu: 1.4.1 Perkembangan Ilmu Tauhid di masa Rasulullah SAW.Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan akidah dan peraturan-peraturan dengan prinsip kesatuan umatdan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah saw sehingga
  • 6. 6 beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara ummatnya. Masing-masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya dengan dalil-dalil, sebagaimana telah terjadi dlam agama-agama sebelum Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah swt dan RasulNya serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat al-Anfal ayat 46, yang artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Dan surat Al-Maidah ayat 15, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)”. Pengalaman pahit orang Kristen menjadi bukti karena perpecahan membuat mereka hancur. Mereka melupakan perjanjian Allah swt akan beriman teguh, sehingga Allah menumbuhkan rasa permusuhan dalam dada mereka yang mengakibatkan timbulnya golongan yang saling bertengkar dan bercerai berai seperti golongan Nasturiyah, Ya’kubiyah dan Mulkaniah. Perbedaan pendapat memang dibolehkan tetapi jangan sampai pada pertengkaran, terutama dalam maslah akidah ini. Demikian pula dalam menghadapi agama lain, kaum muslimin harus bersikap tidak membenarkan apa yang mereka sampaikan dan tidak pula mendustainya. Yang harus dikata kaum muslimin adalah telah beriman kepada Allah dan wahyuNya, yang telah diturunkan kepada kaum muslimin juga kepada mereka. Tuhan Islam dan Tuhan mereka adalah satu (Esa). Bila terjadi perdebatan haruslah
  • 7. 7 dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat dengan cara baik dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari pertengkaran. Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125, yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah saw tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi penengahnya. 1.4.2 Perkembangan Ilmu Tauhid pada masa Khullafaurrasyidun.Setelah Rosulullah saw wafat, dalam masa kholifah pertama dan kedua, umat islam tidak sempat membahas dasar-dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan berusaha memprtahankan kesatuan dan kesatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al qur’an tanpa mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi larangannya.mereka mensifatkan allah swt dengan apa yang allah swt sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan allah swt dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan allah swt. Apabila mereka menghadapi ayat-ayat yang mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada allah swt sendiri.Di masa kholifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya kholifah usman umat islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan dan partai, barulah masing-
  • 8. 8 masing partai dan golonongan-golongan itu dengan perkataan dan usaha dan terbukalah pintu ta’wil bagi nas al qur’an dan hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas. 1.4.3 Perkembangan Ilmu Tauhid di masa Daulah Umayyah. Dalam masa ini kedaulatan Islam bertambah kuat sehingga kaum muslimin tidak perlu lagi berusaha untuk mempertahankan Islam seperti masa seebelumnya. Kesempatan ini digunakan kaum muslimin untuk mengembangkan pengetahuan dan pengertian tentang ajaran Islam. Lebih lagi dengan berduyun-duyun pemeluk agama lain memeluk Islam, yang jiwanya belum bisa sepenuhnya meninggalkan unsur agamanya, telah menyusupkan beberapa ajarannya. Masa inilah mulai timbul keinginan bebas berfikir dan berbicara yang selama ini didiamkan oleh golongan Salaf. Muncullah sekelompok umat Islam membicarakan masalah Qadar (Qadariyah) yang menetapkan bahwa manusia itu bebas berbuat, tidak ditentukan Tuhan. Sekelompok lain berpendapat sebaliknya, manusia ditentukan Tuhan, tidak bebas berbuat (Jabariyah). Kelompok Qadariyah ini tidak berkembang dan melebur dalam Mazhab mu’tazilah yang menganggap bahwa manusia itu bebas berbuat (sehingga mereka menamakan dirinya dengan “ahlu al-adli”), dan meniadakan semua sifat pada Tuhan karena zat Tuhan tidak tersusun dari zat dan sifat, Ia Esa (inilah mereka juga menamakan dirinya dengan “ahlu at- Tauhid”).Penghujung abad pertama Hijriah muncul pula kaum Khawarij yang mengkafirkan orang muslim yang
  • 9. 9 mengerjakan dosa besar, walaupun pada mulanya mereka adalah pengikut Ali bin Abi Thalib, akhirnya memisahkan diri karena alasan politik. Sedangkan kelompok yang tetap memihak kepada Ali membentuk golongan Syi’ah. 1.4.4 Perkembangan Ilmu Tauhid Di Masa Daulah Abbasyiah. Masa ini merupakan zaman keemasan dan kecemerlangan Islam, ketika terjadi hubungan pergaulan dengan suku-suku di luar arab yang mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan. Usaha terkenal masa tersebut adalah penterjemahan besar-besaran segala buku Filsafat. Para khalifah menggunakan keahlian orang Yahudi, Persia dan Kristen sebagai juru terjemah, walaupun masih ada diantara mereka kesempatan ini digunakan untuk mengembangkan pikiran mereka sendiri yang diwarnai baju Islam tetapi dengan maksud buruk. Inilah yang melatar belakangi timbulnya aliran-aliran yang tidak dikehendaki Islam. Dalam masa ini muncul polimik-polimik menyerang paham yang dianggap bertentangan. Misalnya dilakukan oleh ‘Amar bin Ubaid al-Mu’tazili dengan bukunya “Ar-Raddu ‘ala al- Qadariyah” untuk menolak paham Qadariyah. Hisyam bin al-Hakam As-Syafi’i dengan bukunya “al-Imamah, al- Qadar, al-Raddu ‘ala Az-Zanadiqah” untuk menolak paham Mu’tazilah. Abu Hanifah dengan bukunya “al-Amin wa al- Muta’allim” dan “Fiqhu al-Akbar” untuk mempertahankan akidah Ahlussunnah. Dengan mendasari diri pada paham pendiri Mu’tazilah Washil bin Atha’, golongan Mu’tazilah mengembangkan pemahamannya dengan kecerdasan berpikir dan memberi argumen. Sehingga pada masa khalifah al-Makmun, al- Mu’tasim dan al-Wasiq, paham mereka menjadi mazhab
  • 10. 10 negara, setelah bertahun-tahun tertindas di bawah Daulah Umayyah. Semua golongan yang tidak menerima Mu’tazilah ditindas, sehingga masyarakat bersifat apatis kepada mereka. Saat itulah muncul Abu Hasan al-‘Asy’ary, salah seorang murid tokoh Mu’tazilah al-Jubba’i menentang pendapat gurunya dan membela aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Dia berpandangan “jalan tengah” antara pendapat Salaf dan penentangnya. Abu Hasan menggunakan dalil naqli dan aqli dalam menentang Mu’tazilah. Usaha ini mendapat dukungan dari Abu al-Mansur al-Maturidy, al-Baqillani, Isfaraini, Imam haramain al-Juaini, Imam al-Ghazali dan Ar-Razi yang datang sesudahnya.Usaha para mutakallimin khususnya al-Asy’ary dikritik oleh Ibnu Rusydi melalui bukunya “Fushush al-Maqal fii ma baina al-Hikmah wa asy- syarizati min al-Ittishal” dan “al-Kasyfu an Manahiji al- Adillah”. Beliau mengatakan bahwa para mutakallimin mengambil dalil dan muqaddimah palsu yang diambil dari Mu’tazilah berdasarkan filsafat, tidak mampu diserap oleh akal orang awam. Sudah barang tentu tidak mencapai sasaran dan jauh bergeser dari garis al-Quran. Yang benar adalah mempertemukan antara syariat dan filsafat. Dalam mengambil dalil terhadap akidah Islam jangan terlalu menggunakan filsafat karena jalan yang diterangkan oleh al-Quran sudah cukup jelas dan sangat sesuai dengan fitrah manusia. Disnilah letaknya agama Islam itu memperlihatkan kemudahan. Dengan dimasukkan filsafat malah tambah sukar dan membingungkan. 1.4.5 Perkembangan Ilmu Tauhid sesudah Daulah Abbasyiah. Sesudah masa Bani Abbasiyah datanglah pengikut Al Asy‘ari yang terlalu jauh menceburkan dirinya ke dalam
