Kondisi sosial masyarakat Arab pra-Islam didominasi oleh sistem suku dan kepercayaan animisme serta politeisme. Masyarakat ini belum memiliki aturan yang jelas dalam berbagai aspek kehidupan termasuk hukum keluarga.
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
1.
2. Daftar Isi
DAFTAR ISI
Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam Dan
Pengaruhnya Bagi Hukum Keluarga
Oleh : Faiq Tobroni
Peletakan Dasar-Dasar Peradaban Islam Pada Masa
Rasulullah Saw
Oleh : Ibnu Qodir
Sistem Pemilihan Khalifah Pada Masa Al Khulafa’ Ar
Rasyidun
Oleh : Said Al Mubarok
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Oleh : Siti Ulfah
Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Islam Pada Masa
Bani Umayyah
Oleh : Parsan
Pengaruh Kekuasaan Politik Terhadap Produk
Pemikiran Tentang Hukum Islam / Keuangan Negara
(Studi Pemikiran Pada Masa Keemasan Islam)
Oleh : Faiq Tobroni
Peradaban Islam Di Andalusia (Spanyol)
Oleh : Ibnu Qodir
Perang Salib dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban
Dan Pemikiran Islam
Oleh : Said Al Mubarok
Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Pengaruhnya
Terhadap Peradaban Dunia Barat (Sumbangan Karya
Ilmiah Scientist Muslim Di Bidang Astronomi)
Oleh : Siti Ulfah
Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
i
1-8
19-38
39-56
57-69
70-95
96-113
114-130
131-148
149-167
i
ibadkadabrak.wordpress.com
3. Sejarah Munculnya Paham Syi’ah dan Masa Keemasan
Dinasti Fathimiyah
Oleh : Parsan
Dinamika Kerajaan Mughal di India Keemasan dan
Keruntuhan Kerajaan Bernafaskan Islam
Oleh : Faiq Tobroni
Peradaban Dan Pemikiran Islam Masa Modern (Abad
XVIII-XX) (Pergulatan Pembaruan Dan Modrenisasi di
Iran dan Turki)
Oleh : Ibnu Qodir
Kedatangan Islam di Indonesia
Oleh : Said Al Mubarok
Perkembangan Islam di Indonesia Pada Masa
Penjajahan Belanda dan Jepang
Oleh : Siti Ulfah
Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa Pra dan
Pasca Kemerdekaan Indonesia
Oleh : Parsan
168-193
194-199
220-232
238-254
255-282
283-305
ii
ibadkadabrak.wordpress.com
4. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam44
Oleh : Faiq Tobroni
I. Pendahuluan
Pembacaan kondisi-kondisi masa lalu yang merupakan se-
jarah, khususnya sejarah mengenai Arab sebelum Islam, merupa-
kan diskursus yang menarik dan signifikan dalam mempelajari se-
jarah peradaban dan pemikiran Islam. Ini menjadi tetap menarik
karena studi sejarah tersebut telah menjadi perhatian khususnya di
kalangan intelektual Islam mutakhir untuk membuktikan apakah
Arab Jahiliyyah adalah bodoh dalam berbagai aspek atau tidak?
Kajian ini juga masih tetap signifikan dan relevan untuk masa
sekarang, karena studi sejarah Islam ini merupakan bagian dari
strategi untuk menggugah kembali faktor-faktor kebaikan apa saja
yang terdapat pada Arab Jahiliyah untuk selanjutnya kita contoh
dan faktor-faktor keburukan apa saja yang patut kita jauhi. Dengan
demikian kajian atas sejarah ini menjadi ibrah dalam pelaksanaan
nilai-nilai ajaran Islam.
Timbul pertanyaan mengapa pembahasan sejarah
peradaban dan pemikiran Islam harus dimulai dengan Arab Pra
Islam. Pilihan ini sangat wajar dan logis karena sejarah Islam dan
Nabi Muhammad SAW tidak bisa dilepaskan dari masa Jahiliyah
atau Pra Islam. Hal ini untuk mengetahui tempat asal mula tum-
buhnya Islam, reaksi dan perubahan yang dialami lingkungan se-
kitarnya, dengan mengenal hakikat Jahiliyah, maka kita akan men-
KONDISI PERADABAN BANGSA ARAB
SEBELUM ISLAM DAN PENGARUHNYA
BAGI HUKUM KELUARGA
ibadkadabrak.wordpress.com
5. 5Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
genal hakikat Islam dan peranannya dalam kehidupan manusia.
Adanya ajaran Islam tidak bisa dilepaskan karena ia membutuh-
kan adanya sejarah sebelumnya, sebagaimana sebuah kaidah men-
yatakan bahwa “menciptakan sesuatu dari ketidakadaan adalah
mustahil ( al-ijad min al- ‘adam muhal)” (Mubarok; 2004, 23)1
Keberadaan Arab sebelum Islam datang bukanlah sebagai
bangsa yang bodoh dalam segala-galanya. Mereka juga dikenal se-
bagai suatu daerah yang sudah memiliki kemajuan dalam bidang
ekonomi dan perdagangan serta kemajuan dalam bidang kesenian.
Kebodohan di sini lebih tepatnya dilekatkan kepada adat istiadat
mereka yang menghasilkan hukum yang belum mengakomoda-
si nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang sering disebutkan bahwa
keadaan sosial kemasyarakatan mencerminkan suatu masyarakat
feodal yang sudah mengenal sistem perbudakan. Masyarakat Arab
ketika itu cenderung merendahkan wanita, suka bermusuhan aki-
bat masalah sepele. Selain tindakan-tindakan amoral tersebut,
masyarakat Bangsa Arab sebelum Islam datang menganut keper-
cayaan menyembah berhala, patung atau benda-benda lain yang
dianggap mempunyai kekuatan ghaib (Amin: 2009, 59).2
II. Batasan Penulisan
Keadaan bangsa Arab sebelum Islam datang tentunya mer-
upakan suatu kajian yang sangat luas. Keadaan tersebut bisa meli-
puti keadaan ekonomi, sosial, budaya, hukum, agama, pendidikan,
politik, teknologi, pertanian, keadaan geografis dll. Untuk meng-
hasilkan bahasan yang tajam dan tersistematis, penulis meng-
hindari tidak adanya arah tujuan dari beberapa kondisi tersebut.
Oleh sebab itu, penulis juga sengaja memfokuskan arah pembaha-
san tentang kondisi bangsa Arab sebelum Islam menyangkut hal-
hal yang turut mengkonstruksi keberadaan hukum keluarga bagi
masyarakat Arab sebelum Islam.
1 Mubaraok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : Pustaka Bani Qurai-
sy, Cet I, 2004): 23.
2 Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Amzah, Cet I,
2009): 59.
ibadkadabrak.wordpress.com
6. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam66
Berdasarkan pengetahuan mengenai keadaan hukum
masyarakat Arab sebelum Islam tersebut, oleh sebab itu, kita bisa
mengetahui mengapa Islam harus hadir. Alasan mengapa Islam
harus hadir itulah yang bisa menunjukkan korelasi mengapa mem-
pelajari sejarah peradaban dan pemikiran Islam harus berangkat
dari keadaan bangsa Arab sebelum Islam.
III. Pembahasan
A. Keadaan Masyarakat Arab Pra Islam
Menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, Jazirah
Arab diapit oleh dua kerajaan besar yaitu Romawi timur di
sebelah barat sampai ke laut adriatik dan Persia di sebelah
timur sampai ke sungai dijlah. Kedua kerajaan besar itu dise-
but hegemoni di wilayah sekitar timur tengah. Sebenarnya
jazirah Arab bebas dari pengaruh kedua kerajaan tersebut, ke-
cuali daerah-daerah subur seperti: Yaman dan daerah-daerah
sekitar teluk Persia. Wilayah jazirah Arab di teluk Persia ter-
maksud adalah daerah kekuasaan kerajaan Persia. Islam yang
dasar-dasarnya diletakkan oleh Nabi di Mekkah dan di Mad-
inah adalah agama yang murni, tidak dipengaruhi baik oleh
perkembangan agama-agama yang ada di sekitarnya maupun
kekuasaan politik yang meliputinya (Syalabi; 1970, 22).3
Menurut Ali Mufrodi, terdapat beberapa suku yang
tinggal di jazirah Arab (Mufrodi; 1997, 5-8)4
, yaitu:
• Arab Ba’idah, yaitu: bangsa arab yang telah musnah yaitu,
orang-orang Arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka
tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan
kitab-kitab suci. Arab Ba’idah ini termaksud suku bangsa
Arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia. Akan teta-
pi, karena serangan raja Namrud dan kaum yang berkuasa
3 Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya (Jakar-
ta : Djaya Murni, Cet. II, 1970) I: 22.
4 Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakrta: Logos 1997):
5-8.
ibadkadabrak.wordpress.com
7. 7Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
di Babylonia sampai Mesopotamia selatan pada Tahun 2000
SM, suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai
daerah. Di antara kabilah mereka yang termaksud adalah:
‘Ad, Tsamud, Ghasan, Jad.
• Arab Aribah, yaitu : cikal bakal dari rumpun bangsa Arab
yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhat-
tan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah
ke Yaman. Suku bangsa Arab yang terkenal adalah: Kahlan
dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba’
yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri
abad ke-2 SM.
• Arab Musta’ribah yaitu menjadi Arab atau peranakan.
Di sebut demikian karena waktu jurhum dari suku bang-
sa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama
Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan
keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab
Musta’ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim is-
mail (Adnaniyyun)
Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting di
negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya.
Kota ini ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubu-
ngkan Yaman di selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya
ka’bah ditengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab.
ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat
360 berhala, mengelilingi berhala utama, atau hubal. Mekkah
kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ke-
tika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah
Arab dengan luas satu juta mil persegi (Yatim; 2000, 9)5
.
Dibidang keagamaan, orang Arab Pra-Islam memiliki
beberapa tradisi menyembah tuhan. Ada yang menyembah
matahari, bulan, bintang, dan melalui perantara berhala. Di
5 Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2000): 9.
ibadkadabrak.wordpress.com
8. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam88
antara berhala-berhala yang paling dikenal yaitu Manata, Lata,
dan Uzza. Orang-orang Arab yang menyembah berhala sebe-
narnya telah mengenal Allah, sayangnya berhala-berhala terse-
but dijadikan sebagai keluarga Allah dan wajib pula untuk di
sembah (Zuhri; 1996, 5).6
Setiap tahunnya, masyarakat Arab
Jahiliyah melakukan ibadah mengelilingi ka’bah dengan cara
mereka masing.
Banyak sekali para penulis tentang sejarah Peradaban
dan Pemikiran Islam yang mengatakan bahwa bangsa Arab
sebelum diutus seorang Nabi SAW adalah umat yang tidak
mempunyai aturan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Muhammad Ali As Sayis. Keadaan Bangsa Arab sebelum Islam
dinyatakan dalam tulisannya (As Sayis: 1996, 17):
“kebiadaban yang mengendalikan mereka, gelapnya
kebodohan yang menaungi mereka dan tidak ada agama yang
mengikat mereka, serta tidak ada undang-undang yang dapat
mereka patuhi”. 7
Hal senada juga diungkapkan oleh Philip K. Hitti.
Menurutnya, secara umum, periode Makkah pra-Islam disebut
sebagai periode Jahiliyyah yang berarti kebodohan dan barbar-
ian. Secara nyata, dinyatakan oleh Philip K. Hitti, masyarakat
Makkah pra-Islam adalah masyarakat yang tidak memiliki
takdir keistimewaan tertentu (no dispensation), tidak memiliki
nabi tertentu yang terutus dan memimpin (no inspired prophet)
serta tidak memiliki kitab suci khusus yang terwahyukan (no
revealed book) dan menjadi pedoman hidup (Hitti; 1974, 87).8
Kata “Jahiliyyah” dalam al-Qur’an sebagaimana tertera
dalamsuratAliImron/3ayat154(…yazhunnunabiAllahighay-
6 Zuhri, Muhammad, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada,1996): 5.
7 As-Sayis, Muhammad Ali, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hu-
kum Islam, Terj. Dedi Junaedi (Jakarta : CV Akademika Pressindo) : 17.
8 Hitti, Philip K. History of Arabs from Earliest Times to the Present, (London:
The Macmillan Press, Cet. X, 1974): 87, 95.
ibadkadabrak.wordpress.com
9. 9Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
ra al-haqqi zhanna al-jahiliyyati…), surat al-Ma’idah/5 ayat 50
(afahukma al-jahiliyyati yabghuna…), surat al-Ahzab/33 ayat
33 (wala tabarrujna tabarruja al-jahiliyyati …) dan surat al-
Fath/48 ayat 26 (…fi qulubihmu al-hamiyyata hamiyyata al-ja-
hiliyyati…). Menurut Muhammad Fuad Al-Baqi (1986, 184),
sebagai ayat-ayat yang mengandung kata “Jahiliyyah”,9
cukup
memberikan sebuah petunjuk bahwa masyarakat Jahiliyyah
itu memiliki ciri-ciri yang khas pada aspek keyakinan terhadap
Tuhan (zhann bi Allahi), aturan-aturan peradaban (hukm), life
style (tabarruj) dan karakter kesombongannya (hamiyyah).
Sehubungan dengan sejarah kemanusiaan, hukum Jahiliyyah
ternyata membuat keberpihakan pada kelompok tertentu yang
dapat disebut memiliki karakter rasial, feudal dan patriarkhis.
Menurut hemat penulis, sejatinya ungkapan seper-
ti itu terlalu berlebihan. Ungkapan seperti itu justru bertolak
belakang dengan kajian yang selama ini justru telah menun-
jukkan bahwa Bangsa Arab sebelum Islampun telah memiliki
hukum tersendiri. Pun demikian masalahnya adalah seberapa
besar hukum tersebut mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan
seperti yang sekarang sedang diwacanakan di era kontemporer
sekarang ini.
Menurut hemat penulis, mereka tetap mempunyai per-
aturan. Akan tetapi, peraturan yang mereka miliki adalah pera-
turan yang justru melanggengkan kebiadan, sehingga melahir-
kan undang-undang yang tidak emansipatoris terhadap kaum
lemah, serta pada akhirnya hanya memperkuat tradisi keber-
aagamaan ahumanis yang hidup dalam alam pikiran mereka.
Akibat dari itu semua jiwa mereka dipenuhi dengan akidah
yang batil. Tuhan dihayalkan pada patung yang mereka Pahat.
