REAKSI]Judul singkat yang saya rekomendasikan untuk dokumen tersebut adalah:[JUDUL]KINETIKA HIDROGEN PEROKSIDA DAN ASAM IODIDAJudul ini menggunakan kurang dari dan menyertakan unsur utama dokumen yaitu kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida. Judul ini dioptimalkan untuk kata kunci utama seperti "kinetika", "hidrogen peroksida", dan
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
Similaire à REAKSI]Judul singkat yang saya rekomendasikan untuk dokumen tersebut adalah:[JUDUL]KINETIKA HIDROGEN PEROKSIDA DAN ASAM IODIDAJudul ini menggunakan kurang dari dan menyertakan unsur utama dokumen yaitu kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida. Judul ini dioptimalkan untuk kata kunci utama seperti "kinetika", "hidrogen peroksida", dan
Similaire à REAKSI]Judul singkat yang saya rekomendasikan untuk dokumen tersebut adalah:[JUDUL]KINETIKA HIDROGEN PEROKSIDA DAN ASAM IODIDAJudul ini menggunakan kurang dari dan menyertakan unsur utama dokumen yaitu kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida. Judul ini dioptimalkan untuk kata kunci utama seperti "kinetika", "hidrogen peroksida", dan (20)
REAKSI]Judul singkat yang saya rekomendasikan untuk dokumen tersebut adalah:[JUDUL]KINETIKA HIDROGEN PEROKSIDA DAN ASAM IODIDAJudul ini menggunakan kurang dari dan menyertakan unsur utama dokumen yaitu kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida. Judul ini dioptimalkan untuk kata kunci utama seperti "kinetika", "hidrogen peroksida", dan
1. KINETIKA REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN ASAM IODIDA
TUJUAN
Dalam percobaan ini akan dipelajari kinetika reaksi dari hidrogen peroksida dengan asam
iodida.
LANDASAN TEORI
Dalam sistem tertutup, laju reaksi kimia didefinisikan secara sederhana sebagai laju
perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Konsentrasi diberikan
dalam jumlah unit tertentu tiap satuan volume, misal mol per liter atau mmol per mL
(Triyono dkk, 1998).
Dalam penerapannya, jika laju reaksi tersebut sebanding dengan konsentrasi dua
reaktan A dan B sehingga:
v = k [A][B]
Koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi
bergantung pada temperatur). Lain halnya dengan ordo dari suatu reaksi kimia, ordo reaksi
nilainya ditentukan secara percobaan dan tidak dapat diturunkan secara teori, walaupun
stokhiometrinya telah diketahui (Atkins, 1996).
Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan
dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya
diramalkan jika sutau mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat
ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga
eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu
(Dogra, 1990).
Reaksi-reaksi orde I adalah reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan
konsentrasi reaktan, yaitu
Untuk reaksi-reaksi orde I, plot ln
terhadap t merupakan suatu garis lurus.
Intersep memberikan konsentrasi pada t=0 dan k dapat dihitung dari kemiringan tersebut
(Dogra, 1990).
Dalam percobaan ini volume tiosulfat yang dititrasikan sebesar b adalah jumlah
peroksida yang bereaksi selama t detik, maka konsentrasi peroksida setelah t detik adalah
sebesar (a-b). Jika a adalah banyaknya tiosulfat yang setara dengan peroksida saat to atau
mula-mula. Dengan membuat grafik ln (a-b) terhadap t maka akan didapatkan –k sebagai
slope sehingga harga k dapat ditentukan. Dengan persamaan sebagai berikut:
ln (a – b) = -kt + ln a
2. (Atkins, 1996).
Kecepatan reaksi sangat bergantung pada ion peroksida, kalium iodida dan asamnya.
Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam suasana asam dan dengan adanya
natrium tiosulfat, maka peroksida akan membebaskan iodium yang berasal dari kalium
iodida yang telah diasamkan dengan asam sulfat. Bila reaksi ini merupakan reaksi
irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan merubah iodium bebas menjadi
asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi besarnya seperti pada reaksi
pembentukannya, sampai konsentrasi terakhir tak berubah (Bird,1993).
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan
pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari
buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen
satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang
ditambah titran itu disebut titrat (Harjadi, 1987).
METODE PERCOBAAN
ALAT DAN SKEMA ALAT
Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi buret, erlenmyer,
gelas ukur, stopwatch, gelas piala, labu takat, pengduk magni, dan pipet tetes.
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meiputi larutan H₂O₂ 3%,
larutan KMnO₄ 0,1 M, larutan Na₂S₂O₃ 0,1 M, kristal KI, H₂SO₄ 2 N, H₂SO₄ pekat,
larutan indikator amilum (segar), dan akuades.
