how premarital sex behavior impact on junior high student life, and treatment in "group guidance" to reduce and shape a negative attitude toward premarital sex behavior. studied in deli serdang, north sumatera, indonesia.
1. EFEKTIFITAS BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEMBENTUK
SIKAP NEGATIF TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA
SISWA KELAS VIII – D SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM
OLEH :
LIDYA ARDIYAN
NIP. 19820111 201001 2 007
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN DELI SERDANG
SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM
2014
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Siswa sebagai klien dari Guru Bimbingan Konseling/Konselor sekolah di
SMP adalah para remaja, yang secara umum berusia 13-16 tahun. Ciri dari masa
remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka
kelak. Pengalaman-pengalaman yang terjadi membentuk diri remaja ini.
Perubahan hormon, rasa ingin tahu yang ditandai dengan kematangan organ seks,
membuat remaja cenderung terdorong untuk menyalurkan hasratnya (Dianawati,
2006). Dampak nya adalah kehamilan remaja, keguguran kandungan, putus
sekolah, pernikahan dini, perceraian, penyakit kelamin, sampai penyalahgunaan
obat merupakan akibat buruk dari petualangan cinta dan pacaran yang salah di
usia remaja (Nugroho, 2005).
Penelitian Setiawan dan Nurhidayah (2008) mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah antara lain adalah adanya kesempatan
untuk melakukan perilaku seks pranikah, paparan media massa tentang seks -
pornografi, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang seks, komunikasi yang
kurang efektif dengan orang tua, mudahnya memperoleh alat kontrasepsi, serta
kurangnya pemahaman etika moral dan agama.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesame jenis (Sarwono,
3. 2
2012). Perilaku seksual pranikah diartikan sebagai perilaku seksual yang
dilakukan diluar ikatan perrnikahan. Perilaku seksual pranikah dikalangan remaja
ini cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan usia remaja ketika pertama kali melakukan hubungan seksual aktif
bervariasi antara usia 14-23 tahun, dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun
(Fuad dkk, 2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah
laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu dan bersenggama (Sarwono, 2012).
Hasil penelitian Planned Parenthood Federation of Amerika Inc (2004)
pada 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan seksual menunjukkan
16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan seksual, 43% menyatakan tidak
setuju dengan hubungan seksual, dan 41% menyatakan boleh-boleh saja
melakukan hubungan seksual. Sementara data Depkes RI (2006) menunjukkan
jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah
penduduk. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara
terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual.
Penelitian pada sejumlah pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang
social ekonomi di 12 kota di Indonesia tahun 1993 menunjukkan 31 % remaja
Indonesia sudah melakukan perilaku seks pranikah (Situmorang, 2003). Penelitian
pada remaja kota Medan tahun 2001 menunjukkan 18 % sudah melakukan seks
pranikah, namun hal ini proporsi nyata kemungkinan besar lebih tinggi mengingat
perilaku seks pranikah secara sosial tidak diterima, sehingga hasil penelitian
kemungkinan menjadi bias (Situmorang, 2003).
4. 3
Melalui profil penduduk remaja dari BKKBN (2011) dikemukakan temuan
bahwa 55 dari 100 remaja kelompok usia 10-14 tahun ternyata ada yang sudah
kawin, 1 dari 100 remaja umur 10-14 tahun pernah melahirkan hidup antara 1-2
anak, serta 10 dari 1000 remaja umur 10-14 berstatus cerai hidup. Hasil survey
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) dari 33 provinsi di Indonesia
tahun 2008 menunjukkan bahwa 63% remaja SMP dan SMA pernah berhubungan
seks. Angka ini naik dibandingkan tahun 2006 yang hanya berkisar 47%-54%.
Sarwono (2012) mengemukakan bahwa sebagian besar dari para remaja
kurang menyadari resiko dari perilaku seks pranikah, hanya 3,6% yang
menyatakan memahami tentang bahaya dan resiko perilaku seks pranikah ini.
Berbagai penyebab terjadi nya perilaku seks pranikah ini antara lain adalah
perubahan hormonal yang dialami remaja, penundaan usia pernikahan, norma di
masyarakat, penyebaran informasi melalui media massa – salah satunya
pornografi, tanggapan tabu akan pembahasan masalah seks antara anak dan orang
tua, pergaulan yang makin bebas. (Sarwono, 2012).
Karena perilaku seks pranikah ini merupakan isu yang sensitif, Indonesia
sendiri tidak memiliki data nasional mengenai perilaku seks pranikah ini,
meskipun sudah banyak yang sebelumnya melakukan penelitian dalam skala kecil
sebagai perwakilan dikota-kota tertentu (Situmorang, 2003). Zaman dahulu saat
anak mencapai usia remaja maka mereka akan dipisahkan menurut jenis
kelaminnya. Remaja lelaki dan perempuan tidak akan dibiarkan bergaul bersama,
wanita lebih diawasi, keperawanan dianggap sebagai simbol moral, sehingga
sangat penting dijaga sampai masanya menikah. Sementara remaja lelaki yang
5. 4
tidak memiliki tanda ketidakperawanan dianggap sebagai hal yang
membanggakan pada peran seks pria (Situmorang, 2003).
Gambaran perilaku seksual pranikah di salah satu universitas di Semarang
(Pawestri dan Setyowati, 2012) ditemukan bahwa dari keseluruhan subjek
penelitian melakukan perilaku seksual pranikah dimasa SMP dan SMA. Sebagian
besar dikarenakan pengaruh teman dekat/pacar dan juga media elektronik seperti
VCD porno dan situs porno di internet, majalah dan novel dewasa. Sekolah
merupakan lingkungan sekunder bagi remaja setelah lingkungan keluarga.
Mengingat sekolah memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
perilaku remaja, selayaknya sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membantu
untuk memberikan pengarahan dan penjelasan tentang seks pranikah dan
bahayanya dengan baik dan benar. Pendidikan dan pengetahuan tentang seks yang
tepat dari orang tua dan guru sangat dibutuhkan para remaja untuk menjadi
pencegahan terbaik dari masalah-masalah tersebut (Dianawati, 2006).
SMP Negeri 3 Lubuk Pakam berada di kecamatan Pakam Kota, kabupaten
Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, memiliki 867 orang siswa, dengan
rentang usia antara 13-16 tahun, yaitu tergolong usia remaja. SMP Negeri 3
Lubuk Pakam ini letaknya termasuk daerah perkotaan, yang memberi peluang
bagi mereka mudah mengakses berbagai jenis informasi baik media massa, cetak,
VCD, buku dan film porno, maupun elektronik yang semakin canggih. Namun
daerah ini juga masih banyak memiliki sawah, kebun dan ladang yang sepi, rumah
kosong tanpa pengawasan orang tua yang sedang bekerja, yang memungkinkan
6. 5
remaja ini mempunyai kesempatan lebih besar untuk melakukan perilaku seks
pranikah tersebut.
Melalui catatan masalah Bimbingan dan Konseling juga ditemukan bahwa
adanya penyebaran video porno melalui handphone di kalangan siswa, beberapa
siswa mengakui pernah melakukan hubungan pranikah, sebagian besar siswa
menyatakan sudah pernah berpacaran. Namun walaupun pendidikan tentang seks
pranikah dan resikonya sudah dibahas melalui layanan informasi secara klasikal di
kelas maupun melalui ekstrakurikuler PIK-R (Pusat Informasi Konseling Remaja)
namun anggota nya nampaknya belum menjangkau semua lapisan siswa yang ada.
Beberapa siswa khususnya di kelas VIII-D, menampilkan perilaku-perilaku
menjurus seperti mencolek-colek lawan jenis, memegang bagian pantat dan dada
teman wanita nya, sampai memegangi teman wanitanya dan mengangkanginya
beramai-ramai hanya untuk mengintip celana dalam, dan 2 orang siswi
menyatakan pernah pergi berduan dengan pacarnya ke pantai tanpa sepengetahuan
orang lain.
Sudah menjadi kewajiban bagi peneliti sebagai guru BK untuk ikut
mengambil langkah preventif dan kuratif agar para siswa SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam ini tidak terjerumus ke dalam perilaku seks pranikah, yaitu salah satu
caranya adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok tentang
perilaku seks pranikah dan bahayanya, dengan tujuan menumbuhkan sikap negatif
dari para siswa terhadap kedua masalah tersebut.
7. 6
Sikap dipelajari melalui vicarous learning, yaitu pembelajaran sikap yang
didapat melalui pengkondisian pada objek stimulus sebagai hasil pengkondisian
sebelumnya (Fishbein & Ajzen, 1975). Maka didefisikan lah sikap sebagai
evaluasi implicit dan pengkondisiannya adalah pengalaman langsung terhadap
objek sikap (Murstein, 1986). Dalam penelitian ini diharapkan sikap negatif akan
terbentuk melalui proses layanan bimbingan konseling yang dilaluinya.
Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan
melalui media kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang
bertujuan untuk menggali dan mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki
individu (Lubis, 2012). Dalam kelompok ini semua peserta bebas mengeluarkan
pendapat, menanggapi, memberi saran dan lain sebagainya; apa yang dibicarakan
itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk
semua peserta lainnya.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Adanya kasus-kasus terkait perilaku seks pranikah, membuat peneliti ingin
mengetahui bagaimanakah layanan bimbingan kelompok kepada para siswa dapat
membentuk sikap negatif terhadap peilaku seks pranikah, pada siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 3 Lubuk Pakam
1.3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan
8. 7
kelompok efektif dalam membentuk sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah
pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui keefektifitas
bimbingan kelompok dalam membentuk sikap negatif terhadap perilaku seks
pranikah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Menurut peneliti masalah ini penting untuk diteliti karena memiliki
manfaat antara lain :
1. Bagi peneliti, mendapatkan pemahaman tentang efektifitas layanan bimbingan
kelompok dan untuk meningkatkan sikap negatif terhadap perilaku seks
pranikah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.
2. Bagi siswa, khususnya yang memiliki sikap positif terhadap perilaku seks
pranikah agar mampu segera mendapatkan layanan bimbingan konseling baik
bersifat preventif yaitu untuk mencegah sikap dituangkan dalam perilaku, dan
bersifat kuratif bagi siswa yang sudah terlibat agar bisa memperbaiki diri
untuk tidak kembali terjerumus.
3. Bagi sekolah, peneliti dapat membantu sekolah dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling pada siswa yang mengalami masalah
perilaku seks pranikah.
9. 8
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana dan
acuan bagi peneliti lain untuk meneliti hal yang sama serta menyempurnakan
hasil penelitian ini kelak dimasa datang.
10. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KERANGKA TEORI
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Cattel (dalam Schultz & Schultz, 1994) mengartikan sikap sebagai
ketertarikan emosi dan perilaku seseorang terhafap beberapa orang, objek atau
kejadian. Allport (dalam Schultz & Schultz, 1994) mengatakan bahwa sikap
merupakan sesuatu yang mengarahkan perilaku kita terhadap objek tertentu, dapat
bersifat positif atau negatif dan melibatkan penilaian atau evaluasi.
Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati atau menghindari
situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya,
termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial (Deaux, 1993). Fishbein dan Ajzen
(1975) mendefinisikan sikap sebgai respon implisit yang dipelajari, yang
intensitas dan kecenderungannya untuk mengarahkan respon overt individu
terhadap suatu objek yang bervariasi, yang dapat bersifat positif, negatif atau
netral.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah rasa suka atau tidak suka,
mendekati atau menghindari objek sikap tersebut, yang dapat tercetus dalam
pernyataan-pernyataan yang mengungkap keyakinan dan isi pikiran seseorang,
dan dapat mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang pada masa datang.
11. 10
2. Karakteristik Sikap
Sax (dalam Schultz & Schultz, 1994) menunjukkan beberapa karakteristik
sikap, yaitu :
a) Karakterisk arah; sikap terbagi pada dua arah kesetujuan yaitu setuju atau
tidak setuju terhadap objek tertentu.
b) Karakteristik intensitas; artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap suatu
objek, misalnya sangat setuju, agak setuju, kurang setuju.
c) Karakteristik keluasan; maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap
objek sikap yang dapat mengenai hanya aspek yang sedikit atau sangat
spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada
objek sikap
d) Karakteristik konsistensi; maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan
sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap tersebut.
e) Karakteristik spontanitas; yaitu menyangkut sejauh mana individu siap untuk
menyatakan sikapnya secara spontan.
3. Fungsi Sikap
Katz (dalam Azwar, 1995) merumuskan empat fungsi sikap bagi manusia,
yaitu :
a) Fungsi instrumen, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yanag menyatakan
bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk mekasimalkan hal-hal yang
12. 11
diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
demikian, individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang
dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif
tethadap hal-hal yang dirasanya akan merugikan dirinya.
b) Fungsi pertahanan ego, yang bekerja ketika individu mengalami hal yang tidak
menyenangkan dan dirasa akan mengancam egonya atau ketika dia
mengetahui fakta dan kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya
sehingga akan melindungi dirinya dari kepahitan kenyataan tersebut.
c) Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh
kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya yang sesuai dengan
penilaian pribadi dan konsep dirinya.
d) Fungsi pengetahuan, menunjukkan adaanya dorongan alam diri individu untuk
ingin tahu, mencari penalaran dan mengorganisasikan pengalamannya.
4. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Dalam interaksi sosialnya, individu akan bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (1995) ada
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu :
a. Pengalaman pribadi. Pengalaman individu terhadap stimulus sosial tertentu
akan mempengaruhik pembentukan sikap terhadap stimulus tersebut. Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi tersebut haruslah
13. 12
meninggalkan kesan yang kuat. Oleh sebab itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Individu cenderung untuk
memiliki sikap yang konformis atau searah dengana sikap orang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Skinner (dalam
Azwar, 1995) sangat menekankan pengaruh lingkungan, termasuk kebudayaan
dalam membentuk pribadi seseorang. Tanpa disadari, kebudayaan telah
menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
d. Media massa. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan media lain berpengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan individu, yang akan menajdi landasan kognitif bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Bila cukup kuat, maka akan memberi dasar efektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga
agama sebagai suatu siste mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertiam dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman akan baik dan pengertian dan konsep moral dalam
14. 13
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran
agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidak mengherankan
kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam
menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
f. Pengaruh faktor emosional. Suati bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang persisten dan bertahan
lama.
B. Perilaku Seks Pranikah
1. Pengertian Perilaku Seks Pranikah
Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis, mulai dari perasaan
tertarik, sampai tingkah laku berpacaran, bercumbu, sampai bersenggama.
Sementara perilaku seks pranikah diartikan sebagai segala bentuk perilaku seksual
yang dilakukan diluar ikatan resmi pernikahan. Indriyani (2007) mendefinisikan
perilaku seks pranikah sebagai hubungan seks sebelum adanya perkawinan yang
sah, baik hubungan seksual yang penetratif (masuknya penis kedalam vagina)
maupun yang non penetratif (kissing, necking, meraba, petting, oral seks). Rathus
15. 14
& Nevid (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan
seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan
fisik.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka disimpulkan perilaku seks
pranikah sebagai segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap
lawan jenis yang dilakukan diluar hubungan pernikahan mulai dari mencumbu,
meraba sambil berciuman, melakukan oral seks, hingga bersenggama.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah
Faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku seks pranikah sangat
beragam. Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan, maupun faktor dari diri
seseorang. (Sarwono, 2012). Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut :
1) Faktor internal; Faktor dari dalam diri individu, yaitu antara lain :
a) Usia, penambahan usia menyebabkan manusia memasuki masa
perkembangan selanjutnya dari masa kanak-kanak yaitu masa remaja.
Dimana masa ini merupakan masa pubertas, yang ditandai dengan
kematangan fungsi seksual.
b) Perubahan hormonal, dikarenakan memasuki masa pubertas. Dimana pria
mengalami peningkatan hormon testeosteron dan wanita mengalami
peningkatan hormon estrogen, yang bisa memicu munculnya hasrat
seksual.
16. 15
c) Gender; remaja putri cenderung permisif dalam hal seksual daripada
remaja pria, biasanya karena alasan untuk membuktikan kesetiaan, dan
takut ditinggal oleh pacarnya. Remaja putri lebih menekankan pada
kualitas hubungan yang sedang dijalin sebelum terjadinya perilaku seks.
2) Faktor Eksternal; Faktor dari luar diri individu, yaitu antara lain :
a) Pengaruh teman sebaya; teman, pacar, kelompok sosial yang seusianya,
turut memberi kontribusi dalam munculnya perilaku seks pranikah.
Remaja yang memiliki pacar cenderung akan memiliki peluang lebih besar
untuk melakukan perilaku seks pranikah dibandingkan remaja yang
menunda untuk pacaran. Dorongan teman-teman dan rasa ingin diakui dan
dihargai juga bisa menyebabkan remaja mengikuti jejak teman-temannya
untuk berperilaku seks pranikah.
b) Pengaruh orang tua; pengawasan yang kurang dari orang tua dan pola
hubungan dan pola komunikasi antara orang tua dan anak turut menjadi
faktor munculnya perilaku seks pranikah pada remaja.
c) Pengaruh media massa dan teknologi; kecenderungan pelanggaran makin
meningkat seiring dengan mudahnya informasi dan rangsangan seksual
yang diperoleh melalui media massa sebagai efek kemajuan teknologi
yang tak mampu lagi disaring dengan baik (VCD, HandPhone, Internet).