Dengan tangannya sendiri, terkadang pada binatang-binatang
yang tampak dan hilang didepan mata mereka.
9 al-Baqi, Muhammad Fuad Abd, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an
al-Karim, (ttp.: Dar al-Fikr, cet. I, 1986 M / 1406 H).
ibadkadabrak.wordpress.com
10. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam1010
B. Masyarakat Arab dan Pandangannya Terhadap Perem-
puan
Menjelang era Islam, Jazirah Arab merupakan wilayah
pinggiran (terpencil) bagi masyarakat imperial Timur dalam
posisinya sebagai Negara yang perkembangannya seband-
ing dengan perkembangan Negara-negara zaman kuno dan
tidak terlibat dengan perkembangan negara-negara lainnya di
wilayah ini. Araba merupakan komunitas besar yang secara
khusus tetap mempertahankan pengaruhnya, sementara insti-
tusi perkotaan, keagamaan, dan institusi kerajaan tidak men-
galami perkembangan, sekalipun semua institusi tersebut tetap
berlangsung. Jika dunia imperial pada umumnya merupakan
masyarakat pertanian, Arab bertahan sebagai masyarakat
penggembala (Lapidus; 2000, 15)10
.
Kehidupan Masyarakat Arab berlangsung secara No-
madik mengikuti tumbuhnya stepa yang tumbuh di sekitar
oasis dengan pola kesukuan yang kuat. Sehingga peperangan
antar suku menjadi phenomena yang tidak dapat dipisahkan
dari tradisi masyarakat Arab, terutama suku Badui. Masyar-
akat Arab berkembang dalam sebuah lingkungan yang sejak
masa awal sejarah ummat manusia telah menampilkan dua
aspek yang fundamental; Aspek pertama adalah asal-usul
yang merupakan organisasi masyarakat manusia menjadi
kelompok-kelompok kecil, bahkan juga kelompok yang ber-
corak kekeluargaan. Aspek kedua, merupakan sebuah evolusi
kecenderungan yang mengarah pada pembentukan kesatuan
kultur, agama dan wilayah kekuasaan pada skala yang paling
besar (Lapidus; 2000, 3-4)11
.
Hijaz merupakan salah satu daerah di kawasan terse-
but yang sering disebut sebagai “negeri kelahiran Islam”, daer-
10 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam terj. Ghufron A. Mas’udi (Jakarta
: PT. RajaGrafindo Persada, 2000): 3-4, 15.
11 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta : PT. RajaGrafindo Per-
sada, 2000), h.3-4
ibadkadabrak.wordpress.com
11. 11Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
ah dimana terletak dua kota suci umat Islam yang terkenal dan
bersejarah yaitu Makkah dan Madinah. Mekkah merupakan
kota transit perdagangan Timur-Barat dan juga merupakan
pusat agama (penyembah berhala) yang selalu didatangi oleh
berbagai suku. Sedangkan Madinah merupakan nama kota
baru bagi Yastrib, sebuah daerah yang memiliki tanah yang
cukup subur dan air yang melimpah. Di Yastrib ini, telah hidup
satu komunitas kecil bangsa Yahudi dan beberapa suku Arab
lainnya. Yang terkenal diantaranya suku Aus dan Khazraj (Ya-
tim; 1999,1)12
.
Selain peperangan yang terjadi bertahun-tahun, ban-
yak sisi negatif dari kebudayaan masyarakat Arab Jahiliyah
yang melanggar norma kemanusiaan. Hukum Alam sangat
menentukan nasib individu saat itu. Karen Amstrong menga-
takan bahwa hanya yang kuat yang bertahan dan itu berarti
yang lemah dileyapkan atau dieksploitasi secara memilukan.
Perempuan dianggap sebagai Sub Ordinat bagi laki-laki. Pem-
bunuhan bayi, terutama terhadap bayi perempuan yang cend-
erung lebih bertahan hidup daripada bayi laki-laki menjadi
carayanglazimuntukmengendalikanpertumbuhanpenduduk
(Amstrong; 2007, 84)13
. Bayi-bayi perempuan yang dibiarkan
hidup hingga dewasa menjadi barang komoditi perdagangan.
Kedudukannya disamakan dengan harta benda, ia bisa dijual,
dibuang, atau diwariskan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bawa
masyarakat –baik nomadik ataupun yang menetap– hidup
dalam budaya kesukuan Badui. Mereka sangat menekankan
hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas kelom-
pok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Mereka sangat suka berperang, sehingga peperangan antar
12 Yatim, Badri, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Hijaz (Mekah dan Ma-
dinah) 1800-1925 (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999): 1.
13 Karen Amstrong, Sejarah Muhammad, terj. Wawan Gunawan (Magelang:
Purtaka Horizona, 2007) : 84.
ibadkadabrak.wordpress.com
12. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam1212
suku sering terjadi. Sikap ini nampaknya sudah menjadi tabiat
yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Oleh sebab itu,
sebagaimana mengikuti pemikiran Amstrong tersebut, dalam
masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai seorang wanita
sangatlah rendah. Situasi ini terus berlangsung sampai agama
Islam lahir. Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperan-
gan terus menerus.
C. Jahiliyah dan Konsekuensinya
Cara pandang kehidupan yang masih tenggelam dalam
kebodohan ini menyebabkan budaya masyarakat yang cukup
ekslusif, hegemoni dan bias gender. Budaya yang eksklusif ini
sebagaimana terlihat dalam menganggap bahwa suku sendi-
ri sendiri paling baik. Budaya yang hegemoni terlihat dalam
mengaggap bahwa orang kaya bisa berbuat seenaknya kepada
si miskin apalagi kelompok budak. Budaya bias gender terlihat
dalam menempatkan kedudukan perempuan di mata laki-laki.
Untuk lebih lengkapnya, budaya yang tidak konstruktif adalah
sebagai berikut:
1. Karakter Rasial
Sifat rasial yang terdapat pada hukum Jahiliyyah bisa
ditunjukkan dengan adanya perasaan kebangsaan yang ber-
lebihan (ultra nasionalisme) dan kesukuan (‘ashabiyyah). Sifat
ini menghasilkan sikap tentang adanya pembelaan terhadap
orang-orang yang berada dalam komunitas kesukuan (qabi-
lah) yang sama. Masyarakat Arab pra-Islam mengenal istilah
al-’ashabiyyah atau al-qawmiyyah. Sifat ini menghasilkan ke-
cenderungan seseorang untuk membela dengan mati-matian
terhadap orang-orang yang berada di dalam qabilah-nya. Se-
lain orang yang berada dalam qabilah-nya, sifat ini juga mel-
ahirkan kecenderungan untuk membela qabilah lain yang
masuk ke dalam perlindungan qabilah-nya. Benar atau salah
posisi seseorang di dalam hukum, asal dia dinilai sebagai in-
ibadkadabrak.wordpress.com
13. 13Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
ner group-nya, pasti akan selalu dibela mati-matian ketika ber-
hadapan dengan orang yang dinilai sebagai outer group-nya
(al-Khurbuthuli; 1959, 5).14
Orang-orang Arab pra-Islam memiliki perasaan ke-
bangsaan yang luar biasa (ultra nasionalisme). Inilah yang
menyebabkan keangkuhan mereka. Mereka menganggap diri
mereka (Arab) sebagai bangsa yang mulia dan menganggap
bangsa lain memiliki derajat di bawahnya. Inilah yang kemu-
dian melahirkan istilah ‘Ajam, yakni orang di luar bangsa
Arab. Ada sebuah kisah yang terdapat dalam bukunya Al-Wa-
hid Wafi. Dia mengutip cerita yang telah ditulis oleh Ibn Jarir
al-Thabari. Menurut cerita, terdapat sebuah peristiwa hukum
perkawinan jahiliyyah yang berkarakter rasial dengan didasari
semangat ultra nasionalisme. Cerita tersebut adalah kisah pe-
nolakan Nu’man Ibn Munzhir terhadap lamaran seorang raja
Persia Kisra Abruwiz pada anaknya yang bernama Hurqa ka-
rena adanya hukum Jahiliyyah yang dipegangi oleh Nu’man
bahwa bangsa Arab adalah bangsa “superior” di atas bangsa se-
lain Arab. Oleh karena itu, dia meyakini adanya larangan ber-
hubungan nikah dengan seorang ‘ajam, meskipun pelamarn-
ya adalah seorang raja. Menikah dengan orang ‘ajam diyakini
bisa menurunkan kualitas ke-’Arab-an yang “super” pada diri
Nu’man dan anaknya (Al Wahid Wafi; 1984, 17-18).15
Sikap seperti ini juga menjalar dalam pergaulan an-
tar kelompok. Orang Arab pra-Islam selalu membela anggota
kelompok dan kepentingan kelompoknya. Sebagai contoh, ses-
eorang akan selalu dibela oleh anggota se-qabilah (inner group)
ketika berhadapan dengan anggota kelompok lain (outer
group), tanpa mengindahkan posisinya. Oleh sebab itu, teman-
nya akan dibela baik dalam posisi benar maupun dalam posisi
14 al-Khurbuthuli, Ali Husni Ma’a al-’Arab (I): Muhammad wa al-Qawmiyyah
al-’Arabiyyah, (Kairo: al-Mathbu’ah al-Haditsah, cet. II, 1959) : 5, 6 21.
15 al-Wahid Wafi, ‘Ali Abd, al-Musawah fi al-Islam, Terj. Anshari Umar Si-
tanggal dan Rosichin (Bandung: al-Ma’arif, 1984) : 17-18.
ibadkadabrak.wordpress.com
14. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam1414
salah (al-Khurbuthuli; 1959, 21)16
. Kebenaran dan kesalahan
seseorang tidak ditentukan oleh hukum yang adil, tetapi diten-
tukan oleh keputusan masing-masing qabilah-nya (al-Khurbu-
thuli; 1959, 6).17
Dalam kitab klasik Cerita Kenabian disebutkan tentang
contoh peperangan yang terjadi karena ego kelompok seper-
ti ini. Sebuah contoh yang bisa dikemukakan adalah hukum
berperang dan pembunuhan pada masyarakat Jahiliyyah yang
sangat ditentukan oleh perasaan ‘ashabiyah. Perasaan ini telah
memprovokasi untuk melakukan perang Fijar yang sebenarn-
ya terjadi pada bulan yang terlarang untuk berperang (asyhur
al-hurum)antarasukuKinanahdengansukuQays‘Ailan(kedu-
anya adalah nama suku dalam suku besar Quraysy). Perang ini
disaksikan oleh Muhammad saw ketika berusia 14/15 tahun
(beliau belum diangkat menjadi Rasulullah). Perang tersebut
terjadi karena pembelaan terhadap anggota kedua suku mas-
ing-masing yang terlibat bentrok dan pembunuhan di pasar
Ukaz, tanpa mempertimbangkan kesalahan dari masing-mas-
ing orang yang dibela. Apapun kondisinya, kalau ada salah satu
anggota dari suatu kelompok terlibat bentrok, maka dengan
serta-merta seluruh anggota kelompoknya akan membela dia
(Hisyam; 1955, 184).18
2. Karakter Feudal
Sikap Jahiliyah juga menghasilkan karakter feudal. Kar-
akter ini tergambar dengan adanya superioritas yang dimiliki
oleh kaum kaya dan kaum bangsawan di atas kaum miskin dan
lemah. Karakter ini juga tidak bisa dilepaskan dari latar be-
lakang kehidupan mereka sebagai pedagang. Menurut para pe-
neliti, kehidupan dagang yang banyak dijalani oleh orang Arab
16 hlm. 21
17 Lihat Ibid., hlm. 6.
18 Mushthafa al-Saqa, dkk., al-Sirah al-Nabawiyyah li Ibn Hisyam (Mesir: Sy-
irkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Awladihi,
cet. II, 1955 M / 1375 H), I: 184.
ibadkadabrak.wordpress.com
15. 15Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
Makkah pada waktu itu –yang mengutamakan kesejahteraan
materi (Watt; 1969, 51-51)-19
menjadikan tumbuhnya superi-
oritas golongan kaya dan bangsawan di atas golongan miskin
dan lemah.
Dengan modal kekayaan, seseorang bisa menguasai
dan menjadi terpandang di hadapan masyarakat. Oleh sebab
itu, tidaklah salah kalau dikatakan bahwa kaum kaya dan bang-
sawan Arab pra-Islam adalah pemegang tampuk kekuasaan
dan sekaligus menjadi golongan yang makmur dan sejahtera
di Makkah. Sebaliknya kaum miskin dan lemah adalah mereka
yang rentan menjadi budak (Shaban; 1971, 8).20
Memang dikemukakan bahwa sikap Masyarakat Arab
juga tidak seluruhnya jelek. Ditambahkan bahwa mereka juga
mempunyai sikap-sikap ksatria. Sebagai contoh sikap kebai-
kan seperti dermawan. Akan tetapi, menurut peneliti, bahwa
sekalipun ada nilai kebaikan (al-muru’ah) dalam masyarakat
Arab pra-Islam tetapi kedermawanan itu dipraktekkan dengan
cara yang salah. Sebagaimana yang tergambar dalam puisi-pu-
isi Arab pra-Islam, yaitu bahwa salah satu kebaikan yang har-
us dimiliki oleh pemimpin kelompok adalah kedermawanan.
Menurut Hitti (1974, 95) dan Lapidus (1995, 24)21
bahwa mas-
yarakat Arab pra-Islam mempunyai rasa kebanggaan yang sa-
lah, yaitu neglect of the poor, neglect of almsgiving and of support
for the weaker member of the community (menampik orang mi-
skin, menolak memberi sedekah dan bantuan kepada anggota
masyarakat yang lemah).
Lebih lanjut sebagai konsekuensi dari sikap keder-
mawanan yang salah ini, sistem hukum dan sejarah perbuda-
19 Watt, Montgomery, Muhammad: Prophet and Statesman (Oxford: Oxford
University Press, cet. II, 1969) : 51-52.
20 Shaban, M.A., Islamic History: A New Interpretation I A.D. 600-750 (Cam-
bridge: Cambridge University Press, cet. IX, 1971): 8.