  • 11. 11 falsafah, mencampurkan mantiq dan lain-lain, kemudian mencampurkan semuanya itu dengan ilmu kalam sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Baidlawi dalam kitabnya Ath Thawawi dan Abuddin Al-Ijy dalam kitab Al- Mawaqif. Madzhab Al-Asy‘ari berkembang pesat kesetara pelosok hingga tidak ada lagi madzhab yang menyalahinya selain madzhab hambaliyah yang tetap bertahan dalam madzhab salaf, yaitu beriman sebagaimana yang tersebut dalam alquran dan al hadits tanpa mentakwilkan ayat-ayat atau hadits-hadits itu. Pada permulaan abad kedelapan hijriyah lahirlah di Damaskus seorang ulama’ besar yaitu Taqiyuddin Ibnu Taimayah menentang urusan yang berlebih-lebihan dari pihak-pihak yang mencampur adukkan falsafah dengan kalam, atau menentang usaha-usaha yang memasukkan prinsip-prinsip falsafah ke dalam akidah islamiyah. Ibnu Tamiyah membela madzab salaf ( sahabat, tabi’in dan imam-imam mujahidin) dan membantah pendirian- pendirian golongan al asy’ariyah dan lain-lain, baik dari golongan rafidhah, maupun dari golongan sufiyah. Maka karenanya masyarakat islam pada masa itu menjadi dua golongan, pro dan kontra, ada yang menerima pandapat- pendapat ibnu taimiyah dengan sejujur hati, karena itulah akidah ulama’ salaf dan ada pula yang mengatakan bahwa ibnu taimiyah itu orang yang sesat. Jalan yang ditempuh oleh Ibnu Taimiyah ini diteruskan oleh muridnya yang terkemuka yaitu Ibnu Qayyimil Jauziyah. Maka sesudah berlalu masa ini, tumpullah kemauan, lenyaplah daya kreatif untuk mempelajari ilmu kalam seksama dan tinggallah penulis-penulis yang hanya memperkatakan makna-makna lafadz dan ibarat-ibarat dari kitab-kitab peninggalan lama.
  • 12. 12 Kemudian diantara gerakan ilmiah yang mendapat keberkahan dariAllah, ialah gerakan al iman Muhammad ‘abdu dan gurunya jmaluddin Al-Afghani yang kemudian dilanjutka oleh As-Said Rosyid Ridla. Usaha-usaha beliau inilah, yang telah membangun kembali ilmu-ilmu agama dan timbullah jiwa baru yang cenderung untuk mempelajari kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan muridnya. Anggota-anggota gerakan ini dinamakan salafiyyin 2. IMPLEMENTASI AGAMA ISLAM 2.1 Implementasi Akidah Islam dalam Kehidupan Pribadi dan Sosial Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentunya telah diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti akan ketetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya. Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang melampaui batas-batas ketentuan Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang diwarnai oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku liar dan buas. Yang ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.
  • 13. 13 Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat Islam yaitu aqidah "Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah." Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan perbuatan yang menyesatkan. Masyarakat. tersebut juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan- keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan perantara dari sarana alat komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah- sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti puisi. prosa, kisah-kisah dan teater. Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih baik oleh mereka yang menerimanya.Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan demikianlah hendaknya pengaruh aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang. Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di atas pasir yang mudah runtuh.Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung nilai-nilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai yang akan membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta bermanfaat.
  • 14. 14 2.2 Implementasi Akidah Islam dalam Kehidupan Budaya, Seni, dan IPTEK a. IPTEK “Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai keduaduanya juga harus dengan ilmu” (AlHadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh dari nilainilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua serta pendidik khususnya guru, yang kerap bersentuhan langsung dengan siswa. Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bioteknologi. Ini sekurang- kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999), telah melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero),
  • 15. 15 yang akan mengisi masa tersebut. Ciriciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how usesomething asgoodas possible bukanhow does it work. Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak dan hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilainilai agama memberi jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya serta memperburuk citra kepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca ujian nasional, yang kerap dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar. Itulah salah satu contoh potret buram kondisi sebagian komunitas pelajar kita saat ini. Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa. Kepada guru harapan
  • 16. 16 tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan. Ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 Undang- undang No. 20 tahun2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Sekaligus jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. Survei membuktikan, mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata ajar selain pendidikan agama adalah sesuatu yang mungkin. Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang harus tuntas serta pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan- muatan imtaq yang harus disampaikan, menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtak menjadi terabaikan. Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan unsur imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung
  • 17. 17 jawabnya. Jujur saja guru umumnya takut salah jika berbicara masalah agama, merekamencariamanhanya mengajarkan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab guru agama, tapi tanggung jawab semuanya. Dalam kacamata Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran agama kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan YangMaha Kuasa. b. Seni Kata“seni”adalahsebuahkatayangsemuaorangdi pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahamanyangberbeda.Kononkataseniberasaldari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimanaKami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.bersabda :
  • 18. 18 “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.”Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”(HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al- Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda : “Hiasilah AlQur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi) Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan seharihari nyanyiannyanyian cinta ataupun gambar- gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orangorang bahkan anakanak.Sebaiknya di kembalikan kepada AlQur’an dan AsSunnah. Bahwa dalam AlQur’an disebutkan :