Remaja yang sedang dalam masa pubertas terdorong rasa ingin tahu nya
dengan mencoba dan meniru apa yang dilihat nya.
17. 16
3. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Pranikah
Bentuk perilaku seks pranikah menurut Duvall dan Miller (1985) terbagi
kedalam beberapa kategori yaitu :
a. Bersentuhan (touching); antara lain berpegangan tangan, berangkulan,
berpelukan.
b. Berciuman (kissing); batasan perilaku ini mulai dari light kissing berupa
kecupan, hingga french kissing/ deep kissing yaitu aktivitas mencium sambil
meraba diatas pakaian.
c. Bercumbu (petting); yaitu merupakan bentu dan berbagai aktivvitas fisik
secara seksual lebih dari ciuman atau berpelukan yang mengarah kepada
pembangkit gairah seksual, termasuk stimuli genital dan seks oral namun
tidak sampai senggama.
d. Berhubungan intim (seksual intercourse), yaitu adanya kontak penetrasi penis
kedalam vagina, disertai cumbuan.
Sementara menurut Rathus & Nevid (1993), bentuk-bentuk perilaku seks
pranikah antara lain :
a. Berciuman (kissing), ciuman dapat menjadi bentuk afeksi seseorang kepada
pasangannya, teman atau kerabatnya. Untuk itu ciuman bisa sebatas pada pipi
atau lebih jauh lagi yaitu ciuman bibir. Berciuman bibir dapat dengan adanya
gerakan lidah pada mulut pasangannya (deep kissing), atau hanya sekedar
menempelkan bibir ke bibir pasangannya.
18. 17
b. Stimulasi payudara, antara lain mencium, menghisap atau menjilat payudara
pasangan. Bagian tubuh lain yang biasanya juga dicium termasuk tangan,
kaki, leher dan lubang telinga, paha dalam dan alat genital.
c. Menyentuh (touching) dan stimulasi oral genital; termasuk menyentuh atau
merasa daerah erotis dari pasangan untuk menimbulkan rangsangan, sampai
stimulasi oral (mulut) ataupun manual (dengan menggunakan tangan)
terhadap alat kelamin pasangannya.
Jadi dari kedua pengelompokkan tersebut disimpulkan bahwa jenis
tahapan perilaku seks pranikah adalah :
a. Touching bersentuhan, berpegangan tangan dan berpelukan.
b. Kissing berciuman ringan, maupun ciuman basah
c. Petting bercumbu, melibatkan stimulasi oral maupun tangan pada organ
genital
d. Sexual Intercourse hubungan seksual, melalukan hubungan intim disertai
penetrasi penis kedalam vagina.
4. Dampak dari Perilaku Seks Pranikah.
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
pada remaja, antara lain :
19. 18
a. Dampak fisiologis;
Berupa kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, cacat bayi saat lahir,
kematian ibu saat melahirkan, kematian bayi, kerusakan organ reproduksi
wanita akibat aborsi yang tidak benar, resiko terkena penyakit menular
seksual (PMS) termasuk tertular HIV+ dan AIDS (Santrock, 2010). Chiao
dan Yi (2011) juga mengemukakan bahwa perilaku seks pranikah
mempengaruhi tingkat kesehatan remaja secara umum.
b. Dampak Psikologis;
Menurut Sarwono (2012) dampak psikologis dari perilaku seksual
pranikah diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,
rasa bersalah dan berdosa, sampai rasa ketagihan.
c. Dampak Sosial;
Karena perilaku seks pranikah ini merupakan sesuatu yang menentang
norma budaya dan agama, maka biasanya pelakunya akan mendapatkan
cemoohan masyarakat, dikucilkan dari lingkungannya, putus sekolah
pada remaja perempuan yang hamil, sampai terpaksa mengalami
perubahan peran sebagai ibu.
Dampak lain dari prilaku seks pranikah pada remaja secara sosial adalah
merubah sikap remaja menjadi lebih permisif akan prilaku seks pranikah
dan memandang lebih negatif terhadap pernikahan (Martin, dkk , 2001).
20. 19
C. Layanan Bimbingan Kelompok dalam Bimbingan Konseling
1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995) menyatakan bimbingan kelompok berarti
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling.
Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-
individu melalui kelompok. Menurut Mungin (2005) menyatakan bimbingan
kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok
menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota
kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Menurut Winkel dan Hastuti (2004) bimbingan kelompok dilakukan
bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan kelompok dapat
terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka
layanan konseling (konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan
bimbingan karir kepada siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di
sekolah. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang
perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil
manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok (P4TK,
21. 20
2013). Sehingga bimbingan kelompok merupakan proses layanan untuk
memberikan bantuan terhadap suatu topik masalah siswa yang dilakukan dalam
diskusi melalui dinamika kelompok untuk merespon berbagai masalah dan
kebutuhan siswa dengan tujuan pencegahan dari dampak negatif masalah tersebut.
Jadi disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu
layanan bimbigan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah individu dalam
bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas
topik tertentu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok bertujuan menunjang
pemahaman pengembangan dan pertimbangan pengambilan keputusan ataupun
tindakan individu.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Kesuksesan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauhmana
keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam bimbingan kelompok yang
diselenggarakan. Adapun tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno
(Prayitno: 1995) yaitu:
a) Mampu berbicara di muka orang banyak
b) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain
sebagainya kepada orang banyak
c) Belajar menghargai pendapat orang lain
d) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya
22. 21
e) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang
bersifat negatif)
f) Dapat bertenggang rasa
g) Menjadi akrab satu sama lainnya.
h) Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi
kepentingan bersama.
Sementara menurut P4TK (2014), tujuan dari Bimbingan Kelompok antara
lain adalah untuk :
a) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya.
b) mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
c) menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya
d) mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya
3. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok
a) Tahap I : Permulaan/awal/pembentukan
1) Menerima secara terbuka dan mengucapkan terimakasih
2) Berdoa
3) memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan peranannya sebagai
Pemimpin Kelompok
4) Menjelaskan pengertian Bimbingan Kelompok
23. 22
5) Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai
6) Menjelaskan cara-cara pelaksanaan
7) Menjelaskan azas-azas Bimbingan Kelompok
8) Penghormatan, ketulusan hati, kehangatan dan empati
9) Perkenalan dilanjutkan rangkaian nama
b). Tahap II : Peralihan
1) Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2) Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
3) Mengenali suasana apabila angota secara keseluruhan/sebagian belum siap
untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut
4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. Kalau perlu kembali
kebeberapa aspek tahap permulaan
c. Tahap III: Kegiatan
1) PK mengemukakan topik bahasan yang telah dipersiapkan
2) Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok
3) Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan PK
4) Pembahasan topik tersebut secara tuntas, gunakan rumus 5W+1H
5) Selingan
6) Menegaskan komitmen para anggota kelompok
d. Tahap IV: Pengakhiran
24. 23
1) Menjelaskan bahwa kegiatan BKp akan diakhiri
2) Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang
dicapai masing-masing
3) Pembahasan kegiatan lanjutan
4) Pesan serta tanggapan anggota kelompok
5) Ucapan terimakasih
6) Berdoa
7) Perpisahan
4. Asas-Asas Bimbingan Kelompok
Dalam pelaksanaannya, bimbingan kelompok memiliki asas-asas yang
harus diperhatikan. Menurut Prayitno (1995) terdapat beberapa asas dalam
bimbingan kelompok, diantaranya yaitu
a) Asas Kerahasiaan,
b) Asas Keterbukaan,
c) Asas Kesukarelaan,
d) Asas Kenormatifan.
5. Peranan Anggota Kelompok dan Pemimpin Kelompok Dalam Bimbingan
Kelompok
25. 24
Peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan oleh anggota
kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti yang
diharapkan, adalah sebagai berikut:
a) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok.
b) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok.
c) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
d) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik.
e) Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
f) Mampu mengkomunikasikan secara terbuka.
g) Berusaha membantu anggota lain.
h) Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani perannya.
i) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
D. Remaja
1. Definisi dan Karakteristik Remaja
Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Adolescence secara
beragam di definisikan sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa
26. 25
dewasa, yang melibatkan perubahan cepat pada berbagai aspek termasuk biologis,
psikologis dan sosial budaya. (Situmorang, 2003). World Health Organization
(WHO) mendefinisikan remaja sebagai perubahan dari munculnya karakteristik
seks sekunder dan kematangan reproduksi, perkembangan dari proses mental
dewasa dan identitas dewasa dan transisi dari ketergantungan sosio-ekonomi
menjadi lebih mandiri (dalam Situmorang, 2003).
Santrock (2011) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001)
tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan
secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia
dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian (Konopka &
Ingersoll dalam Agustiani, 2006), yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan
berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman
sebaya.
27. 26
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.