21 Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies (Cambridge: Cambridge Uni-
versity Press, cet. X, 1995) : 24.
ibadkadabrak.wordpress.com
16. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam1616
kan di kalangan Arab pra-Islam merupakan bukti kuat adanya
karakterfeudalpadahukumJahiliyyahmasyarakatArabpra-Is-
lam tersebut. Budak adalah manusia rendahan yang memiliki
derajat jauh di bawah rata-rata manusia pada umumnya, bisa
diperjualbelikan, bisa diperlakukan apa saja oleh pemiliknya,
dan tidak memiliki hak-hak asasi manusia sewajarnya selaku
seorang manusia (Irving; 1949, 13-14).22
3. Karakter Patriarkhis
Karakter berikutnya yang melekat kuat pada hukum
Jahiliyyah adalah patriarkhis. Dalam penelitian Haifaa, kaum
lelaki pada waktu itu memegang kekuasaan yang tinggi dalam
relasi laki-laki dengan perempuan, diposisikan lebih tinggi di
atas kaum perempuan, Kaum perempuan mendapatkan per-
lakuan diskriminatif, tidak adil dan bahkan dianggap sebagai
biang kemelaratan dan symbol kenistaan (embodiment of sin).
Dalam sistem hukum Jahiliyyah, perempuan tidak memper-
oleh hak warisan, bahkan dijadikan sebagai harta warisan itu
sendiri. Kelahiran anak perempuan dianggap sebagai aib, se-
hingga banyak yang kemudian dikubur hidup-hidup ketika
masih bayi. Secara singkat, dalam istilah Haifaa, perempuan
diperlakukan sebagai a thing dan bukan sebagai a person (Hai-
faa; 1989, 1-3).23
Kondisi perempuan pada masa Jahiliyyah seperti da-
lam penelitian Haifaa tersebut, tergambarkan dalam al-Qur’an
surat al-Nahl/16 ayat 58-59 sebagai berikut (wa idza busysyira
ahaduhum bi al-untsa zhalla wajhuhu muswaddan wa huwa
kazhim, yatawara min al-qawmi min su’in ma busysyira bihi,
ayumsikuhu ‘ala hunin am yadussuhu fi al-turab…). Ayat terse-
but bercerita tentang sikap orang Jahiliyyah dalam menangga-
pi berita kelahiran anak perempuannya yang dianggap sangat
memalukan, menurunkan harga diri orang tua dan keluarga,
22 Irving, Washington, Life of Mahomet (London: J.M. Dent & Son Lt., 1949) : 13-14.
23 Jawad, Haifaa A., The Rights of Women in Islam; An Authentic Approach
(New York: S.T. Martin’s Press, cet I, 1989) : 1-3.
ibadkadabrak.wordpress.com
17. 17Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
sehingga anak perempuan tersebut kalau perlu dibunuh atau
dikubur hidup-hidup. Cerita tersebut dan beberapa cerita lain
tentang perempuan Arab pra-Islam, cukup mewakili gambaran
tentang karakter patriarkhis pada system hukum Jahiliyyah.
D. Dampak Kehidupan Jahiliyah Terhadap Hukum Per-
kawinan
Sikap Jahiliyah ini menghasilkan sikap dan pandangan
mengenai hukum perkawinan yang tidak masuk akal untuk
masa sekarang. Menurut al-Jahrani (2002, 34-35)24
, di antara-
nya adalah:
1. Perkawinan istibdha’. Di sini seorang suami meminta is-
trinya melayani seseorang yang terkenal dengan kemuliaan,
keberanian, dan kecerdasannya. Selama itu suami tidak
menggauli istrinya untuk beberapa saat sampai jelas ke-
hamilannya, tujuannya adalah agar mendapatkan anak
yang memiliki sifat seperti sifat yang dimiliki oleh lelaki
yang menggauli istrinya tadi.
2. Perkawinan ar-Rahtun. Di sini, beberapa orang menggauli
seorang wanita yang mereka kehendaki dan setelah wanita
itu hamil dan melahirkan anak laki-laki maka wanita tadi
memanggil semua lelaki yang telah menggaulinya tadi un-
tuk berkumpul di rumahnya, dan tidak ada yang boleh ab-
sen, setelah semuanya hadir maka si wanita tadi menunjuk
salah satu dari mereka untuk menjadi bapak biologis dari si
anak dan siapa yang tertunjuk tidak bisa mengelak.
3. Perkawinan al-Maqtu’. Di sini seorang laki-laki mengaw-
ini istri bapak kandungnya setelah bapak kandungnya itu
meninggal dunia. Seorang anak tiri menikahi ibu tirinya
ketika ayahnya meninggal. Isyaratnya, ketika si ayah men-
inggal, si anak melemparkan kain kepada ibu tirinya se-
24 al-Jahrani, Musfir Husain, Poligami dari berbagai Persepsi, terj. Muh. Suten
Ritonga, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002) : 34-35.
ibadkadabrak.wordpress.com
18. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam1818
bagai pertanda ia menyukai ibu tirinya, dan ibu tiri terse-
but tidak dapat menolak. Meskipun begitu, pernikahan
Maqthu’, seabagai salah satu model pernikahan pra Islam,
sangat dibenci berbagai kabilah. Maka muncul terma “wal-
ad muqti” (anak yang dibenci). “Al muqt” sendiri sinonim
dengan “Al baghdlu al syadid” (kebencian yang sangat).
4. Perkawinan Badal. Di sini seorang suami tukar-menukar
istri mereka tanpa bercerai terlebih dahulu. Tukar menu-
kar ini bertujuan untuk mencari variasi atau suasana baru
dalam berhubungan seks.
5. Perkawinan Syighar. Di sini seorang mengawinkan anak
perempuan atau saudara perempuannya kepada seseorang
tanpa membayar mahar. Kompensasinya adalah si wali
sendiri menikahi anak perempuan atau saudara peremp-
uan si laki-laki tersebut.
6. Perkawinan Khadan. Di sini seorang laki-laki bergaul den-
gan seorang wanita layaknya suami istri dan kumpul da-
lam satu rumah tanpa ada ikatan perkawinan atau kumpul
kebo). Masyarakat Arab ketika itu menganggap perkaw-
inan ini bukan merupakan kejahatan asal dilakukan secara
rahasia.
7. Perkawinan Baghaya. Di sini sekelompok laki-laki meng-
gauli seorang wanita yang tuna susila setelah wanita tadi
hamil dan melahirkan anak maka wanita tadi menisbatkan
anaknya pada laki-laki yang lebih mirip wajahnya.
IV. Kesimpulan
Dengan latar belakang hukum Jahiliyyah pra-Islam yang
rasialis, feodal dan patriarkhis, Islam lahir dan muncul dengan
membawa perubahan hukum dengan karakter yang bertolak be-
lakang dengan hukum Jahiliyyah. Islam mengajarkan hukum yang
lebih menghargai perempuan serta perilaku Nabi Muhamad saw
beserta para pengikutnya yang menghendaki adanya kehidupan
ibadkadabrak.wordpress.com
19. 19Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
yang manusiawi.
Pertentangan Quraisy terhadap Islam yang berkaitan erat
dengan aspek keagamaan dan aspek sosial merupakan suatu kon-
tra terhadap sistem hukum Islam yang egaliter. Dan sebagai imp-
likasinya, pemahaman terhadap hukum Islam harus diikuti den-
gan kesadaran bahwa hukum Islam itu memiliki karakter egaliter
dan hal tersebut merupakan sebuah perubahan social dari hukum
Jahiliyyah yang tidak menghargai perempuan menjadi hukum Is-
lam yang protektif terhadap perempuan.
Di antara perlakuan terhadap perempuan yang kurang
menjunjung martabat perempuan sebagai manusia adalah be-
berapa contoh perkawinan pada masa jahiliyah, yakni: perkaw-
inan istibdha’, ar-Rahtun, al-Maqtu’. Badal, Syighar, Khadan, dan
Baghaya. Oleh sebab itulah Islam datang dengan membawa prak-
tek perkawinan yang lebih menjaga harkat dan martabat manusia.
Demikianlah kesimpulan dari makalah ini, semoga bermanfaat.
ibadkadabrak.wordpress.com
20. Kondisi Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam2020
DAFTAR PUSTAKA
al-Baqi, Muhammad Fuad Abd, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz
al-Qur’an al-Karim, (ttp.: Dar al-Fikr, cet. I, 1986 M / 1406
H).
al-Jahrani, Musfir Husain, Poligami dari berbagai Persepsi, terj.
Muh. Suten Ritonga, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002).
al-Khurbuthuli, Ali Husni Ma’a al-’Arab (I): Muhammad wa al-Qa-
wmiyyah al-’Arabiyyah, (Kairo: al-Mathbu’ah al-Haditsah,
cet. II, 1959).
al-Wahid Wafi, ‘Ali Abd, al-Musawah fi al-Islam, Terj. Anshari
Umar Sitanggal dan Rosichin (Bandung: al-Ma’arif, 1984).
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Amzah,
Cet I, 2009).
As-Sayis, Muhammad Ali, Sejarah Pembentukan dan Perkemban-
gan Hukum Islam, Terj. Dedi Junaedi (Jakarta : CV Akade-
mika Pressindo).
Hitti, Philip K. History of Arabs from Earliest Times to the Present,
(London: The Macmillan Press, Cet. X, 1974).
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam terj. Ghufron A. Mas’udi
(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2000).
Irving, Washington, Life of Mahomet (London: J.M. Dent & Son
Lt., 1949).
Jawad, Haifaa A., The Rights of Women in Islam; An Authentic Ap-
proach (New York: S.T. Martin’s Press, cet I, 1989).
Karen Amstrong, Sejarah Muhammad, terj. Wawan Gunawan
(Magelang: Purtaka Horizona, 2007).
Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies (Cambridge: Cam-
bridge University Press, cet. X, 1995).
Mubaraok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : Pustaka Bani
Quraisy, Cet I, 2004).
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakrta: Logos
ibadkadabrak.wordpress.com
21. 21Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
1997).
Mushthafa al-Saqa, dkk., al-Sirah al-Nabawiyyah li Ibn Hisyam
(Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa al-Babi
al-Halabi wa Awladihi, cet. II, 1955 M / 1375 H), I.
Shaban, M.A., Islamic History: A New Interpretation I A.D. 600-750
(Cambridge: Cambridge University Press, cet. IX, 1971).
Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar
Yahya (Jakarta : Djaya Murni, Cet. II, 1970).
Watt, Montgomery, Muhammad: Prophet and Statesman (Oxford:
Oxford University Press, cet. II, 1969) : 51-52.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Per-
sada, 2000).
Yatim, Badri, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Hijaz (Me-
kah dan Madinah) 1800-1925 (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1999).
Zuhri, Muhammad, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakar-
ta:PT. RajaGrafindo Persada,1996).
ibadkadabrak.wordpress.com
22. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw2222
I. PENDAHULUAN
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah yang
merupakan bentuk jamak dari budhi yang artinya adalah budi atau
akal. Dari definisi etimologis tersebut kata kebudayaan berarti hal-
hal yang berkenaan dengan akal. Kebudayaan (culture) menurut
istilah antropologi1
ialah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan-
ya dengan belajar, dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.2
Peradaban atau Civilization dibedakan dengan kebudayaan.
Peradaban ialah bagian-bagian halus dan indah sebagaimana kes-
enian, ilmu pengetahuan, tatanan, masyarakat, arsitektur dan lain
sebagainya.3
Peradaban erat kaitanya dengan kehidupan masyar-
1 Antropologi adalah ilmu tentang seluk-beluk manusia dilihat dari bentuk
fisik, warna kulit, adat-istiadat, kebudayaan serta kepercayaanya pada masa
lampau. (Lihat Soeparno E.P, Glosarium Kata Serapan dari Bahasa Barat
dengan Etimologinya, Jakarta; Media Wiyata, 1993, hlm. 12)
2 Lihat Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta; Logos Wa-
cana Ilmu, 1997, hlm 2
3 Ibid. hlm. 3, Lihat juga Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta;
Akasara Baru, 1974, hlm. 78-79.
PELETAKAN DASAR-DASAR PERADABAN ISLAM
PADA MASA RASULULLAH SAW
Oleh : Ibnu Qodir
ibadkadabrak.wordpress.com
23. 23Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
akat yang berdiam dalam suatu wilayah tertetu.4
Kedatangan Islam pada bangsa arab ibarat sebuah suluh
penerang kegelapan dari gelapnya peradaban jahiliyah, yang sudah
berlangsung lama di jazirah arab. Perubahan budaya yang di bawa
Rasulullah pada bangsa arab, menuntun bangsa arab pada sebuah
peradaban baru yang jauh berbeda dengan peradaban sebelum-
nya, sehingga membawa perubahan yang signifikan bagi bangsa
arab.
Dasar-dasar peradaban dan kebudayaan pada masa Rasu-
lullah SAW yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu pe-
rubahan mendasar pada kebobrokan moral menuju moralitas yang
beradab. Selama kurang lebih dua puluh tiga tahun berdakwah yai-
tu periode makkiyah 13 tahun dan madaniyah 10 tahun merupa-
kan jangka waktu yang relatif cepat pertumbuhan dan perkemban-
gannya. Penataan dasar bagi pembangunan peradaban Islam yang
luhur, yang mampu merubah wajah sejarah dan mengembangkan-
ya dengan peradaban yang mulia di segala aspek.5
Dengan seruan agama yang tauhid (monotheisme), Rasu-
lullah meletakan fitrah dan kedudukan manusia kedalam hakikat
yang sebenarnya. Seruan agama tauhid inilah yang merubah tatan-
an masyarakat jahiliyah menuju tatanan masyarkat yang harmonis,
dinamis, peradaban tinggi dibawah wahyu yang dibawa oleh nabi
Muhammad SAW dengan segala situasi dan kondisi yang menar-
ik untuk dibahas. Namun supaya pembahasan lebih komprehensif
dan fokus, pemakalah membatasi pembahasan dalam makalah ini
yang cakupanya meliputi dinamika yang terjadi masa dakwah Ra-
4 Murtadha Mutahhari menjelaskan bahwa suatu masyarakat terdiri atas
kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat
istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas dan hidup secara bersama
disuatu wilayah tertentu. (Lihat Murtadha Mutahhari, Masyarakat dan Se-
jarah, Kritik Islam atas Marxisme dan Teori Lainya, Bandung; Mizan, 1986,
hlm. 15.)
5 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 1979, hlm.
42.
ibadkadabrak.wordpress.com
24. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw2424
sul menegakkan risalah, dasar-dasar peradaban Islam yang dibawa
Rasul dan karakteristik peradaban Islam.