  • 19. 19 “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6) Jikalau katakata dalam nyanyian itu merupakan perkataanperkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka haram nyanyian tersebut. Nyanyiannyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan halhal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya. 3. SYARIAH ISLAM 3.1 Pengertian Syariah Islam Makna syariah dalam bahasa Arab sebagaimana orang-orang Arab di masa lalu memaknai kata syariah ini, yaitu metode atau jalan yang lurus (‫الطريقة‬ ‫.)المستقية‬ Di dalam Lisanul Arab, kata syariah bermakna : ُ‫د‬ِ‫ر‬ْ‫و‬َ‫م‬ ُِ‫ء‬َ‫ا‬‫الم‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬َ‫ص‬ْ‫ق‬‫ي‬ ُِ‫ب‬ْ‫ر‬ُّ‫ش‬‫ل‬ِ‫ل‬ Sumber mata air yang dijadikan tempat untuk minum. Adapun secara istilah dalam ilmu fiqih, Syariah didefinisikan oleh para ulama sebagai : ُ‫َه‬‫ع‬َ‫ر‬َ‫ش‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫للا‬ ُِ‫ه‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ِ‫ل‬ َُ‫ن‬ِ‫م‬ ُِ‫ام‬َ‫ك‬ْ‫ح‬َ‫األ‬ ‫ي‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َُ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ي‬ِ‫َب‬‫ن‬ َُ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ُِ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬‫أل‬ ُ‫اء‬َ‫و‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ق‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ُِ‫د‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫ال‬ِ‫ا‬‫ب‬ َُ‫َات‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ال‬َ‫و‬ ُِ‫ت‬َ‫ال‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬‫الم‬َ‫و‬ ُِ‫ق‬َ‫ال‬ْ‫خ‬َ‫األ‬َ‫و‬ ُِ‫م‬َ‫ا‬‫ظ‬ِ‫ن‬َ‫و‬ ُِ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ال‬ Apa yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba- Nya dari hukum-hukum yang telah dibawa oleh Nabi dari para nabi,
  • 20. 20 baik yang terkait dengan keyakinan, ibadah muamalah, akhlaq dan aturan dalam kehidupan. Syariah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasul- Nya yang merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical kepada Pencipta (hablum minallah), dan hubungan horizontal kepada sesamanya (hablum minannas) termasuk di dalamnya hubungan dengan alam semesta. Melihat arti syari’ah itu yang begitu luas ada yang menyebutnya sebagai Islam itu sendiri, yang tercakup di dalamnya berbagai aspek kehidupan. Para ulama, untuk memudahkan pemahaman terhadap syari’ah itu mengklasifikasikannya dalam dua pendekatan. Dari segi tujuan syari’ah yaitu untuk menjaga kehormatan manusia sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau menjamin lima hal yaitu: a. Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa) b. Menjamin kehidupan yang layak (memelihara jiwa) c. Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga keturunan) d. Menjamin kebebasan berpikir (memelihara akal) e. Menjamin kehidupan dengan tersedianya lapangan kerja yang pantas (memelihara harta) Apa saja yang menyangkut pemeliharaan terhadap lima hal tersebut akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam seperti wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah. Kita dapat mengambil contoh untuk mempertahankan agama wajib hukumnya, seperti wajib memegang akidah, dan menjalankan ibadah. Sebaliknya hal-hal yang bersifat akan merobohkan agama seperti meninggalkan shalat dan perbuatan syirik adalah haram hukumnya. Demikian juga dalam hal memelihara jiwa (makan, minum, dan lain-lain) adalah wajib hukumnya. Karena apabila seseorang tidak makan maka jiwanya akan
  • 21. 21 terancam yaitu terancam mati. Oleh karenanya pada kondisi mendesak seperti ini makanan yang semulanya diharamkan menjadi dibolehkan demi tujuan untuk memelihara jiwa dan sepanjang semuanya dilakukan secara tidak berlebih-lebihan. Adapun contoh dari memleihara keturunan yaitu seperti berhubungan suami isteri untuk niatan agar memperoleh keturunan yang shalih/shalihah, diwajibkan menikah, dan diharamkan untuk melakukan zina. 3.2 Ruang Lingkup Syariah Islam Ruang lingkup hukum Islam dalam makna syariah Islam sangat luas. Oleh karena ruang lingkup hukum Islam dalam makna syariah meliputi seluruh ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan keimanan, amaliah ibadah ataupun akhlak. Berbeda apabila ruang lingkup hukum Islam yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Ilmu fiqih itu sendiri merupakan bagian dari syariah, sehingga ruang lingkup hukum islam dalam makna ilmu fiqih lebih sempit daripada ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam. Berikut adalah ruang lingkup hukum islam atau syariah islam, antara lain: a. Hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal diantaranya meliputi, shalat, puasa, zakat, naik haji dan lain sebagainya; b. Hubungan manusia muslim dengan sesama muslim antara lain meliputi, tolong menolong, bekerja sama, sillaturrahmi dan lain sebagainya; c. Hubungan manusia dengan sesama manusia, antara lain meliputi tolong menolong, mewujudkan perdamaian, bekerja sama dalam meningkatkan kesejahteraan dan lain sebagainya; d. Hubungan manusia dengan alam di lingkungan sekitarnya dan alam semesta;
  • 22. 22 e. Hubungan manusia dengan kehidupan, yakni hidup dengan berusaha mencari karunia Allah yang halal, mensyukuri nikmat-Nya, dan lain sebagainya. Ruang lingkup hukum islam sebagaimana disebutkan diatas, ranahnya sangat luas. Syariah islam mencakup segala hal yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul. Adapun fiqih, juga bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul yang dirumuskan berdasarkan ijtihad para ahli hukum islam. Selain ruang lingkup sebagaimana dimaksud diatas, terdapat pula pendapat lain mengenai ruang lingkup hukum islam sebagaimana ditulis oleh Mustafa Ali, dalam buku yang berjudul Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, yang menyebutkan bahwa ruang lingkup syariah islam meliputi beberapa hal sebagai berikut: a. Munakahat, yakni mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan; b. Wirasah, yakni mengatur segala hal yang berhubungan dengan waris (pewarisan); c. Muamalat, yakni mengatur segala hal yang berhubungan dengan jual-beli dan sewa menyewa serta pinjam meminjam dan lain sebagainya; d. Jinayat, yakni mengatur segala hal mengenai perbuatan yang dapat diancam dengan hukuman pidana; e. Al-ahkam as-sulthaniyah, yakni mengatur segala hal yang berhubungan dengan hukum tata negara; f. Siyar, yakni mengatur segala hal yang berkaitan dengan peperangan; g. Mukhasamat, yakni mengatur segala hal mengenai peradilan dan kehakiman serta hukum acara. Selain itu, terdapat pula pendapat Fathi Osman, yang menyatakan bahwa ruang lingkup hukum islam, antara lain meliputi: a. Al ahkam as-syakhsiyah atau hukum perorangan