Teman sebaa masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih
mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan
impulsivitas, membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan
tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis
menjadi penting bagi individu.
c. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional
dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk
menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang
dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2005), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
28. 27
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan
pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.
29. 28
2. Perkembangan yang Terjadi Pada Masa Remaja
Ada beberapa perkembangan yang terjadi pada individu saat masaa
remaja, yaitu sebagai berikut :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat
pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja
pertengahan dan remaja akhir. Menurut Santrock (2012) perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa
remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan
tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan
haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006).
Perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; pertumbuhan tulang-
tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang,
tumbuh payudara. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya,
bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu
ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu
30. 29
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan
tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-
rambut halus diwajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan
suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu
dada
b. Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam Hurlock, 2005)
menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekitar usia 11-
15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan
berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan
pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan pada
tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking)
berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini
terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas
penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya.
Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum
mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang
dewasa. Namun, hal itu tidak berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja
dengan penalaran formal (formal reasoning) sama baiknya dengan pemikiran
aktual orang dewasa karena hanya secara potensial sudah tercapai.
31. 30
c. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif.
Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada
umumnya, dan dalam hubungannya dengan orang lain pada khususnya.
Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk higtened
emotionality atau meningkatkan emosi yaitu kondisi emosinya berbeda
dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa
sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada nafsu makan,
tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri membaca
buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai
beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas,
jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih
sayang dan perasaan bahagia.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Havigrust (dalam Hurlock, 2004) mendefinisikan tugas perkembangan
sebagai tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari
kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan
membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi
kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam
menghadapi tugas-tugas berikutnya.
32. 31
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan
sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan
remaja menurut Hurlock (2004) adalah :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya;
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis;
4. Mencapai kemandirian emosional;
5. Mencapai kemandirian ekonomi;
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
2.2. Kerangka Konseptual
Pada penelitian tindakan bimbingan konseling ini, kerangka konseptualnya
adalah sebagai berikut :
33. 32
Gambar 1. Skema Kerangka Konsep Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
2.3. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian tindakan bimbingan konseling ini adalah
sebagai berikut :
Metode bimbingan kelompok efektif meningkatkan sikap negatif terhadap
pornografi dan perilaku seks pranikah.
Sikap terhadap perilaku seks pranikah sesudah bimbingan kelompok lebih
rendah dari sikap terhadap perilaku seks pranikah sebelum bimbingan
kelompok.
keadaan awal
sikap terhadap
perilaku seks
pranikah positif
siklus 1
bimbingan
kelompok
sikap terhadap
perilaku seks
pranikah menurun
siklus 2
bimbingan
kelompok
sikap terhadap
perilaku seks
pranikah negatif
kondisi akhir
seluruh siswa
menginternalisasi
sikap negatif
terhadap perilaku
seks pranikah
34. 33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam, Kecamatan Pakam
Kota, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sementara waktu
penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 Hingga bulan November 2014.
3.2. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas : Bimbingan kelompok
Variabel tergantung : Sikap terhadap Perilaku Seks pranikah
3.3. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian dalam menginterpretasikan data-data
dan hasil yang diperoleh, maka definisi operasional dari variabel-variabel
penelitian ini dibatasi secara jelas sebagai berikut :
a. Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah : sikap subjek penelitian terhadap
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis
yang dilakukan diluar hubungan pernikahan mulai dari bersentuhan
(touching), berciuman (kissing), bercumbu (petting), hingga bersenggama
35. 34
(intercourse). yang diperoleh dari skor skala sikap terhadap perilaku seks
pranikah.
b. Bimbingan Kelompok : suatu metode bimbingan konseling yang dilakukan
dengan membahas suatu topic tertentu dalam dinamika kelompok dengan guru
BK sebagai fasilitator dan moderator.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
3 Lubuk Pakam, berjumlah 33 orang siswa. Dengan karakteristik sampel yaitu:
a) pria maupun wanita
b) usia 13-15 tahum
c) masih aktif terdaftar sebagai siswa kelas VIII-D SMP Negeri 3 Lubuk
pakam.
Sementara Sampel penelitian adalah seluruh populasi (total sampling)
berjumlah 33 orang, 18 laki-laki dan 15 perempuan.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian tindakan kelas ini, sampel dipilih dengan cara total
sampling, yaitu seluruh populasi siswa kelas VIII-D SMP Negeri 3 Lubuk Pakam
yang berjumlah 33 siswa.
36. 35
3.6. Metode Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen dalam
bentuk angket dan skala. Angket berisikan tentang data pribadi sampel, antara lain
: nama, usia, kelas. Sedangkan skala yang digunakan adalah Skala sikap terhadap
perilaku seks pranikah.
Skala disusun dengan model skala Likert, yaitu metode yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Jawaban
untuk aitem pernyataan favorable jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) bernilai 1,
TS (Tidak Setuju) bernilai 2, S (Setuju) bernilai 3, dan SS (sangat setuju) bernilai
4. Dan untuk aitem pernyataan unfavorable jawaban STS (Sangat Tidak Setuju)
bernilai 4, TS (Tidak Setuju) bernilai 3, S (Setuju) bernilai 2, dan SS (sangat
setuju) bernilai 1.
Skala sikap terhadap seks pranikah terdiri dari 24 item pernyataan yang
disusun peneliti berdasarkan indikator perilaku seks pranikah yang dirangkum dari
berbagai ahli. Yaitu berdasarkan perilaku-perilaku Touching (bersentuhan,
berpegangan tangan dan berpelukan), Kissing (berciuman ringan, maupun ciuman
basah), Petting (bercumbu, melibatkan stimulasi oral maupun tangan pada organ
genital), Sexual Intercourse (hubungan seksual, melalukan hubungan intim
disertai penetrasi penis kedalam vagina)
Adapun Blue print skala sikap terhdap perilaku seks pranikah bisa dilihat
pada tabel berikut ini :
Perilaku seks pranikah Nomor item Nomor item Jumlah
37. 36
Favorable Unfavorable item
Touching (bersentuhan, berpelukan) 1, 9, 17 5, 13, 21 6
Kissing (berciuman) 2, 10, 18 6, 14, 22 6
Petting (meraba dan aktitivas oral) 3, 11, 19 7, 15, 23 6
Sexual Intercourse (berhubungan
seksual)
4,12, 20 8, 16, 24 6
Jumlah 12 12 24
Tabel 1. Blue Print Skala Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah
Skala sikap terhadap perilaku seks pranikah setelah uji coba kepada 257
orang siswa, tetap menjadi 24 item. koefisien validitas dengan menggunakan
korelasi product moment yang sudah dikoreksi, dengan rentangan nilai terendah
0,402 dan tertinggi 0,693, batas minimal dinyatakan valid menurut tabel koefisien
korelasi product moment (db = 255) adalah 0,126 (taraf signifikansi 1%).
sementara koefisien reliabilitas alpha cronbach sebesar 0.924, menunjukkan
bahwa reliabilitas skala ini sangat baik.
3.7. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti melalui beberapa prosedur
berikut ini yaitu :
1. Pembuatan proposal penelitian
2. Pembuatan alat ukur
3. Uji coba alat ukur
4. Revisi alat ukur
5. Pengambilan data
38. 37
6. Penulisan laporan hasil
7. Penyelesaian penulisan seluruh penelitian.
3.8. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa secara statistik.
pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini adalah karena analisa
statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif karena kerja statistik
menutup kemungkinan masuknya unsur-unsur subjektif yang dapat mengubah
keinginan menjadi kenyataan atau kebenaran, serta statistik bersifat universal
dalam arti dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian (Hadi, 2000).
Untuk melihat perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah antara
sebelum dan sesudah bimbingan kelompok digunakanlah analisa statistik t-test.
dan Wilcoxon.
39. 38
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
A.Orientasi Kancah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Yang
beralamat di Jalan Dr. Setia Budi Gang Sunda Nomor 1, Kecamatan Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Saat ini SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam, merupakan salah satu sekolah yang memperoleh penghargaan Adiwiyata
Nasional, yaitu sekolah yang berwawasan lingkungan, bersih dan asri. Pada tahun
ajaran 2014-2015 terdiri dari 25 rombel, 9 rombel kelas IX, 8 rombel kelas VIII,
dan 8 rombel kelas VII. Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 867 orang. Saat ini
dikepalai Oleh Bapak Mhd. Juhum, M.Pd. Disekeliling SMP Negeri 3 Lubuk
Pakam terdapat perkampungan warga dan juga perkuburan umum bagi warga
Tionghoa. Maraknya penduduk disekitar yang berpendidikan dan berpenghasilan
menengah ke bawah membuat lingkungan sosial SMP negeri 3 cukup rawan akan
masalah pergaulan dan narkoba.