II. PEMBAHASAN
A. Dinamika Menegakkan Risalah Rasulullah SAW
Menurut catatan sejarah dan beberapa catatan auten-
tik dalam Al-Quran, dikatakan bahwa sebelum agama Islam
datang, masyarakat arab menyembah berhala. Terdapat sekitar
360 patung berhala yang disembah diantaranya yang terbesar
dalah Latta, Uzza dan Manat.6
Kepercayaan selain menyembah berhala adalah zoroas-
ta (penyembah api), penyembah bintang dan langit, khusus-
nya dianut bagian Arab Timur. Penganut agama Yahudi juga
banyak tetapi tidak banyak jumlahnya sebab agama Yahudi
adalah agama yang khusus untuk ras Yahuda dan ras lain akan
menjadi masyarakat kelas kedua jika menganut agama Yahu-
6 Al-Latta berasal dari kata Ilahat yang berarti tuhan perempuan. Memiliki
tempat pemujaan suci himma dan haram di dekat Taif tempat berkumpul
orang Mekah dan lainya untuk beribadah haji dan menyembelih binatang
Qurban. Disekitar itu tidak diperbolehkan menebang pohon, menumpah-
kan darah dan memburu binatang. Al-Uzza berarti yang paling agung, ve-
nus atau bintang pagi. Di puja di Naklah, sebelah timur Mekah. Menurut
al-kalbi, ia merupakan berhala yang paling diagung-angungkan oleh
orang Quraisy, dan ketika masih muda Muhammad pernah menyuguhkan
persembahan untuknya. Tempat pemujaan terdiri dari tiga pohon. Korban
manusia menjadi cirri khas pemujaanya. Ia adalah permaisuri Uzzay-an
yang menjadi tuhan bangsa Arab selatan dan menerima persembahan pa-
tung emas dari mereka atas nama anak perempuanya yang sakit, amat Uz-
zayan (pembantu al-Uzza). Pada masa menjelang kelahiaran Islam, banyak
masyarakat Arab yang menamai anak mereka dengan nama Abd al-Uzza
(hamba al-Uzza). Manat berasal dari kata maniyah yang berarti pembagi
nasib. Ia adalah dewa yang mengusai nasib. Tempat suci utamanya adalah
sebuah batu hitam di Qudyad, di sebuah jalan antara Mekah dan Madi-
nah. Dewa nasib ini sangat popular dikalangan suku Aws dan Khazraj, yang
memberikan dukungan kepada Nabi ketika hijrah ke Madinah. (lihat Philip
K. Hitti, History Of The Arabs,Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008, hlm.
123-124)
ibadkadabrak.wordpress.com
25. 25Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
di. Karena itulah kehadiran Islam ditengah tengah masyarakat
Arab peluangnya sangat besar, sebab Islam adalah agama yang
tidak membedakan antara golongan dan ras. Perbedaan seo-
rang Hamba hanya ditentukan oleh kualitas ketaqwaanya ke-
pada Allah.
Sebelum Islam diperkenalkan dan diperjuangkan oleh
Nabi Muhammad SAW sebagai pondasi peradaban baru, bang-
sa Arab dan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya telah memi-
liki peradaban. Ada beberapa aspek peradaban yang bangsa
Arab yang sudah berkembang diantaranya :
1. Sosial dan Kultural
Jazirah Arab merupakan semenanjung barat daya Asia,
sebuah semenanjung terbesar dalam peta dunia. Posisi Jazirah
Arab7
berada di dekat persimpangan tiga laut, sebelah barat di-
batasi Laut Merah, sebelah timur dibatasi Teluk Persia, sebelah
selatan dibatasi lautan India, dan sebelah utara dibatasi Suriah
dan Mesopotamia. bentuknya memanjang dan tidak parallelo-
gram. Kesebelah utara Palestina dan padang Syam, ke sebelah
timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia,
ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, se-
dang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan
selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara
dan dari timur padang sahara dan Teluk Persia8
Secara garis besar Jazirah Arabia terbagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Daerah bagi-
an tengah berupa padang pasir (sahra) yang sebagian besar
7 Kata Jazirah al-Arab adalah sebutan orang-orang arab sendiri terhadap ru-
mah tempat tinggal mereka yang bermakna “Pulau Arab”, hal ini dikare-
nakan tempat tersebut layaknya sebuah pulau, daratan ini dikelilingi oleh
laut di tiga sisinya dan oleh padang pasir di satu sisi lainnya. Lihat: Philip K.
Hitti, History of The Arabs, Jakarta: Serambi, 2008, hal.10
8 Muhhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad (trj. Ali audah),
Jakarta: Litera Antar Nusa, hal. 7. Lihat juga: Philip K. Hitti, Op. Cit, hal. 16-
17.
ibadkadabrak.wordpress.com
26. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw2626
penduduknya adalah suku Badui yang mempunyai gaya hidup
pedesaan (nomadik), yaitu berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lain. Sedangkan bagian pesisir penduduknya hidup
menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga (pen-
duduk kota). Karena itu mereka sempat membina berbagai
macam budaya, bahkan kerajaan9
.
Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan
tradisi kabilahnya masing-masing hal ini tercermin dengan
kegemaran mereka menjamu tamu-tamunya atas nama kabi-
lah. Meskipun demikian masyarakat arab pada masa jahiliyah
adalah masyarakat yang sangat tidak beradab. Gemar melaku-
kan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan ilmu.
Tetapi pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan
sanggup berkorban untuk hal yang dianggapnya baik.10
Melalui pernyataan tersebut, masyarakat Arab pada
dasarnya mempunyai sifat karakter yang positif maupun nega-
tif. Sifat positif itulah yang nantinya menunjang kemajuan
perkembangan Islam dan pendorong kemajuan masyarakat
Arab. Sedangkan sifat negatif mereka akan merusak kebesaran
dan persatuan mereka. Kehidupan yang keras di padang pasir
menyebabkan bangsa arab mempunyai kebiasaan buruk diana-
taranya :
a. Memandang rendah derajat manusia sehingga gemar
membunuh bayi perempuan mereka karena dianggap aib
serta memperjual belikan wanita untuk menjadi pelampi-
asan nafsu laki-laki sebagai kaum yang dominan.
b. Kegemaran meminum khamr (minuman keras) yang
memabukkan.
c. Suka berjudi, merampok dan menghalalkan segala cara
untuk mewujudkan keinginan mereka.
9 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000), hal. 9
10 Ajid Tohir, Kehidupan Umat Islam pada Masa Rasulullah SAW, Bandung;
Pustaka Setia, 2004, hlm. 21
ibadkadabrak.wordpress.com
27. 27Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
d. Menyembah berhala yang diletakkan disetiap rumah dan
sudut-sudut kota.
e. Suka berperang dan menunjukkan kekuatan mereka. Pep-
erangan antar kabilah dapat terjadi karena hal yang sepele,
seperti seseorang mengkhianati anggota kabilah yang lain,
atau perselisisihan pribadi yang kemudian melibatka kabi-
lah masing-masing.
2. Tatanan Masyaraka dan Keagamaan
Masyarakat arab sebelum datangnya Muhammad SAW
sebagi pembawa risalah tidak mengenal sistem pemerintahan
pusat . Masing-masing kabilah mempunyai pemerintahan
sendiri-sendiri yang di pimpin oleh seorang syaikh. Disamp-
ing itu ada juga hakim yang bertugas untuk mengadili sesama
kabilah apabila terdapat perselisihan. Kabilah yang paling dise-
gani pada masa itu adalah kabilah Quraisy yang mempunyai
tugas sebagai Al-Hijabah, yaitu yang bertugas menjaga, mem-
buka, menutup dan menjaga keamanan ka’bah.11
Menurut pendapat Martin Lings12
, ia menceritakan
bagaimana sejarah panjang keberagamaan bangsa Arab yang
telah melenceng dari nenek moyang mereka nabi Ibrahim as,
sebagai pembangun ka’bah. Ia menjelaskan sebab adanya hal
demikian karena selain adanya penyimpangan juga terjadi
kontaminasi di dalamnya. Berawal dari berkembang pesat dan
sangat banyaknya anak cucu Ismail as, sehingga tidak cukup
lagi untuk tinggal di Makah. Mereka yang berpencar ke daer-
ah-daerah lain membawa batu dari tanah suci tersebut dan
mengadakan ritual untuk memuliakannya. Kemudian, terpen-
garuh oleh tradisi kaum pagan (yang menjadi tetangga mere-
ka, berhala mulai ditambah-tambahkan ke batu-batu tersebut.
Akhirnya jamaah haji mulai membawa berhala ke Makah dan
11 Ibid, hlm. 23
12 Seorang cendikiawan dan sejarawan muallaf inggris yang mempunyai
nama muslim Abu Bakr Siroj al-Din.
ibadkadabrak.wordpress.com
28. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw2828
meletakkannya di Ka’bah.13
Pemujaan ini secara perlahan berkembang dari bentuk
yang abstrak menjadi bentuk yang konkrit. Al-Syahrastani,
seorang sejarawan muslim mengatakan bahwa terdapat 360
berhala di sekitar Ka’bah, yang paling terkenal adalah Hubal
yang dibawa oleh Amr bin Lahi dari Belka di Syiria ke Makah
dengan tujuan agar bisa mendatangkan hujan. Mereka beras-
al dari bangsa Maobit yang diperintahkan oleh pemuka suku
bani Jurhum pimpinan Khuza’ah yang memegang pengurusan
Ka’bah saat itu. Ketika itu mereka memimpin dan bertindak
secara semena-mena14
3. Sosial Ekonomi
Ditinjau dari aspek budaya pada zaman dahulu Se-
menanjung Arabia terbagi menjadi dua bagian. Pertama, kawa-
san yang sedikit sekali terkena dampak budaya luar. Dan kedua,
kawasan yang mempunyai hubungan begitu erat dengan luar.
Penduduk bagian pertama yang diwakili penduduk jantung se-
menanjung Arabia. Menurut hukum mereka, kekayaan suku
adalah milik suku dan menjadi usaha bersama yang dinikmati
seluruh anggota sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Se-
baliknya, semua anggota berusaha mengembangkan kekayaan
itu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Sementara itu di daerah perkotaan dan kawasan yang
bertetangga dengan negara-negara besar, penduduknya mem-
punyai sistem ekonomi yang berbeda dengan sistem ekonomi
kaum Badui tadi. Penduduk daerah perkotaan lebih banyak
bergerak di sektor perdagangan, sejalan dengan adanya jalur-
13 Ini pula yang menyebabkan kaum yahudi berhenti mengunjunginya un-
tuk beribadah. Hal ini karena anak keturun Ishaq juga memuliakan Ka’bah
sebagai suatu tempat ibadah yang di bangun oleh nnabi Ibrahim as. Lihat:
Martin Lings, Muhammad: His life Based on the Earliest Source (terj. Mu-
hammad: Kisah Hidup Berdasarkan Sumber Klasik), Jakarta: Serambi, 2007.
hal. 14-15.
14 Ibid. Lihat pula: Martin Lings, Op.Cit, hal. 16.
ibadkadabrak.wordpress.com
29. 29Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
jalur perdagangan di sana. Yang terkenal profesional dan peng-
gerak mata rantai perdagangan ini ialah orang-orang Yaman,
sedangkan orang-orang Hijaz yang membeli komoditi tersebut
dijual di pasar Syam dan Mesir. Karenanya tidak heran apabila
di Mekkah dan Yaman terjadi kesenjangan status sosial yang
begitu lebar.15
Dalam aktivitas ekonomi, mereka sering memprakte-
kan sistem riba, yakni menuntut tambahan pembayaran atas
jumlah uang yang dipinjamkan. Penambahan tersebut jika
dikaitkan dengan binatang, maka yang dibayarkan harus lebih
besar/lebih tua dari pada yang dipinjamkan. Apabila yang dip-
injamkan berupa materi, maka debitor menagih sesuai wak-
tu pembayaran dan jumlah yang disepakati sebelumnya, akan
tetapi bila kreditor tidak mampu, maka pembayaran dapat
ditangguhkan dengan syarat jumlah pembayaran hutang ber-
tambah.16
Melihat kehidupan masyarakat arab yang secara umum
mencerminkan masyarakat yang berderajat rendah dan se-
makin jauh dari prinsip-prinsip kebenaran tahid, mendeka-
ti usianya yang ke-40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering
beruzlah17
di Gua Hira’18
. Dan dari sinilah Beliau memperoleh
wahyu pertamanya dari malaikat Jibril.19
Sebagai seorang rasul yang membawa risalah ken-
abian dan ketauhidan, tugas Muhammad SAW adalah untuk
15 Ibid. hal . 43
16 Ibid, hal.70-71
17 Uzlah adalah mengasingkan diri untuk memohon petunjuk Allah, agar
dapat meluruskan kepercayaan masyarakat yang semakin jauh dari agama
yang hanif yang di bawa oleh nabi Ibrahim As.
18 Gua yang terletak 6 km sebelah timur kota Mekah, gua ini adalah gua yang
sempit dan gelap. Hanya orang-orang yang mempunyai keberanian dan
keteguhan hati yang mau memasuki gua tersebut. Di gua inilah Nabi Mu-
hammad SAW merenung dan bertafakur kepada Allah memohon petunjuk
menghadapi masyarakatnya yang semakin rusak moral dan keyakinannya.
19 Badri Yatim, Op.Cit. hlm. 18.
ibadkadabrak.wordpress.com
30. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw3030
membenahi tatanan masyarakat dan mengajarkan ajaran tau-
hid. Inti kehidupan Muhammad SAW di Mekah adalah melak-
sanakan tugas-tugas kerasulanya. Untuk itu Beliau melaksana-
kan dakwah20
bedasarkan petunjuk-petunjuk wahyu.
Strategi dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW di Mekah, dibagi menjadi empat tahapan :
1. Tahapan dakwah secara sembunyi sembunyi.
2. Tahapan dakwah melalui silaturahmi (hubungan keluarga
besar) Bani Hasyim.
3. Tahapan dakwah secara terang-terangan.
4. Tahapan dakwah menggunakan staregi politi, ekonomi,
perkawinan, perdamaian dan surat menyurat.21
Pada awalmulanya, Rasulullah SAW menampakkan
Islam kepada orang-orang yang paling dekat dengan beliau,
anggota keluarga serta sahabat-sahabat karib beliau. Dalam
tarikh Islam mereka disebut dengan as-sabiqun al-awwalun
(orang-orang terdahulu yang masuk Islam). Mereka adalah
Istri beliau, ummul mukminin Khadijah binti Khuwalid, pem-
bantu beliau Zaid bin Haritsah, anak paman beliau Ali bin Abi
Thalib, yang saat itu masih anak-anak dan hidup dalam asuhan
beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Sidiq.