  • 23. 23 b. Al ahkam al-madaniyah atau hukum kebendaan c. Al ahkam al-jinaiyah atau hukum pidana d. Al ahkam al-murafaat atau hukum perdata e. Al ahkam al-dusturiyah atau hukum tata negara f. Al ahkam al-iqtishadiyah atau hukum ekonomi dan keuangan 3.3 Perbedaan Syariah Islam dan Fikih Kata fiqih (‫)فقه‬ secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad (‫الفهم‬ ‫د‬ّ‫ر‬‫,)المج‬ yang artinya kurang lebih adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja. Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (‫الفهم‬ ‫,)الدقيق‬ yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat Al-Quran Al-Kariem, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya. ‫وا‬‫ال‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ُ‫ْب‬‫ي‬َ‫ع‬‫ش‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ول‬‫َق‬‫ت‬ “Mereka berkata: "Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu (QS. Hud: 91) Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang- orang munafik yang tidak memahami pembicaraan. ُِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ُِ‫ء‬‫ال‬‫َؤ‬‫ه‬ ُِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ال‬ َُ‫ون‬‫اد‬َ‫ك‬َ‫ي‬ َُ‫ون‬‫ه‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS. An Nisa: 78) Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu- ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih. Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda- beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi
  • 24. 24 ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu sendiri. Sehingga berdasarkan pengertian yang telah kita dapatkan, jelaslah bahwa syariah dan fiqih memiliki perbedaan, antara lain: a. Ruang Lingkup Dari segi ruang lingkup, ternyata syariah lebih luas dari ruang lingkup fiqih. Karena syariah mencakup masalah akidah, akhlaq, ibadah, muamalah, dan segala hal yang terkait dengan ketentuan Allah SWT kepada hambanya. Sedangkan ruang lingkup fiqih terbatas masalah teknis hukum yang bersifat amaliyah atau praktis saja, seperti hukum-hukum tentang najis, hadats, wudhu’, mandi janabah, tayammum, istinja’, shalat, zakat, puasa, jual-beli, sewa, gadai, kehalalan makanan dan seterusnya. Objek pembahasan fiqih berhenti ketika kita bicara tentang ha- hal yang menyangkut aqidah, seperti kajian tentang sifat-sifat Allah, sifat para nabi, malaikat, atau hari qiyamat, surga dan neraka. Objek pembahasan fiqih juga keluar dari wilayah hati serta perasaan seorang manusia, seperti rasa rindu, cinta dan takut kepada Allah. Termasuk juga rasa untuk berbaik sangka, tawakkal dan menghamba kepada-Nya dan seterusnya. Objek pembahasan fiqih juga keluar dari pembahasan tentang akhlaq mulia atau sebaliknya. Fiqih tidak membicarakan hal-hal yang terkait dengan menjaga diri dari sifat sombong, riya’, ingin dipuji, membanggakan diri, hasad, dengki, iri hati, atau ujub. Sedangkan syariah, termasuk di dalamnya semua objek pembahasan dalam ilmu fiqih itu, plus dengan semua hal di atas, yaitu masalah aqidah, akhlaq dan juga hukum-hukum fiqih. b. Syariah Bersifat Universal Syariah adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat universal, bukan hanya berlaku buat suatu tempat dan masa yang terbatas, tetapi menembus ruang dan waktu.
  • 25. 25 Kita menyebut ketentuan dan peraturan dari Allah SWT kepada Bani Israil di masa nabi-nabi terdahulu sebagai syariah, dan tidak kita sebut dengan istilah fiqih. Misalnya ketika mereka melanggar aturan yang tidak membolehkan mereka mencari ikan di hari Sabtu. Aturan itu di dalam Al-Quran disebut dengan istilah syurra’a (‫َّع‬‫ر‬‫)ش‬ yang akar katanya sama dengan syariah. ُْ‫م‬‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ْأ‬‫س‬َ‫ا‬‫و‬ ُِ‫ن‬َ‫ع‬ ُِ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ َُ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ض‬‫ا‬َ‫ح‬ ُِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َُ‫ون‬‫ْد‬‫ع‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُِ‫ت‬ْ‫ب‬َّ‫س‬‫ال‬ ُْ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُْ‫م‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫َأ‬‫ت‬ ُْ‫م‬‫ه‬‫َان‬‫ت‬‫ي‬ِ‫ح‬ َُ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َُ‫س‬ُْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ب‬ ًُ‫ا‬‫َّع‬‫ر‬‫ش‬ Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu. (QS. Al- A’raf : 163) Di dalam ayat yang lain juga disebutkan istilah syariah dengan pengertian bahwa Allah SWT menetapkan suatu aturan dan ketentuan kepada para Nabi di masa lalu. َُ‫ع‬َ‫َر‬‫ش‬ ‫م‬‫ك‬َ‫ل‬ َُ‫ن‬ِّ‫م‬ ُِ‫ن‬‫ِّي‬‫د‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫َّى‬‫ص‬َ‫و‬ ُِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ح‬‫و‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫و‬َ‫أ‬ َُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َّ‫ص‬َ‫و‬ ُِ‫ه‬ِ‫ب‬ َُ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫س‬‫و‬‫م‬َ‫و‬ ‫ى‬َ‫س‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫و‬ Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. (QS. As-Syura : 13) Karena itulah maka salah satu istilah dalam ilmu ushul fiqih disebut dengan dalil syar’u man qablana, bukan fiqhu man qablana. Apa yang Allah SWT berlakukan buat umat terdahulu disebut sebagai syariah, tetapi tidak disebut dengan istilah fiqih. Semua ini menunjukkan bahwa syariah lebih universal dibandingkan dengan fiqih. 4. IMPLEMENTASI SYARIAH ISLAM 4.1 Implementasi Ibadan dan Muamalah dalam kehidupan Syariat yang berarti “jalan untuk diikuti” merupakan bagian integral dalam kehidupan komunitas muslim. Setiap muslim diwajibkan bertahkim pada syariat sebagaimana terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
  • 26. 26 Maslah implemenyasi tuntunan syariat muncul karena seorang muslim “berada di bumi” dan sekaligus “ berada bersama “ dengan yang lain, yang belum termasuk dalam wilayah tuntutan yang dimaksud. Masalah yang muncul dapat berwujud kultural, sosiologis, dan politis. Masalah secara kultural adalah sudahnya seorang muslim mengalami pembatinan (internalisasi) nilai-nilai islam dalam sistem keperibadiannya sebagai hasil proses dakwah islam sehingga merasakan sehingga merasakan adanya tuntutan untuk mengekspresikan syariat itu dalam pola berpikir, sikap dan bertindak (eksternalisasi). Atau sebaliknya justru kesadaran refleksif-tauhidinya terputus karena desakan dan tawaran nilai lingkungan yang begitu gencar, dengan bungkus logika komunikasi yang menawan dan dengan dukungan kekuasaan yang kokoh. Sementara itu pembatinan nilai-nilai islam belum terjadi pada seluruh sudut kepribadian, sehingga belum memiliki daya antisipatif. Oleh karena itu dalam setiap komunitas akan tampak heterogenetas penghayatan, pemahaman, sikap, dan perilaku bersyariat. Jika diamati, akan tampak adanya lapisan-lapisan kultur islam dengan kadar kedalaman berbeda-beda. Ketika terjadi proses transformasi nilai-nilai ilsam dalam komunitas muslim, tampaklah betapa beragam realitas kelembagaan dan struktur sosial yang ada. Sesama muslim tidak bersepakat mengenai bagaimana seharusnya syariat dipraktikkan dalam hidup berbangsa dan bernegara, itu adalah maslaah sosiologis. Selanjutnya muncul masalah epistemolgis, yaitu mengenai kemungkinan terjadinya transformasi syariat dalam sistem hukum nasional di Indonesia. Pada sisi lain, perbedaan sikap politik antarkomunitas muslim disebabkan antara lain oleh ketiadaan klarifikasi epistemologis dalam menangkap isu yang berkembang karena tiap-tiap komunitas telah terjangkit diotomik epistemik. Secara perlahan, umat islam akhirnya menyadari bahwa perbedaan itu perlu segera digabung mellui sebuah proses dialog yang intens. Karena perbedaan epistemik berimplikasi pada perbedaan sikap dan kepentingan politis, maka dialog ini bisa jadi akan cukup melelahkan.