CARA KERJA
Mencari kesetaraan ml H₂O₂ dengan ml larutan thiosulfat
Percobaa pertama dengan diambil 10 ml larutan H₂O₂ dan
dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml. larutan tersbut diencerkan sampai
tanda batas dengan akuades. Kemudian, diambil 10 ml larutan tersebut dan
ditambahkan dengan 10 ml H₂SO₄ 2 N. Larutan lalu dititrasi dengan KMnO₄
0,1 M.
Percobaan kedua, ditibang 0,5 gram KI dan dilarutkan dalam 20 ml
akuades dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditambahka 1 ml H₂SO₄. Setelah itu, baru ditambahkan 10 ml
larutan KMnO₄ 0,1 M. kemudian ditambahkan 1,5 ml indicator amilum.
Laruan ini lalu ditittrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ 0,1 M higga terjadi
perubahan warna menjadi bening. Kegiatan ini diulang sebanyak 3 kali.
Laju reaksi
Diambil 500 ml akuades dan dimasukkan ke dalam erlnmeyer, secara
berurutanke dalam erlnmeyer kemudian ditambahkan 30 ml H₂SO₄ 2 N, 3 ml
larutan kanji, dan 1,5 gram KI. Larutan pun diaduk hingga homogen.
3. Sementara itu, 5 ml larutan H₂O₂ 3% dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
dan ditambahkan akuads hingga tanda batas. Larutan H₂O₂ 3% ini
kemudinditambahkan ke dalam laruta campuran sebelumnya. Ke dalam
larutan campuran tersebut kemudian ditambahkan lautan tiosulfat standar
dari buret sebanyak 2 ml dan stopwatch dihidupkan. Larutan campuran pun
diaduk dengan pengaduk magnet. Saat larutan berubah menjadi biru,
stopwatch dimatikan dan dicatat waktunya. Larutan kemudian ditambahkan
2 ml larutan tiosulfat standar dan stopwatch kembali dihidupkan. Saat
larutantlah berubah warna menjadi biru, stopwatch kembali dimatikan.
Kegiatan ini terus-menerus dilakuka hinga variasi yang diinginkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PERCOBAAN
Mencari kesetaran ml H₂O₂ dengan ml larutan tiosulfat
Titrasi 10 ml H₂O₂ ,1 N dengan larutan KMnO₄ standar
Volume KMnO₄ = 1,1 ml
Titrasi 10 ml KMnO₄ (volume KMnO₄ II) degan larutan Na₂S₂O₃ standar
Titrasi ke- Volume Na₂S₂O₃
1
9,2 ml
2
9,1 ml
Kesetaraan H₂O₂ dar titrasi I dan II (a)
a = 10,065 ml
Kinetika reaksi
Volume Na₂S₂O₃
(a-b)
ln (a-b) t (sekon)
(b)
2
8,065
2,0875
243
4
6,065
1,8025
200
6
4,065
1,4024
302
8
2,065
0,7251
379
10
0,065
-2,7333 411
Dari grafik hubungan antara ln (a-b) vs t diperoleh nlai k = 0,017
PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan guna untuk mengetahui kinetika reaksi hydrogen
peroksida dengan asam iodide. Percobaan ini dikelompokkan menjadi dua bagian.
Bagian pertama yakni mencari kesetaran ml H₂O₂ dengan ml larutan tiosulfat,
sedangkan bagian keduanya yakni tentang kinetika reaksi.
4. Pada percobaan pertama yakni mencari kesetaran ml H₂O₂ dengan ml larutan
tiosulfat. Mencari kesetaraan H₂O₂ sama artinya dengan standarisasi larutan H₂O₂.
Standarisasi H₂O₂ menggunakan larutan Na2S2O3. Proses kesetaraan ml H₂O₂ ini
dilakukan secara tidak langsung dikarenakan hidrogen peroksida (H₂O₂) tidak dapat
dititrasi langsung dengan tiosulfat. Hal ini menjadikan H2O2 terlebih dahulu
distandarisasi dengan KMnO4, baru kemudian Na2S2O3 distandarisasi dengan KMnO4,
sehingga melalui perbandingan molnya dapat ditentukan ekivalen dari hidrogen
peroksida dengan ion tiosulfat.
Dalam penentuan standarisasi H₂O₂ dengan KMnO₄, penggunaan KMnO₄
sebagai titran disebut dengan titrasi permanganometri. KMnO₄bersifat auto
indicator, sehingga tidak perlu menambahkan indikator lain dalam titrasi ini. Bersifat
auto indikator artinya, KMnO4 memiliki warna yang spesifik pada suasana yang
berbeda yaitu pada suasana asam berwarna bening, sedangkan dalam larutan basa
berwarna merah muda. Larutan yang dititrasi yaitu H₂O₂ ditambahkan terlebih
dahulu dengan H2SO4 2 N, hal ini bertujuan untuk membuat larutan bersifat asam.