Abu Bakar yang dikenal kaumnya sebagai seo-
rang laki-laki yang lemah lembutm pengasih, ramah, dan
memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul
mendakwahkan Islam. Berkat seruanya ada beberapa orang
yang masuk Islam yaitu; Ustman bin Affan, Zubai bin Awwan,
20 Kata dakwah secara akar bahasa arab berasal dari kata da’a-yad’u-dak-
watan,yang bisa berarti memanggil (call), mengundang (Invite), ajakan,
seruan, permohonan (doa), pembelaan dan lain sebagainya. Dalam ben-
tuk-bentuk tertentu kata ini juga banyak ditemukan di sejumlah ayat dalam
Al-Qur’an. Dakwah yang dibawa Rasulullah di Mekkah adalah seruan aja-
kan untuk memeluk agama tauhid (Islam) dan mengimani wahyu yang di
turunkan kepadanya.
21 Ajid Tohir, Op.Cit .hlm. 19
ibadkadabrak.wordpress.com
31. 31Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
Abdurrahman bin Auf, Said bin Abi Waqash dan Talhah bin
Ubaidilah.22
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara
sembumnyi sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu
itu telah terbentuk kelompok orang-orang mukmin yang sen-
antiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu
membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, sehingga
turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menyam-
paikan dakwah kepada kaumnya.23
Kaum Quraisy merasa terancam dengan berkembang-
nya dakwah Islam. Mereka berusaha menghalang-halangi
dakwah Islam itu dengan berbagai cara, diantaranya dengan
memutuskan hubungan antara kaum Muslimin dengan suku
Quraisy. Sekalipun Muhammad dalam lindungan pamanya Abi
Thalib24
, Muhammad SAW dan pengikutnya selalu mendapat-
kan kesulitan yang besar. Memasuki tahun kelima dari kena-
bianya (615 M), beliau tidak bisa meringankan pen deritaanya
pengikut-pengikutnya, sehingga Muhammad memerintahkan
22 Ibid,hlm 64
23 Wahyu yang menjadi dasar untuk dakwah secara terang-terangan adalah Su-
rat Al-Hijr ayat 94 yang berbunyi :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperin-
tahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS.
Al-Hijr 94)
24 Dalam catatn sejarah, kaum Quraisy tidak berani menyakiti Muhammad
SAW karena beliau mendapatkan perlindungan dari pamannya sendiri Abi
Thalib yang sangat disegani kaum Quraisy. Abu Thalib mempunyai pribadi
yang sangat khas. Disatu sisi membela Muhammad yang notabenya ada-
lah keponakannya sendiri dan disisi lain pada kenyataanya ia tidak pernah
mengikuti apa yang dibelanya hingga ia meninggal. Pada tahun 519 M Abi
Thalib dan Khadijah meninggal. Tahun tersebut disebut juga dengan tahun
kesedihan (‘amu al-huzni). Pasca wafatnya Abu Thalib perlawanan kaum
kafir Quraisy semakin keras. Pemboikotan ekonomi, pergaulan sampai
pelarangan pernikahan antara kaum Quraisy denngan kaum muslim.( Lihat
Tahia Al-Ismail, Tarikh Muhammad SAW, Teladan Perilaku Umat, Jakarta;
PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 107 )
ibadkadabrak.wordpress.com
32. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw3232
mereka berhijrah ke Abessinia yang diikuti oleh sekitar 100
laki-laki dan perempuan, meninggalkan negeri mereka menu-
ju negri lain dimana mereka diteriama dengan baik oleh raja
Kristen di negri itu.25
Setelah meninggalnya Abi Thalib, kaum Quraisy meli-
hat Muhammad SAW tampa pelindung yang di segani, mere-
ka semakin keras menghina, memusuhi dan mengejek ajaran
tauhid yang dibawanya. 26
akhirnya Nabi Muhammad memu-
tuskan untuk berhijrah mencari tempat lain dimana ajaranya
dapat berkembang dengan pesat.
B. Peletakan Dasar-Dasar Peradaban Oleh Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Yastrib pada ta-
hun 622 M, yang merupakan moment awal lahirnya peradaban
masyarakat Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggu-
ng jawab bagi keselamatan Nabi. Dibulan Rabiul Awal tahun
tersebut nabi tiba di Quba tepatnya pada tanggal 12 dan tinggal
di rumah Ummu Kultsum Ibn Al-Hadam. Penduduk Yatsrib
menyabut kedatangan nabi dengan syair-syair sebagai pujian
untuk manusia yang mulia.
Nabi Muhammad menyusun kekuatanya di Madinah
bersama keluargan dan sahabat-sahabat setianya yang mening-
galakan tanah kelahiran dan harta bendanya untuk Tuhanya.
Kekuatan ini di susun untuk menaklukan kekuatan kaum kafir
Quraisy yang setiap saat bisa mengancam dan menghancurkan
Islam karena kebencianya. Perang demi perang terjadi mulai
25 Ibid, hlm. 89
26 Faktor-faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam pada masa
itu antra lain adalah: 1. Rivalitas tradisional bani-bani arab yang berebut
kekuasaan, sehingga menurut anggapan mereka jika memeluk islam maka
ia tunduk dengan bani Abd- Al-Munthalib. Dan itu berarti kehilangan pen-
garuh dan kekuasaan. 2. Mempertahankan adat dan tradisi nenek moyang
mereka karena ajaran Islam banyak menentang tingkatan kasta dan menga-
jarkan persamaan hak. 3.motif ekonomi. (Ibid. hlm. 90)
ibadkadabrak.wordpress.com
33. 33Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
dari perang Badr (tahun 624 M), perang Uhud (tahun 625 M),
Perang Khandaq (tahun 627 M) dan sejumlah perang lainya.
Pada periode Mekah Nabi Muhammad belum ber-
hasil meletakkan dasar-dasar peradaban Islam karena tidak
mendapatkan dukungan dari sebagian besar kaum Quraisy.
Nabi mendapat dukungan yang sangat besar ketika tiba di
Madinah dan segera menjadikan Muhammad SAW sebagai
pemimpin mereka. Pada masa itu penduduk Madinah terdi-
ri dari tiga golongan. Pertama, adalah golongan penduduk
asli yang kemudian di sebut dengan (Anshar), kedua adalah
golongan imigran (Muhajirin /emigrants) yang sebagain besar
adalah orang-orang Mekah yang ikut berhijrah bersama Nabi.
Yang ketiga adalah orang-orang Yahudi.27
Secara rinci dan sistematik proses peradaban Nabi yang
dilakukan pada kaum Muslim Yastrib adalah:
1. Nabi mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, peruba-
han nama ini pada hakikatnya merupakan sebuah pern-
yataan niat, sikap dan proklamasi atau deklarasi bahwa
tempat itu adalah baru dan Nabi bersama pengikutnya dari
kaum Muhajirin dan Anshar hendak membangun suatu
masyarakat yang maju dan beradab. Yaitu masyarakat yang
teratur dan berperaturan. Nabi menawarkan kosep baru
masyarakat yang dibangun dengan landasan asas menjun-
jung tinggi harkat dan martabat manusia.28
27 Tahia al Ismail, Op. Cit. 151
28 Asas ini adalah asas toleransi dan persamaan harkat martabat sebagai ma-
nusia yang secara kedudukan mempunyai hak asasi yang sama. Termasuk
dalam menentukan keyakinan. Sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al Baqarah
ayat 256 yang berbunyi :
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhn-
ya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barang-
siapa yang ingkar kepada Thaghut (Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang
ibadkadabrak.wordpress.com
34. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw3434
2. Membuat landasan yang kuat bagi kelangsungan ajaran ag-
ama Islam, yaitu membuat masjid Nabawi. Masjid ini se-
lain sebagai tempat beribadah, juga sebagai tempat yang
paling efektif dalam menyebarkkan prinsip-prinsip Islam
dan pandangan-pandangan Islam kepada masyarakat, serta
tempat yang menjadi faktor pemersatu umat Islam.
3. Menciptakan kesatuan sosial melalui proses persaudaraan
antara dua komunitas yang berbeda yaitu Quraisy dan Yas-
trib yang menjadi dan dikenal sebagai kaum Muhajirin wal
Anshar yang menyatu dalam ikatan Agama Islam.
4. Membuat perjanjian untuk hidup bersama dengan komu-
nitas lain yang berbeda, sebagai sebuah masyarakat yang
majemuk (pluralistik) yang mendiami wilayah yang sama
melalui Piagam Madinah. Pasca peristiwa hijrah penduduk
Madinah tidak hanya terdiri dari suku Aus, Khajraj, dan
Yahudi saja, tetapi juga kedatangan kaum Muhajirin dari
suku Quraisy dan suku-suku arab lain yang datang dan
hidup bersama mereka di Madinah.29
Kemajemukan mas-
yarakat Madinah tersebut mengakibatkan munculnya per-
soalan-persoalan ekonomi dan kemasyarakatan yang harus
diantisipasi denga baik. Maka dalam konteks itu, introduk-
si sistem persaudaraan menjadi kebutuhan mendesak yang
harus diwujudkan. Untuk mengatasi persoalan tersebut,
Nabi Muhammad bersama semua unsure masyarakat Mad-
inah secara konkrit meletakkan dasar-dasar masyarakat
Madinah, mengatur kehidupan dan hubungan antar komu-
nitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat
disembah selain dari Allah SWT )dan beriman kepada Allah, Maka Sesung-
guhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan
putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
29 Nabi mennghadapi realialitas pluralitas karena struktur masyarakat Ma-
dinah yang baru dibangun terdapat beragam agama, yaitu Islam, Yahudi,
Kristen, Sabiin, Majusi, golongan yang tidak bertuhan (Atheis) dan yang
bertuhan banyak (Polytheist). (Lihat Badri Yatim, Op. Cit. hlm. 26)
ibadkadabrak.wordpress.com
35. 35Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
yang majemuk di Madiah dengan menggariskan ketentu-
an-ketentuan hidup bersama dalam suatu dokumen yang
dikenal sebagai Piagam Madinah (Mitsaq al Madinah) yang
dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama pada masanya,
tetapi juga menjadi satu-satunya dokumen penting dalam
perkembangan kebiasaan konstisional dan Hukum dalam
dunia Islam.30
5. Meletakkan landasan politik, ekonomi dan kemasyaraka-
tan bagi negri Madinah yang baru terbentuk. Dasar poli-
tik tersebut antara lain ialah prinsip keadilan yang harus
dijalankan kepada setiap penduduk tampa pandang bulu.
Kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan yang
lain yang membedakan antara mereka adalah tingkat ket-
aqwaannya. Prinsip sosial lainya adalah musyawarah dalam
memecahkan permaslahan. Dari sisi perekonomian Nabi
mulai menerapkan syariat Islam dalam perdagangan seper-
ti melarang sistem jual beli yang mengandung riba karena
merugikan salah satu pihak. 31
Bertitik tolak dari peletakan dasar-dasar masyarakat
Islam di Madinah oleh Rasulullah, maka terjadi perubahan
sosial yang dramatic dalam sejarah kehidupan Manusia. Hal
30 Dalam piagam tersebut juga menempatkan hak-hak individual yaitu me-
meluk agama, persatuan dan kesatuan, persaudaraan antar agama, perda-
maian dan kedamaian, toleransi, keadilan (al-adalah), tidak membeda-be-
dakan(diskriminasi)danmenghargaikemajemukan.Dengankemajemukan
itu Nabi mempersatukan mereka dengan tiga unsure, pertama mereka hid-
up di madinah tempat yang sama dan untuk bekerjasama. Kedua mereka
bersedia dipersatukan dalam satu ummah, untuk mewujudkan kerukunan
dan kemashlahatan bersama-sama. Ketiga mereka menerima dan Muham-
mad SAW sebagai pemimin tertinggi dan pemegang otoritas politik yang
legal dalam kehidupan mereka dan otoritas ini dilengkapi dengan institusi
peraturan yang disebut piagam madinah dan berlaku bagi individu-indivi-
du dan setiap kelompok. (Lihat Ajid Thohir, Op.Cit.hlm 133)
31 Akram Diyahudin Umari, Masyarakat Madani Tinjaun Historis Masa Nabi,
Jakarta; PT. Gema Insani, 1999, hlm 75-77.
ibadkadabrak.wordpress.com
36. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw3636
ini karena Muhammad SAW dengan ajaranya member suasa-
na yang kondusif bagi tibulnya peradaban manusia yang baru,
disegala bidang disamping kebenaran ajaran Islam itu sendiri.
Diantara perubahan peradaban yang terjadi dari pele-
takan dasar-dasar peradaban Islam oleh Rasulullah yaitu :
a) Pertama, Bangsa arab yang semula menyembah berhala
dengan aturan-aturan jahiliyanya, berubah menjadi mas-
yarkat yang beradab, beretika dan berperilaku sosial yang
baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai agama.
b) Kedua, dari segi sosial kultural yang semula terkenal sebagai
masyarakat yang tidak mengenal prikemanusiaan, misal-
nya saling membunuh, tidak menghargai harkat seorang
wanita, gemar berperang, merampok dan minum khamr
berubah menjadi bangsa yang disiplin, respektif terhadap
nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak lagi mengeksploita-
si wanita dan suku-suku yang lemah.
c) Ketiga, dari segi politik, masyarakat arab tidak lagi sebagai
bangsa yang bercerai berai karena kesukuan, tetapi berkat
ajaran Islam berubah menjadi bangsa yang besar bersatu
dibawah bendera Islam sehingga dalam tempo yang relatif
singkat bangsa Arab menjadi bangsa yang besar yang dika-
gumi oleh bangsa lain.
C. Karakteristik Peradaban Islam
Setiap peradaban mempunyai cirri dan karakter-
istik tersendiri yang berbeda dengan peradaban lainya.