  • 27. 27 4.2 Peningkatan Kualitas Ibadah dan Muamalah (Padahal) mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. al Bayyinah:5) Tujuan utama diciptakannya manusia semata-mata untuk ibadah kepada Allah swt. Kualitas penghambaannya didasarkan pada kualitas ibadahnya, semakin berkualitas ibadah seseorang maka semakin berkualitas pula status penghambaannya. Oleh karena itu penting bagi kita semua sebagai seorang hamba untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah yang kita punya. Manusia dijadikan Allah SWT sebaga makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengn yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah SWT yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber kehidupannya. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, sebagaimana cara menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta dan sesama manusia menjadi hal terpenting dalam kehidupan ini. Ditingkatkannya kualitas ibadah dan bermuamalah yang baik menjadi modal penting yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim. Muamaah adalah aturan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahnya untuk mendapatkan alat-alat keperluan suatu upaya manusia untuk menunjukan rasa patuh dan bersyukur terhadapat Allah SWT yang telah menciptakan berbagai macam sumbee kehidupan. Meningkatkannya kualitas ibadah dan hubungan sosial sesama manusia dapat memberikan suatu yang bermanfaat lagi bagi manusia itu sendiri. Upaya-upaya meningkatkan kualitas dan muamalah dapat dilakukan dengan cara lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjalin silahtuhrahmi dengan sesama umat muslim. Kualitas ibadah dapat menjadi tolak ukur tingkat keimanan seseorang, sementara muamalah atau biasa dimengerti sebagai hubungan sosial sesama manusia adalah cermin sikap kita sehari-
  • 28. 28 hari terhadap orang lain. Akan sangat baik sekali hidup seorang manusia jika dia bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Dari uaraian diatas dapat diketahui makna dari ibadah dan muamalah serta upaya peningkatannya agar manusia mendapat karunia dari Allah SWT. Seorang muslim yang baik tentunya tahu bahwa kedua hal diatas menjadi karunia Allah SWT. Seorang muslim yang baik tentunya tahu bahwa kedua hal diatas menjadi hal penting dalam menjalani kehidupan ini, karena tidak bisa dipungkiri manusia butuh Tuhan dan orang lain agar bisa hidup. Tuhan sebagai Sang Pencipta dan orang lain sebagai pelengkap. 5. HIKMAH IBADAH DAN MU’AMALAH Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah.m Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya. Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni
  • 29. 29 ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya. Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa idak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Termasuk juga dalam keutamaannya ibadah, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja. Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah yang merupakan jalan masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka. 6. AKHLAK ISLAMI 6.1 Pengertian Akhlak Islami Secara etiomologi akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khulqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath- thabi’ah), perbedaan yang baik (a-maru’ah), dan agama (ad-din). Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-
  • 30. 30 petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburykan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya : 1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan 2. Perbuatan itu sesuia dengan petunjuk Ilmu Akhlak, ini termasuk ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan. Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat. Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal itu berada. Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walau etika dan moral itu di perlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk
  • 31. 31 menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral. Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya buruk . 6.2 Ruang Lingkup Akhlak Islam Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hinga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Akhlak Terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Degan demikian sebagai yang diciptakan
  • 32. 32 sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 : (َُ‫ق‬ِ‫ل‬‫ُخ‬َّ‫م‬ِ‫م‬ُ‫ن‬ٰ‫ـ‬َ‫س‬‫ن‬ِ ۡ‫ُٱۡل‬ِ‫ر‬‫نظ‬َ‫ي‬ۡ‫ل‬َ‫ف‬٥(ُ ٍ۬‫ق‬ِ‫ف‬‫َا‬‫د‬ُ ٍ۬‫ء‬ٓ‫ا‬َّ‫م‬ُ‫ن‬ِ‫م‬َُ‫ق‬ِ‫ل‬‫)ُخ‬٦ُِ‫ب‬ۡ‫ل‬ُّ‫ُٱلص‬ِ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ب‬ُ ۢ‫ن‬ِ‫م‬ُ‫ج‬‫ر‬ ۡ‫خ‬َ‫ي‬ُ) (ُِ‫ب‬ِ‫ٮ‬ٓ‫ا‬َ‫ر‬َّ‫ت‬‫ٱل‬َ‫و‬٧) Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Banyak cara yang dapat dilakuka ndalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai- Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya da bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selal bedoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya. Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu denganmenjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
  • 33. 33 b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. َُ‫ه‬‫ع‬َ‫ب‬ۡ‫ت‬َ‫ي‬ٍُ۬‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬ُ‫ن‬ِّ‫م‬ُ ٍ۬‫ر‬ۡ‫َي‬‫خ‬ُ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ ۡ‫غ‬َ‫م‬َ‫و‬ُ ٍ۬‫وف‬‫ر‬ ۡ‫ع‬َّ‫م‬ُ ٍ۬‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫ق‬‫ى‬ ًٍ۬‫ذ‬َ‫ُأ‬ٓ‫ا‬ٍُُۗ۬‫يم‬ِ‫ل‬َ‫ح‬ُ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫غ‬ُ َّ‫ٱَّلل‬َ‫و‬ُ Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263) Disisi lain Al-Qur’an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik. َُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ء‬ٓ‫ٲ‬َ‫ر‬ ۡ‫س‬ِ‫إ‬ُٓ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬َُ‫ق‬ٰ‫ـ‬َ‫ث‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫َا‬‫ن‬ ۡ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫ُأ‬ ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُُ‫ى‬ِ‫ذ‬َ‫و‬ُ‫ا‬ًٍ۬‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ ۡ‫ح‬ِ‫إ‬ُِ‫ن‬ۡ‫َي‬‫د‬ِ‫ل‬‫ٲ‬َ‫و‬ۡ‫ٱل‬ِ‫ب‬َ‫و‬َُ َّ‫ُٱَّلل‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬َُ‫ون‬‫د‬‫ب‬ ۡ‫َع‬‫ت‬ُ َ‫ال‬ ُ‫َُث‬‫ة‬ ٰ‫َو‬‫ڪ‬َّ‫ز‬‫ُٱل‬ْ‫وا‬‫ات‬َ‫ء‬َ‫و‬َُ‫ة‬ ٰ‫و‬َ‫ل‬َّ‫ص‬‫ُٱل‬ْ‫وا‬‫يم‬ِ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ُ‫ا‬ًٍ۬‫ن‬ ۡ‫س‬‫ُح‬ِ‫اس‬َّ‫ن‬‫ل‬ِ‫ل‬ُْ‫وا‬‫ول‬‫ق‬َ‫و‬ُِ‫ِين‬‫ڪ‬ٰ‫ـ‬َ‫س‬َ‫م‬ۡ‫ٱل‬َ‫ُو‬ ٰ‫ى‬َ‫م‬ٰ‫ـ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ۡ‫ٱل‬َ‫و‬ُ ٰ‫ى‬َ‫ب‬ ۡ‫ر‬‫ق‬ۡ‫ٱل‬ُ ۡ‫م‬‫ت‬ۡ‫ي‬َّ‫ل‬َ‫َو‬‫ت‬َُّ‫م‬ ُ‫ض‬ِ‫ر‬ ۡ‫ع‬ُّ‫م‬ُ‫م‬‫نت‬َ‫أ‬َ‫و‬ُ ۡ‫م‬‫نڪ‬ِّ‫م‬ًٍُ۬‫ال‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ُ َّ‫ال‬ِ‫إ‬َُ‫ون‬ Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83) Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,
