1. ULUMUL QUR’AN
Kelompok 10
ANNISA FITRIANA
ILHAM AQWAMUDDIN
LAILA RAHMATINA
2. PENGERTIAN QIRA’AH
• etimologi (bahasa), “qira’at” merupakan kata jadian
(mashdar) dari kata kerja “qara’at” (membaca)
• Terminologi (istilah):
Menurut Az-Zarqani:
“Suatu mazhab yang dianut oleh seorang imam qira’at yang
berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Quran Al-
Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur
daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-
huruf maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya.
• Menurut Ibn Al-Jazari:
• “Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata
Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara
menisbatkan kepada penukilnya.
3. • Menurut Al-Asthalani:
• “Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati
atau diperselisihkan ulama yang menyangkut masalah
lughah, hadzaf, i’rab, itsbat, fashl, dan washl yang
kesemuanya diperoleh secara periwayatan.”
• Menurut Al-Zarkasyi:
• “Qira’at adalah perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-
lafazh Al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya atau
cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif
(meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang
lainnya.”
• Menurut Ash-Shabuni:
• “Qira’at adalah suatu madzhab cara pelafalan Al-Quran
yang dianut salah seorang imam berdasarkan sanad-
sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW.
4. 3 UNSUR QIRA’AT
• Qira’at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat
Al-Qur’an yang dilakukan salah seorang imam dan
berbeda dengan cara yang dilakukan imam-imam
lainnya.
• Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu
berdasarkan atas riwayat bersambung kepada
Nabi. Jadi, bersifat tauqifi, bukan ijtihadi.
• Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut
persoalan lughat, hadzaf, i’rab, itsbath, fashl, dan
washl.
5. Macam-Macam Qira’ah
• Dari Segi Kuantitas
• Qira’at Sab’ah (Qira’at Tujuh). Maksudnya sab’ah adalah imam-imam
qira’at yang tujuh. Mereka adalah:
• 1). Abdullah bin Katsir Ad-Dari (w. 120 H) dari Mekkah.
• 2). Nafi’ bin ‘Abdurrahman bin Abu Na’im (w. 169 H) dari Madinah.
• 3). ‘Abdullah Al-Yahshibi, terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Ad-
Dimasyqi (w. 118 H) dari Syam.
• 4). Abu ‘Amar (w. 154 H) dari Bashrah.
• 5). Ya’qub (w. 205 H) dari Bashrah, Irak. Nama lengkapnya adalah
Ibn Ishak Al-Hadhrami.
• 6). Hamzah (w. 188 H). Nama lengkapnya adalah Ibn Habib Az-
Zayyat.
• 7). Ashim. Adapun nama lengkapnya adalah Ibn Abi An-Najud Al-
Asadi (w. 127 H).
6. • Qira’at ‘Asyarah (Qira’at Sepuluh). Yang dimaksud
dengan qira’at sepuluh adalah qira’at tujuh yang telah
disebutkan di atas ditambah dengan 3 qira’at berikut:
• 1. Abu Ja’far. Namanya lengkapnya adalah Yazid bin Al-
Qa’qa Al-Makhzumi Al-Madani.
• 2. Ya’qub (117-205 H). Nama lengkapnya adalah Ya’qub
bin Ishaq bin Yazid bin ‘Abdullah bin Abu Ishaq Al-
Hadhrami Al-Bashri.
• 3. Khallaf bin Hisyam (w. 229 H). Nama lengkapnya
adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab
Al-Bazzaz Al-Baghdadi.
7. • Qira’at ‘Arba’at Asyrah (Qira’at Empat Belas).
• 1). Al-HasanAl-Bashri (w. 110 H). Salah seorang
tabi’in besar yang terkenal kezahidannya.
• 2). Muhammad bin ‘Abdirrahman, yang dikenal
dengan nama Ibn Mahishan (w. 123 H). Ia adalah
guru Abi ‘Amr.
• 3). Yahya’ bin Al-Mubarak Al-Yazidi an-Nahwi Al-
Baghdadi (w. 202 H). Ia mengambil qira’at dari
Abi ‘Amr dan Hamzah.
• 4). Abu Al-Farj Muhammad bin Ahmad Asy-
Syanbudz (w. 388 H).
8. • Dari Segi Kualitas
• 1. Qira’ah mutawatir,.
• Qira’ah masyhur
• Qira’ah ahad
• Qira’ah Syadz (menyimpang
• Qira’ah maudhu (palsu),
• Qira’ah yang menyerupai hadis mudraj,
9. Kriteria Qira’ah yang Diterima dan
Ditolak
• Para ulama menetapkan 3 syarat sah dan
diterimanya qiro’at, yaitu:
• Setiap qira’at yang sesuai dengan bahasa Arab
meskipun dari satu segi.
• Sesuai dengan salah satu mashahif
Utsmaniyah walaupun hanya kemungkinan.
• Shahih sanad-sanadnya.
10. Pengaruh Qira’ah terhadap Istinbath
Hukum
• Perbedaan-perbedaan qira’at terkadang
berpengaruh pula dalam menetapkan
ketentuan hukum.
• Surah Al-Baqarah: 222
• Surat An-Nisa: 43
• Surat Al-Maidah: 6
11. Faedah Mempelajari Qira’atul Qur’an
• Dapat menguatkan ketentuan-ketentuan hukum
yang telah disepakati para ulama.
• Dapat men-tarjih hukum yang diperselisihkan
para ulama.
• Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum
yang berbeda.
• Dapat menunjukkan dua ketentuan hukumyang
berbeda dalam kondisi berbeda pula.
• Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu
kata dalam Al-Qur’an yang mungkin sulit
dipahami maknanya.