Peradaban yunani misalnya, terkenal dengan pengagungan
akal, peradaban romawi terkenal dengan pendewaan terhadap
kekuatan dan perluasan wilayah (ekspansi militer), peradaban
Persia terkenal dengan kenikmatan duniawi (hedonisme)
kekuatan peperangan dan pengaruh politik, peradaban In-
dia terkenal dengan kekuatan spiritualitasnya, sedangkan
peradaban Islam terkenal dengan kekhususan dan keistime-
ibadkadabrak.wordpress.com
37. 37Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
waanya yang membedakannya dengan peradaban-peradaban
sebelumnya. Peradaban Islam ditegakkan bedasarkan risalah
langit yang membawa misi kemanusiaan, persatuan universal,
kesatuan mutlak dalam akidah dan keunggulan lain yang dian-
taranya adalah :
1. Universalitas
Peradaban Islam dikennal dengan cirri toleran ajaran
risalahnya yang universal. Al-Qur’an menjadikan peradaban
Islam ikatan yang mengatur didalamnya seluruh komponen
penduduk dan umat manusia yang berbeda-beda.32
Peradaban
islam juga mempunyai cirri menghargai kemanusiaan. Uni-
versalitas ini cakupanya sangat luas tidak terikat secara geo-
grafis, jenis dan golongan manusia, bahkan tidak terikat pada
jenjang-jenjang sejarah. Ia menaungi seluruh umat dan bangsa
dimanapun mereka berada bahkan tidak terbatas pada zaman
mereka hidup.
Peradaban yang universal ini juga menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, memberikan hak yang sama
bagi setiap individu,yang semua itu dikarenakan peradaban Is-
lam tegak berdiri atas dasar manusia adalah mahluk yang pal-
ing utama dan mulia dibanding ciptaan Allah lainya.
Hal ini merupakan karakteristik pertama diantara kar-
akteristik peradaban Islam yang merupakan kekhususan yang
tiada duanya dari peradaban manapun, sehingga pantaslah
32 Dalam Al-Quran dijelaskan tentang konsep kesatuan manusia meskipun
dari bermacam-macam asal, jenis, negara (kabilah) dan bentuk fisiknya.
Seperti apa yang tersirat dalam QS. Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi :
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Hujarat 13).
ibadkadabrak.wordpress.com
38. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw3838
peradaban Islam bisa berkembang pesat dibelahan bumi man-
apun dan bertahan hingga kini.
2. Ketauhidan
Diantara keunggulan yang membedakan peradaban
Islam adalah bahwa ia tegak atas dasar tauhid secara mutlak
kepada Allah, Tuhan yang maha Esa. Manusia seluruhnya
merupakan hambanya yang sejajar dalam harapan dan per-
mohonanya. Hal ini jelas berbeda dari peradaban sebelumnya
dimana manusia tunduk pada sesembahan-sesembahan. Mas-
yarakat yang tunduk pada hukum-hukum sesembahan menye-
babkan manusia terkotak-kotakan kedalam kasta manusia
yang mulia dan sebagian yang lain rendah.
Akibatnya keyakinan ini menjadikan masyarakat keti-
ka itu akan menjadi terpecah dalam berbagai kedudukan dan
profesi, bodoh terhadap keluasan dasar-dasar persamaan antar
manusia dan kemuliaan manusia. Dan ketika itu pula dunia
menjadi arena pergulatan untuk saling membangga-bangga-
kan perbedaan dan kasta.
3. Adil dan Moderat
Keadilan dan moderat (wasathan) merupakan kar-
akteristik yang unggul dalam peradaban Islam, makna dari
kedunaya adalah tidak boleh condong kepada sesuatu karena
pengaruh sesuatu sehingga tercipta kedzhaliman. Itulah yang
disebut dengan tawazun (seimbang) dan adil yang melekat da-
lam risalah Islam yang kekal untuk memperluas sudut-sudut
bumi yang sempit dari perputaran zaman.
Makna keseimbangan antara dua hal yang saling bert-
entangan adalah supaya setiap pihak menghapus egoismenya,
memberikan haknya secara pertengahan, tidak berlebihan dan
juga tidak kekurangan, tidak dzalim dan juga tidak merugikan.
Yang membedakan peradaban Islam dengan peradaban
lainyadalahkemampuanperadabanIslamdalammenggabung-
kan syariat dengan realitas yang menghasilkan aturan-aturan
ibadkadabrak.wordpress.com
39. 39Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
(hukum-hukum) yang sesuai. Syariat adalah teori namun pada
saat yang bersamaan juga bisa menjelma sebagai aturan yang
praktis bisa diterima.
Sifat seimbang ini juga berlaku antara hak dan kewajib-
an pribadi dan masyarakat. Tujuanya adalah supaya terwujud
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kemaslahatan
umat. Dengan demikian setiap individu tidaklah hidup sendi-
ri secara terpisah dari masyarakat, sehingga bisa ia bisa saling
memberikan manfaat dan maslahat serta mewujudkan hubu-
ngan yang baik.
4. Sentuhan Akhlak
Akhlak dalam peradaban Islam merupakan pagar yang
membatasi sekaligus dasar yang tegak diatasnya kejayaan Is-
lam. Dasar-dasar nilai-nilai Islam dan akhlak masuk dalam
setiap aturan kehidupan, berbagai macam perbedaan dan
perkembanganya, baik secara Individu maupun masyarakat,
politik maupun Ekonomi. Rasulullah diutus untuk menyem-
purnakan akhlak. Sebagaimana sabdanya “sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Beliau
menghendaki seluruh manusia supaya bermualah dengan
akhlak baik dengan undang-undang syariat.
Dalam huku, Ilmu, syariat, peperangan, perdamaian,
ekonomi, keluarga, telah ditetapkan dasar-dasar akhlak dalam
peradaban Islam secara teori dan praktek yang belum pernah
dicapai oleh peradaban manapun, baik peradaban dulu mau-
pun sekarang. Peradaban Islam telah meninggalkan jejak yang
menakjubkan dan menjadikan satu-satunya peradaban yang
menjamin kebahagiaan manusia dengan kebahagiaan murni
yang hakiki.33
33 Lihat Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta;
Pustaka Al-Kautsar, 2009, hlm 51-53.
ibadkadabrak.wordpress.com
40. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah Saw4040
III. PENUTUP.
Sekian yang dapat pemakalah sampaikan, adapun kritik
yang sangat konstruktif sangat pemakalah natikan dan harap-
kan demi terbangunnya khazanah intelektul yang kondusif dan
berkembang. Pemakalh sengaja tidak membuat suatu kesimpu-
lan, agar setiap pembaca menyimpulkan sendiri menurut pers-
pektif masing-masing. Semoga makalah ini bermanfaat, kurang
lebihnya kami mohon maaf akhir kata Wa Allah Al-‘Alam Bi
Al-Showab.
ibadkadabrak.wordpress.com
41. 41Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta; Bulan Bintang,
1979.
Ajid Tohir, Kehidupan Umat Islam pada Masa Rasulullah SAW,
Bandung; Pustaka Setia, 2004.
Akram Diyahudin Umari, Masyarakat Madani Tinjaun Historis
Masa Nabi, Jakarta; PT. Gema Insani, 1999.
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta; Logos
Wacana Ilmu, 1997.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta; Akasara Baru,
1974,
Martin Lings, Muhammad: His life Based on the Earliest Source
(terj. Muhammad: Kisah Hidup Berdasarkan Sumber Klasik),
Jakarta: Serambi, 2007.
Muhhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad (trj. Ali
audah), Jakarta: Litera Antar Nusa, 1995.
Murtadha Mutahhari, Masyarakat dan Sejarah, Kritik Islam atas
Marxisme dan Teori Lainya, Bandung; Mizan, 1986..
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Se-
mesta, 2008.
Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Ja-
karta; Pustaka Al-Kautsar, 2009.
Soeparno E.P, Glosarium Kata Serapan dari Bahasa Barat dengan
Etimologinya, Jakarta; Media Wiyata, 1993.
Tahia Al-Ismail, Tarikh Muhammad SAW, Teladan Perilaku Umat,
Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
ibadkadabrak.wordpress.com
42. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun4242
SISTEM PEMILIHAN KHALIFAH PADA MASA
AL KHULAFA’ AR RASYIDUN
Oleh : Said Al Mubarok
I. PENGERTIAN KHILAFAH
Pembahasan Khilafah dalam sundut pandang kebahasaan
tidak bisa dilepaskan dari akar katanya. Kata “khilafah” berbentuk
verbal (yang membutuhkan subyek yang disebut khalifah) dari akar
kata “khalafa –yakhlufu - khalfa, khilafah”, yang berarti mengganti,
mengikuti, atau yang datang kemudian (AW. Munawir:1984:390).
Ibnu Mandzur memberikan perincian mengenai arti kata al-khi-
lafah yaitu 1) Al-khalf : belakang, lawan dari depan (muka). 2) Al-
khalaf : yang datang belakangan sebagai ganti dari yang sebelumn-
ya. 3). Al-takhalluf : terlambat. 4) Al-khaalif (Jamaknya khawaalif)
: yang datang terlambat (ketinggalan) 5. Al-khaliifah : yang terbe-
lakang, yang datang kemudian sehingga terlambat, yang mengikuti
apa yang lebih dahulu, yang menggantikan apa yang lebih dahulu.
(Ibnu Mandzur Lisanul Arab :II/1233). Dalam Mu’jam Maqayis al
Lughah (II/201) dijelaskan, khilafah dikaitkan dengan penggan-
tian karena orang yang mengganti datang setelah orang pertama
dan menempati kedudukannya. Dari makna ini dapat diketahui
bahwa as-Sulthan al-A’dzam disebut pula khalifah, karena dia
menggantikan posisi penguasa sebelumnya (At Thabari:I/199). Se-
cara literal khilafah berarti penggantian terhadap pendahulu, baik
bersifat individu atau kelompok, sedangkan secara teknis, khila-
ibadkadabrak.wordpress.com
43. 43Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
fah adalah lembaga pemerintahan Islam yang bersandar kepada Al
Qur’an dan as-Sunnah.
Sedangkan pembahasan al-Khilafah secara terminologi
ada beberapa pendapat. Beberapa pendapat itu antara lain:
1. Menurut Ibnu Khaldun, Khilafah adalah pengembanan semua
urusan umat sesuai dengan prinsip syariah dalam merealisasi-
kan maslahah (ukhrawi dan duniawi) umat manusia)1
. (Ibnu
Khaldun, Mukaddimah,: 166, 190)
2. Menurut Al-Kamal ibn Al-Humam (w. 861 H/1457 M), Khi-
lafah adalah otoritas (istihqaq) pengaturan umum atas kaum
muslimin (Kamal Humam, hlm 253).
3. Menurut Dr. Hasan Ibrahim Hasan, Khilafah adalah kepem-
impinan umum dalam urusan-urusan agama dan dunia se-
bagai pengganti dari Nabi SAW (Tarikh Al-Islam, I/350).
Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Khilafah (pemerintahan) adalah lembaga yang mengemban
urusan masyarakat (rakyat).
2. Khilafah merupakan medium untuk menegakkan din (agama)
dan memajukan syariah.
3. Khilafah harus berorientasi kepada kemaslahatan umat.
4. Khalifah sebagai pemegang khilafah mempunyai otoritas un-
tuk mengatur masyarakat demi mencapai kemaslahatan hidup.
II. SISTEM PEMILIHAN KHALIFAH
Sistem Pemilihan Khalifah dalam presfektif Fiqh Siyasi ada
dua macam; pertama: al-ikhtiyar wa al-bai.ah, kedua: istikhlaf
dan pengambilan janji.
1. Al-Ikhtiyar Wa Al-Bai’ah
Sistem pemilihan khlaifah dengan cara al-ikhtiyar wa al-
1. Dalam pandangan Ibnu Khaldun, semua urusan umat yang berkaitan dengan
dunia harus dikembalikan kepada pertimbangan kemaslahatan ukhrawi.
Oleh karena itu, khilafah adalah pengganti dari pemilik syara’ dalam upaya
menjaga agama dan menata dunia (himayah ad-dien wa siyasah ad-dunya).
Ibnu Khaldun, h. 166.
ibadkadabrak.wordpress.com
44. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun4444
bai’ah adalah pemilihan khalifah yang dilakukan melalu lembaga
yang disebut ahlu al-Halli wa al- -Aqdi (terkadang diistilahkan
dengan ahl al-ikhtiyar, ahl asy Syura) dan pengambilan bai’at oleh
mayoritas umat Islam. Sistem ini sistem yang terbaik untuk pemi-
lihan khalifah, dan sekaligus sudah mencerminkan secara utuh
prinsip musyawarah yang merupakan bagian dari demokrasi.
Muhammad Abdullah al-Araby berpendapat bahwa prin-
sip musyawarah tidak akan bisa terlaksana secara utuh jika setiap
orang yang mempunyai hak memilih tidak dapat menyalurkan
haknya untuk memilih khalifah secara langsung. Sistem pemilihan
khalifah melalui perwakilan (parlementer) merupakan pembat-
asan dan penyempitan prinsip musyawarah (M. Abdullah al Ara-
by:38)
Menurut para ahli fiqh siyasah terdapat beberapa alas pent-
ingnya ahlu al-Halli wa al--Aqdi (ahlu asy Syura) yaitu :
a. Rakyat secara keseluruhan tidak mungkin dilibatkan untuk di-
mintai pendapatnya tentang masalah kenegaraan dan pemben-
tukan undang-undang.
b. Rakyat secara individual tidak mungkin dikumpulkan untuk
melakukan musyawarah disuatu tempat.
c. Musyawarah hanya bisa dilakukan apabila jumlah pesertanya
terbatas.
d. Kewajiban amar ma’rūf nahi munkarhanya bisa dilakukan apa-
bila ada lembaga yang berperan untuk menjaga kemaslahatan
antara pemerintah dan rakyat.
e. Kewajiban taat kepada ulil amri (pemimpin umat) baru
mengikat apabila pemimpin itu dipilih oleh lembaga musy-
awarah.
f. Ajaran Islam sendiri yang menekankan perlunya pembentu-
kan lembaga musyawarah. (Muhammad Iqbal), (Fiqh Siyasah
Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, hal. 142-143)
Dalam sistem ini keberadaan ahlu al-Halli wa al- -Aqdi
(ahlu asy Syura) sangat penting, karena mereka yang menyeleksi,
ibadkadabrak.wordpress.com
45. 45Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
menilai, menentukan siapa yang akan menjadi khalifah, bahkan
memberi nasehat dan juga memakzulkan. Demikian pentingnya
kedudukan ahlu al-Halli wa al- -Aqdi, maka tidak semua orang
dapat menduduki posisi ini. Banyak kriteria dan ketentuan yang
harus dipenuhi ahlu al-Halli wa al- -Aqdi.