  • 34. 34 ‫ا‬َ‫ہ‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ٰٓ‫ـ‬َ‫ي‬ُ‫ا‬ ًٍ۬‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫س‬ًٍُ۬‫ال‬ ۡ‫و‬َ‫ق‬ُْ‫وا‬‫ول‬‫ق‬َ‫ُو‬َ َّ‫ُٱَّلل‬ْ‫وا‬‫ق‬َّ‫ت‬‫ُٱ‬ْ‫وا‬‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬َُ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70) Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepetingan sendiri. c. Akhlak terhadap Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses- proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain
  • 35. 35 setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman : َُ‫ين‬ِ‫ق‬ِ‫س‬ٰ‫ـ‬َ‫ف‬ۡ‫ُٱل‬َ‫ى‬ِ‫ز‬ ۡ‫خ‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ُو‬ِ َّ‫ُٱَّلل‬ِ‫ن‬ ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ُ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬‫ص‬‫ُأ‬ٰٓ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ًُ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ٮ‬ٓ‫ا‬َ‫ق‬ُ‫َا‬‫ه‬‫و‬‫م‬‫ت‬ ۡ‫ڪ‬َ‫ر‬َ‫ت‬ُ ۡ‫و‬َ‫ُأ‬‫َة‬‫ن‬‫ي‬ِّ‫ل‬ُ‫ن‬ِّ‫م‬ُ‫م‬‫ت‬ ۡ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ق‬ُ‫ا‬َ‫م‬ Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr :5) Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat. Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “. Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk
  • 36. 36 yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negative bagi makhluk lainnya. Adapun ruang lingkup bidang studi akhlak adalah : 1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusakk, membinasakan dan menganiyaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara rohani (membiarkan larut dalam kesedihan) 2. Akhlak dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka. 3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan social, menolong sesame, menciptakan masyarakat yang adil dan berlandaskan Al-Qur’an dan hadist. 4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran. 5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah. Taat kepada Rosul serta meniru segala tingkah lakunya. 6.3 Nilai-nilai Akhlak Islam Akhlak mengandung semua nilai yang diperlukan oleh manusia untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nilai-nilai tersebut dapat dibagi menjadi 5 macam, yakni: 1. Al – akhlaq al – diniyyah (nilai – nilai keagamaan) Nilai- nilai agama adalah akhlak yang bersangkutan dengan kewajiban hamba kepada Tuhannya, hal ini meliputi:
  • 37. 37 a. Beriman kepada Allah, kepada rasul – rasul-Nya, malaikat – malaikat-Nya, kitab – kitab-Nya, qodlo dan qodhar, serta beriman kepada hari akhir. Bersyahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. b. Taat kepada Allah secara mutlak yakni menjalankan semua perintah – Nya, dan menjauhi segala larangan – Nya serta takutlah pada Allah. c. Memikirkan ayat-ayat –Nya d. Mensyukuri nikmat – Nya e. Bertawaqal kepada – Nya f. Berdo’a kepada Allah dengan penuh takut dan harap g. Tidak putus asa dari rahmat – Nya h. Menggantungkan segala perbuatan masa depan kepada kehendak – Nya, maksudnya adalah jangan kita berjanji untuk mengerjakan suatu hal. Kecuali dengan mengucapkan “insya Allah” i. Selalu mengingat Allah j. Menyucikan dan membesarkan – Nya dengan cara bedzikir kepada Allah dan bertasbih kepada Allah dikala waktu pagi dan petang k. Mengerjakan shalat yang diwajibkan l. Mengerjakan haji m. Bertobat dan memohon ampunan kepada – Nya n. Mencintai Allah melebihi segala-galanya o. Tidak membalas cercaan orang musryik p. Menjauhi majleis-majelis yang membantah kebenaran Allah q. Jangan banyak bersumpah dengan nama Allah r. Menghormati sumpah, bila telah bersumpah 2. Al – akhlaq al –fardiyyah (nilai – nilai perseorangan) a. Kesucian jiwa b. Lurus di jalan Allah c. Menguasai nafsu
  • 38. 38 d. Menjaga nafsu makan dan seks yaitu dengan menjalankan puasa dan tidak mengumpuli pasangan halal kita pd waktu-waktu tertentu, seperti haid e. Menahan rasa marah yaitu memaafkan kesalahan orang lain f. Teguh pendirian g. Lemah lembut dan rendah hati h. Berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berlaku teliti dalam mengambil tindakan i. Menjauhi buruk sangka j. Istiqomah dan sabar k. Teladan yang baik l. Sederhana m.Beramal soleh n. Berlomba-lomba dalam kebaikan o. Berhati ikhlas p. Pintar mendengan dan menyelidiki informasi, yakni jagan kegabah mengambil persepsi 3. Al – akhlaq al – usratiyyah (nilai – nilai kekeluargaan) a. Berbuat baik dan menghormati orang tua b. Memelihara kehidupan anak-anak c. Memberikan pendidikan akhlak keapada anak d. Persamakan hak dan kewajiban antara istri dan suami e. Berusaha memperbaiki dalam keadaan berselisih f. Berbagi kepada kaum kerabat dan berwasiat untuk mereka 4. Al – akhlaq al – ijtima’iyyah (nilai – nilai sosial) a. Yang diperintahkan: 1) Memenuhi amanah
  • 39. 39 2) Mengatur perjanjian untuk menyelesaikan sesuatu yang meragukan 3) Menepati janji 4) Member persaksian yang benar 5) Mendamaikan orang mukmin yang berselisih 6) Memaafkan 7) Kasih sayang timbal balik 8) Memelihara hubungan silaturrohmi 9) Tolong menolong 10) Membelanjakan harta di jalan Allah 11) Memuliakan tamu 12) Menyempurnakan takaran dan timbangan 13) Mengembangkan harta anak yatim 14) Memerdekakan hamba atau memudahkan pembebasannya 15) Tidak mengabaikan kejahatan 16) Mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran 17) Menyebarkan ilmu pengetahuan 18) Persaudaraan dan sifat pemurah 19) Kecintaan secara umum b. Yang terlarang : 1) Membunuh manusia, termasuk membunuh anak karena takut miskin 2) Mencuri, menipu/curang 3) Zina 4) Riba 5) Judi 6) Hak milik yang tidak halal 7) Memakan harta anak yatim 8) Menganiaya 9) Mengejek atau mengolok-olok 10) Memata-matai orang (mencari-cari kesalahan orang) 11) Memperlakukan anak yatim dan orang miskin dengan buruk