B. Visi dan Misi
a. Visi SMP Negeri 3 Lubuk Pakam, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :
Disiplin, mandiri, cerdas, terampil, berwawasan IPTEK dan lingkungan hidup
berdasarkan iman dan taqwa.
Dengan indicator antara lain :
40. 39
1) Disiplin Waktu dan Taat pada peraturan
2) Mandiri dalam belajar
3) Unggul dalam restasi akademik dan nonn akademik
4) Terampil dalam menggunakan IT
5) Terampil dalam melakukan penelitian ilmiah
6) Peduli terhadap Lingkungan Hidup
b. Misi SMP Negeri 3 Lubuk Pakam, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :
1) Mewujudkan masyarakat sekolah yang disiplin dan bebas dari penggunaan
narkoba
2) Mewujudkan siswa yang berprestasi, berkreasi dan mandiri.
3) Mewujudkan perangkat kurikulum yang berwawasan ke depan
4) Mewujudkan penyelenggaraan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan menyenangkan berbasis IPTEK, lifeskill, soft skill dan
lingkungan.
5) Mewujudkan tenaga pendidik dan kependidikan yang Profesional, kreatif
dan berdedikasi tinggi
6) Mewujudkan siswa yang terampil dalam bidang seni, PMR, Olahraga,
Bahasa, KIR dan IT
7) Mewujudkan budaya hidup bersih, sehat, berakhlak mulia dan peduli
terhadap lingkungan hidup
8) Mewujudkan Lingkungan Sekolah yang bersih, sehat, rindang dan asri.
41. 40
C. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian untuk pada penelitian pendahuluan dengan try out
terpakai berjumlah 33 orang siswa Kelas VIII-D, dan merupakan total sampling
dari penelitian ini.
D. Persiapan Penelitian
1. Persiapan Administrasi
Untuk dapat melaksanakan penelitian ini diperlukan izin dari pihak tempat
penelitian. Prosedur penelitian dimulai dari menghubungi pihak Kepala SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam, dan meminta izin untuk melakukan penelitian. Setelah
ada persetujuan dari kepala sekolah maka peneliti melakukan penelitian tersebut.
2.Persiapan Alat Ukur
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan alat
ukur sebagai instrument penelitian. Skala penelitian ini terdiri dari Skala sikap
terhadap perilaku seks pranikah terdiri dari 4 (empat ) aspek dengan 24 item yang
terdiri dari 12 item favourable dan 12 item unfavourable, dan setelah uji coba
menjadi 24 item. koefisien validitas dengan menggunakan korelasi product
moment yang sudah dikoreksi, dengan rentangan nilai terendah 0,402 dan
tertinggi 0,693, batas minimal dinyatakan valid menurut tabel koefisien korelasi
product moment (db = 255) adalah 0,126 (taraf signifikansi 1%) , dan koefisien
reliabilitas alpha cronbach sebesar 0.924.
42. 41
4.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini berlangsung pada
bulan Oktober hingga November di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Peneliti
memberikan penjelasan pengisian skala kedalam kelas, pada jam pelajaran
Bimbingan dan Konseling. Waktu pengisian skala kurang lebih 40 menit untuk
pengisian skala, maka skala dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengecekan satu
persatu pada angket dan angket dikembalikan dalam jumlah yang sama pada saat
dibagikan. Kemudian dilakukan penskoran terhadap Skala ukur dan biodata
subjek tersebut dan ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan pengolahan pada
SPSS versi 16.0 for Windows.
Masing-masing siswa dibagi kedalam beberapa kelompok untuk pelaksanaan
bimbingan kelompok. masing-masing kelompok terdiri dari 8-9 orang. Kemudian
dilakukanlah treatmen berupa bimbingan kelompok bagi masing-masing
kelompok tersebut. masing-masing mendapatkan 2x40 menit Bimbinggan
Kelompok. Guru BK sekaligus peneliti berperan sebagai moderator dan fasilitator
dalam kegiatan bimbingan kelompok, Adapun jadwal selengkapnya dapat dilihat
sebagai berikut :
Siklus Waktu Sasaran Layanan Kegiatan
Pretest
Senin, 20
Oktober 2014
09.00 – 10.20
Seluruh Siswa
VIII-D
Mengisi Skala Sikap
terhadap Perilaku Seks
Pranikah
43. 42
Siklus I
Kamis, 23
Oktober 2014
13.00 – 14.20
Kelompok 1
Bimbingan Kelompok
(Tema Perilaku Seks
pranikah dan bahayanya)
Sabtu, 25
Oktober 2014
13.00 – 14.20
Kelompok 2
Bimbingan Kelompok
(Tema Perilaku Seks
Pranikah dan bahayanya)
Siklus II
Senin, 27
Oktober 2014
13.00 – 14.20
Kelompok 3
Bimbingan Kelompok
(Tema Pencegahan Diri
dari Perilaku Seks
Pranikah)
Rabu, 29
Oktober 2014
13.00 – 14.20
Kelompok 4
Bimbingan Kelompok
(Tema Pencegahan Diri
dari Perilaku Seks
Pranikah)
Posttest
Kamis, 30
Oktober 2014
12.00 – 12.40
Seluruh Siswa kelas
VIII – D
Pengisian kembali Skala
sikap terhadap perilaku
seks Pranikah
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
4.3. Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
Setelah melakukan Skoring pada post test masing-masing siswa, yaitu
berupa pengisian kembali skala sikap terhadap perilaku seks pranikah, maka
45. 44
Tabel 3. Data Skor Pretest dan Post Test Penelitian
Sebelum dilakukan Uji-T maka dilakukan beberapa uji asumsi terlebih
dahulu :
a. Uji Normalitas
Dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov, dengan menghitung
unstandardized residual dari regresi sebelum dan sesudah perlakuan.
Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS versi 16, diperoleh hasil berikut :
Tabel 4 – Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
33
.0000000
6.53817042
.099
.075
-.099
.570
.901
N
Mean
Std. Dev iation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Diff erences
Kolmogorov -Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
27. 56 32
28. 56 32
29. 53 27
30. 56 38
31. 65 50
32. 70 55
33. 54 24
46. 45
Dengan nilai 0.570 dan asymp.sig (2-tailed) 0.901 > dari 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal.
Sebaran normalitas data (skor) sikap terhadap perilaku seks pranikah sebelum
perlakuan dapat dilihat melalui gambar berikut ini :
Gambar 2. Histogram dan Kurva Normal Sikapa terhadap perilaku seks
pranikah sebelum bimbingan kelompok
47. 46
b. Uji Linearitas Sebaran
Uji ini dilakukan dengan melihat koefisien F dari uji ANOVA, (Tabel 5) dan
diperoleh nilai F = 32,516 dengan signifikansi 0,000, p > 0,005, maka sebaran
dinyatakan linearitas.
Tabel 5. Uji Linearitas dengan ANOVA
Sebaran Linearitas data juga bisa dilihat melalui gambar Scatterplot berikut :
Gambar 3. Scatterplot Data sebelum dan sesudah bimbingan kelompok
ANOVAb
1434.802 1 1434.802 32.516 .000a
1367.926 31 44.127
2802.727 32
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok
a.
Dependent Variable: Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sesudah Bimbingan
Kelompok
b.
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2
SikapterhadapPerilakuSeksPranikah
SesudahBimbinganKelompok
60
50
40
30
20
Scatterplot
Dependent Variable: Sikap terhadap Perilaku Seks
Pranikah Sesudah Bimbingan Kelompok
48. 47
Setelah Uji asumsi tersebut barulah dilakukan Uji beda kepada kelas
penelitian tersebut. Hasil Uji – T dengan Sampel berpasangan pada sebelum dan
sesudah dilakukannya Bimbingan Kelompok pada Kelas VIII-D diperoleh hasil
koefisien t sebesar 19,433 (Tabel 6) dan signifikansi 2-tailed 0,000, < 0,05,
maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah bimbingan
kelompok. Hal tersebut berarti juga bahwa ada pengaruh bimbingan kelompok
terhadap sikap perilaku seks pranikah. Maka hipotesa penelitian diterima :
bimbingan kelompok efektif dalam membentuk sikap negatif terhadap perilaku
seks pranikah, pada siswa VIII-D SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.
Tabel 6. Uji T berpasangan sikap terhadap perilaku seks pranikah
Kelas VIII-D SMP Negeri 3 Lubuk Pakam
Paired Samples Test
22.303
6.593
1.148
19.965
24.641
19.433
32
.000
Mean
Std. Dev iation
Std. Error Mean
Lower
Upper
95% Confidence Interv al
of the Dif f erence
Paired Diff erences
t
df
Sig. (2-tailed)
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok -
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sesudah
Bimbingan Kelompok
Pair 1
50. 49
Skala Sikap terhadap perilaku Seks Pranikah terdiri dari 24 item dengan
rentang nilai jawaban terendah 1 dan tertinggi 4, sehingga skor tertinggi yang bisa
diperoleh adalah 24 dan skor tertinggi yang bisa diperoleh adalah 96. Nilai tengah
(Mean Hipotetik) dari Skala sikap terhadap perilaku seks pranikah ini adalah 60,
maka diinterpretasikan jika memiliki skor dari 60-96 maka dianggap memiliki
sikap positif terhadap perilaku seks pranikah, dan jika memiliki skor 24-60 maka
dianggap memiliki sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah.