Imam Al Mawardi misalnya, memberi persyaratan Ahl Al-
Hall Wa Al ‘Aqd harus memenuhi tiga hal, yaitu :
a. Keadilan dengan segala persyaratannya.
b. Memiliki ilmu yang dapat dijadikan sarana berijtihad menen-
tukan orang berhak menjadi khalifah.
c. Memiliki kecerdasan dan kearifan, sehingga mampu
memilih khalifah yang membawa kemaslahatan umat. (al
Mawardi;tth:17)
Ketentuan yang hampir sama disampaikan oleh Al Farra.
Namun Jamal Ahmad Asy Sayyid mengatakan bahwa syarat ahl
al-ihktiyar (baca: ahlu al-halli wa al-aqdi) mengelompokkan men-
jadi dua:
a. Memenuhi persyaratan Ahl al-wilayah al-‘ammah. Ketentuan
ini meliputi Islam, berakal, merdeka, dan berjenis kelamin la-
ki-laki.
b. Memenuhi persyaratan khusus yang bisa jadi identitas khusus,
sehingga dia kelihatan berbeda dengan orang lain. Ketentuan
ini meliputi keadilan, ilmu pengetahuan, menguasai peradaban
pada masanya, mempunyai kecerdasan sehingga bisa mengam-
bil pendapat yang tepat. (Jamal Ahmad Asy Sayyid;1994:352)
Langkah langkah Ahlu al halli wa Aqdi dalam memilih
khalifah dipaparkan oleh al Mawardi sebagai berikut :
a. Ahlu al halli wa Aqdi meneliti kriteria-kriteria yang harus
dimiliki oleh calon khalifah.
Jika hanya ada satu orang yang memenuhi kriteria
tersebut, maka dia harus ditetapkan sebagai khalifah. Namun
jika semua calon khalifah tidak ada yang memenuhi kriteria
secara utuh, maka Ahlu al halli wa Aqdi memeriksa apakah
ibadkadabrak.wordpress.com
46. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun4646
calon khalifah ada yang memiliki kelembihan khusus diband-
ung lainnya, misalnya keilmuan, ketaatan, atau lainnya.
b. Calon yang terpilih menerima amanat khilafah.
Menurut Fiqh, Imamah (khilafah) itu termasuk
akad, sehingga legalitasnya juga ditentukan oleh ikrar mener-
ima khilafah oleh khalifah terpilih. Ikrar ini mencerminkan
kerelaannya.
c. Pengambilan sumpah (bai’ah).
Masalah pengambilan bai’ah ini muncul pertan-
yaan, “apakah cukup dilakukan oleh ahlu al-ikhtiyar atau ha-
rus melibatkan masyakata luas. Pertanyan ini menimbulkan
pendapat. Satu pendapat mengatakan, “bai’at cukup dilakukan
oleh ahlu al-ikhtiyar, sementara keterlibatan masyarakat da-
lam bai’at hanya simbol ketaatan kepada khalifah. Argumen-
tasi yang dipakai antara lain: pertama, penyaluran hak politik
masyarakat secara langsung banyak yang dilakukan secara tak-
lidi, sehingga berpengaruh kepada legalitas bai’at. Kedua, ahlu
al-ikhtiyar mempunyai hak dipatuhi oleh masyarakat. Keti-
ga, ahlu al-ikhtiyar terlibat secara langsung dan bertanggung
jawab atas amanah yang diberikan kepada khalifah.
Pendapat yang lain mengatakan, bai’at ahlu al-ikh-
tiyar kepada khalifah hanya ikrar politik pengangkatan khal-
ifah. Karena itu, legalitas kepemimpinan sang khalifah masih
ditentukan oleh bai’at masyarakat/rakyat. ((Jamal Ahmad Asy
Sayyid;1994:355-357)
2. Istikhlaf Dan Pengambilan Janji.
Sistem Istikhlaf adalah Istikhlaf adalah pengangkatan atau
penunjukan imam oleh imam yang sedang berkuasa.
Istikhlaf adalah proses pengangkatan dari imam lama ke-
pada imam baru yang dianggap memiliki kopetensi dalam me-
megang dan memimpin sebuah negara dengan mendapat persetu-
juan dari Ahlul Halli wal Aqdi. Istikhlaf juga sering disebut dengan
ibadkadabrak.wordpress.com
47. 47Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
al ‘ahdu atau wasiat. Dalam sejarah tata cara proses pengangkatan
seperti ini terjadi pada masa khlifah Abu Bakar dalam memilih
Umar untuk menggantikanya. Imam Nawawi dalam Shahih Mus-
lim mengatakan bahwa kaum muslimin telah sepakat jika seorang
khalifah merasa akan mendekati ajal maka dia diperkenankan un-
tuk mencari pengganti orang lain dengan mengikuti Abu Bakar,
atau mengikuti jejak Rasul dengan tidak mencari pengganti. (Ab-
dullah ibn Umar Ad Damiji, 1409; 184)
Al-Mawardi membolehkan pengangkatan atau penunju-
kan imam oleh imam yang sedang berkuasa tanpa meminta per-
timbangan dari ahl al-ikhtiyar, asalkan calon penggantinya bukan
ayahnya atau anak laki-lakinya. Namun demikian, pertimbangan
dari ahl hall wa’l-‘aqd tetap diperlukan, karena ia membedakan
antara langkah-langkah pencalonan imam dan kontrak (bai’ah)
imam. Imam yang sedang berkuasa berhak untuk mengajukan
calon penggantinya, tetapi bai’ah tetap menjadi hak ahl hall wa’l-
‘aqd pada saat penggantian. Bahkan Abu Ya’la menambahkan bah-
waimamtidakbolehmenentukanataumencalonkanahlal-ikhtiyar
yang akan memberikan bai’ah kepada calonnya. Dengan demikian
konsep Abu Ya’la mengenai ‘ahd atau istikhlaf tampak menjunjung
tinggi peranan penting kehendak rakyat dalam memilih imam, ka-
rena dengan demikian rakyat relatif terwakili oleh lembaga ahl hall
wa’l-‘aqd.
III. SISTEM PEMILIHAN KHALIFAH PADA MASA KHULA-
FA’ AR RASYIDUN
1. Proses dan sistem pemilihan Khalifah Abi Bakar
Ash-Shiddiq
Rasulullah saw. pada saat sakit menjelang wafat tidak mem-
berikan pernyataan apapun yang terkait dengan siapa yang akan
menggantikan beliau dalam memimpin umat. Tidak ada nash/teks
Nabi yang secara khusus menyebutkan seseorang menjadi khali-
fatur rasul. Seandainya ada nash yang jelas, tentu akan membawa
ibadkadabrak.wordpress.com
48. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun4848
beberapa persoalan; apakah khilafah menjadi hak murni bagi se-
seorang yang ditunjuk, apakah dapat diwariskan, bila dapat diw-
ariskan, bagaimana mekanismenya, apakah pewaris tersebut juga
mendapat rekomendasi teks seperti khalifah pertama, dan khilafah
juga disebutkan mempunyai teks yang mendapatkan. Demikian
pula, seandainya ada nash syar’i yang menentukan cara terten-
tu dalam pemilihan khalifah, tentu umat Islam harus mengiku-
ti petunjuk teks tersebut, padahal boleh jadi cara tertentu (uslub
muayyan) tersebut hanya bisa dilaksanakan secara temporal dan
kondisional. Problem ini akan menghadapkan umat pada dua pi-
lihan; pertama, menolak cara tersebut (uslub syar’i), kedua, mel-
aksanakan uslub syar’i tersebut walaupun menimbulakn kesulitan
dan masyaqat. Oleh karena itu, asy-Syar’u al al-Hanif tidak mem-
berikan penjelasan khusus tentang mekanisme pemilihan khalifah
dengan maksud umat Islam menentukan suatu metode yang di-
pandang tepat dan membawa kemaslahatan. (Sa’dy Abu Jaeb;206)
Proses pengangkatan Abu Bakar 2
sebagai khalifah diawali
dengan peristiwa tersebarnya berita duka wafatnya Rasulullah saw.
Para shahabat Anshar berkumpul di balai Tsaqifah Bani Saidah dan
mereka ingin segera membaiat Sa’ad ibn Ubadah sebagai khalifah.
Pada saat yang bersamaan, golongan Muhajirin juga mendatangi
balai tersebut. Memang pertemuan tersebut diprakasi oleh kaum
Anshor. Sikap ini menunjukkan bahwa mereka lebih mempunyai
kesadaran politik daripada kelompok lainnya dalam memikirkan
pengganti Rasul dalam memimpin umat Islam.
Dalam pertemuan itu mereka mengalami kesulitan bah-
2. Nama aslinya Abdullah ibn Abi Quhafah. Pada zaman pra Islam bernama
Abdullah ibn Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi saw. menjadi Abdullah.
Beliau lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir
tahun 13 H bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usianya 63 ta-
hun, usianya lebih muda dari Nabi saw 3 tahun. Diberi julukan Abu Bakar
atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang masuk
Islam pertama kali. Sedangkan gelar Ash-Shiddiq diperoleh karena beliau
senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi SAW terutama pada
saat peristiwa Isra’ Mi’raj.
ibadkadabrak.wordpress.com
49. 49Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
kan hampir terjadi perpecahan, karena masing-masing kaum
(baik Anshar maupun Muhajirin) mengajukan calon pemimpin
dari golongannya sendiri. Shahabat Anshar mencalonkan Sa’ad
bin Ubaidah, dengan alasan mereka yang menolong Nabi pada
saat terjadi kegentingan di Mekah. Sementara dari kubu Muhaji-
rin, menginginkan agar khalifah dipilih dari mereka, dengan dalih
bahwa mereka yang sudah merasakan pahitnya perjuangan menye-
barkan Islam sejak awal. Sedang dipihak lain terdapat sekelompok
orang yang menghendaki Ali ibn Abi Thalib, karena jasa-jasanya
dan statusnya sebagai menantu Rasul. Peristiwa ini sempat sampai
di telinga Umar. Kemudian dia pergi ke kediaman Nabi dan men-
gutus seseorang untuk menemui Abu Bakar. Dalam perjalanan ke
gedung Tsaqifah Bani Saidah, keduanya bertemu Ubaidah bin Jar-
roh. Sesampainya di balai Bani Sa’idah, mereka mendapatkan dua
golongan besar kaum Anshor dan Muhajirin bersitegang (Ibnu
Hisyam, Sirah Nabawiyah, IV: 335-339)
Dengan tenang Abu Bakar berdiri ditengah-tengah mere-
ka, kemudian berpidato yang isinya merinci kembali jasa kaum
Anshor bagi tujuan Islam. Disisi lain ia menekankan pula anugrah
dari Allah yang memberi keistimewaan kepada kaum Muhajirin
yang telah mengikuti Muhammad sebagai Nabi dan menerima Is-
lam lebih awal dan ikhlas hidup dalam kondisi prihatin bersama
Nabi. Isi pidato Abu Bakar tidak dapat meredam kedua kelompok
yang sedang bersitegang. Kemudian Abu Ubaidah mengajak kaum
Anshor agar bersikap toleransi, begitu juga Basyir ibn Sa’ad dari
suku Khazraj (Anshar), agar tidak memperpanjang perselisihan.
Akhirnya situasi tegang dapat sedikit dikendalikan. Walaupun sit-
uasi tegang dapat sedikit dikendalikan, namun Abu Bakar masih
kawatir suasana kembali memanas. Akhirnya beliau mengusulkan
dua tokoh Quraisy untuk dipilih sebagai khalifah, yaitu Umar ibn
al Khaththab dan Ubaidah bin Jarrah. Usulan Abu Bakar tersebut
segera mendapat respon positif dari Zaid ibn Tsabit dan Basyir
ibn Sa’ad (keduanya adalah tokoh Anshar) dan menyerukan agar
ibadkadabrak.wordpress.com
50. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun5050
perselisihan segera diakhiri. Dua shahabat (Umar dan Ubaidah)
yang dicalonkan oleh Abu Bakar justru tidak menerima pencalo-
nan diri mereka, malah sebaliknya mereka setuju Abu Bakar di-
angkat sebagai khalifah. Mereka beralasan bahwa Abu Bakar ada-
lah orang yang paling baik dari kaum Muhajirin dan satu satunya
orang yang menemani Nabi saw. ketika di dalam gua Tsur. Selain
itu, Abu Bakar juga menggantikan Rasul saw. menjadi imam shalat
berjamah ketika Nabi sedang sakit. Setelah mereka sepakat dengan
gagasan Umar, maka segera Umar dan Abu Ubaidah membaiat
Abu Bakar, namun sebelumnya Basyir ibn Sa’ad telah lebih dulu
membaitnya. Baiat tersebut dinamakan Bai’ah Tsaqifah yang bersi-
fat khusus karena hanya dilakukan oleh orang-orag yang datang ke
gedung itu. Baru pada keesokanharinya Abu Bakar dibaiat secara
umum di masjid Nabawi. Pertemuan politik itu berlangsung khid-
mat, hangat, terbuka dan demokratis. (Pulungan,1994:102-105).
Dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah bukan tanpa ala-
san. Ada beberapa faktor yang diantaranya dia pernah membela
Nabi saw. ketika mendapat perlakuan yang menyakitkan dari suku
Quraisy, menemani Nabi saw. pada perjalanan hijrah, membantu
kaum yang lemah dan memerdekakannya. Dalam bidang ibadah,
dia ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani
shalat ketika Nabi sakit. Namun anggapan pengangkatan khalifah
Abu Bakar karena beliau pernah bertindak sebagai imam shalat
berjamaah adalah anggapan yang kurang relevan. Dalam seja-
rah ketika Nabi saw. berhalangan menjadi imam shalat, beliau
menyerahkan tugas itu kepada siapa saja yang dianggap mampu.
Ini menunjukkan bahwa tidak hanya Abu Bakar saja yang ditun-
jukkan sebagai pengganti imam shalat jamaah ketika Nabi saw.
berhalangan. (Fatah Syukur:60:2009)
Dengan paparan di atas, ditarik kesimpulan bahwa pros-
es pengangkatan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah melalui
lima tahapan, yaitu :
a. Diawali dengan pertemuan yang dihadiri oleh mayoritas ahlu
ibadkadabrak.wordpress.com
51. 51Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
al-hill wa al-aqdi;
b. Pencalonan (tarsyih) satu atau lebih dari beberapa orang yang
layak dan patut dijadikan khalifah;
c. Pemilihan (intikhab) salah satu dari beberapa calon;
d. Pengambilan sumpah (baiat) oleh ahlu al-hill wa al-aqdi terh-
adap calon terpilih;
e. Pengambilan baiat ‘ammah (sumpah umum) oleh masyarakat
umum kepada khalifah. Baiat ‘ammah ini bisa berbentuk ket-
aatan masyarakat kepada khalifah.