  • 40. 40 12) Sombong 13) Bermaksud jahat atau menuduh wanita yang baik berzina 14) Kikir atau bakhil c. Tata tertib kesopanan 1) Meminta izin sbelum masuk ke rumah orang lain 2) Merendahkan suara dan jangan memanggil orang dewasa dari jauh dengan berteriak-teriak 3) Memberi salam ketika masuk ke rumah orang lain 4) Membalas salam dengan lebih baik 5) Duduk dengan baik 6) Pembahasan bicara yang baik 7) Meminta izin sehendak pulang, pergi. 5. Al – akhlaq al – dauliyyah (nilai –nilai kenegaraan). a. Hubungan antara kepala Negara dengan rakyat, yang meliputi: 1) Kewajiban kepala Negara yang meliputi:  Bermusyawarah dengan rakyat  Menandatangani keputusan terakhir  Sesuai dengan prinsip keadilan  Menjaga ketentraman  Menjaga harta benda rakyat  Mengumpulkan zakat  Tidak membatasi kegunaan harta bagi orang-orang tertentu saja (kaya, berkuasa, dll)  Melaksanakan hukum Allah  Golongan minoritas dalam masyarakat mempunyai hak yang sama dari segi undang-undang
  • 41. 41 2) Kewajiban rakyat yang meliputi:  Displin  Taat yang bersyarat  Bersatu disekitar cita-cita yang tertinggi  Bermusyawaroh dalam persoalan orang banyak  Menjauhi kerusakan  Menyiapkan diri untuk membela Negara  Menjaga mutu moral dan semangat rakyat  Menjauhi supaya tidak membantu musuh b. Hubungan-hubungan luar negeri:  Menjaga hubungan antar Negara dan menjalin persaudaraan dengan Negara lain 7. IMPLEMENTASI AKHLAK ISLAM 7.1 Penerapan Nilai, Karakter Keagamaan Akhlak, disamping perintah yang bersifat aturan-aturan (hukum) didalam Al-Quran juga terdapat serangkaian anjuran yang bersifat etik. Oleh karena itu, akhlak adalah merupakan suatu ilmu untuk menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan yang terdapat didalam Alquran yang belum dijelaskan secara detail tentang pelaksanaannya seperti carannya berbuat baik kepada kedua orang tua, menghormati kepada sesama muslimin, menutup aurat model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak dan sebagainya, jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Akhlak berbentuk aturan mutlak dengan ukuran pasti yang datang dari Allah SWT. yang terdapat didalam Alquran yang secara keseluruhannya telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Dari uraian diatas dapat dipahami Akhlak dalam Islam telah di Implementasikan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya dalam berbagai sektor, sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:
  • 42. 42 1. Jujur Jujur dapat diartikan bisa menjaga amanah. Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya mendapat kepercayaan dari orang lain. Sudah tentu setiap kita sangat tidak menyukai orang-orang yang suka berbohong atau berdusta. Sifat jujur merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan umum karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah. Allah Azza wa Jalla berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah 119). Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa pada surga.” (HR. Bukhari). Rasulullah SAW mengajak kita kepada kejujuran dan memerintahkan supaya bertindak jujur, sebab bertindak jujur dapat menenteramkan hati,sehingga ketenangan dapat menyelimuti jiwa dan orang dapat menjadi aman dan nyaman. Sebaliknya kedustaan yang menyempitkan jiwa merupakan satu sifat yang menimbulkan kegoncangan dan keragu-raguan didalam hati. Rasulullah bersabda yang artinya “Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu, karena kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan adalah keraguan. Sumber kejujuran adalah hati maka jujur harus disesuaikan dengan niat yang benar dan ikhlas, seseorang mukmin akan benar-benar mendapat derajat kemuliaan yang tinggi dengan melihat pada kebenaran niatnya yang sempurna serta kesucian hati dan batinnya. Imam Ghazali membagi jujur kedalam 5 bentuk yaitu sebagai berikut 1) Jujur dalam ucapan : Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
  • 43. 43 2) Jujur dalam berniat : Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut. 3) Jujur dalam kemauan : Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir masak" sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan ‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini. 4) Jujur dalam menepati janji : Menepati janji bukan sembarang sikap. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan amanah akan dijalankan. 5) Jujur dalam perbuatan : Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa- adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. 2. Disiplin Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskanorang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkantanpa pamrih.Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam artiketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu …” (An Nisa: 59) Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat dalam kehidupan pribadinya.
  • 44. 44 Beberapa jenis disiplin dalam kehidupan kita :  Disiplin dalan beribah.  Disiplin dalam bermasyarakat.  Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Kerjasama Untuk menjadi bangsa yang luhur, kita harus menanamkan nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku, bahasa, ras dan agama menjadikan Bhineka Tunggal Ika(biarpun berbeda tetapi tetap satu Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas segalanya. Telah banyak darah tumpah tuk membela sang saka merah putih dan menyatukan keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras dan agama tersebut demi tercapainya kemerdekaan Indonesia tercinta.  Kerjasama Dalam Keluarga:  Pergaulan Baik dengan Sahabat:  Kerjasama Dengan Tetangga: 4. Transparansi dan Toleransi Dalam kamus besar bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. toleransi merupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dari Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain, seperti kasih sayang (rahmah) kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (al-Maslahah al-ammah), dan keadilan . Hakikat toleransi pada intinya adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama.