Dari pengukuran awal (pre test) diperoleh rata-rata 62,21 dengan 17 orang
memiliki sikap positif terhadap perilaku seks pranikah. Dan setelah dilakukan
Bimbingan Kelompok dan diukur kembali Sikap terhadap perilaku Seks Pranikah
pada post test diperoleh nilai rata-rata 39,90, dan seluruh siswa kelas VIII-D (100
%) memiliki sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah. Data selengkapnya
bisa dilihat pada Tabel 7 diatas.
Pada Uji Wilcoxon juga diperoleh hasil Z = -5,015 dengan sig. 0,000,
menunjukkan adanya penurunan sikap terhadap perilaku seks pranikah sebelum
dan sesudah dilakukannya Bimbingan Kelompok. (Lampiran Uji Wilcoxon).
Hasil Uji – T dengan Sampel berpasangan pada sebelum dan sesudah
dilakukannya Bimbingan Kelompok pada Kelompok kontrol diperoleh hasil
koefisien t sebesar 19,433 (Tabel 4) dan signifikansi 2-tailed 0,000, < 0,05,
maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah bimbingan
kelompok. Hal tersebut berarti bahwa ada pengaruh bimbingan kelompok
terhadap sikap pornografi dan perilaku seks pranikah, sehingga metode bimbingan
kelompok efektif membentuk sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah.
51. 50
4.4. Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII-D SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam dimana hasil penelitiannya menggambarkannya bahwa
ditemukan Efektifitas Bimbingan Kelompok dalam Membentuk Sikap Negatif
terhadap Perilaku Seks Pranikah
Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Dalam interaksi sosialnya, individu akan bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (1995) ada
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu pengalaman
pribadi dan pengaruh orang lain. Pengalaman individu terhadap stimulus sosial
tertentu akan mempengaruhik pembentukan sikap terhadap stimulus tersebut.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi tersebut
harusllah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh sebab itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengana
sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
Melalui Bimbingan Kelompok diharapkan subjek berinteraksi dan
mendapatkan pengalaman dalam dinamika kelompok kearah yang lebih baik.
Sehingga diharapkan akan menurunkan sikap terhadap perilaku seks pranikah dan
52. 51
pornografi yang pada awalnya cenderung tinggi. Sejalan dengan Penelitian
sebelumnya oleh Wartati (2011) menunjukkan bahwa Bimbingan konseling
efektif dalam menurunkan perilaku seksual bebas remaja di SMK Pelita Salatiga.
Hasil penelitian ini mendukung hal tersebut, melalui Uji – T dengan
Sampel berpasangan pada sebelum dan sesudah dilakukannya Bimbingan
Kelompok pada Kelas VIII-D diperoleh hasil koefisien t sebesar 19,433 (Tabel 4)
dan signifikansi 2-tailed 0,000, < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada perbedaan
sikap terhadap perilaku seks pranikah antara sebelum dan sesudah dilakukannya
bimbingan kelompok.
Dari pengukuran awal (pre test) diperoleh rata-rata 62,21 dengan 16 orang
siswa memiliki sikap negatif dan 17 orang memiliki sikap positif terhadap
perilaku seks pranikah. Kemudian setelah dilakukan Bimbingan Kelompok dan
diukur kembali Sikap terhadap perilaku Seks Pranikah pada post test diperoleh
nilai rata-rata 39,90, dan seluruh siswa kelas VIII-D (100 %) memiliki sikap
negatif terhadap perilaku seks pranikah.
Didukung juga dengan Uji Wilcoxon juga diperoleh hasil Z = -5,015
dengan sig. 0,000, menunjukkan adanya penurunan sikap terhadap perilaku seks
pranikah sebelum dan sesudah dilakukannya Bimbingan Kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) bahwa sikap
merupakan respon implisit yang dipelajari, yang intensitas dan kecenderungannya
untuk mengarahkan respon overt individu terhadap suatu objek yang bervariasi,
yang dapat bersifat positif, negatif atau netral. Maka subjek dalam hal ini para
siswa kelas VIII-D mempelajari sikap melalui proses bimbingan kelompok. dalam
53. 52
bimbingan kelompok dia berinteraksi dengan teman sebaya nya dan guru
bimbingan konseling nya.
Pengaruh teman sebaya; teman, pacar, kelompok sosial yang seusia
dengannya, turut memberi kontribusi dalam munculnya perilaku seks pranikah.
Jika kelompok tersebut secara bersama-sama menentukan sikap untuk menjauhi
perilaku seks pranikah, maka setiap individu juga diharapkan untuk
menginternalisasi nilai negatif terhadap perilaku seks pranikah ini.
Namun harus juga diingat ada faktor lain yang dikemukakan Sarwono
(2012) bahwa Remaja yang memiliki pacar cenderung akan memiliki peluang
lebih besar untuk melakukan perilaku seks pranikah dibandingkan remaja yang
menunda untuk pacaran. Dorongan teman-teman dan rasa ingin diakui dan
dihargai juga bisa menyebabkan remaja mengikuti jejak teman-temannya untuk
berperilaku tertentu. Disinilah diperlukan peran guru sebagai motivator,
moderator dan fasilitator dalam bimbingan kelompok. Hal ini memungkinan guru
sebagai figure yang dihormati, dipercaya dan dianggap penting bagi siswa untuk
menularkan norma dan nilai moral yang baik, sehingga siswa juga mau
mendengarkan dan mengikuti bimbingan dari guru dan menjalin pertemanan baik
dengan gurunya.
Perlu diingat lebih lanjut bahwa Sikap terhadap perilaku seks Pranikah
tidak hanya bisa dipengaruhi oleh bimbingan yang dijalani seseorang, namun juga
bisa dikarenakan oleh gender, Sikap dan perilaku terhadap pornografi, keberadaan
pacar, dan hal lainnya yang tidak terungkap dalam penelitian ini.
54. 53
Penelitian-penelitian tentang hubungan gender dan perilaku seks pranikah,
salah satunya melalui laporan WHO tahun 1993 (dalam Olapegba, Idemudia,
Onuoha ,2013) menunjukkan bahwa sejumlah pemuda usia 14 hingga 19 tahun,
laki-laki ditemukan lebih aktif secara seksual dibandingkan laki-laki, wanita 43 %
dan laki-laki 67 %. Sejalan dengan hal ini Olapegba, Idemudia, Onuoha (2013),
penelitian dilakukan pada remaja usia sekolah usia 11 hingga 23 tahun, dan
memperoleh hasil bahwa wanita lebih menunjukkan tanggung jawab terhadap
perilaku seksual daripada laki-laki.
Tinggi rendahnya Sikap terhadap pornografi seseorang mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah remaja.
Jika remaja tersebut memiliki Sikap terhadap pornografi yang tinggi maka
kecenderungan untuk berperilaku mengakses, menyetujui dan menyenangi hal-hal
berbau pornografi juga akan tinggi. Secara teoritis Sikap mempengaruhi peilaku
seseorang. bagi remaja paparan media pornografi ini sangatlah membahayakan,
mengganggu konsentrasi belajar dan hubungan sosial dan kesehatan (Sarwono,
2012). Bentuk-bentuk pornografi seperti tulisan dalam novel, koran atau majalah,
gambar, sampai video membuat remaja seiringan dengan rasa ingin tahunya akan
bereksplorasi dan akan memiliki kecenderungan untuk mempraktekkan apa yang
tersimpan dalam pikirannya.
Keberadaan pacar yang menyertai Sikap positif terhadap pornografi akan
mempermudah remaja untuk memunculkan sikap terhadap perilaku seks pranikah
yang positif pula. dikarenakan ad ya kesempatan untuk melakukan apa yang sudah
tersimpan dalam benaknya tersebut (Fagan, 2009).
55. 54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini mendukung hal tersebut, melalui Uji – T dengan
Sampel berpasangan pada sebelum dan sesudah dilakukannya Bimbingan
Kelompok pada Kelas VIII-D diperoleh hasil koefisien t sebesar 19,433
(Tabel 4) dan signifikansi 2-tailed 0,000, < 0,05, maka disimpulkan
bahwa ada perbedaan sikap terhadap perilaku seks pranikah antara
sebelum dan sesudah dilakukannya bimbingan kelompok.