Abu Bakar memegang kendali pemerintahan selama dua
tahun lebih sedikit. Kemudian beliau merasa sakit, lalu berpulang
ke rahmatullah. Masa dua tahun adalah masa yang amat singkat,
namun masa yang singkat itu dapat dipandang sebagai masa yang
menentukan bagi sejarah Islam (A. Syalabi, 2002 : 202).
2. Proses dan sistem pemilihan Khalifah Umar Ibn al
Khaththab.
Pada saat Abu bakar sakit dan merasakan bahwa ajalnya
sudah dekat, di dalam hatinya muncul kekawatiran akan terjad-
inya perpecahan umat Islam –seperti pada proses awal penobat-
annya sebagai khalifah- jika tidak mengambil inisiatif menentu-
kan siapa yang menjadi penggantinya. Abu Bakar meneliti pribadi
masing-masing pemuka umat Islam saat itu. Pilihannya jatuh
pada Umar Ibn al-Khaththab 3
). Meskipun demikian, Abu Bakar
tidak mau bertindak sendiri dalam mengambil keputusan penting
tersebut. Ia kemudian berkonsultasi dengan tokoh-tokoh sahabat
terkemuka tentang penunjukan Umar.
Mereka yang diajak berdialog adalah Abdur Rahman bin
‘Auf, Usman bin Affan, Sa’id bin Zaid, dan Talhah bin Ubaidillah4
).
3 Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy
bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy
al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafash dan digelari dengan
al-Faruq (karena kepribadian yang menonjol darinya adalah pembeda an-
tara kebenaran dan kebathilan (Abbas Mahmud, 1992:7)
4 . Abu Bakar minta pertimbangan dan penilaian kepada Abdur Rahman ibn
ibadkadabrak.wordpress.com
52. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun5252
Para pemuka tersebut tidak keberatan dengan pilihan Abu Bakar
(Hamdani, 2002:39). Setelah mereka mufakat, dipanggilah Uts-
man ibn Affan untuk menulis surat yang berisi penunjukan Umar
ib Khaththab sebagai khalifah. W. Montgomery Watt mengatakan,
terpilihnya Umar juga telah diikuti pembaiatan secara aklamasi
atau sumpah setia rakyat secara keseluruhan dan hal ini terjadi ke-
tika Abu Bakar masih hidup (W. Montgomery, 1999 : 35).
Pengangkatan Umar ibnul Khattab menjadi khalifah se-
bagai pengganti Abu Bakar melalui proses yang lancar tanpa pert-
entangan. Kemudian penunjukan tersebut diikuti dengan bai’at se-
cara aklamasi (W. Montgomery, 1999 : 55). Abu Bakar mengambil
kebijakan tersebut belajar dari pengalaman masa lalu dan meng-
hindari polemik sebagaimana ketika Rasulullah wafat.
Ketika Abu Bakar ditanya, mengapa dia menunjuk Umar
sebagai khalifah sesudahnya, ia menjawab: “Kelak akan aku kata-
kan kepada Rasulullah saw. bahwa aku telah meninggalkan seo-
rang khalifah di antara umat Islam, seorang yang terbaik di antara
mereka (ar-Ruhaily, 1994 : 41).
Pemilihan Umar ibn al Khaththab sebagai khalifah dilaku-
kan melalui dua proses, yaitu :
a. Khalifah meminta pendapat kepada ahlu al-hill wa al-aqdi
mengenai siapa yang akan memegang estafet kekhalifahan se-
lanjutnya;
b. Khalifah melakukan istikhlaf (penunjukan khalifah) kepada
seseorang yang akan menjadi khalifah setelah dia meninggal;
c. Pengambilan bai’at baik bai’at al in’iqad atau bai’ah ath-thaa’ah;
“Auf tentang Umar. Abdur Rahman memberikan penilaian bahwa Umar itu
orang yang berkarakter keras. Abu Bakar menimpali, “Umar terlihat keras
karena dia menilai diriku orang yang lembut. Seandainya urusan khalifah
diserahkan kepada dia, tentu dia akan meninggalkan kepentigan pribadi-
nya. Begitu pula, ketika Utsman diminati pendapat, beliau berkomentar,
“Engkau –Abu Bakar- lebih faham tentang Umar daripada aku. Sepenge-
tahuanku bahwa aspek bathiniyah Umar lebih baik dibanding aspek lahiri-
yah. Ath Thabari, Tarikh al umam wal muluk, II, 252)
ibadkadabrak.wordpress.com
53. 53Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
3. Proses dan sistem pemilihan Khalifah Utsman Ibn
Affan.
Ketika kondisi sakit, Umar ibn al Khththab membentuk
dewan musyawarah yang terdiri dari Utsman ibn Affan 5
), Ali ibn
Abi Thalib, Sa’ad Ibn Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair
ibn Awwam dan Abdur Rahman ibn ‘Auf. Ditambah satu lagi putra
Umar yang bernama Abdullah. Abdullah hanya punya hak pilih
dan tidak punya hak dipilih. (Ali Mufrodi,1997:57).
Dewan tersebut dikenal dengan Ahlul Halli wa al Aqdi
(tim formatur/the syura council), yang mempunyai tugas utama
dan pokok menentukan siapa yang layak menjadi khalifah setelah
Umar ibn al Khaththab. Pembentukan tim tersebut bertujuan un-
tuk menyatukan kembali kesatuan umat Islam yang pada waktu itu
sudah mulai ada tanda-tanda disintegrasi. Disamping tujuan terse-
but, pembentukan tim ahli ini untuk menghindari kemelut politik
yang terjadi. (Fatah Syukur:61:2009)
Para shahabat yang masuk dalam Ahlu al-Halli wa al-‘Aq-
di mempunyai posisi yang sama, tidak ada yang lebih menonjol,
sehingga kondisi tersebut cukup mempersulit untuk menentukan
salah satu dari mereka sebagai pengganti Umar ibn al Kaththab.
5 Nama lengkapnya Utsman Ibn Affan ibn Abi Ash ibn Umayyah ibn Abd
Syams ibn Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdillah. Ia mendapatkan ke-
hormatan menikahi dua orang putri Rasulullah SAW, yaitu Ruqayyah dan
Ummi Kultsum sehingga diberi julukan Dzu al-Nurain. Ayahnya bernama
Affan dan ibunya bernama Arwa. Utsman ibn Affan dilahirkan pada ta-
hun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Qurays Bani Umayah. Nenek
moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhamad saw pada generasi ke-5.
Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang
kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana,
jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam,
pada usia 34 tahun bersama Thalhah ibn Ubaidilah, selain dikenal sebagai
salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis
wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua
peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan
Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit
keras.
ibadkadabrak.wordpress.com
54. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun5454
Oleh karena itu, tidak heran bila dalam sidang terjadi tarik ulur
pendapat yang sangat alot. Walaupun demikian, pada akhirnya
mereka memutuskan Utsman ibn ‘Affan sebagai khalifah setelah
Umar ibn al-khaththab. Di antara kelima ahlul a-halli wa al-aqdi
hanya Thalhah yang tidak berada di Madinah pada saat pemilihan.
Abdur Rahman ibn Auf mengambil inisiatif untuk menyelengga-
rakan musyawarah pemilihan khalifah pengganti Umar bertem-
pat di rumah Miswar ibn Makhramah. Dia meminta pendapat
masing-masing calon. Pada saat itu, Zubair dan Ali mendukung
Utsman, Sa’ad ibn Abi Waqash memilih Abdur Rahman ibn Auf,
Utsman mendukung Ali, dan sebaliknya Ali jutsru mendukung
Utsman. Proses saling mendukung dan menunjuk ini padaakhirn-
ya mengerucut menjadi dua; Utsman dan Ali6
). Kemudian Abdur
Rahman ibn Auf mengumpulkan pendapat pada para shahabat
besar lainnya. Akhirnya suara mayoritas mendukung Utsman.
Setelah suara mayoritas mendukung dia, kemudian secara resmi
diangkat sebagai khalifah melalui sumpah dan baiat seluruh umat
Islam. Sementara Thalhah –yang saat pemilihan berada di luar
Madinah- juga memberikan baiat setelah datang kembali ke Mad-
inah.
Proses proses pemilihan Utsman ibn Affan sebagai khali-
fah dapat dilihat sebagai berikut:
a. Khalifah Umar melakukan penunjukan pengganti (al-‘ahd/
al-istikhlaf) bagi beberapa orang yang layak menjadi khalifah,
dan memerintahkan mereka agar memilih salah seorang untuk
menjadi setelah dia meninggal, dalam jangka waktu tertentu,
maksimal tiga hari;
b. Setelah khalifah meninggal kemudian dilakukan pemilihan
terhadap salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah;
6 Pencalonan Utsman dan Ali ini merupakan simbol kekuatan Bani Hasyim
dan bani Muawiyah. Dalam proses ini hampir dipastikan Ali menjadi khal-
ifah seandainya Abdur rahman ibn Auf tidak mendapat masukan dari Ali
agar dia mengambil kebijaksanaan sebagimana kebijaksanaan Abu Bakar
dan Umar. (Ibrahim Hasan, Tarikh Islam, I/29)
ibadkadabrak.wordpress.com
55. 55Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
c. Mengumumkan calob terpilih kepada umat;
d. Melaksanakan bai’at al-In’iqad kepada calon yang terpilih;
e. Dilakukan bai’at ath-thaat oleh umat secara umum kepada
khalifah.
4. Proses dan sistem pemilihan Khalifah Ali Ibn Abi Thalib
Pemilihan Ali ibn Abi Thalib7
sebagai khalifah sangat
berbeda sekali dengan pemilihan khalifah-khalifah sebelumnya.
Dalam catatan sejarah, setelah Utsman ibn Affan terbunuh8
mas-
yarakat beramai-ramai datang dan membaiat Ali ibn Abi Thalib se-
bagai khalifah. Beliau diangkat melalui pemilihan dan pertemuan
terbuka. Akan tetapi pertemuan terbuka itu hanya dihadiri oleh
beberapa tokoh senior masyarakat muslim yang tinggal di Mad-
inah. Oleh karena itu, legalitas pengangkatan Ali bin Abi Thalib
ditolak oleh sebagian masyarakat, termasuk Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Meskipun hal itu terjadi, Ali ibn Abi Thalib masih menjadi
khalifah dalam pemerintahan Islam. Ada hal yang menarik dalam
penobatan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah, yaitu dia dipilih dan
dibai’at oleh pemberontak yang melontarkan anggapan bahwa Ut-
7 Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abd. Al-Muthalib bin Hasy-
im bin Abd. Al-Manaf al-Hasyimi al-Quraisyi. Ali bin Abi Thalib adalah
anak keempat Abu Thalib. Ia dilahirkan di Makkah pada hari Jumat tanggal
13 Rajab tepatnya di dalam Ka’bah. Kelahirannya terjadi sekitar tiga tahun
sebelum periode Hijrah. Ibunya adalah seorang wanita luhur yang berjiwa
mulia bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf. Ia tinggal
di rumah ayahnya hingga berusia enam tahun. Ia adalah orang yang perta-
ma masuk Islam di kalangan anak-anak dan ia dijadikan sebagai menantu
Rasulullah saw.
8 Menurut ahli sejarah berkebangsaan Jerman Mr. Welhausen “Pembunu-
han Utsman yang bermotif politik itu lebih berpengaruh terhadap lembaran
sejarah Islam dibandingkan dengan sejarah-sejarah Islam yang lainnya. Ke-
satuan umat Islam yang baru terbentuk oleh dua Khalifah pendahulunya
mulai sirna dan keruwetan muncul di tengah-tengah umat Islam. Selanjut-
nya masyarakat Muslim terpecah menjadi dua golongan yaitu Umaiyah dan
Hasyimiyah. Golongan Umaiyah menuntut pembalasan atas darah Ustman
sepanjang pemerintahan Ali hinggaterbentuknya Dinasti Umaiyah”
ibadkadabrak.wordpress.com
56. Sistem Pemilihan Khalifah Masa Al Khulafa’ Ar Rasyidun5656
sman telah melakukan tindakan nepotisme dan tidak tegas dalam
mengambil sikap terhadap penyalahgunaan dan penyimpangan
penggunaan harta negara. (Fatah Syukur 61 : 2009)
Pengangkatan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah melalui
tahapan tahapan sebagai berikut :
a. Ahlu al-hilli wa al-‘aqdi mendatangi seeorang yang layak men-
jadi khalifah;
b. Ahlu al-hilli wa al-‘aqdi meminta orang tersebut untuk men-
jadi khalifah dan orang itu menyatakan kesediaannya setelah
mendapat persertujuan dari mayoritas umat;
c. Umat melakukan bai’at al-in’iqad kepada calon terpilih untuk
menjadi khalifah;
d. Dilakukan bai’at ath-thaat oleh umat secara umum kepada
khalifah:
Masalah adanya pro dan kontra terhadap kekhalifahan Ali
ibn Abi Thalib lebih disebabkan adanya kelompok kecil yang tidak
menyukai Ali. Mereka itu adalah keluarga Umayyah, sebuah kelu-
arga yang semasa pemerintahan Utsman merasakan hidup bergeli-
mang harta. Mereka menolak Ali karena kawatir kekayaan dan
kesenangannya akan hilang karena keadilan yang akan dijalankan
oleh Ali. Sedangkan mayoritas masyarakat Islam justru menan-
ti kepemimpinan Ali dan menerimanya dengan tangan terbuka
(Syalaby 1997:283).
IV. Kesimpulan
1. Proses pemilihan khalifah menunjukkan awal demokrasi da-
lam kepemimpinan setelah Kenabian. Pemilihan khulafa rasy-
idin tidak seta merta melalui penunjukan, akan tetapi melalui
hasil musyawarah para pemuka sahabat. Seperti dalam proses
pemilihan sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib melalui hasil musyawarah mu-
fakat di kalangan para sahabat.
2. Jika kita memahami sistem pemilihan khulafa al-rasyidin ses-
ibadkadabrak.wordpress.com