  • 45. 45 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. َُّ‫د‬َ‫ش‬ُ‫ى‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ُ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ُأ‬ ْ‫َن‬‫ع‬َُ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫ُو‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ىُللا‬َّ‫ل‬َ‫ُص‬ِ‫للا‬ُِ‫ل‬ْ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ُ ْ‫َن‬‫ع‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُ‫ُللا‬ َ‫ي‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ُ‫س‬ْ‫و‬َ‫ُأ‬ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ادُا‬ َُ‫ال‬َ‫ق‬: ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫ف‬ُْ‫م‬‫ت‬ْ‫ح‬َ‫ب‬َ‫ذ‬ُ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬َُ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ت‬ِ‫ق‬ْ‫واُال‬‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫ف‬ُْ‫م‬‫ت‬ْ‫َل‬‫ت‬َ‫ق‬ُ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ُ،‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ُِّ‫ل‬‫ىُك‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُ َ‫َان‬‫س‬ْ‫ح‬ِ‫ۡل‬ْ‫ُا‬ َ‫َب‬‫ت‬َ‫ك‬َُ‫للا‬ُ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ُ‫وا‬ ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫ُأ‬َّ‫د‬ِ‫ح‬‫ي‬ْ‫ل‬َ‫و‬َُ‫ة‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ِّ‫ذ‬‫ال‬ُ‫َه‬‫ت‬َ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ذ‬ُْ‫ح‬ِ‫ر‬‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ُو‬‫َه‬‫ت‬َ‫ر‬ْ‫ف‬َ‫ش‬ُْ‫م‬‫ك‬ . [‫]رواهُمسلم‬ Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah atau perang, -pent) maka berbuat baiklah dalam cara membunuh, dan bila kalian menyembelih, maka berbuat baiklah dalam cara menyembelih, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan sembelihannya" [Hadits Riwayat Muslim No. 1955, Ashabus Sunan dan yang lainnya] Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya) daripada mafhum kemanusiaan masa kini, karena toleransi ini menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar lubuk hati yang paling dalam.  As Samahah (Toleransi) Dalam Islam 1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan 2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan 3. Kelemah lembutan karena kemudahan 4. Muka yang ceria karena kegembiraan 5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan 6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian 7. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi 8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan
  • 46. 46 7.2 Tantangan Akhlak dalam Kehidupan Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia. Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.
  • 47. 47 Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya. Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup. Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
  • 48. 48 7.3 Upaya Peningkatan Akhlak Upaya yang penting dalam meningkatkan akhlak adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak usia dini, sehingga mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan agama, serta mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan memberikan contoh dari realitas yang ada. Ibnu Maskawaih menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang baik, antara lain: a. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia tidak memperturutkan kemauan jiwa alsyahwaniyyat, yang sangat terkait dengan alat tubuh. Maka wujud latihan dalam menahan diri dapat dilakukan antara lain dengan melakukan puasa, mengerjakan shalat dengan khusyu’, dan mengerjakan perbuatan yang baik yang didalamnya ada unsur melelahkan. b. Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya. c. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha mencari cacat /aib diri sendiri. d. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu dan amal. Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Oleh sebab itu salah satu upaya yang juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas akhlak adalah dengan mempelajari al-Qur’an,memahami, dan mengamalkannya. Al- Qur’an adalah sumber ajaran agama. Islam yang paling pokok, di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk bagi orang muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Qur’an
  • 49. 49 adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan akhlak. Peningkatan kualitas akhlak sangat diperlukan, maka kita sudah seharusnya berupaya untuk meningkatkan akhlak dengan memulainya dari diri kita sendiri. Kita dapat mencoba beberapa langkah di atas untuk meningkatkan akhlak kita. Kita juga bisa memulainya dengan menghilangkan atau menghindari kebiasaan- kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam Agar dapat bertahan dari pengaruh buruk globalisasi ini kita harus dapat menyaring hal yang baik dan hal yang buruk serta memperbaharui akhlakul karimah (akhlak baik) kita. Adapun cara atau metode untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas akhlak baik, adalah sebagai berikut: a. Metode Uswah (Teladan) Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya. b. Metode Ta’widiyah (pembiasaan) Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan,
  • 50. 50 terbiasa membaca al-Qur’an dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik. c. Metode Taat Syari’at Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan. d. Metode Pengembangan Diri Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin
  • 51. 51 dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama. e. Metode spiritual Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al- riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah. Dan masih ada beberapa metode lainnya, namun yang paling penting adalah dengan kesadaran kita untuk menauladani sifat- sifat rosullullah SAW. Serta menaati perintah Alloh SWT dan menjauhi larangannya. Jika masing masing orang sudah seperti itu Insya Allah kita akan menjadi manusia yang berakhlaq walaupun dalam derasnya modernisasi dan globalisasi. Cara-cara penjagaan diri untuk peningkatan kualitas akhlak 1. Musahabah diri 2. Taubat dari segala dosa 3. Mengerjakan amalan-amalan iman Antara lain : a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah c. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir 4. Bergaul dengan orang-orang shaleh 5. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh
  • 52. 52 7.4 Integrasi Akidah , Syariah , dan Akhlak Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yg baik adalah orang yg memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik,tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus disebut munafik. Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak. Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
  • 53. 53 7.5 Peran Aqidah , Syariah dan Akhlak dalam Pembentukan Manusia Takwa  Takwa merupakan manifestasi kepahaman seorang Muslim akan kebaikan dan keburukan serta perintah dan larangan Allah SWT.  Ketakwaan adalah cermin sinergi dari Aqidah, Syariah dan Akhlak, seperti yang tersirat dalam Q.S Al-Baqarah 2: 2-3, 177.  Muttaqiin adalah mereka yang berhasil menyatukan seluruh pokok ajaran agama danmenyeimbangkan akal dan nafsu serta menunjukkan totalitas identitas sebagai Mukmin  Tantangan zaman sukses dihadapi dengan keteguhan dalam keimanan, kesungguhan dalam kepatuhan ibadah, dan pengamalan nilai agama dengan bulat hati dan ikhlas.
  • 54. 54 BAB III PENUTUP Penjelasan diatas berisikan tentang pondasi-pondasi dasar agama islam, dimana pondasi-pondasi tersebut sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia, baik dalam hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dalam konteks makhluk kepada Tuhannya. Sebagai permisalan dari bangunan yang kuat, sebuah bangunan tidak akan berdiri kokoh tanpa memiliki pondasi yang kuat, begitupun agama pondasi-pondasi ini dibentuk oleh syariah, akhlak dan aqidah, dimana semuanya ini memiliki keterkaitan yang erat dan tidak akan pernah bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya Oleh karena penting bagi kita untuk memahami hal yang sangat mendasar dalam kehidupan kita, inilah satu bentuk fungsi nyata dari kita mempelajari MPK Agama
  • 55. 55 DAFTAR PUSTAKA  Al qur’an  Kaelany. (2014). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.  Kaelany. (2014). Akhlak Mulia. Jakarta: Midada Rahma Press  http://ujid.tripod.com/islam/taawun8806-2.html ( Di akses pada tanggal 7 Oktober 2014 pukul 20.00)  Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).  Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural(Jakarta: Erlangga 2005).  http://sulsel.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=24458  Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Quran, 1989, Bandung: Mizan.  Akhlak Tasawuf oleh Drs. H. Abuddin Nata, M ,A.  Akhlak Tasawuf oleh Drs. A. Mustofa.  Akhlak Tasawuf 1 mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi oleh Drs. Mahjuddin M.Pd.I  An-Nawawi , Syaikh Imam , Matan Hadits Arba’in, Pustaka Ibnu Umar, Jakarta, 2012.  Muhammad bin Abdillah Al Imam, As-Syaikh, Pedoman Seorang Muslim, Jakarta: As-Shaff Media, 2010.  Takwin, B., Hadinata, F., dan Putri, S., Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, dan Etika, Depok: Universitas Indonesia, 2015.  Wachyudin, Achmad, Syaifullah, M., Ilyas, M., Muhibbin ,Z., Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Grasindo. 2009.