2. Dari pengukuran awal (pre test) diperoleh rata-rata 62,21 dengan 16 orang
siswa memiliki sikap negatif dan 17 orang memiliki sikap positif terhadap
perilaku seks pranikah. Kemudian setelah dilakukan Bimbingan Kelompok
dan diukur kembali Sikap terhadap perilaku Seks Pranikah pada post test
diperoleh nilai rata-rata 39,90, dan seluruh siswa kelas VIII-D (100 %)
memiliki sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah. Pada Uji
Wilcoxon juga diperoleh hasil Z = -5,015 dengan sig. 0,000, menunjukkan
adanya penurunan sikap terhadap perilaku seks pranikah sebelum dan
sesudah dilakukannya Bimbingan Kelompok. Kedua Uji tersebut
menunjukkan bahwa Tindakan Bimbingan Kelompok dalam membentuk
56. 55
sikap negatif terhadap perilaku seks pranikah yang dilakukan Kepada
siswa kelas VIII-D berhasil dan efektif.
5.2. Saran
Berdasarkan temuan penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sikap Negatif terhadap
perilaku seks pranikah dapat dibentuk melalui bimbingan kelompok. Oleh karena
itu para tenaga pendidik di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam khususnya para guru
Bimbingan konseling harus sedini mungkin mewaspadai munculnya tanda-tanda
sikap yang salah pada peserta didiknya untuk sesegera mungkin melakukan
bimbingan. Bimbingan ditujukan agar dapat mengarahkan mereka kearah yang
lebih baik (kuratif) maupun untuk pencegahan dimasa datang (preventif). Dan
disekolah salah satunya dapat lebih memberdayakan program layanan bimbingan
konseling berupa bimbingan kelompok, ataupun dengan layanan bimbingan
konseling yang lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar turut mengontrol dan
mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga mampu memberikan
kontribusi dalam munculnya sikap terhadap perilaku seks pranikah, juga metode
bimbingan konseling lain untuk mencegah ataupun memperbaiki sikap tersebut.
57. 56
3. Bagi Siswa
Bagi siswa agar dapat menjauhi perilaku seks pranikah dengan cara aktif
dalam pengembangan diri positif, seperti mengikuti ekskul, memilih teman yang
baik, dan memanfaatkan guru bimbingan konseling sebagai konselor disekolah.
Sehingga siswa diharapkan bisa mewujudkan masa depan yang gemilang tanpa
pengaruh pornografi dan perilaku seks pranikah.
58. 57
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendrianti, 2006. Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja,
Bandung, Refika Aditama.
Atwater, F., 1983. Psychology of Adolescence Personal Growth in A Changing
World, New York, Prentice Hall.
Baron, A. R. (Alih bahasa Ratna Juwita). (2000). Psikologi Sosial. Bandung:
Khazanah Intelektual.
Baumgartner, Susanne E, Valkenburg, Patti M, Peter Jochen (2010), Assessing
Causality in The Relationship Between Adolescents’ Risky Sexual
Behavior aand Their Perceptions of this Behavior, Journal of Youth
Adolescence, Springer
Chiao, Chi, Yi, Chin-Chun, (2011) Adolescent Premarital Sex and Health
Outcomes among Taiwanese Youth : Perception of Best Friends’ Sexual
behavior and The Contexttual Effect, AIDS Care, Routledge, Taylor &
Franciss Group
Dianawati, Ajen (2006), Pendidikan Seks untuk Remaja, Jakarta, Kawan Pustaka.
Direktorat pembinaan Sekolah Menengah Pertama (2014), Panduan Bimbingan
dan Konseling Sekolah Menengah pertama, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan dasar.
Duvall, E.M., Miller, B.C., 1985. Marriage and Family Development, New York,
Harper and Raw Publisher.
Fagan, Patrick F, (2009) The effect of Pornography On Individuals, Marriage,
Family and Community, Research Synthesis, Family Research Council,
Washington, Amerika.
Fishbein, M., Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude and Behavior, an Introduction to
Theory and Research, Massachusets, Addison-Wesley Publishing.
Hadi, S., 2000. Metodologi research (jilid 1-4), Yogyakarta, Andi Offset.
Hurlock, E.B., 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.
59. 58
Olapegba, Peter O., Idemudiaa, Erhabor S, Onuoha, Uchenna C, (2013) Gender
differences in Responsible Sexual Behaviour of In-School Adolescents,
Gender and Behaviour, Nigeria, Academic Journal.
Owens, Eric W, Behun, Richard J, Manning, Jill C, Reid, Rory C, (2012), The
Impact of Internet Pornography on Adolescent : A Review of The
Research, Sexual Addiction & Compulsivity, Toronto, Taylor & Francis
Group.
Peter, Jochen, Valkenburg, Patti M, (2011) Adolescents’ Use of Sexuality Explicit
Internet Material and Sexual Uncertainty : The role of Involvement and
Gender, Communication Monographs, Informa Ltd
Prayitno, (1995) Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta, Ghalia
Indonesia.
Prayitno, (1998) Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT. Ikrar
Mandiri Abadi.
Prayitno, dan Erman Amti, (1999), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta, Rineka Cipta.
Qu, Lixia & Weston, Ruth, 2015. Attitudes toward Marriage and Cohabitation,
Family Relationships Quarterly Issues, Australian Institute of Family
Studies.
Rahyani, Komang Yuni, dkk, 2012, Perilaku Seks Pranikah Remaja, volume 7
Nomor 4, November 2012, www.jurnalkesmas.org.
Romito, P., Beltramini, L., (2011) Watching Pornography : Gender Differences,
Violence and Victimization. Violence Againts Women, An Exploratory
Study in Italy, Sagepub.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2012, Psikologi Remaja (Edisi Revisi), Jakarta,
RajaGrafindo Persada.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Rinehart & Winston.
Situmorang, Agustina, (2003) Adolescent Reproductive Health in Indonesia,
STARH Program, John Hopkins University
60. 59
Strasburger, V.C., (2005), Adolescents, Sex and The Media: Oooo, baby, baby –a
Q&A, Adolescent Health, Pediatric Clinics of North America.
Winkel (1997), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Edisi Revisi,
Jakarta, Grafindo.
www.psychologymania.com/2012/06/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-
perilaku.html
62. 61
LAMPIRAN - 2
SKALA SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH
No
Pernyataan SS S TS STS
1. Saya bergandengan tangan dengan pacar saat berjalan
bersama.
SS S TS STS
2. Saya dan pacar saya selalu menyempatkan diri untuk
berciuman setiap bertemu
SS S TS STS
3. Ketika sedang berkencan kami saling mencumbu satu sama
lain
SS S TS STS
4. Saya suka melakukan hubungan seks saat berkencan atas
dasar saling suka
SS S TS STS
5. Saya tidak mau berpegangan tangan dengan pacar saya
meskipun tidak ada orang disekitar kami
SS S TS STS
6. saya tidak membiarkan pacar saya mencium saya, SS S TS STS
7. Saya menolak tegas ajakan pacar yang ingin mencumbui
saya
SS S TS STS
8. Saya tidak tergoda untuk melakukan hubungan seksual
meskipun sedang ditempat sepi bersama pacar saya
SS S TS STS
9. Saya merasa senang saat bergandengan tangan dengan
pacar
SS S TS STS
10. Saya merasa suka mencium pacar saya saat sedang
berduaan
SS S TS STS
11. Saya dan pacar saya saling meraba alat kelamin sambil
berciuman supaya sama-sama puas
SS S TS STS
12. Bila kesempatan memungkinkan saya akan melakukan
hubungan seks dengan pacar saya
SS S TS STS
13. Saya menolak jika pasangan saya menggenggam tangan
saya
SS S TS STS
14. Saya menghormati pacar saya sehingga tidak mau SS S TS STS
63. 62
berciuman dengannya
15. Saya tidak akan mengajak pacar saya untuk bercumbu
meskipun ada kesempatan
SS S TS STS
16. Saya menolak pacar saya untuk melakukan hubungan
seksual
SS S TS STS
17. Saya menikmati kegiatan bergenggaman tangan dengan
pacar saya
SS S TS STS
18. Saya menikmati setiap ciuman dari pacar saya SS S TS STS
19. Saya menikmati saat kami saling bercumbu SS S TS STS
20. Saat-saat khusus saya bersedia melakukan hubungan seks
dengan pacar saya
SS S TS STS
21. Berpacaran tidak mengharuskan saya untuk menggandeng
dia saat berjalan bersama
SS S TS STS
22. Berpacaran tidak membuat saya harus berciuman dengan
pacar saya
SS S TS STS
23. Berpacaran tidak membuat saya saling mencumbu dengan
pacar
SS S TS STS
24. Berpacaran tidak membuat saya harus melakukan
hubungan seksual
SS S TS STS
64. 63
LAMPIRAN – 3
RANCANGAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
SIKLUS - 1
1. TOPIK LAYANAN : Pergaulan Muda-Mudi
2. BIDANG BIMBINGAN : Sosial
3. FUNGSI LAYANAN : Pencegahan
4. SASARAN LAYANAN/SEMESTER : Siswa kelas VIII / semester 1
5. WAKTU PENYELENGGARAAN : 2 x 40 menit
6. TUJUAN LAYANAN : Siswa diharapkan bisa menyebutkan
batasan perilaku seks pranikah
Siswa diharapkan bisa menyebutkan
macam-macam perilaku seks pranikah
Siswa bisa menentukan bahaya dari
perilaku seks pranikah
Siswa bisa menelaah factor apa saja yang
bisa menyebabkan perilaku seks pranikah
7. MATERI LAYANAN : Perilaku Seks Pranikah
8. KEGIATAN LAYANAN :
A. PEMBENTUKAN : a) Mengucapkan salam dan menyapa anggota
kelompok
b) Meminta anggota kelompok untuk
memperkenalkan diri
c) Menjelaskan secara singkat maksud dan
tujuan pertemuan BK
d) Memberikan kesempatan bertanya
dilanjutkan dengan meminta salah seorang
anggota kelompok untuk memimpin doa
bersama
B. PERALIHAN : a. Menyiapkan hal-hal yang diperlukan
b. Sebelum masuk ke tahap ini konselor
mengadakan permainan-permainan untuk
menghangatkan suasana interaksi
c. Memberikan isyarat bahwa akan segera
masuk dalam tahap kegiatan
C. KEGIATAN :
1). Berpikir : Siswa memikirkan bahaya dan penyebab dari
perilaku seks pranikah
2). Merasa : Siswa merasakan bahwa diri nya sudah bisa
menentukan bahwa perilaku seks pranikah itu
tidak baik
3). Bersikap : Siswa menanamkan pada dirinya bahwa dia bisa
menghindari perilaku seks pranikah.