10 ml H₂O₂ diecerkan hingga volume 100 ml. 10 ml dari larutan H₂O₂ yang
telah diencerkan tersebut kemudian ditambahkan dengan 10 ml H₂SO₄ dan dititrasi
dengan larutan KMnO₄ 0,1 M. Penambahan H₂SO₄ ini akan menyebabkan suasana
larutan menjadi asam. Kondisi asam ini dapat mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+ dan
mempercepat terjadinya reaksi. H₂SO₄ yang digunakan berkonsentrasi 2 N, di mana
konsentrasi ini dapat dikatakan cukup tinggi. Selain itu, pada proses titrasinya
dilakukan secara perlahan-lahan. Kedua hal tersebut dapat mencegah kelebihan
KMnO₄, sehingga mencegah terbentuknya mangan dioksida yang merupakan katalis
yang aktif untuk penguraian Hidrogen Peroksida.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
K
Kondisi awal larutan sebelum dititrasi yakni berwarna bening karena berada
dalam suasana asam. Setelah ditambahkan KMnO₄ (setelah dititrasi) larutan akan
berubah menjadi merah muda, di mana keadaan tersebutlah telah dicapai titik
ekivalen. Berdasaran hasil percobaan, volume KMnO₄ yang diperlukan untuk
tercapainya titik ekivalen yaitu 1,1 ml.
Dalam percobaan standarisasi larutan KMnO₄ dengan Na₂S₂O₃ diawali dengan
melarutkan 2 gram KI dalam 20 ml akuades. Campuran larutan ini sama halya
percobaan sebelumnya, ditambahkn H₂SO₄ yag akan menyebabkan larutan dalam
kondisi asam. Larutan tersebut kemdian ditambahan KMnO₄ 0,1 M. Pada
standarisasi thiosulfat, kalium permanganat terlebih perlu dahulu direaksikan
terlebih dahulu dengan KI dalam suasana asam yakni agar dapat membebaskan I 2.
5. Reaksi yang terjadi saat penambahan H₂SO₄ ke dalam larutan KI adalah
sebagai berikut.
Ke dalam larutan kemudian ditambahkan indicator amilum dan dilanjutkan
dengan titrasi dengan Na₂S₂O₃ 0,1 M. Indicator amilum bemanfaat untuk mendeteksi
apakah iodium habis bereaksi dengan tiosulfat. Hal ini dikarenaka reaksi antara
iodium dan tiosulfat akan menghasilkan ion iodida, maka reaksi kembali berulang
dengan terjadinya perubahan warna menjadi seperti semula.
Iodin akan mengoksidasi tiosulfat mnjadi ttradional dalam kondisi asam, di
mana reaksinya adalah sebagai berikut.
Selain itu, pada suasana asam permanganate aka treduksi menjadi
,
sedangkan iodine teroksidasi menjadi . Reaksinya adalah sebagai berikut.
Dengan demikian, setelan iodine habis bereaksi dengan tiosulfat, reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Kondisi awal larutan sebelum dititrasi dengan Na₂S₂O₃ 0,1 M berwarna coklat
tua. Sementara itu, setelah dititrasi dengan Na₂S₂O₃ 0,1 M berwarna bening pada
bagian permukaannya, sedangkankan bagian dasar masih terdapat endapan
kecoklatan. Berdaarka hasil percobaan, volume Na₂S₂O₃ 0,1 M rata-rata yang
diperlukan untuk mencapai titik kesetimbagan yakni 9,15 ml.
Pada perobaan kedua yaitu percobaan laju reaksi, diawali dengan pembuatan
larutan dari 500 ml akuades yang ditambahkan 1,5 gram KI. Larutan ini kemudian
diasamkan dengan ditambahkan 30 ml larutan H₂SO₄ 2 N. Setelah itu ditambahkan 3
ml larutan kanji/amilum yang berperan sebagai indicator yang mana digunakan
untuk mengetahui reaksi yag terjadi antara KI dengan hydrogen peroksida (H₂O₂).
larutan inilah yang disebut sebagai larutan A.
Selain itu, dibuat larutan lain yakni dengan melarutkan 10 ml hidrogen
peroksida 3% (H₂O₂) ke dalam labu takar 100 mL menggunakan akuades. Larutan ini
yang disebut sebagai larutan B.
6. Antara larutan A dan larutan B tidak langsung dicampurkan. Hal ini
disebabkan reaksi antara kedua larutan akan berlangsung cepat sebelum larutan
yang pertama (A) homogen. Oleh sebab itu, sebelum kedua larutan tersebut
dicampur, larutan pertama (A) diaduk terlebih dahulu menggunakan pengaduk
magnet hingga menjadi homogen. Pengadukan ini berpengaruh terhadap tumbukan
antarmolekul yang terjadi pada larutan.