4). Bertindak : siswa berusaha menjaga perilaku nya dan
65. 64
menghindari hal-hal yang menjurus kepada
perilaku seks pranikah
5). Bertanggung Jwab : siswa berkomitmen untuk menjaga diri nya dari
segala perilaku seks pranikah yang tidak
bertanggung jawab dan bisa merusak masa
depannya.
D. PENGAKHIRAN : Rangkuman hasil pembahasan
Ucapan terimakasih atas kehadiran
Kesan dan pesan dari anggota bimbingan
Salam penutup
9. Sumber/ Bahan dan alat : Buku buku psikologi perkembangan, internet,
power point
10. Rencana Penilaian : Laiseg
11. Catatan Khusus : --
Mengetahui,
KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM GURU BIMBINGAN KONSELING
MHD. JUHUM, S.Pd, M.Pd LIDYA ARDIYAN, S.Psi
NIP. 19640218 198403 1 004 NIP. 19820111 201001 2 007
66. 65
RANCANGAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
SIKLUS - 2
1. TOPIK LAYANAN : Pergaulan Muda-Mudi
2. BIDANG BIMBINGAN : Sosial
3. FUNGSI LAYANAN : Pencegahan
4. SASARAN LAYANAN/SEMESTER : Siswa kelas VIII / semester 1
5. WAKTU PENYELENGGARAAN : 2 x 40 menit
6. TUJUAN LAYANAN : Siswa diharapkan bisa menyebutkan
batasan perilaku seks pranikah
Siswa diharapkan bisa menyebutkan
macam-macam perilaku seks pranikah
Siswa bisa menentukan bahaya dari
perilaku seks pranikah
Siswa bisa menelaah factor apa saja yang
bisa menyebabkan perilaku seks pranikah
siswa bisa menentukan langkah-langkah
pencegahan diri dari perilaku seks
pranikah
7. MATERI LAYANAN : Perilaku Seks Pranikah
8. KEGIATAN LAYANAN :
E. PEMBENTUKAN : a) Mengucapkan salam dan menyapa anggota
kelompok
b) Meminta anggota kelompok untuk
memperkenalkan diri
c) Menjelaskan secara singkat maksud dan
tujuan pertemuan BK
d) Memberikan kesempatan bertanya
dilanjutkan dengan meminta salah seorang
anggota kelompok untuk memimpin doa
bersama
F. PERALIHAN : a. Menyiapkan hal-hal yang diperlukan
b. Sebelum masuk ke tahap ini konselor
mengadakan permainan-permainan untuk
menghangatkan suasana interaksi
c. Memberikan isyarat bahwa akan segera
masuk dalam tahap kegiatan
G. KEGIATAN :
1). Berpikir : Siswa memikirkan bahaya, penyebab, dan
bagaimana cara mencegah diri terlibat dari
perilaku seks pranikah
2). Merasa : Siswa merasakan bahwa diri nya sudah bisa
menentukan bahwa perilaku seks pranikah itu
tidak baik dan merasa berdosa jika melakukan
perilaku seks pranikah
67. 66
3). Bersikap : Siswa menanamkan pada dirinya bahwa dia bisa
menghindari perilaku seks pranikah.
4). Bertindak : siswa berusaha menjaga perilaku nya dan
menghindari hal-hal yang menjurus kepada
perilaku seks pranikah
5). Bertanggung Jwab : siswa berkomitmen untuk menjaga diri nya dari
segala factor penyebab dan perilaku seks
pranikah yang tidak bertanggung jawab dan
bisa merusak masa depannya.
H. PENGAKHIRAN : Rangkuman hasil pembahasan
Ucapan terimakasih atas kehadiran
Kesan dan pesan dari anggota bimbingan
Salam penutup
9. Sumber/ Bahan dan alat : Buku buku psikologi perkembangan, internet,
power point
10. Rencana Penilaian : Laiseg
11. Catatan Khusus : --
Mengetahui,
KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM GURU BIMBINGAN KONSELING
MHD. JUHUM, S.Pd, M.Pd LIDYA ARDIYAN, S.Psi
NIP. 19640218 198403 1 004 NIP. 19820111 201001 2 007
70. 69
UJI ASUMSI
UJI NORMALITAS
NPar Tests
Descriptive Statistics
33 .0000000 6.53817042 -20.70853 12.16669Unstandardized Residual
N Mean Std. Dev iation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
33
.0000000
6.53817042
.099
.075
-.099
.570
.901
N
Mean
Std. Dev iation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Diff erences
Kolmogorov -Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah
Sebelum Bimbingan Kelompok
908070605040
Frequency
10
8
6
4
2
0
Histogram
Mean =62.21
Std. Dev. =7.545
N =33
71. 70
UJI LINIERITAS
ANOVAb
1434.802 1 1434.802 32.516 .000a
1367.926 31 44.127
2802.727 32
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok
a.
Dependent Variable: Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sesudah Bimbingan
Kelompok
b.
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2
SikapterhadapPerilakuSeksPranikah
SesudahBimbinganKelompok
60
50
40
30
20
Scatterplot
Dependent Variable: Sikap terhadap Perilaku Seks
Pranikah Sesudah Bimbingan Kelompok
72. 71
UJI HIPOTESIS PENELITIAN
T-Test
Paired Samples Statistics
62.21 33 7.545 1.313
39.91 33 9.359 1.629
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sesudah
Bimbingan Kelompok
Pair
1
Mean N Std. Dev iation
Std. Error
Mean
Paired Samples Correlations
33 .715 .000
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok &
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sesudah
Bimbingan Kelompok
Pair
1
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
22.303
6.593
1.148
19.965
24.641
19.433
32
.000
Mean
Std. Dev iation
Std. Error Mean
Lower
Upper
95% Confidence Interv al
of the Dif f erence
Paired Diff erences
t
df
Sig. (2-tailed)
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok -
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sesudah
Bimbingan Kelompok
Pair 1
73. 72
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
33
a
17.00 561.00
0
b
.00 .00
0
c
33
Negativ e Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sesudah
Bimbingan Kelompok -
Sikap terhadap Perilaku
Seks Pranikah Sebelum
Bimbingan Kelompok
N Mean Rank Sum of Ranks
Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sesudah Bimbingan Kelompok < Sikap
terhadap Perilaku Seks Pranikah Sebelum Bimbingan Kelompok
a.
Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sesudah Bimbingan Kelompok > Sikap
terhadap Perilaku Seks Pranikah Sebelum Bimbingan Kelompok
b.
Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah Sesudah Bimbingan Kelompok = Sikap
terhadap Perilaku Seks Pranikah Sebelum Bimbingan Kelompok
c.
Test Statisticsb
-5.015a
.000
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah
Sesudah Bimbingan Kelompok - Sikap
terhadap Perilaku Seks Pranikah
Sebelum Bimbingan Kelompok
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
74. 73
LAMPIRAN - 5
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan
bimbingan konseling ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 1 Desember 2014
(Lidya Ardiyan)
MATERAI
Rp. 6000