Setelah larutan pertama (A) homogen, kemudian baru larutan B ditambahkan
ke dalam larutan A tersebut. Larutan lalu ditambahkan 2 ml larutan Thiosulfat dari
buret da waktu penghitungn pun dimulai. Waktu dihitung sampai larutan beubah
menjdi kuning dan waktu dimatikan. Perubahan warna dari bening menjadi kuning
ini disebabkan telah terbentuk iodium. Indikator amilum dalam larutan A akan
mengubah warna larutan menjadi kuning apabila terdapat kelebihan iodium dalam
larutan.
Setelah larutan berwarna kuning, ke dalam larutan kembali ditambahkan 2
mL larutan thiosulfat dari buret, yang menyebabkan warna larutan kembali menjadi
bening. Perubahan kembalinya warna menjadi bening ini menandakan bahwa reaksi
bersifat irreversible, di mana natrium thiosulfat dapat mengubah iodium bebas
menjadi asam iodidanya kembali.
Namun setelah beberapa menit larutan akan kembali berubah menjadi
kuning karena tiosulfat dalam larutan telah habis, maka iod hasil reaksi hidrogen
peroksida dan kalium iodida berlebih karena tidak ada spesies lain yang
menangkapnya. Adanya perubahan warna larutan dari bening menjadi kuning inilah
yang digunakan dalam mengukur waktu habisnya tiosulfat yang ditambahkan,
dimana tiosulfat setara dengan peroksida.
Reaksi antara H₂O₂ dengan asam iodida merupakan suatu reaksi redoks
dimana H₂O₂ bertindak sebagai oksidator, sedangkan asam iodida bertindak sebagai
reduktornya. Reaksi antara keduanya tergolong sebagai reaksi orde pertama, di
mana kecepatan reaksi hanya bergantung pada satu pereaksi saja, yaitu konsentrasi
hidrogen peroksida.
Reaksi antara Thiosulfat dengan hidrogen peroksida dalam suasana asam
adalah sebagai berikut.
Reaksi antara Thiosulfat dengan asam iodida adalah sebagai berikut.
Apabila antara dua reaksi sebelumnya digabungkan, maka akan membenruk
reaksinya antara H₂O₂ dengan asam iodida sebagai berikut.
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa mula-mula H₂O₂ digunakan untuk
mengoksidasi
menjadi
-, yang kemudian
bereaksi dengan asam
iodida membentuk
kembali dan membebaskan iodium. Reaksi ini bersifat
7. reversibel sehingga dapat berlangsung reaksi kebalikannya, yaitu pembentukan
iodida kembali karena penambahan Natrium Thiosulfat.
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat dibuat grafik hubungan antara ln
(a-b) vs t, di mana a merupakan volume kesetaraan H₂O₂ dan b merupakan volume
Na₂S₂O₃ yang ditambahkan dalam titrasi, sdangkan t merupakan waktu yang
diperlukan oleh H₂O₂ untuk membentuk iodium, di mana waktu ini juga setara
dengan waktu yang diperlukan oleh thiosulfat untuk bereaksi dengan H₂O₂.
Berdasarka grafik yang terbentuk kemudian diambil garis linear, di mana prsamaan
garis yang terbentuk yakni y = -0,017x + 6,041. Dari persamaan garis tersebut
diperoleh nilai slope yang berharga negative. Nilai slope ini mengartikan nilai k dalam
laju reaksi tersebut, di mana nilai k merupakan lawan dar slopenya. Sehingga, nilai k
diperoleh 0,017. Sementara itu, kelinearan grafik diketahui dari nilai R2 yaitu 0,662.
Nilai regrsi tersenut hampir mendekati 1. Hal ini membuktikan bahwa reaksi yang
terjadi mengikuti reaksi orde satu.
Sebenarnya saat terjadi kelebihan iodium, laruan tidak berwarna kuning
melainkan biru, akan tetapi saat percobaan dilaukan warna larutan justru berubah
wara menjadi kuning. Hal ini dimungkinkan oleh kesalahan indicator amilum yang
digunakan, karena indicator amilum yang digunakan merupakan buatan sendiri
sehingga kemungkinan indicator yang trbentuk kurang sempurna.
KESIMPULAN
Kinetika reaksi pada percobaan ini hanya bergantung pada berkurangnya konsentrasi
hidrogen peroksida sehingga reaksi mengikuti reaksi orde satu, di mana diperoleh nilai k
(konstanta laju) yakni 0,017 mol/Ls dengan nilai regresi (R²) yakni 0,662.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1996, Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Day, R. A., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Dogra, 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI Press, Jakarta.
Harjadi, W., 1987, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta
Karyadi, B., 1994, Kimia 2, Balai Pustaka, Jakarta.
Triyono, dkk., 1998, Buku Ajar Kinetika Kimia, UGM, Yogyakarta.